Disusun Oleh :
Dea Septiawati
P17221172015
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
JL. A YANI NO 1 LAWANG TLP 0341 427391 FAX 0341 426952
KAMPUS II LAWANG
A. Pengertian
Abortus adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20
minggu, di mana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks
kelangsungan sauatu kehamilan. Dalam kondisi seperti ini kehamilan masih mungkin
berlanjut atau dipertahankan. (Syaifudin. Bari Abdul, 2000). Abortus imminen adalah
perdarahan pervaginam pada kehamilan kurang dari 20 minggu, tanpa tanda-tanda dilatasi
serviks yang meningkat. (Mansjoer, Arif M, 1999). Abortus imminen adalah pengeluaran
secret pervaginam yang tampak pada paruh pertama kehamilan (William Obstetri, 1990)
B. Etiologi
didahului oleh kematian janin. Faktor-faktor yang yang dapat menyebabkan terjadinya abortus
adalah:
1. Faktor Janin
Kelainan yang sering dijumpai pada abortus adalah kelainan perkembangan zigot ,
embrio, janin atau plasenta. Kelainan tersebut biasanya menyebabkan abortus pada
b. Kelainan telur, telur kosong (blighted ovum), kerusakan embrio atau kerusakan
spontan. Paling sedikit 10% hasil konsepsi manusia mempunyai kelainan kromosom dan
2. Faktor Maternal
a. Infeksi
Infeksi maternal dapat membawa dapat membawa resiko bagi janin yang sedang
berkembang , terutama pada akhir trimester pertama atau awal trimester kedua.
b. Virus
Rubella, sitomegalo virus, virus herpes simpleks, varicella zoster, vaccinia, campak,
f. Penyakit endrokin
Abortus spontan dapat terjadi bila produksi progesteron tidak mencukupi atau pada
g. Faktor Imunologis
h. Trauma
Kasusnya jarang terjadi, umumnya abortus terjadi segera setelah trauma tersebut,
minggu ke-8
i. Kelainan Uterus
3. Faktor Eksternal
a. Radiasi
Dosis 1-10 rad bagi janin pada usia 9 minggu pertama dapat merusak janin dan dosis
b. Obat-obatan
obatan sebelum kehamilan 16 minggu, kecuali telah di buktikan bahwa obat tersebut
tidak membahyakan janin ,atau untuk pengobatan penyakit ibu yang parah.
c. Bahan-bahan kimia lainnya, seperti bahan yang mengandung arsen dan benzen.
C. Klasifikasi Abortus :
1. Abortus spontanea
Abortus spontanea adalah abortus yang terjadi tanpa tindakan atau terjadi dengan
sendirinya. Aborsi ini sebagian besar terjadi pada gestasi bulan kedua dan ketiga. Abortus
a. Abortus Imminens
Abortus Imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan
sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya
dilatasi serviks.
2) nyeri kram perut. Nyeri di anterior dan jelas bersifat ritmis, nyeri dapat berupa
nyeri punggung bawah yang menetap disertai perasaan tertekan di panggul, atau
pemeriksaan kuantitatif serial kadar gonadotropin korionik (HCG) serum, dan kadar
progesteron serum, yang diperiksa tersendiri atau dalam berbagai kombinasi, untuk
memastikan apakah terdapat janin hidup intrauterus. Selain itu, juga digunakan
tekhnik pencitraan colour and pulsed Doppler flow per vaginam dalam
dikosongkan. Semua jaringan yang keluar harus diperiksa untuk menentukan apakah
abortusnya telah lengkap. Kecuali apabila janin dan plasenta dapat didentifikasi secara
pasti, mungkin diperlukan kuretase. Ultrasonografi abdomen atau probe vagina dapat
membantu dalam proses pengambilan keputusan ini. Apabila di dalam rongga uterus
3) Pemeriksaan ultrasonografi
b. Abortus Insipiens
minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat tetapi hasil konsepsi
Pengeluaran hasil konsepsi dapat dilaksanakan dengan kuret vakum atau dengan
1) jika usia kehamilan kurang 16 minggu, lakukan evaluasi uterus dengan aspirasi
vakum manual. Jika evaluasi tidak dapat dilakukan, maka segera lakukan :
perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulang sesudah 4 jam bila
perlu).
a) Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi sisa-sisa hasil konsepsi.
b) Jika perlu, lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan intravena
(garam fisiologik atau larutan ringer laktat dengan kecepatan 40 tetes permenit
c. Abortus Inkompletus
kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Apabila
plasenta (seluruhnya atau sebagian) tertahan di uterus, cepat atau lambat akan terjadi
perdarahan yang merupakan tanda utama abortus inkompletus. Pada abortus yang
2) Servux sering tetap terbuka karena masih ada benda di dalam rahim yang dianggap
1) Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang 16 minggu, evaluasi
dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk mengeluarkan hasil
konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2
dengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi vakum manual
tidak tersedia.
intramuskuler (diulang setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg
fisiologik atau ringer laktat) dengan kecepatan 40 tetes permenit sampai terjadi
b) Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg per vaginam setiap 4 jam sampai
d. Abortus kompletus
Pada jenis abortus ini, semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan. Pada penderita
ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup, dan uterus sudah banyak
mengecil. Diagnosis dapat dipermudah apabila hasil konsepsi dapat diperiksa dan
dapat dinyatakan bahwa semuanya sudah keluar dengan lengkap. Klien dengan
dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada umumnya dianggap bayi belum dapat hidup diluar
kandungan apabila kehamilan belum mencapai umur 28 minggu, atau berat badan bayi
belum 1000 gram, walaupun terdapat kasus bahwa bayi dibawah 1000 gram dapat terus
hidup.
a. Missed abortion
Kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin yang telah mati itu tidak
dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih. Etiologi missed abortion tidak diketahui,
pada abortus imminens mungkin juga dapat menyebabkan missed abortion. Gejala
setelah pengobatan.
6) Gejala-gejala lain yang penting tidak ada, hanya amenorhoe berlangsung terus.
b. Abortus Habitualis
Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut
turut. Pada umumnya penderita tidak sukar menjadi hamil, tetapi kehamilannya
D. Patofisiologi
jaringan placenta menyebabkan perdarahan, sehingga janin kekurangan nutrisi dan O2.
Bagian yang terlepas dianggap benda asing, sehingga rahim berusaha untuk mengeluarkan
dengan kontraksi. Pengeluaran tersebut dapat terjadi spontan seluruhnya sebagian masih
tertinggal, yang menyebabkan berbagai penyulit. Oleh karena itu keguguran memberikan
gejala umum sakit perut, karena kontraksi rahim, terjadi perdarahan dan disertai pengeluaran
3. Akibat perdarahan tidak menimbulkan gangguan apapun, dapat menimbulkan syok, nadi
meningkat, tekanan darah turun, tampak anemis dan daerah akral dingin. Bentuk
ketuban pecah diikuti pengeluaran hasil konsepsi dan dilanjutkan dengan pengeluaran
3. Hasil konsepsi tidak dikeluarkan lebih dari minggu sehingga terjadi ancaman baru dalam
1. Mola karnosa: hasil konsepsi menyerap darah, terjadi gumpalan mirip daging.
2. Mola tuberosa: amnion berbenjol-benjol, karena terjadi hematoma antara amnion dan
korion.
3. Fetus kompresus: janin mengalami mumifikasi, terjadi penyerapan kalsium dan tertekan
sampai gepeng.
4. Fetus papiraseus: kompresi fetus berlangsung terus, terjadi penipisan laksana kertas.
5. Blighted ovum: hasil konsepsi yang dikeluarkan tidak mengandung janin, hanya benda
6. Missed abortion: hasil konsepsi yang tidak dikeluarkan lebih dari 6 minggu. Bila
keguguran pada umur lebih tua dan tidak segera dikeluarkan dapat terjadi maserasi
dengan ciri kulit mengelupas, tulang belakang kepala berimpitan dan perut membesar
E. Pemeriksaan Penunjang
b. Meragukan
d. Tes kehamilan positif jika janin masih hidup dan negatif bila janin sudah mati
e. pemeriksaan Dopler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
2. Data laboratorium
a. Tes urine
b. hemoglobin dan hematokrit
c. menghitung trombosit
d. kultur darah dan urine
3. Pemeriksaan ginekologi :
a. Inspeksi Vulva : perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi,
atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau busuk
dari ostium.
c. Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan
dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri
saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, cavum douglas tidak
F. Penatalaksanaan
Istirahat – baring. Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan, karena
cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurangnya rangsangan
mekanik. Anjurkan untuk tidak melakukan aktivitas fisik secara berlebihan atau melakukan
1. Berhenti: Lakukan asuhan antenatal terjadual dan penilaian ulang bila terjadi perdarahan
lagi.
2. Terus Berlangsung: Nilai kondisi janin (uji kehamilan / USG).Lakukan konfirmasi
Risiko infeksi
Kekurangan
volume cairan
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
I. DATA UMUM
1. IDENTITAS
a. Identitas Klien
1) Nama : Ny. M
2) Umur : 39 tahun
3) Jenis kelamin : Perempuan
4) Agama : Islam
5) Pendidikan : S1
6) Pekerjaan : Swasta
7) Suku dangsa : Jawa / Indonesia
8) Alamat : Semarang
9) Diagnose medis : Abortus Imminens
10) Tanggal dan jam masuk : 09-12-2018, jam 06:30 WIB
b. Identitas Penanggungjawab
1) Nama : Tn. H
2) Umur : 45 tahun
3) Jenis kelamin : Laki - laki
4) Agama : Islam
5) Pendidikan : S1
6) Pekerjaan : Swasta
7) Suku dangsa : Jawa/ Indonesia
8) Hubungan dengan klien : Suami
2. Status Kesehatan saat ini
Keluhan utama : Keluar darah dari jalan lahir.
Alasan masuk rumah sakit : Klien mengeluh keluar darah bercak-bercak dari jalan lahir
setelah melakukan aktifitas , berwarna merah jambu, selain itu klien mengeluh nafsu
kan berkurang merasa lemas dan pusing , kadang merasa mual dan mntah dan nyeri di
bagian bawah perut ,kemudian jam 18:30 sampai di bawa ke RS Romani jam 18:45
ditangani di IGD.
3. Riwayat kesehatan lalu
Pernah dirawat : Klien mengatakan pernah di rawat di RS waktu melahirkan anak yang
pertama dan kedua
Alergi : Klien mengatakan tidak ada alergi terhadap obat-obatan, namun ada alergi
terhadap makanan, seperti teri dan sejenis ikan laut
Imunisasi : Klien mengatakan mendapatkan imunisasi lengkap (TT 1, TT 2)
4. Riwayat obstetrik masa lalu
Riwayat obstetrik masa lalu G3P2A0
B. ANALISA DATA
C. INTERVENSI
5. Carpenito, Lynda, (2001), Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.
6. Affandi B, Adriaansz G, Gunardi ER, Koesno H. Buku panduan praktis kontrasepsi
pelayanan kontrasepsi. Edisi 3. Jakarta: PT Bina Pustaka
7. Sarwono Prawirohardjo; 2011. American Diabetes Association. Standards of medical care
in diabetes. Diabetes Care 2011: 34(1); S11-61.
8. American Heart Association. Part 5: Adult Basic Life Support: 2010 American Heart
Association Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency
Cardiovascular Care Science. Circulation 2010;122:S685-S705.
9. American Heart Association. Part 12: Cardiac Arrest in Special Situations: 2010
American Heart Association Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and
Emergency Cardiovascular Care Science. Circulation 2010;122:S829-S861.
1.