Anda di halaman 1dari 20

ILMU BEDAH KHUSUS VETERINER

TEKNIK OPERASI LAPAROTOMY

Disusun Oleh:

KELOMPOK 1 KELAS B

1. I GEDE GALYES PRANADINATA 1809511043

2. KOMANG AYU TRIANA SANJIWANI 1809511049

3. HAGAI DEOSIDDHANTA WIDAGDO 1809511057

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
kasih karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan paper yang berjudul “Teknik Operasi
Laparotomy” ini dengan baik. Tulisan ini dibuat bertujuan untuk menyelesaikan tugas dari
mata kuliah Ilmu Bedah Khusus Veteriner dan menambah ilmu pengetahuan dan wawasan bagi
para pembacanya.

Tak lupa kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam pembuatan tulisan ini, sehingga tulisan ini dapat selesai dengan baik dan tepat
pada waktunya. Kami sadar, bahwa tulisan ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu kami
sebagai penulis menerima dengan lapang dada segala bentuk kritik dan saran yang bersifat
membangun. Nantinya semua kritik dan saran yang diberikan tersebut akan kami gunakan
sebagai pedoman dan acuan dalam pembuatan tulisan kedepannya.

Kami berharap semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat dan dapat menambah
wawasan bagi para pembacanya. Sekali lagi, kami ucapkan banyak terima kasih.

Denpasar, 21 September 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................... iii
BAB I: Pendahuluan ................................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................................................... 1
1.4 Manfaat Penulisan..................................................................................................... 2
BAB II: Tinjauan Pustaka ...................................................................................................... 3
2.1 Terminologi ................................................................................................................ 3
2.2 Indikasi ....................................................................................................................... 3
2.3 Anestesi ....................................................................................................................... 3
2.4 Manajemen Praoperasi ............................................................................................. 4
2.5 Teknik Operasi .......................................................................................................... 4
a. Laparotomy Flank ........................................................................................................ 4
b. Laparotomy Medianus ................................................................................................. 8
c. Laparotomy Paramedianus ....................................................................................... 12
d. Laparotomy Transversal ........................................................................................... 14
2.6 Pasca Operasi................................................................................................................ 15
BAB III: Penutup ................................................................................................................... 16
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................... 16
3.2 Saran.............................................................................................................................. 16
Daftar Pustaka ....................................................................................................................... 17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tubuh hewan dan ternak didalamnya terdapat organ-organ vital yang dapat dicapai
dan diekspos dengan suatu teknik operasi misalnya dengan teknik laparotomi. Laparotomi
berasal dari dua kata terpisah,yaitu laparo dan tomi. Laparo sendiri berarti perut atau
abdomen sedangkan tomi berarti penyayatan. Sehingga laparotomi dapat didefinisikan
sebagai penyayatan pada dinding abdomen atau peritoneal. Istilah lain untuk laparotomi
adalah celiotomi. Laparotomi terdiri dari tiga jenis yaitu laparotomi flank, medianus dan
paramedianus. Masing-masing jenis laparotomi ini dapat digunakan sesuai dengan fungsi,
organ target yang akan dicapai, dan jenis hewan yang akan dioperasi. Umumnya pada
hewan kecil laparotomi yang dilakukan adalah laparotomi medianus dengan daerah
orientasi pada bagian abdominal ventral tepatnya di linea alba. Banyak kasus bedah yang
ditangani dengan melakukan tindakan laparotomi, baik medianus, paramedianus anterior
maupun posterior, serta laparotomi flank. Masing-masing posisi memiliki kelebihan dan
kekurangannya tersendiri. Pemilihan posisi penyayatan laparotomi ini didasarkan kepada
organ target yang dituju. Hal ini untuk menegakkan diagnosa berbagai kasus yang terletak
di rongga abdomen.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, diperoleh rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apa saja terminologi operasi laparotomy?


2. Apa saja indikasi operasi laparotomy?
3. Bagaimana prosedur anestesi operasi laparotomy?
4. Bagaimana persiapan praoperasi laparotomy?
5. Bagaimana teknik operasi laparotomy?
6. Bagaimana perawatan pascaoperasi laparotomy?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah diperoleh tujuan penulisan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui terminologi operasi laparotomy.


2. Untuk mengetahui indikasi operasi laparotomy.
3. Untuk mengetahui prosedur anestesi operasi laparotomy.

1
4. Untuk mengetahui persiapan praoperasi laparotomy.
5. Untuk mengetahui teknik operasi laparotomy.
6. Untuk mengetahui perawatan pascaoperasi laparotomy.

1.4 Manfaat Penulisan


Berdasarkan tujuan penulisan di atas, maka manfaat yang diperoleh sebagai berikut:

1. Dapat memberikan manfaat bagi pembaca untuk memahami dan mengerti mengenai
teknik operasi laparotomy pada hewan serta dapat menjadi bahan bacaan untuk mata
kuliah Ilmu Bedah Khusus Veteriner
2. Dapat memberikan manfaat bagi penulis untuk menambah wawasan mengenai teknik
operasi laparotomy pada hewan.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Terminologi
Laparotomv (celiotomy) adalah pembedahan membuka dinding abdomen melalui
insisi ventral abdomen atau flank (dinding perut samping). Insisi pada ventral abdomen
dapat dilakukan melalui linea alba (midline/garis median), para median kiri dan kanan atau
insisi transversal pada dinding abdomen. Insisi pada garis median tepat dilakukan pada
garis tengah abdomen dan linea alba, sehingga tidak terjadi perdarahan karena tidak ada
pembuluh darah atau syaraf yang terinsisi. Insisi paramedian merupakan irisan
longitudinal disamping garis median kira-kira 1 cm sejajar dengan garis median dapat
diperluas/diperpanjang sesuai dengan tujuan operasi. Insisi paramedian beresiko
terjadinya perdarahan. Insisi transversal dinding abdomen dilakukan dengan memotong
serabut-serabut otot abdomen. disini akan terjadi perdarahan karena terpotongnya serabut-
serabut otot dan pembuluh darah. Pemilihan daerah insisi dinding abdomen diatas
dilakukan sesuai dengan tujuan operasinya.

2.2 Indikasi
Indikasi dilakukannya operasi laparotomy ini adalah bertujuan untuk pengobatan
ataupun untuk meneguhkan suatu diagnosa.

• Laparatomi pada flank kiri


Untuk operasi rumenotomi, abomasopexy, caesaria, splenectomi, reticulitis traumatika,
torsio uteri, dan lain-lain.
• Laparatomi pada flank kanan
Untuk operasi daerah intestinum, caecum, colon omentopexy sisi kanan dan
abomasopexy. Untuk sapi yang temperamennya tenang operasi dilakukan dengan posisi
berdiri dengan anestesi regional.

2.3 Anestesi
Anestesi yang digunakan pada operasi laparotomy adalah anestesi umum atau
anestesi regional (anestesi epidural, paravertebral). Pada hewan besar dapat dilakukan
dengan anastesi lokal infiltrasi. Sebelum dianastesi pastikan hewan dipuasakan kurang
lebih selama 12 jam agar sesuai dengan prosedur. Anestesi sebelum dilakukan harus betul
sempurna sehingga tidak ada rasa sakit dan muskulus juga dalam keadaan relaksasi
sempurna, bila ada rasa sakit maka isi abdomen akan dihentakan dan berhamburan keluar.

3
2.4 Manajemen Praoperasi
1. Persiapan alat, bahan, dan obat
Sterilisasi alat dengan menggunakan autoclave selama 15 menit. Selain itu, juga
dipersiapkan alat bedah minor, towel klem, pinset anatomis dan sirurgis.
2. Obat-obatan
Mempersiapkan obat-obatan yang digunakan, seperti desinfektan (alkohol,
iodin), preanestesi (atropin sulfat), sedatif (chlorpromazine, xylazine), anestesi
(ketamin), anti radang (vitamin K), cairan infus (NaCL fisiologis, laktat ringer) dan
antibiotik (ampisilin, tetramycin)
3. Persiapan hewan
Memeriksa fisik hewan sebelum dilakukan operasi laparotomy. Hal ini bertujuan
jika terjadi hal yang tidak stabil maka dapat distabilkan terlebih dahulu. Selain itu,
hewan juga dipuasakan selama 12 jam agar hewan tidak muntah saat teranestesi.
4. Persiapan ruang operasi
Ruang operasi harus dibersihkan dengan desinfektan, meja operasi didesinfeksi
dengan menggunakan alkohol 70%. Penerangan ruang operasi sangat penting untuk
menunjang operasi.
2.5 Teknik Operasi
a. Laparotomy Flank
1. Flank kiri
• Lakukan insisi kulit secara vertical pada prosesus transversus (gambar 2a). Otot obliqus
externa dan interna akan tertranseksi (gambar 2b). Pembuluh darah bisa dijepit dengan
melakukan ligasi atau pemberian hemostats. Kemudian otot transversus diinsisi secara
vertical dengan hati-hati.

4
gambar 2. (a) kulit diinsisi vertikal; (b) transeksi otot obliqus externa dan interna.

• Fascia transversalis dan peritoneum diangkat dan ditarik dengan thumb forceps, lalu
disayat dengan scalpel (gambar 3a - usahakan untuk tidak menyayat viscera di
bawahnya). Sayatan kemudian diperluas pada bagian dorsal dan ventral dengan
menggunakan gunting (gambar 3b).

Gambar 3. (a) penyayatan fascia; (b) perluasan sayatan dorsal dan ventral.

• Tiap sayatan yang dilakukan pada lapisan yang terpisah dari dinding abdomen lebih
pendek dari sayatan sebelumnya.
• Sayatan ditutup dengan 3 atau 4 kali jahitan. Peritoneum dan fascia transversalis ditutup
bersama dengan otot transversus menggunakan pola jahitan simple continuous. Otot-otot
obliqus ditutup bersama menggunakan pola jahitan simple interrupted. Jika laparotomy

5
dilakukan di bagian bawah flank, subcutisnya bisa dijahit dengan pola simple continuous
menggunakan benang jahit yang absorbable.
• Kemudian kulit ditutup dengan pola jahitan simple interrupted menggunakan benang
jahit yang non-absorbable.
2. Flank kanan
• Laparotomy flank kanan biasanya dilakukan dengan insisi ‘true grid’ atau ‘modified
grid’. Dalam pelaksanaan kedua metode tersebut dibuat sayatan vertikal pada kulit
sepanjang 15-20 cm. Untuk sayatan ‘true grid’, otot obliqus eksternal dipisah sesuai arah
serabutnya (caudo-ventral), sedangkan untuk sayatan ‘modified grid’ otot obliqusnya
disayat secara vertikal (gambar 4). Lalu otot obliqus dan transversus dipisah searah
dengan serabutnya. Fascia transversalis dan peritoneum disayat vertikal seperti pada
laparotomy flank kiri.

Gambar 4. Sayatan ‘modified grid’

• Sayatan laparotomy flank kanan selalu ditutup dengan 4 jahitan terpisah. Peritoneum,
fascia transversalis dan otot transversus dijahit bersama menggunakan pola jahitan
simple continuous (gambar 5a).
• Otot obliqus interna dijahit dengan 2 atau 3 jahitan simple interrupted (gambar 5b).

6
Gambar 5. (a) penjahitan peritoneum, fascia transversalis dan otot transversus; (b) penjahitan
otot obliqus

• Otot obliqus externa juga ditutup dengan pola jahitan simple interrupted, jumlah jahitan
tergantung dari arah sayatan otot: pada sayatan ‘true grid’ cukup dengan 2 atau 3 jahitan,
sedangkan pada sayatan ‘modified grid’ dibutuhkan lebih banyak jahitan (gambar 6).

Gambar 6. Jahitan untuk sayatan ‘modified grid’

• Kemudian kulit ditutup dengan pola jahitan simple interrupted.

7
b. Laparotomy Medianus
Insisi dan Penutupan Midline Abdominal pada Hewan Betina
• Hewan dipersiapkan untuk prosedur pembedahan dan diletakkan pada posisi rebah
dorsal. Dibuat insisi pada kulit dan jaringan subkutan.

Gambar 7. Insisi pada kulit

• Hemorrhagea (perdarahan) dikontrol dengan menggunakan arteri klem kecil (mosquito


forceps). Tepi insisi dikuakkan dengan cara membuka pinset yang dipegang dengan
tangan kiri. Dengan skalpel insisi dilanjutkan sampai mencapai linea alba. Bila linea
alba telah terlihat dilakukan insisi pendek bersama dengan peritoneum sampai rongga
abdomen.

Gambar 8. Menguak tepi insisi (kiri) dan dilanjutkan insisi hingga mencapai linea alba
(kanan)

8
• Pinset (grooved director) diselipkan ke dalam insisi pendek tadi dan secara hati-hati
pinset dibuka dan diangkat ke atas untuk mengakat garis insisi. Selanjutnya insisi
diperpanjang dengan melakukan irisan di antara pinset (hati-hati terhadap struktur organ
di bawahnya).

Gambar 9. Irisan dilakukan untuk memperpanjang insisi

• Pinset diarahkan ke arah yang berlawanan dan insisi dengan skalpel diteruskan ke arah
cranial sampai panjang yang diinginkan.
• Dinding abdomen ditutup dengan jahitan terputus pada peritoneum bersama dengan linea

alba.

Gambar 10. Closure

9
• Untuk memperkuat jahitan utama ini, diberikan jahitan penguat pada m. rectus abdominis

bagian ventral dengan jahitan mattress atau menerus (continuous pattern).


• Pada hewan gemuk, jaringan subkutan dijahit dengan pola jahitan mattress vertical
inverting, dan kulit ditutup dengan pola jahitan sederhana terputus (simple interrupted).
• Kemudian kulit dijahit dengan benang nonabsorable.

Terdapat beberapa teknik pembukaan dan penutupan insisi garis tengah abdomen. Metode yang
dijelaskan di atas dianjurkan karena kecepatan dan ketepatan pelaksanaannya.

Gambar 11. Teknik insisi dan penutupan midline abdominal pada hewan betina

10
Insisi Garis Tengah Kaudal (Caudal Midline Incision) pada Hewan Jantan
Indikasi: Untuk prosedur pembedahan abdomen bagian belakang.

Teknik Operasi
• Hewan dipersiapkan untuk prosedur pembedahan dan diletakkan pada posisi rebah dorsal

(dorsal recumbency).
• Insisi kulit dimulai dari umbilicus dan ketika sampai di depan preputium berbelok ke
arah lateral, dan dilanjutkan ke kaudal sampai tepi pelvis.
• Vena epigastrica recurrent superficialis diligasi (diikat) rangkap dan dipotong dekat
ujung preputium.
• Jaringan ikat di bawah penis dipreparasi dengan menggunakan skalpel sampai dapat
disingkapkan ke arah lateral sehingga linea alba terlihat.
• Rongga abdomen dibuka dengan melakukan insisi peritoneum sepanjang garis linea alba.

Pertama-tama dibuat insisi secara hati-hati sepanjang kira-kira 1 cm di linea alba sampai
peritoneum. Pinset diselipkan di dalam insisi tadi yang bertindak sebagai penguak
(retractor) dan penuntun (director) selanjutnya insisi diperpanjang dengan menggunakan
skalpel atau gunting. Dapat pula jari (grooved director) diselipkan di dalam insisi untuk
menguak dan menuntun skalpel serta melindungi struktur organ di bawahnya.
• Penutupan dinding abdomen dengan pola jahitan sederhana terputus (simple interrupted
suture pattern) memakai benang catgut (absorbable) nomor 0 atau 00 pada peritoneum
dan fascia diikuti dengan jahitan penguat yang ditempatkan di m. rectus abdominis di
bagian ventral.
• Penis dikembalikan pada posisi normal dan difiksasi dengan fascia memakai catgut,
hindarilah terjadinya dead-space. Insisi kulit dijahit dengan benang nonabsorable.

11
Gambar 12. Teknik insisi garis tengah kaudal pada hewan jantan

c. Laparotomy Paramedianus
Paramedian Abdominal pada Anjing (Jantan)

• Posisikan anjing pada rebah dorsal dan lakukan insisi pada kulit sekitar 1 cm sejajar
dengan linea alba dari cranial preputium hingga kira-kira 3-4 cm di cranial tulang pubis.
Hindari pembuluh epigastrium superficialis caudal yang letaknya longitudinal dan sejajar
dengan putting.
• Lakukan sayatan pada jaringan subcutan dan lakukan ligasi atau elektrocoagulat cabang
pembuluh epigastrium. Begitu fascia rektus terlihat, temukan tepi lateral dari otot rektus
(yang tampak seperti garis antara fascia putih dari otot rektus dan otot obliqus abdominal
externa yang tampak lebih kemerahan.

12
Gambar 13. Insisi paramedian abdominal

• Buat sayatan dalam sejajar linea pada fascia rektus externa, kira-kira 2/3 lebar otot rektus

dari linea. Buka fascia rektus sejajar dengan linea dan buat sayatan pada fascia
(memotong 2 bagian terpisah dari fascia) dengan gunting Mayo sepanjang sayatan
sebelumnya (tanpa menyayat otot dibawahnya).
• Lanjutkan dengan membuat bukaan ke rongga peritoneal dengan mosquito forceps.
Pegang 2 mosquito forceps (satu di tiap tangan) dan letakkan ujung forceps pada sayatan,
lalu tarik/lebarkan forceps ke arah serabut otot. Ini akan langsung membuka rongga
abdomen tanpa memotong jaringan otot, sehingga akan mengurangi trauma jaringan dan
perdarahan. Jika ada pembuluh epigastrium yang tidak sengaja terpotong, lakukan ligasi
terhadap pembuluh yang mengalami perdarahan tersebut dengan jahitan chromic catgut.
• Lalu singkirkan semua alat yang menempel pada peritoneal, kemudian tempatkan spons
laparotomy di sepanjang tepi rektus, dan masukkan retraktor abdominal (Balfour
retractor) untuk membantu mengisolasi area yang bermasalah.

Gambar 14. Retractor Balfour

13
• Untuk menutup sayatan, singkirkan semua instrumen dari abdomen. Tidak perlu
menutup lapisan peritoneal atau otot. Lakukan jahitan fascia rektus externa dengan pola
simple interrupted atau simple continuous.

Gambar 15. Paramedian abdominal closure

d. Laparotomy Transversal
• Insisi kulit tranversal semilunar 2 cm suprasimfisis.
• Insisi diperdalam sampai fascia rectus dan fascia rectus dibuka secara tranversal dengan
gunting “Mayo” atau “scalpel”.
• Tepi atas fascia rectus dijepit dengan “kocher” dan dipisahkan dari m.rectus abdominalis

serta m.pyramidalis secara tumpul dan waspada terhadap trauma pembuluh darah
disekitar garis tengah.
• Setelah pemisahan diatas sudah lengkap – tepi bawah fascia rectus dijepit dengan
“kocher” dan dipisahkan dari m.pyramidalis secara tumpul sampai mencapai simfsis
pubis.
• Musculus rectus kiri dan kanan dipisahkan kearah lateral sehingga fascia tranversal dan
peritoneum terpapar.
• Lapisan tersebut dijepit dengan 2 buah klem dan diangkat.
• Hati-hati agar tidak mencederai vesica urinaria.

14
• Hati-hati agar tidak mencederai omentum atau usus terutama pada pasca pembedahan
intra abdominal – endometriosis atau infeksi intra abdominal.
• Lapisan tersebut dibuka kearah kranial dengan gunting “Metzenbaum”.
• Lapisan tersebut dibuka lebih lanjut ke kaudal secara tajam.
• Hati-hati jangan sampai mencederai vesica urinaria.
• Lakukan pemeriksaan “transilluminasi” untuk menghindari cedera pada kandung kemih
• Untuk pemapaparan bidang operasi muskulus pyramidalis perlu dipisahkan digaris
tengah.
• Bila langkah-langkah ditas sudah dilakukan, operator dapat masuk ke rongga abdomen.
• Untuk penutupan insisi, peritoneum dan fascia ditutup secara terpisah sebagaimana
halnya dengan penutupan pada laparotomy medianus.
• Jaringan lemak subkutis ditautkan dengan 2 – 3 jahitan terputus untuk menghindari dead

space.
• Kulit ditutup dengan jahitan jelujur subkutikuler dengan plain cat-gut atau benang
lainnya ukuran 0-3
• Bila muskulus rectus dipotong, penutupan peritoneum dilakukan secara tranversal dan
menyambung otot bersamaan dengan fascia dengan jahitan “angka 8” ; kemudian
jaringan subkutis dan kulit dijahit dengan jahitan pola sederhana terputus.
2.6 Pasca Operasi
Setelah dilakukan pembedahan, hewan diberikan antibiotic topical dan general untuk
mencegah terjadinya infeksi sekunder. Lakukan pemberian Vitamin K diinjeksi secara
intravena 1,8 ml untuk menghentikan pendarahan. Untuk mencegah peradangan dapat
diberikan Dexamethasone. Pemberian infus dapat dilakukan jika perlu dan perhatikan asupan
nutrisi dan air, serta lindungi luka operasi.

15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Laparotomv (celiotomy) adalah pembedahan membuka dinding abdomen melalui
insisi ventral abdomen atau flank (dinding perut samping). Insisi pada ventral abdomen
dapat dilakukan melalui linea alba (midline/garis median), para median kiri dan kanan atau
insisi transversal pada dinding abdomen. Insisi pada garis median tepat dilakukan pada
garis tengah abdomen dan linea alba, sehingga tidak terjadi perdarahan karena tidak ada
pembuluh darah atau syaraf yang terinsisi. Insisi paramedian merupakan irisan
longitudinal disamping garis median kira-kira 1 cm sejajar dengan garis median dapat
diperluas/diperpanjang sesuai dengan tujuan operasi. Insisi paramedian beresiko
terjadinya perdarahan. Insisi transversal dinding abdomen dilakukan dengan memotong
serabut-serabut otot abdomen. disini akan terjadi perdarahan karena terpotongnya serabut-
serabut otot dan pembuluh darah. Pemilihan daerah insisi dinding abdomen diatas
dilakukan sesuai dengan tujuan operasinya.

Indikasi dilakukannya operasi laparotomy ini adalah bertujuan untuk pengobatan


ataupun untuk meneguhkan suatu diagnosa. Sebelum dilakukannya operasi laparotomi
beberapa hal wajib dipersiapkan pada fase pre operasi, hal-hal tersebut antara lain:
persiapan alat, bahan dan obat obatakn yang akan digunakan, termasuk di dalamnya adalah
anestesi, mempersiapkan hewan yang akan dioperasi dengan cara pemeriksaan fisik dan
pemuasaan selama kurang lebih 12 jam sebelumnya, dan mempersiapkan ruangan operasi
supaya steril dan bebas dari kuman dan bakteri.

Pada masa pasaca operasi dapat diberikan antibiotic, vitamin, anti radang dan anti
nyeri untuk mencegah terjadinya perdangan dan mengurangi rasa sakit yang dialami
hewan tersebut.

3.2 Saran
Operasi Laparatomy memerlukan kemampuan dokter hewan yang mumpuni serta
menggunakan alat-alat yang lengkap dan steril sehingga dapat menjalankan operasi
dengan lancar dan meminimalisir terjadinya infeksi. Penanganan pascaoperasi yang baik
juga perlu diterapkan agar tidak terjadi komplikasi jangka pendek atau komplikasi jangka
panjang terhadap hewan.

16
Daftar Pustaka
Abubakar, A.A, et.al. 2014. Comparative Evaluation of Midventral and Flank Laparotomy
Approaches in Goat. Hindawi Publishing Corporation, Journal of Veterinary Medicine :
Vol.2014, p.1-6
Firth, E.G., Fontijne, P., Kersjes, A.W., Nemeth, F., Rutgers, L.J.E., van der Velden, M.A. 1985.
Atlas of Large Animal Surgery. London: Williams & Wilkins.
Hernández, C., Restrepo, R. 2005. Adenocarcinoma in the Jejunum of a Dog: A Case Report.
Colombia: Revista.
Hickman, J., Houlton, J., Edwards, B. 1995. An Atlas of Veterinary Surgery Third Edition.
London: Blackwell Science Ltd.
Papazoglou, L. G; Basdani, E. 2015. Exploratory Laparotomy in the Dog & Cat. Ed. Oktober
2015, p. 15-21
Pemayun, I Gusti Gde Putra. Anak Agung Gde Jayawardhita. 2015. Diktat Ilmu Bedah Veteriner
Khusus II. Laboratorium Bedah Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Udayana
Shin, S.T., Jang, S.K., Yang, H.S., Lee, O.K. 2008. Laparoscopy vs. laparotomy for embryo
transfer to produce transgenic goats (Capra hircus). Korea: J. Vet. Sci.
Smeak, D.D. 2008. Paramedian Abdominal Approach: Technique. Colorado: Colorado State
University.
Starič, J., Biricik, H. S., Aksoy, G., Zadnik, T. 2010. Surgical Treatment of Displaced
Abomasum in Cattle Using Ljubljana Method. Turkey: ACTA VET.
Sudisma, I. G. N., Putra Pemayun, I. G. A. G., Jaya Wardhita, A. A. G., dan Gorda, I. W. 2016.
Ilmu Bedah Veteriner dan Teknik Operasi. Denpasar: Plawa Sari
Tobias, K.M. 2010. Manual of Small Animal Soft Tissue Surgery. Iowa: Wiley-Blackwell.

17

Anda mungkin juga menyukai