Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENYAKIT HEWAN MENULAR NON STRATEGIS

KEJADIAN PENYAKIT KOLIBASILOSIS PADA BABI DI


KABUPATEN GIANYAR SELAMA TAHUN 2012-2016

OLEH
AMELIA YOVITA SUSANTO, SKH 13090006078

LABORATORIUM KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2018

i
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur penulis haturkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena
hanya atas bimbingan dan tuntunannya penulis telah menyelesaikan laporan
penyakit non strategis ini yang berjudul “Kejadian Penyakit Kolibasilosis Pada
Babi Di Kabupaten Gianyar Selama Tahun 2012-2016”.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan yang ada pada laporan ini, baik
selama proses penyusunan maupun pengumpulan data, karena itu penulis memohon
maaf.
Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini data memberikan manfaat
kepada para pembaca sekalian.

Denpasar, Maret 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER .................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. iv
DAFTAR GRAFIK ..................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan ..............................................................................2
1.3 Manfaat Penulisan ............................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Etiologi .............................................................................................4
2.2 Kejadian Penyakit .............................................................................4
2.3 Diagnosis ..........................................................................................5
2.4 Kontrol dan Pencegahan ...................................................................5
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Gambaran Umum .............................................................................7
3.2 Epidemiologi ....................................................................................7
BAB IV PENUTUP
4.1 Simpulan .........................................................................................10
4.2 Saran ...............................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................11

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Hubungan interaksi antara agen, hospes dan lingkungan terhadap


kejadian penyakit kolibasilosis..............................................................7

iv
DAFTAR GRAFIK

Grafik 1 Populasi ternak babi di Kabupaten Gianyar tahun 2012-2016 ..............7


Grafik 2 Kejadian kolibasilosis di Kabupaten Gianyar pada tahun 2012-2016 ..8
Grafik 3 Prevalensi kejadian kolibasilosis di Kabupaten Gianyar pada tahun
2012-2016..............................................................................................8

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manajemen peternakan yang baik membutuhkan keterampilan, pengalaman serta
pengetahuan yang memadai agar dapat menghasilkan profit yang maksimal dengan
kerugian yang sedikit; kira-kira itulahh tujuan kita melaksanakan usaha apapun.
Peternakan bagi masayarakat Indonesia merupakan hal yang sudah biasa dilakukan,
baik peternakan dalam skala besar, maupun usaha-usaha mikro dengan skala yang
kecil. Ketidaktahuan akan manajemen perkandangan yang baik hanya akan
menimbulkan kerugian pada peternak. Pakan, obat-obatan, kebersihan kandang
merupakan factor-faktor yang tutrut mengambil andil dalam keberhasilan usaha
beternak.
Beternak babi merupakan salah satu usaha yang cukup menjanjikan, sebab
pemeliharaan yang cukup mudah dan dengan pakan rumah tangga saja sudah dapat
menjalankannya. Dibalik semua kemudahan itu banyak pula resiko penyakit yang
dapat menjangkiti hewan ini, yang disebabkan berbagai factor, baik dari factor hewan
maupun peternak. Kondisi pemeliharaan yang becek atau kotor dapat meningkatkan
resiko tertular penyakit-penyakit yang berasal dari makanan (food borne disease)
ataupun penyakit lainnya yang berasal dari vector seperti lalat. Factor hewan juga di
dalamnya adalah sistem imun hewan itu terhadap penyakit.
Colibasilosis yang disebabkan oleh bakteri E. coli adalah penyakit yang
disebabkan karena lingkungan yang kotor atau disebut dengan food borne disease.
Penyakit ini paling sering menjangkiti babi yang pemeliharaannnya kiurang higienis.
Selain itu, penyakit ini juga zoonosis yang artinya dapat menjangkiti manusia. Selain
cukup mematikan, populasi babi dalam suatu kandang yang terlalu padat juga berperan
dalam penyebaran penyakit ini jika tidak cepat ditangani dan dilakukan manajemen
pencegahan dini.
Kolibasilosis terjadi sepanjang tahun dan kejadiannya semakin meningkat
pada perubahan musim. Distribusi penyakitnya hampir menyebar merata di seluruh

1
kabupaten di Bali, dan terkonsentrasi pada peternakan tradisional. Hal ini karena
pengelolaan ternak babi pada peternakan tradisional belum dikelola secara baik.
Kandang babi masih sederhana dengan beralaskan tanah, upaya pembersihan
kandang hampir tidak ada, serta upaya penanggulangan penyakit baik dengan
vaksinasi maupun pengobatan penyakit jarang dilakukan (Besung, 2010).
Semua keadaan ini dapat ditinjau dari berbagai sisi, dalam skala peternakan,
adalah kurang efektif jika dilakukan pengobatan yang lebih menitikberatkan pada
subjek, sebab pengobatan intensif yang dilakukan pada individu tidak menjamin
keseluruhan populasi terbebas dari penyakit. Oleh karena itu metode yang paling tepat
adlah melukan penyelidikan epidemiologi dengan melihat prevalensi, manajemen
pemeliharaan untuk mendapatkan metode pencegahan yang efektif. Melakukan sidik
epidemiologi dapat mendapakan data yang lebih detail namun membutuhkan waktu
yang lebih panjang, dibandingkan dengan metode klinik.
Berdasarkan tinjauan di atas, penulis tertarik untuk membahas epidemiologi
penyakit kolibasilosis pada babi di Kabupaten Gianyar dari tahun 2012-2016. Penulis
berharap tulisaan ini dapat memberikan informaasi terkait dengan gambaran penyakit
kolibasilosis di Kabupaten Gianyar dan dapat memberikan bahan pertimbangan untuk
pencegahan penyakit tersebut.

1.2 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan dari laporan ini diantaranya
1. Mengetahui gambaran umum penyakit kolibasilosis, hewan peka, distribusi
geografis, diagnosis dan pencegahannya.
2. Mengetahui tingkat kejadian penyakit kolibasilosis pada populasi babi selama
tahun 2012-2016 di Kabupaten Gianyar
3. Membandingkan serangan penyakit kolibasilosis antara populasi kambing dan
sapi di Kabupaten Klungkung selama tahun 2012-2016.

2
1.3 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang bisa didapatkan dar penyusunan laporan ini adalah:
1. Mendapatkan informasi terkait penyakit kolibasilosis secara umum.
2. Mendapatkan informasi tentang tingkat kejadian penyakit dan perbandingannya
selama 5 tahun terakhir di Kabupaten Gianyar.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Etiologi
Eschericia coli sebagai penyebab kolibasilosis merupakan bakteri Gram negative
berbentuk batang, anaerob fakultatif, dan memfermentasi laktosa. Secara normal,
bakteri ini ada di dalam saluran pencernaaan dan dapat menjadi agen primer atau
sekunder. Bakteri ini akan menjadi patogen apabila ada perubahan makanan secara
mendadak, perubahan cuaca dan menurunnya sistem kekebalan tubuh sehingga muncul
tanda klinis. Tanda klinisnya seperti mencret berwarna putih, menurunnya nafsu makan
dan lemas. Colibacillosis dapat berakhir kematian apabila tidak ditangani (Carter dan
Cole, 1990; Besung, 2012).
E. coli terdiri atas beberapa serotipe yang didasarkan atas antigen. Antigen-
antigen yang ada pada E. coli yaitu antigen O atau somatik, antigen K atau antigen
dinding, dan antigen H atau antigen flagella (Carter dan Cole, 1990). Beberapa serotipe
E. coli telah ditetapkan sebagai "enteropatogen". Strain E. coli yang menginfeksi babi
neonatal sebagian besar adalah kelompok O8 atau O141 (Kohler dan Bohl, 1966).

2.2 Kejadian Penyakit


E. coli adalah organisme yang paling sering dikaitkan dengan penyakit babi
kurang dari tiga minggu (Kohler dan Bohl, 1966). Hewan muda dan menyusui di bawah
1 minggu biasanya rentan. Pada babi bentuk-bentuk penyakitnya yaitu scours dan diare
pada babi muda, enteritis hemoragika dan edema (Carter dan Cole, 1990).
Diare pada hewan muncul akibat dilepaskannya enterotoksin yang
mengakibatkan menurunnya absorbsi NaCl sedangkan sekresi klorida meningkat.
Dengan adanya enterotoksin akan berakibat menurunnya absorbsi natrium pada usus
dan lumen usus meregang yang diikuti dengan peningkatan peristaltik usus sehingga
terjadi diare (Rahmawandani et al., 2014)
Bentuk edema bersifat akut. Enterotoxemia seringnya fatal pada babi yang
disapih. Karakteristik penyakitnya yaitu edema pada subkutan dan subserosal yang

4
disebabkan oleh serotipe hemolitik (antigen O139 dan 141) E. coli yang dapat
memproduksi shiga toxin (vero cytotoxin) II e yang mirip dengan shiga toxin II.
Penyakit ini bersifat perakut dan menginfeksi anak babi sehat. Angka mortalitasnya
30%-90% (Carter dan Wise, 2004).
Kejadian kolibasilosis pada anak babi dapat terjadi melalui penularan makanan
dan minuman yang tercemar kuman E. coli, sanitasi lingkungan yang kurang baik,
adanya kontaminasi dari babi yang menderita kolibasilosis dan pada induk babi
terutama melalui puting susunya yang terinfeksi kuman E. coli. Kuman E. coli juga
mampu menyebar melalui peredaran darah sehingga dapat menyebabkan kerusakan
pada berbagai organ (Bhaskara et al., 2012).

2.3 Diagnosis
Diagnosis dapat diteguhkan melalui anamnesa, tanda klinis, perubahan patologi
anatomi, dan pemeriksaan laboratorium. Patologi kolibasilosis dapat diamati pada
bagian usus, terutama usus halus. Perubahan patologi anatomi yang terlihat pada usus
halus adalah adanya distensi usus halus. Kongesti maupun hiperemi akan teramati pada
saluran pencernaan hewan yang terinfeksi (Rahmawandani et al., 2014).
Konsentrasi E. coli pada usus dapat diperkirakan melalui pewarnaan Gram dari
ulas permukaan mukosa usus halus. Hasil ulas diamati di bawah mikroskop dengan
perbesaran 1000 kali. Jika bakteri yang ditemukan lebih dari 100 per lapang pandang
maka dapat dikatakan kolibasilosis. Dapat juga dilakukan kultur bakteri dari mukosa
ileum pada media blood agar atau media selektif seperti MacConkey. Metode lain yang
dapat digunakan untuk diagnosis yaitu PCR (Francis, 1999).

2.4 Kontrol dan Pencegahan


Pengobatan dan pengendalian penyakit infeksius (bakterial) secara medikasi
dengan sediaan obat-obatan antibiotik bukan lagi menjadi pilihan yang terbaik, selain
karena kurang efektif sehubungan dengan keberadaan resistensi multipel juga
menyebabkan bahaya sampingan yang cukup potensial berkaitan dengan cemaran,
residu antibiotika dan kimia toksik pada ternak dan produk-produknya. Untuk

5
mengatasi hal itu, pengendalian penyakit dengan vaksin yang mempunyai daya lindung
optimal merupakan cara yang lebih layak, aman dan efisien. Dengan demikian dapat
diproduksi bahan pangan asal ternak yang bersih dari cemaran obat dan residu bahan
kimia toksik (Supar, 2001).
Pencegahan kolibasillosis atau diare akibat E. coli pada anak babi dapat
dilakukan dengan meningkatkan kekebalan pada induk yang bunting. Pada awalnya
digunakan vaksin E. coli hidup dengan aplikasi per oral, kemudian kombinasi oral dan
injeksi intramuskuler (Vaksin Intagen) pada induk babi bunting 6 minggu dan dibooster
pada 2 minggu sebelum partus. Akan tetapi cara vaksinasi ini kurang baik, karena akan
terjadi pencemaran agen penyakit di lingkungan peternakan (Kurniasih).

6
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Gambaran Umum


Penyakit kolibasilosis yang terjadi di Kabupaten Gianyar selama tahun 2012
sampai 2016 adalah masalah kompleks yang membutuhkan strategi khusus dalam
peanganannya. Penanganan ini meliputi identifikasi agen, hospes, dan lingkungan yang
ada disekitar wilayah Kabupaten Gianyar. Secara detil hubungan interaksi antara agen,
hospes, dan lingkungan yang ada ditampilkan dalam tabel 1.
Tabel 1. Hubungan interaksi antara agen, hospes, dan lingkungan terhadap
kejadian penyakit kolibasilosis

Agen Hospes Lingkungan


Agen penyebab kolibasilosis Babi semua umur, namun Kondisi kebersihan
pada babi adalah bakteri E. babi umur muda yang baru kandang, dan lingkungan
coli patogen. Infeksi dapat disapih lebih rentan sekitar Kabupaten
disebabkan kontaminasi dari terinfeksi kolibasilosis. Gianyar, dimana sebagian
lingkungan. Kekebalan tubuh inang besar beriklim kering dan
juga memainkan peran panas.
penting

3.2 Epidemiologi
Selama tahun 2012-2016, Kabupaten Gianyar mengalami kenaikan maupun
penurunan dalam populasi ternak babi. Populasi babi ini merupakan populasi seluruh
jenis babi segala usia. Selengkapnya disajikan dalam Grafik 1.
Grafik 1. Populasi ternak babi di Kabupaten Gianyar tahun 2012-2016
140000 134364
131285
128597
130000
119826 120017
120000

110000
2012 2013 2014 2015 2016

7
Selain melihat jumlah populasi babi, maka angka kejadian kolibasilosis
selengkapnya disajikan dalam Grafik 2.
Grafik 2. Kejadian kolibasilosis di Kabupaten Gianyar pada tahun 2012-2016
8000 6349
5409 5062
6000 4691

4000
1912
2000

0
2012 2013 2014 2015 2016

Untuk membandingkan hasilnya, prevalensi dari setiap kejadian per tahun juga
harus dihitung. Prevalensi adalah jumlah kasus atau hal lainnya yang terkait seperti
infeksi dalam suatu populasi yang diketahui, yang ditandai dengan waktu tanpa
membedakan kasus lama dan kasus baru (Budiharta dan Suardana, 2007). Rumus
prevalensi adalah:
𝑝𝑟𝑒𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛𝑠𝑖 ℎ𝑒𝑤𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑎𝑘𝑖𝑡 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑥
𝑝𝑟𝑒𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛𝑠𝑖 = × 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑖𝑠𝑖𝑘𝑜 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑥
4691
Prevalensi tahun 2012 = × 100% = 3,57%
131285
6349
Prevalensi tahun 2013 = 134364 × 100% = 4,73%
5409
Prevalensi tahun 2014 = 128597 × 100% = 4,21 %
5062
Prevalensi tahun 2015 = 119826 × 100% = 4,22%
1912
Prevalensi tahun 2016 = 120017 × 100% = 1,59%

Grafik 3. Prevalensi kejadian kolibasilosis di Kabupaten Gianyar pada tahun


2012-2016
6.00% 4.73%
4.21% 4.22%
3.57%
4.00%
1.59%
2.00%

0.00%
2012 2013 2014 2015 2016

Kejadian kolibasilosis pada babi pada Grafik 1 dan Grafik 2 bersifat fluktuatif.
Dapat dilihat bahwa angka kejadian tertinggi pada tahun 2013 (6349 kasus) dengan

8
prevalensi 4,73%. Kejadian tahun 2012 (4691 kasus) memiliki prevalensi 3,57%; tahun
2014 (5409 kasus) memiliki prevalensi 4,21%; tahun 2015 (5062 kasus) memiliki
prevalensi 4,22%; dan tahun 2016 (1912 kasus) memiliki prevalensi 1,59%. Apabila
kita lihat pada tahun 2014 memiliki jumlah kasus yang lebih banyak dibanding tahun
tahun 2015, tetapi prevalensinya lebih tinggi pada tahun 2015. Hal ini dikarenakan pada
tahun 2015 jumlah kasusnya tetap tinggi sementara jumlah populasinya menurun.
Dapat kita katakan bahwa di tahun 2014 memiliki mortalitas yang tinggi sehingga
menyebabkan penurunan populasi di tahun 2015.
Kejadian kolibasilosis biasanya terjadi pada peternakan tradisional yang belum
dikelola secara baik, kondisi kandang yang buruk, yang hampir tidak pernah dilakukan
pembersihan, upaya penanggulangan penyakit serta manajemen kesehatan ternak yang
buruk, suhu dingin atau lingkungan yang lembab dan juga higiene kandang melahirkan
yang buruk. Pemeliharaan babi di Kabupaten Gianyar, sebagian besar masih
menggunakan sistem pemeliharaan tradisional. Kandang yang jarang dibersihkan dan
tidak kena sinar matahari secara langsung merupakan sumber pencemaran penyakit.
Kuman di dalam kandang dapat bertahan selama seminggu bahkan lebih. Kuman ini
setiap saat dapat menginfeksi anak babi baik melalui makanan, puting susu yang masih
basah, tali pusar, maupun melalui saluran pernafasan (Mubiru et al, 2000).
Faktor-faktor lain yang menyebabkan tingginya kejadian kolibasilosis adalah
pengelolaan yang buruk serta penempatan anak babi berdesakan. Tidak ada pemisahan
anak babi yang sehat dengan yang sakit dan vaksinasi tidak pernah dilakukan juga
berpengaruh terhadap tingginya kejadian kolibasilosis (Nollet et al, 1999).

9
BAB IV
PENUTUP

4.1 Simpulan
Kolibasilosis adalah penyakit yang disebabkan infeksi bakteri E. coli pathogen.
Semua hewan dapat terinfeksi oleh penyakit ini, namun pada babi yang paling rentan
adalah babi usia muda. Penyakit ini dapat didiagnosis dari anamnesa, tanda klinis dan
pemeriksaan lab. Kolibasilosis dapat dicegah dengan vaksinasi babi indukan saat
bunting.
Angka kejadian tertinggi pada tahun 2013 (6349 kasus) dengan prevalensi
4,73%. Kejadian tahun 2012 (4691 kasus) memiliki prevalensi 3,57%; tahun 2014
(5409 kasus) memiliki prevalensi 4,21%; tahun 2015 (5062 kasus) memiliki prevalensi
4,22%; dan tahun 2016 (1912 kasus) memiliki prevalensi 1,59%.

4.2 Saran
Penyakit kolibasilosis dapat dikendalikan apabila peternak rajin membersihkan
kandang dan menjaga kandang senantiasa bersih dan lantai kandang kering. Peternak
juga seharusnya lebih proaktif jika memiliki babi yang sakit dapat segera
menghubungi dinas terkait supaya dilakukan tindakan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Besung, INK. 2010. Kejadian Kolibasilosis Pada Anak Babi. Majalah Ilmiah
Peternakan. Vol. 13, No. 1
___________. 2012. Pengaruh Pemberian Ekstrak Kunyit Pada Anak Babi Yang
Menderita Colibacillosis. Majalah Ilmiah Peternakan volume 12 nomor 3
Bhaskara, IBM, Ketut Budiasa, dan Ketut Tono PG. 2012. Uji Kepekaan Eschericia
coli sebagai Penyebab Kolibasilosis pada Babi Muda terhadap Antibiotika
Oksitetrasiklin, Streptomisin, Kanamisin dan Gentamisin. Indonesia Medicus
Veterinus 1(2): 186-201
Budiharja, S dan IW Suardana. 2007. Buku Ajar Epidemiologi dan Ekonomi
Veteriner. Penerbit Universitas Udayana: Denpasar
Carter, GR dan Cole Jr, JR. 1990. Diagnostic Procedures in Veterinary Bacteriology
and Micology. Fifth Edition. Academic Press. San Diego
________ dan Wise, DJ. 2004. Essentials of Veterinary Bacteriology and Mycology.
Sixth Edition. Iowa State Press.
Francis, DH. 1999. Colibacillosis in pigs and its diagnosis. Swine Health Prod.
7(5):241-244
Kohler, EM dan Bohl, EH. 1966. Studies of Escherichia coli in Gnotobiotic Pigs I.
Experimental Reproduction of Colibacillosis. Can. J. Comp. Med. Vet. Sci.
Vol. 30: 199-203
Kurniasih, N., Djaenuri dan Supar. Teknik Pengendalian Kolibasilosis Neonatal pada
Babi Dengan Vaksin Eschericia coli Multivalen. Lokakarya Fungsional Non
Peneliti
Mubiru D. N., Coyne M. S. dan Grove J. H. 2000. Mortality of Escherichia coli
O157:H7 in Two Soils with Different Physical and Chemical Properties. J
Environ Qual 29:1821-1825
Nollet, H., Deprez, P., Van Driessche, E. and Muylle, E.. 1999. Protection of just
weaned pigs against infection with F18+ Escherichia coli by non-immune
plasma powder. Veterinary Microbiology Volume 65(1):37-45
Rahmawandani, FI., IM Kardena, IK Berata. 2014. Gambaran Patologi Kasus
Kolibasilosis pada Babi Landrace. Indonesia Medicus Veterinus 3(4): 300-309
Supar. 2001. Pemberdayaan Plasma Nutfah Mikroba Veteriner Dalam Pengembangan
Peternakan: Harapan Vaksin Eschericia coli Enterotoksigenik, Enteropatogenik
dan Verotoksigenik Isolat Lokal Untuk Pengendalian Kolibasilosis Neonatal
pada Anak Babi dan Sapi. Wartazoa 11(1): 36-43

11

Anda mungkin juga menyukai