Anda di halaman 1dari 13

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN KOMUNITAS DI BANJAR X DESA Y

OLEH:

MAHASISWA PROGRAM STUDI PROFESI NERS REGULER

KELOMPOK 23 s/d 29 ANGKATAN A10

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI

DENPASAR

2021
SATUAN ACARA PENYULUHAN

ASI EKSKLUSIF

Pokok Bahasan : ASI Eksklusif

Sub Pokok Bahasan : Pengertian ASI Eksklusif, kandungan ASI, manfaat ASI,
pentingnya pemberian ASI, cara menyusui yang benar, cara
pemberian dan penyimpanan ASI pada Ibu yang bekerja.

Sasaran : Ibu hamil, Ibu memiliki bayi dan PUS

Waktu : Senin, 22 Februari 2021/ 09.30 Wita

Tempat : Balai Banjar X Desa Y

A. Latar Belakang

Menyusui merupakan proses yang alamiah. Ibu tidak memerlukan alat khusus
dan biaya yang mahal, hanya diperlukan kesabaran, waktu, pengetahuan tentang
meyusui, dan dukungan dari lingkungan terutama suami (Dianatul, F. 2020) . Air
Susu Ibu (ASI) adalah asupan utama dan wajib diberikan pada semua bayi yang baru
dilahirkan (Adiguna and Dewi, 2016). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.
33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI eksklusif Ayat 1 menjelaskan bahwa Air Susu
Ibu eksklusif yang selanjutnya disebut ASI eksklusif adalah ASI yang diberikan
kepada bayi sejak dilahirkan sampai dengan umur 6 bulan, tanpa menambahkan
memberi makanan atau minuman lain (Pemerintah Republik Indonesia, 2012 dalam
Riza,R. 2020).

Menyusui sejak dini mempunyai dampak positif baik bagi ibu maupun bayi.
Bagi bayi, ASI mempunyai peran penting untuk menunjang pertumbuhan, kesehatan,
dan kelangsungan hidup karena ASI kaya dengan zat gizi dan antibodi. ASI
mengandung sel darah putih, protein, dan zat kekebalan yang cocok untuk bayi.
Perilaku menyusui pada ibu dapat mengurangi morbiditas dan mortalitas karena
proses menyusui akan merangsang kontraksi uterus sehingga mengurangi perdarahan
setelah melahirkan (postpartum) (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013).
Manfaat utama dari ASI eksklusif bagi bayi adalah sebagai nutrisi terbaik,
meningkatkan daya tahan tubuh, meningkatkan kecerdasan, dan meningkatkan
jalinan kasih sayang antar bayi dan ibu (Satino, 2014).

Secara global, bayi yang diberikan ASI eksklusif hanya sebesar 40% dari
bayi yang ada di seluruh dunia. Berdasarkan Kemenkes RI, 2014, di Indonesia
angka cakupan ASI Eksklusif sangat fluktuatif, berdasarkan profil kesehatan
Indonesia dari tahun 2015 sampai 2017 secara berturut-turut angka cakupan
ASI eksklusif yaitu 55,7% dari target Renstra sebesar 39%. Pada tahun 2016
sebesar 54% dari target Renstra 42% dan pada tahun 2017 sebesar 61,33%
dengan target Renstra sebesar 44%. Terdapat beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi pemberian ASI eksklusif.

Menurut penelitian Aksamala (2018) faktor yang mempengaruhi


pemberian ASI eksklusif antara lain pengetahuan, sikap, dukungan
keluarga dan dukungan kader. Menurut penelitian Wijayanti (2015), faktor
utama rendahnya praktik pemberian ASI adalah persepsi ibu bahwa ASI kurang,
pekerjaan, waktu ibu untuk merawat anak, pengalaman ibu sebelumnya, serta
dukungan dari keluarga, tenaga kesehatan dan tempat bekerja.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah mendapatkan penyuluhan diharapkan ibu-ibu mengetahui dan
mengerti tentang ASI eksklusif.
2. Tujuan Khusus
a. Peserta dapat menyebutkan pengertian ASI Eksklusif,
b. Peserta dapat menyebutkan kandungan ASI
c. Peserta dapat menyebutkan manfaat ASI
d. Peserta dapat menyebutkan pentingnya pemberian ASI
e. Cara menyusui yang benar
f. Peserta dapat menyebutkan cara pemberian dan penyimpanan ASI
pada Ibu yang bekerja.
C. PENATALAKSANAAN KEGIATAN
1. Sasaran
Ibu hamil, Ibu memiliki bayi dan PUS
2. Metode
Ceramah dan diskusi Tanya jawab
3. Media
Laptop ( Power Point) dan Leaflat
4. Waktu dan Tempat
Hari/tanggal : Senin, 22 Februari 2021/ 09.30 Wita
Tempat : Balai Banjar X Desa Y
5. Pegorganisasian
Moderator : I Dewa Ayu Bintang Sri Dewi
Penyaji : Anak Agung Istri Siska Noviyanti Dewi
Observer : Winda Cahyati
Fasilitator : Luh Ade Desy Sumiantari
6. Setting tempat

2 3 1

4 4 4 4 4 4

5 5 5

Keterangan:
1. Moderator
2. Penyaji
3. Layar Proyektor (Power Point)
4. Peserta
5. Fasilitator
6. Observer
7. Isi Materi (Materi Lengkap Terlampir)
a. Pengertian ASI Eksklusif
b. Kandungan ASI
c. Manfaat ASI
d. Pentingnya pemberian ASI
e. Cara menyusui yang benar
f. Cara pemberian dan penyimpanan ASI pada Ibu yang bekerja.

D. KEGIATAN PENYULUHAN
Kegiatan Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta Metode Waktu
Pembukaan 1. Memberi salam 1. Menjawab salam Ceramah 5 menit
2. Memperkenalkan 2. Mendengarkan
kelompok
3. Menyampaikan
tujuan, kontrak
waktu dan pokok
materi
Pelaksanaan 1. Menggali 1. Mendengarkan dan Ceramah 20 menit
pengetahuan peserta memperhatikan
mengenai ASI
Eksklusif
2. Menjelaskan materi
tentang:
a. Pengertian ASI
Eksklusif
b. Kandungan ASI
c. Manfaat ASI
d. Pentingnya
pemberian ASI
e. Cara menyusui
yang benar
f. Cara pemberian
dan
penyimpanan
ASI pada Ibu
yang bekerja.

Penutup 1. Memberikan 1. Menyanyakan materi Ceramah 15 menit


kesempatan kepada yang belum
peserta untuk dimengerti
bertanya mengenai
materi yang belum
dipahami
2. Mengevaluasi 2. Menjawab
pengetahuan tentang pertanyaan
materi yang sudah
dijelaskan dengan
emmberi pertanyaan
3. Menyimpulkan 3. Memperhatikan dan
materi mendengarkan
4. Menutup penyuluhan 4. Menjawab salam
dan mengucapkan
salam

E. EVALUASI
1. Evaluasi struktur
1) Penyuluhan dan peserta dapat hadir sesuai rencana
2) Pengaturan alat dan tempat sesuai dengan perencanaan
3) Waktu sesuai dengan perencanaan
2. Evaluasi proses
1) Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang direncanakan
2) Peserta penyuluhan mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
3) Peserta berperan aktif dalam jalannya penyuluhan
3. Evaluasi hasil
Peserta penyuluhan dapat menjelaskan dan memahami pengertian, kandungan,
manfaat, pentingnya pemberian ASI serta cara pemberian dan penyimpanan
ASI pada Ibu yang bekerja.
F. LAMPIRAN

Materi ASI Eksklusif

Lampiran materi
ASI EKSKLUSIF

1. Definisi
Menurut World Health Organization (WHO) ASI eksklusif adalah pemberian
ASI saja tanpa tambahan cairan lain baik susu formula, air putih, air jeruk ataupun
makanan tambahan lain sebelum mencapai usia 6 bulan. Sedangkan pengertian ASI
eksklusif menurut Peratutan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 pada Ayat 1
diterangkan “Air Susu Ibu Eksklusif yang selanjutnya disebut ASI Eksklusif adalah
ASI yang diberikan kepada Bayi sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, tanpa
menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain seperti
susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat
seperti pisang, papaya, bubur susu, biscuit, bubur nasi, dan tim”. (Buku Ajar
Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui, 2015).
ASI eksklusif adalah bayi hanya diberikan ASI saja selama 6 bulan
pertama tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain (susu formula, madu,
bubur, air putih dan lain-lain). Setelah 6 bulan, dilanjutkan dengan
pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI) tanpa menghentikan pemberian
ASI sampai anak berusia 2 tahun atau lebih (Sari, 2019).
ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi. Di dalamnya terdapat tiga aspek
yaitu aspek gizi, aspek kekebalan, dan aspek kejiwaan berupa jalinan kasih sayang
yang penting untuk perkembangan mental dan kecerdasan anak. Kolostrum adalah
ASI yang keluar beberapa hari setelah persalinan. Mengandung zat kekebalan,
vitamin A yang tinggi, lebih kental, dan berwarna kekuning-kuningan.

2. Kandungan ASI
a. ASI mengandung sel darah putih, protein, mineral dan zat kekebalan yang
cocok untuk bayi
b. ASI mengandung berbagai macam vitamin, mineral, dan nutrisi
c. ASI juga mengandung IgA, IgM, IgG, IgE, laktoferin, lisosom,
immunoglobulin, dan zat lainnya yang merupakan zat kekebalan
bagi tubuh bayi sehingga tubuh bayi dapat terhindar dari berbagai
macam penyakit infeksi (Ria, Nuria. 2020).
d. ASI memiliki zat-zat yaitu faktor Bifidus, Immunoglobulin A, Lysozyme, dan
hormon prolaktin.
 Faktor Bifidus merupakan zat yang dapat merangsang pertumbuhan
bakteri Laktobacillus Bifidus, yaitu bakteri yang membantu melindungi
usus bayi dari radang maupun infeksi bakteri lain seperti E. coli dan
Streptococci.
 Immunoglobulin A (Ig A) adalah zat yang membantu kekebalan tubuh
bayi. Ig A mampu melindungi usus bayi serta mencegah bakteri dan
virus berkembang biak.
 Lysozyme adalah enzim yang dapat memakan dinding bakteri.
 Hormon prolaktin adalah hormon yang dapat menjaga konsistensi ASI
dan mengaktifkan sistem kekebalan tubuh. Keempat zat tersebut
berperan penting menurunkan risiko bayi mengalami berbagai penyakit
terutama infeksi K.D, A. B. F. & M, Z. Buku Pintar Menu Bayi. (Wahyu
Media, 2008 dalam Fitri & Dian, 2020).

3. Manfaat ASI
Menyusui bayi dapat mendatangkan keuntungan bagi bayi, ibu, keluarga,
masyarakat, dan negara. Sebagai makanan bayi yang paling sempurna, ASI mudah
dicerna dan diserap karena mengandung enzim penernaan. Beberapa manfaat ASI
sebagai berikut :
1) Untuk Bayi
Ketika bayi berusia 0-6 bulan, ASI bertindak sebagai makanan utama bayi,
karena mengandung lebih dari 60% kebutuhan bayi, pemberian ASI dapat
mengurangi resiko infeksi lambung dan usus, sembelit serta alergi,bayi yang
diberi ASI lebih kebal terhadap penyakit dari pada bayi yang tidak
mendapatkan ASI, bayi yang diberi ASI lebih mampu menghadapi efek
penyakit kuning, pemberian ASI dapat semakin mendekatkan hubungan ibu
dengan bayinya. Hal ini akan berpengaruh terhadap kemapanan emosinya di
masa depan, apabila bayi sakit, ASI merupakan makanan yang tepat bagi bayi
karena mudah dicerna dan dapat mempercepat penyembuhan, pada bayi
prematur, ASI dapat menaikkan berat badan secara cepat dan mempercepat
pertumbuhan sel otak, tingkat kecerdasan bayi yang diberi ASI lebih tinggi 7-
9 poin dibandingkan bayi yang tidak diberi ASI ( Roesli, 2011 ).
2) Untuk Ibu
Isapan bayi dapat membuat rahim menciut, mempercepat kondisi ibu untuk
kembali ke masa prakehamilan, serta mengurangi resiko perdarahan, lemak
yang ditimbun di sekitar panggul dan paha pada masa kehamilan akan
berpindah ke dalam ASI, sehingga ibu lebih cepat langsing kembali, resiko
terkena kanker rahim dan kanker payudara pada ibu yang menyusui bayi lebih
rendah dari pada ibu yang tidak menyusui, menyusui bayi lebih menghemat
waktu, karena ibu tidak perlu menyiapkan botol dan mensterilkannya, ASI
lebih praktis lantaran ibu bisa berjalan-jalan tanpa membawa perlengkapan
lain, ASI lebih murah dari pada susu formula, ASI selalu steril dan bebas
kuman sehingga aman untuk ibu dan bayinya, ibu dapat memperoleh manfaat
fisik dan emotional (Sunar, 2011 ).
3) Untuk Keluarga
Tidak perlu menghabiskan banyak uang untuk membeli susu formula, botol
susu, serta peralatan lainnya, jika bayi sehat, berarti keluarga mengeluarkan
lebih sedikit biaya guna perawatan kesehatan, penjarangan kelahiran lantaran
efek kontrasepsi dari ASI eksklusif, jika bayi sehat berarti menghemat waktu
keluarga, menghemat tenaga keluarga karena ASI selalu tersedia setiap saat,
keluarga tidak perlu repot membawa berbagai peralatan susu ketika bepergian (
Roesli, 2011).

4. Pentingnya pemberian ASI


Pemberian ASI sangat penting mengingat :
1) ASI adalah satu-satunya makanan dan minuman terbaik untuk bayi terutama
dalam masa enam bulan pertama kehidupannya.
2) Bayi harus segera disusui setelah lahir. Pada dasrnya setiap ibu dapat menyusui
anaknya dan hendaknya disusui secara tepat.
3) Ibu hendaknya sesering mungkin menyusui anaknya karena dengan demikian
air susu ibu bertambah banyak dan cukup untuk kebutuhan bayi..
4) Pemberian susu botol yang penanganannya tidak bersih, dapat menimbulkan
sakit dan kematian.
5) Ibu hendaknya menyusui anaknya hingga tahun kehidupan anak dan jika
mungkin untuk waktu yang lebih lama.

WHO dan UNICEF merekomendasikan langkah-langkah berikut untuk memulai


dan mencapai ASI eksklusif :
1) Menyusui dalam satu jam setelah kelahiran
2) Menyusui secara eksklusif: hanya ASI. Artinya, tidak ditambah makanan atau
minuman lain, bahkan air putih sekalipun.
3) Menyusui kapanpun bayi meminta (on-demand), sesering yang bayi mau, siang
dan malam.
4) Tidak menggunakan botol susu maupun empeng.
5) Mengeluarkan ASI dengan memompa atau memerah dengan tangan, disaat
tidak bersama anak.
6) Mengendalikan emosi dan pikiran agar tenang (Bintan, 2015).

5. Cara menyusui yang benar


Agar pemberian ASI eksklusif dapat berhasil, perlu pula diperhatikan cara
menyusui yang benar:
1) Cuci tangan sebelum menyusui.
2) Bersihkan putting susu dengan kapas air hangat.
3) Lakukan dengan posisi duduk bayi dipangku, kepala bayi diletakkan pada siku
ibu dan tangan ibu menahan bokong bayi.
4) Tubuh bayi dekat dan menghadap ibu, perut bayi menempel pada badan ibu.
5) Sentuhkan puting susu pada bibir/pipi bayi untuk merangsang agar mulut bayi
terbuka lebar.
6) Ketika mulut bayi terbuka lebar, masukkan seluruh puting susu dan areola
payudara ke dalam mulut bayi.
7) Posisi menyusui yang benar bila ibu tidak merasa nyeri pada putingnya.
8) Menyusui kedua payudara secara bergantian.
9) Setelah disusui, punggung bayi ditepuk-tepuk, sampai bayi bersendawa.
10) ASI diberikan sesering mungkin tanpa jadwal, setiap bayi menginginkan, bila
bayi tidak minta disusui mintalah ibu untuk menyusui bayinya setiap 2-3jam.
Kegagalan dalam pemberian ASI Eksklusif menyebabkan berkurangnya sel otak
bayi (15-20%) (Bintan, 2015).
6. Cara pemberian dan penyimpanan ASI pada ibu yang bekerja
1) Niat yang ikhlas dan tulus akan menumbuhkan motivasi untuk memberikan
ASI sebagai makanan terbaik bagi buah hati.
2) Percaya diri bahwa ASI akan cukup memenuhi kebutuhan bayi.
3) Susuilah bayi sebelum berangkat bekerja.
4) Pada saat dirumah, usahakan sesering mungkin untuk menyusui bayi.
5) Selama cuti dan hari libur usahakan langsung susui bayi jika dia tampak
lapar.
6) Pompa ASI pada malam hari jika bayi sudah tidur dan pada siang hari bila
berada di kantor setiap 3-4 jam sekali berapapun hasil dari pompaan
ASInya.
7) Bila dirumah langsung simpan dalam botol ASI yang terbuat dari kaca
karena bila disimpan dalam botol plastik lemaknya sering tertinggal di
dalam botol tersebut.
8) Usahakan ASI yang disimpan di dalam lemari pendingin hanya diberikan
pada saat ibu tidak dirumah.
9) Bawalah cool box atau tremos es kalau dikantor tidak terdapat lemari
pendingin/freezer.
10) Kulaitas ASI masih baik di dalam suhu lemari pendingin dalam waktu 72
jam (3 hari). Bila tidak dikonsumsi dalam kurun waktu 3 hari itu, ASI dapat
bertahan selama 6 bulan jika dibekukan dalam suhu dibawah -20oC.
11) Sedangkan dalam suhu ruangan dengan wadah tertutup ASI masih baik
diberikan dengan tenggang waktu selama 6-8 jam.
12) ASI tidak boleh dimasak karena akan merusak kandungan nutrisinya.
Jangan dipanaskan dengan menggunakan microwave karena akan merusak
nutrisinya dan menimbulkan bahaya pemanasan secara berlebihan.
13) Sebelum diberikan kepada bayi, ASI cukup dihangatkan dengan
merendamnya dalam air hangat atau dibiarkan dalam suhu ruangan 25oC.
14) Bila ASI yang telah dihangatkan masih tersisia, sisanya tidak boleh
disimpan kembali kedalam lemari pendingin, sebaiknya menghangatkan
ASI hanya sejumlah yang dapat dihabiskan oleh bayi (Kimantoro & Titik,
E. 2017).
DAFTAR PUSTAKA

Adiguna, I. M. A. and Dewi, W. C. W. S. (2016) ‘PENGETAHUAN AYAH


SEBAGAI BREASTFEEDING FATHER TENTANG PEMBERIAN ASI
EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAMPAKSIRING I
GIANYAR BALI 2014’, E-Jurnal Medika Udayana; Vol 5 No 6 (2016): E-jurnal
medika udayana. Available at: https://ojs.unud.ac.id/index.php/eu
m/article/view/19991.
Dianatul, F & Dian. 2020. Hubungan ASI Eksklusif dan Frekuensi Sakit Pada Bayi di
Surabaya Barat. (Diakses 26 Februari 2020
https://www.researchgate.net/profile/Dian-Shofiya/publication/342923669_Correl
ation_between_Exclusive_Breastfeeding_and_the_Frequency_of_Illness_among_
Infants_in_West_Surabaya/links/5f0dca4092851c1eff0f6cfb/Correlation-
between-Exclusive-Breastfeeding-and-the-Frequency-of-Illness-among-Infants-
in-West-Surabaya.pdf).
Kemenkes. 2014. Situasi dan Analisis ASI Eksklusif. Jakarta: Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.
Riza, R. 2020. Hubungan Pengetahuan dan Status Pekerjaan Ibu dengan Pemberian ASI
Eksklusif di Kelurahan Sidotopo. (Diakses 26 Februari 2020
file:///C:/Users/user/Downloads/9611-70112-2-PB.pdf).
Satino, & Setyorini, Y. 2014. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Pemberian
ASI Eksklusif pada Ibu Primipara di Kota Surakarta. Jurnal Terpadu Ilmu
Kesehatan, 3(2): 106–214.

Anda mungkin juga menyukai