PENYAKIT BEDAH
OLEH:
Nama : Hesti
Kelompok :5
Universitas Hasanuddin
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hewan sebagai makhluk hidup juga memerlukan suatu kondisi yang sehat. Tidak menutup
kemungkinan hewan juga bisa terkena penyakit layaknya yang terjadi pada manusia. Hewan
dapat menunjukkan suatu gejala emosional atau itikad dimana mereka merasakan sakit karena
penyakit atau sebab lainnya yang bersifat fisik (seperti terjatuh atau tertabrak oleh benda
keras). .Hewan besar atau hewan ternak yang termasuk dalam kategori hewan ternak di
Indonesia antara lain: sapi, kerbau, kuda, domba, kambing, babi, dan unggas. Namun, di luar
negeri ada juga yang menternakkan unta seperti di Arab. Untuk hewan ternak yang berbadan
besar, selain dikonsumsi dagingnya, juga dipakai sebagai alat transportasi dan pertanian.
Hewan ternak ini merupakan makhluk sosial, hidup dalam kawanan (Indrawan et al., 2014).
Mereka dipelihara secara tradisional sampai dengan sistem pemeliharaan yang modern
dengan sistem manajemen yang baik. Di Indonesia yang beriklim tropis ternak tersebut dapat
berkembang dengan baik dari berbagai jenis galur yang kebanyakan dipelihara secara
tradisional. Pada sistem pemeliharaan tradisional, ternak ini dianggap sebagai tabungan dan
segera akan dijual bila peternak membutuhkan uang. Kebanyakan penjualan ternak domba
dan kambing dilakukan setiap hari raya korban dimana harga jual ternak dapat bernilai lebih
tinggi. Tentu saja ternak yang dijual harus memenuhi syarat kesehatan yang baik sehingga
bila dipotong untuk korban kualitas dagingnya juga baik. Untuk memenuhi standar kelayakan
untuk korban ternak harus terhindar dari berbagai penyakit yang sering menyerang, terutama
bila kondisi iklim yang basah dan banyak hujan. Kematian ternak sering ditemukan bila
kondisi yang basah tersebut terjadi, yang berakibat pada kerugian bagi peternak (Darmono
dan Hardiman, 2011).
Ilmu bedah merupakan bagian dari terapi untuk menyembuhkan gangguan dengan
menggunakan alat. Dalam kedokteran ilmu bedah berkaitan dengan menggunakan pengobatan
penyakit atau luka dengan jalan operasi (pembedahan). Prosedur dalam kedokteran yang
melibatkan pemotongan jaringan pasien atau penutupan luka secara berkelanjutan
maka dianggap sebagai bidang ilmu bedah. Tindakan medis yang dilakukan seperti
pembedahan (operasi) yang melibatkan organ dalam maupun pembedahan tulang (ortopedi)
(Novitasari, 2016)
1.2 Tujuan Praktikum
Praktikum kali ini bertujuan untuk
a. Mengetahui etiologi, patogenesa, gejala klinis, predisposisi, diagnosa, diagnosa
banding, prognosa serta pengobatan dari Gastric dilatation volvulus
b. Mengetahui etiologi, patogenesa, gejala klinis, predisposisi, diagnosa, diagnosa
banding, prognosa serta pengobatan dari Displasia abomasum
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gastric Dilatation Volvulus
2.1.1 Etiologi
Gastric dilatation volvulus (GDV) adalah keadaan bersifat akut yang mengancam jiwa.
Dilatasi lambung melibatkan akumulasi tiba-tiba gas dan cairan di abdomen dan kadang-
kadang disebut bloat. Volvulus adalah putaran abdomen yang membengkak sehingga bukaan
ke dalam dan keluar abdomen tersumbat. Ketika abdomen berputar, juga dapat menyebabkan
limpa menjadi terjepit. GDV menyebabkan aliran darah ke abdomen menjadi terganggu dan
sering disertai dengan syok (Morgan, 2011).
2.1.2 Patogenesa
Dilatasi lambung dan volvulus terjadi ketika pilorus malposisi dan ada distensi lambung
yang parah dengan gas, makanan, dan / atau cairan, menghasilkan komplikasi yang
mengancam keselamatan hewan. Genetika, berkembang biak, tekstur makanan, bahan atau
ukuran, kontrol pemberian makan, distensi dinding toraks, keadaan emosi, peningkatan
panjang ligamen hepatogastrik, usia, benda asing, sepanjang tahun, dan splenektomi
sebelumnya semuanya telah diusulkan sebagai faktor yang berkontribusi terhadap GDV
(Maki et.al., 2017).
2.1.3 Gejala Klinis
Gejala klinis pertama yang di dapat adalah gelisah,enggan untuk berbaring, dan muntah
atau mencoba untuk muntah, mengalami hipersalivasi. Perut mungkin terasa buncit dan nyeri.
Seiring bertambahnya GDV, hewan bisa menjadi lemah, kolaps, dan memiliki gusi pucat dan
/ atau kering. Frekuensi nafas juga meningkat (Morgan, 2011).
2.1.4 Predisposisi
Anjing yang lebih tua (>7 tahun) berada pada risiko terbesar dan jarang dilaporkan
pada kucing (Cote, 2011). Kasus GDV pada sapi belum ditemukan tetapi menurut Sharp
(2015), pakar Ilmuwan menyelidiki potensi kelainan genetik pada gen motilin yang
memengaruhi anjing mengalami GDV . Motilin 11 adalah hormon yang berkontribusi
terhadap motilitas lambung. Abnormalitas pada motilin sekunder akibat perubahan gen
motilin telah diidentifikasi pada sapi dengan kondisi yang mirip dengan GDV yang disebut
LDA (Left Displaced Abomasum) (Sharp, 2015).
2.1.5 Diagnosis
Dilatasi lambung akut atau dilatasi lambung dengan volvulus biasanya didiagnosis
berdasarkan signalement, riwayat pasien dan temuan klinis. Kemudian pemeriksaan
radiografi, yakni posisi lateral kanan abdomen paling terbuka. Dilatasi lambung (dengan atau
tanpa volvulus) dikonfirmasi jika bayangan lambung distensi gas hadir dengan berbagai
tingkat gas yang diisi pada usus kecil atau besar. Selain itu dapat juga dilakukan dekompresi
lambung, intubasi orogastrik yakni “Stomacth tube” dan trokarisasi jarum (Bhatia et al.,
2010).
2.1.6 Diagnosis Banding
Diagnosa banding dari GDV adalah (Cote, 2011):
a. Perut kembung berhubungan dengan makan berlebihan
b. Mesenterika volvulus
c. Torsi limpa
d. Hernia diafragma dengan herniasi abdominalis
2.1.7 Prognosa
Banyak sapi pulih dengan baik (fausta), asalkan GDV didiagnosis dan diobati dengan
cepat. Prognosis paling buruk untuk hewan dengan kerusakan parah dan perforasi lambung
dengan infeksi sekunder serius (sepsis, peritonitis) atau aritmia jantung (Morgan, 2011).
2.1.8 Pengobatan
Perawatan GDV termasuk terapi medis dan cairan pada dosis kejut untuk awalnya
menstabilkan pasien diikuti oleh lambung dekompresi. Prosedur bedah terdiri dari derotasi
lambung diikuti oleh parsial gastrektomi atau spleenektomi tergantung pada viabilitas
lambung atau limpa dan terakhir, gastropeksi sisi kanan permanen. Pertimbangan pasca bedah
termasuk makanan kecil yang sering bukannya satu kali makan besar, hindari aktivitas yang
kuat segera setelah makan dan tidak mengijinkan hewan untuk mengguyur air setelah makan
atau kegiatan (Bhatia et al., 2010).
3.2 Metode
Praktikum dilakukan pada hari Selasa, tanggal 06 November 2018 di UPT. Puskeswan
Kota Makassar, Jalan Tamangapa Antang Kelurahan Manggala Kota Makassar. Metode
praktikum berupa metode deskriptif analitik, yaitu praktikan melakukan pemeriksaan
langsung terhadap pasien yang meliputi sinyalemen, anamnesis, inspeksi, palpasi, auskultasi,
dan perkusi.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Hasil pemeriksaan berupa foto dan terlampir dalam rekam medik
Penyakit bedah pada ternak besar meliputi Gastric dilatation volvulus dan Displasia
abomasu. Gastric dilatation volvulus adalah keadaan yang bersifat akut yang mengancam
jiwa. Dilatasi lambung melibatkan akumulasi tiba-tiba gas dan cairan di abdomen dan kadang-
kadang disebut bloat. Volvulus adalah putaran abdomen yang membengkak sehingga bukaan
ke dalam dan keluar abdomen tersumbat. Tanda-tanda klinis yang diperlihatkan hewan yang
mengalami Gastric dilatation volvulus yaitu gelisah,enggan untuk berbaring, dan muntah
atau mencoba untuk muntah, mengalami hipersalivasi. Perut mungkin terasa buncit dan nyeri.
Dysplasia Abomasum merupakan kondisi berkembangnya hasil dari akumulasi gas di
abomasum. Akumulasinya gas melebarkan abomasum, dan abomasum menjadi terlantar baik
ke kiri atau sisi kanan rongga perut. Perpindahan abomasal kiri atau kanan ini dapat terjadi
terjadi dengan atau tanpa torsi abomasum. Tanda-tanda yang ditimbulkan yaitu seperti
anoreksia, penurunan produksi susu secara tiba-tiba, kotoran berbau kolik dan ketotis dari
nafas.
Kembung adalah adanya suatu gas di dalam rumen pada sapi yang tidak bisa keluar
dengan sendirinya, baik lewat kentut maupun lewat kerongkongan. Penyebab pada umumnya
ada dua faktor, yaitu faktor pakan dan faktor hewannya sendiri. Tanda-tanda klinis yang
ditimbulkan hewan yang mengalami kembung yaitu sakit, diam dan tidak mau makan, sulit
bernafas, dan gelisah. Sisi perut kiri mengembung/menonjol, jika ditepuk bersuara seperti
drum. Gerakan rumen berlangsung terus sampai bagian dalam dari mulut dan daerah sekitar
mata menjadi biru : kekurangan oksigen, mendekati kematian
DAFTAR PUSTAKA
Behluli, Behlul., Arben Musliu, Kurtesh Sherifi , Curtis R. Youngs, dan Agim Rexhepi. 2017.
Risk Factors For Occurrence of Displaced Abomasum and Their Relation to Nutritional
Management of Holstein Dairy Cattle. Veterinarski Arhiv 87 (4), 419-430.
Bhatia, Ami S., P.H. Tank, A. S. Karle, H.S. Vedpathak and M.A. Dhami. 2010. Gastric
Dilation and Volvulus Syndrome in Dog. Veterinary World, Vol.3(12):554-557.
Blowy, R.W., dan Weaver, A.D. 2003. Color Atlas of diseases and Disorder of Cattle (eds.)
III. Elsavier Science : UK.
Constable., Peter D. 2018. Left or Right Displaced Abomasum and Abomasal Volvulus. MSD
and the MSD Veterinary Manual: USA.
Cote, Etienne. 2011. Clinical Veterinary Advisor - E-Book: Dogs and Cats. Elsevier:
Amerika.
Darmono dan Hardiman. 2011. Penyakit Utama yang Sering Ditemukan pada Ruminansia
Kecil (Kambing dan Domba). Workshop Nasional Diversifikasi Pangan Daging
Ruminansia Kecil, Balai Besar Penelitian Veteriner Bogor.
El-Raof, Abd dan Ghanem. 2007. Clinical, Hemato-Biochemical And Ultrasonographic Study
In Abomasal Displacement In Cows With Trials Of Treatment. Department Of Animal
Medicine, Fac. Vet. Med. (Moshtohor), Benha University: Edarabia
Indrawan, Wery., Ivan Gunawan., Dan M. Ridha Alhamdani. 2014. Rumah Sakit Hewandi
Kota Pontianak. Jurnal Online Mahasiswa Arsitektur Universitas Tanjungpura. Volume
2/Nomor 1.
Kocak, O. dan B. Ekiz. 2006. Effects Of Left Displaced Abomasum, Ketosis And Digestive
Disorders On Milk Yield In Dairy Cows. Bulgarian Journal Of Veterinary Medicine,
Vol. 9, No 4, Hal: 273−280.
Mukarom. 2010. Penyakit Kembung atau Timpani. Manglayang Farm Online: Jakarta
Novitasari, Anindya. 2016. Paper Kelompok 1 Bedah Umum Restrain Pada Anjing. Academi
Edu.
Scott, Philip., Colin D. Penny, dan Alastair I. Macrae. 2011. Cattle Medicine. Mansong
Publishing: UK.
Sharp, Claire R. 2015. The Genetics of Gastric Dilatation and Volvulus (Bloat) in Dogs: What
do We Know and Where are We Going?. Tufts Canine and Feline Breeding and Genetics
Conference : USA.
Staric, Joze., Halil Selcuk Biricik, Gurbuz Aksoy dan Tomaž Zadnik. 2010. Surgical
Treatment of Displaced Abomasum in Cattle Using Ljubljana Method. ACTA VET.
BRNO, 79: 469–473.
Suyitno. 2017. Trokar Modifikasi Untuk Mengatasi Kembung (Bloat) Pada Sapi. Prosiding
Seminar Nasional Sains Dan Inovasi Teknologi Pertanian: Lampung Tengah.
Triakoso, Nusdianto. 2006. Bloat Pada Ternak. Bagian Klinik Veteriner Fakultas Kedokteran
Hewan Universitas Airlangga: Surabaya.
Winden, Steven C.L. Van dan Rogier Kuiper. 2003. Left Displacement of the Abomasum in
Dairy Cattle: Recent Developments in Epidemiological and Etiological Aspects. Vet. Res.
34 : 47–56.