DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
2019
LEMBAR PENGESAHAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
TENTANG PPOK (PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK)
DI RUANG GARDENIA , RSUD dr. DORIS SYLVANUS
Oleh :
KELOMPOK 3
TINGKAT III , SEMESTER 5
D IV KEPERAWATAN REGULER IV
POLTEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA
Telah disahkan
Pada tanggal : 16 Agustus 2019
Mengetahui
Sasaran : Pasien dan keluarga pasien di Ruangan Gardenia , RSUD dr. Doris Sylvanus
I. PENDAHULUAN
1. Keluarga dapat menyebutkan definisi, tanda dan gejala, penyebab, jenis penyakit serta
cara penanganan PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik)
2. Keluarga dapat berperan dalam melakukan perawatan terhadap anggota keluarga yang
menderita PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik).
IV. MATERI
Terlampir
V. METODE
VI. MEDIA
VII. PENGORGANISASIAN
Penyaji : Friendky
Moderator : Grace Nazavira
Observer : Ayu Novita Sari
Fasilitator I : Maulana Akbar
Fasilitator II : Asra`I Iqra Thaha
VIII. KEGIATAN PENYULUHAN
4. Menjawab 10 menit
IX. EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Kesiapan materi
b. Kesiapan SAP
c. Kesiapan media : leaflet dan poster
d. Peserta hadir ditempat penyuluhan
e. Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di Ruang Gardenia , RSUD dr. Doris
Sylvannus
2. Evaluasi Proses
a. Fase dimulai sesuai dengan waktu yang direncanakan.
b. Pasien antusias terhadap materi penyuluhan
c. Pasien mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar
d. Suasana penyuluhan tertib dan pasien mengikuti penyuluhan sampai selesai.
3. Evaluasi Hasil
Keluarga pasien dapat:
1. Pengertian
PPOK adalah penyakit paru obstruktif kronik dengan karakteristik adanya hambatan
aliran udara di saluran napas yang bersifat progresif nonreversibel atau reversibel parsial,
serta adanya respons inflamasi paru terhadap partikel atau gas yang berbahaya (Gold, 2009).
PPOK/COPD (CRONIC OBSTRUCTION PULMONARY DISEASE) merupakan
istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru yang berlangsung lama dan
ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi
utamanya (Price, Sylvia Anderson : 2005)
PPOK merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit
paru-paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran
udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya. Ketiga penyakit yang membentuk satu
kesatuan yang dikenal dengan COPDadalah : Bronchitis kronis, emfisema paru-paru dan
asma bronchiale (S Meltzer, 2001)
P P O K adalah merupakan kondisi ireversibel yang berkaitan dengan dispnea saat
aktivitas dan penurunan aliran masuk dan keluar udara paru-paru (Bruner & Suddarth,
2002).
PPOK merupakan obstruksi saluran pernafasan yang progresif dan ireversibel,
terjadi bersamaan bronkitis kronik, emfisema atau kedua-duanya (Snider, 2003).
2. Klasifikasi
Penyakit yang termasuk dalam kelompok penyakit paru obstruksi kronik adalah sebagai
berikut:
1) Bronchitis Kronis
a. Definisi
Bronchitis Kronis merupakan gangguan klinis yang ditandai dengan pembentukan
mucus yang berlebihan dalam bronkus dan termanifestasikan dalam bentuk batuk kronis
dan pembentuk sputum selama 3 bulan dalam setahun, paling sedikit 2 tahun berturut –
turut (Bruner & Suddarth, 2002).
b. Etiologi
Terdapat 3 jenis penyebab bronchitis yaitu:
1) Infeksi : stafilokokus, sterptokokus, pneumokokus, haemophilus influenzae.
2) Alergi
3) Rangsang : missal asap pabrik, asap mobil, asap rokok dll
c. Manifestasi klinis
1) Peningkatan ukuran dan jumlah kelenjar mukus pada bronchi besar, yang
mana akan meningkatkan produksi mukus.
2) Mukus lebih kental
3) Kerusakan fungsi cilliary sehingga menurunkan mekanisme pembersihan
mukus. Oleh karena itu, "mucocilliary defence" dari paru mengalami kerusakan
dan meningkatkan kecenderungan untuk terserang infeksi. Ketika infeksi timbul,
kelenjar mukus akan menjadi hipertropi dan hiperplasia sehingga produksi mukus
akan meningkat.
4) Dinding bronchial meradang dan menebal (seringkali sampai dua kali ketebalan
normal) dan mengganggu aliran udara. Mukus kental ini bersama-sama dengan
produksi mukus yang banyakakan menghambat beberapa aliran udara kecil dan
mempersempit saluran udara besar. Bronchitis kronis mula-mula mempengaruhi
hanya pada bronchus besar, tetapi biasanya seluruh saluran nafas akan terkena.
5) Mukus yang kental dan pembesaran bronchus akan mengobstruksi jalan nafas,
terutama selama ekspirasi. Jalan nafas mengalami kollaps, dan udara terperangkap
pada bagian distal dari paru-paru. Obstruksi ini menyebabkan penurunan ventilasi
alveolar, hypoxia dan asidosis.
6) Klien mengalami kekurangan oksigen jaringan ; ratio ventilasi perfusi abnormal
timbul, dimana terjadi penurunan PaO2. Kerusakan ventilasi dapat juga
meningkatkan nilai PaCO2.
7) Klien terlihat cyanosis. Sebagai kompensasi dari hipoxemia, maka terjadi
polisitemia (overproduksi eritrosit). Pada saat penyakit memberat, diproduksi
sejumlah sputum yang hitam, biasanya karena infeksi pulmonary.
8) Selama infeksi klien mengalami reduksi pada FEV dengan peningkatan pada RV
dan FRC. Jika masalah tersebut tidak ditanggulangi, hypoxemia akan timbul
yang akhirnya menuju penyakit cor pulmonal dan CHF
2) Emfisema
a. Definisi
Perubahan anatomis parenkim paru yang ditandai pelebaran dinding alveolus,
duktus alveolaris dan destruksi dinding alveolar (Bruner & Suddarth, 2002).
b. Etiologi
1) Faktor tidak diketahui
2) Predisposisi genetic
3) Merokok
4) Polusi udara
c. Manifestasi klinis
1) Dispnea
2) Takipnea
3) Inspeksi : barrel chest, penggunaan otot bantu pernapasan
4) Perkusi : hiperresonan, penurunan fremitus pada seluruh bidang paru
5) Auskultasi bunyi napas : krekles, ronchi, perpanjangan ekspirasi
6) Hipoksemia
7) Hiperkapnia
8) Anoreksia
9) Penurunan BB
10) Kelemahan
3) Asthma Bronchiale
a. Definisi
Suatu penyakit yang ditandai dengan tanggap reaksi yang meningkat dari
trachea dan bronkus terhadap berbagai macam rangsangan dengan manifestasi
berupa kesukaran bernafas yang disebabkan oleh peyempitan yang
menyeluruh dari saluran nafas (Bruner & Suddarth, 2002).
b. Etiologi
1) Alergen (debu, bulu binatang, kulit, dll)
2) Infeksi saluran nafas
3) Stress
4) Olahraga (kegiatan jasmani berat)
5) Obat-obatan
6) Polusi udara
7) Lingkungan kerja
8) Lain-lain (iklim, bahan pengawet)
c. Manifestasi Klinis
1) Dispnea
2) Permulaan serangan terdapat sensasi kontriksi dada (dada terasa berat),
3) Wheezing,
4) Batuk non produktif
5) Takikardi
6) Takipnea
6. Cara Perawatan
a. Minum yang cukup supaya tidak terjadi dehidrasi dan secret (dahak) encer
b. Mengurangi sekresi lendir
Minum yang cukup supaya tidak terjadi dehidrasi dan sekret encer
c. Pengeluaran sekresi bronkial dengan cara: postural drainage, clapping, vibrasi dan
latihan batuk efektif.
Postural drainage
Pengeluaran sekret dengan prinsip gravitasi bumi
Caranya:
Posisikan klien sesuai bagian paru yang mengandung banyak sekret (untuk
membersihkan paru kanan maka klien miring kiri dan begitu jg sebaliknya), lanjutkan
dengan prosedur clapping dan vibrasi, lakukan 10-15 menit.
Clapping dan vibrasi
Caranya:
Atur posisi klien, duduk atau miring. Menepuk punggung dengan kedua tangan
masing-masing sisi 30 kali tepukan, sampai ada rangsangan batuk. Vibrasi dilakukan
dengan cara melakukan getaran-getaran lembut disamping depan cekungan iga saat
klien menarik napas dalam.
Batuk Efektif
Batuk efektif merupakan latihan batuk yang mengeluarkan sekret (Kusyati, 2006:263).
Caranya:
Anjurkan klien menarik napas dalam, tahan selama 3 detik dan batukkan. Sekret
ditampung dalam sputum pot. Postural drainase, clapping, vibrasi dan batuk efektif
dilakukan secara berurutan sebagai suatu paket manajemen pengeluaran sekret.
DAFTAR PUSTAKA
Kusyati, Eni. 2006. Keterampilan dan Prosedur Laboratorium Dasar. Jakarta: EGC
Somantri, Irman. 2008. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan.
Jakarta: Salemba Medika.
Smeltzer & Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner Suddarth. Volume 2
Ed 8. Jakarta EGC
Dokumentasi Pendidikan Kesehatan di Ruangan Gardenia