Anda di halaman 1dari 15

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

A. Pokok Bahasan : ASI Eksklusif


B. Sasaran : Orangtua terutama Ibu
C. Waktu :
D. Hari/Tanggal :
E. Tempat :
F. Latar Belakang
Pemberian Air Susu Ibu (ASI) atau menyusui bayi dilakukan di
berbagai lapisan masyarakat diseluruh dunia, karena banyak manfaat yang
diperoleh dari ASI Eksklusif dan praktik menyusui selama 2 tahun.
Pemberian ASI Eksklusif merupakan cara pemberian makanan yang sangat
tepat dan kesempatan terbaik bagi kelangsungan hidup bayi di usia 6
bulan, dan melanjutkan pemberian ASI sampai umur 2 tahun (Harnowo,
2012).
Pentingnya pemberian ASI Eksklusif terlihat dari peran dunia yaitu
pada tahun 2006 WHO (World Health Organization) mengeluarkan
Standar Pertumbuhan Anak yang kemudian diterapkan di seluruh dunia
yang isinya adalah menekankan pentingnya pemberian ASI saja kepada
bayi sejak lahir sampai usia 6 bulan. Setelah itu, barulah bayi mulai
diberikan makanan pendamping ASI sambil tetap disusui hingga usianya
mencapai 2 tahun. Sejalan dengan peraturan yang di tetapkan oleh WHO,
Di Indonesia juga menerapkan peraturan terkait pentingnya ASI Eksklusif
yaitu dengan mengeluarkan.
Peraturan Pemerintah (PP) nomor 33/2012 tentang pemberian ASI
Eksklusif. Peraturan ini menyatakan kewajiban ibu untuk menyusui
bayinya sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan. ASI Ekskusif merupakan
makanan pertama, utama dan terbaik bagi bayi, yang bersifat alamiah. ASI
mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam proses pertumbuhan
dan perkembangan bayi (Prasetyono, 2009). Khasiat ASI begitu besar
seperti ASI dapat menurunkan risiko bayi mengidap berbagai penyakit.
Apabila bayi sakit akan lebih cepat sembuh bila mendapatkan ASI. ASI
juga membantu pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan anak.
G. Tujuan Instruksional
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan orangtua mengerti dan
memahami tentang ASI eksklusif.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan orangtua dapat mengetahui
tentang :
a) Pengertian ASI eksklusif
b) Kandungan ASI eksklusif
c) Manfaat ASI eksklusif
d) Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI
e) Kerugian susu formula

H. Sasaran : Orang Tua terutama ibu-ibu

I. Strategi Pelaksanaan
1. Metode
Metode yang digunakan dalam penyuluhan ASI eksklusif ini yaitu
ceramah dan tanya jawab.
2. Setting Tempat
a) Posisi pemateri penyuluhan berhadapan dengan peserta.
b) Pemandu diskusi (Moderator) berada disamping pemateri.
3. Media
Leaflet ASI Eksklusif

J. Pelaksanaan
Tindakan
Proses Waktu
Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta
Pembukaan 1. Memberikan leaflet 1. Menerima leaflet 5 menit
2. Memberikan salam, 2. Memperhatikan
memperkenalkan diri dan dan menjawab
membuka penyuluhan salam
3. Menjelaskan tujuan dari
penyuluhan 3. Memperhatikan
Penyajian 1. Menyajikan materi tentang : Memperhatikan 15 menit
a. Menjelaskan pengertian ASI
eksklusif
b. Menjelaskan kandungan ASI
eksklusif
c. Menjelaskan manfaat ASI
eksklusif
d. Menjelaskan faktor-faktor
yang mempengaruhi produksi
ASI
e. Menjelaskan kerugian susu
formula
Evaluasi 1. Memberikan pertanyaan kepada Menjawab pertanyaan 10 menit
peserta mengenai materi yang
telah disampaikan

Penutup 1. Memberikan kesimpulan dari Memperhatikan 5 menit


materi yang disampaikan
2. Menutup penyuluhan dan
mengucapkan salam Memperhatikan dan
menjawab salam

K. Anggaran Dana
ATK : Rp 50.000;
Konsumsi : Rp 100.000;

L. Evaluasi
a) Ibu dapat menjelaskan pengertian ASI eksklusif
b) Ibu dapat menjelaskan kandungan ASI eksklusif
c) Ibu dapat menjelaskan manfaat ASI eksklusif
d) Ibu dapat menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI
e) Ibu dapat menjelaskan kerugian susu formula

1. Pengertian ASI Eksklusif

ASI eksklusif adalah pemberian ASI selama 6 bulan tanpa tambahan


cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, dan air putih, serta
tanpa tambahan makanan padat, seperti pisang, bubur susu, biskuit, bubur
nasi, dan nasi tim, kecuali vitamin dan mineral dan obat (Roesli, 2000).
Selain itu, pemberian ASI eksklusif juga berhubungan dengan tindakan
memberikan ASI kepada bayi hingga berusia 6 bulan tanpa makanan dan
minuman lain, kecuali sirup obat. Setelah usia bayi 6 bulan, barulah bayi
mulai diberikan makanan pendamping ASI, sedangkan ASI dapat
diberikan sampai 2 tahun atau lebih (Prasetyono, 2005).
ASI adalah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur
kebutuhan bayi baik fisik, psikologi, sosial maupun spiritual. ASI
mengandung nutrisi, hormon, unsur kekebalan pertumbuhan, anti alergi,
serta anti inflamasi. Nutrisi dalam ASI mencakup hampir 200 unsur zat
makanan (Hubertin, 2004).

2. Kandungan ASI Eksklusif


ASI mengandung sebagian besar air sebanyak 87,5%, oleh karena itu
bayi yang mendapat cukup ASI tidak perlu mendapat tambahan air walaupun
berada ditempat yang suhu udara panas. Kekentalan ASI sesuai dengan
saluran cerna bayi, sedangkan susu formula lebih kental dibandingkan ASI.
Hal tersebut yang dapat menyebabkan terjadinya diare pada bayi yang
mendapat susu formula.Komposisi ASI yaitu : karbohidrat, protein,
lemak,mineral,vitamin (Hubertin, 2004 ).
Di dalam ASI terdapat laktosa, laktosa ini merupakan karbohidrat utama
dalam ASI yang berfungsi sebagai salah satu sumber untuk otak. Kadar
laktosa yang terdapat dalam ASI hampir dua kali lipat dibanding laktosa yang
ditemukan pada susu formula. Kadar karbohidrat dalam kolostrum tidak
terlalu tinggi, tetapi jumlahnya meningkat terutama laktosa pada ASI transisi
(7-14 hari setelah melahirkan). Setelah melewati masa ini maka kadar
karbohidrat ASI relatif stabil (Badriul, 2008).
Selain karbohidrat, ASI juga mengandung protein. Kandungan protein
ASI cukup tinggi dan komposisinya berbeda dengan protein yang terdapat
dalam susu formula. Protein dalam ASI dan susu formula terdiri dari protein
whey dan casein. Protein dalam ASI lebih banyak terdiri dari protein whey
yang lebih mudah diserap oleh usus bayi, sedangkan susu formula lebih
banyak mengandung protein casein yang lebih sulit dicerna oleh usus bayi.
Jumlah casein yang terdapat di dalam ASI hanya 30%, dibanding susu
formula yang mengandung protein dalam jumlah yang tinggi (80%) (Badriul,
2008). Disamping itu juga, ASI mempunnyai asam amino yang lengkap yaitu
taurin. Taurin diperkirakan mempunyai peran pada perkembangan otak karena
asam amino ini ditemukan dalam jumlah cukup tinggi pada jaringan otak
yang sedang berkembang.
ASI juga mengandung lemak, kadar lemak dalam ASI pada mulanya
rendah kemudian meningkat jumlahnya (Husaini, 2001). Lemak ASI berubah
kadarnya setiap kali diisap oleh bayi yang terjadi secara otomatis. Selain
jumlahnya yang mencukupi, jenis lemak yang ada dalam ASI mengandung
lemak rantai panjang yang merupakan lemak kebutuhan sel jaringan otak dan
sangat mudah dicerna serta mempunyai jumlah yang cukup tinggi. Dalam
bentuk Omega 3, Omega 6, DHA (Docoso Hexsaconic Acid) dan
Acachidonid acid merupakan komponen penting untuk meilinasi bayi
(Hubertin, 2004).
Disamping karbohidrat, lemak, protein, ASI juga mengandung mineral,
vitamin K, vitamin A, vitamin D, vitamin E, dan vitamin yang larut dalam air.
Hampir semua vitamin larut dalam air seperti vitamin B, asam folat, vitamin
C terdapat dalam ASI. Makanan yang dikonsumsi ibu berpengaruh terhadap
kadar vitamin ini dalam ASI. Kadar vitamin B1 dan B2 cukup tinggi dalam
ASI tetapi kadar vitamin B6, B12 dan asam folat mungkin rendah pada ibu
dengan gizi kurang (Badriul, 2008).

3. Manfaat ASI Eksklusif


Komposisi ASI yang unik dan spesifik tidak dapat diimbangi oleh
susu formula. Pemberian ASI tidak hanya bermanfaat bagi bayi tetapi juga
bagi ibu yang menyusui. Manfaaat ASI bagi bayi antara lain; ASI sebagai
nutrisi, ASI dapat meningkatkan daya tahan tubuh bayi, mengembangkan
kecerdasan, dan dapat meningkatkan jalinan kasih sayang (Roesli, 2000).
Manfaat ASI bagi bayi adalah sebagai nutrisi. ASI merupakan sumber
gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang dan disesuaikan
dengan pertumbuhan bayi. ASI adalah makanan bayi yang paling
sempurna, baik kualitas dan kuantitasnya. Dengan tata laksana menyusui
yang benar, ASI sebagai makanan tunggal akan cukup memenuhi
kebutuhan tumbuh bayi normal sampai usia 6 bulan. Setelah usia 6 bulan,
bayi harus mulai diberikan makanan padat, tetapi ASI dapat diteruskan
sampai usia 2 tahun atau lebih. Negara-negara barat banyak melakukan
penelitian khusus guna memantau pertumbuhan bayi penerima ASI
eklslusif dan terbukti bayi penerima ASI eksklusif dapat tumbuh sesuai
dengan rekomendasi pertumbuhan standar WHO-NCHS (Danuatmaja,
2003).
Selain itu juga, ASI dapat meningkatkan daya tahan tubuh bayi.
Dengan diberikan ASI berarti bayi sudah mendapatkan immunoglobulin
(zat kekebalan atau daya tahan tubuh ) dari ibunya melalui plasenta, tetapi
kadar zat tersebut dengan cepat akan menurun segera setelah kelahirannya.
Badan bayi baru lahir akan memproduksi sendiri immunoglobulin secara
cukup saat mencapai usia sekitar 4 bulan. Pada saat kadar immunoglobulin
bawaan dari ibu menurun yang dibentuk sendiri oleh tubuh bayi belum
mencukupi, terjadilah suatu periode kesenjangan immunoglobulin pada
bayi. Selain itu, ASI merangsang terbentuknya antibodi bayi lebih cepat.
Jadi, ASI tidak saja bersifat imunisasi pasif, tetapi juga aktif. Suatu
kenyataan bahwa mortalitas (angka kematian) dan mobiditas (angka
terkena penyakit) pada bayi ASI eksklusif jauh lebih rendah dibandingkan
dengan bayi yang tidak mendapatkan ASI (Budiasih, 2008).
Disamping itu, ASI juga dapat mengembangkan kecerdasan bayi.
Perkembangan kecerdasan anak sangat berkaitan erat dengan pertumbuhan
otak. Faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan otak anak adalah
nutrisi yang diterima saat pertumbuhan otak, terutama saat pertumbuhan
otak cepat. Lompatan pertumbuhan atau growt spourt sangat penting
karena pada inilah pertumbuhan otak sangat pesat. Kesempatan tersebut
hendaknya dimanfaatkan oleh ibu agar pertumbuhan otak bayi sempurna
dengan cara memberikan nutrisi dengan kualitas dan kuantitas optimal
karena kesempatan itu bagi seorang anak tidak akan berulang lagi
(Danuatmaja, 2003).
Air susu ibu selain merupakan nutrient ideal, dengan komposisi tepat,
dan sangat sesuai kebutuhan bayi, juga mengandung nutrient-nutrien
khusus yang sangat diperlukan pertumbuhan optimal otak bayi. Nutrient-
nutrient khusus tersebut adalah taurin, laktosa, asam lemak ikatan panjang
(Danuatmaja, 2003).
Mengingat hal-hal tersebut, dapat dimengerti kiranya bahwa
pertumbuhan otak bayi yang diberi ASI secara eksklusif selama 6 bulan
akan optimal dengan kualitas yang optimal pula. Hasil penelitian terhadap
1.000 bayi prematur membuktikan bayi prematur yang diberi ASI
eksklusif mempunyai IQ lebih tinggi 8,3 poin. Hasil penelitian Dr.Riva
(1977) menunjukan bayi ASI eksklusif pada usia 9 tahun mempunyai IQ
12,9 poin lebih tinggi dibanding anak yang ketika bayi tidak diberi asi
eksklusif (Roesli, 2000).
Kemudian yang terakhir adalah ASI dapat menjalin kasih sayang. Bayi
yang sering berada dalam dekapan ibunya karena menyusui, dapat
merasakan kasih sayang ibu dan mendapatkan rasa aman, tenteram, dan
terlindung. Perasaan terlindung dan disayangi inilah yang menjadi dasar
perkembangan emosi bayi, yang kemudian membentuk kepribadian anak
menjadi baik dan penuh percaya diri (Ramaiah, 2006).
Bagi ibu, manfaat menyusui itu dapat mengurangi perdarahan setelah
melahirkan. Apabila bayi disusui segera setelah dilahirkan maka
kemungkinan terjadinya perdarahan setelah melahirkan (post partum) akan
berkurang (Siswono 2001). Karena pada ibu menyusui terjadi peningkatan
kadar oksitosin yang berguna juga untuk konstriksi/penutupan pembuluh
darah sehingga perdarahan akan lebih cepat berhenti. Hal ini akan
menurunkan angka kematian ibu yang melahirkan. Selain itu juga, dengan
menyusui dapat menjarangkan kehamilan pada ibu karena menyusui
merupakan cara kontrasepsi yang aman, murah, dan cukup berhasil.
Selama ibu memberi ASI eksklusif 98% tidak akan hamil pada 6 bulan
pertama setelah melahirkan dan 96% tidak akan hamil sampai bayi
merusia 12 bulan (Glasier, 2005).
Disamping itu, manfaat ASI bagi ibu dapat mengurangi terjadinya
kanker. Beberapa penelitian menunjukan bahwa menyusui akan
mengurangi kemungkinan terjadinya kanker payudara. Pada umumnya bila
semua wanita dapat melanjutkan menyusui sampai bayi berumur 2 tahun
atau lebih, diduga angka kejadian kanker payudara akan berkurang sampai
sekitar 25%. Beberapa penelitian menemukan juga bahwa menyusui akan
melindungi ibu dari penyakit kanker indung telur. Salah satu dari
penelitian ini menunjukan bahwa risiko terkena kanker indung telur pada
ibu yang menyusui berkurang sampai 20-25%. Selain itu, pemberian ASI
juga lebih praktis, ekonomis, murah, menghemat waktu dan memberi
kepuasan pada ibu (Maulana, 2007).

4. Faktor yang Mempengaruhi Produksi ASI Eksklusif


Alasan ibu untuk tidak menyusui terutama yang secara eksklusif sangat
bervariasi. Namun yang sering diungkapkan sebagai berikut (Danuatmaja,
2003).
a. Faktor Internal
1) Ketersediaan ASI
Hal-hal yang dapat mengurangi produksi ASI adalah 1) tidak
melakukan inisiasi menyusui dini 2) menjadwal pemberian ASI 3)
memberikan minuman prelaktal (bayi diberi minum sebelum ASI
keluar), apalagi memberikannya dengan botol/dot 4) kesalahan pada
posisi dan perlekatan bayi pada saat menyusui (Badriul, 2008).
Inisiasi menyusui dini adalah meletakkan bayi diatas dada atau
perut ibu segera setelah dilahirkan dan membiarkan bayi mencari
puting ibu kemudian menghisapnya setidaknya satu jam setelah
melahirkan. Cara bayi melakukan inisiasi menyusui dini disebut
baby crawl. Karena sentuhan atau emutan dan jilatan pada puting ibu
akan merangsang pengeluaran ASI dari payudara. Dan apabila tidak
melakukan inisiasi menyusui dini akan dapat mempengaruhi
produksi ASI (Maryunani, 2009).
Ibu sebaiknya tidak menjadwalkan pemberian ASI. Menyusui
paling baik dilakukan sesuai permintaan bayi (on demand ) termasuk
pada malam hari, minimal 8 kali sehari. Produksi ASI sangat
dipengaruhi oleh seringnya bayi menyusui. Makin jarang bayi
disusui biasanya produksi ASI akan berkurang. Produksi ASI juga
dapat berkurang bila menyusui terlalu sebentar. Pada minggu
pertama kelahiran sering kali bayi mudah tertidur saat menyusui. Ibu
sebaiknya merangsang bayi supaya tetap menyusui dengan cara
menyentuh telinga/telapak kaki bayi agar bayi tetap menghisap
(Badriul, 2008).
Seringkali sebelum ASI keluar bayi sudah diberikan air putih,
air gula, air madu, atau susu formula dengan dot. Seharusnya hal ini
tidak boleh dilakukan karena selain menyebabkan bayi malas
menyusui, bahan tersebut mungkin menyebabkan reaksi intoleransi
atau alergi. Apabila bayi malas menyusui maka produksi ASI dapat
berkurang, karena semakin sering menyusui produksi ASI semakin
bertambah (Danuatmaja, 2003).
Meskipun menyusui adalah suatu proses yang alami, juga
merupakan keterampilan yang perlu dipelajari. Ibu seharusnya
memahami tata laksana laktasi yang benar terutama bagaimana
posisi menyusui dan perlekatan yang baik sehingga bayi dapat
menghisap secara efektif dan ASI dapat keluar dengan optimal.
Banyak sedikitnya ASI berhubungan dengan posisi ibu saat
menyusui. Posisi yang tepat akan mendorong keluarnya ASI dan
dapat mencegah timbulnya berbagai masalah dikemudian hari (Cox,
2006).
2) Pekerjaan /aktivitas
Pekerjaan adalah suatu kegiatan atau aktivitas seseorang untuk
mendapatkan penghasilan guna memenuhi kebutuhan hidupnya.
Wanita yang bekerja seharusnya diperlakukan berbeda dengan pria
dalam hal pelayanan kesehatan terutuma karena wanita hamil,
melahirkan, dan menyusui. Padahal untuk meningkatkan sumber
daya manusia harus sudah sejak janin dalam kandungan sampai
dewasa. Karena itulah wanita yang bekerja mendapat perhatian agar
tetap memberikan ASI eksklusif sampai 6 bulan dan diteruskan
sampai 2 tahun (pusat kesehatan kerja Depkes RI,2005). Beberapa
alasan ibu memberikan makanan tambahan yang berkaitan dengan
pekerjaan adalah tempat kerja yang terlalu jauh, tidak ada penitipan
anak, dan harus kembali kerja dengan cepat karena cuti melahirkan
singkat (Mardiati, 2006).
Cuti melahirkan di Indonesia rata-rata tiga bulan. Setelah itu,
banyak ibu khawatir terpaksa memberi bayinya susu formula karena
ASI perah tidak cukup. Bekerja bukan alasan untuk tidak
memberikan ASI eksklusif, karena waktu ibu bekerja bayi dapat
diberi ASI perah yang diperah minimum 2 kali selama 15 menit.
Yang dianjurkan adalah mulailah menabung ASI perah sebelum
masuk kerja. Semakin banyak tabungan ASI perah, seamakin besar
peluang menyelesaikan program ASI eklusif (Danuatmaja, 2003).
3) Pengetahuan
Menurut Notoadmojo (2007) pengetahuan merupakan hasil dari
tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap
suatu objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat
penting dalam membentuk tindakan seseorang. Pengetahuan akan
memberikan pengalaman kepada ibu tentang cara pemberian ASI
eksklusif yang baik dan benar yang juga terkait dengan masa
lalunya. Dalam hal ini perlu ditumbuhkan motivasi dalam dirinya
secara sukarela ddan penuh rasa percaya diri untuk mampu menyusui
bayinya. Pengalaman ini akan memberikan pengetahuan, pandangan
dan nilai yang akan menberi sikap positif terhadap masalah
menyusui (Erlina, 2008).
Akibat kurang pengetahuan atau informasi, banyak ibu
menganggap susu formula sama baiknya , bahkan lebih baik dari ASI
. Hal ini menyebabkan ibu lebih cepat memberikan susu formula jika
merasa ASI kurang atau terbentur kendala menyusui. Masih banyak
pula petugas kesehatan tidak memberikan informasi pada ibu saat
pemeriksaan kehamilan atau sesudah bersalin (Prasetyono, 2005).
Untuk dapat melaksanakan program ASI eksklusif , ibu dan
keluarganya perlu menguasai informasi tentang fisiologis laktasi,
keuntungan pemberian ASI, kerugian pemberian susu formula,
pentingnya rawat gabung,cara menyusui yang baik dan benar, dan
siapa harus dihubungi jika terdapat keluhan atau masalah seputar
menyusui.
4) Kelainan pada payudara
Tiga hari pasca persalinan payudara sering terasa penuh, tegang,
dan nyeri. Kondisi ini terjadi akibat adanya bendungan pada
pembuluh darah di payudara sebagai tanda ASI mulai banyak
diproduksi. Tetapi, apabila payudara merasa sakit pada saat
menyusui ibu pasti akan berhenti memberikan ASI padahal itu
menyebabkan payudara mengkilat dan bertambah parah bahkan ibu
bisa menjadi demam (Roesli, 2000). Jika terdapat lecet pada puting
itu terjadi karena beberapa faktor yang dominan adalah kesalahan
posisi menyusui saat bayi hanya menghisap pada putting. Padahal
seharusnya sebagian besar areola masuk kedalam mulut bayi. Puting
lecet juga dapat terjadi pada akhir menyusui, karena bayi tidak
pernah melepaskan isapan. Disamping itu, pada saat ibu
membersihkan puting menggunakan alkohol dan sabun dapat
menyebabkan puting lecet sehingga ibu merasa tersiksa saat
menyusui karena sakit (Maulana, 2007).
5) Kondisi kesehatan ibu
Kondisi kesehatan ibu juga dapat mempengaruhi pemberian ASI
secara eksklusif. Pada keadaan tertentu, bayi tidak mendapat ASI
sama sekali, misalnya dokter melarang ibu untuk menyusui karena
sedang menderita penyakit yang dapat membahayakan ibu atau
bayinya, seperti penyakit Hepatitis B, HIV/AIDS, sakit jantung
berat, ibu sedang menderita infeksi virus berat, ibu sedang dirawat di
Rumah Sakit atau ibu meninggal dunia (Pudjiadi, 2001).
Faktor kesehatan ibu yang menyebabkan ibu memberikan
makanan tambahan pada bayi 0-6 bulan adalah kegagalan menyusui
dan penyakit pada ibu. Kegagalan ibu menyusui dapat disebakan
karena produksi ASI berkurang dan juga dapat disebabkan oleh
ketidakpuasan menyusui setelah lahir karena bayi langsung diberi
makanan tambahan.
b. Faktor Eksternal
1) Faktor petugas kesehatan
Program laktasi adalah suatu program multidepartemental yang
melibatkan bagian yang terkait, agar dihasilkan suatu pelayanan
yang komrehensif dan terpadu bagi ibu yang menyusui sehingga
promosi ASI secara aktif dapat dilakukan tenaga kesehatan. Dalam
hal ini sikap dan pengetahuan petugas kesehatan adalah faktor
penentu kesiapan petugas dalam mengelola ibu menyusui. Selain itu
sistem pelayanan kesehatan dan tenaga kesehatan juga
mempengaruhi kegiatan menyusui (Arifin, 2004).
Perilaku tenaga kesehatan biasanya ditiru oleh masyarakat
dalam hal perilaku sehat. Promosi ASI eksklusif yang optimal dalam
setiap tumbuh kembangnya sangatlah penting untuk mendukung
keberhasilan ibu dalam menyusui bayinya (Elza, 2008). Selain itu
adanya sikap ibu dari petugas kesehatan baik yang berada di klinis
maupun di masyarakat dalam hal menganjurkan masyarakat agar
menyusui bayi secara eksklusif pada usia 0-6 bulan dan dilanjutkan
sampai 2 tahun dan juga meningkatkan kemampuan petugas
kesehatan dalam hal memberikan penyuluhan kepada masyarakat
yang luas (Erlina, 2008).
2) Kondisi kesehatan bayi
Kondisi kesehatan bayi juga dapat mempengaruhi pemberian
ASI secara eksklusif. Bayi diare tiap kali mendapat ASI, misalnya
jika ia menderita penyakit bawaan tidak dapat menerima laktosa,
gula yang terdapat dalam jumlah besar pada ASI (Pudjiadi, 2001).
Faktor kesehatan bayi adalah salah satu faktor yang dapat
menyebabkan ibu memberikan makanan tambahan pada bayinya
antara lain kelainan anatomik berupa sumbing pada bibir atau
palatum yang menyebakan bayi menciptakan tekanan negatif pada
rongga mulut, masalah organik, yaitu prematuritas, dan faktor
psikologis dimana bayi menjadi rewel atau sering menangis baik
sebelum maupun sesudah menyusui akibatnya produksi ASI ibu
menjadi berkurang karena bayi menjadi jarang disusui
(Soetjiningsih, 1997)
3) Pengganti ASI (PASI) atau susu formula
Meskipun mendapat predikat The Gold Standard, makanan
paling baik, aman, dan satu dari sedikit bahan pangan yang
memenuhi kriteria pangan berkelanjutan (terjangkau, tersedia lokal
dan sepanjang masa, investasi rendah). Sejarah menunjukkan bahwa
menyusui merupakan hal tersulit yang selalu mendapat tantangan,
terutama dari kompetitor utama produk susu formula yang mendisain
susu formula menjadi pengganti ASI (YLKI, 2005).
Seperti di Indonesia sekitar 86% yang tidak berhasil
memberikan ASI eksklusif karena para ibu lebih memilih
memberikan susu formula kepada bayinya. Hal ini dapat dilihat dari
meningkatnya penggunaan susu formula lebih dari 3x lipat selama 5
tahun dari 10,8% pada tahun 1997 menjadi 32,5% tahun 2002
(Depkes, 2006).
4) Keyakinan
Kebiasaan memberi air putih dan cairan lain seperti teh, air
manis, dan jus kepada bayi menyusui dalam bulan-bulan pertama
umum dilakukan. Kebiasaan ini seringkali dimulai saat bayi berusia
sebulan. Riset yang dilakukan di pinggiran kota Lima, Peru
menunjukkan bahwa 83% bayi menerima air putih dan teh dalam
bulan pertama. Penelitian di masyarakat Gambia, Filipina, Mesir,
dan Guatemala melaporkan bahwa lebih dari 60% bayi baru lahir
diberi air manis dan/atau teh. Nilai budaya dan keyakinan agama
juga ikut mempengaruhi pemberian cairan sebagai minuman
tambahan untuk bayi. Dari generasi ke generasi diturunkan
keyakinan bahwa bayi sebaiknya diberi cairan. Air dipandang
sebagai sumber kehidupan, suatu kebutuhan batin maupun fisik
sekaligus (LINKAGES, 2002).

5. Kerugian Susu Formula


Susu formula tidak mempunyai manfaat seperti halnya ASI. Jadi air susu
buatan / formula: teksturnya tidak sesempurna ASI; Tidak mengandung zat
protektif; Tidak menimbulkan alergi; Lebih mudah menimbulkan karies
dentis; Lebih mudah menimbulkan maloklusi; Tidak menimbulkan efek
psikologis yang menguntungkan; Tidak merangsang involusi rahim, Tidak
berefek menjarangkan kehamilan; Tidak mengurangi insiden karsinoma
mammae; tidak praktis; tidak ekonomis; bagi Negara menambahkan beban
anggaran yang harus dikeluarkan untuk membeli susu formula, biaya
perawatan ibu dan anak (Sidi, et al. 2004. Hal 12).

Anda mungkin juga menyukai