Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

“POST LAPAROTOMI”
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Kritis

Disusun Oleh :
Kelompok 4
1. Kiki Wahyu Putra .W ( 2102013349P )

PROGRAM S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMONGAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat
limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah
ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas mengenai Post Laparotomi pada
mata kuliah Keperawatan Kritis.
Dalam penulisan makalah ini, penulis banyak mendapatkan tantangan dan
hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa
teratasi. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya
mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat
penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca sekalian
Terima kasih.

Lamongan, 25 Oktober 2022

Penulis

1
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR.....................................................................................1
DAFTAR ISI....................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................4
1.3 Tujuan.....................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian...............................................................................................5
2.2 Etilogi.....................................................................................................5
2.3 Jenis-jenis...............................................................................................5
2.4 Manifestasi Klinis...................................................................................5
2.5 Komplikasi.............................................................................................6
2.6 Pathway..................................................................................................7
2.7 Patofisiologis..........................................................................................8
2.8 Pemeriksaan Penunjang..........................................................................8
2.9 Asuhan Keperawatan..............................................................................9
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.............................................................................................15
3.2 Saran.......................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Laparatomi merupakan salah satu pembedahan mayor, dengan melakukan
penyayatan pada lapisan – lapisan dinding abdomen, untuk mendapatkan
bagian organ yang mengalami masalah seperti hemoragi, perforasi, kanker dan
obstruksi. Tindakan laparatomi merupakan teknik oprasi yang dapat dilakukan
pada gangguan sistem digestif maupun perkemihan (Lakaman, 2013). Adapun
tindakan bedah digestif yang sering dilakukan dengan teknik laparatomi
adalah herniotomi, gasterektomi, kolesistoduodenostomi, hepatorektomi,
splenoktomi, apendektomi, kolostomi, hemoroidektomi dan fistuloktomi.
Sedangkan teknik bedah perkemihan dengan teknik laparatomi adalah
nefrektomi dan ureterostomi (Syamsuhidayat & Wim De Jong, 2014).
Tindakan pembedahan laparatomi dapat menimbulkan beberapa masalah
diantaranya adalah nyeri akut paska pembedahan, rusaknya integritas kulit,
imobilisasi, pendarahan dan resiko infeksi (Jitowiyono, 2012). Nyeri
merupakan keluhan yang paling sering diungkapkan pasien dengan tindakan
pembedahan laparatomi. Nyeri tersebut biasa disebut dengan nyeri pasca
operasi. Nyeri pasca operasi laparatomi diakibatkan karena diskontinuitas
jaringan atau luka operasi akibat insisi pembedahan, sehingga sel saraf kulit
rusak. Trauma jaringan akan merangsang terbentuklah zat kimia seperti :
bradikinin, serotinin, histamin dan enzim proteotik. Zat tersebut merangsang
nyeri dan membuat kaku otot. Reseptor nyeri rangsangan tersebut akan
dihantarkan ke hipotalasmus melalui saraf assenden menjadi nyeri. Sistem
syaraf terlibat dalam mengubah stimulus menjadi sensasi nyeri. Sistem yang
terlibat dalam transmisi dan persepsi nyeri disebut sebagai sistem nosiseptif,
sehingga terjadilah nyeri akut. Selain itu Sinyal nyeri dari daerah yang terluka
berjalan sebagai impuls elektrokimia di sepanjang saraf ke bagian dorsal
spinal cord (daerah pada spinal yang menerima sinyal dari seluruh tubuh).
Pesan kemudian dihantarkan ke saraf perifer tubuh sehingga terjadi nyeri
sebar (Taylor & Le Mone, 2015).

3
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah pengertian dari Laparotomi ?
1.2.2 Apa saja etiologi dari Laparotomi?
1.2.3 Apa saja jenis-jenis Laparotomi?
1.2.4 Apa saja manifestasi klinis dari Laparotomi?
1.2.5 Bagaimana komplikasi dari Laparotomi?
1.2.6 Bagaimana pathway dari Laparotomi?
1.2.7 Bagaimana patofisiologi dari Laparotomi?
1.2.8 Apa saja pemeriksaan penunjang dari Laparotomi?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari penulisan ini adalah agar penulis mampu
menerapakan asuhan keperawatan pada pasien penderita Post
Laparotomi.
1.3.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dalam penulisan ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian dari Laparotomi
2. Untuk mengetahui etiologi dari Laparotomi
3. Untuk mengetahui jenis-jenis Laparotomi
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Laparotomi
5. Untuk mengetahui komplikasi dari Laparotomi
6. Untuk mengetahui pathway dari Laparotomi
7. Untuk mengetahui patofisiologi dari Laparotomi
8. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari Laparotomi

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Laparotomi adalah pembedahan yang dilakukan pada usus akibat
terjadinya perlekatan usus dan biasanya terjadi pada usus halus. (Arif
Mansjoer, 2010).
Laparatomi adalah pembedahan perut, membuka selaput perut dengan
operasi. (Lakaman 2011).
2.2 Etiologi
Etiologi sehingga dilakukan laparatomi adalah karena disebabkan oleh
beberapa hal (Smeltzer, 2012) yaitu:
1.      Trauma abdomen (tumpul atau tajam).
2.      Peritonitis.
3.      Perdarahan saluran cerna.
4.      Sumbatan pada usus halus dan usus besar.
5.      Massa pada abdomen
2.3 Jenis-jenis Laparatomi
a.       Mid-line incision
b.      Paramedian, yaitu ; sedikit ke tepi dari garis tengah (± 2,5 cm), panjang
(12,5 cm).
c.       Transverse upper abdomen incision, yaitu ; insisi di bagian atas,
misalnya pembedahan colesistotomy dan splenektomy.
d.      Transverse lower abdomen incision, yaitu; insisi melintang di bagian
bawah ±4cm diatas anterior spinaliliaka, misalnya; pada operasi
appendictomy.  Latihan - latihan fisik seperti latihan napas dalam, latihan
batuk, menggerakan otot-otot kaki, menggerakkan otot-otot bokong,
Latihan alih baring dan turun dari tempat tidur. Semuanya dilakukan hari
ke 2 post operasi.(Smeltzer, 2012).
2.4 Manifestasi Klinis
a.       Nyeri tekan.
b.      Perubahan tekanan darah, nadi, dan pernafasan.

5
c.       Kelemahan.
d.      Gangguan integumen dan jaringan subkutan.
e.       Konstipasi.
f.       Mual dan muntah, anoreksia.
2.5 Komplikasi
1. Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan tromboplebitis.
Tromboplebitis post operasi biasanya timbul 7-14 hari setelah operasi.
Bahaya besar tromboplebitis timbul bila darah tersebut lepas dari
dinding pembuluh darah vena dan ikut aliran darah sebagai emboli ke
paru-paru, hati, dan otak. Pencegahan tromboplebitis yaitu latihan kaki,
ambulasi dini post operasi.
2. Infeksi, infeksi luka sering muncul pada 36-46 jam pasca operasi.
Organisme yang paling sering menimbulkan infeksi adalah stapilococus
aurens, organisme gram positif. Stapilococus mengakibatkan peranahan.
Untuk menghindari infeksi luka yang paling penting adalah perawatan
luka dengan memperhatikan aseptik dan antiseptik.
3. Kerusakan integritas kulit sehubungan dengan dehisensi luka atau
eviserasi.
4. Ventilasi paru tidak adekuat.
5. Gangguan kardiovaskuler: hipertensi, aritmia jantung.
6. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
7. Gangguan rasa nyaman dan kecelakaan.(Arif Mansjoer, 2012).

6
2.6 Pathway
Insisi Bedah

Menyebabkan perlukaan pada abdomen

Terputusnya inkontinuitas jaringan Luka insisis bedah tidak dirawat

Hal ini merangsang pengeluaran Adanya peningkatan leukosit


Histamine dan prostaglandin

Nyeri Resiko tinggi infeksi


                                                              
2.7 Patofisiologi
Trauma adalah cedera/rudapaksa atau kerugian psikologis atau emosional
(Dorland, 2011). Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera
fisiologis akibat gangguan emosional yang hebat (Brooker, 2010).
Trauma adalah penyebab kematian utama pada anak dan orang dewasa
kurang dari 44 tahun. Penyalahgunaan alkohol dan obat telah menjadi faktor
implikasi pada trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau
tidak disengaja (Smeltzer, 2011). Trauma abdomen adalah cedera pada
abdomen, dapat berupa trauma tumpul dan tembus serta trauma yang
disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer, 2011).
Trauma abdomen merupakan luka pada isi rongga perut dapat terjadi
dengan atau tanpa tembusnya dinding perut dimana pada
penanganan/penatalaksanaan lebih bersifat kedaruratan dapat pula dilakukan
tindakan laparatomi. Tusukan/tembakan , pukulan, benturan, ledakan,
deselerasi, kompresi atau sabuk pengaman (set-belt) dapat mengakibatkan
terjadinya trauma abdomen sehingga harus di lakukan laparatomy.(Arif
Muttaqin, 2013).
Trauma tumpul abdomen dapat mengakibatkan individu dapat kehilangan
darah, memar/jejas pada dinding perut, kerusakan organ-organ, nyeri, iritasi

7
cairan usus. Sedangkan trauma tembus abdomen dapat mengakibatkan
hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ, respon stres simpatis,
perdarahan dan pembekuan darah, kontaminasi bakteri, kematian sel.
Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ dan respon stress dari saraf
simpatis akan menyebabkan terjadinya kerusakan integritas kulit, syok dan
perdarahan, kerusakan pertukaran gas, resiko tinggi terhadap infeksi, nyeri
akut.(Arif Muttaqin, 2013).

2.8 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan rektum : adanya darah menunjukkan kelainan pada usus


besar ; kuldosentesi, kemungkinan adanya darah dalam lambung ; dan
kateterisasi, adanya darah menunjukkan adanya lesi pada saluran kencing.

1. Laboratorium : hemoglobin, hematokrit, leukosit dan analisis urine.


2. Radiologik : bila diindikasikan untuk melakukan laparatomi.
3. IVP/sistogram : hanya dilakukan bila ada kecurigaan terhadap trauma
saluran kencing.
4. Parasentesis perut : tindakan ini dilakukan pada trauma tumpul perut yang
diragukan adanya kelainan dalam rongga perut atau trauma tumpul perut
yang disertai dengan trauma kepala yang berat, dilakukan dengan
menggunakan jarum pungsi no 18 atau 20 yang ditusukkan melalui
dinding perut didaerah kuadran bawah atau digaris tengah dibawah pusat
dengan menggosokkan buli-buli terlebih dahulu.
5. Lavase peritoneal : pungsi dan aspirasi/bilasan rongga perut dengan
memasukkan cairan garam fisiologis melalui kanula yang dimasukkan
kedalam rongga peritonium.

Perlengkapan yang dilakukan pada pasien post laparatomy, adalah;


a. Respiratory: Bagaimana saluran pernapasan, jenis pernapasan,
bunyi pernapasan.
b. Sirkulasi: Tensi, nadi, respirasi, dan suhu, warna kulit, dan refill
kapiler.
c. Persarafan : Tingkat kesadaran.

8
d. Balutan: Apakah ada tube, drainage ? Apakah ada tanda-tanda
infeksi?  Bagaimana penyembuhan luka?
e. Peralatan: Monitor yang terpasang, cairan infus atau transfusi.
f. Rasa nyaman: Rasa sakit, mual, muntah, posisi pasien, dan fasilitas
ventilasi.
g. Psikologis : Kecemasan, suasana hati setelah operasi   
2.1
2.2
2.3
2.4
2.5
2.6
2.7
2.8
2.9 Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan proses pengumpulan data yang dilakukan secara
sistemik mengenai kesehatan. Pasien mengelompokkan data menganalisis
data tersebut sehingga dapat pengkajian adalah memberikan gambaran secara
terus menerus mengenai keadaan pasien .Adapun tujuan utama dari pada
pengkajian adalah memberikan gambaran secara terus-menerus mengenai
keadaan pasien yang mungkin perawat dapat merencanakan asuhan
keperawatan. (Arif mutaaq 2013).
Pengkajian pada laparatomu meliputi identitas klien keluhan utama,
riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit
keluarga, riwayat penyakit psikososial.
a.       Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan MRS,
nomor register, dan diagnosis medis.
2. Keluhan Utama
Sering  menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah
nyeri pada abdomen.

9
1.
2.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Kapan nyeri pertama kali dirasakan dan apa tindakan yang telah diambil
sebelum akhirnya klien dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan
penanganan secara medis.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit terdahulu sehingga klien dirawat di rumah sakit.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Bisanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi,diabetes
melitus,atau adanya riwayat stroke dari generasi terdahulu.
d. Riwayat psikososial dan spiritual
Peranan  pasien  dalam  keluarga  status emosional meningkat, interaksi
meningkat, interaksi sosial terganggu, adanya rasa cemas yang
berlebihan, hubungan dengan tetangga tidak harmonis, status dalam
pekerjaan. Dan apakah klien rajin dalam melakukan ibadah sehari-hari.
4. Aktivitas sehari-hari (sebelum dan selama sakit)
a. Pola Nutrisi
b. Pola Eliminasi
c. Pola Personal Hygiene
d. Pola Istirahat dan Tidur
e. Pola Aktivitas dan Latihan
f. Seksualitas/reproduksi
g. Peran
h. Persepsi diri/konsep diri
i. Kognitif diri/konsep diri
j. Kognitif perceptual
1.
2.
3.
4.

10
5. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala, Pasien pernah mengalami trauma kepala, adanya hematoma atau
riwayat operasi.
2) Mata, Penglihatan adanya kekaburan, akibat akibat adanya gangguan
nervus optikus (nervus II), gangguan dalam mengangkat bola mata
(nervus III), gangguan dalam memutar bola mata (nervus IV) dan
gangguan dalam menggerakkan boal mata kalateral (nervus VI).
3) Hidung, Adanya gangguan pada penciuman karna terganggu pada nervus
olfatorius (nervus I).
4) Mulut, Adanya gangguan pengecapan (lidah) akibat kerusakan nervus
vagus adanya kesulitan dalam menelan.
5) Dada
Inspeksi : Kesimetrisan bentuk, dan kembang kempih dad
Palpasi : Ada tidaknya nyeri tekan dan massa.
Perkusi : Mendengar bunyi hasil perkusi.
Auskultasi : Mengetahui suara nafas, cepat dan dalam.
6) Abdomen
Inspeksi : Bentuk, ada tidaknya pembesaran.
Auskultasi : Mendengar bising usus.
Perkusi : Mendengar bunyi hasil perkusi.
Palpasi : Ada tidaknya nyeri tekan pasca operasi.
7) Ekstremitas, Pengukuran otot menurut (Arif Mutaqqin, 2012)
a. Nilai 0: bila tidak terlihat kontraksi sama sekali.
b. Nilai 1: Bila terlihat kontraksi dan tetapi tidak ada gerakan pada
sendi.
c. Nilai 2: Bila ada gerakan pada sendi tetapi tidak bisa melawan
grafitasi.
d. Nilai 3: Bila dapat melawan grafitasi tetapi tidak dapat melawan
tekanan pemeriksaan.
e. Nilai 4: Bila dapat melawan tahanan pemeriksaan tetapi
kekuatanya berkurang.

11
f. Nilai 5: bila dapat melawan tahanan pemeriksaan dengan
kekuatan penuh.
Diagnosa Keperawatan (NANDA, 2015)
a. Nyeri akut berhubungan dengan dilakukannya tindakan insisi bedah.
b. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya sayatan / luka operasi laparatomi.
c. Gangguan imobilisasi berhubungan dengan pergerakan terbatas dari anggota
tubuh.
Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan kriteria


No. Intervensi
Keperawatan hasil
1. Nyeri akut NOC NIC
berhubungan dengan Ansiety Anxiety Reduction
dilakukannya tindakan Fear leavel (penurunan
insisi bedah. Sleep deprivation kecemasan)
Comfort, readines for
1.      Identifikasi tingkat
enchanced kecemsan
2.
Kriteria Hasil:
1. Mampu mengontrol 1. Bantu klien
kecemasan mengenal situasi
2. Mengontrol nyeri yang
3. Kualitas tidur dan menimbulkan
istirahat adekuat kecemasan
4. Status kenyamanan 2. Kaji
meningkat karakteristik
nyeri
3. Instruksikan
pasien
menggunakan
tehnik rekasasi
4. Berikan posisi
nyaman sesuai
kebutuhan
5. Kolaborasi
pemberian obat
analgetik
2. Resiko infeksi NOC NIC
berhubungan dengan Immune status Infection Control
adanya sayatan / luka Knowledge : infection (kontrol infeksi)

12
operasi laparatomi. control 1.      Monitor tanda dan
Risk control gejala infeksi
sistemik dan lokal
Kriteria hasil: 2.
1. Klien bebas dari 1. Bersihkan luka
tanda dan gejala 2. Ajarkan cara
infeksi menghindari
2. Menunjukkan infeksi
kemampuan untuk 3. Instruksikan
mencegah timbulnya pasien untuk
infeksi minum obat
3. Jumlah leukosit antibiotik
dalam batas normal sesuai resep
4. Berikan terapi
antibiotik IV
bila perlu
3. Gangguan imobilisasi NOC NIC
berhubungan dengan Joint movement : active Exercise therapy :
pergerakan terbatas Mobility level ambulation
dari anggota tubuh. Self care : ADLs 1.      Monitor vital sign
Transfer performance sebelum/sesudah
latihan dan lihat
respon pasien saat
latihan
Kriteria hasil:
1. Klien meningkat 1. Latih pasien
dalam aktivits fisik dalam
2. Mengerti dari tujuan pemenuhan
dari peningkatan kebutuhan
mobilitas ADLs secara
3. Memeragakan mandiri sesuai
penggunaan alat kebutuhan
4. Bantu untuk 2. Kaji
mobilisasi (walker) kemampuan
pasien dalam
mobilisasi
3. Konsultasi
dengan terapi
fisik tentang
rencana
ambulasi sesuai
kebutuhan

13
4. Ajarkan pasien
bagaimana
merubah posisi
dan berikan
bantuan jika
diperlukan
Implementasi Keperawatan
 Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
kestatus kesehatan yang  baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan (Potter & Perry, 2011). 
Evaluasi Keperawatan
Menurut Craven dan Hirnle (2011) evaluasi didefenisikan sebagai
keputusan dari efektifitas asuhan keperawatan antara dasar tujuan keperawatan
klien yang telah ditetapkan dengan respon prilaku klien yang tampil.
Tujuan evaluasi antara lain :
a. Untuk menentukan perkembangan kesehatan klien.
b. Untuk menilai efektifitas, efisiensi, dan produktifitas dari tindakan
keperawatan yang telah diberikan.
c. Untuk menilai pelaksanaan asuhan keperawatan.
d. Mendapatkan umpan balik
e. Sebagai tanggung jawab dan tanggunggugat dalam pelaksanaan
pelayanan keperawatan.

14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Laparatomi merupakan salah satu pembedahan mayor, dengan melakukan
penyayatan pada lapisan – lapisan dinding abdomen, untuk mendapatkan
bagian organ yang mengalami masalah seperti hemoragi, perforasi, kanker
dan obstruksi. Tindakan laparatomi merupakan teknik oprasi yang dapat
dilakukan pada gangguan sistem digestif maupun perkemihan.
3.2  Saran
Bila menemukan pasien dengan tindakan post laparotomi, sebaiknya perlu
diperhatikan setiap pengkajian dan pemeriksaan fisik, sehingga dalam
menangani tindakan berikutnya akan semakin baik pula.

15
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2002. Prosedur Suatu Penelitian: Pendekatan Praktek. Edisi Revisi
Kelima. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.
Brunner and suddart. (2011). Textbook of Medical Surgical Nursing. Sixth
Edition. J.B. Lippincott Campany, Philadelpia.
Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan Ed.31. EGC : Jakarta.
Doenges, Marilynn E. (2011). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran. EGC : Jakarta.
Mansjoer, Arif. 2012. Capita ,Selekta Kedokteran. Bakarta :Media Aesculapius.
Muttaqin, Arif. 2014. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pencernaan. Jakarta: Salemba Medika
NANDA. 2015. Diagnosis Keperawatan NANDA : Masalah Yang Lazim Muncul
Nazir, Moh. 2011. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta.
Nursalam. 2010. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan, Edisi II. Salemba Medika. Jakarta
 Prasetyo, S. N. 2010. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta :
Graha Ilmu.
Soeparman, dkk. 2010. Ilmu Penyakit Dalam : Balai Penerbit FKUI, Jakarta
Smeltzer, Suzanne C. 2010. Keperawatan Medikal-Bedah Brunner and Suddarth
Ed.8 Vol.3. EGC : Jakarta

16
17

Anda mungkin juga menyukai