Anda di halaman 1dari 25

lAPORAN KASUS MANDIRI

KOASISTENSI ILMU BEDAH DAN RADIOLOGI


OPERASI GASTROTOMI PADA ANJING

Disusun oleh:

Aditya Harinto Purbandaru


18/436219/KH/9849

DEPARTEMEN ILMU BEDAH DAN RADIOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2019
HASIL DAN PEMBAHASAN

Ambulatoir

Probandus yang digunakan dalam operasi gastrotomi adalah anjing bernama

Burtus, jenis domestik, jenis kelamin jantan, berusia 1 tahun dengan ciri-ciri

shorthair berwarna hitam pada seluruh tubuh, daerah moncong dan kaki bewarna

putih, berat badan 8,8 kg. Anjing sudah diberi obat cacing, belum vaksin, pakan

berupa nasi dicampur pakan kering dog food, nafsu makan dan minum baik.sebelum

dilakukan operasi, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan umum dan fisik. Hal ini

dilakukan untuk mengetahui kondisi pasien.

Gambar 1. Anjing Brutus sebagai probandus.

Hasil pemeriksaan umum dan fisik antara lain ekspresi muka tenang,

kondisi tubuh sedang, frekuensi nafas 36x per menit, frekuensi pulsus 124x per

menit, suhu tubuh 38,2°C. Pemeriksaan kulit dan rambut tidak terdapat alopesia,
rambut bersih tidak rontok, turgor kulit cepat. Selaput lendir konjungtiva dan

ginggiva berwarna pink, cermin hidung basah. Tipe pernapasan thoraco abdominal,

auskultasi pulmo bronchial. Pemeriksaan peredaran darah CRT<2 detik, auskultasi

jantung ritmis, sistole dan diastole dapat dibedakan. Pemeriksaan sistem

pencernaan rongga mulut bersih, peristaltik usus meningkat, konsistensi feses pasta.

Pemeriksaan kelamin dan perkencingan vesica urinaria berisi urine, palpasi ginjal

tidak ada rasa nyeri. Refleks saraf normal, ekstremitas normal, dapat berdiri dan

berjalan dengan keempat kakinya dan tidak ada kepincangan.

Persiapan Operasi

Persiapan ruang

Sebelum operasi, ruang yang akan digunakan untuk operasi dibersihkan,

sampah yang tersisa di ruang dibuang dan trash bag diganti dengan yang baru, meja

dilap dan di bersihkan, kemudian bersihkan dengan alkohol 70%, kemudian seluruh

lantai disapu kemudian dilanjutkan dengan pengepelan ruangan. Slatter (2003)

menyebutkan bahwa ruang operasi di design agar lalu lintas di area tersebut sedikit

dan mengunakan bahan yang mudah dibersihkan. Terakhir dilakukan penyinaran

ruangan dengan lampu UV selama minimal 30 menit.

Persiapan hewan

Berdasarkan hasil pemeriksaan umum dan fisik hewan sehat sehingga

memungkinkan untuk dimandikan sebelum operasi. Hal ini dilakukan dengan

tujuan agar hewan lebih bersih daat dilakukan operasi sehingga meminimalisir

kontaminasi. Sehari sebelum dioperasi, dilakukan pencukuran rambut di area linea


alba abdomen bagian cranial hingga umbilikus dan di kedua kaki depan yang

dilewati oleh vena cephalica untuk memudahkan pemasangan infus.

Hewan dipuasakan makan selama 12 jam dan puasa minum selama enam

jam sebelum operasi. Tujuan dari puasa adalah mengosongkan isi lambung.

Lambung yang penuh saat dilakukan operasi akan menyebabkan muntah sehingga

dapat terjadi aspirasi selain itu juga akan mengurangi pergerakan diafragma

sehingga mengganggu respirasi. Selanjutnya hewan diinjeksi premedikasi. Hewan

ditempatkan di atas meja operasi yang sudah dialasi underpad atau handuk

kemudian diberikan anestesi.

Premedikasi yang digunakan adalah atropin sulfat 0,025% dengan dosis

0,04 mg/kg BB, dengan bobot anjing 8,8 kg maka volume yang diberikan sebanyak

1,4 ml yang diinjeksikan secara subkutan. Menurut Kovalcuka (2011) atropine

merupakan premedikasi yang bekerja dengan merangsang medulla oblongata dan

pusat lain di otak pada susunan syaraf pusat, sehingga mendepres beberapa pusat

motorik dalam otak, dan dapat menghilangkan tremor. Pemberian premedikasi ini

bertujuan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya shock, menghambat syaraf

parasimpatik sehingga menurunkan sekresi saliva dan kelenjar saluran pernafasan,

mencegah aritmia dengan menambah denyut jantung, menghambat peristaltik dan

sekresi usus sehingga tidak terjadi muntah.

Pemberian anastesi umum dengan ketamin HCL dan xylazine. Ketamin 10%

dengan dosis 15 mg/kg BB sebanyak 1,32 ml dikombinasi dengan xylazine 2% dengan

dosis 2 mg/kg BB sebanyak 0,88 ml. Kombinasi antara ketamin dan xylazin merupakan

kombinasi terbaik bagi kedua agen itu untuk menghasilkan anestesi. Anestesi dengan

ketamin-xylazin memiliki efek yang lebih pendek jika dibandingkan dengan pemberian
ketamin saja, tetapi kombinasi ini menghasilkan relaksasi muskulus yang baik tanpa

konvulsi. Emesis sering terjadi pasca pemberian ketamin xylazine, tetapi hal ini dapat

diatasi dengan pemberian atropine 15 menit sebelum pemberian ketamin xylazine.

Secara umum efek anastesi akan timbul setelah 10-30 menit, dan kembalinya kesadaran

timbul setelah 1-2 jam (Plumb, 2011). Efek sedasi xylazine akan muncul maksimal 20

menit setelah pemberian secara intramuskuler dan akan berakhir setelah 1 jam,

sedangkan efek anastesi ketamin HCl akan berlangsung selama 30-40 menit dan untuk

recovery dibutuhkan waktu 5-8 jam (Sardjana dan Kusumawati, 2004).

Perhitungan volume obat yang akan diberikan:

 Atropin

𝑚𝑔
8,8 𝑘𝑔 𝑥 0,04 ⁄𝑘𝑔 𝐵𝐵
𝑉= 𝑚𝑔 = 1,4 ml
0,25 ⁄𝑚𝑙

 Ketamine
𝑚𝑔
8,8 𝑘𝑔 𝑥 15 ⁄𝑘𝑔 𝐵𝐵
𝑉= 𝑚𝑔 = 1,32 ml
100 ⁄𝑚𝑙

 Xylazine
𝑚𝑔
8,8 𝑘𝑔 𝑥 2 ⁄𝑘𝑔 𝐵𝐵
𝑉= 𝑚𝑔 = 0,88 ml
20 ⁄𝑚𝑙

Hewan yang sudah teranestesi difiksasi di meja operasi. Daerah kulit yang

akan diincisi diolesi antiseptik povidon iodin dari bagian yang akan diincisi

kemudian sirkuler ke arah perifer. Duk dipasang dimulai dari bagian kaudal tempat

yang akan diincisi, kemudian bagian lateral dekster, kranial, terakhir bagian lateral

sinister, dan selanjutnya duk difiksasi menggunakan duk klem.


Gambar 2. Pemasangan duk klem dan pemberian antiseptik iodine.

Persiapan alat operasi

Persiapan alat bedah dilakukan minimal sehari sebelum operasi

berlangsung. Semua alat termasuk tampon, duk, dan baju bedah disterilisasi,

sedangkan gunting, blade, jarum, benang, masker, kopyah, dan gloves dipersiapkan

di hari operasi tanpa dimasukkan ke dalam autoklaf. Tujuan dari proses sterilisasi

ini adalah untuk menghindari terjadinya kontaminasi yang berasal dari alat bedah

yang sebelumnya sudah digunakan untuk operasi (Yagnik, 2007).

Alat yang sudah disterilisasi kemudian dipersiapkan di samping meja

operasi dengan posisi masih terbungkus duk setelah hewan dibaringkan di atas

underpad. Persiapan alat yang tidak disterilisasi dan membuka duk berisi alat dapat

dilakukan oleh asisten operator, sedangkan yang penyusunan alat dilakukan oleh

operator bersih. Kebutuhan operasi lain seperti underpad, povidone iodine, benang,

jarum, gunting, dan bahan lainnya diletakkan di rak bawah seperti yang tertera di

Gambar 3.
Gambar 3. Persiapan alat dan bahan sebelum operasi. Alat operasi terdiri dari:
scalpel dan blade, gunting, needle holder; pinset; mosquito,
haemostatic, dan allis forceps; duk clamp, dan tampon.

Persiapan Operator

Persiapan operator dapat dilakukan sebelum atau sesudah hewan

dipersiapkan di meja operasi oleh asisten. Pertama, operator memasang masker dan

kopiah tali masker dipasang dengan dilewatkan diatas dan dibawah telinga

kemudian ditali dibelakang kepala. Kemudian dilanjutkan pencucian tangan

operator dengan cara mengalirkan air dari ujung jari menuju ke siku, kemudian

disabun dan digosok, dimulai dari kuku, masing-masing jari, sela-sela jari, telapak

tangan, punggung tangan, kemudian dilanjutkan ke siku. Tangan dibilas dengan air,

kemudian dieringkan dengan anduk bersih, kemudian disemprot dengan alcohol

70% dan di lap dengan anduk steril. Gaun operasi yang sudah disterilkan dipakai

dengan mengangkat bagian kerahnya, kemudian memasukan tangan satu-persatu

secara bergantian, lalu tali baju operasi diikatkan kebelakang punggung. Operator

kemudian memakai gloves steril, dan dipasangkan diatas lengan baju.Tangan

operator yang steril dapat melakukan penataan alat.


Gambar 4. Persiapan operator sebelum operasi.

Pelaksanaan Operasi

Incisi kulit dan subkutan dilakukan pada dinding abdomen di area cranial

midline, yaitu dari belakang kartilago xyphoideus sampai ke umbilikus dengan

menggunakan scalpel blade. Tepi incisi pada kulit dan subkutan dijepit dengan Allis

forceps. Lakukan preparasi tumpul untuk menemukan line alba. Jepit linea alba

dengan pinset dan diangkat sedikit, kemudian linea alba diincisi sedikit dengan

menggunakan scalpel blade, lalu irisan diperpanjang ke kaudal kearah umbilikus

menggunakan gunting. Tepi incisi muskulus dijepit dengan Allis forceps (Gambar

10).

Gambar 5. Eksplorasi linea alba dengan menjepit subkutan menggunakan Allis


forceps.
Setelah rongga abdomen terbuka cari gastrium dan keluarkan dari rongga

abdomen, lalu letakkan diatas kasa steril yang telah dibasahi NaCl 0,9%, tujuannya

agar tetap terjaga kelembabannya dan meminimalisir kontaminasi gastrium. Bagian

gastrium yang sedikit pembuluh darahnya dicari untuk area incisi, yaitu pada bagian

badan gastrium diantara kurvatura mayor dan kurvatura minor, lalu buat stay suture

pada bagian kedua ujung area yang akan diincisi, caranya dengan membuat jahitan

sederhana tunggal pada lapisan serosa muskularis lalu benang di jepit dengan

hemostatik forcep dan diangkat (Gambar 6).

Gambar 6. Pemasangan stay suture.

Incisi gastrium dilakukan dengan menggunakan scalpel blade hingga

menembus lumen dari gastrium pada bagian badan gastrium yang minim pembuluh

darah diantara kurvatura mayor dan kurvatura minor yang telah dibuat stay suture,

lalu incisi diperpanjang dengan menggunakan gunting (Gambar 7).


Gambar 7. Incisi gastrium menggunakan scalpel blade hingga terlihat lumen.

Dinding gastrium dijahit dengan dua lapisan jahitan. Jahitan pertama

menggunakan jarum tapper dan benang catgut plain dengan pola jahitan sederhana

menerus yang menembus lapisan serosa, muskularis, submukosa dan mukosa

(Gambar 8). Pola jahitan yang dipakai sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh

Slatter (2003), yaitu dinding lambung ditutup dengan dua lapis jahitan inverting.

Jahitan pertama di jahit dengan pola sederhana menerus yang terdiri dari lapisan

serosa, muskularis, submukosa dan mukosa, dengan menggunakan benang yang

bisa diserap.

Gambar 8. Jahitan pertama gastrium dengan benang catgut plain, pola sederhana
menerus.
Jahitan kedua menggunakan jarum tapper dan benang catgut plain dengan

pola jahitan Lambert menerus yang hanya menembus lapisan serosa dan muskularis

(Gambar 12). Jahitan ini sesuai dengan metode Fossum (2002) yaitu jahitan

menerus Lambert hanya pada lapisan serosa dan muskularisnya saja, dengan

menggunakan benang yang diserap.

Gambar 9. Jahitan kedua gastrium dengan benang catgut plain, pola lambert
menerus.

Dinding gastrium diberi larutan penicillin-streptomicin. Lepaskan stay

suture yang terdapat pada kedua sisi gastrium dan reposisi ke dalam abdomen.

Sebelum dilakukan penutupan dinding abdomen, beri larutan penicilin-streptomicin

ke dalam rongga abdomen, tujuannya agar tidak terjadi adhesi organ rongga

abdomen serta untuk mencegah terjadinya infeksi. Pada bagian lapisan abdomen

dari linea alba dipertautkan menggunakan benang catgut plain dengan pola jahitan

simple interrupted.
Gambar 10. Jahitan linea alba dengan benang catgut plain, pola simple interrupted.

Jahitan dilanjutkan pada bagian subkutan dengan simple continuous

menggunakan benang catgut plain (Gambar 11A). Tutup lapisan kulit

menggunakan benang silk dan metode simple interrupted. Jahitan pada kulit

dioleskan dengan povidone iodine (Gambar 11B).

A B

Gambar 11. A. Jahitan subkutan dengan benang catgut plain, pola simple
continous., B. Jahitan kulit dengan benang silk, pola simple
interrupted.
Perawatan Pasca Operasi

Setelah operasi dilakukan pemasangan infus NaCl 0,9% secara intravena

dan dilakukan monitoring frekuensi nafas, pulsus dan suhu tubuh setiap 5 menit

hingga mencapai tingkat kesadaran penuh. Kesadaran penuh anjing Brutus tercapai

pada menit ke 40 post operasi. Hasil monitoring dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Status fisiologis anjing Brutus pasca operasi.

Status Fisiologis
Jam Keterangan
Nafas Pulsus Temperatur
(x/menit) (x/menit) (°C)
11.00 16 68 35 Ada reflek

11.25 16 132 34,7 Ada reflek

11.30 20 132 34.8 Ada reflek

11.35 20 120 34,7 Ada reflek

11.40 24 124 34,8 Sadar

11.45 24 124 34,9 Sadar

11.50 20 120 34,8 Sadar

11.55 24 128 36,2 Sadar

12.00 28 120 35,8 Sadar

12.05 32 136 35,9 Sadar

12.10 28 124 36,4 Sadar

12.15 36 132 36,4 Sadar

12.20 32 124 36,9 Sadar

12.25 28 128 36,9 Sadar


12.30 38 132 36,8 Sadar

12.35 36 132 36,9 Sadar

12.40 48 120 37,2 Sadar

12.45 40 128 37,4 Sadar

12.50 48 136 37,9 Sadar

12.55 44 132 38,1 Sadar

Suhu tubuh anjing sebelum operasi 38,4°C, sementara suhu tubuh anjing

setelah operasi turun menjadi 35°C, maka anjing diberi kompres air hangat untuk

meningkatkan temperatur tubuh. Menurut Sardjana dan Kusumawati (2004),

anestesi dapat menurunkan aktivitas metabolisme basal sehingga menurunkan suhu

tubuh dibawah normal. Pada umumnya, suhu tubuh mengalami penurunan karena

obat anastesi bekerja pada pusat pengatur suhu tubuh di sistem saraf pusat, sehingga

suhu tubuh dapat naik turun sesuai dengan pengaruh lingkungannya. Kondisi ini

disebabkan oleh tebal dan lebarnya kain penutup operasi, intensitas lampu operasi,

temperatur ruang operasi, proses anastesi, dan operasi yang lama.

Setelah operasi selesai anjing diberi terapi antibiotik Amoxicillin dengan

volume yang diberikan sebanyak 0,88 cc dengan 7 kali pemberian setiap pagi dan

sore selama 3,5 hari. Selain itu pada daerah luka bekas jahitan juga diolesi dengan

antiseptik yaitu iodine sebanyak dua kali sehari. Terapi ini bertujuan untuk

mencegah terjadinya infeksi bakteri pada luka operasi dan mempercepat

kesembuhan luka. Selain itu anjing juga diberi fluid therapy NaCl 0,9 % diberikan

selama dua hari post operasi. Anjing dipuasakan dari makan selama dua hari,
namun diberi minum setelah 24 jam post operasi. Hari ketiga dan keempat diberi

air kaldu, hari empat hingga ketujuh diberi bubur hati ayam dari konsistensi sangat

lunak hingga biasa. Setalah hari ketujuh diberikan nasi dan pakan kering dogfood.

Luka jahitan dibersihkan dengan bioplasenton dan salep Povidone Iodine pada pagi

dan sore hari serta dilakukan monitoring terhadap kesembuhan luka selama delapan

hari post operasi dan dilakukan pemasangan elizabeth collar untuk mencegah anjing

menjilat area luka jahitan. Berikut perkembangan kesembuhan luka jahitan pada

anjing Brutus dan data monitoring data fisiologis selama delapan hari post operasi

(Tabel 2).

Tabel 2. Perkembangan kesembuhan lukan dan monitoring data fisiologis.

Perkembangan luka jahitan Keterangan


Hari H operasi
Tanggal : Kamis, 3 Oktober 2019

Pagi Sore
Nafas 50 38
(x/menit)
Pulsus 128 132
(x/menit)
Suhu 38,9 37,9
(°C)

Urinasi lancar, muntah kuning setelah


sadar, masih lemas dan belum aktif.

Pengobatan:
Sore
inj./ NaCl 0,9% cc 974
S.i.m.m. IV. 48h
inj./Amoxicillin cc 0,88
S.i.m.m IM
R/ Povidone iodine cream tube I
s.2.d.d. u.e
Hari Ke-1 post operasi
Tanggal : Jumat, 4 Oktober 2019

Pagi Sore
Nafas 26 38
(x/menit)
Pulsus 124 136
(x/menit)
Suhu 38,1 38,2
(°C)

Anjing mulai aktif, tetapi masih lemas,


belum defekasi, urinasi lancar, sore
hari mulai diberikan minum, minum
baik, masih diinfus NaCl 0,9%.

Pengobatan:
Pagi
inj./ NaCl 0,9% cc 974
S.i.m.m. IV. 48h
inj./Amoxicillin cc 0,88
S.i.m.m. IM
R/ Povidone iodine cream tube I
s.2.d.d. u.e
Sore
inj./ NaCl 0,9% cc 974
S.i.m.m. IV. 48h
inj./Amoxicillin cc 0,88
S.i.m.m IM
R/ Povidone iodine cream tube I
s.2.d.d. u.e
Hari Ke-2 post operasi
Tanggal : Sabtu, 5 Oktober 2019

Pagi Sore
Nafas 34 30
(x/menit)
Pulsus 126 148
(x/menit)
Suhu 38,3 38,1
(°C)

Anjing sudah tidak lemas, belum


defekasi, urinasi lancar, minum
normal, masih diinfus NaCl 0,9%.

Pengobatan:
Pagi
inj./ NaCl 0,9% cc 974
S.i.m.m. IV. 48h
inj./Amoxicillin cc 0,88
S.i.m.m. IM
R/ Povidone iodine cream tube I
s.2.d.d. u.e

Sore
inj./ NaCl 0,9% cc 974
S.i.m.m. IV. 48h
inj./Amoxicillin cc 0,88
S.i.m.m IM
R/ Povidone iodine cream tube I
s.2.d.d. u.e
Hari Ke-3 post operasi
Tanggal : Minggu, 6 Oktober 2019

Pagi Sore
Nafas 38 40
(x/menit)
Pulsus 124 136
(x/menit)
Suhu 37,9 38,2
(°C)

Anjing mulai aktif kembali, belum


defekasi, urinasi lancar, minum
normal, sudah tidak diinfus NaCl
0,9%, mulai diberikan air kaldu .

Pengobatan:
Pagi
inj./Amoxicillin cc 0,88
S.i.m.m. IM
R/ Povidone iodine cream tube I
s.2.d.d. u.e

Sore
inj./Amoxicillin cc 0,88
S.i.m.m IM
R/ Povidone iodine cream tube I
s.2.d.d. u.e

Hari Ke-4 post operasi


Tanggal : Senin, 7 Oktober 2019

Pagi Sore
Nafas 26 32
(x/menit)
Pulsus 134 144
(x/menit)
Suhu 38,4 38,2
(°C)

Belum defekasi, urinasi lancar, minum


normal, diberikan air kaldu dan mulai
diberikan bubur hati ayam, daerah
luka jahitan sedikit bengkak.

Pengobatan:
Pagi
R/ Povidone iodine cream tube I
s.2.d.d. u.e

Sore
R/ Povidone iodine cream tube I
s.2.d.d. u.e
Hari Ke-5 post operasi
Tanggal : Selasa, 8 Oktober 2019

Pagi Sore
Nafas 28 32
(x/menit)
Pulsus 138 142
(x/menit)
Suhu 38,4 38,5
(°C)

Belum defekasi, urinasi lancar, minum


normal, diberikan air kaldu dan bubur
hati ayam, daerah luka jahitan sedikit
bengkak.

Pengobatan:
Pagi
R/ Povidone iodine cream tube I
s.2.d.d. u.e

Sore
R/ Povidone iodine cream tube I
s.2.d.d. u.e
Hari Ke-6 post operasi
Tanggal : Rabu, 9 Oktober 2019

Pagi Sore
Nafas 26 36
(x/menit)
Pulsus 132 134
(x/menit)
Suhu 38,2 38,5
(°C)

Mulai defekasi, feses padat normal,


urinasi lancar, nafsu makan minum
normal, diberikan bubur hati ayam,
daerah luka jahitan sedikit bengkak.

Pengobatan:
Pagi
R/ Povidone iodine cream tube I
s.2.d.d. u.e
R/ Bioplasenton cream tube I
s.2.d.d. u.e

Sore
R/ Povidone iodine cream tube I
s.2.d.d. u.e
R/ Bioplasenton cream tube I
s.2.d.d. u.e

Hari Ke-7 post operasi


Tanggal : Kamis, 10 Oktober 2019

Pagi Sore
Nafas 28 34
(x/menit)
Pulsus 134 136
(x/menit)
Suhu 38 38,1
(°C)

Defekasi normal, feses padat normal ,


urinasi lancar, nafsu makan minum
normal, diberikan bubur hati ayam,
luka sudah menutup, daerah luka
jahitan sedikit bengkak.
.
Pengobatan:
Pagi
R/ Povidone iodine cream tube I
s.2.d.d. u.e
R/ Bioplasenton cream tube I
s.2.d.d. u.e

Sore
R/ Povidone iodine cream tube I
s.2.d.d. u.e
R/ Bioplasenton cream tube I
s.2.d.d. u.e
Hari Ke-8 post operasi
Tanggal : Jumat, 11 Oktober 2019

Pagi Sore
Nafas 30 36
(x/menit)
Pulsus 122 126
(x/menit)
Suhu 38,7 38,9
(°C)

Feses padat normal, urinasi lancar,


nafsu makan minum normal, diberikan
bubur dicampur dryfood, buka jahitan,
luka sudah menutup sempurna, daerah
luka jahitan bengkak.

Pengobatan:
Pagi
R/ Povidone iodine cream tube I
s.2.d.d. u.e
R/ Bioplasenton cream tube I
s.2.d.d. u.e
Sore
R/ Povidone iodine cream tube I
s.2.d.d. u.e
R/ Bioplasenton cream tube I
s.2.d.d. u.e
Hari Ke-10 post operasi
Tanggal : Minggu, 13 Oktober 2019

Feses padat normal, urinasi lancar,


nafsu makan minum normal, diberikan
bubur dicampur dryfood, daerah luka
sudah menutup sempurna dan sudah
tidak ada bengkak di sekitar jahitan.

Pengobatan:
Pagi
R/ Povidone iodine cream tube I
s.2.d.d. u.e
R/ Bioplasenton cream tube I
s.2.d.d. u.e

Sore
R/ Povidone iodine salep tube I
s.2.d.d. u.e
R/ Bioplasenton cream tube I
s.2.d.d. u.e

Benang jahitan diambil pada hari ke delapan post operasi. Menurut Fossum

(2013) jenis kesembuhan luka pada luka incisi operasi termasuk ke dalam kategori

kesembuhan luka primer yang terjadi dalam 4 fase, yaitu fase inflamasi, fase

pembentukan debris, fase proliferasi dan fase maturasi.

Menurut Morison (1992) proses kesembuhan luka melewati 4 tahapan

utama kesembuhan luka, yaitu:

1. Respons inflamasi akut: mencakup hemostasis, pelepasan histamine dan

mediator lain dari sel-sel yang rusak, dan migrasi sel darah putih (leukosit

polimorfonuklear dan makrofag) ke tempat yang mengalami luka

2. Fase destruktif: pembersihan jaringan yang mati dan yang mengalami

devitalisasi oleh leukosit polimorfonuklear dan makrofag


3. Fase poliferatif: saat pembuluh darah baru yang diperkuat oleh jaringan ikat,

menginfiltrasi luka.

4. Fase maturase: mengcangkup re-epitelisasi, kontraksi luka dan reorganisasi

jaringan ikat.

Kondisi anjing selama monitoring delapan hari post operasi relatif stabil,

ekspresi muka ceria dan sangat aktif, nafsu makan dan minum baik, tidak ada reaksi

muntah dan pemeriksaan data fisiologi normal, urinasi normal, fases tampak normal

pada beberapa hari setelah operasi dan baru mulai defekasi dihari ke lima post

operasi.
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan analisa data dan operasi yang telah dilakukan dapat diambil

suatu kesimpulan bahwa, operasi gastrotomi dilakukan dengan pendekatan cranial

midline yaitu incise gastrium dilakukan diantara kurvatura minor dan kurvatura

mayor yang sedikit pembuluh darahnya dan penutupan luka gastrium dengan dua

pola jahitan, pertama sederhana menerus pada tunika serosa, tunika musklaris,

tunika submukosa, tunika mukosa kemudian dilanjutkan dengan lambert menerus

(hanya serosa dan muskularis). Operasi gastrotomi pada anjing Brutus berjalan lancar

dan luka terlihat mengalami kesembuhan setelah sepuluh hari pasca operasi.

Saran

Pada operasi gastrotomi harus diperhatikan metode jahitan agar gastrium

benar-benar tidak mengalami kebocoran. Perawatan pasca operasi gastrotomi juga

penting menentukan konsistensi dan nutrisi pakan yang sesuai dengan kondisi

pencernaan pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Fossum, T.W. 2019. Small Animal Surgery Fifth Edition. Philadelphia. Elsevier.

Kovalucka, L., and Birgele, E. 2011. The effect of some premedication and
general anathesia intraocular pressure and pupil diameter in dog’s eyes.
LLU Rakhsti 26 (321): 77-83

Morison, M. J. 1992. a Colour Guide to the Nursing Manajement of Wounds;


diterjemahkan oleh Tyasmono dengan judul buku “Manajemen Luka”.
Jakarta: ECG.

Plumb, D. C. 2008. Veterinary Drug Hand Book: 6th Edition. Iowa: Blackwell
Publishing

Sardjana, I., Wiarsa, K dan Kusumawati, D. 2004. Anestesi Veteriner. Gadjah


Mada University Press. Yogyakarta.

Slatter, D. 2003. Textbook of Small Animal Surgery 3rd edition.


Philadelphia:Saunders

Yagnik, V. 2007. Fundamentals of Operative Surgery. BI Publications, New


Delhi. 125

Anda mungkin juga menyukai