Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN KEGIATAN

“PRAKONSEPSI DAN PERENCANAAN KEHAMILAN SEHAT”

Tanggal 22 Oktober 2021

Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas


Praktik Asuhan Kebidanan Holistik Fisiologis Pra-Konsepsi dan Rencana
Kehamilan Sehat

Oleh:
KELOMPOK 2 STASE 1
Mellyana Ismawati (P17312215058)
Niken Firda Z.T.S (P17312215059)
Alif Ajeng M. J. (P17312215060)
Ayu Kharisma Alfiana (P17312215061)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
TAHUN 2021
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KEGIATAN EDUKASI REMAJA & PRANIKAH

Tanggal Oktober 2021

Ini telah diperiksa dan disahkan pada tanggal: ........................

Pembimbing Institusi,

Indah Rahmaningtyas, S.Kp., M.Kes


NIP. 196410051989032001

Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

Ika Yudianti, SST., M.Keb.


NIP. 198007272003122002
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
meemberikan kesempatan untuk menyusun dan menyelesaikan Laporan Kegiatan
Edukasi Praktik Kebidanan Asuhan Kebidanan Holistik Fisiologis Remaja dan
Pranikah. Adapun isi laporan kegiatan ini meliputi pendahuluan, rencana
kegiatan, pelaksanaan kegiatan, evaluasi, penutup, dan lampiran yang diperlukan.
Laporan kegiatan edukasi asuhan kebidanan holistik fisiologis remaja dan
pranikah dapat terselesaikan atas bantuan dari berbagai pihak, untuk itu,
penyusun mengucapkan terima kasih kepada:
1. Direktur Poltekkes Kemenkes Malang
2. Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Malang
3. Tim Perseptor Prodi Pendidikan Profesi Bidan
4. Rekan Profesi Bidan yang telah memberikan dukungan dan doa untuk
kegiatan edukasi TA. 2021/2022
Semoga laporan kegiatan edukasi dapat memberikan manfaat bagi semua
pihak.

Penyusun
VISI DAN MISI PROGRAM STUDI
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kasus kematian ibu dan bayi masih menjadi masalah yang belum
terselesaikan di Indonesia. Hal tersebut menunjukkan bahwa kesehatan ibu
dan anak di Indonesia masih jauh dari harapan pemerintah. Menurut
Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015, Indonesia memiliki 305
kasus AKI per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini masih jauh dari target
SDG’s yang seharusnya dicapai yaitu 102 per 100.000 kelahiran hidup
pada tahun 2015. Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)
yang dilakukan oleh BPS pada tahun 2017 bahwa 39,17% anak perempuan
berusia 10-17 tahun menikah yang pertama pada usia di bawah 15 tahun,
39,91% menikah pada usia 16 tahun, dan sebanyak 22,92% menikah pada
usia 17 tahun. 1 Data dari BPS tahun 2020 bahwa terlepas dari kejadian
kehamilan tidak diinginkan, pernikahan dini masih banyak ditemui karena
faktor budaya dan agama, tingkat ekonomi dan pendidikan keluarga, serta
situasi setelah bencana dimana perempuan yang berusia 15-17 tahun yang
kehilangan orangtuanya lebih mungkin untuk segera menikah karena
meringankan beban ekonomi keluarga karena kehilangan aset ekonomi
setelah bencana. Keputusan untukmenikah inilah yang dapat
meningkatkan angka kehamilan yang terlalu dini sehingga menyebabkan
meningkatnya AKI dan AKB. Perlu dilakukan perencanaan kehamilan
yang tepat agar ibu siap untuk menjadi orang tua.
Perencanaan kehamilan merupakan perencanaan berkeluarga yang
optimal melalui perencanaan kehamilan yang aman, sehat dan diinginkan
merupakan salah satu faktor penting dalam upaya menurunkan angka
kematian maternal. Menjaga jarak kehamilan tidak hanya menyelamatkan
ibu dan bayi dari sisi kesehatan, namun juga memperbaiki kualitas
hubungan psikologi keluarga (Mirza, 2008). Perencanaan kehamilan
merupakan hal yang penting untuk dilakukan setiap pasangan suami istri.
Baik itu secara psikolog/mental, fisik dan finansial adalah hal yang tidak
boleh diabaikan (Kurniasih, 2010). Merencanakan kehamilan merupakan
perencanaan kehamilan untuk mempersiapkan kehamilan guna mendukung
terciptanya kehamilan yang sehat dan menghasilkan keturunan yang
berkualitas yang diinginkan oleh keluarga (Nurul, 2013).
Oleh karena itu, perlu adanya pendidikan mengenai pra-konsepsi
dan perencanaan kehamilan sehat pada WUS agar risiko kehamilan dan
persalinan dapat berkurang.
1.2. Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Wanita Usia Subur (WUS) mengetahui tentang pra-konsepsi dan
perencanaan kehamilan sehat.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Setelah mengikuti penyuluhan, WUS dapat menambah
wawasan tentang skrining masalah dan gangguan kesehatan
sebelum hamil.
2. Setelah mengikuti penyuluhan, WUS dapat menambah
wawasan tentang perencanaan dan persiapan kehamilan sehat.
3. Setelah mengikuti penyuluhan, WUS dapat menambah
wawasan tentang persiapan menjadi orang tua dan kesiapan
merawat anak.
BAB II
RENCANA KEGIATAN

3.1. Jadwal Kegiatan


Hari, tanggal : Jum’at, 22 Oktober 2021
Waktu : 09.00 s/d selesai
Tempat : Online (Zoom)
Materi : 1. Skrining masalah dan gangguan kesehatan
sebelum hamil.
2. Perencanaan dan persiapan kehamilan sehat.
3. Persiapan menjadi orang tua dan kesiapan
merawat anak.
Media : Zoom, internet, HP/PC, Power Point, Google Form
Metode : Pretest-Posttest, Ceramah, Diskusi, Tanya Jawab
Sarana & Prasarana :

3.2. Rencana Evaluasi


BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN

3.1. Jadwal Kegiatan


Hari, tanggal : Jum’at, 22 Oktober 2021
Waktu : 09.00 s/d selesai
Tempat : Online (Zoom)
Materi : 1. Skrining masalah dan gangguan kesehatan
sebelum hamil.
2. Perencanaan dan persiapan kehamilan sehat.
3. Persiapan menjadi orang tua dan kesiapan
merawat anak.
Media : Zoom, internet, HP/PC, Power Point, Google Form
Metode : Pretest-Posttest, Ceramah, Diskusi, Tanya Jawab
Sarana & Prasarana :

3.2 Hambatan Kegiatan & Solusi

No Hambatan Solusi
.
1. Acara dimulai tidak tepat
waktu
2. Peserta hadir terlambat
3. Jaringan kurang stabil
4.
BAB IV
EVALUASI

4.1 Evaluasi
4.2 Rencana Tindak Lanjut
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
Lampiran 1
Susunan Acara
No. Kegiatan/Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Sasaran
1. Pembukaan: 1. Memberi salam dan 1. Menjawab
09.00-09.10 WIB memperkenalkan diri salam.
2. Menjelaskan isi acara dan 2. Mendengarkan
tujuan penyuluhan 3. Memperhatikan
3. Menyebutkan materi yang
akan disampaikan

2. Pretest Memberikan link pretest melalui Mengerjakaan soal


09.10-09.15 google form pretest sesuai
pengetahuan
sasaran
3. Pelaksanaan: Menyampaikan materi 1 tentang: Menyimak dan
09.15-10.00 WIB a. Skrining masalah dan memperhatikan
gangguan kesehatan materi yang
sebelum hamil disampaikan.
b. Perencanaan dan
persiapan kehamilan sehat
c. Persiapan menjadi orang
tua dan kesiapan merawat
anak)

4. Diskusi dan Tanya Jawab Moderator membuka sesi tanya Peserta bertanya
10.00-10.15 jawab melalui chat zoom
5. Posttest Memberikan link posttest Mengerjakaan soal
10.15-10.20 melalui google form posttest setelah
medengarkan materi
6. Penutup Menyimpulkan materi yang Memperhatikan
Evaluasi dan teriminasi telah diberikan
10.20-10.25 WIB

Terminasi: Foto Bersama, mengucapkan Menjawab salam.


10.25-10.30 WIB terima kasih dan salam penutup
Lampiran 2
Media Edukasi
Lampiran 3
Skrining masalah dan gangguan kesehatan sebelum hamil
1. Apa definisi dari skrining prakehamilan/prakonsepsi ?
Prakonsepsi (pra kehamilan) berasal dari dua kata yakni pra dan
konsepsi. Pra artinya sebelum. Konsepsi atau pembuahan adalah
bertemunya sel telur (ovum) dengan sperma (spermatozoa). Prakonsepsi
adalah masa sebelum kehamilan terjadi. Sehingga prakonsepsi adalah
sebelum terjadinya pertemuan antara sel telur dengan sperma yang dapat
menyebabkan kehamilan. Perawatan prakonsepsi adalah perawatan yang
diberikan sebelum kehamilan dengan sasaran mempermudah seorang
wanita mencapai tingkat kesehatan yang optimal sebelum mengandung.
Skrining kesehatan merupakan usaha untuk mengidentifikasi
keadaan penyakit atau kelainan yang secara klinis belum jelas melalui
beberapa cara yaitu tes, pemeriksaan atau prosedur tertentu yang dapat
digunakan secara cepat untuk menentukan keadaan kesehatan setiap
individu. Tujuan dari skrining yaitu untuk mengurangi morbiditas dan
mortalitas yang disebabkan oleh penyakit atau keadaan tertentu melalui
pengobatan dini terhadap kasuskasus yang diketahui secara dini.
Skrining kesehatan reproduksi dapat dilakukan melalui berbagai
cara baik secara sederhana ataupun melalui cara yang canggih. Pada
umumnya skrining dilakukan secara individual, namun pada kondisi
tertentu skrining dilakukan secara masal. Kasus yang perlu ditindaklanjuti
melalui skrining antara lain anemia, Diabetes Melitus (DM), Infeksi
Menular Seksual, dan Ketergantungan obat-obatan terlarang.

2. Seperti apakah langkah-langkah skrining ?


1) Anamnesis lengkap
a. Riwayat genetika dalam keluarga, riwayat penyakit keturunan dalam
keluarga, riwayat kesehatan yang mencakup upaya konsepsi.
Kebiasaan berkaitan dengan kesehatan, misalnya konsumsi alkohol,
obat-obatan berbahaya, dan tembakau.
b. Pajanan lingkungan: Keadaan lingkungan di mana seorang wanita
berada/bekerja akan berdampak terhadap status kesehatan.
c. Perilaku kesehatan yang berkaitan dengan sistem reroduksi.
d. Status imunisasi
Pencegahan dan perlindungan diri yang aman terhadap penyakit tetanus
dilakukan dengan pemberian 5 dosis imunisasi TT untuk mencapai
kekebalan penuh. Tujuan diberikan imunisasi tetanus toksoid antara
lain : untuk melindungi bayi baru lahir tetanus Neonaturum,
melindung ibu terhadap kemungkinan tetanus apabila terluka,
pencegahan penyakit pada ibu hamil dan bayi kebal terhadap kuman
tetanus, serta untuk mengeliminasi penyakit Tetanus pada bayi baru
lahir.
e. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan perlu di deteksi dini sejak dari masa pranikah untuk
persiapan penanganan sebelum hamil, selama hamil dan persalinan
guna untuk mengurangi risiko dan optimalisasi nutrisi. Penyakit
yang perlu diwaspadai pada masa pranikah yaitu anemia, penyakit
menular (HIV/AIDS, IMS, Hepatitis), pemyakit menahun (jantung,
hipertensi, asma).

2) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dapat dilakukan pada setiap wanita usia subur ataupun
pasangan usia subur untuk mengetahui keadaan kesehatan secara
umum, khususnya yang terjadi pada system reproduksi. Dapat
dilakukan oleh bidan, jika ditemukan kelainan bisa dirujuk ke dokter
atau fasilitas kesehatan yang lebih lengkap.
Pemeriksaan fisik meliputi :
a. Pemeriksaan tanda vital
b. Pemeriksaan status gizi
c. Pemeriksaan darah rutin
d. Pemeriksaan urine rutin
e. Pemeriksaan lain atas indikasi seperti Seperti Gula arah, IMS,
HIV, Malaria, Thalasemia, Hepatitis B, TORCH (toksoplasma,
rubella, citomegalovirus, dan herpes simpleks), dsb.
Pemeriksaan gizi
Status gizi calon pengantin perempuan ditentukan dengan melakukan
pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT) dan pengukuran Lingkar
Lengan Atas (LiLA). Sebelum memasuki jenjang pernikahan, catin
perlu melakukan persiapan gizi antara lain :
a. Setiap pasangan catin dianjurkan untuk mengonsumsi makanan
bergizi seimbang.
b. Setiap catin perempuan dianjurkan mengonsumsi tablet tambah
darah (TTD) yang mengandung zat besi dan asam folat
seminggu sekali.
c. Bagi catin perempuan yang mengalami KEK (Kurang Energi
Kronis) dan Anemia maka perlu ditentukan penyebabnya dan
ditatalaksana sesuai dengan penyebab tersebut.
d. Untuk mendapatkan masukan gizi yang seimbang ke dalam
tubuh perlu mengonsumsi lima kelompok pangan yang
beraneka ragam setiap hari atau setiap kali makan. Kelima
kelompok pangan tersebut adalah makan pokok, lauk pauk,
sayuran, buah-buahan, dan minumnya.

3) Pemeriksaan diagnostik lain


a. Pemeriksaan laboratorium: untuk mengetahui kelainan yang
diturunkan secara genetis ataupun yang dapat ditularkan dari
wanita/ ibu ke janin yang dikandungnya.
b. Pemeriksaan radiologi dan lain-lain baik secara sederhana
ataupun melalui teknologi modern.
c. Pemeriksaan payudara sendiri (Sadari): dilakukan secara
pribadi untuk mendeteksi perubahan abnormal pada payudara
sedini mungkin.
3. Apa tujuan dilakukan asuhan prakonsepsi?
Tujuan asuhan pra konsepsi adalah memfasilitasi perempuan untuk
menjadi sehat sebelum dia hamil, agar bayi yang dilahirkannya dalam
keadaan sehat yang optimal. Tujuan asuhan prakonsepsi lainnya adalah
memastikan bahwa ibu dan pasangannya berada dalam status kesehatan
fisik dan emosional yang optimal saat awal kehamilan. Tujuan lainnya
adanya perawatan prakonsepsi yaitu sebagai berikut :
a. Bertujuan untuk mempromosikan kesehatan perempuan usia reproduksi
sebelum konsepsi berkaitan dengan kehamilan.
b. Meningkatkan kesehatan prakonsepsi membutuhkan perawatan klinis
yang lebih efektif bagi perempuan. Perubahan pengetahuan sikap dan
perilaku yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi antara laki-laki
dan perempuan perlu dibuat untuk meningkatkan kesehatan
prakonsepsi.
Adapun rekomendasi untuk meningkatkan kesehatan prakonsepsi
berlandaskan empat tujuan yaitu:
a. Meningkatkan pengetahuan dan sikap serta perilaku pria dan wanita
yang berhubungan dengan kesehatan prakonsepsi.
b. Meyakinkan bahwa semua wanita usia subur di menerima layanan
perawatan prakonsepsi (yaitu, berdasarkan bukti skrining risiko,
promosi kesehatan, dan intervensi) yang akan memungkinkan mereka
untuk memasuki kehamilan pada kesehatan yang optimal.
c. Mengurangi risiko kehamilan sebelumnya yang merugikan melalui
intervensi selama periode interconception, yang dapat mencegah atau
meminimalkan masalah kesehatan bagi ibu dan anak-anak masa
depannya.
d. Mengurangi kesenjangan dalam masa kehamilan.
4. Kondisi dan penyakit seperti apa yang perlu diwaspadai oleh
pasangan prakonsepsi?
a. Anemia
Anemia sering dialami oleh perempuan karena kurang asupan atau
konsumsi makanan yang mengandung zat besi, pengaturan pola makan
yang salah, gangguan haid atau haid abnorma, dan penyakit lainnya
(seperti kecacingan, malaria, dan lainnya).
Tanda anemia antara lain :
1. Lesu, letih, lemah, lelah, lunglai (5L).
2. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang.
3. Jika catin perempuan mengalami anemia, perlu segera
mendapatkan penanganan kesehatan sampai normal (>12
mg/dL) dan menunda kehamilan dengan ber KB.
b. Kekurangan Gizi
Kondisi kurang gizi dalam keadaan terus menenrus dapat
mengakibatkan Kurang Energi Kronis (KEK). KEK adalah keadaan
dimana seseorang mengalami kekurangan gizi (kalori dan protein) yang
berlangsung lama atau menahun. KEK merupakan salah satu masalah
gizi di Indonesia yang dialami oleh wanita usia subur, termasuk ibu
hamil dan ibu menyusui.
Untuk mengetahui status KEK WUS adalah dengan cara mengukur
lingkar lengan atas (LiLA). Ambang batas LiLA pada WUS dengan
KEK di Indonesia adalah 23,5 cm, artinya apanila LiLA kurang dari
23,5 cm WUS mengalami KEK.
c. Hepatitis B
Hepatitis B merupakan penyakit menular berupa peradangan hati
yang disebabkan oleh virus hepatitis B. Virus Hepatitis B dapat
ditularkan melalui darah atau caian tubuh dari penderita yang terinfeksi,
seperti cairan serebrospinal, cairan vagina dan cairan tubuh lainnya.
Apabila salah satu catin menderita Hepatitis B, akan menularkan
kepada pasangannya dan keturunannya.
1) Gejala.
Tidak khas dan sering tanpa gejala sehingga banyak orang tidak
menyadari dirinya telah terinfeksi. Gejala seringkali timbul dalam
keadaan penyakit sudah lanjut seperti sirosis (penyakit liver) bahkan
kanker hati, sehingga Hepatitis sering disebut sebagai silent killer
atau penyakit mematikan. Gejala yang dapat timbul:
1. Demam.
2. Mual dan muntah.
3. Rasa lelah.
4. Kencing berwarna gelap seperti teh.
5. Mata dan kulit berwarna kuning
2) Pencegahan :
1. Menghindari faktor risiko penularan Hepatitis B.
2. Imunisasai hepatitis B yang diberikan sebanyak 3 kali yaitu
pada bulan ke-0, 1 dan 6.
Bila sudah terdeteksi Hepatitis B :
1. Segera konsultasi ke dokter.
2. Perlukaan pada kulit harus selalu dibalut.
3. Tidak berbagi peralatan pribadi seperti pisau cukur, sikat gigi,
sisir, gunting kuku dengan orang lain.
d. Torch
Torch adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Toksoplasma, Rubella,
CMV, dan HSV-II serta virus lainnya.
1. Pencegahan :
a) Vaksinasi MMR untuk mencegah komponen Rubella dari
TORCH dilakukan 3-6 bulan dari rencana hamil.
b) Perilaku hidup bersih dan sehat, cuci tangan pakai sabun,
mencuci bahan makanan (sayuran, buah, dan lainnya) dengan air
bersih yang mengalir, dan memasak makanan sampai matang
sempurna.
2. Penularan :
a) Penularan aktif : konsumsi makanan dan sayuran
terkontaminasi virus TORCH dan tidak dimasak sempurna.
Makanan atau sayuran dapat terkontaminasi virus TORCH dari
kotoran hewan seperti kucing, anjing, ayam, burung, dan lain-
lain.
b) Penularan pasif : dari ibu haml oengidap TORCH ke janin.
3. Dampak :
a) Infertilitas.
b) Kelak jika hamil dapat mengakibatkan kecacatan pada janin,
misal kelainan saraf, mata, telinga, otak (mikrosefali atau
hidrosefalus), kelainan paru-paru, limpa, terganggunya fungsi
motorik, dll.

e. Infeksi Menular Seksual (IMS) Termasuk HIV dan AIDS


1) Pengertian IMS
Infeksi Menular Seksual adalah penyakit menular seksual di mana
salah satu cara penularannya melalui hubungan seksual (vaginal,
oral, anal) dengan pasangan yang sudah tertular dan jenisnya sangat
banyak.
2) Gejala Umum IMS
a. Keluar cairan dari vagina,penis atau dubur yang berbeda dari
biasanya.
b. Biasanya disertai rasa perih, nyeri atau panas saat berkemih atau
setelah berkemih.
c. Adanya luka terbuka, luka basah di sekitar kemaluan.
d. Tumbuh seperti jengger ayam atau kutil di sekitar alat kelamin.
e. Gatal-gatal di sekitar alat kelamin.
f. Pembengkakan kelenjar limfa yang terdapat pada lipatan paha.
g. Pada pria kantung pelir menjadi bengkak dan nyeri.
3) Pencegahan IMS
a. Tidak melakukan hubungan seks
b Bersikap saling setia, tidak berganti-ganti pasangan seks
c. Cegah dengan kondom, tidak melakukan hubungan seks
berisiko
d. Tidak saling meminjamkan pisau cukur dan gunting
kuku
4. Jenis-Jenis IMS
a. GO atau kencing nanah
b. Klamidia
c. Herpes kelamin
d. Sifilis atau raja singa
e. Jengger ayam
f. Hepatitis
g. HIV-AIDS

5. Bagaimanakah Persiapan menghadapi kehamilan ?


1) Persiapan Fisik
a. Kesiapan anatomi organ reproduksi dan terlindungi dari penyakit
infeksi, terpenuhinya gizi makro dan mikro
b. Usia baik untuk hamil 20–30 tahun, < 20 dan > 30 disebut
dengan usia berisiko untuk kehamilan, jarak kehamilan yang
baik adalah 3 periode kehamilan
c. Latihan fisik (olahraga teratur) untuk menjaga kebugaran dan
memperlancar peredaran darah sehingga meningkatkan status
kesehatan seorang wanita
2) Persiapan Mental dan Emosional
a. Akan terjadi perubahan fisik dan hormonal dalam masa
kehamilan, persalinan dan masa nifas, yang mempengaruhi
emosi yang bersangkutan.
b. Diperlukan persiapan mental dukungan suami dan keluarga.
c. Lingkungan yang mendukung.
3) Pemenuhan Gizi Makro dan Gizi Mikro melalui Pola Makan
Seimbang
Pola makan seimbang bertujuan agar terpenuhi gizi makro dan gizi
mikro. Kekurangan gizi makro (karbohidrat, protein dan lemak) pada
calon ibu atau pada ibu hamil akan berakibat pada gizi kurang, gizi
buruk dan stunting pada anak yang akan dilahirkan. Kekurangan gizi
mikro akan berdampak pada ibu di antaranya anemia, abortus, rabun
senja, goiter, hipertensi, preeklamsia, dan pada bayi yang
dikandungnya (premature, BBLR, kelainan congenital, neural tube
defect, dan tuli).
4) Pelayanan Imunisasi TT
Pemberian imunisasi TT pada remaja putri atau WUS dan pada ibu
hamil dilakukan setelah ditentukan lebih dahulu status imunisasi TT
sejak bayi sebagaimana tabel di bawah ini. Untuk menentukan status
imunisasi bisa dilihat dari kartu imunisasi atau mengeksplorasi
pengalaman imunisasi TT melalui anamnesis yang adequate.
Imunisasi TT bertujuan mendapatkan perlindungan untuk mencegah
terjadinya tetanus pada bayi yang dilahirkannya.
Berikut yang harus dilakukan tenaga Kesehatan :
a. Jika memiliki kartu imunisasi, berikan imunisasi sesuai jadwal
pemberian.
b. Jika tidak memiliki kartu, tanyakan pernahkah mendapat
imunisasi sebelumnya baik DPT, DT, dan TD.
c. Jika belum pernah, berikan dosis pertama TT dan anjurkan
kembali sesuai dengan jadwal pemberian TT.
d. Jika tidak pernah, berikan dosis pertama TT dan anjurkan
kembali sesuai dengan jadwal pemberian TT.
e. Jika pernah, berapa banyak dosis yang telah diterima
sebelumya dan berikan dosis berikutnya secara berurutan.
f. Jika tidak bisa mengingat atau tidak tahu, sebaiknya berikan
dosis ke dua kepadanya dan anjurkan datang lagi untuk
mendapatkan dosis berikutnya.
Jadwal Pemberian Imunisasi TT
Pemberian Masa
Selang waktu Dosis (ml)
Imunisasi perlindungan
T1 - 0,5
T2 4 minggu setelah TT 1 3 tahun 0,5
T3 6 bulan setelah TT 2 5 tahun 0,5
T4 1 tahun setelah TT 3 10 tahun 0,5
T5 1 tahun setelah TT 4 25 tahun 0,5

Perencanaan Kehamilan Sehat


A. Definisi Perencanaan Kehamilan Sehat
Sehat adalah suatu kondisi dimana segala sesuatu berjalan normal
dan bekerja sesuai fungsinya dan sebagaiman mestinya. Sehat menurut
Badan Kesehatan Dunia/World Health Organization (WHO) adalah
sebagai suatu keadaan sejahtera fisik, mental, dan social yang sempurna
dan bukan sekedar tidak ada penyakit atau kelemahan (Harnani, dkk,
2019). Menurut Riskesdas tahun 2010 dalam Herizasyam, J.O tahun 2014
tidak seluruh pasangan siap memiliki dan menghadapi proses kehamilan
atau memiliki anak, salah satu alasan dari pasangan adalah ketidak tepatan
waktu dari terjadinya proses kehamilan tersebut. Dampak kehamilan yang
tidak direncanakan selain berdampak pada kehamilan juga berdampak
pada ketidaksiapan ibu untuk hamil dan bahkan dapat berujung pada
keputusan untuk pengguguran kandungan yang tidak aman (unsafe
abortion). Kehamilan yang sehat membutuhkan persiapan fisik dan mental,
oleh karena itu perencanaan kehamilan harus dilakukan sebelum masa
kehamilan. Proses kehamilan yang direncanakan dengan baik akan
berdampak positif pada kondisi janin dan adaptasi fisik dan psikologis ibu
pada kehamilan menjadi lebih baik. Maka dari itu sangatlah penting
menyiapkan kehamilan terutama dalam hal menyiapkan kesehatannya,
khususnya terkait nutrisi, olahraga, kebiasaan yang dapat menganggu
kehamilan misal merokok, minum-minuman keras, polusi lingkungan dan
mengurangi stress. Kesiapan ibu dalam menghadapi kehamilan sangat
bermanfaat untuk mencegah malnutrisi, menyiapkan tubuh pada
perubahan–perubahan pada saat hamil, mengurangi stress dan mencegah
obesitas, mengurangi risiko keguguran, persalinan premature, berat bayi
lahir rendah dan kematian janin mendadak, dan mencegah efek dari
kondisi kesehatan yang bermasalah pada saat kehamilan (Herizsyam, O.J,
2014).
B. Kesehatan Reproduksi
Istilah reproduksi berasal dari kata “re” yang artinya kembali dan
kata produksi yang artinya membuat atau menghasilkan. Jadi istilah
reproduksi mempunyai arti suatu proses kehidupan manusia dalam
menghasilkan keturunan demi kelestarian hidupnya. Sedangkan yang
disebut organ reproduksi adalah alat tubuh yang berfungsi untuk
reproduksi manusia. Menurut WHO kesehatan reproduksi adalah suatu
keadaan kesehatan yang sempurna fisik, mental, social, dan lingkungan
serta bukan semata-mata terbebas dari penyakit atau kecacatan dalam
segala aspek yang berhubungan dengan system reproduksi, fungsi serta
prosesnya.
Syarat dapat melaksanakan fungsi reproduksi secara sehat dalam
pengertian fisik, mental, maupun social adalah tidak ada kelainan anatomis
dan fisiologis baik pada perempuan maupun laki-laki. Antara lain seorang
perempuan harus memiliki rongga panggul yang cukup besar untuk
mempermudah kelahiran bayinya. Ia juga harus memiliki kelenjar
penghasil hormone endokrin yang mampu memproduksi hormone-hormon
yang diperlukan untuk memfasilitasi pertumbuhan fisik dan fungsi system
atau organ reproduksinya.
C. Tujuan Kesehatan Reproduksi
Tujuan umumnya adalah meningkatkan kemandirian dalam mengatur
fungsi dan proses reproduksinya, termasuk kehidupan seksualitasnya
sehingga hak-hak reproduksi dapat dipenuhi. Selain tujuan umum juga
terdapat tujuan khusus antara lain :
1. Meningkatkan kemandirian wanita dalam memutuskan peran dan
fungsi reproduksinya
2. Meningkatkan hak dan tanggung jawab social wanita dalam
menentukan kapan hamil, jumlah dan jarak antara kelahiran
3. Meningkatkan peran dan tanggung jawab social laki-laki terhadap
akibat dan perilaku seksnya. Dukungan yang menunjang wanita
untuk membuat keputusan yang berkaitan dengan proses
reproduksinya.
D. Faktor-Faktor yang mempengaruhi perencanaan kehamilan sehat
1. Faktor Fisik
a. Status Kesehatan
Status kesehatan merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan
kondisi kesehatan ibu hamil. Pengaruh status kesehatan terhadap
kehamilan antara lain:
1. Penyakit atau komplikasi akibat langsung dari kehamilan, seperti
hypereesis gravidarum, preeklamsi, kelainan lamanya kehamilan,
kehamilan ektopik, kelainan plasenta, atau selaput janin,
pendarahan antepartum, dan gamelli.
2. Penyakit atau kelainan yang tidak langsung berhubungan dengan
kehamilan. Terdapat hubungan timbal balik dimana penyakit ini
dapat memperberat serta mempengaruhi kehamilan, contohnya: a)
Penyakit kelainan bagian kandungan seperti varises vulva, kelainan
bawaan, hematoma vulva, peradangan, gonorea, DM, kista
bartholini, fistula vagina, kista vagina, kelainan bawaan uterus,
kelainan letak uterus, tumor uteri, mioma uteri, karsinoma serviks,
karsinoma korpus uteri. b) Penyakit kardiovaskuler seperti penyakit
jantung, hipertensi, stenosis aorta, jantung rematik, endokarditis. c)
Penyakit darah misalnya anemia karena kehamilan, leukimia,
hemastosis dan kelainan pembekuan darah, purpura trombositopeni,
hipofibrinogenemia. d) Penyakit saluran nafas misalnya influenza,
bronchitis, pneumonia, asma bronkiale, TB paru. e) Penyakit traktus
digestivus misalnya ptialismus, kries, gingivitis, pirosis,
herniadiafragmatikagastritis, ileus, valvulusta, hernia, appendik,
colitis, megakolon, hemmorhoid. f) Penyakit hepar misalnya
hepatitis, rupture hepar, sirosis hepatis, ikterus, atrofi hepar,
penyakit pankreas. g) Penyakit ginjal atau saluran kemih misalnya
infeksi saluran kemih, bakteriuria, sistisis, sindroma nefrotik, batu
ginjal, tbc ginjal. h) Penyakit endokrin misalnya diabetes dalam
kehamilan, kelainan kelenjar gondok, dan kelainan hipofisis. i)
Penyakit saraf misalnya korea gravidarum, epilepsia, pendarahan
intakranial, tumor otak, poliomyelitis. j) Penyakit menular misalnya
IMS, AIDS, kondolimata akuminata, tetanus, erysipelas, difteri,
lepra, torch, morbilli, campak, parotitis, variola, malaria dan lain-
lain. Beberapa pengaruh penyakit terhadap kehamilan adalah terjadi
abortus, intra uterin fetal death, anemia berat, infeksi tranplasental,
dismaturitas, shock, pendarahan.
b. Status Gizi
Status gizi merupakan hal yang penting diperhatikan pada masa
kehamilan, karena faktor gizi sangat dipengaruhi terhadap status
kesehatan ibu selama hamil serta guna pertumbuhan dan
perkembangan janin. Keterbatasan gizi selama hamil sering
berhubungan dengan faktor ekonomi, pendidikan, sosial atau
keadaan lain yang dapat meningkatkan kebutuhan gizi ibu hamil.
Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat
kesehatan dan kesejahteraan manusia. Pengaruh gizi terhadap
kehamilan sangat penting. Berat badan ibu hamil harus memadai,
bertambah sesuai dengan umur kehamilan. Berat badan normal akan
menghasilkan anak yang normal. Demikian juga sebaliknya
kenaikan berat badan lebih dari normal, dapat menimbulkan
komplikasi keracunan kehamilan (pre-eklamsi), anak yang terlalu
besar sehingga menimbulkan kesulitan persainan. Jika berat badan
ibu hamil kurang dari normal kemungkinan ibu beresiko keguguran,
anak lahir premature, berat badan lahir rendah, gangguan kekuatan
rahim mengeluarkan anak, dan pendarahan sehabis persalinan.
Kebutuhan zat gizi pada ibu hamil secara garis besar antara lain: a)
Asam folat, Asam folat ini berfungsi sebagai menurunkan resiko
kerusakan otak, kelainan neural, spina bifida, dan anansepalus, baik
pada ibu hamil normal maupun beresiko. Minimal pemberian asam
folat dimulai dari 2 bulan sebelum konsepsi dan berlanjut 3 bulan
pertama kehamilan. Dosis pemberian asam folat untuk preventif
adalah 500 kg atau 0,5- 0,8 mg, sedangkan untuk kelompok
beresiko adalah 4 mg/hari. Bila kekurangan asam folat akan
menyebabkan anemia pada ibu dan cacat bayi yang dilahirkan.
b)Energi, kebutuhan energi ibu hamil adalah 285 kalori untuk
proses tumbuh kembang janin dan perubahan pada tubuh ibu. c)
Protein, protein berfungsi sebagai menambah jaringan tubuh ibu
seperti jaringan payudara dan rahim dan dapat diperoleh dari susu,
telur, dan keju. d) Zat besi (Fe), membutuhkan tabahan 700-800 mg
zat besi. Jika kekurangan, bisa terjadi perdarahan sehabis
melahirkan. e) Kalsium, berfungsi sebagai untuk pembentukan
tulang dan gigi bayi. Kebutuhan kalsium ibu hamil adalah 500
mg/hari. f) Vitamin D, berkaitan dengan zat kapur dan jika
kekurangan zat kapur maka pembentukan gigi geliginya dan lapisan
luar gigi tidak sempurna. g) Yodium, berfungsi sebagai mencegah
gondongan dan jika kekurangan yodium pada ibu hamil dapat
menyebabkan janin menderita kretenisme, sebuah ketidakmampuan
yang mempengaruhi pemikiran. h) Vit.A, berfungsi sebagai
mencegah rabun ayam, kebutaan dan membantu tubuh untuk
melawan infeksi.
a. Gaya Hidup
Gaya hidup merupakan kebiasaan-kebiasaan yang ada pada masyarakat
baik masyarakat yang bersifat positif meupun kebiasaan bersifat
negatif yang dapat mempengaruhi kesehatan. Pengaruh gaya hidup
yang mempengaruhi kehamilan seperti kebiasaan minum jamu,
aktivitas seksual, pekerjaan atau aktivitas sehari-hari yang terlalu
berat, senam hamil, konsumsi alkohol, merokok, dan kehamilan
yang tidak diharapkan.
2. Faktor Psikologi
Faktor psikologi muncul karena ketidakmatangan di dalam
perkembangan emosional dalam kesanggupan seseoraang untuk
menyesuaikan diri dengan situasi tertentu termasuk kehamilan. Faktor
psikologi ini mempunyai beberapa faktor yang mempengaruhi
kehamilan, antara lain stressor, dukungan keluarga, subtance abuse,
partner abuse.
3. Gaya Hidup
Gaya hidup sehat adalah gaya yang digunakan ibu hamil. Ekonomi juga
selalu menjadi faktor penentu dalam proses kehamilan yang cukup dapat
memeriksakan kehamilannya secara rutin. Dengan adanya perencanaan
yang baik sejak awal, membuat tabungan bersalin, maka kehamilan dan
proses persalinan dapat berjalan dengan baik. Berikut ini adalah faktor
yang mempengaruhi gaya hidup antara lain:
a. Faktor lingkungan Ada beberapa kebiasaan adat istiadat yang
merugikan ibu hamil. Tenaga kesehatan harus dapat menyikapi hal
ini secara bijaksana dan jangan sampai menyinggung kearifan lokal
pada daerah tersebut. Penyampaian mengenai pengaruh adat dapat
melalui beberapa teknik, misalnya media massa, pendekatan tokoh
masyarakat, dan penyuluhan yang menggunakan media efektif.
b. Faktor sosial Faktor sosial tergolong menjadi tiga macam yaitu,
a) Fasilitas kesehatan, berfungsi sebagai menentukan kualtas
pelayanan pada ibu hamil. Deteksi dini terhadap
kemungkinan adanya penyulit akan lebih tepat, sehingga
langkah antisipatif akan lebih cepat diambil serta adanya
fasilitas kesehatan ini dapat menurunkan angka kematian
ibu hamil (AKI).
b) Tingkat pendidikan, tingkat pendidikan ibu hamil sangat
berperan dalam kualitas perawatan bayinya. Informasi yang
berhubungan dengan perawatan kehamilan sangat
dibutuhkan, sehingga akan meningkatkan pengetahuannya.
Penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi pendidikan
seseorang, maka semakin baik pula pengetahuannya
tentang sesuatu. Pada ibu hamil dengan pendidikan rendah
kadang ketika tidak mendapatkan cukup informasi
mengenai kesehatannya maka ia tidak tahu bagaimana cara
melakukan perawatan kehamilan dengan baik.
c) Pekerjaan, Pekerjaan seseorang akan menggambarkan
aktifitas dan tingkat kesejahteraan ekonomi yang
didapatkan. Penelitian juga menunjukkan bahwa ibu hamil
yang bekerja akan mempunyai pengetahuan yang lebih baik
dari pada ibu yang tidak bekerja, karena ibu yang bekerja
akan memiliki kesempatan untuk berinteraksi dengan orang
lain, sehingga lebih mempunyai banyak peluang juga untuk
mendapatkan informasi seputar kesehatannya.
a. Faktor budaya dan adat istiadat
Adat istiadat merupakan akar budaya masayarakat atau kebiasaan
yang dilakukan. Banyak sekali kebiasaan adat istiadat yang masih
dipertahankan di indonesia untuk mencapai keturunan yang baik
secara psikis maupun jasmani. Faktor sosial budaya yang
mempengaruhi kehamilan seperti larangan ibu hamil melihat orang
menyembelih binatang, upacara tujuh bulan, kedekatan masyarakat
pada dukun beranak, ibu hamil harus makan dua kali lipat, ibu
hamil tidak boleh makan nanas, pisang ambon dan duren, minum
es membuat janin besar, ibu hamil tidak boleh makan daging
kambing, minum air kelapa, minum jamu-jamuan tradisional,
minum air rebusan kacang hijau, peringatan 4 bulanan, ibu hamil
tidak boleh makan cabe, ibu hamil tidak boleh memasak sambil
jongkok.
b. Faktor ekonomi Kehidupan berekonomi ada sejak maanusia
dilahirkan. Kehidupan berlangsung di lingkup keluarga maupun
masyarakat. Dalam kehidupan seharihari nampak berbagai kegiatan
manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam hal ini,
terdapat faktor-faktor ekonomi yang mempengaruhi kehamilan
antara lain:
1. Ekonomi rendah menyebabkan gangguan emosi ibu hamil
2. Ekonomi rendah mempengaruhi gizi yang disebabkan
gangguan makanan
3. Ekonomi rendah mempengaruhi banyaknya jumlah anak
4. Ekonomi rendah mempengaruhi saat terjadi pendarahan
5. Ekonomi rendah mempengaruhi banyaknya anak yang
disebabkan kurangnya penyuluhan keluarga berencana
6. Ekonomi rendah menyebabkan ibu yang sedang hamil dalam
melakukan pemeriksaan mendapatkan fasilitas pelayanan
pemeriksaan yang tidak efektif karena kurangnya biaya yang
harus dikeluarkan
7. Ekonomi rendah menyebabkan ibu hamil yang pendidikannya
rendah tidak mengetahui tentang pemeriksaan kehamilan yang
baik
8. Ekonomi rendah menyebabkan masyarakat khususnya ibu
hamil bertempat tinggal di daerah yang jauh dari pelayanan
kesehatan
9. Ekonomi rendah menyebabkan ibu hamil berperan penting
dalam masalah transportasi dan biaya lain yang mempengaruhi
kehamilan

E. Penerapan Konsep Kehamilan


a. Pengusaan referensi kehamilan oleh pasangan suami istri
b. Mengatur pola makan dan kandungan gizinnya
c. Menghindari minuman beralkohol
d. Menhidndari merokok(baik secara aktif dan pasif)
e. Berolahrga
f. Periksa kehamilan secara rutin
g. Kelola emosi dan istirahat yang cukup

Persiapan menjadi orang tua dan kesiapan merawat anak


A Pentingnya persiapan menjadi orang tua
1. Menjadi orang tua bukanlah hal yang mudah, tetapi tidak juga sesulit
yang dibayangkan. Kesiapan seorang wanita untuk menyandang peran
yang sangat berbeda dengan peran sebelumnya, sangatlah penting.
Jika tidak, calon ibu akan mengalami konflik yang berkepanjangan
ketika hamil. Di satu pihak, ada keinginan menggebu-gebu untuk
segera menimang bayi. Di lain pihak, ada ketakutan yang sangat besar
terhadap peran yang masih awam pada dirinya. Pada tahap tertentu,
konflik ini normal dirasakan oleh setiap calon ibu
2. Salah satu kunci sukses menjadi orang tua yang baik adalah
mempersiapkan diri dari kedua belah pihak. 
3. Ketika menjadi orang tua kehidupan pun akan berubah. Oleh sebab
itu, tidak ada salahnya jika sudah mempersiapkan hal ini sejak awal.
Dimulai dari persiapan kehamilan sampai kelahiran. Namun ini bukan
saja menjadi tugas seorang istri, tetapi juga suami yang harus mengerti
apa saja yang harus dipersiapkan untuk menjadi orang tua
A Definisi orang tua
a. Orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu,
mereka merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah
yang dapat membentuk sebuah keluarga.
b. Menjadi orang tua bukanlah hal yang mudah, tetapi tidak juga sesulit
yang dibayangkan.
c. Salah satu kunci sukses menjadi orang tua sukses adalah
mempersiapkan diri dari kedua belah pihak. Oleh sebab itu, tidak ada
salahnya jika sudah mempersiapkan hal ini sejak awal.
d. Dimulai dari persiapan kehamilan sampai kelahiran. Namun ini
bukan saja menjadi tugas seorang istri, tetapi juga suami.
A Proses menjadi orang tua
a. Keterampilan Kognitif – Motorik 
Dalam proses ini orang tua melibatkan aktifitas perawatan anak,
seperti memberi makan, menjaganya dari bahaya,
memungkinkannya untuk bisa bergerak. Kemampuan ini dipengaruhi
oleh pengalaman pribadinya dan budayanya. 
b. Keterampilan Kognitif-Efektif 
Komponen psikologis menjadi orang tua, sifat keibuan atau
kebapakkan yg berakar dari pengalaman orang tua dimasa kecil saat
mengalami dan menerima kasih sayang dari ibunya.
D. Perencanaan menjadi orang tua
1. Persiapan Fisik
a. Hentikan kebiasaan merokok dan minum minuman beralkohol.
Himbauan ini berlaku bagi calon ayah dan ibu. Himbauan ini
berlaku bagi calon ayah dan ibu. Perokok aktif dan pasif dapat
membuat janin mengalami gangguan pertumbuhan. Asap
rokok yang terhirup oleh calon ibu dapat mengahmbat suplai
oksigen, sehingga resiko janin lahir prematur menjadi lebih
tinggi. Minuman berlakohol membuat calon ibu menghadapi
resiko keguguran karena kandungan menjadi melemah.
Sedangkan para pria, kadar alkohol yang tinggi membuat
jumlah sel sperma sedikit jumlahnya sehingga tidak cukup
untuk pembuahan
b. Calon orang tua harus mulai mengonsumsi makanan dengan
gizi tinggi. Membatasi asupan makanan bergula dan berlemak
tinggi sangat dianjurkan. Usahakanlah dalam kondisi berat
badan yang ideal agar pembuahan berlangsung sempurna.
c. Lakukanlah tes kesehatan untuk memastikan kondisi kesehatan
calon ibu. Jika dalam pemeriksaan calon ibu dinyatakan
mengalami gangguan kesehatan tertentu, biasanya dokter akan
menyarankan agar pasangan menunda dulu kehamilan sampai
calon ibu dinyatakan sehat
d. Melakukan vaksinasi yang perlu dilakukan oleh ibu untuk
melindungi janinnya selama kehamilan dan menjalani proses
persalinan. 
e. Persiapan laktasi. siapkan ASI terbaik utk calon bayi dengan
memperhatikan nutrisi,cara menyusui,kebersihan payudara dan
berikan ASI eksklusif utk bayi.
2. Persiapan psikologis Bagi calon ayah dan ibu, proses kehamilan
hingga melahirkan akan menjadi pengalaman istimewa. Namun,
pengalaman yang luar biasa akan dirasakan ketika pasangan suami-
istri menjadi orang tua. Jadi sebelum memiliki anak sebaiknya
diskusikan perubahan dan tantangan hidup yang akan dialami
sehingga calon orang tua telah siap dengan segala kemungkinan
yang akan terjadi. 
3. Persiapan Finansial Persiapan yang dimaksud adalah perencanaan
keuangan untuk mencukupi keperluan anak sejak masih berada
dalam kandungan hingga lahir. Kehadiran seorang bayi berarti
pertambahan biaya tetap bagi sebuah keluarga, yang secara tetap
akan meningkat seiring kebutuhan pertumbuhan anak.
A Peranan orang tua dalam keluarga
1. Peranan Secara Umum
a) Mendidik Anak
Orang tua merupakan guru pertama dalam mendidik anak. Hal itu
dapat dilihat dari perkembangan anak mulai dari bayi, belajar
berjalan, hingga mampu berjalan
b) Mengasuh Anak
Pengasuhan menuntut sejumlah keterampilan interpersonal dan
keterlibatan emosional, meskipun demikian tidak banyak
pendidikan formal yang mengajarkan bagaimana cara melakukan
tugas ini.
c) Membimbing Anak
Orang tua memegang peranan penting untuk memberikan
bimbingan dan latihan bagaimana belajar dengan benar, juga
strategi belajar yang tepat. Selain perlu mengembangkan
kecakapan di bidang akademik, anak juga perlu mengembangkan
kecakapan lain yang berhubungan dengan kemampuan sosialnya
dan pembentukan dirinya. Bagaimana menjadi anak yang mandiri,
bertanggung jawab, berdisiplin tinggi, mempunyai motivasi yang
tinggi, mampu bekerja dengan cekatan dan banyak lagi pelajaran
yang sebaiknya didapat anak untuk menjalani kehidupannya
2. Peranan Secara Khusus
a) Peran Ibu: Memenuhi kebutuhan biologis dan fisik, merawat dan
mengurus keluarga dengan sabar dan kasih sayang,
mendidik,mengatur dan mengendalikan anak, menjadi contoh
dan teladan bagi anak
b) Peran ayah: Ayah sebagai suami yang penuh pengertian dan
memberi rasa aman bagi keluarga. Ayah berpartisipasi dalam
mendidik anak. Ayah sebagai pelindung atau tokoh yang
tegas,bijaksana,mengasihi keluarga dan sebagai pencari nafkah.
Lampiran 4
Dokumentasi Kegiatan
Lampiran 5
Notulen Pelaksanaan Kegiatan
KEPUSTAKAAN

Romauli,S. 2011. Buku Ajar Kebidanan Konsep Dasar Asuhan Kehamilan.


Yogyakarta: Nuha Medika

Hernani, Yessi, dkk. 2019. Teori Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Deepublish

Febriyeni, dkk. 2020. Kesehatan Reproduksi Wanita. Yayasan Kita Menulis

Herizasyam, Juli Oktalia. 2016. Kesiapan Ibu Menghadapi Kehamilan dan


Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Jurnal Ilmu dan Teknologi
Kesehatan

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Buku Ajar Kesehatan Ibu dan
Anak. Jakarta. Kemenkes RI 2015.

Anon. n.d. “UU No. 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.” Retrieved October 3,
2021 (https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/38723/uu-no-35-tahun-
2014).

Irwanti, Anna, Anggi Wulandari, and Dewi Sari Indah. 2019. “Kesiapan Menjadi
Orang Tua Pada Masa Remaja.”

Juhar. 2015. “Mengasuh Anak Menurut Ajaran Islam.” Portal Kementerian


Agama Sumatera Barat. Retrieved October 3, 2021
(https://sumbar.kemenag.go.id/v2/post/1762/mengasuh-anak-menurut-
ajaran-islam.html).

Mahmud, dkk. 2013. "Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga". Jakarta:


Akademia.

Septianinda Hasma, Taqwa. 2015. “Kesiapan Menjadi Orang Tua  Pada Keluarga
Muda Usia Pernikahan 1-3 Tahun Desa Wonorejo Sukoharjo  (Studi Kasus
Keluarga Muda Kawasan Pondok Pesanten Imam Syuhodo).” Universitas
Muhammadyah Surakarta.

Syifa, Yauma Izza, and Andromeda. 2019. “Adult Attachment Style Dan
Kesiapan Menjadi Orang Tua Pada Individu Dewasa Awal.” Jurnal
Psikologi Ilmiah. doi: 2541-2965.

Irwanti, Anna, Anggi Wulandari, and Dewi Sari Indah. 2019. “Kesiapan Menjadi
Orang Tua Pada Masa Remaja.”

Septianinda Hasma, Taqwa. 2015. “Kesiapan Menjadi Orang Tua  Pada Keluarga
Muda Usia Pernikahan 1-3 Tahun Desa Wonorejo Sukoharjo  (Studi Kasus
Keluarga Muda Kawasan Pondok Pesanten Imam Syuhodo).” Universitas
Muhammadyah Surakarta.

Syifa, Yauma Izza, and Andromeda. 2019. “Adult Attachment Style Dan
Kesiapan Menjadi Orang Tua Pada Individu Dewasa Awal.” Jurnal
Psikologi Ilmiah. doi: 2541-2965.

Nurhayati dan Dartiwen.2019.Asuhan Kebidanan Pada


Kehamilan.Yogyakarta:CV Andi Offset

Anda mungkin juga menyukai