Anda di halaman 1dari 28

TUGAS ILMU BEDAH KHUSUS VETERINER

“TEKNIK OPERASI DAN INDIKASI LAPAROTOMY BEDAH SISTEM


URINARIA”

Oleh :
Kelompok 1, Kelas 2016 D
A. A. Gd. A. Wahyu Maha Putra 1509005014
Lilik Dwi Mariyana 1609511027
Ni Komang Valerie Suriana 1609511030
Putu Risma Oktaviandari 1609511031
Ni Luh Putu Nadia Apsari 1609511032
Ni Putu Sri Ayu Astini 1609511034

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2019

1
RINGKASAN

Saat ini dunia medis veteriner telah banyak mengalami perkembangan.


Tindakan bedah tersebut umumnya dilakukan didaerah abdomen bila kelainan
terjadi pada organ di cavum abdomen. Pembedahan membuka dinding abdomen
melaui insisi ventral abdomen atau flank disebut dengan laparotomy atau
celiotomy. Jenis – jenis laparotomi yang umumnya digunakan ialah laparotomi
flank (sinister dan dexter), laparotomi medianus, laparotomi para medianus dan
laparotomi paracostal.semua jenis laparotomy memiliki fungsinya masing – masing
dan di gunakan pada hewan besar maupun kecil tergantung dari tujuan operasinya.

Kata kunci : pembedahan ,laporotomy, abdomen

ii
SUMMARY

Currently the veterinary medical world has experienced many


developments. Surgery is generally done in the abdominal area if abnormalities
occur in organs in the abdominal cavity. Surgery to open the abdominal wall
through an abdominal ventral incision or flank is called a laparotomy or celiotomy.
The types of laparotomy commonly used are flank laparotomy (sinister and dexter),
median laparotomy, para median laparotomy and paracostal laparotomy. All types
of laparotomy have their respective functions and are used in large and small
animals depending on the purpose of the operation.

Key word : surgery, laparotomy, abdomen

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
dan rahmat-Nyalah makalah yang berjudul “Teknik Operasi dan Indikasi
Laparotomy Bedah Sistem Urinaria” dapat diselesaikan dengan baik dan tepat
waktu.
Tulisan ini dibuat untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Ilmu Bedah Khusus
Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana. Pada kesempatan ini,
kami ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. drh. I Gusti Ngurah Sudisma, M.Si, selaku ketua dosen pengampu mata
kuliah Ilmu Bedah Khusus Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan,
Universitas Udayana yang telah membimbing selama proses perkuliahan
berlangsung.
2. Dosen-dosen pengampu mata kuliah Ilmu Bedah Khusus Veteriner,
Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana yang telah membimbing
selama proses perkuliahan berlangsung.
3. Semua pihak yang telah membantu dalam proses pengerjaan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, segala kritik dan saran sangat kami harapkan demi kebaikan dari
makalah ini serta makalah selanjutnya yang akan dibuat.

Denpasar, 08 Oktober 2019


Hormat kami,

Penulis

iv
DAFTAR ISI

Halaman Judul i
Ringkasan ii
Summary iii
Kata Pengantar iv
Daftar Isi v
Daftar Gambar vi
Daftar Lampiran vii
BAB 1. PENDAHULUAN 1
1. Latar Belakang 1
2. Rumusan Masalah 2
BAB 2. TUJUAN DAN MANFAAT PENULISAN 3
1. Tujuan Penelitian 3
2. Manfaat Penelitian 3
BAB 3. TINJAUAN PUSTAKA 4
BAB 4. PEMBAHASAN 7
1. Manajemen Pre-Operasi Kastrasi 7
2. Prosedur Operasi Laparotomi 9
3. Perawatan Pasca Operasi Laparotomi 13
BAB 5. PENUTUP 15
1. Kesimpulan 15
2. Saran 15
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Titik Insisi Flank Laparotomi pada Kasus


Uroperitoneum` .......................................................... 10
Gambar 4.2 (a) penjahitan peritoneum, fascia transversalis dan otot
transversus; (b) penjahitan otot obliqus ........................................ 10
Gambar 4.3 Teknik Operasi Laparotmi Ventral Abdomen ........... 12
Gambar 4.4 Daerah Insisi Laparotomi Paramediana .................... 12

vi
DAFTAR LAMPIRAN

1. Laparotomy in the Dog and Cat.


2. Uroperitoneum in Cattle: Ultrasonograohic Findings, Diagnosis, and
Treatment.
3. Surgery Technique for Ovine Ruminal Cannulation.

vii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Secara anatomis, tubuh hewan tersusun atas berbagai macam system yang
terdiri dari beberapa organ yang bersangkutan dan dapat menjalankan fungsi
masing-masing dalam tujuan menjalani kehidupan untuk tumbuh dan
berkembang. Dalam menjalani kehidupannya makhluk hidup termasuk hewan
tidak luput dari adanya penyakit.
Saat ini dunia medis veteriner telah banyak mengalami perkembangan. Hal
ini ditandai dengan adanya peningkatan kasus pada hewan kecil (pet animal)
yang sampai kemeja operasi. Tindakan bedah tersebut umunya dilakukan
didaerah abdomen bila kelainan terjadi pada organ di cavum abdomen(Bailey,
2006).
Laparotomy adalah pembedahan membuka dinding abdomen melaui insisi
ventral abdomen atau flank (Sudisma, 2006). Istilah lain dari laparotomy adalah
celiotomy. Jenis – jenis laparotomi yang umumnya digunakan ialah laparotomi
flank (sinister dan dexter), laparotomi medianus dan laparotomi para medianus.
Masing-maisng jenis laparotomi ini dapat digunakan sesuai dengan fungsi dan
tujuanya masing-masing. Umumnya pada hewan besar menggunakan bedah
laparotomi flank dengan daerah orientasi legok lapar/fossa para lumbar bagian
dexter dengan tujuan melihat organ rumen ataupun melaksanakan operasi
Caesar pada ruminansia. Laparotomy flank bagian sinister bertujuan untuk
melihat gangguan yang terdapat pada organ seperti abomasum, dan rumen.
Sedangkan pada hewan – hewan kesayangan menggunakan laparotomi
medianus dengan daerah orientasi pada bagian abdominal ventral tepatnya di
linea alba (Ma’aruf, 2006).
Dibalik setiap pembedahan pasti terdapat keuntungan dan kerugian yang
menghampiri. Salah satu keuntungan dari laparotomy medianus ialah tempat
penyayatanm udah ditemukan karena adanya garis putih (linea alba) sebagai
penanda, meminimalisirkan terjadinya perdarahan karena didaerah tersebut
sedikit mengandung pembuluh darah. Adapun kerugian yang dapat terjadi

1
2

dalam menerapkan metode ini ialah dapat terjadi hernia jika proses penjahitan
atau penanganan post operasi kurang baik dan kesembuhannya yang relatif
lama.
Laparotomy para medianus adalah laparotomy yang dilakukan melalui
insisi secara longitudinal disamping garis median, insisi ini cukup berisiko
terjadi perdarahan karena sayatan dilakukan pada daerah yang banyak
pembuluh darahnya. Target dari laparotomy ini adalah hati, limpa, ginjak,
uterus, vesica urinaria, prostat, dan lain-lain. Berdasarkan hal tersebut penulis
mengulas mengenai teknik operasi melalui makalah yang berjudul “Teknik
Operasi dan Indikasi Laparotomy Bedah Sistem Urinaria”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, diperoleh rumusan masalah sebagai
berikut:
1.2.1 Bagaimana prosedur pre-operasi Laparotomy?
1.2.2 Bagaimana prosedur operasi Laparotomy?
1.2.3 Bagaimana pasca operasi Laparotomy?
BAB II
TUJUAN DAN MANFAAT PENULISAN

2.1 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah diperoleh tujuan penulisan sebagai berikut:
2.1.1 Untuk mengetahui prosedur pre-operasi Laparotomy.
2.1.2 Untuk mengetahui prosedur Laparotomy.
2.1.3 Untuk mengetahui pasca operasi Laparotomy.

2.2 Manfaat Penulisan


Berdasarkan tujuan penulisan diatas, maka manfaat yang diperoleh dari
penulisan paper ini adalah sebagai berikut:
2.2.1 Manfaat Teoritis
Penulis mengharapkan makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca untuk memahami dan mengerti mengenai teknik operasi
Laparotomy pada hewan serta dapat menjadi bahan bacaan untuk mata
kuliah Ilmu Bedah Khusus Veteriner.
2.2.2 Manfaat Praktis
Secara praktis pembuatan makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi penulis yaitu dapat menambah wawasan mengenai operasi
Laparotomy pada hewan.

3
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Sendi Coxofemoral pada Anjing


Sendi merupakan perhubungan antar tulang sehingga tulang dapat
digerakkan. Hubungan dua tulang disebut persendian (artikulasi). Sendi ada
di manusia dan hewan. Menurt Birchard dan Sherding (2000), persendian
coxofemoral merupakan persendian yang berbentuk bungkul dan mangkuk
yang terbentuk dari caput femur dengan acetabulum. Hewan normal
mempunyai kapsula persendian yang berikatan dengan acetabulum pada
tepinya, ketika bergerak maka kapsula persendian membantu
mempertahankan kesesuaian (kongruen).

Gambar 3.1 Sendi Coxefemoral Normal


Sumber: mydokterhewan.blogspot.com

3.2 Luksasio Coxofemoral pada Anjing


Menurut Boden (2005), dislokasio atau luxatio merupakan kesalahan
letak suatu tulang dari posisi normalnya, sehingga menghasilkan deformitas
dan dapat menyebabkan gejala nyeri pada daerah yang terkena. Selain itu,
luksatio juga dapat menyebabkan pembengkakan jaringan lunak di sekitar
persendian dan kerobekan ligamen yang mengikat tulang tersebut. Luxatio
yang sering terjadi pada anjing adalah luxatio pada persendian coxofemoral.
Luxatio Coxofemoralis merupakan suatu kondisi abnormal dimana caput
femoralis keluar dari acetabulum. Luxatio menyebabkan kesakitan pada
daerah persendian coxofemoralis, kepincangan bahkan sampai kelumpuhan
kaki belakang. Luxatio coxofemoral merupakan kejadian yang umum terjadi
pada hewan kecil. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh trauma. Trauma

4
5

tersebut dapat menyebabkan kerobekan pada kapsula persendian dan juga


pada ligamen yang terdapat di caput femur. Luxatio coxofemoral juga dapat
disebabkan oleh hip dysplasia. Kondisi luxatio juga dapat berkembang secara
spontan oleh tidak stabilnya persendian coxofemoral selama berlari dan
bermain.
Prinsip-prinsip dasar pengobatan Luxatio Coxofemoralis adalah untuk
memberikan stabilitas tanpa merusak permukaan sendi untuk menumbuhkan
fungsi normal sendi dan membatasi pergerakan hewan untuk penyembuhan
jaringan lunak sekitarnya sesegera mungkin. Tindakan yang dapat dilakukan
pada pengobatan kasus luxatio coxofemoralis ialah dengan reduksi tertutup
dan terbuka. Reduksi tertutup biasanya dimungkinkan pada luxasi sendi
normal tanpa komplikasi. Namun, reduksi tertutup dapat dilakukan secara
ideal dalam 48-72 jam setelah trauma. Dengan bertambahnya waktu yang
berlalu, reduksi tertutup menjadi lebih sulit, karena tingkat keparahan dan
lebar peradangan, fibrosis dan kerusakan tulang rawan juga meningkat.
Beberapa metode telah digunakan untuk mendukung reduksi tertutup seperti
stabilisasi sling Ehmer, menjepit ischio-ilial atau menjepit transartikular
dinamis (Belge, 2014)
BAB IV
PEMBAHASAN

Luxatio Coxofemoralis merupakan suatu kondisi abnormal dimana


caput femoralis keluar dari acetabulum. Luxatio menyebabkan kesakitan
pada daerah persendian coxofemoralis, kepincangan bahkan sampai
kelumpuhan kaki belakang. Luksasio pada coxofemoralis sering terjadi pada
hewan kecil, terutama pada anjing. Luxatio menyebabkan kesakitan pada
daerah persendian coxofemoralis, kepincangan bahkan sampai kelumpuhan
kaki belakang, tergantung dari derajat keparahan luxatio yang
terjadi.Kejadian Luxatio coxofemoralis secara umum disebabkan oleh
adanya trauma eksternal.Selain itu, kejadian luxatio juga sering terjadi pada
anjing-anjing ras besar. Anjing German sheperd, Golden retrivier dan kucing
Siam merupakan ras-ras yang rentan terhadap keadaan ini.
Penanganan yang dilakukan dalam luksasio coxofemoralis perlu
disegerakan, hal ini dikarenakan akan terjadi trauma yang lebih parah. Untuk
itu perlu dilakukan penagan dan perawtan yang intesif bagi hewan yang
mengalami luksasi pada daerah ini. Dalam pananganan nya ini berlaku
sistem penangan 4R yakni recognisi, reposisi, retensi dan rehabilitasi.
Tindakan yang dapat dilakukan pada pengobatan kasus luxatio
coxofemoralis ialah dengan reduksi tertutup dan terbuka. Prognosa kasus ini
tergantung dari derajat keparahan luxatio yang terjadi (Harasen 2005).
Tujuan dari tindakan bedah ini adalah untuk mengatasi memperbaiki
keadaan hewan menjadi lebih baik.

Persendian coxofemoral merupakan persendian yang berbentuk


bungkul dan mangkuk yang terbentuk dari caput femur dengan acetabulum.

6
7

Gambar 4.2 X-Ray Luksasi Coxofemoral pada anjing

Gambar 4.1 posisi normal coxofemoralis


8

Adapun penanganan luksasi coxofemoralis terdiri dari 2 jenis yaitu :

1. Open Reduction/Dengan Pembedahan


2. Closed reduction/Tnpa Pembedahan

Kedua jenis penanganan luksasi coxofemoralis ini digunakan tergantung dari


tingkat keparahan luksasi coxofemoralis itu sendiri

4.1 Manajemen Pre Operasi


Manajemen pre operasi terdiri dari beberapa hal yang perlu
diperhatikan sebelum melaksanakan sebuah tindakan pembedahan. Dimana
manajemen pre operasi terdiri dari berbagai persiapan, seperti persiapan
ruangan yang akan dijadikan tempat operasi, persiapan alat, bahan, dan obat
yang akan digunakan selama proses pembedahan, perisapan pasien yang
akan dioperasi, dan persiapan operator serta co-operator.
1. Persiapan Ruangan Operasi
Dalam melaksanakan sebuah operasi, persiapan ruangan perlu
diperhatikan. Dimana ruangan yang akan digunakan harus dalam keadaan
steril. Ruang operasi dibersihkan menggunakan desinfektan, sedangkan meja
operasi didesinfeksi dengan menggunakan alkohol 70%. Selain itu,
penerangan yang cukup juga sangat diperlukan dalam ruangan

2. Persiapan Alat, Bahan, dan Obat


Persiapan alat, bahan, dan obat yang akan digunakan dalam
melaksanakan sebuah operasi tergantung pada jenis operasi yang akan
dilakukan dan harus dalam keadaan steril. Sterilisasi alat dapat dilakukan
dengan menggunakan autoclave selama 15 menit, kecuali gunting dan jarum
disterilkan dengan dengan menggunakan alkohol 70%. Tujuan dilakukan
sterilisasi alat adalah untuk menghindari kontaminasi dari alat pada luka
operasi yang dapat menghambat kesembuhan luka.
9

3. Persiapan Pasien
Persiapan pasien meliputi pemeriksaan fisik yang meliputi
signalement, berat badan, umur, pulsus, frekuensi nafas, suhu tubuh, dan
pemeriksaan sistem tubuh lainnya, yang dicatat dalam ambulator atau kertas
pemeriksaan hewan. Kebanyakan pasien yang akan menjalani operasi
luxsasio harus sehat atau mungkin memiliki penyakit sistemik yang bersifat
ringan. Sehingga dapat mendukung penggunaan anestesi umum ketika
operasi berlangsung.

4. Persiapan Operator dan Co-operator


Dalam melaksanakan suatu tindakan pembedahan atau operasi,
seorang operator haruslah orang yang berkompeten dan ahli dibidang
pembedahan (dokter hewan ahli bedah). Selain itu, dalam melaksanakan
tindakan pembedahan, baik operator maupun co-operator harus dalam
keadaan aseptis, dan harus dipertahankan mulai dari awal hingga operasi
selesai. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mencuci tangan dari ujung jari
sampai siku dengan air sabun dan dibilas dengan air bersih. Tangan
dikeringkan dengan handuk, kemudian didesinfeksi dengan alkohol 70%,
selanjutnya menggunakan sarung tangan dan pakaian khusus.

4.2 Teknik Operasi Open Reduction/Dengan Pembedahan

Pada Teknik ini standar pendekatan yang digunakan untuk


memperbaiki dengan pembedahan dari dislokasio adalah pendekatan cranial
lateral pinggul dan pendekatan trochanteric osteotomy. Kadang-kadang
pendekatan caudal dari persendian coxofemoral digunakan.

1. Langkah pertama,Insisi kulit longitudinal dibuat pada batas craniolateral


femur dan dilanjutkan kearah proksimal melewati trochanter major.
10

Gambar 4.3 Incise pada kulit

2. Kemudian sedikit M. Tensor fascia lata diinsisi kearah cranial, kadang-


kadang tendon insertia M. gluteus profundus disayat utuk memudahkan V.
circumflexa femoralis terlihat.

Gambar 4.4 Muskulus yang terlihat

3. M. gluteus profundus dipreparir, kemudian dikuakkan kearah dorsal dan


caudal. Selanjutnya M. vastus latelaris dikuakkan kearah distal sehingga
joint capsule terlihat
11

Gambar 4.5 penguakan M. gluteus profundus dan M. vastus


.
4. Joint capsule diinsisi berbentuk T, dengan menggunakan scapel no. 15. Insisi
T dibuat pada ujung distal.
5. Selanjutnya menghilangkan bekas-bekas disekitar ligamen dan sendi.
6. Lakukan pengeboran dua lubang paralel 1,6 mm dengan kawat Kirschner
melalui trochanter major (agak proksimal) pada bagian caudal ke arah
cranial.
7. Lakukan juga pengeboran lain pada bagian ventral sampai ke illium, cranial
acetabulum, proximolateral ke arah distomedial. Selanjutnya
8. Melakukan jahitan dengan benang sling berbentuk angka 8 melalui lubang
ilium dan melalui dua lubang pada trochanter major, tanpa memutuskan
nervus ischial. Tergantung dari ukuran hewan, beberapa jahitan dengan
benang sling dapat dilakukan pada lubang yang sama.

Gambar 4.5 jahitan pada sendi coxofemoralis


12

9. Jahit joint capsule dengan pola jahitan cruciate.


10. Mengikat ujung benang sling dengan simpul glinding.sementara kaki sedikit
di abduksi dan di rotasi internal
11. Perbaikan tenotomy dari otot gluteal
12. Penutupan fasia,jaringan subkutan dan kulit menggunakan pola jahitan
interrupted pattern.

4.2 Teknik Operasi Closed Reduction/Tanpa pembedahan

Teknik operasi closed reduction ini dapat dilakukan dalam beberapa tahap :
Step 1.

Hewan diberi anestesi terlebih dahulu dan ditempatkan pada posisi lateral
recumbancy dengan ekstremitas yang diletakkan lebih tinggi dan diberi
pengikat pada bagian atas . Tali atau handuk ditempatkan di daerah inguinalis
dan menarik bagian dorsal dengan perlahan. Bagian distal lengan
dipertahankan dan secara perlahan menarik dalam arah yang berlawanan.

Jaringan dapat ditarik untuk meregangkan persendian dan jika diperlukan


penarikan dapat dilakukan selama beberapa saat agar memungkinkan kepala
femoralis untuk kembali pada posisi sejajar dengan acetabulum.
13

 Step 2

Pada tahap ini satu tangan dilitakan pada bagian trochanter


mayor(daerah femur) dan tangan yang satunya menahan pada bagian Distal.
Lalu reduksi sendi coxofemoral dapat dilakukan dengan memutar
ekstremitas eksternal dan tetap mempertahankan posisinya. Setelah itu
bagian caput femuralis pada bagian acetabulum diputar dengan patokan
pada bagian trochanter major dan dorong kearah caudal lalu tekan secara
kuat pada daerah trochanter major dimana gerakan ini memungkinkan
kepala femoralis beralih dari acetabulum secara perlahan dan secara
bertahan mengembalikan pada posisi normal

 Step 3
14

Jika pergeseran sendi telah sedikit berkurang, coba tekan bagian


trochanter dan buat gerakan dimana tindakan ini dapat membantu
perpindahan jaringan lunak dan mengurangi pembentukan hematoma di
acetabulum. Dimana penilaian terhadap pengurangan pergeseran tersebut
dilihat dari :
1. Palpasi pada bagian ( krista iliaka , umbi ischia dan trochanter mayor
)
2. Pengukuran jarak antara trochanter mayor dan umbi ischia
3. Restorasi panjang tungkai

Step 4

Pada tahap ini sendi digerakan dalam berbagai gerak (terutama


ekstensi dan eksternal rotasi) untuk menilai stabilitas dari hip reduction
tersebut. dimana penggunaan ehmer sling tetap diterapkan dalam kasus
apapun.

Step 5

Pada tahap ini kita memotong Beberapa Elastikon strip, dimana


Strip ini harus digunakan cukup lama dari metatarsal (termasuk telapak
kaki) sementara pada bagian dorsum berada pada posisi tertekuk.
15

Step 6
Aplikasi Ehmer sling dimulai dengan memasang balutan gips
disekitar metatarsal, kemudian menambahkan beberapa Elastikon strip,
dimulai dari telapak kaki distal dan diakhiri pada daerah proksimal batas
dorsal. Ekstremitas harus kuat tertekuk dan diberikan tekanan pada daerah
trochanter major, karena ekstremitas yang diabduksi selama penempatan
sling.

Step 7

Telapak kaki diformasi mulai dari distal dengan Elastikon strip yang
melibatkan bagian medial paha melalui daerah inguinalis dan kebelakang.
Diharuskan membuat ruang dengan ukuran yang sama pada jari.
16

Step 8

Ulangi proses penempatan strip sampai posisi tertekuk dengan stabil


(biasanya 3-5 Elastikon strip). Elastikon strip yang ditempatkan pada
bagian distal, juga harus dibalut sepanjang metatarsal. Ini dapat membantu
17

mengurangi terjadinya kemungkinan penyempitan dan pembengkakan pada


ujung distal.

Step 9

Gambar step 9

Untuk memperkuat Ehmer sling dan membantu penanganan


reduksi dengan merotasi eksternal hock, penggunaan strip Elastikon,
dimulai dari metatarsal, sekitar dorsal dan abdomen, dan berakhir di
belakang abdomen-band fashion

Step 10
18

Gambar step 10

Setelah penggunaan dari Ehmer sling dilakukan dengan


benar, penggunaan radiographi orthogonal diperlukan untuk menunjukkan
bahwa bagian coxae sudah dalam keadaan normal. Pada tahap akhir
tindakan yang tepat sangat diperlukan untuk memastikan ekstremitas berada
dalam posisi yang tepat pada rotasinya.

Step 11
Dalam kasus ventral luxations, caput femoralis dapat dimanipulasi
kembali ke acetabulum dengan melakukan tekanan pada daerah lateral dan
cranial pada trochanter dengan satu tangan dan menarik ischium dengan
tangan yang lain. Jika tindakan reduksi dapat menyetabilkan, kepincangan
pada kaki belakang selama 10 hari sehingga memberikan cukup waktu pada
jaringan lunak untuk dapat terbentuk.

4.3 Manajemen Pasca Operasi


Bekas luka sayatan / insisi harus diperhatikan kebersihannya,
membatasi ruang gerak hewan dengan cara dikandangkan. Periksa balutan
dan lihat kaki setiap hari untuk bau busuk, bengkak, dan tekan
perkembangan luka. Dilakukan pemberian antibiotik untuk mencegah
timbulnya infeksi. Pemberian nutrisi yang baik untuk membantu proses
pemulihan. Balutan dan jahitan luka dibuka setelah 7 hari tergantung dari
presentasi kesembuhan yang terjadi.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Operasi merupakan tindakan terstruktur dalam bidang medis yang
dilakukan pada obyek baik hewan maupun manusia untuk mengatasi suatu
masalah kesehatan serius. Pembedahan membuka dinding abdomen melaui
insisi ventral abdomen atau flank disebut dengan laparotomy atau
celiotomy. Mempunyai jenis – jenis laparotomy yang mempunyai fungsi
berbeda setiap spesies hewan. Jenis lapaorotmy yaitu laparotomi flank
(sinister dan dexter), laparotomi medianus, laparotomi para medianus dan
laparotomi paracostal. Sebelum melaksanakan pembedahan tersebut
lakukan manajemen pra-operasi seperti mempersiapkan kebutuhan, ruang,
operator dan hewan sebelum operasi. Setelah operasi dilaksanakan
monitoring untuk manajemen pasca operasi

5.2 Saran
Diharapkan bagi pembaca untuk tidak berpatokan kepada satu bahan
materi saja guna menambah wawasan mengenai pembedahan laparotomy
dikarenakan ilmu pengetahuan terus berkembang . penulis harap kepada
pembaca juga dapat mengaplikasi wawasan yang telah didapatkan di
lapangan.

19
DAFTAR PUSTAKA

Adrin, M. 2016. Teknik Operasi Laparotomy (Celiotomy) pada Hewan. Terdapat


pada https://mydokterhewan.blogspot.com/2016/05/teknik-operasi-
laparotomy-celiotomy.html. Diakses pada 5 Oktober 2019
Bailey, J., dan Saphiro, Mj. 2006. Abdominal compartement syndrome. Crit care 4:
23 -9.
Braun, U., Nuss K. 2015. Uroperitoneum in Cattle: Ultrasonograohic Findings,
Diagnosis, and Treatment. Acta Veterinaria Scandinavica 57:36
Harari, Joseph. 2006. Small Animal Surgery Secret 2nd Edition. Hanley & Belfus
INC. Philadelpia,USA.
Mingues, E.R., Rueda R.L., Darve M.J., Fernandez M.S. 2010. Surgery Technique
for Ovine Ruminal Cannulation. Revista Complutense de Ciencias
Veterinarias 4(2): 41-52
Papazoglou, L.G., Basdani E. 2015. Exploratory Laparotomy in the Dog and Cat.
Greece: Aristotle University of Thessaloniki.
Plumb, DC. 2005. Veterinary Drug Handbook. Minnesota: Pharma Vet Publishing.
Sudisma, I.G.N., Pemayun., G.A.G., Wardhita, A.A.G.J, and Gorda, I.W 2006.
Ilmu Bedah Veteriner dan Teknik Operasi Edisi I. Denpasar: Pelawa Sari.

20
Lampiran

21

Anda mungkin juga menyukai