Anda di halaman 1dari 35

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

KELAS BALITA

Disusun Dalam rangka Memenuhi Tugas


Praktik Asuhan Kebidanan Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah

Dosen Pembimbing
Tarsikah, S. SiT., M. Keb

Disusun Oleh :
Mardiah (P17312215165)
Nurlaili Habiba (P17312215168)
Hesty Oktaviana (P17312215171)
Rina Andriani (P17312215174)
Wahyuning Nanik M. P (P17312215177)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
TAHUN 2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN

Satuan Acara Penyuluhan (SAP)


Asuhan Kebidanan Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah

Telah disetujui dan disahkan pada:


Tanggal : 25 Maret 2022

Ketua Program Studi Mengetahui


Pendidikan Profesi Bidan Perseptor Akademik

Ika Yudianti, SST., M.Keb Tarsikah, S. SiT., M. Keb


NIP.198007272003122002 NIP. 196501262005012002
Mengetahui,
Ketua Jurusan Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Malang

Herawati Mansur, SST., M.Pd, M.Psi


NIP. 19650110198532002
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

I. IDENTITAS SAP
Topik : Pendidikan Kesehatan Pada Ibu
Sub Pokok Bahasan : 1. Pembuatan dan Pemberian MP-ASI
2. Kudapan Sehat untuk Anak
3. Stimulasi Tumbuh Kembang
4. Imunisasi
Sasaran : Ibu Balita
Hari/Tanggal : Jumat/25 Maret 2022
Waktu : 08.00 WIB
Tempat : PAUD AL UMMAH
Penyuluh : 1. Hesty Oktaviana
2. Mardiah
3. Nurlaili Habiba
4. Rina Andriani
5. Wahyuning Nanik M. P

II. IDENTIFIKASI MASALAH


Proses pertumbuhan dan perkembangan anak dan tidak semuanya sesuai dengan
keinginan orang tua. Perkembangan motorik tidak akan berkembang melalui
kematangan saja, melainkan juga ketrampilan. Beberapahal yang terkait
ketrampilan motoric adalah kesiapan belajar, kesempatan belajar, kesempatan
berpraktek, model atau contoh yang baik, bimbingan dan motivasi. Setiap
ketrampilan motorik harus dipelajari satu persatu dan dipelajari secara individu.
Upaya untuk menurunkan AKB dan AKABA di Indonesia, pemerintah perlu
menggencarkan upaya promotif dan preventif. Upaya promotif dan preventif
dilakukan agar adanya perubahan peningkatan pengetahuan, sikap, ketrampilan
ibu beserta keluarga dalam memberikan asuhan kepada bayi dan balita. Upaya
promotif sangat erat kaitannya dengan fungsi pelayanan kesehatan primer seperti
puskesmas. Program pemerintah yang dilaksanakan oleh puskesmas untuk
menjalakan fungsi tersebut adalah program kelas ibu balita. Program kelas ibu
balita ini bukanlah program yang baru, program ini bersamaan dengan
dilaksanakannya kelas ibu untuk ibu hamil dan kelas ibu balita adalah kelanjutan
dari kelas ibu hamil. Program kelas ibu balita adalah kelas dimana para ibu yang
mempunyai anak berusia 0-5 tahun bersama sama berdiskusi, tukar pendapat,
pengalaman akan pemenuhan pelayanan kesehatan, gizi dan stimulasi tumbuh
kembang, penyakit yang di bimbing oleh fasilitator (tenaga kesehatan) dengan
menggunakan buku KIA (Kemenkes, 2017).
III. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Untuk mengetahui peran ibu dalam mengoptimalkan kesehatan balita secara asah,
asih, dan asuh sesuai dengan kelompok umur (balita usia 2-5 tahun) melalui
kegiatan kelas ibu balita.
IV. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
1. Meningkatkan pengetahuan ibu tentang tumbuh kembang balita usia 2-5 tahun
2. Meningkatkan pengetahuan ibu tentang gizi seimbang pada balita usia 2-5
tahun.
V. MATERI
Dilampirkan
VI. METODE
1. Ceramah
2. Diskusi
VII. MEDIA
1. PPT
2. Leaflet

VIII. KEGIATAN PENYULUHAN


Tahap Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta Metode Media
kegiatan
Pembukaan 2 Menit 1. Mengucapkan salam, 1. Menjawab salam Ceramah PPT,
pembuka dan 2. Mendengarkan tanya leaflet
memperkenalkan diri jawab
3. Menjawab pertanyaan
2. Menjelaskan maksud yang di ujikan penyaji
dan tujuan KIE
3. Menggali pengetahuan
mengenai konsep
pertumbuhan dan
perkembangan anak
balita dan prinsip gizi
4. Melakukan kontrak
persetujuan dengan pasien
Pelaksanaan 10 1. Mendiskusikan dengan ibu 1. Mendengarkan Ceramah PPT,
Menit mengenai pertumbuhan dan dan tanya leaflet
perkembangan anak balita: memperhatikan jawab
a. Definisi Pertumbuhan 2. Mengajukan
dan perkembangan pertanyaan bila tidak
b. Ciri-ciri dan prinsip mengerti
tumbuh kembang
c. Factor yang
mempengaruhi
d. Kebutuhan dasar
perkembangan anak
e. Prinsip gizi
2. Mengobservasi respon
keluarga pasien selama
kegiatan berlangsung.
3. Memberikan kesempatan
untuk bertanya.
1. Menjelaskan ulang materi
yang belum jelas.
Penutup 3 Menit 1. Mengevaluasi 1. Memperhatikan Ceramah PPT,
pengetahuan kepada ibu dan menjawab tanya leaflet
tentang pertumbuhan dan pertanyaan jawab
perkembangan anak Menjawab salam
balita dan prinsip gizi
2. Memberikan pujian.
Salam Penutup

IX. EVALUASI
a. Kriteria Evaluasi Proses
1. Penyuluhan diharapkan berjalan dengan lancar
2. Peserta penyuluhan datang tepat waktu
3. Peserta penyuluhan antusias terhadap materi dan aktif bertanya
4. Peserta penyuluhan tidak meninggalkan acara penyuluhan sebelum
penyuluhan selesai
5. Penyuluhan dapat berlangsung sesuai dengan kontrak waktu
6. Struktur organisasi dapat melaksanakan tugas sesuai peran dengan baik
b. Kriteria Evaluasi Hasil
1. Penyaji mengajukan pertanyaan secara langsung kepada peserta penyuluhan
tentang materi penyuluhan sebelum penyuluhan dilaksanakan.
2. Penyaji mengajukan pertanyaan secara langsung kepada peserta penyuluhan
setelah penyampaian materi penyuluhan.
3. Peserta menanggapi materi yang telah disampaikan penyaji.

X. PENGORGANISASIAN
a. Moderator
Membuka acara, memperkenalakan diri dan tim penyuluh, mengatur proses
penyuluhan, tanya jawab, serta menutup acara.
b. Penyaji
Menjelaskan materi penyuluhan dengan jelas dan mudah dipahami peserta
penyuluhan.
c. Fasilitator
Mengevaluasi penyuluh, moderator, peserta, dan jalannya proses penyuluhan
d. Observer
Mengevaluasi hasil penyuluhan dengan rencana kegiatan penyuluhan
e. Notulen
Mencatat pertanyaan yang diajukan auidien/peserta penyuluhan, dan masukan
dari fasilitator
f. Peserta
Mendengarkan, memperhatikan, serta mengajukan pertanyaan

XI. SETTING TEMPAT


PESERTA

Keterangan :

: Penyaji

: Moderator

: Observer

: Fasilitator

XII. DAFTAR PUSTAKA

Adriana. D. 2013. Tumbuh Kembang & Terapi Bermain Pada Anak.Jakarta: Selemba
Medika.
Subagyo, Widyo, Mukhadiono, Dyah Wahyuningsih, 2015.Peran Kader Dalam
Memotivasi Ibu Balita Berkunjung Ke Posyandu, Semarang, Jurnal
Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal Of Nursing)
Soetjiningsih. 2014. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Nursalam. 2012. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta : Salemba Medika.
Kementrian Kesehatan RI. (2014). Buku Ajar Imunisasi. Jakarta: Pusat Pendidikan
Pelatihan Tenaga Kesehatan.

Hidayat, A. Aziz Alimul. (2014). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa
Data. Jakarta: Salemba Medika
M. Parbi, Holil, S.K.M., M.Kes. Wiyono, Sugeng S.K.M., M.Kes. Harjatmo, Titus
Priyo B.Sc., S.K.M., M.Kes. BAHAN AZAR GIZI “PENILAIAN STATUS
GIZI”. Pusat Pendidikan sumber daya manusia Kesehatan badan
pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia Kesehatan edisi 2017.
https://standarpangan.pom.go.id/dokumen/pedoman/
Buku_Pedoman_PJAS_untuk_Pencapaian_Gizi_Seimbang__Pengawas_dan-
atau_Penyuluh_.pdf
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/11/GIZI-
DALAM-DAUR-KEHIDUPAN-FINAL-SC.pdf

LAMPIRAN MATERI
1. Pembuatan dan Pemberian MP-ASI
a Definisi MP-ASI
Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan tambahan yang
diberikan kepada bayi setelah bayi berusia 6 bulan sampai bayi berusia 24 bulan.
Jadi selain Makanan Pendamping ASI, ASI-pun harus tetap diberikan kepada
bayi, paling tidak sampai usia 24 bulan, peranan makanan pendamping ASI
sama sekali bukan untuk menggantikan ASI melainkan hanya untuk melengkapi
ASI jadi dalam hal ini makanan pendamping ASI berbeda dengan makanan
sapihan diberikan ketika bayi tidak lagi mengkonsumsi ASI (Diah Krisnatuti,
2008).
b Tujuan pemberian MP- ASI adalah :
1) Melengkapi zat gizi ASI yang sudah mulai berkurang.
2) Mengembangkan kemampuan bayi untuk menerima bermacam-macam
makanan dengan berbagai rasa dan bentuk.
3) Mengembangkan kemampuan bayi untuk mengunyah dan menelan.
4) Mencoba adaptasi terhadap makanan yang mengandung kadar energy lebih
tinggi.
c Syarat pemberian MP – ASI
1) Diberikan tanpa menghentikan ASI
2) Bayi umur lebih dari 6 bulan
3) Kandungan gizi harus cukup
4) Diberikan secara bertahap jumlah dan jenisnya sesuai usia bayi.
d Jenis MP ASI diantaranya :
1) Buah-buahan yang dihaluskan/ dalam bentuk sari buah. Misalnya pisang
Ambon, pepaya , jeruk, tomat.
2) Makanan lunak dan lembek. Misal bubur susu, nasi tim.
3) Makanan bayi yang dikemas dalam kaleng/ karton/ sachet.

e Cara membuat MP-ASI dari bahan mentah


1) Usia 6-8 bulan
Contoh bahan : beras putih 10 g, telur ayam 30 g, tempe kedelai 10 g, wortel
10 g, santen 30 g
Cara membuat :
 Masak beras, tambahkan santan dan bumbu yang telah ditumis dengan
sedikit minyak (bawang merah, daun salam, kunyit)
 Setelah nasi masak, masukkan telur yang telah dikocok lepas, tempe
dan wortel yang telah dicincang
 Aduk-aduk sampai mendapatkan konsistensi bubur kental
 Sajikan
2) Usia 9-12 bulan
Contoh bahan : beras putih 15 g, ikan kembung 30 g, minyak kelapa 10 g,
wortel 15 g, tempe 10 g
Cara membuat :
 Masak beras, tambahkan santan dan bumbu yang telah ditumis dengan
sedikit minyak (bawang merah, daun salam, kunyit) dengan minyak
kelapa
 Setelah nasi masak, masukkan ikan kembung dan buncis yang telah
dicincang
 Aduk-aduk sampai mendapatkan konsistensi bubur kasar/cincang
 Sajikan
3) Usia 12-23 bulan
Contoh bahan : beras putih 25 g, hati ayam 50 g, minyak kelapa 5 g, bayam
20 g, santan 50 g
Cara membuat :
 Masak beras sampai menjadi nasi
 Membuat hati ayam goreng (goreng atau tumis hati ayam denga minyak
kelapa)
 Membuat sayur bayam
 sajikan
f Tahapan Pemberian MP-ASI sesuai usia
1) Usia 6 bulan
Pemberian MP ASI diberikan dalam bentuk lumat/halus karena bayi
sudah bisa mengunyah. Pada usia ini, bayi baru pertama kali dikenalkan
dengan makanan. Makanan yang bisa diberikan pada bayi antara lain, bubur
susu yang cair terbuat dari bahan tepung beras putih, tepung beras merah,
kacang hijau, dan tepung jagung (maizena) sebagai sumber karbohidrat.
Labu kuning yang direbus sampai matang juga boleh diberikan dalam
bentuk pur. Contoh MP ASI yang berbentuk halus seperti bubur susu,
biskuit yang ditambah air atau susu, pisang dan pepaya yang dilumatkan.
Berikan untuk pertama kali salah satu jenis MPASI, misalnya pisang lumat.
Berikan sedikit demi sedikit mulai dengan jumlah 1-2 sendok makan, 1 kali
sehari. Diberikan untuk beberapa hari secra tetap kemudian baru dapat
diberi jenis MPASI yang lainnya. Berikan ASI dulu kemudian MPASI
berbentuk cairan berikan dengan sendok dan tidak menggunakan botol dan
dot. Pilihlah buah-buahan yang tidak mengandung gas, asam, dan tidak
beraroma kuat, buah yang manis lebih disarankan seperti buah pepaya,
pisang, jeruk manis, pir, avocad, dan melon. Sayuran yang boleh diberikan
adalah sayuran lembut seperti wortel, brokoli, bayam, labu siam, dan tomat.
2) Usia 7-8 bulan
Pada usia ini, bayi sudah boleh diberikan makanan berprotein seperti
tempe. Makanan berprotein hewani seperti daging giling dan telor,
sebaiknya diberikan pada saat usia bayi di atas 8 bulan. Begitu juga dengan
gandum dan produk olahan dapat diperkenalkan kepada bayi saat dia
berusia 8 bulan ke atas, dikarenakan jenis makanan tersebut mengandung
gluten yang sulit dicerna oleh bayi. Karbohidrat untuk sumber tenaga
diperoleh dari beras putih, beras merah, kentang, singkong, talas, ubi,
tepung hunkwe, dan jagung. Kacang-kacangan juga sudah boleh diberikan
pada bayi, seperti kacang merah, kacang polong, dan kacang hijau. Selain
itu, bayi juga sudah boleh diberikan produk olahan dari gandum, seperti
oatmeal, dan makana berprotein hewani, seperti daging ayam, daging sapi,
(tanpa lemak), kining telur, dan hati ayam. Waktu pemberian MPASI pada
masa ini adalah umur 7 bulan, bisa diberikan bubur susu 1 kali, sari buah 2
kali. Umur 8 bulan dapat diberikan bubur susu 1 kali, sari buah 1 kali dan
nasi tim saring 1 kali.
3) Usia 9-12 bulan
Pemberian MPASI pada bayi usia 9 bulan dapat diberikan bubur susu 1
kali, sari buah 1 kali, nasi tim saring 1 ali dan ditambah telur 1 kali. Pada
usia 10 bulan dapat diperkenalkan dengan makanan keluarga secara
bertahap. Bentuk dan kepadatan nasi tim bayi harus diatur secar bertahap,
kemudian lambat laun mendekati bentuk dan kepadatan makanan keluarga.
di usia ini biasanya gigi bayi sudah mulai tumbuh dan untuk semakin
merangsang pertumbuhan giginya, bayi bisa mulai diberi makanan semi
padat, seperti nasi tim. Makanannya juga sudah boleh diberi sedikit garam.
Namun, sebaiknya jangan dulu untuk gula. Biarkan nayi mencicipi rasa
manis alami dari buah yang mengandung gula sederhana. Pemberian gula
pasir pada bayi bisa menyebabkan kegemukan dan bisa merusak email gigi
baru tumbuh. Bentuk dan kepadatan nasi tim harus diatur secara bertahap,
kemudian lambat laun akan mendekati bentuk dan kepadatan makanan
keluarga. Berikan mskanan selingan 1 kali sehari dengan memilih makanan
yang bergizi tinggi seperti bubur kacang hijau, buah dan lain-lain. Waktu
pemberian MPASI pada usia 10-12 bulan adalah bubur susu 2 kali sehari,
sari buah 1 kali dan nasi tim saring 2 kali dan ditambah telur 1 kali.
4) Usia 12-24 bulan
Pemberian ASI diteruskan. Pada periode umur ini jumlah ASI sudah
berkurang, tetapi merupakan sumber zat gizi yang berkualitas tinggi.
Pemberian MP-ASI atau makanan keluarga sekurang-kurangnya 3 kali
sehari dengan porsi separuh makanan orang dewasa setiap kali makan.
Disamping itu tetap berikan makanan selingan 2 kali sehari. Variasi
makanan diperhatikan dengan menggunakan padanan bahan makanan.
Misalnya nasi diganti dengan mie, bihun, roti, kentang dan lain-lain. Hati
ayam diganti dengan telur, tahu, tempe dan ikan. Bayam diganti degan daun
kangkung, wortel dan tomat. Bubur susu diganti dengan bubur kacang ijo,
bubur sum-sum, biskuit dan lainlain. Menyapih anak harus bertahap, jangan
dilakukan secara tiba-tiba. Kurangi frekuensi pemberian ASI sedikit demi
sedikit.
g Pedoman isi piringku
Gizi Seimbang untuk Anak balita menggunakkan pedoman Isi piringku . Isi
piringku merupakan panduan untuk menyajikan makanan pada setiap kali
makan. Anjuran makan sehat untuk anak usia 2-5 tahun berupa 30% piring
makan terdiri dari sayuran dan buah, 35% terdiri dari makanan pokok dan
35% lainnya berisi lauk-pauk. Manfaat pedoman isi piringku adalah karena
isi piringku memandu kita untuk selalu melihat apa yang ada di dalam isi
piring kita setiap kali makan, baik keragamannya ataupun proporsinya.

2. Kudapan Sehat untuk Anak


a. Definisi Kudapan
Menurut Marwanti dkk (2011) dalam makalah Pengembangan Mutu Produk
Makanan Kudapan Melalui Diversifikasi Pengolahan Untuk Meningkatkan
Pendapatan Produsen, kelompok makanan kudapan juga disebut makanan
kecil, snack ataupun sedap-sedapan. Kudapan merupakan kelompok makanan
ringan yang sangat beranekaragam jenisnya, dapat berbentuk makanan kering,
makanan basah, bubur ataupun minuman. Kelompok makanan kudapan
berkembang secara tradisional, yang pada jaman dahulu dijual di pasar-pasar
tradisional.
Pada era terbuka dan kompetitif seperti sekarang ini, kelompok makanan
tersebut nampaknya dapat mempertahankan eksitensinya sebagai makanan
yang menarik, memenuhi selera masyarakat, dan bahkan mampu berkembang
mendampingi makanan ringan asal negara lain. Keadaan tersebut terlihat dari
kehadiran makanan tradisional di toko-toko swalayan, hotel berbintang, 28
munculnya sebagai hidangan dalam rapat-rapat para pejabat, acara kenegaraan
serta pada acara pertemuan penting dari berbagai golongan masyarakat.
Meskipun statusnya hanya makanan selingan, tetapi dapat memberikan
sumbangan terhadap pemenuhan gizi yang diperlukan orang sehari hari.
Kudapan banyak dibuat dengan komponen utama karbohidrat. Alternatif
penggunaan karbohidrat lain selain beras sangat luas. Walaupun disadari
antara karbohidrat satu dengan yang lainnya sifatnya berbeda. Namun tidak
tertutup kemungkinan untuk mempelajari secara mendasar sifat-sifat
karbohidrat dari berbagai sumber. Sebagai contoh karbohidrat dari aneka
umbi-umbian adalah: singkong, ubi rambat, garut, gembili dan sejenisnya.
Selain umbi-umbian juga buah-buahan yang dapat digunakan sebagai sumber
karbohidrat, seperti: pisang, sukun dan labu kuning.

b. Kriteria makanan Kudapan:


1) Jumlah kalori 150-200 kcal
2) Tidak bisa menggantikan waktu makan pagi dan makan saing/malam
karena jumlah kalori yang rendah.
3) Biasanya pagi (selingan pagi) pukul 09.00-10.00 (selingan Sore pukul
16.00-17.00)
c. Syarat Makanan Kudapan Anak
1) Memberi kalori dan zat gizi yang cukup
2) Diberikan porsi kecil dan tidak mengenyangkan
3) Mudah dicerna dan tidak merangsang alat cerna
4) Diberikan dalam waktu yang tidak terlalu dekat dengan waktu makan
utama
5) Disajikan semenarik mungkin
6) Hindari penggunaan bahan makanan tambahan
7) Tidak mengandung terlalu banyak gula/lemak
8) Hindari makanan selingan yang rendah gizi ( ciki, keripik ).
9) Hindari makanan selingan yang mengandung lemak trans, seperti dalam
biskuit dan cracker
d. Fungsi Makanan Kudapan
1) Berfungsi untuk menambah zat gizi yang kurang diperoleh dari pada saat
makanan utama
2) sebagai penunda rasa lapar yang datang tiba-tiba, namun yang perlu
diperhatikan bahwa makanan ringan bukanlah pengganti makanan pokok,
apabila waktu makan tiba,sebaiknya makanan ringan yag ada dimeja
seperti wafer, keripik, aneka kue dipindahkan dan diganti dengan menu
utama dengan nasi dan lauk pauk. Kebiasaan mengkonsumsi camilan pada
saat jam makan tiba, tidak akan menyehatkan tubuh disebabkan kandungan
gizi pada makanan ringan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan asupan
gizi tubuh, seperti karbohidrat yang berfungsi sebagai energi dan kekuatan.
3) Dapat meredakan stress ketika melakukan pekerjaan baik di dalam rumah
maupun di jalan. Makanan ringan juga bisa menjadi media interaksi yang
memiliki fungsi sosial yakni sebagai media berinteraksi dengan sesama
anak, seperti saling berbagi makanan, yang diharapkan bisa saling
memperkuat silaturahmi.
e. Kekurangan makanan kudapan
1) pemilihan makanan yang kurang tepat seperti mengakibatkan hilangnya
nafsu makan. Hilangnya nafsu makan biasanya akan terjadi pada anak-
anak yang mengkonsumsi makanan ringan secara berlebihan yang
membuat perut anak merasa kenyang dan malas untuk makan, sehingga
diperlukan perhatian untuk pemberian makanan ringan pada waktu yang
tepat dan jumlah makanan ringan yang diberikan, sehingga tidak
mengganggu makanan utama si anak.
2) Dampak yang lain adalah rentan gangguan kesehatan, ini diakibatkan oleh
kandungan berbahaya yang terdapat pada makanan ringan instant, seperti
MSG,Rhodamine B, pemanis dan sebagainya yang bisa memicu gangguan
kesehatan seperti alergi, sesak nafas, batuk, radang tenggorokan bahkan
bisa mengganggu ginjal manusia. Makanan ringan yang pemilihannya
kurang tepat juga bisa meningkatkan resiko obesitas. Meskipun namanya
adalah makanan ringan, akan tetapi biasanya mempunyai jumlah kalori
yang cukup tinggi. Jika tidak dibatasi dalam mengkonsumsi makanan
ringan dapat menyebabkan obesitas karena adanya penumpukan kalori di
dalam tubuh.
3. Stimulasi Tumbuh Kembang
a. Definisi Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran - ukuran rtubuh yang meliputi
berat badan, tinggi badan, lingkar dada, lingkqar kepala dan lain – lain atau
bertambahnya jumlah dan ukuran sel – sel pada semua sistem organ tubuh.
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan atau fungsi semua sistem
organ tubuh sebagai akibat bertambahnya kematangan fungsi – fungsi sistem
organ tubuh (Vivian, 2010).
Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan yang bersifat kuantitas, yang
mengacu pada jumlah, besar, dan luas, serta bersifat konkret yang menyangkut
ukuran dan struktur biologis. (Mansur, 2014).
Pertumbuhan adalah proses awalnya sedangkan perkembangan adalah
proses menuju kesempurnaan. Dalam masa pertumbuhan akan terjadi proses
diferensiasi dan morfogenesis. Sedangkan dalam proses perkembangan akan
terjadi proses organogenesis sehingga makhluk hidup menjadi lengkap
organnya dan siap untuk berkembang biak.
b. Ciri-ciri dan prinsip-prinsip tumbuh kembang
1) Perkembangan menimbulkan perubahan. Perkembangan terjadi bersama
dengan pertumbuhan. Setiap pertumbuhan disertai perubahan fungsi
2) Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan
perkembangan selanjutnya. Setiap anak tidak akan bisa melewati satu tahap
perkembangan sebelum ia belum melewati tahapan sebelumnya.
3) Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda
sebagaimana pertumbuhan, perkembangan mempunyai kecepatan yang
berbeda beda, baik dalam pertumbuhan fisik maupun perkembangan fungsi
organ dan perkembangan pada masing- masing anak.
4) Perkembangan berkolerasi dengan pertumbuhan. Anak sehat, bertambah
umur, bertambah besar dan tinggi badannya serta bertambah
kepandaiannya.
5) Perkembangan memiliki tahap yan berurutan, tahap – tahap perkembangan
tidak bisa menjadi terbalik.
6) Perkembangan memiliki pola yang tetap. Perkembangan fungsi organ tubuh
mempunyai pola, yaitu pola sefalokaudal dan pola proksimodistal.
c. Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan Balita
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses tumbuh kembang optimal
seorang anak yaitu :
1) Faktor Dalam
a) Ras / Etnik dan bangsa
Anak yang dilahirkan dari ras / bangsa Amerika maka ia tidak memiliki
faktor hereditas ras / bangsa Indonesia atau sebaliknya
b) Keluarga
Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh tinggi, pendek,
gemuk / kurus
c) Umur
Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal, tahun
pertama kehidupannya
d) Jenis kelamin
Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat dibanding
laki-laki. Tetapi setelah melewati masa pubertas, pertumbuhan anak laki-
laki akan lebih cepat.
e) Genetik
Genetik (heredokonstitusional) adalah bawaan anak yaitu potensi anak akan
menjadi ciri khasnya. Ada beberapa kelainan genetik yang berpengaruh
pada tumbuh kembang anak seperti kerdil.
f) Kelainan kromosom
Kelainan kromosom umumnya disertai dengan kegagalan pertumbuhan
seperti ada sindrom downs dan sindrom turner.
2) Faktor luar (Eksternal)
1) Faktor prenatal
a) Gizi. Nutrisi ibu hamil terutama daklam trimester akhir kehamilan akan
mempengaruhi pertumbuhan janin.
b) Mekanis. Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan
congenital seperti club foot.
c) Toksin/zat kimia. Beberapa obat-obatan seperti aminopterin, thalidomide
dapat menyebabkan kelainan congenital seperti palatoskisis
d) Endokrin. Diabetes melitus dapat menyebabkan makrosomia,
kardiomegali, hyperplasia adrenal.
e) Radiasi. Paparan radium dasn sinar rontgen dapat mengakibatkan
kelainan pada janin seperti mikrosefali, spina bifida, retardasi mental,
dan deformitas anggota gerak, kelainan congenital mata, kelainan
jantung.
f) Infeksi. Infeksi pada trimester 1 dan 2 oleh TORCH (toxoplasam,
Rubella, Citomegalo virus dan Herpes simpleks) dapat menyebabkan
kelainan pada janin : katarak, bisu tuli mikrosefali, retardasi mental dan
kelainan jantung congenital.
g) Kelainan imunologi. Eritoblastosis fetals timbul atas dasar perbedaan
golongan darah antara janin dan ibu sehingga ibu membentuk antibody
terhadap sel darah merah janin, kemudian melalui plasenta masuk ke
dalam peredaran darah janin dan akan menyebabkan hemolisis yang
selanjutnya mengakibatkan hiperbilirubinemia dan kern ikterus yang
menyebababkan kerusakan otak.
h) Anoksia embrio. Anoksia embrio disebabkan oleh jaringan fungsi
plasenta menyebabkan pertumbuhan terganggu
i) Psikologi ibu. Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan salah /
kekerasan mental pada ibu hamil dll.
2) Faktor Persalinan
Kompilasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala, asfiksia dapat
menyebabkan kerusakan otak.
3) Faktor Pasca Bersalin
a) Gizi. Untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan adekuat.
b) Penyakit kronis/kelainan congenital. Tuberculosis, anemia, kelainan
jantung bawaan mengakibatkan retardasi pertumbuhan jasmani.
c) Lingkungan fisis dan kimia. Lingkungan adalah tempat anak tersebut
hidup yang berfungsi sebagai penyedia kebutuhan (provider) sanitasi
lingkungan yang kurang baik, kurangnya sinar matahari, paparan sinar
radioaktif, zat kimia tertentu (Pb, merkuri, rokok, dll).
d) Psikologis. Hubungan anak dengan orang sekitarnya, seorang anak yang
tidak dikehendaki oleh orang tuanya / anak yang selalu merasa tertekan
akan mengalami hambatan di dalam pertumbuhan dan perkembangannya.
e) Endokrin. Gangguan hormone, misalnya pada penyakit hipotiroid akan
menyebabkan anak mengalami hambatan pertumbuhan.
f) Lingkungan Pengasuhan. Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu
anak sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak. Perkembangan
memerlukan ransang/stimulasi khususnya dalam keluarga misalnya
penyediaan alat main, sosialisasi anal, keterlibatan ibu dan anggota
keluarga lain terhadap anak.
g) Obat-obatan. Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghambat
pertumbuhan, demikian halnya dengan pemakaian obat perangsang
terhadap susunan saraf yang menyebabkan terhambatnya produksi
hormone pertumbuhan.
d. Kebutuhan dasar perkembangan anak
1) Kebutuhan fisik Bio-Medis (ASUH)
Kebutuhan fisik-biomedis meliputi kebutuhan akan :
a. Nutrisi
Nutrisi merupakan kebutuhan utama dalam perkembangan
anak yang mempunyai pengaruh dalam perkembangan terutama
pada tahun awal kehidupan dimana anak sedang dalam masa
perkembangan otak.
Menurut penelitian Gladys Gunawan dkk yang berjudul
Hubungan Status Gizi dengan Perkembangan Anak bahwa ada
hubungan yang erat antara status gizi anak dengan perkembangan
motorik anak.
b. Perawatan kesehatan dasar
Perawatan dasar yang perlu dilakukan untuk anak yang paling
utama adalah imunisasi. Pemberian imunisasi pada anak untuk
mencegah penyakit seperti Hepatitis B, TBC, Difteri, Tetanus,
pertusis, Polio, Campak,dsb. Serta deteksi dini pada kesehatan
anaksecara menyeluruh.
c. Sandang dan papan yang layak
Keadaan rumah yang layak sangat penting untuk anak
terutama pada kebersihan, pencahayaan, dan konstruksi bangunan.
Begitu juga dengan pakaian yang bersih, rapi dan sesuai dengan
keadaan dan usia anak.
d. Sanitasi lingkungan
Kebersihan lingkungan sekitar anak sangat mempengaruhi
kesehatan anak terutama untuk mencegah terjadinya penyakit seperti
diare dan cacingan.
e. Kesegaran jasmani
Berupa olah raga dan rekreasi yang penting untuk
perkembangan anak.
2.) Kebutuhan Kasih Sayang (ASAH)
Kebutuhan emosi/kasih sayang (ASIH) :
a) Terjadi sejak usia kehamilan 6 bulan.
b) Kasih sayang orang tua dapat memberikan rasa aman.
c) Anak diberikan contoh, dibantu, ditolong, dan dihargai, bukan
dipaksa.
d) Ciptakan suasana yang penuh kegembiraan.
e) Pemberian kasih sayang dapat membentuk harga diri anak. Hal ini
bergantung pada pola asuh, terutama pola asuh, terutama pada asuh
demokrasi dan kecerdasan emosional.
f) Kemandirian.
g) Dorongan dari orang sekelilingnya.
h) Mendapat kesempatan dan pengalaman.
i) Menumbuhkan rasa memiliki.
j) Kepemimpinan dan kerja sama.
k) Pola pengasuhan dan keluarga yang terdiri atas :
 Demokrasi (autoritatif)
 Diktator (otoriter) yang sering menghukum atau menganiaya
anaknya (child abuse).
 Permitif (serba boleh).
l) Pemberian kasih sayang juga dapat membentuk temperamen anak,
seperti penurut (easy), sulit diatur difficult), dan pemalu (slow to warm
up).
3.) Kebutuhan akan Stimulasi Asah (ASAH)
Kebutuhan akan stimulasi yang dimaksud adalah perangsangan yang
datang dari lingkungan luar anak berupa latihan dan bermain. Bermain
bagi anak tidak hanya mengisi waktu luang namun melalui bermain anak
dapat belajar untuk mrngkoordinaasikan otot-ototnya melibatkan emosi,
perasaan, dan pikiran anak. Stimulasi dapat mempengarhi perkembangan
akan seperti dalam penelitian menurut Sumiyati (2016) tentang Hubungan
Stimulasi Dengan Perkembangan Anak Usia 4-5 Tahun.
Kebutuhan akan stimulasi (ASAH) yaitu
1) Stimulasi merupakan cikal bakal proses pembelajaran anak, stimulasi
ini terdiri atas pendidikan dan pelatihan.
2) Stimulasi dini dapat berasal dari rangsangan yang ada di lingkungan
anak, seperti bermain, berdikusi, dll. Selain itu, stimulasi ini juga bisa
berasal dari orang tua.
3) Stimulasi ini dapat merangsang hubungan antar sel otak (Sinaps).
4) Miliaran sel otak dibentuk sejak kehamilan berusia 6 bulan. Pada saat
itu belum ada hubungan antar sel otak. Bila da rangsangan, maka akan
terbentuk rangsangan yang semakin kompleks. Dengan demikian
dapat merangsang otak kiri dan kanan., sehingga terbentuklah
multiple intelegent dan juga kecerdasan yang lebih luas dan tinggi.
5) Stimulasi melalui bermain
Cara mengembangkan kemampuan tersebut bisa melalui rangsangan
suara musik, gerakan, perabaan, bicara, bernyanyi, bermain,
memecahkan masalah, mencoret-coret atau menggambar.
6) Stimulasi dilakukan
 Stimulasi dapat dilakukan sejak janin berusia 23 minggu pada
masa-masa ini merupakan awal terjadinya sinaptogenesis
berakhir dan berakhir dan usia14 tahun yang merupakan akhir
pruning.
 Semakin dini dan semakin lama stimulasi diberikan, maka akan
semakin besar dan lama manfaatnya.
7) Kebutuhan akan stimulasi
 Stimulasi dapat menunjang perkembangan mental psikososial
(agama, etika, moral, kepribadian, kecerdasan, kreativitas, dan
ketrampilan).
 Stimulasi dapat terjadi di lingkungan pendidikan informal,
formal, dan non formal. (Vivian, 2010).
e. Tahap Perkembangan anak
1) Pada umur 2-3 tahun
a) Jalan naik tangga sendiri
b) Dapat bermain dan menendang bola kecil
c) Bicara dengan baik menggunakan dua kata
d) Melihat gambar dan dapat menyebut dengan benar dua benda
e) Makan sendiri tanpa banyak tumpah
f) Melepas pakaian sendiri
2) Pada umur 3-4 tahun
a) Bisa berdiri satu kaki
b) Melompat kedua kaki diangkat
c) Mengayuh sepeda roda tiga
d) Menggambar garis lurus
e) Menumpuk 8 buah kubus
f) Mengenal 2-4 warna
g) Menyebut nama, umur dan tempat
h) Mengerti arti kata di atas, di bawah dan di depan
i) Mendengarkan cerita
j) Mencuci dan mengeringkan tangan sendiri
k) Bermain bersama teman dan mengikuti aturan permainan
l) Mengenakan sepatu sendiri
3) Pada umur 4-5 tahun
a) Melompat-lompat satu kaki
b) Menari
c) Menggambar tanda silang
d) Menggambar lingkaran
e) Mengancing baju atau pakaian boneka
f) Menyebut nama lengkap
g) Senang menyebut-kata-kata bar
h) Senang bertanya tentang sesuatu
i) Menjawab pertanyaan dengan benar
j) Bicaranya mudah dimengerti
k) Bisa membandingkan bentuk dan ukuran benda
l) Menyebut angka
m) Menyebut nama-nama hari
n) Berpakaian sendiri tanpa dibantu
o) Menggosok gigi tanpa dibantu
p) Bereaksi tenang ketika ditinggal ibu
f. Macam – Macam Stimulasi
1) Stimulasi visual
Stimulasi visual (yang dapat dilihat dengan mata, seperti gambar, buku dan
sebagainya) bertujuan untuk meningkatkan perhatian anak terhadap
lingkungannya.
2) Stimulasi verbal
Bertujuan untuk melatih perkembangan bahasa anak. Kualitas dan kuantitas
vokalisasi anak dapat bertambah dengan stimulasi verbal dan anak akan
mengembangkan inisiatif atau idenya melalui pertanyaan-pertanyaan.
3) Stimulasi auditif (pendengaran)
Kuantitas dan kualitas suara yang di dengar oleh anak dapat mempengaruhi
perkembangannya, misalnya pada lingkungan yang ribut dengan suara yang
simpang siur maka anak tidak dapat membedakan stimulasi auditif yang
diperlukan, sehingga anak mengalami kesukaran dalam membedakan
berbagai macam suara dan kelak akan berdampak pula pada pelajaran
membaca.
4) Stimulasi taktil (sentuhan)
Pemberian sentuhan pada anak dengan tujuan agar tidak menimbulkan
penyimpangan perilaku social, emosional, dan motorik.

g. Cara Melakukan Stimulasi Dini


Stimulasi sebaiknya dilakukan setiap kali ada kesempatan berinteraksi dengan
balita. Misalnya ketika memandikan, mengganti popok, menyusui, menyuapi
makanan, menggendong, mengajak jalan-jalan bermain, menonton tv, dan pada saat
menjelang tidur. Dalam melakukan stimulasi tumbuh kembang anak, ada beberapa
prinsip dasar yang perlu diperhatikan, yaitu:
1) Stimulasi dilakukan dengan dilandasi rasa cinta dan kasih sayang.
2) Selalu tunjukan sikap dan perilaku yang baik karena anak akan meniru tingkah
laku orang-orang yang terdekat dengannya.
3) Berikan stimulasi sesuai dengan kelompok umur anak.
4) Lakukan stimulasi dengan cara bermain, bernyanyi, bervariasi, menyenangkan,
tanpa paksaan dan tidak ada hukuman.
5) Lakukan stimulasi secara bertahap dan berkelanjutan sesuai umur anak,
terhadap ke-4 aspek kemampuan dasar anak.
6) Gunakan alat bantu atau permainan yang sederhana, aman dan ada di sekitar
kita.
7) Berikan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan perempuan.
8) Anak selalu diberi pujian, bila perlu diberi hadiah atas keberhasilannya.
4. Imunisasi
a. Pengertian Imunisasi
Imunisasi berasal dari imun, kebal atau resisten. Anak diimunisasi,
berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau
resisten terhadap suatu penyakit tetapi belum tentu kebal terhadap penyakit
yang lain. Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan
kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga apabila
suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya
mengalami sakit ringan (Kemenkes RI, 2014).
Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak
dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat sat anti untuk
mencegah terhadap penyakit tertentu. Sedangkan yang dimaksud dengan
vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti
yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan (misalnya vaksin BCG,
DPT, dan Campak) dan melalui mulut (misalnya vaksin polio) (Hidayat, 2011).
b. Jenis Imunisasi Wajib Rutin
Kemenkes RI (2014, hal. 20) Imunisasi wajib merupakan imunisasi yang
diwajibkan oleh pemerintah untuk seseorang sesuai dengan kebutuhannya
dalam rangka melindungi yang bersangkutan dan masyarakat sekitarnya dari
penyakit menular tertentu. Imunisasi wajib atas imunisasi rutin, imunisasi
tambahan, dan imunisasi khusus. Imunisasi rutin merupakan kegiatan imunisasi
yang dilaksanakan secara terus-menerus sesuai jadwal. Imunisasi rutin terdiri
atas imunisasi dasar dan imunisasi lanjutan. Berikut akan diuraikan macam
vaksin imunisasi rutin meliputi deskripsi, indikasi, cara pemberian dan dosis,
kontraindikasi, efek samping, serta penanganan efek samping.

1) Vaksin BCG
a) Deskripsi: Vaksin BCG merupakan vaksin beku kering yang
mengandung Mycrobacterium bovis hidup yang dilemahkan
(Bacillus Calmette Guerin), Strain paris.
b) Indikasi: Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap tuberkulosis
c) Cara pemberian dan dosis: Dosis pemberian: 0,05 ml, sebanayak 1
kali, disuntikkan secara intrakutan di daerah lengan kanan atas
(insertio musculus deltoideus) dengan menggunakan ADS 0,05 ml.
d) Efek samping: 2-6 minggu setelah imunisasi BCG daerah bekas
suntikan timbul bisul kecil (papula) yang semakin membesar dan
dapat terjadi ulserasi dalam waktu 2-4 bulan, kemudian menyembuh
perlahan dengan menimbulkan jaringan parut dengan diameter 2-10
mm.
e) Penanganan efek samping: Apabila ulkus mengeluarkan cairan perlu
dikompres dengan cairan antiseptik dan apabila cairan bertambah
banyak atau koreng semakin membesar anjurkan orang tua
membawa bayi ke tenaga kesehatan.

2) Vaksin DPT-HB-Hib
a) Deskripsi: Vaksin DPT-HB-Hib digunakan untuk mencegha
terhadap difteri, tetanus, petusis (batuk rejan), hepatitis B, dan
infeksi Haemophilus influenzae tipes) secara simultan.
b) Kontra Indikasi: Kejang atau gejala kelainan otak pada bayi baru
lahir atau kelainan saraf serius.
c) Cara pemberian dan dosis: Vaksin harus disuntikkan secara
intramuskular pada anterolateral paha atas dan satu dosisi anak
adalah 0,5 ml.
d) Efek samping: Reaksi lokal sementara, bengkak, nyeri, dan
kemerahan pada lokasi suntikan, disertai demam dapat timbul dalam
sejumlah besar kasus. Kadang-kadang reaksi berat, seperti demam
tinggi, irritabilitas (rewel), dan menangis dengan nada tinggi dapat
terjadi dalam 24 jam setelah pemberian.
e) Penanganan efek samping: Orang tua dianjurkan untuk memberikan
minum lebih bnayak (ASI atau sari buah), jika demam kenakan
pakaian yang tipis, bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres
dengan air dingin, jika demam berikan paracetamol 15 mg/kgBB
setiap 3-4 jam (maksimal 6 kali dalam 24 jam), bayi boleh mandi
atau cukup diseka dengan air hangat, dan jika reaksi memberat dan
menetap bawa bayi ke dokter.
3) Vaksin Hepatitis B
a) Deskripsi: Vaksin virus recombinan yang telah diinaktivasikan dan
bersifat non-infecious, berasal dari HbsAg.
b) Kontra Indikasi: Penderita infeksi berat yang disertai kejang.
c) Cara pemberian dan dosis: Dosis 0,5 ml atau 1 (buah) HB PID,
secara intramuskuler, sebaiknya pada anterolateral, kemudian
pemberian sebanyak 3 dosis, dan dosis yang pertama usia 0-7 hari,
dosis berikutnya interval minimum 4 minggu (1 bulan).
d) Efek samping: Reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan, dan
pembengkakan di sekitar tempat penyuntikan dan reaksi yang terjadi
bersifat ringan dan biasanya hilang setelah 2 hari.
e) Penanganan efek samping: Orang tua dianjurkan untuk memberikan
minum lebih banyak (ASI), jika demam kenakan pakaian yang tipis,
bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres dengan air dingin, jika
demam berikan paracetamol 15 mg/kgBB setiap 3-4 jam (maksimal
6 kali dalam 24 jam), dan bayi boleh mandi atau cukup diseka
dengan air hangat.
4) Vaksin Polio Oral (Oral Polio Vaccine) / (OPV)
a) Deskripsi: Vaksin Polio Trivalet yang terdiri dari suspensi virus
poliomyelitis 1, 2, dan 3 (starain Sabin) yang sudah dilemahkan.
b) Indikasi: Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap Poliomielitis.
c) Kontra Indikasi: Pada individu yang menderita immune deficiency
tidak ada efek berbahaya yang timbul akibat pemberian polio pada
anak yang sedang sakit.
d) Cara pemberian dan dosis: Seacara oral (melalui mulut), 1 dosis (dua
tetes) sebanyak 4 kali (dosis) pemberian, dengan interval setiap dosis
minimal 4 minggu.
e) Efek samping: Sangat jarang terjadi reaksi sesudah imunisasi polio
oral. Setelah mendapat vaksin polio oral bayi boleh makan minum
seperti biasa. Apabila muntah dalam 30 menit segera diberi dosis
ulang
f) Penanganan efek samping: Orang tua tidak perlu melakukan apa
pun.
5) Vaksin Inactive Polio Vaccine (IPV)
a) Deskripsi: Bentuk suspensi injeksi
b) Indikasi: Untuk pencegahan poliomyelitis pada bayi dan anak
immunocompromised, kontak di lingkungan keluarga dan pada
individu di mana vaksin polio oral menjadi kontra indikasi.
c) Kontra Indikasi: Sedang menderita demam, penyakit akut atau
penyakit kronis progresif, hipersensitif pada saat pemberian vaksin
ini sebelumnya, penyakit demam akibat infeksi akut tunggu sampai
sembuh, dan alergi terhadap Streptomicin.
d) Cara pemberian dan dosis: Disuntikkan secara intra muskular atau
subkutan dalam, dengan dosis pemberian 0,5 ml, kemudian dari usia
2 bulan 3 suntikan berturut-turut 0,5 ml harus diberikan pada interval
satu atau dua bulan, IPV dapat diberikan setelah usia bayi 6, 10, dan
14 sesuai dengan rekomendasi dari WHO, dan bagi orang dewasa
yang belum diimunisasi diberikan 2 suntikan berturut-turut dengan
interval satu atau dua bulan.
e) Efek samping: Reaksi lokal pada tempat penyuntikan: nyeri,
kemerahan, indurasi, dan bengkak bisa terjadi dalam waktu 48 jam
setelah penyuntikan dan bisa bertahan selama satu atau dua hari.
f) Penanganan efek samping: Orangtua dianjurkan untuk memberikan
minum lebih banyak (ASI), jika demam kenakan pakaian tipis, bekas
suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin, jika demam berikan
paracetamol 15 mg/kg BB setiap 3-4 jam (maksimal 6 kali dalam 24
jam), dan bayi boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat.
6) Vaksin Campak
a) Deskripsi: Vaksin virus hidup yang dilemahkan.
b) Indikasi: Pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit campak.
c) Kontra indikasi: Individu yang mengidap penyakit immune
deficiency atau individu yang diduga menderita gangguan respon
imun karena leukemia dan limfoma.
d) Cara pemberian dan dosis: 0,5 ml disuntikkan secara subkutan
pada lengan kiri atau atau anterolateral paha, pada usia 9-11
bulan.
e) Efek samping: Hingga 15% pasien dapat mengalami demam
ringan dan kemerahan selama 3 hari yang dapat terjadi 8-12 hari
setelah vaksinasi.
f) Penanganan efek samping: Orangtua dianjurkan untuk
memberikan minum lebih banyak (ASI atau sari buah), jika
demam kenakan pakaian yang tipis, bekas suntikan yang nyeri
dapat dikompres air dingin, jika demam berikan paracetamol 15
mg/kgBB setiap 3-4 jam (maksimal 6 kali dalam 24 jam), bayi
boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat, dan jika reaksi
tersebut berat dan menetap bawa bayi ke dokter.
a. Manfaat Imunisasi
Manfaat imunisasi menurut Mulyani (2013), yaitu:
1) Bagi keluarga: dapat menghilangkan kecemasan dan memperkuar
psikologi pengobatan bila anak jatuh sakit. Mendukung pembentukan
keluarga bila orang tua yakin bahwa anaknya akan menghadapi dan
menjalani anak-anaknya di masa kanak-kanak dengan tenang.
2) Bagi anak : dapat mencegah penderitaan atau kesakitan yang ditimbulkan
oleh penyakit yang kemungkinan akan menyebabkan kecacatan atau
kematian.
3) Bagi keluarga : dapat memperbaiki tingkat kesehatan dan mampu
menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan
pembangunan Negara.
b. Tujuan Pelaksanaan Imunisasi
Tujuan pemberian imunisasi adalah untuk mencegah penyakit dan
kematian bayi dan anak-anak yang disebabkan oleh wabah yang sering muncul.
Pemerintah Indonesia sangat mendorong pelaksaan program imunisasi sebagai
cara untuk menurunkan angka kesakitan, kematian pada bayi, balita/anak-anak
pra sekolah (Depkes RI, 2001 dalam Maryanti, 2011).
Untuk tercapaikan program tersebut perlu adanya pemantauan yang
dilakukan oleh semua petugas baik pimpinan program, supervisor dan petugas
imunisasi vaksinasi. Tujuan pemantauan menurut Azwar (2003) adalah untuk
mengetahui sampai dimana keberhasilan kerja, mengetahui permasalahan yang
ada. Hal ini perlu dilakukan untuk memperbaiki program.
Hal-hal yang perlu dilakukan pemantauan (dimonitor) sebagaimana
disebutkan oleh (Prawirohardjo, 1998 dalam Maryanti 2011) adalah sebagai
berikut:
1) Pemantauan ringan adalah memantau hal-hal sebagai berikut apakah
pelaksanaan pemantauan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan,
apakah vaksin cukup tersedia, pengecekan lemari es normal, hasil
imunisasi dibandingkan dengan sasaran yang telah ditetapkan, peralatan
yang cukup untuk penyuntikkan yang aman dan steril, apakah diantara 6
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi di jumpai dalam seminggu.
2) Cara memantau cakupan imunisasi dapat dilakukan melalui cakupan dari
bulan ke bulan dibandingkan dengan garis target, dapat digambarkan
masing-masing desa. Untuk mengetahui keberhasilan program dapat
dengan melihat seperti, bila garis pencapaian dalam 1 tahun terlihat antara
75-100% dari target, berarti program sangat berhasil. Bila garis pencapaian
dalam 1 tahun terlihat antara 50-75% dari target, berarti program cukup
berhasil dan bila garis pencapaian dalam 1 tahun di bawah 50% dari target
berarti program belum berhasil. Bila garis pencapaian dalam 1 tahun
terlihat di bawah 25% dari target berarti program sama sekali tidak
berhasil. Untuk tingkat kabupaten dan provinsi, maka penilaian diarahkan
pada penduduk tiap kecamatan dan kabupaten. Di samping itu, pada kedua
tingkat ini perlu mempertimbangkan pula memonitoring evaluasi
pemakaian vaksin (Notoatmodjo, 2003 dalam Maryanti, 2011).
a. Jadwal Pemberian Imunisasi
1) Vaksinasi BCG
Vaksinasi BCG diberikan pada bayi umur 0-12 bulan secara suntikan
intrakutan dengan dosis 0,05 ml. Vaksinasi BCG dinyatakan berhasil
apabial terjadi tuberkulin konversi pada tempat suntikan. Ada tidaknya
tuberkulin konversi tergantung pada potensi vaksin dan dosis yang tepat
serta cara penyuntikkan yang benar. Kelebihan dosis dan suntikan yang
terlalu dalam akan menyebabkan terjadinya abses di tempat suntikan. Untuk
menjaga potensinya, vaksin BCG harus disimpan pada suhu 20C (Depkes
RI, 2005 dalam Maryanti 2011).
2) Vaksinasi DPT
Kekebalan tehadap penyakit difteri, pertusis, dan tetanus adalah dengan
pemberian vaksin yang terdiri dari toksoid difteri dan toksoid tetanus yang
telah dimurnikan ditambah dengan bakteri bortella pertusis yang telah
dimatikan. Dosis penyuntikan 0,5ml diberikan secara subkutan atau
intramuscular pada bayi yang berumur 2-12 bulan sebanyak 3 kali dengan
interval 4 minggu. Reaksi spesifik yang timbul setelah penyuntikkan tidak
ada. Gejala biasanya demam ringan dan rekasi lokal tempat penyuntikkan.
Bila ada reaksi yang berlebihan seperti suhu yang terlalu tinggi, kejang,
kesadaran menurun, menangis yang berkepanjangan lebih dari 3 jam,
hendaknya pemberian vaksin DPT diganti dengan DT (Depkes RI, 2005
dalam Maryanti, 2011).
3) Vaksinasi Polio
Untuk kekebalan terhadap polio diberikan 2 tetes vaksin polio oral yang
mengandung virus polio yang mengandung virus polio tipe 1, 2, dan 3 dari
Sabin. Vaksin yang diberikan melalui mulut pada bayi umur 2-12 bulan
sebanyak 4 kali dengan jarak waktu pemberian 4 minggu.
4) Vaksinasi Campak
Vaksin yang diberikan berisi virus campak yang sudah dilemahkan dan
dalam bentuk bubuk kering atau freezeried yang harus dilarutkan dengan
bahan pelarut yang telah tersedia sebelum digunakan. Suntikan ini diberikan
secara subkutan dengan dosis 0,5 ml pada anak umur 9-12 bulan. Di negara
berkembang imunisasi campak dianjurkan diberikan lebih awal dengan
maksud memberikan kekebalan sedini mungkin, sebelum terkena infeksi
virus campak secara alami. Pemberian imunisasi lebih awal rupanya
terbentur oleh adanya zat anti kebal bawaan yang berasal dari ibu (maternal
antibodi), ternyata dapat menghambat terbentuknya zat kebal campak dalam
tubuh anak, sehingga imunisasi ulangan masih diberikan 4-6 bulan
kemudian. Maka untuk Indonesia vaksin campik diberikan mulai anak
berumur 9 bulan (Depkes RI, 2005 dalam Maryanti, 2011).

a. Jenis Vaksin
1) Vaksin inactivited selalu membutuhkan dosis ganda. Pada umumnya pada
dosis pertama tidak menghasilkan imunitas protektif tetapi hanya memacu
atau menyiapkan sistem imun. Respons imun protektif baru timbul setelah
dosis kedua atau ketiga. Kontras dengan vaksin hidup yang menimbulkan
respons imun mirip atau sama dengan onfeksi alami, pada vaksin inactivated
respons imun yang terjadi sebagian besar menimbulkan imunitas humoral,
hanya sedikit atau tidak menimbulkan imunitas seluler. Kadar titer antibodi
terhadap antigen inacticated membutuhkan dosis suplemen (tambahan)
secara periodik.
Pada beberapa keadaan suatu antigen untuk melindungi terhadap
penyakit masih memerlukan vaksin seluruh sel (whole cell), namun vaksin
bakterial seluruh sel bersifat reaktogenik dan menyebabkan paling banyak
terjadi rekasi ikutan atau efek samping. Ini disebabkan respons terhadap
komponen-komponen sel yang sebenarnya tidak diperlukan untuk
perlindungan (contoh antigen pertusis dalam vaksin DPT). Vaksin
inactivited yang tersedia saat ini berasal dari:
a) Seluruh sel virus inactivited, contohnya influenza, polio, rabies, hepatitis
A.
b) Seluruh bakteri inactivated, contohnya pertusis, tifoid, kolera.
c) Vaksin fraksional yang masuk sub-unit, contohnya hepatitis B, influenza,
pertusis a-seluler, tifoid VI dan Lyme disease.
d) Toksoid, contohnya difteria, tetanus, dan botulinum.
e) Polisakarida murni, contohnya pneumokokus, meningokokus dan
haemoplhilus influenzae tipe b.
f) Gabungan polisakarida (haemophilus influenza tipe b dan
pneumokokus).
2) Vaksin polisakarida
a) Vaksin poliskarida adalah vaksin sub-unit inactivated dengan bentuk
yang unik terdiri dari rantai panjang molekul-molekul gula yang
membentuk permukaan kapsul bakteri tertentu. Vaksin polisakarida
murni tersedia untuk 3 macam penyakit yaitu pneumokokus,
meningokokus, dan haemophilus influenza tipe b.
b) Respons imun terhadap vaksin poliskarida murni adalah sel T
independent khusus yang berarti bahwa vaksin ini mampu memberi
stimuli sel B tanpa bantuan sel T helper. Antigen sel T independet
termasuk vaksin polisakarida, tidak selalu imunogenik pada anak umur <
2 tahun. Anak kecil tidak memberi respons terhadap antigen polisakarida
yang sebabnya tidak diketahui. Mungkin ada hubungannnya dengan
keadaan sistem imun yang masih imatur.
c) Dosis vaksin poliskarida yang diulang tidak menyebabkan respons
peningkatan (booster response). Dosis ulangan pada vaksin protein
inactivated menyebabkan titer antibodi menjadi lebih tinggi secara
progresif atau meningkat. Tidak dijumpai pada antigen polisakarida.
Antibodi yang dibangkitkan oleh vaksin. Polisakarida mempunyai
aktifitas fungsional kurang apabila dibandingkan dengan antigen protein.
Hal ini karena antibodi yang dihasilkan dalam respons terhadap vaksin
polisakarida hanya didominasi IgM dan hanya sedikit IgG yang
diproduksi.
3) Vaksin rekombinan
a) Antigen vaksin dapat pula dihasilkan dengan cara teknik rekayasa
genetik. Produk ini disebut vaksin rekombinan. Terdapat 3 jenis vaksin
yang dihasilkan dengan rekayasa genetik yang saat tersedia di Amerika
Serikat.
b) Vaksin hepatitis B dihasilkan dengan cara memasukkan suatu segmen
gen virus hepatitis B ke dalam gen sel ragi. Sel ragi yang telah
menghasilkan antigen permukaan hepatitis B murni.
c) Vaksin tifoid (ty 21a) adalah bakteria salmonella typhi yang secara
genetic diubah sehingga tidak menyebabkan sakit. Tiga dari 4 virus yang
berada di dalam vaksin rotavirus hidup adalah rotavirus manusia apabila
mereka mengalami replikasi.
DAFTAR PUSTAKA

M. Parbi, Holil, S.K.M., M.Kes. Wiyono, Sugeng S.K.M., M.Kes. Harjatmo, Titus
Priyo B.Sc., S.K.M., M.Kes. BAHAN AZAR GIZI “PENILAIAN STATUS
GIZI”. Pusat Pendidikan sumber daya manusia Kesehatan badan
pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia Kesehatan edisi
2017.
https://standarpangan.pom.go.id/dokumen/pedoman/
Buku_Pedoman_PJAS_untuk_Pencapaian_Gizi_Seimbang__Pengawas_dan-
atau_Penyuluh_.pdf
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/11/GIZI-DALAM-
DAUR-KEHIDUPAN-FINAL-SC.pdf

Anda mungkin juga menyukai