Disusun oleh :
15830017
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi Anjing
Kingdom/kerajaan : Animalia
phylum : chordata
class : mamalia
family : camdae
ordo : carnivora
genus : canis
spesies : Canis lupus familiaris
Saluran pencernaan makanan pada anjing terdiri dari rongga mulut (cavum
oris), kerongkongan (oesophagus), lambung (gastrium), usus halus (intestinum), usus
besar (colon), rectum dan terakhir adalah anus. Di dalam saluran tersebut, setiap
makanan yang masuk akan mengalami proses pencernakan makanan, baik secara
mekanik maupun kimiawi. Lambung merupakan bagian dari sistem saluran
3
pencernaan makanan, berupa saluran yang mengalami dilatasi/ pelebaran hingga
membentuk kantong dan terdapat di dalam rongga abdomen sebelah kiri. Di dalam
lambung, makanan yang masuk akan ditampung selama beberapa jam dan mengalami
proses pencernaan secara mekanik melalui gerakan peristaltik lambung dan secara
kimiawi melalui enzim-enzim dalam lambung seperti rennin, pepsin, dan HCl,
sehingga ketika makanan sampai di usus telah dalam bentuk yang halus dan telah
terpecah atas partikel yang lebih kecil sehingga akan mudah untuk diserap (Frandson,
1986).
Gastrium anjing terletak pada sisi kiri abdomen di belakang hepar. Posisinya
bervariasi tergantung jumlah ingesta. Secara anatomis lambung anjing terletak pada
sisi kiri rongga abdomen bagian depan dan di belakang hepar, membentang dari
vertebrae thorakalis ke-9 sampai vertebrae lumbalis yang pertama. Lambung yang
kosong akan sulit dipalpasi karena tertutup oleh hepar dan archus cranioventral serta
intestinum pada bagian belakangnya. Kurvatura mayor lambung (greater kurvature)
terletak pada bagian dorsal, pada sisi kiri intestinum dan permukaan ventral serta
kaudalnya terletak pada intercostalis ke-11 dan ke-12. Kebutuhan darah dilambung
disuplai oleh arteria coeliaca, yaitu pembuluh darah cabang dari aorta yang keluar
dari crura diaphragmatika. Sampai pada bagian pertengahan terbagi menjadi 3, yaitu
arteri hepatica, arteri gastrika dan arteri splenika yang kesemuanya mensuplai nutrisi
dari lambung (Archibald, 1974).
Pemeriksaan Umum
a) Temperatur
5
Temperatur dapat diukur melalui rongga mulut dan melalui lubang anus.
Sebelumnya olesi ujung thermometer dengan bahan pelicin (missal vaselin).
Masukkan ujung thermometer ke lubang anus, tunggu sampai angkanya terhenti (± 3
menit) dan hitung skalanya. Jika dilakukan pada rongga mulut (rongga pipi) maka
hasil ditambah 0,5oC karena adanya evaporasi (penguapan). Suhu normal pada anjing
adalah 37,8oC – 39,5oC.
b) Pulsus
Pulsus pada hewan kecil dapat diraba pada arteri femoralis (sebelah medial
femur) dan lakukan penghitungan selama 1 menit. Bila mengalami kesulitan dapat
dilakukan selama 15 detik kemudian dikalikan empat. Frekuensi pulsus normal pada
anjing adalah 76-148 kali/menit.
c) Nafas
d) Selaput Lendir
Pemeriksaan selaput lendir meliputi conjunctiva, hidung, mulut, dan vulva. Pada
conjunctiva, geser ke atas kelopak mata atas dengan ibu jari, gantikan ibu jari dengan
telunjuk sedikit ditekan, maka akan tampak conjunctiva palpebrarum. Tekan kelopak
mata bawah dengan ibu jari maka conjunctiva palpebrarum bawah akan tampak pula.
Normal pada anjing berwarna pink.
Pada hidung, mulut dan vulva pada keadaan normalnya selalu basah dan
berwarna pink, selain itu lakukan juga pemeriksaan CRT (Capilary Refiil Time/ waktu
terisinya kembali kapiler) dengan cara membuka bibir hewan kemudian menekan gusi
dan melepaskan kembali. Waktu normal maximal 2 detik
6
lesi-lesi atau abnormalitas yang nampak. Tingkat elastisitas dapat diidentifikasi
melalui pemeriksaan turgor dengan mengangkat kulit bagian tengkuk dan mengukur
waktu kembali. Anjing normal mempunyai waktu turgor kurang dari 2 detik.Lama
waktu turgor menunjukkan status dehidrasi anjing (Boddie, 1956).
Pemeriksaan Khusus
a) Sistem Pencernaan
Berikan pakan/minum untuk melihat nafsu makan dan minum. Perhatikan juga
keadaan abdomen dan bandingkan sebelah kanan dan kiri. Amati mulut, dubur, kulit
sekitar dubur dan kaki belakang. Terus perhatikan cara defekasi dan amati tinjanya.
Mulut, Pharynx, dan Oesophagus; Buka mulut anjing dengan menekan bibir
kebawah gigi atau ke dalam mulut, kemudian lakukan inspeksi. Bila perlu, tekan lidah
dengan spatel agar dapat dilakukan inspeksi dengan leluasa. Pada anjing yang galak,
rahang dapat ditali dengan kain lalu rahang atas ditarik ke atas dan rahang bawah
ditarik kebawah. Perhatikan bau, mulut, selaput lendir mulut, pharynx, lidah, gusi, dan
gigi-geligih. Perhatikan kemungkinan adanaya lesi, benda asing, perubahan warna,
dan anomali lainnya. Perhatikan pula limfoglandula regional dan kelenjar ludah.
Palpasi oesophagus dari luar sebelah kiri dan raba pharynx dari luar. Bila perlu,
dilakukan pemeriksaan radiologi dengan sebelumnya memasukkan ke dalam
oesopahgus bahan tak tembus sinar rontgen, misalnya bubur atau barium sulfat
(Boddie, 1956).
Abdomen; Lakukan inspeksi keadaan abdomen bagian kiri dan kanan, palpasi
daerah abdomen secara menyeluruh dengan menekan ujung jari tangan kiri dan kanan
dari dua sisi perut sampai kedua ujung jari bersentuhan atau hanya dibatasi oleh benda
atau organ di dalam perut. Perhatikan isi abdomen yang teraba. Lakukan auskultasi
dari sebelah kanan ke kiri untuk mengetahui peristaltik usus. Lakukan eksplorasi
dengan jari kelingking (pakailah sarung tangan dari karet atau plastik yang diberi
pelicin). Perhatikan kemungkinan adanya rasa nyeri pada anus atau rektum, adanya
benda asing atau tinja yang keras. Ambil feses untuk pemeriksaan laboratorium,
apabila terjadi konstipasi lakukan pemberian enema dengan memasukkan kedalam
rectum ¼ -1 ml glyserin atau air sabun hangat 5-30 ml, kemudian ajak anjing ke
halaman supaya leluasa bergerak dan buang air, perhatikan pula warna dan konsistensi
7
tinjanya. Periksalah anus dan pencetlah anus dari dua sisi dengan jari tangan yang
dilapisi dengan kapas perhatikan kemungkinan adanya cairan yang keluar (Boddie,
1956).
b) Sistem Pernafasan
Perhatikan adanya aksi-aksi atau pengeluaran seperti batuk dan bersin, perhatikan
frekuensi dan amati tipe nafasnya.
Hidung; Perhatikan keadaan hidung dan leleran yang keluar, raba suhu lokal
dengan menempelkan jari tangan pada dinding luar hidung. Letakkan kapas di depan
hidung kemudian liat reaksi kapasnya. Lakukan perkusi pada daerah sinus frontalis
dan perhatikan suaranya.
Pharynx, Larinx, Trakea; Lakukan palpasi dari luar, perhatikan reaksi dan
suhunya, perhatikan pula limfoglandula regional terutama limfoglandula
submaxillaris, suprapharyngealis, dan parapharyngealis, perhatikan suhu, konsistensi,
dan besarnya, bandingkan limfoglandula kanan dan kiri.
Rongga dada; Tentukan daerah perkusi atau auskultasi paru-paru dan gambar di
atas kertas dengan meletakkan garis batas depan sejajar vertikal, daerah kanan di
sebelah kiri dan darah kiri di sebelah kanan ke atas, lakukan auskultasi dan perhatikan
hasilnya, bandingkan dengan hasil auskultasi dengan trakea. Lakukan perkusi digital
dengan membaringkan anjing pada alas yang kompak, perhatikan suara perkusi yang
di hasilkan. Lakukan palpasi pada intercostae. Perhatikan adanya rasa nyeri pada
pleura dan edeme subcutis. Pada anjing dan hewan kecil dapat dilakukan pemeriksaan
radiologis (Boddie, 1956).
c) Sistem Sirkulasi
Perhatikan adanya kelainan darah dan sirkulasi seperti anemia, sianosis, edema
atau ascites, pulsus venosus, kelainan pada denyut nadi, dan sikap atau langkah
hewan. Periksa frekuensi, irama dan kualitas pulsus atau nadi, kerjakan pemeriksaan
secara inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi pada daerah jantung (sebelah kiri).
Perhatikan adanya pulsasi di daerah vena jugularis dengan memeriksa pada 1/3 bawah
leher, perhatikan kemungkinan adanya pulsus. Periksalah keadaan pembuluh darah
perifer dengan pemeriksaan selaput lendir dan mukosa (Boddie, 1956).
8
d) Sistem Limphatica
e) Sistem Lokomotor
f) Organ Uropoetica
Perhatikan sikap pada waktu kencing. Amati urine yang keluar, perhatikan
warnanya, baunya dan adanya anomali (darah, jonjot, kekeruhan dan lain sebagainya).
Ginjal anjing dilakukan palpasi pada daerah lumbal, cari ginjal. Pada kucing
dipalpasi dengan rongga perut, ginjal kucing menggantung.Perhatikan reaksi, besar,
konsistensi dan simetrinya.
Untuk vesica urinaria, palpasi rongga perut pada waktu isi, kosongkan dengan
kateter, palpasi pada keadaan kosong, raba kemungkinan adanya benda asing (batu,
tumbuh ganda) atau adanya pembengkakan/penebalan dinding vesica urinaria.
9
Kateterisasi/pengambilan urin; ambil kateter sesuai dengan kelamin dan besar
hewan. Kateter dimasukkan secara legeartis (kateter steril, dengan lubricant yang
steril, tidak mengiritasi dan mengandung antiseptika).
Pemeriksaan urin; pemeriksaan fisik, perhatikan air kemih yang telah di tamping,
perhatikan warna, kekentalan, adanya benda-benda yang mencurigakan dan bau.
Pemeriksaan laboratorium, minimal harus dilakukan pemeriksaan protein, pH, dan
endapan, bila perlu ambil darahnya untuk pemeriksaaan urea (BUN,blood urea nitrogen)
dan kreatinin (Boddie, 1956).
N. olfactorius (pembau). Dengan cara mendekatkan ikan, daging dan lain sebagainya
yang merangsang syaraf pembau tanpa mendengar atau melihat.
N. glossopharingeal. Pada anjing buka mulut rangsang bagian belakang faring. Pada
hewan besar perhatikan cara menelan.
N. vagus (organ dalam) untuk sensorik dan motorik, pada jantung kerjanya inhibitor.
10
N. spinal accessories. Perhatikan scapula, pada paralisa unilateral salah satu scapula
menggantung (kelumpuhan syaraf yang menginervasi m. trapezius/m.
sternocephalicus).
Syaraf Perifer
Perhatikan aktifitas otot, stimulasi dengan meraba, memijit, menusuk, mencubit dengan
jari atau arteri klem atau pinset chirurgis.
Reflex superficial; Conjunctiva (untuk serabut sensorik dari cabang ophthalmic dan
cabang maxillaries syaraf cranial V). Cornea (untuk serabut sensorik dari cabang
ophthalmic dan maxillaris cabang syaraf cranial V). Pupil (N. opticus: sensorik, N.
oculomotorius: motorik). Perineal (N. spinalis) sentuh perineum, perhatikan
reaksinya. Pedal (arcus reflex): sentuh, pijit, pinset (cubit) telapak kaki/interdigiti,
perhatikan reaksi menarik pada kaki.
Reflex profundal; patella, pada hewan kecil dilakukan dalam keadaan berbaring,
pukul pada ligamentum patellae mediale. Bila reflex bagus m. quardriseps femoris
akan berkontraksi mendadak/menendang. Tarsal, lakukan perkusi pada tendo
achilles, bila refleksnya bagus maka m. gastrocnemius akan berkontraksi (tampak
menendang).
2.3 Indikasi
11
Menambahkan bahwa kasus gastrointestinal pada hewan kesayangan (anjing)
yang mengharuskan dilakukannya gastrotomi adalah kasus foreign body removal
(pengangkatan benda asing) yang sering ditemukan pada hewan di bawah umur 2
tahun.
2.4 Premedikasi
Atropin sulfat
Atropin sulfat merupakan antikolinergik yang paling sering digunakan. Obat-
obat golongan ini disebut juga anti muskarinik atau parasimpatolitik. Mekanisme
kerjanya pada umumnya menghambat pada tempat yang disarafi oleh serabut
postganglion kolinergik, dimana asetilkolin sebagai neurotransmiter. Atropin
digunakan sebagai premedikasi anastesi dengan tujuan utama untuk menekan
produksi air liur dan sekresi jalan nafas dan juga mencegah reflek yang menimbulkan
gangguan jantung atau mencegah timbulnya bradikardia. Meskipun demikian
pemberian atropin berpengaruh pada susunan syaraf pusat yang kemudian
merangsang medula oblongata, pada mata menimbulkan midriasis, mengurangi sekret
hidung, mulut, faring dan bronkus (Sardjana dan Kusumawati, 2004). Pada sistem
kardiovaskuler atropin berpengaruh terhadap jantung yang bersifat menghambat
peristaltik lambung dan usus.
Atropin sulfat bersifat reversibel dan pada pemberiannya dapat dimetabolisir
oleh semua spesies (Brander et al, 1991. Dosis yang dianjurkan untuk anjing dan
kucing adalah 0,022-0,044 mg/kg BB. Atropin sulfat dapat diberikan secara subcutan,
intramuskuler atau intravena. Pemberian secara intravena digunakan apabila ingin
berefek cepat.
12
Keuntungan antikolinergik sebagai premedikasi adalah menurunkan sekresi
saliva, menurunkan motilitas intestinal, menurunkan keasaman cairan gastrium,
menghambat bradikardi oleh stimulasi vagal, menurunkan motilitas intestinal. Dan
menyebabkan bronkodilatasi. Sedangkan kerugiannya adalah peningkatan kecepatan
metabolisme, peningkatan denyut jantung, dapat menyebabkan bradikardia atau
takikardia dan dilatasi pupil.
Ketamin HCl
Ketamin HCl merupakan larutan yang tidak berwarna, stabil pada suhu
kamar dan relatif aman (batas keamanan lebar). Ketamin mempunyai sifat analgesik,
anastetik dan kataleptik dengan kerja singkat. Sifat analgesiknya sangat kuat untuk
sistem somatik, tetapi lemah untuk sistem visceral. Tidak menyebabkan relaksasi otot
lurik, bahkan kadang-kadang tonusnya sedikit meninggi (Kumar, 1997). Ketamin
HCL (ketalar,vetalar) adalah dl-2-(0-klorofenil)-2-9metilamino) sikloheksan HCL.
Konsentrasi efektifnya 10, 50, dan 100 mg/ml dan cocok untuk injeksi secara intra
muskuler atau inta vena. Pemberian anastesi secara intra vena sering digunakan untuk
mendapatkan induksi anastesi yang cepat, yang kemudian dipertahankan dengan obat
inhalasi yang tersedia.
13
Xylazine
Nama lain xylazine adalah 2(2,6-dimethylphenylamino)-4H-5,6-dyhidro-1,3-
thiazine-hydrocloride). Merupakan sedativa non narkotik yang poten dan analgesik
serta merupakan relaksan muskulus yang baik. Efek sedativa dan analgesia bekerja
mendepres sistem syaraf pusat dan relaksasi muskulus karena terhambatnya transmisi
intraneural dari impuls pada sistem saraf pusat.
Xylazine diklasifikasikan sebagai analgesika juga mirip sedativa, namun bukan
neuroleptik atau transquilizer. Xylazine menghambat efek adrenergik dan kolinergik
neuron sehingga terjadi analgesia dan sedasi, efek samping yang bisa terjadi pada
anjing yaitu muntah. Dosis untuk anjing adalah 1-2 mg/kg BB diberikan secara
intramuskuler (Kumar, 1997).
Ketamin-Xylazine
Kombinasi antara ketamin dan xylazine merupakan kombinasi terbaik bagi kedua
agen ini untuk menghasilkan analgesia. Banyak hewan yang teranastesi secara baik
dengan menggunakan kombinasi ini. Anastesi dengan ketamin-xylazine memiliki
efek lebih pendek jika dibandingkan denga pemberian ketamin saja, tetapi kombinasi
ini menghasilkan relaksasi muskulus yang baik tanpa konfulsi. Emesis sering terjadi
pasca pemberian ketamin-xylazine, tetapi hal ini dapat diatasi dengan pemberian
atropin 15 menit sebelum pemberian ketamin-xylazine. Efek anastesi akan timbul
setelah 10-30 menit, dan kembalinya kesadaran timbul setelah 1-2 jam.
Alkohol 70%
Alkohol merupakan antiseptik umum, pelarut yang baik dan disinfektan, jika
diaplikasikan secara lokal pada jaringan alkohol mempunyai efek sebagai anti bakteri
dan germisid yang kuat (Brander, 1991).Alkohol sebagai antiseptika banyak dipakai
dalam persiapan operasi dan persiapan penyuntikan, sedang alkohol sebagai
desinfektansia banyak dipakai untuk mencuci alat-alat kedokteran dan sterilisasi
sebelum pengambilan bahan-bahan secara aseptis. Alkohol sering digunakan bersama
antiseptik lain, sehingga daya membunuh bakterinya menjadi lebih kuat. Sediaan
alkohol meliputi etyl alkohol 70-95%, isopropyl alkohol 70-95%, dan campuran
alkohol 205 dengan cloramin 3%.
14
Iodium Tincture (Povidon Iodin)
Iodine merupakan germisidal yang bekerja dengan cepat, bakteri terbunuh dalam
waktu 1 menit, dan spora bakteri akan terbunuh setelah 15 menit. Iodine juga dapat
untuk mengobati luka, serta melawan infeksi jamur dan parasit (subronto, 2001).
Sediaan iodine yang banyak digunakan adalah yodium tincture dan larutan lugol.
Kedua larutan ini apabila terkena luka akan menyebabkan rasa perih, dapat merusak
alat-alat kedokteran karena sufatnya yang korosif, serta meninggalkan bekas warna
pada jaringan.
Selain untuk disinfeksi yodium juga dipakai untuk mengobati luka serta melawan
infeksi jamur dan parasit. Kemampuan yodium dalam menembus dinding sel sangat
tinggi dan karena adanya gangguan metabolisme di dalam protoplasma kuman akan
mati. Larutan tersebut apabila mengenai luka akan menyebakan rasa perih dan warna
pada jaringan (Brander,1991).
Kalium Permanganat
Kalium Permanganat (KMnO4) tersedia dalam bentuk kristal berwarna ungu dan
mudah larut dalam air. PK mempunyai daya membunuh kuman yang tinggi. Hampir
semua jenis kuman dapat terbunuh dengan antiseptik ini. Dalam konsentrasi yang
tidak merusak jaringan, spora kuman tidak terpengaruh oleh PK (Brander et al.,
1991).
Penstrep
Penstrep merupakan obat campuran antara penicillin dan streptomisin sehingga
dapat diharapkan daya kerjanya berspektrum luas. Penicillin bekerja dengan
menghambat kerja enzim transpeptidase pada pembentukan dinding sel bakteri
sehingga hanya efektif pada bakteri gram positif. Sedangkan streptomisin bekerja
dengan menghambat sintesa protein bakteri langsung pada ribosom sub unit 30 S dan
mengganggu penerjemahan kode genetik sehingga efektif terhadap bakteri gram
negatif (Brander,1991).
Betadine
Betadine salep dengan kandungan povidone iodine 10% digunakan untuk
penyembuhan terhadap luka bakar, luka karena infeksi, ataupun luka yang lambat
sembuh, seperti pada penderita diabetes. Pengalaman klinis menunjukkan bahwa
betadine salep daya kerjanya tidak terpengaruh oleh adanya darah ataupun nanah,
proses penyembuhan luka cepat, dan tidak menimbulkan noda di kulit maupun
pakaian (larut dalam air).
16
Salep Bioplasenton
Bioplacenton® diproduksi oleh P.T. Kalbe Farma, berupa sediaan jelly
mengandung ekstrak Placenta 10%, Neomisin Sulfat 5% dan jelly q.s. Ekstrak
placenta yang terkandung dalam Bioplacenton® berperan sebagai biogenic stimulator
yang akan mempercepat regenerasi sel dan penyembuhan luka. Ekstrak placenta
mengandung protein, asam amino, vitamin dan mineral. Selain itu juga mengandung
enzim yang bersifat bioaktifator yang akan mengaktivasi aliran darah ke kulit dan
dapat meningkatkan kemampuan kulit mengkonsumsi oksigen sehingga metabolisme
dalam sel atau jaringan pun meningkat, yang nantinya akan menstimulir regenerasi
sel pembentukan sel-sel kulit yang baru.
Neomisin sulfat yang terkandung dalam obat ini biasa digunakan untuk
pengobatan keratitis dan konjungtivitis pada anjing, keratokonjungtivitis pada ternak
dan otitits eksterna akut pada anjing (Booth, 1988). Preparat ini biasa digunakan
untuk mencegah infeksi pada luka sobek, luka lacerasi atapun abrasi pada sapi, kuda,
kucing dan anjing. Preparat ini juga dapat digunakan untuk mencegah infeksi pasca
operasi seperti pada amputasi declaw, potong ekor ataupun kastrasi (Booth, 1988).
Seperti yang kita ketahui bahwa proses kesembuhan luka menurut Fossum (2000)
adalah :
1. Fase peradangan (Inflamatory phase)
Fase ini diawali dengan adanya perdarahan yang membersihkan dan memenuhi
bagian kulit yang terluka segera setelah terjadi trauma. Fase ini berlangsung
selama 2-3 hari dan bertahan sampai kurang lebih 5 hari.
2. Fase debrikasi (debriment phase)
Fase ini ditandai dengan adanya infiltrasi dan neutrofil dan monosit ke daerah
luka. Peristiwa ini terjadi kurang lebih 6-12 jam setelah terjadinya luka.
3. Fase perbaikan (Repair phase)
Fase ini biasa terjadi 3-5 hari setelah luka terjadi. Ada beberapa proses yang
terlibat dalam fase ini :
a. Fibroblas dan collagen
Fibroblas akan bermigrasi menuju daerah yang mengalami luka setelah
fase peradangan terlewati (2-3 hari). Fibroblas akan menginvasi luka untuk
mensintesis dan mendeposit collagen, elastin dan proteoglican yang akan
17
mengalami maturasi membentuk jaringan fibrous. Setelah 5 hari regangan pada
daerah sekitar luka menyebabkan fibroblast, fibrin dan pembuluh kapiler untuk
terposisi parallel dengan tepi luka. Jumlah dari collagen mencapai jumlah
maksimum setelah 2-3 minggu.
b. Jaringan granulasi (Granulation tissue)
Jaringan granulasi akan mengisi dan melindungi luka dengan jalan
menciptakan barier terhadap infeksi. Jaringan ini juga menciptakan lapisan dasar
untuk terjadinya migrasi epitel dan merupakan sumber dari sel-sel fibroblast
khusus yang dinamakan myofibroblast.
c. Epitelialisasi
Proses epitelialisasi dimulai dalam waktu 24-48 jam pada luka dengan
tepi luka teraposisi dengan baik. Pada luka yang terbuka, proses dimulai setelah
lapisan jaringan granulasi terbentuk, biasanya setelah 4-5 hari. Pada awalnya
lapisan epitel yang terbentuk hanya 1 lapis sel (one cell layer) yang rapuh.
Lapisan ini akan menebal dengan terbentuknya lapisan-lapisan baru.
d. Kontraksi luka (wounds contraction)
Kontraksi luka akan memperkecil besar luka dimana proses ini terjadi
melalui kontraksi dari myofibroblast yang terdapat pada jaringan granulasi.
Proses ini terjadi bersamaan dengan terbentuknya jaringan granulasi dan
epitelialisasi. Secara umum luka akan mengecil sebesar 0,6-0,7 mm per hari.
Proses ini akan terhambat oleh adanya fiksasi luka, inelastisitas atau adanya
tarikan pada luka. Proses ini juga terhambat jika perkembangan myofibroblast
berkurang, pemberian obat antiinflamasi steroid, obat antimicrotubular dan
pemberian musculo relaxan lokal. Proses ini akan berhenti setelah tepi luka
bertemu, adanya regangan yang berlebihan atau tidak tersedia cukup
myofibroblast.
Kasus ditemukannya benda asing dalam saluran cerna tidak jarang terjadi
terutama pada kucing. Benda asing yang ditemukan itu sangat bevariasi seperti
18
kulit, kawat, batu, kelereng dan lain-lain. Diagnosa adanya benda asing dalam
saluran pencernaan dapat dilakukan dengan pemeriksaan X-Ray yang akan
membantu apabila benda asing itu cukup padat (Fazio, 2006).
Benda asing juga dapat mengakibatkan iritasi bila tidak segera ditangani,
serta menyebabkan peradangan dan peningkatan jaringan parut. Selain itu benda
asing yang masuk ke dalam gastrium dapat menyebabkan infeksi, terjadinya
penutupan bagian-bagian tertentu dari tubuh (seperti saluran pernapasan), dan
bisa menyebabkan keracunan. Selain menyebabkan obstruksi dan perforasi,
benda asing yang tertelan juga dapat menimbulkan abses, fistula dan pleuritis.
Benda asing juga dapat keluar sendiri melalui feses tanpa menimbulkan kelainan
yang berarti, atas dasar itu maka setiap hewan yang diketahui telah menelan
benda asing sebaiknya diobservasi. Tindakan aktif berupa operasi baru dilakukan
apabila telah terdapat komplikasi pada kucing yang baru saja menelan benda
asing, serta dapat dicoba dengan memberikan air minum yang banyak dan obat
untuk memuntahkan isi gastrium (Catcott, 1975).
19
BAB III
3.1 Materi
Persiapan Hewan
Sebelum operasi dilakukan, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan fisik secara
umum meliputi tekanan darah, frekuensi pulsus, frekuensi nafas, suhu tubuh,
keadaan umum dari anjing tersebut, dan dilakukan pemeriksaan darah rutin. Jika
anjing dinyatakan memenuhi syarat, maka operasi dapat dilaksanakan. Anjing harus
dipuasakan makan selama 12 jam dan puasa minum selama 6 jam terlebih dahulu
sebelum operasi dilakukan dengan tujuan agar kondisi usus dalam keadaan kosong
sehingga anjing tidak muntah dalam kondisi teranastesi.
20
Setelah 15 menit, hewan di anestesi dengan menggunakan campuran Ketamin
HCl 10 % dosis 10 mg/Kg BB dan Xylazin 2 % dosis 2 mg/Kg BB secara intra
muskuler.
21
Drapping. Setelah pasien telah diposisikan dan kulit sudah diolesi antiseptik,
hewan siap digunakan drape. Drape menututupi area yang berbulu disekitar daerah
operasi agar luka insisi tidak terkontaminasi. Bisa menggunakan single drape ataupun
multiple drape
Alat operasi dalam keadaan steril diletakkan dimeja khusus dan disusun secara urut
didekat meja operasi. Alat yang digunakan adalah infuse set, iv catheter, scalpel,
gunting, needle holder, jarum bulat dan jarum segitiga, benang cat gut
chromic dan cat gut plain, benang nylon, pinset anatomis dan chirurgis, allis
forceps,hemostatic forceps, intestinal forceps, drapping, tampon, sarung tangan dan
masker.
22
Bahan yang digunakan adalah alcohol 70%, iodium tincture 3%, NaCL
fisiologis, antibiotic, vitamin B kompleks, obat premedikasi (atropin sulfat , obat
anastesi (ketamin dan Xylazin )
Tangan dicuci bersih dari ujung jari sampai siku dengan sabun dan disikat
kemudian dibilas dengan air bersih yang mengalir sampai bersih
23
Baju bedah. Baju bedah berfungsi sebagai penghalang antara kulit anggota tim
bedah dan pasien. Baju harus terbuat dari bahan yang menghilangkan
mikroorganisme dari bagian antara daerah steril dan nonsteril. Baju harus tahan
terhadap cairan, serat, peregangan, tekanan, dan gesekan dan harus nyaman,
ekonomis
Gloving. Sarung tangan karet lateks merupakan penghalang antara anggota tim bedah
dan pasien. Namun, tidak dapat menggantikan metode scrubbing. Ada tiga cara
untuk pemakain sarung tangan yaitu : metode terbuka, metode tertutup, dan dengan
bantuan asisten.
3.2 Metode
24
Cuci tangan hingga mencapai siku dengan menggunakan air bersih dan
sabun, setelah itu dapat dicuci kembali dengan alkohol 70%. Kemudian operator
dan co-operator menggunakan sarung tangan dan pakaian khusus. Keadaan tersebut
dipertahankan sampai operasi selesai.
Selanjutnya hewan diberikan anestesi umum dan ditempatkan pada posisi dorsal
recumbency.
Setelah itu melakukan incisi kulit pada ventral midline abdominal dari umbilicus
sampai xhipoideus.
25
Incisi dilanjutkan pada linea alba dan peritonium sehingga rongga abdominal
terbuka.
26
Selanjutnya melakukan incisi pada dinding lambung yang sedikit pembuluh
darahnya (diantara curvatura mayor dan curvatora minor). Incisi dibuat agar tidak
dekat dengan pilorus dan incisi dilebarkan dengan gunting.
27
pertama dengan pola jahitan cushing atau simple interrupted selanjutnya dijahit
dengan pola lembert atau cushing.
Pada bagian peritonium, linea alba, dan subkutan dijahit dengan benang absorbable
serta kulit dijahit dengan benang nonabsorbable.
Perawatan pasca operasi, hewan jangan diberi makan dan minum. Diberikan infus
RD 5% secara intravena, antibiotika secara intravena dan oral. Setelah 3x24 jam
dapat diberikan makanan ringan (dog food).
28
3.3 Pasca Operasi
29
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Pada hari selasa tanggal 24 Mei 2016 anjing lokal bernama Clasie, berwarna
cokelat, berat badan 4 kg diperkirakan umur 3 bulan, milik Citra Setia Putra. Telah
dilakukan operasi Gastrotomi di Rumah Sakit Hewan Soeparwi Fakultas Kedokteran
Hewan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Anamnesis :
Hasil pemeriksaan :
Suhu : 39,1oC
Pulsus : 160 kali/menit
Anggota gerak : langkah berjalan normal
30
Pernafasan : 84 kali/menit
CRT : conjungtiva normal, CRT < 2detik
Berat badan : 4 kg
4.3 Operasi
Pelaksanaan operasi dimulai sekitar pukul 08.30 WIB. Hasil pelaksanaan operasi
Gastrotomi pada Anjing
Pemeriksaan fisik
31
Persiapan hewan
32
Menemukan organ gastrium
33
Penutupan incisi abdomen dimulai dari linea alba, sub cutan, cutan
Proses pelepasan jahitan pada hari ke-7 terlihat luka sudah menutup
34
makanan berupa doog food dengan ukuran biji kacang. Hari ke-7 dilakukan pelepasan
jahitan.
Kontrol Pemeriksaan post operasi hingga sadar
Menit 0 15 30 45 60 75 90 105 120
Temp (oC) 35,3 34,9 35,1 36,0 38,2 38,0 37,8 37,9 37,5
35
Tanggal Pemeriksaan Terapi
Suhu : 37,8oC
Defekasi : -
Pulsus : 116
24 mei 2016 Urinasi :- Ampicilin inj. 0,4 ml
x/menit
IM
Suhu : 38,8oC
Defekasi : -
Pulsus : 126 Ampicilin inj. 0,4 ml
25 Mei 2016 Urinasi :+
x/menit IM
Suhu : 39,1oC
Defekasi : +
Pulsus : 109 Ampicilin inj. 0,4 ml
26 Mei 2016 Urinasi :+
x/menit IM
Suhu : 38,3oC
Defekasi : + Ampicilin inj. 0,4 ml
Pulsus : 96 IM
27 Mei 2016 Urinasi :+
x/menit
Suhu : 38,0oC
Defekasi : +
Pulsus : 112 Ampicilin inj. 0,4 ml
28 Mei 2016 Urinasi :+
x/menit IM
36
Pulsus : 110 Urinasi :+
x/menit Ampicilin inj. 0,4 ml
IM
4.5 PEMBAHASAN
Pada hari selasa tanggal 24 Mei 2016 anjing lokal bernama Clasie, berwarna
cokelat, berat badan 4 kg diperkirakan umur 3 bulan, milik Citra Setia Putra. Telah
dilakukan operasi Gastrotomi, sebelumnya telah dilakukan pemerikasaan umum
semua dalam keadaan sehat, nafsu makan dan minum normal, tidak diare, cacingan,
tidak muntah, belum pernah divaksin.
Hasil pemeriksaan fisik menunjukan ekspresi muka takut, kondisi tubuh sedang.
Frekuensi nafas 84 kali per menit, frekuensi pulsus 160 kali per menit, dan suhu
tubuh 39,1oC. Turgor kulit normal (<2 detik), rambut tidak rontok dan bersih. CRT
<2 detik Limfoglandula superficial tidak mengalami perubahan.
37
Setelah semua disiapkan hewan di induksikan premedikasi, disini yang
digunakan adalah atropin Sulfat 0,025 % dengan dosis 0,04 mg/kg BB secara
subkutan dengan berat badan anjing 4kg dibutuhkan 0,64 ml. Pemberian Atropine
Sulfat akan berefek penekanan terhadap sekresi air liur dan mukus bronkus, dilatasi
pupil, gangguan akomodasi dan penghambatan nervus vagus terhadap jantung, juga
menghambat peristaltik usus dan sekresi kelenjar lambung (Brander et al, 1991).
Atropin sulfat akan bekerja setelah 10-15mnt ditandai dengan mengeringnya mukosa
terlihat pada mulut anjing
Xylazine merupakan sedativa non narkotik yang paling kuat dan analgesik
visceral yang baik dan menimbulkan relaksasi muskulus (Sawyer, 1982; Tenant,
2002). Kekurangan dari Xylazine adalah respirasi dan denyut jantung akan menurun,
serta terjadi perubahan sementara pada konduktifitas jantung pasca pemberian
Xylazine (Kumar, 1996). Dosis yang dianjurkan adalah 1-2 mg/kgBB secara
intramuskuler atau subkutan. Efek dari xylazin dapat bertahan selama 1-2 jam
(Sawyer, 1982). Pada operasi ini dosis yang digunakan adalah 2 mg/KgBB,
konsentrasi 2%, berat badan 4 kg maka volume obat yang diberikan adalah 0,4 ml
Setelah incisi dibagian midline abdominal kemudian mencari organ gastiium yang
akan di incisi bagian sisi diantara curvatora mayor dan minor dikarenakan sisi
tersebut pembuluh darah sangat jarang, untuk mencegah terjadinya perdaharan hebat
yang dapat berakibat anemia dan dehidrasi pada anjing,
Sayatan organ gastrium terdapat dua lapisan, pada lapisan pertama menggunakan
pola jahitan menerus sederhana menggunakan benang catgat chromic (absorbable),
kemudian lapisan kedua yaitu serosa menggunakan pola jahitan cushing cara ini
merupakan modifikasi dari lembert dan jahitannya diarahkan sejajar dengan insisi,
cara ini dapat dilakukan secara tunggal ataupun secara menerus. Perbedaannya
dengan Connel yaitu cara ini tidak sampai menembus pada lumen jadi hanya serosa
dan muskularisnya saja.
Dilanjutkan dengan penutupan linea alba dan peritoneum dijahit bersama dengan pola
jahitan sederhana tunggal menggunakan benang catgut chromic. Jahitan sederhana
tunggal dipakai karena daya ikat dan daya tautnya yang kuat (John et al., 1974).
Jaringan subkutan dijahit dengan pola sederhana menerus menggunakan
benang catgut plain. Benang ini dapat diserap dalam waktu 3-7 hari dengan
meningkatkan intensitas reaksi jaringan pada benang tersebut (Fossum, 2002). Pola
jahitan menerus mempunyai kerugian yakni ketidakmampuan ekspansi menarik
jaringan, apabila lepas satu bagian akan lepas seluruh permukaan jahitan tetapi pola
ini relatif cepat dilakukan. Terakhir menutup kulit dengan benang katun steril secara
39
sederhana tunggal menggunakan jarum berujung segitiga (cutter). Benang katun
dapat ditolelir oleh jaringan, mudah dihandle dan simpulnya tidak mudah lepas serta
kekuatan benang dapat bertambah apabila dalam keadaan basah. Jarum yang
digunakan berujung segitiga karena lebih tajam sehingga lebih mudah untuk
menjahit pada permukaan kulit. Luka operasi diolesi dengan Iodium Tincture 3% dan
salep Betadine.
40
BAB V
KESIMPULAN
41
42