Oleh :
RIZKI NURFATHONI A, S.KH
NIM.180130100011032
Kelompok 2/ Gelombang 12
1.3 TUJUAN
Dilaksanakannya bedah enterotomi pada anjing ini bertujuan
untuk:
1. Mengetahui prosedur pre-operasi kolotomi pada anjing
2. Mengetahui pelaksanaan prosedur operasi kolotomi pada anjing
3. Mengetahui penanganan pasca operasi kolotomi pada anjing
1.4 MANFAAT
Pelaksanaan kegiatan Pendidikan Profesi Dokter Hewan (PPDH)
rotasi Interna Hewan Kecil (IHK) adalah mampu melakukan persiapan
sebelum operasi, prosedur operasi, serta penanganan pasca operasi pada
bedah kolotomi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kolotomi
Kolotomi adalah prosedur bedah berupa penyayatan pada kolon
yang bertujuan untuk mengalihkan aliran feses atau mengangkat benda
asing yang terdapat pada kolon. Indikasi dilakukan kolostomi antara lain
penyakit kolorektal pada kolon, obstruksi rektum, penyakit divertikular
akut, enteritis, trauma anorektal dan adanya benda asing pada kolon
(Bustamante, 2017). Benda asing yang ditemukan itu sangat bervariasi
seperti kulit yang keras, kain, jarum besi, kawat, seng, rambut, tulang yang
keras dan lain-lain yang akan menyebabkan obstruksi pada kolon.
Penyayatan dilakukan pada daerah dengan sedikit inervasi pembuluh darah.
Penyayatan pada enterotomi sebaiknya tidak terlalu lebar, hal ini
dikarenakan jaringan pada usus sangat lunak, lembut dan mudah robek.
Apabila sayatan terlalu lebar maka akan mempersulit pada saat penjahitan.
Sayatan dilakukan secukupnya atau jika terdapat benda asing pada lumen
kolon, sayatan sebaiknya sepanjang benda asing yang akan dikeluarkan
dengan benda asing tersebut digunakan sebagai tumpuan saat menyayat.
3. Melakukan eksplorasi
laparotomi caudal untuk
menemukan kolon.
4. Menempelkan kasa yang telah
dibasahi NaCl fisiologis secara
berkala di sekitar kolon yang
akan diinsisi.
Menit ke 210 mulai pemulihan hewan sadar (13.30) hingga suhu 370 C dan
dinjeksikan ketoprofen pada (13.45)
Urinasi 16.15
Urinasi : +++
Vomit :-
19/12/2019 Pagi T/
Suhu : 38,8°C Mukosa : rose Amoxicillin (im) 0,39 ml
HR :152x/ menit Appetice : +++ s.1.d.d
Nafas : 32x / menit Minum :+ Ketoprofen (sc) 0,78 ml s.1.d.d
CRT : < 2 detik Defekasi : ++ Pakan Bolt dog food (blender) +
Turgor : < 2 detik Urinasi :+ hati ayam
Vomit :- Ganti bandage
Sore Penanganan luka :
Suhu : 38,9°C Mukosa : rose - Dibersihkan dengan kasa+NS
HR :168x/ menit Appetice : +++ - Dioleskan kasa+Iodine
Nafas :32x / menit Minum : + - Dioleskan salep gentamycin
CRT : < 2 detik Defekasi :- - Dipasang kasa+bandage
Turgor : < 2 detik Urinasi :- hipafix®
Vomit :-
20/12/2019 Pagi T/
Suhu : 38,1°C Mukosa : rose Ampicillin PO 1/3tabs s.1.d.d
HR :136x/ menit Appetice : +++ Ketoprofen PO 0.78 mg da in
Nafas : 36x / menit Minum : ++ caps s.1.d.d
CRT : < 2 detik Defekasi : ++ Pakan Bolt dog food (blender) +
Turgor : < 2 detik Urinasi :+ hati ayam
Vomit :- Penanganan luka :
Sore - Dibersihkan dengan kasa+NS
Suhu : 38,6°C Mukosa : rose - Dioleskan kasa+Iodine
HR :140x/ menit Appetice : +++ - Dioleskan salep gentamycin
Nafas : 44x / menit Minum : ++ - Dipasang kasa+bandage
CRT : < 2 detik Defekasi :- hipafix®
Turgor : < 2 detik Urinasi : ++
Vomit :-
21/12/2019 Pagi T/
Suhu : 38,3°C Mukosa : rose Ampicillin PO 1/3tabs s.1.d.d
HR :144x/ menit Appetice : +++ Ketoprofen PO 0.78 mg da in
Nafas : 32x / menit Minum : ++ caps s.1.d.d
CRT : < 2 detik Defekasi : +++ Pakan Bolt dog food (blender) +
Turgor : < 2 detik Urinasi : ++ hati ayam
Vomit :- Penanganan luka :
Sore - Dibersihkan dengan kasa+NS
Suhu : 38,3°C Mukosa : rose - Dioleskan kasa+Iodine
HR :148x/ menit Appetice : +++ - Dioleskan salep gentamycin
Nafas : 32x / menit Minum : ++ - Dipasang kasa+bandage
CRT : < 2 detik Defekasi :- hipafix®
Turgor : < 2 detik Urinasi :-
Vomit :-
22/12/2019 Pagi T/
Suhu : 38,1°C Mukosa : rose Ampicillin PO 1/3tabs s.1.d.d
HR :152x/ menit Appetice : +++ Ketoprofen PO 0.78 mg da in
Nafas : 32x / menit Minum : ++ caps s.1.d.d
CRT : < 2 detik Defekasi :- Pakan Bolt dog food (blender) +
Turgor : < 2 detik Urinasi :- hati ayam
Vomit :- Penanganan luka :
Sore - Dibersihkan dengan kasa+NS
Suhu : 38,7°C Mukosa : rose - Dioleskan kasa+Iodine
HR :132x/ menit Appetice : +++ - Dioleskan salep gentamycin
Nafas : 44x / menit Minum : ++ - Dipasang kasa+bandage
CRT : < 2 detik Defekasi : ++ hipafix®
Turgor : < 2 detik Urinasi : ++
Vomit :-
23/12/2019 Pagi T/
Suhu : 38,4°C Mukosa : rose
HR :144x/ menit Appetice : +++ Pakan Bolt dog food (blender) +
Nafas : 40x / menit Minum : ++ hati ayam
CRT : < 2 detik Defekasi : ++
Turgor : < 2 detik Urinasi : ++ Penanganan luka :
Vomit :- - Dibersihkan dengan kasa+NS
Sore - Dioleskan kasa+Iodine
Suhu : 38,9°C Mukosa : rose - Dioleskan salep gentamycin
HR :156x/ menit Appetice : +++ - Dipasang kasa+bandage
Nafas : 32x / menit Minum : ++ hipafix®
CRT : < 2 detik Defekasi :-
Turgor : < 2 detik Urinasi : ++
Vomit :-
24/12/2019 Pagi T/
Suhu : 37,5°C Mukosa : rose Pakan Bolt dog food (blender) +
HR :156x/ menit Appetice : +++ hati ayam
Nafas : 36x / menit Minum : ++ Penanganan luka :
CRT : < 2 detik Defekasi : +++ - Dibersihkan dengan kasa+NS
Turgor : < 2 detik Urinasi : ++ - Dioleskan kasa+Iodine
5.1 Pembahasan
Kolotomi adalah prosedur bedah berupa penyayatan pada kolon yang
bertujuan untuk mengalihkan aliran feses atau mengangkat benda asing yang
terdapat pada kolon. Indikasi dilakukan kolostomi antara lain penyakit kolorektal
pada kolon, obstruksi rektum, penyakit divertikular akut, enteritis, trauma anorektal
dan adanya benda asing pada kolon (Bustamante, 2017).
Sebelum melakukan operasi, alat-alat bedah yang akan digunakan harus
dicuci hingga bersih kemudian disterilisasi menggunakan oven dengan suhu
121oC selama 15 menit. Tujuan dari sterilisasi ini adalah untuk membunuh
bakteri serta spora bakteri. Persiapan operator berupa operator menggunakan
masker dan cap. Kemudian mencuci tangan menggunakan larutan chlorhexidine
2% selama minimal 1-2 menit. Setelah itu, operator menggunakan sarung tangan
steril.
Persiapan hewan berupa puasa selama kurang lebih 8-12 jam sebelum
operasi, pemeriksaan fisik serta sterilisasi area insisi. Pemuasaan pada pasien
berguna untuk mencegah terjadinya vomit selama proses operasi akibat efek dari
obat-obat anastesi (Chandler 1985). Pemberian antibiotik ampicilin sebelum
tindakan operasi dilakukan dengan dosis 0,25 mL secara IM. Pemberian antibiotik
sebelum operasi bertujuan untuk mencegah adanya infeksi.
Selanjutnya dilakukan premedikasi dengan atropine sebelum operasi
dengan dosis 0.5 mL diberikan secara subcutan. Tujuan dari pemberian premedikasi
yaitu ntuk menenangkan hewan sehingga memudahkan penanganan, untuk
relaksasi otot sehingga terjadi immobilisasi dan hiporefleksi, untuk memberikan
analgesia (menghilangkan rasa sakit), untuk memperoleh induksi anestesi yang
perlahan dan aman, stadium anestesi yang stabil dan pemulihan dari anestesi yang
baik, dan untuk mengurangi dosis obat anestesi sehingga efek samping dapat
dikurangi. Agen premedikasi dibagi menjadi beberapa golongan yaitu
antikolinergik, analgesik, neuroleptanalgik, transquilizer, obat dissosiatif dan
barbiturate. Pada umumnya obat-obat premedikasi bersifat sinergis terhadap
anastetik namun penggunaannya harus disesuaikan dengan umur dan kondisi hewan
(Eduardo, 2010).
Prosedur selanjutnya adalah pemberian anesthesi xylazine dan ketamine
setelah 15 menit dari pemberian atropine dengan rute pemberian intramuskular
xylazine sebanyak 0.5 mL dan ketamine sebanyak 0.5 mL. Kombinasi obat ini juga
dapat meningkatkan kerja masing-masing obat, dimana xylazine memberikan efek
relaksasi otot yang baik sedangkan ketamine memberikan efek analgesik yang baik.
Setelah hewan teranastesi atau hewan telah memasuki stadium 1 anastesi,
dilakukan restrain dengan cara mengikat keempat kaki hewan coba menggunakan
tali pengikatan dilakukan pada meja operasi, selain itu pengikatan bertujuan
memudahkan dilakukan operasi serta mempertahankan posisi rebah hewan ketika
akan dilakukan operasi dan dikeluarkan lidah hewan kemudian mulut ditutup
dengan kapas atau kasa agar tidak tergigit ketika hewan telah teranastesi serta tidak
mengganggu jalan nafas dari hewan itu sendiri.
Setelah hewan teranastesi atau hewan telah memasuki stadium 1 anastesi,
dilakukan restrain dengan cara mengikat keempat kaki hewan coba menggunakan
tali pengikatan dilakukan pada meja operasi, selain itu pengikatan bertujuan
memudahkan dilakukan operasi serta mempertahankan posisi rebah hewan ketika
akan dilakukan operasi dan dikeluarkan lidah hewan kemudian mulut ditutup
dengan kapas atau kasa agar tidak tergigit ketika hewan telah teranastesi serta tidak
mengganggu jalan nafas dari hewan itu sendiri.
Sterilisasi area insisi dimulai dengan mencukur rambut disekitar area insisi.
Setelah itu, area insisi diberi antiseptik berupa chlorhexidine kemudian
menggunakan povidone iodine. Pemberian antispetik ini dilakukan menggunakan
kapas dengan arah memutar dari dalam keluar area insisi. Setelah itu, pasien diberi
drape guna mengurangi kontaminasi dari rambut hewan seperti Gambar 5.1.
Gambar 5.1 Persiapan operasi Anjing Coklat (Dokumentasi Pribadi, 2019)
Setelah persiapan selesai, dapat dilakukan insisi kira-kira cukup panjang atau
sekitar 5 cm dari posterior umbilicus untuk mengeluarkan intestine dan kolon. Incisi
dilakukan pada lapisan cutan, subcutan, dan musculus. Menurut Bright (2000),
intestine terletak diruang abdomen, yang merupakan ruang sempit dan dibatasi oleh
diafragma pada bagian anterior dan bagian posterior dibatasi oleh pintu pelvis.
Untuk mencapai kolon maka dilakukan pembukaan ruang abdomen atau laparotomi
medianus. Kemudian dilakukan eksplorasi pada intestine dan diusahakan
didapatkan kolon yang berada berbatasan dengan rektum atau paling distal dari
intestine. Setelah didapatkan kolon, dikeluarkan dan difiksasi 3 – 5 cm
menggunakan tissue forceps agar tidak merusak organ viscera dikedua ujungnya
atau dipegang dan dijepit oleh asisten operator dengan kedua tangan. Kemudian
diincisi kolon secara transversal hingga menembus lumen seperti Gambar 5.2.
Kolon yang terincisi diobservasi apakah ada benda asing atau yang lainnya, setelah
tidak ditemukan apapun maka kolon ditutup kembali menggunakan jahitan pola
bersambung sederhana dan dilapisi pola jahitan terputus sederhana. Setelah kolon
yakin tertutup rapat, maka dilakukan uji kebocoran untuk memastikan jahitan
tertutup rapat dan tidak ada kebocoran pada organ kolon yang di incisi. Uji
kebocoran dilakukan dengan memberikan larutan NS yang diinjeksikan
menggunakan spuit 1 cc ke kolon.
Gambar 5.2 Incisi Kolon Anjing Coklat (Dokumentasi Pribadi, 2019)
6.1 Kesimpulan
Kolotomi adalah prosedur bedah berupa penyayatan pada kolon yang
bertujuan untuk mengalihkan aliran feses atau mengangkat benda asing yang
terdapat pada kolon. Indikasi dilakukan kolotomi antara lain penyakit kolorektal
pada kolon, obstruksi rektum, penyakit divertikular akut, enteritis, trauma anorektal
dan adanya benda asing pada kolon. Insisi yang dilakukan meliputi kulit, subcutan,
linea alba dan peritoneum. Kemudian dilakukan ekplorasi kolon, diinsisi kolon.
Lalu ditutup dengan jahitan pada lapisan kolon, muskulus, subkutan dan kulit
dengan jahitan terputus sederhana menggunakan benang PGA 2.0, lalu subcutan
dijahit dengan benang cutgut chromic 3.0 dengan pola menerus sederhana dan
lapisan kulit dengan jahitan sederhana dan dengan benang silk. Obat-obatan yang
diberikan pada post operasi yaitu Amoxicillin sebagai antibiotik, ketoprofen
sebagai analgesik.
6.2 Saran
Sebaiknya pada pelaksanaan operasi lebih diperhatikan lagi keadaan
aseptis mulai dari kebersihan meja oprasi, operator, co-operator, anastesiolog,
dan asisten kotor.
DAFTAR PUSTAKA