Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

GINEKOLOGI (ABORTUS IMMINEN)


DI RSUD DR R SOEDARSONO

Disusun Oleh :
Dea Septiawati
P17221172015

KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
JL. A YANI NO 1 LAWANG TLP 0341 427391 FAX 0341 426952
KAMPUS II LAWANG
A. Pengertian

Abortus adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20

minggu, di mana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks

(Wiknjosastro, 2005). Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh

akibat”tertentu”)pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah

kehamilan belum mampu untuk hidup di luar kandungan. (Saifuddin, 2007)

Abortus imminen adalah perdarahan bercak yang menunjukkan ancaman terhadap

kelangsungan sauatu kehamilan. Dalam kondisi seperti ini kehamilan masih mungkin

berlanjut atau dipertahankan. (Syaifudin. Bari Abdul, 2000). Abortus imminen adalah

perdarahan pervaginam pada kehamilan kurang dari 20 minggu, tanpa tanda-tanda dilatasi

serviks yang meningkat. (Mansjoer, Arif M, 1999). Abortus imminen adalah pengeluaran

secret pervaginam yang tampak pada paruh pertama kehamilan (William Obstetri, 1990)

B. Etiologi

Penyebab abortus merupakan gabungan dari beberapa faktor Umumnya abortus

didahului oleh kematian janin. Faktor-faktor yang yang dapat menyebabkan terjadinya abortus

adalah:

1. Faktor Janin

Kelainan yang sering dijumpai pada abortus adalah kelainan perkembangan zigot ,

embrio, janin atau plasenta. Kelainan tersebut biasanya menyebabkan abortus pada

trimester pertama, yakni:

b. Kelainan telur, telur kosong (blighted ovum), kerusakan embrio atau kerusakan

kromosom (monosomi,trisomi,atau poliploidi)

c. Embrio dengan kelainan lokal


d. Abnormalitas pembentukan plasenta (hiplopasi trofoblas)

Produk konsepsi yang abnormal menjadi penyebab terbanyak dari abortus

spontan. Paling sedikit 10% hasil konsepsi manusia mempunyai kelainan kromosom dan

sebagian besar akan gugur. (Benson, 2008)

2. Faktor Maternal

a. Infeksi

Infeksi maternal dapat membawa dapat membawa resiko bagi janin yang sedang

berkembang , terutama pada akhir trimester pertama atau awal trimester kedua.

b. Virus

Rubella, sitomegalo virus, virus herpes simpleks, varicella zoster, vaccinia, campak,

hepatitis, polio,dan ensefalomeilitis.

c. Bakteri- misalnya Salmonella typi.

d. Parasit- misalnya Toxoplasma gondii, plasmodium.

e. Penyakit vaskular-misalnya hipertensi vaskular

f. Penyakit endrokin

Abortus spontan dapat terjadi bila produksi progesteron tidak mencukupi atau pada

penyakit disfungsi tiroid:defisiensi insulin.

g. Faktor Imunologis

Ketidakcocokan (Inkompatibilitas) sistem HLA (Human Leukocyte Antigen)

h. Trauma

Kasusnya jarang terjadi, umumnya abortus terjadi segera setelah trauma tersebut,

misalnya trauma akibat pembedahan:


1) Pengangkatan Ovarium yang mengandung korpus luteum gravidatum sebelum

minggu ke-8

2) Pembedahan intraabdominal dan operasi pada uterus pada saat hamil.

i. Kelainan Uterus

Hipoplasia uterus, mioma(terutama mioma submukosa),serviks inkompeten

atau retroflexio uteri gravidi incarcerata.

j. Faktor psikosomatik _pengaruh dari faktor ini masih dipertanyakan.

3. Faktor Eksternal

a. Radiasi

Dosis 1-10 rad bagi janin pada usia 9 minggu pertama dapat merusak janin dan dosis

yang lebih tinggi dapat menyebabkan keguguran.

b. Obat-obatan

Antagonis asam folat,antikoagulan,dan lain-lain.Sebaiknya tidak menggunakan obat-

obatan sebelum kehamilan 16 minggu, kecuali telah di buktikan bahwa obat tersebut

tidak membahyakan janin ,atau untuk pengobatan penyakit ibu yang parah.

c. Bahan-bahan kimia lainnya, seperti bahan yang mengandung arsen dan benzen.

C. Klasifikasi Abortus :

1. Abortus spontanea

Abortus spontanea adalah abortus yang terjadi tanpa tindakan atau terjadi dengan

sendirinya. Aborsi ini sebagian besar terjadi pada gestasi bulan kedua dan ketiga. Abortus

spontan terdiri dari beberapa jenis yaitu:

a. Abortus Imminens
Abortus Imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan

sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya

dilatasi serviks.

Gejala-gejala abortus imminens antara lalin :

1) perdarahan pervagina pada paruh pertama kehamilan. Perdarahan biasanya terjadi

beberapa jam sampai beberapa hari. Kadang-kadang terjadi perdarahan ringan

selama beberapa minggu.

2) nyeri kram perut. Nyeri di anterior dan jelas bersifat ritmis, nyeri dapat berupa

nyeri punggung bawah yang menetap disertai perasaan tertekan di panggul, atau

rasa tidak nyaman atau nyeri tumpul di garis tengah suprapubis.

Untuk pemeriksaan penunjang abortus imminen digunakan Sonografi vagina,

pemeriksaan kuantitatif serial kadar gonadotropin korionik (HCG) serum, dan kadar

progesteron serum, yang diperiksa tersendiri atau dalam berbagai kombinasi, untuk

memastikan apakah terdapat janin hidup intrauterus. Selain itu, juga digunakan

tekhnik pencitraan colour and pulsed Doppler flow per vaginam dalam

mengidentifikasi gestasi intrauterus hidup. Jika konseptus meninggal, uterus harus

dikosongkan. Semua jaringan yang keluar harus diperiksa untuk menentukan apakah

abortusnya telah lengkap. Kecuali apabila janin dan plasenta dapat didentifikasi secara

pasti, mungkin diperlukan kuretase. Ultrasonografi abdomen atau probe vagina dapat

membantu dalam proses pengambilan keputusan ini. Apabila di dalam rongga uterus

terdapat jaringan dalam jumlah signifikan, maka dianjurkan dilakukan kuretase.

Penanganan abortus imminens meliputi :


1) Istirahat baring Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan,

karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan

berkurangnya rangsang mekanik.

2) Terapi hormon progesteron intramuskular atau dengan berbagai zat progestasional

sintetik peroral atau secara intramuskular. Walaupun bukti efektivitasnya tidak

diketahui secara pasti.

3) Pemeriksaan ultrasonografi

b. Abortus Insipiens

Abortus Insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20

minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat tetapi hasil konsepsi

masih dalam uterus.

Gejala-gejala abortus insipiens adalah:

1) rasa mules lebih sering dan kuat

2) perdarahan lebih banyak dari abortus imminens.

3) Nyeri karena kontraksi rahim kuat yang dapat menyebabkan pembukaan.

Pengeluaran hasil konsepsi dapat dilaksanakan dengan kuret vakum atau dengan

cunam ovum, disusul dengan kerokan. Penanganan Abortus Insipiens meliputi :

1) jika usia kehamilan kurang 16 minggu, lakukan evaluasi uterus dengan aspirasi

vakum manual. Jika evaluasi tidak dapat dilakukan, maka segera lakukan :

a) Berikan ergomefiin 0,2 mg intramuskuler (dapat diulang setelah 15 menit bila

perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulang sesudah 4 jam bila

perlu).

b) Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus.


2) Jika usia kehamilan lebih 16 minggu :

a) Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi sisa-sisa hasil konsepsi.

b) Jika perlu, lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan intravena

(garam fisiologik atau larutan ringer laktat dengan kecepatan 40 tetes permenit

untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi.

c) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan

c. Abortus Inkompletus

Abortus Inkompletus merupakan pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada

kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Apabila

plasenta (seluruhnya atau sebagian) tertahan di uterus, cepat atau lambat akan terjadi

perdarahan yang merupakan tanda utama abortus inkompletus. Pada abortus yang

lebih lanjut, perdarahan kadang-kadang sedemikian masif sehingga menyebabkan

hipovolemia berat. Gejala-gejala yang terpenting adalah:

1) Setelah terjadi abortus dengan pengeluaran jaringan, perdarahan berlangsung terus.

2) Servux sering tetap terbuka karena masih ada benda di dalam rahim yang dianggap

corpus allienum, maka uterus akan berusaha mengeluarkannya dengan kontraksi.

Tetapi setelah dibiarkan lama, cervix akan menutup.

Penanganan abortus inkomplit :

1) Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang 16 minggu, evaluasi

dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk mengeluarkan hasil

konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2

mg intramuskuler atau misoprostol 400 mcg per oral.


2) Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan kurang 16

minggu, evaluasi hasil konsepsi dengan :

a) Aspirasi vakum manual merupakan metode evaluasi yang terpilih. Evakuasi

dengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi vakum manual

tidak tersedia.

b) Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera beri ergometrin 0,2 mg

intramuskuler (diulang setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg

peroral (dapat diulang setelah 4 jam bila perlu).

3) Jika kehamilan lebih dari 16 minggu:

a) Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan intravena (garam

fisiologik atau ringer laktat) dengan kecepatan 40 tetes permenit sampai terjadi

ekspulsi hasil konsepsi

b) Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg per vaginam setiap 4 jam sampai

terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800 mcg)

c) Evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.

d) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.

d. Abortus kompletus

Pada jenis abortus ini, semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan. Pada penderita

ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup, dan uterus sudah banyak

mengecil. Diagnosis dapat dipermudah apabila hasil konsepsi dapat diperiksa dan

dapat dinyatakan bahwa semuanya sudah keluar dengan lengkap. Klien dengan

abortus kompletus tidak memerlukan pengobatan khusus, hanya apabila penderita


anemia perlu diberikan tablet sulfas ferrosus 600 mg perhari atau jika anemia berat

maka perlu diberikan transfusi darah.

2. Abortus provokatus (abortus yang sengaja dibuat)

Abortus provokatus adalah peristiwa menghentikan kehamilan sebelum janin

dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada umumnya dianggap bayi belum dapat hidup diluar

kandungan apabila kehamilan belum mencapai umur 28 minggu, atau berat badan bayi

belum 1000 gram, walaupun terdapat kasus bahwa bayi dibawah 1000 gram dapat terus

hidup.

a. Missed abortion

Kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin yang telah mati itu tidak

dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih. Etiologi missed abortion tidak diketahui,

tetapi diduga pengaruh hormone progesterone. Pemakaian Hormone progesterone

pada abortus imminens mungkin juga dapat menyebabkan missed abortion. Gejala

missed abortion adalah :

1) Tanda-tanda abortus imminens yang kemudian menghilang secara spontan atau

setelah pengobatan.

2) Gejala subyektif kehamilan menghilang,

3) Mamma agak mengendor lagi,

4) Uterus tidak membesar lagi malah mengecil,

5) Tes kehamilan menjadi negatif

6) Gejala-gejala lain yang penting tidak ada, hanya amenorhoe berlangsung terus.

b. Abortus Habitualis
Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut

turut. Pada umumnya penderita tidak sukar menjadi hamil, tetapi kehamilannya

berakhir sebelum 28 minggu.

D. Patofisiologi

Patofisiologi terjadinya keguguran mulai dari terlepasnya sebagian atau seluruh

jaringan placenta menyebabkan perdarahan, sehingga janin kekurangan nutrisi dan O2.

Bagian yang terlepas dianggap benda asing, sehingga rahim berusaha untuk mengeluarkan

dengan kontraksi. Pengeluaran tersebut dapat terjadi spontan seluruhnya sebagian masih

tertinggal, yang menyebabkan berbagai penyulit. Oleh karena itu keguguran memberikan

gejala umum sakit perut, karena kontraksi rahim, terjadi perdarahan dan disertai pengeluaran

seluruh atau sebagian hasil konsepsi. Bentuk perdarahan bervariasi di antaranya :

1. Sedikit-sedikit dan berlangsung lama.

2. Sekaligus dalam jumlah yang besar dapat disertai gumpalan.

3. Akibat perdarahan tidak menimbulkan gangguan apapun, dapat menimbulkan syok, nadi

meningkat, tekanan darah turun, tampak anemis dan daerah akral dingin. Bentuk

pengeluaran hasil konsepsi bervariasi :

1. Umur hamil di bawah 14 minggu, di mana placenta belum terbentuk sempurna,

dikeluarkan seluruh atau sebagian hasil konsepsi.

2. Di atas 10 minggu, dengan pembentukan placenta sempurna dapat didahului dengan

ketuban pecah diikuti pengeluaran hasil konsepsi dan dilanjutkan dengan pengeluaran

placenta, berdasarkan proses persalinannya dahulu disebut persalinan imaturus.

3. Hasil konsepsi tidak dikeluarkan lebih dari minggu sehingga terjadi ancaman baru dalam

bentuk gangguan pembekuan darah.


Berbagai bentuk perubahan hasil konsepsi yang tidak dikeluarkan dapat terjadi

1. Mola karnosa: hasil konsepsi menyerap darah, terjadi gumpalan mirip daging.

2. Mola tuberosa: amnion berbenjol-benjol, karena terjadi hematoma antara amnion dan

korion.

3. Fetus kompresus: janin mengalami mumifikasi, terjadi penyerapan kalsium dan tertekan

sampai gepeng.

4. Fetus papiraseus: kompresi fetus berlangsung terus, terjadi penipisan laksana kertas.

5. Blighted ovum: hasil konsepsi yang dikeluarkan tidak mengandung janin, hanya benda

kecil yang tidak berbentuk.

6. Missed abortion: hasil konsepsi yang tidak dikeluarkan lebih dari 6 minggu. Bila

keguguran pada umur lebih tua dan tidak segera dikeluarkan dapat terjadi maserasi

dengan ciri kulit mengelupas, tulang belakang kepala berimpitan dan perut membesar

karena asites/pembentukan gas. (Manuaba,1998)

E. Pemeriksaan Penunjang

1. Hasil USG Menunjukkan:

a. Buah kehamilan masih utuh,ada tanda kehidupan janin.

b. Meragukan

c. Buah kehamilan tidak baik, janin mati.

d. Tes kehamilan positif jika janin masih hidup dan negatif bila janin sudah mati

e. pemeriksaan Dopler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup

f. pemeriksaan fibrinogen dalam darah pada missed abortion

2. Data laboratorium
a. Tes urine
b. hemoglobin dan hematokrit
c. menghitung trombosit
d. kultur darah dan urine
3. Pemeriksaan ginekologi :
a. Inspeksi Vulva : perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi,

tercium bau busuk dari vulva


b. Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudahtertutup, ada

atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau busuk

dari ostium.
c. Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan

dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri

saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, cavum douglas tidak

menonjol dan tidak nyeri. (Ratihrochmat, 2009)

F. Penatalaksanaan

Istirahat – baring. Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan, karena

cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurangnya rangsangan

mekanik. Anjurkan untuk tidak melakukan aktivitas fisik secara berlebihan atau melakukan

hubungan seksual. Bila perdarahan:

1. Berhenti: Lakukan asuhan antenatal terjadual dan penilaian ulang bila terjadi perdarahan

lagi.
2. Terus Berlangsung: Nilai kondisi janin (uji kehamilan / USG).Lakukan konfirmasi

kemungkinan adanya penyebab lain (hamil ektopik atau mola hidatitosa)


3. Pada fasilitas kesehatan dengan sarana terbatas , pemantauan hanya dilakukan melalui

gejala klinik dan hasil pemeriksaan ginekologik.


4. Terapi defesiensi hormon pada abortus iminen

Jenis hormon Dosis awal Dosis pemeliharaan

Ditrogesteron 40mg per oral 10mg setiap 8 jam

Alilesterenol 20mg per oral 5mg setiap 8 jam


Hidroksiprogesteron 500 mg intramuskuler 250mg setiap 12 jam,bila ada

kaproag perbaikan, lanjutkan dengan

250mg perhari hingga 7 hari

setelah perdarah berhenti.


a. Asam mefenamat
Digunakan sebagai anti prostaklandin dan penghilang nyeri tetapi efektifitasnya dalam

mengatasi ancaman abortus, belum dapat dikatakan memuaskan.


b. Penenang penobarbital 3x30 gram valium
c. Anti pendarahan: Adona ,Transami
d. Vit B Komplek
e. Hormon progesteron
f. Penguat plasenta: gestanom,dhopaston
g. Anti kontraksi Rahim:Duadilan,papaverin
A. Pathway

Infeksi akut Gangguan Gangguan Trauma Gangguan faal


endokrin Gizi/Anemia organ

Abortus (mati janin


<20 minggu)

Abortus Abortus Retensi Janin Abortus Resiko


Infeksiosa Spontan (missed abortion) tinggi

Abortus Perdarahan, bercak ada


Imminens ancaman kehamilan

Perdarahan Nyeri abdomen Kurang


pengetahuan

Nyeri akut ansietas


Shock

Risiko infeksi

Kekurangan
volume cairan
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
I. DATA UMUM
1. IDENTITAS
a. Identitas Klien
1) Nama : Ny. M
2) Umur : 39 tahun
3) Jenis kelamin : Perempuan
4) Agama : Islam
5) Pendidikan : S1
6) Pekerjaan : Swasta
7) Suku dangsa : Jawa / Indonesia
8) Alamat : Semarang
9) Diagnose medis : Abortus Imminens
10) Tanggal dan jam masuk : 09-12-2018, jam 06:30 WIB
b. Identitas Penanggungjawab
1) Nama : Tn. H
2) Umur : 45 tahun
3) Jenis kelamin : Laki - laki
4) Agama : Islam
5) Pendidikan : S1
6) Pekerjaan : Swasta
7) Suku dangsa : Jawa/ Indonesia
8) Hubungan dengan klien : Suami
2. Status Kesehatan saat ini
Keluhan utama : Keluar darah dari jalan lahir.
Alasan masuk rumah sakit : Klien mengeluh keluar darah bercak-bercak dari jalan lahir
setelah melakukan aktifitas , berwarna merah jambu, selain itu klien mengeluh nafsu
kan berkurang merasa lemas dan pusing , kadang merasa mual dan mntah dan nyeri di
bagian bawah perut ,kemudian jam 18:30 sampai di bawa ke RS Romani jam 18:45
ditangani di IGD.
3. Riwayat kesehatan lalu
Pernah dirawat : Klien mengatakan pernah di rawat di RS waktu melahirkan anak yang
pertama dan kedua
Alergi : Klien mengatakan tidak ada alergi terhadap obat-obatan, namun ada alergi
terhadap makanan, seperti teri dan sejenis ikan laut
Imunisasi : Klien mengatakan mendapatkan imunisasi lengkap (TT 1, TT 2)
4. Riwayat obstetrik masa lalu
Riwayat obstetrik masa lalu G3P2A0

Jumlah Gangguan Proses Umur Tempat Masalah Masalah Masalah Keadaa


anak kehamilan persalinan persalinan persalinan nifas/ bayi n anak
laktasi
1 Mual – mual Normal 4 tahun RS Tidak ada Tidak ada Tidak Sehat
selama 3 bulan Romani masalah masalah ada
masalah
2 Nafsu makan Normal 2 tahun RS Tidak ada Tidak ada Tidak Sehat
berkurang Romani masalah masalah ada
masalah
3 Hamil ini Abortus 12 RS - - - -
imminens minggu Romani
5. Keluarga berencana
Penyakit yang pernah diderita anggota keluarga : Klien mengatakan dalam anggota
keluarganya tidak yang menderita penyakit hipertensi, tyfus, anemia berat.
6. Riwayat kesehatan lingkungan
Kebersihan rumah dan lingkungan : Klien mengatakan selalu menjaga kebersihan
rumah dan lingkungan sekitarnya.

II. POLA KESEHATAN FUNGSIONAL


1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
a) Persepsi klien tentang kesehatan diri : Klien mengatakan kesehatan sangat penting.
b) Pengetahuan dan persepsi klien tentang penyakit dan perawatannya : Klien
mengatakan kurang paham kenapa kehamilannya saat ini keguguran.
c) Upaya yang biasa dilakukan dalam mempertahankan kesehatan : Klien mengatakan
ingin selalu menjaga kesehatannya dengan mengatur pola makan.
d) Kemampuan pasien untuk mengontrol kesehatan : Klien mengatakan saat sakit klien
hanya membeli obat-obatan dari warung dan di perikasakan di puskesmas terdekat.
e) Faktor sosio ekonomi : Klien mengatakan penghasilan suaminya dapat mencukupi
kebutuhan dalam kesehariannya.
2. Pola nutrisi dan metabolic
a) Pola makan :
Sebelum sakit : KLien makan 3x sehari, dengan porsi (nasi, lauk, dan sayur)
Selama sakit : Klien makan 3 x sehari menu dari rumah sakit dan hanya menghabiskan
2-3 sendok.
b) Pola minum :
Sebelum sakit : Klien minum ± 1500cc dalam sehari, air putih terkadang the hangat.
Selama sakit : Klien minum ± 1-2 gelas dalam sehari yang jenisnya air putih, dan teh.
3. Pala eliminasi
a) BAB
Sebelum sakit : Klien BAB 1x/sehari, berwarna kuning, konsistensi lembek
Selama sakit : Klien mengatakan selama di rawat belum BAB dalam 1 hari
b) Eliminasi BAK
Sebelum sakit : Klien BAK 3-4x/hari
Selama sakit : Klien BAK 1-2x/hari
4. Pola aktifitas dan latihan
Pekerjaan klien hanya sebagai ibu rumah tangga.
5. Pola istirahat dan tidur
Sebelum sakit : Klien istirahat tidur ± 7-8 jam pada malam hari, 2-3 jam pada siang
hari. Selama sakit : Klien istirahat tidur ± 5-6 jam pada malam hari, 1-2 jam pada siang
hari.
6. Pola kognitif perceptual sensori
Klien merasa lemas dan nyeri sedang didareh uterus
7. Pola persepsi diri dan konsep diri
Klien berharap untuk hamil yang berikutnya tidak akan mengalami hal lagi seperti saat
ini.
8. Pola mekanisme koping
Klien selalu meminta pendapat dari suami apabila ada.
9. Pola seksual-Reproduksi
Klien seorang perempuan dan mengerti tentang fungsi seksualnya
10. Pola Peran-Berhubungan dengan orang lain
Klien mampu berkomunikasi dengan baik.
11. Pola Nilai Kepercayaan
Klien menjalankan ibadah sebagai umat muslim seperti solat 5 waktu.

III. Pemeriksaan Fisik


1. Kesadaran : Composmentis
2. Penampilan : Lemah, dan agak pucat
3. Vital sign : TD: 110/70 mmHg, N : 90 x/ menit, RR : 18 x/menit, t: 37,0’ C.
4. Kepala : bentuk mesosecphal, rambut berwarna hitam, tidak ada ketombe dan
tidak rontok.
5. Mata : penglihatan normal, ukuran pupil 2mm, reflek cahaya baik, konjungtiva anemis,
sklera tidak ikterik.
6. Hidung : bentuk simetris, tidak ada secret, tidak ada sinus, tidak ada nafas cuping
hidung, tidak terpasang oksigen.
7. Telinga : bentuk simetris, pendengaran masih normal, tidak ada serumen
8. Mulut dan Tenggorokan: tidak ada kesulitan menelan dan tidak ada gangguan bicara,
gigi warna putih, tidak ada karies gigi, membran mukosa kering, tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid.
9. Dada
Paru-paru :
Inspeksi : bentuk simetris
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Terdengar bunyi vesikuler
10. Abdomen
Inspeksi : sedikit buncit
Auskultrasi : peristaltic usus 15x/menit
Perkusi : pekak
Palpasi : nyeri tekan di mons pubis
11. Genetalia : terdapat perdarahan
12. Ekstremitas atas dan bawah
tidak ada oedem. Capillary revil kurang dari 2 detik. Tangan kiri terpasang infuse RL
20 tpm.
13. Kulit
warna sawo matang, kelembaban kulit kering, turgor kulit jelek ,kebersihan terjaga.
14. Data Penunjang
Pemeriksaan laboratorium tanggal 09/12/18

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal


Leukosit 7,63 10’3/UL 3,6-11
Hemoglobin 10,80 g/dl 11,7-15,5
Trombosit 217 10’3/UL 150-440
Hematokrit 47 % 33-45

Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul


a. Nyeri akut berhubungan dengan adanya kontraksi uterus dalam kehamilan muda
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan adanya pendarahan
c. Ansietas berhubungan dengan kemungkinan akan kehilangan janin
d. Risiko Infeksi b.d perdarahan, dan kondisi vulva lembab
e. Defisiensi pengetahuan sebab – sebab terjadinya keguguran berhubungan dengan kurang
informasi.

B. ANALISA DATA

Tanggal Data Fokus Diagnosa Keperawatan


11/12/18 DS : klien mengatakan nyeri pada bagaian bawah perut Nyeri berhubungan dengan
P : Saat gerak
kontraksi uterus
Q : Seperti di remes - remes
R : Bagian bawah perut
S : 5 (sedang)
T : kurang lebih 5 menit
DO : klien tampak meringis menahan nyeri
11/12/18 DS : klien mengatakan keluar darah dari jalan rahim Kekurangan volume cairan
klien mengatakan sering haus
berhubungan dengan
DO : Klien tampak lemah dan agak pucat, turgor kulit
kehilangan cairan
jelek, kelembaban kulit kering, mukosa bibir kering,
(perdarahan)
TD: 110/70 mmHg, N : 90 x/ menit, t: 37,0’ C.
± 15 cc
11/12/18 DS : klien mengatakan lemas dan cepat lelah saat Intoleransi aktifitas
beraktifitas berhubungan dengan
kelemahan umum
DO : pasien tampak menahan kesakitan, terpasang infus
RL 20 tpm TD: 100/70 mmHg, RR : 16x/mnt

C. INTERVENSI

No/Tgl Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi


11/12/18 Nyeri berhubungan Setelah dilakukan - Kaji nyeri
-Ciptakan lingkungan nyaman
dengan kontraksi uterus tindakan keperawatan
-Ajarkan tehnik distraksi dan
selama 3x24 jam di
relaksasi
harapakan dengan kh; -Kolaborasi dengan tim medis
-klien dapat berkurang
nyerimya
11/12/18 Kekurangan volume Setelah dilakukan -Kaji K.U dan TTV
-Kaji perdarahan
cairan berhubungan tindakan keperawatan
-Anjurkan klien untuk banyak
dengan kehilangan selama 3x24 jam
minum
cairan (perdarahan) volume cairan klien -Kolaborasi dengan tim medis
terpenuhi dalam pemberian obat
11/12/18 Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan -Anjurkan klien untuk tirah
berhubungan dengan tindakan keperawatan baring
-Bantu klien dalam beraktifitas
kelemahan umum selama 3x24 jam klien
-Identifikasi aktifitas yang
dapat beraktifitas
masih dapat dilakukan klien
seperti semula dengan
kh ;
- klien dapat
melakukan aktifitas
secara mandiri
-tidak ada kelelahan
- HR dalam batasan
normal80-100 x/menit

D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

No.DX Tanggal/jam Implementasi Evaluasi Ttd

1 Selasa  Mengkaji K.U dan TTV S : Klien mengatakan badannya ulil


11/12/18  Mengkaji pendarahannya terasa lemas dan keluar darah
 Menganjurkan klien
Jam 19:00 dari jalan rahim cukup banyak
untuk banyak minum
S; klien mengatakan O : Klien tampak lemah dan
badannya lemas agak pucat TD : 110/70,
O; klien tampak lemas N:80x/mnt, RR:16x/mnt, S:37,0
c,
Perdarahan 15 cc
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
2 Selasa  Mengkaji nyeri S : Klien mengatakan nyeri ulil
S; klien mengatakan nyeri pada bagian bawah perut
11/12/18
di bagian bawah perut P : Saat gerak
Jam 20:30
0; klien tampak meringis Q : seperti di remas - remas
R : Bagian bawah perut
kesakitan S : 5 (sedang)
 Menganjurkan klien untuk T : kurang lebih 5 menit
istirahat total Klien mau melakukan nafas
 Mengajarkan klien untuk dalam
relaksasi Klien mengatakan masih belum
S; klien mengatakan bisa beraktifitas secara madiri.
paham apa yang telah di O : klien masih tampak
ajarkan perawat meringis kesakitan dan lemah
O; klien paham dan mau Klien tampak rilek
A : masalah terasa sebagian
melakukanya mandiri P : lanjutkan intervensi
 Mengidentifikasi aktifitas
klien yang masih bisa
dilakukan
1 Rabu  Mengkaji K.U dan TTV S : Klien mengatakan badannya ulil
S: pasien mengatakan terasa sudah tidak lemas dan
12/12/18
agak membaik
Jam 08:10 keluar darah dari jalan rahim
O; klien tampak sudah
sudah berkurang
tidak lemas
O : Klien tampak sudah tidak
Ttv; TD; 110/80 ,
pucat , TD : 110/80, N:80x/mnt,
N:80x/mnt, RR:20x/mnt,
RR:20x/mnt, S:36’c,
S:36’c,
Perdarahan 10 cc
Perdarahan 15 cc
Aktifitas klien sudah mulai
 Mengkaji pendarahannya mandiri.
 Menganjurkan klien A : masalah teratasi sebagian
untuk tirah baring P : lanjutkan intervensi
S; klien mengatakan
bersedia untuk di lakukan
tirah baring
O; klian tampak nyaman

3 Rabu  Mengkaji K.U dan TTV S : Klien mengatakan badannya ulil


12/12/18  Mengkaji pendarahannya terasa sudah tidak lemas dan
Jam 10:00 keluar darah dari jalan rahim
sedikit (flek-flek)
O : Klien tampak sudah tidak
pucat , TD : 120/80, N:84x/mnt,
RR:20x/mnt, S:36’c,
A : masalah teratasi
P :Optimalkan intervensi
DAFTAR PUSTAKA

1. Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.


2. Herdman, T.H. 2015. Nanda International Inc. Diagnosis Keperawatan: definisi &
Klasifikasi 2015-2017. Edisi 10. Jakarta: EGC.
3. Jhonson, Marion dkk. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC). St. Louise,
Misouri: Mosby, Inc.
4. McCloskey, Joanne C, 2008. Nursing Intervention Classification (NIC). St. Louise,
Misouri: Mosby, Inc.

5. Carpenito, Lynda, (2001), Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.
6. Affandi B, Adriaansz G, Gunardi ER, Koesno H. Buku panduan praktis kontrasepsi
pelayanan kontrasepsi. Edisi 3. Jakarta: PT Bina Pustaka
7. Sarwono Prawirohardjo; 2011. American Diabetes Association. Standards of medical care
in diabetes. Diabetes Care 2011: 34(1); S11-61.
8. American Heart Association. Part 5: Adult Basic Life Support: 2010 American Heart
Association Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency
Cardiovascular Care Science. Circulation 2010;122:S685-S705.
9. American Heart Association. Part 12: Cardiac Arrest in Special Situations: 2010
American Heart Association Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and
Emergency Cardiovascular Care Science. Circulation 2010;122:S829-S861.
1.

Anda mungkin juga menyukai