Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Dewasa ini perkembangan teknologi berkembang pesat dalam bidang kedokteran hewan
terutama dalam bidang bedah. Dahulu bedah dalam dunia kedokteran hewan (Bedah
Veteriner) hanya mengenal beberapa jenis bedah yang hanya meliputi bedah-bedah yang
berhubungan dengan kesehatan, seperti bedah kepala dan leher, bedah abdomen dan lain-lain.
Dalam bidang veteriner terdapat salah satu contoh pembedahan yang dilakukan yaitu
pada kasus fraktur maxilla dan mandibulla. fraktur maxilari dan mandibulari merupakan
kerusakan pada tulang maxilla dan mandibula yang seringkali terjadi akibat adanya trauma,
periodontitis maupun neoplasia. Periodontitis adalah reaksi peradangan pada jaringan
disekitar gigi yang terkadang berasal dari peradangan gingivitis didalam periodontium.
Fraktur pada maxilari dan mandibular seringkali disebabkan oleh adanya trauma kepala
yang disertai dengan luka serius sehingga menyebabkan kerusakan pada os mandibula,
maxilla, system pernafasan atas,system syaraf pusat, pneumothorax, contusions pulmonary
dan miocardytis traumatic. Trauma yang terjadi termasuk didalamnya adalah tertabrak
kendaraan bermotor, berkelahi antar hewan, luka tembak, terjatuh dari ketinggian yang biasa
terjadi pada kucing.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa definisi dari fraktur maxilla dan mandibulla ?
1.2.2 Bagaimana persiapan pre operasi pada penanganan fraktur maxilla dan mandibulla
1.2.3 Bagaimana teknik operasi pada kasus fraktur maxilla dan mandibulla ?
1.2.4 Bagaimana perawatan pasca operasi pada kasus fraktur maxilla dan mandibulla ?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan paper ini adalah agar dapat memberikan informasi tentang apa
definisi dari fraktur maxilla, persiapan pre operasi , teknik operasi kasus fraktur maxilla
dan mandibula serta perawatan pasca operasi pada fraktur maxilla dan mandibulla.
Setelah membuat paper ini diharapkan mahasiswa dapat menerapkan apa yang
menjadi isi dari paper ini dan juga diharapkan paper ini dapat menjadi panduan oleh
berbagai pihak yang ingin mengetahui lebih banyak hal tentang bedah dan operasi pada
kasus fraktur maxilla dan mandibulla.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
fraktur maxilari dan mandibulari adalah kerusakan pada tulang maxilla dan mandibula
yang seringkali terjadi akibat adanya trauma, periodontitis maupun neoplasia. Periodontitis
adalah reaksi peradangan pada jaringan disekitar gigi yang terkadang berasal dari peradangan
gingivitis didalam periodontium. Secara anatomi mandibula tersusun atas dua bagian, yaitu
komponen horizontalyang disebut body dan komponen vertikal yang disebut ramus. Kedua
bagian mandibula ini terhubung pada bagian rostral yang disebut symphysis membentuk dagu
bawah. Batas alveolar merupakan bagian dari body yang termasuk dalam akar gigi. Pada
bagian dorsal setengah bagian ramus adalah coronoid. Foramen mandibula terlokasi pada
bagian medial dari ramus.
Pada bagian caudal terbuka canal yang berisi arteri, vena alveolaris dan nervus
mandibularis. Sedangkan maxilla merupakan tulang bagian atas dari dagu yang tersusun
bersama tulang incisivi atau seringkali disebut premaxilari. Pada tulang maxilla misalnya
anjing akan tersusun gigi premolar dan molar. Sedangkan pada tulang incisive bagian caudal
yang terhubung dengan maxilla berisi gigi incisor. Posisi kedua gigi taring sangat dekat
dengan ruang hidung sehingga sangat mudah untuk menyebabkan kerusakan ketika terjadi
trauma. Pathofisiologi fraktur pada maxilari dan mandibular seringkali disebabkan oleh
adanya trauma kepala yang disertai dengan luka serius sehingga menyebabkan kerusakan
pada os mandibula, maxilla, system pernafasan atas, system syaraf pusat, pneumothorax,
contusions pulmonary dan miocardytis traumatic.
Trauma yang terjadi termasuk didalamnya adalah tertabrak kendaraan bermotor,
berkelahi antar hewan, luka tembak, terjatuh dari ketinggian yang biasa terjadi pada kucing.
Fraktura symphisea mandibular dan fraktur palate seringkali terjadi pada kucing yang terjatuh
dari ketinggian atau biasa disebut high-rise syndrome. Sedangkan kerusakan yang terjadi
secara tidak langsung misalnya adanya pencabutan gigi dengan disertai periododental atau
disertai dengan gangguan metabolism yang menyebabkan osteoporosis. Ketidaknormalan ini
sering terjadi secara akut sehingga dibutuhkan penanganan yang cepat dan tepat. Jika
treatment yang diberikan kurang tepat akan menyebabkan abnormalitas permanen pada
bentuk tulang yang dapat berdampak pada menurunya fungsi sebenarnya.
Penanganan sebaiknya dilakukan sebelum tulang yang telah mengalami kelainan atau
abnormal bertaut atau membentuk jaringan ikat antara tulang-tulang abnormal. Seringkali
3

kasus fraktur mandibula diawali dengan hilangnya tulang akibat periodontitis. Gejala klinis
yang terjadi bervariasi dan termasuk adanya krepitasi ketika dilakukan manipulasi pada
mandibula pada saat palpasi. Terasa sakit ketika mulut dibuka dan dagu dipegang. Asymetri
dari bentuk dagu. Hidung atau mulut mengeluarkan darah. Terjadi kerusakan pada bagian
hidung.
Diagnosa berbagai trauma mandibular maupun maxilari dapat menyebabkan fraktur
pada semua hewan, namun keadaan ini sering kali terjadi pada hewan muda. Misalnya pada
anjing. Fraktur mandibula dan maxilla sering terjadi pada anjing muda ras kecil dan toy, salah
satunya adalah poodles. Anjing ras kecil atau toy sering kali tidak memiliki gigi regular
prophylaxis dan memakan makanan lembek. Diagnosa fraktur tidak susah jika diketahui
histori dari terjadinya trauma, dapat terlihat dengan adanya kelainan bentuk wajah dansecara
berulang dipalpasi untuk mengetahui letak dan bentuk fraktur sebenarnya. Selain itu dapat
dilakukan dengan cara radiographi. Oblique radiographi akan sangat membantu
mengidentifikasi bentuk serta letak terjadinya fraktur.
Komplikasi terjadi apabila tipe fraktur mandibula merupakan dental malocculasion.
Selain itu komplikasi terjadi apabila hewan mengalami osteomyelitis, nonunion, malunion,
kesalahan pertumbuhan dan infeksi yang terjadi pada jaringan lunak. Adapula komplikasi
yang terjadi akibat terulangnya fraktur pada saat pencabutan gigi sehingga penanganan
fraktur yang kedua akan sangat sulit. Pemeriksaan hewan dengan fraktur mandibula akan
merasa cemas dan kesakitan ketika dilakukan pembukaan mulut dan menelan makanan.
Saliva akan keluar lebih banyak dan berwarna kemerahan jika disertai luka namun kadang
juga tidak mengalami perubahan jika luka akibat truma. Crepitasi dan ketidakstabilan dapat
terliba ketika dilakukan pemeriksaan secara palpasi pada rongga mulut. Bila terjadi fraktura
sympiseal mandibula akan terasa pergerakan dari persambungan tulang pada saat dilakukan
penekanan atau pemindahan. Ketidakstabilan pada saat terjadi fraktur tulang lebih terasa pada
mandibula dibandingkan maxilla. Pada gigi dapat dilakukan pemeriksaan secara cermat untuk
mendapatkan letak fraktur yang sesungguhnya, cara pemeriksaan pada gigi dapat dilakukan
dengan cara menggoyang-goyang perbagian gigi. Fraktur gabungan seringkali terjadi hingga
menyebabkan tulang hancur.
Differensial diagnosa penampilan hewan dengan fraktura mandibular dan maxilla
seharusnya dapat dievaluasi dengan cara membedakan letak sakitnya dan lokasi fraktur,
sehingga tidak dikelirukan dengan periodontitis, neoplasia atau penyakit pencernaan.
Treatment metode penanggulangan fraktur mandibula dan maxilla tergantung dari tingkat
4

keparahan dan lokasi fraktura. Treatment dengan menggunakan balutan otot atau pengikatan
gigi dapat dilaukan pada kasus fraktur tertentu.
2.2 Persiapan Pre-Operasi
Persiapan operator
Operator dan co-operator membersihkan tangan dan celah kuku, tangan dicuci dari
ujung jari sampai siku dengan sabun dan disikat, setelah itu tangan dibilas dengan air yang
mengalir dan akan lebih baik jika memakai air hangat. Tangan dicuci dengan alkohol 70 %
dan dibiarkan kering sendiri. Setelah itu tangan dianggap steril dan tidak boleh memegang
apapun. Tangan harus dalam posisi terangkat. Pencucian dapat dilakukan dengan larutan PK.
Operator dan co-operator memakai jas operasi, masker (penutup mulut, hidung), topi operasi
dan sarung tangan steril. Cincin, jam tangan, gelang dan asesoris lain yang mengganggu
harus dilepas.
Persiapan Hewan
Sebelum operasi dilaksanakan, pasien yang telah diperiksa keadaan fisik dan keadaan
darah rutin dipuasakan terlebih dahulu selama 8-12 jam yang bertujuan untuk menghindari
dampak pemberian anastesi dan juga untuk membersihkan saluran cerna sehingga
memudahkan dalam melakukan pembedahan. Hewan dimandikan dan dicukur bulu di sekitar
daerah yang akan dioperasi dua jam sebelum operasi dilakukan.
Pasien ditimbang untuk menentukan dosis obat yang digunakan. Premedikasi yang digunakan
adalah atropine sulfat dengan dosis 0,04 mg/kg bb secara subkutan. 10 (sepuluh) menit
kemudian dilanjutkan dengan pemberian ketamin dengan dosis 10-40 mg/kg bb, xilazin
dengan dosis 2-3 mg/kg bb secara intra muscular. Setelah pemberian anastesi. Frekwensi
nafas dan jantung diperiksa setiap 5 menit sekali sampai pembedahan selesai.
Pemberian Anestesi Umum
Pasien yang teranastesi diletakkan di atas meja operasi dengan posisi lateral
recumbency. Selanjutnya dilakukan pencukuran rambut pada daerah yang akan dilakukan
penyayatan dan didisinfeksi dengan alkohol 70 % dan Iodium tincture 3 %. Pemberian
ketamin dengan dosis 10-40 mg/kg BB, xilazin dengan dosis 2-3 mg/kg BB secara
intramuskular. Sebelumnya diberikan premedikasi dengan antropin sulfat 0,04 mg/kg bb
secara sub cutan. Cooperator memantau frekwensi kerja jantung dan nafas. Stadium 3 plane 3
ditandai dengan respirasi abdominal dengan amplitude yang minimal, bola mata terletak di
5

tengah, jaw tension menghilang dan reflek pedal hilang sama sekali yang berarti hewan
tersebut telah teranestesi sempurna dan siap untuk dioperasi.
2.3 Teknik Operasi fraktur Maxilla dan Mandibula
Pada prinsipnya ada dua cara penata laksanaan fraktur mandibula, yaitu cara tertutup atau
disebut juga perawatan konservatif dan cara terbuka yang ditempuh dengan cara
pembedahan. Pada teknik tertutupi mobilisasi dan reduksi fraktur dicapai dengan penempatan
peralatan fiksasi maksilo mandibular. Pada prosedur terbuka bagian yang mengalami fraktur
di buka dengan pembedahan dan segmen fraktur direduksi serta difiksasi secara langsung
dengan menggunakan kawat / plat yang disebut dengan wire atau plate osteosynthesis. Kedua
teknik ini tidak selalu dilakukan tersendiri tetapi kadang-kadang diaplikasikan bersama atau
disebut dengan prosedur kombinasi. Pada penatalaksanaan fraktur mandibula selalu
diperhatikan prinsip-prinsip dental dan ortopedik sehingga daerah yang mengalami fraktur
akan kembali / mendekati posisi anatomis sebenarnya dan fungsi mastikasi yang baik.
Treatment metode penanggulangan fraktur mandibula dan maxilla tergantung dari tingkat
keparahan dan lokasi fraktura. Treatment dengan menggunakan balutan otot atau pengikatan
gigi dapat dilakukan pada kasus fraktur tertentu. Terapi dapat dilakukan dengan melakukan
operasi.
Prosedur operasi yang digunakan untuk semua bentuk fraktur dan dislokasio adalah
system operasi reposisi dan penyambungan tulang yang standart seperti menggunakan bone
wire dan pembalutan otot. Pada kasus fraktur madibula dan maxilla jarang sekali
menggunakan bone pining sebagai gantinya menggunakan bone plate atau fiksator eksternal
disebabkan tulang-tulang pada daerah wajah merupakan tulang-tulang tipis sehingga sangat
sulit untuk menerapkan cara bone pining pada daerah tersebut. Selain itu penerapan bone
pining akan menyebabkan kerusakan atau tidak kembalinya bentuk wajah asli hewan.
Prinsip utama yang dilakukan adalah mengembalikan posisi tulang pada keadaan
sebenarnya sebelum dilakukan fiksasi secara permanen dengan menggunakan bone wire,
balutan otot, bone plate dan fiksator eksternal. Dengan cara demikian maka tulang secara
tidak langsung diharapkan untuk kembali tersambung dan berikatan dengan tulang yang
seharusnya bertaut.

Gambar 1. Cara pemasangan bone wire tunggal

Gambar 2. Cara pemasangan bone wire ganda untuk memperkuat fiksasi

Gambar 3. Cara pemasangan bone wire pada body mandibula dan gigi

Gambar 4. Cara pemasangan bone wire pada kasus fraktur oblique

Gambar 5

Gambar 5 dan 6. Cara pemasangan bone wire secara ganda dan memanjang untuk
menguatkan fiksasi

Gambar 7. Cara pemasangan bone wire secara satu-persatu berdasarkan pecahan


tulang

2.4 Perawatan pasca operasi


Perawatan pasca operasi sangat penting dilakukan untuk mempercepat proses
kesembuhan hewan. Adapun perawatan pasca operasi yang dapat dilakukan pada kasus ini
adalah :

Jika ada keraguan pada kekuatan atau keamanan stabilisasi dapat dilakukan dengan
penambahan balutan pada bagian mulut atau bisa pula dengan cara menutup mulut
secara rapat sehingga proses makan dan minum dapat dilakukan langsung dengan
bantuan selang masuk kedalam esophagus.

Periksa balutan dan perlukaan setiap hari untuk mendeteksi bau busuk, bengkak, dan
tekan perkembangan luka. Diusahakan meminimalisir pergerakan kepala agar fraktur

tidak menjadi lebih parah.


Lakukan pembilasan dengan menggunakan chlorhexidine pada daerah mulut untuk

mengurangi adanya infeksi bakteri.


Pemberian pakan diganti dengan pakan yang lembek ditambah air selama 2 minggu.
Diatas 2 minggu secara berangsur-angsur mengurangi jumlah air yang ditambahkan
pada pakan. Setelah perawatan diatas 4 minggu dapatdilatih dengan pemberian pakan

yang lembek saja.


Jauhkan hewan dari bahan makanan atau mainan yang berbahan keras misalnya
kebiasaan memakan atau menggigiti tulang serta memainkan bola sambil berguling-

guling.
Diusahakan hewan dikandangkan dalam kandang yang sempit sehingga mengurangi
kegiatan hewan untuk berlari. Menempatkan hewan pada kandang dengan alas
kandang yang lunak untuk mengurangi terulangnya trauma.

10

BAB III
Kesimpulan
fraktur maxilari dan mandibulari adalah kerusakan pada tulang maxilla dan mandibula
yang seringkali terjadi akibat adanya trauma, periodontitis maupun neoplasia. Pathofisiologi
fraktur pada maxilari dan mandibular seringkali disebabkan oleh adanya trauma kepala yang
disertai dengan luka serius sehingga menyebabkan kerusakan pada os mandibula, maxilla,
system pernafasan atas, system syaraf pusat, pneumothorax, contusions pulmonary dan
miocardytis traumatic.
Trauma yang terjadi termasuk didalamnya adalah tertabrak kendaraan
bermotor, berkelahi antar hewan, luka tembak, terjatuh dari ketinggian yang biasa terjadi
pada kucing. Differensial diagnosa penampilan hewan dengan fraktura mandibular dan
maxilla seharusnya dapat dievaluasi dengan cara membedakan letak sakitnya dan lokasi
fraktur, sehingga tidak dikelirukan dengan periodontitis, neoplasia atau penyakit pencernaan.
Treatment metode penanggulangan fraktur mandibula dan maxilla tergantung dari tingkat
keparahan dan lokasi fraktura. Treatment dengan menggunakan balutan otot atau pengikatan
gigi dapat dilaukan pada kasus fraktur tertentu.
Dengan persiapan pre-operasi, teknik operasi dan perawatan pasca operasi yang baik
dan benar maka tindakan pembedahan pada kasus fraktur maxilla dan mandibula dapat
dilakukan dengan hasil yang baik pula, serta kesehatan hewan akan cepat pulih.

11

Anda mungkin juga menyukai