Anda di halaman 1dari 51

PROPOSAL DAN LAPORAN RONDE KEPERAWATAN

DI RUANG MARWAH RSI MASYITHOH BANGIL


UntukmemenuhitugasPraktikKlinikKeperawatan
ManajemenKeperawatan

Oleh :
1. Aprilia Rachim P17221172016
2. Ana Mas’amah P17221173035
3. AngeliccaSunja P17221171014
4. Indah Mei Puspitasari P17221171007
5. DeaSeptiawati P17221172015
6. DyahSulistianingtyas P17221173040
7. Amalia Sholikhah J P17221173039
8. TyaDwiAnggraeni P17221174056
9. Kiki Ferliasari P17221174060
10. Shinta Wahyu Dewanti P17221174070
11. FitriYunita A P1601470097

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN LAWANG
FEBRUARI 2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut Gillies (1989) dalam Mugianti, Sri (2016) manajemen
keperawatan adalahsuatu proses
bekerjamelaluianggotastafkeperawatanuntukmemberikanasuhan, pengobatan
dan bantuanterhadap para pasien.Salah satustrategiuntukmengoptimalkanperan
dan
fungsiperawatdalampelayanankeperawatanadalahpembenahanmanajemenkepera
watankarenadenganadanyafaktorkelola yang optimal
diharapkanmampumenjadiwahanapeningkatankeefektifanpemberianpelayananke
perawatansekaliguslebihmenjaminkepuasanklienterhadappelayanankeperawatan
(Mugianti, 2016).
Langkah-langkah yang dapat diambil berupa penataan sistem pemberian
pelayanan keperawatan profesional mulai dari ketenagaan/pasien, penetapan
MAKP dan perbaikan dokumentasi keperawatan. Pemenuhan tingkat kepuasan
pasien ini dapat dimulai dengan upaya menggali kebutuhan pasien demi
tercapainya keberhasilan asuhan keperawatan. Metode yang dipilih untuk
menggali secara mendalam tentang kebutuhan pasien adalah dengan
melaksanakan ronde keperawatan. Dengan melaksanakan ronde keperawatan
diharapkan dapat memecahkan masalah keperawatan pasien melalui cara
berpikir kritis berdasarkan konsep asuhan keperawatan (Nursalam, 2014).
Ronde keperawatan merupakan suatu sarana bagi perawat untuk
membahas masalah keperawatan dengan melibatkan klien dan seluruh tim
keperawatan, konsultan keperawatan, serta tim kesehatan lain (dokter, ahli gizi,
rehabilitasi medik, farmasi). Selain menyelesaikan masalah keperawatan pasien,
ronde keperawatan juga merupakan suatu proses belajar bagi perawat dengan
harapan dapat meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor.
Kepekaan dan cara berpikir kritis perawat akan tumbuh dan terlatih melalui
suatu transfer pengetahuan dan pengaplikasian konsep teori secara langsung
pada kasus nyata. Dengan pelaksanaan ronde keperawatan yang
berkesinambungan diharapkan dapat meningkatkan kemampuan perawat
ruangan untuk berpikir secara kritis dalam peningkatan perawatan secara
professional. Dalam pelaksanaan ronde juga akan terlihat kemampuan perawat
dalam melaksanakan kerja sama dengan tim kesehatan yang lain guna mengatasi
masalah kesehatan yang terjadi pada klien (Nursalam,2007).
Kegiatan ini mempunyai karakteristik yaitu : Klien dilibatkan langsung,
klien merupakan fokus kegiatan, PP/ PA dan konselor melakukan diskusi.
Konselor memfasilitasi kreatifitas dan membantu mengembangkan kemampuan
PP dan PA dalam meningkatkan kemampuan mengatasi masalah keperawatan.
Adapun kriteria klien yang dilakukan ronde adalah sebagai berikut: Klien
dengan penyakit kronis, penyakit langka atau baru, klien dengan penyakit
komplikasi, klien dengan penyakit akut dan klien dengan permasalahan
keperawatan yang belum terselesaikan(Nursalam, 2002).
Pelayanan keperawatan yang perlu dikembangkan untuk mencapai hal
tersebut adalah dengan ronde keperawatan. Dimana ronde keperawatan
merupakan sarana bagi perawat baik perawat primer maupun perawat assosiate
untuk membahas masalah keperawatan yang terjadi pada klien yang melibatkan
klien dan seluruh tim keperawatan termasuk konsultan keperawatan. Salah satu
tujuan dari kegiatan ronde keperawatan adalah meningkatkan kepuasan klien
terhadap pelayanan keperawatan.

1.2 Tujuan
1.2.1 TujuanUmum
Mahasiswamampumenyelesaikanmasalahpasienmelaluipendekatanberpik
irkritis.
1.2.2 TujuanKhusus
Adapun tujuan ronde keperawatan adalah sebagai berikut:
1. Menumbuhkan cara berpikir secara kritis.
2. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berasal dari
masalah
klien.
3. Meningkatkan validitas data klien.
4. Menilai kemampuan justifikasi.
5. Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja.
6. Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana perawatan

1.3 Manfaat
1.3.1 BagiKlien :
a. Membantumenyelesaikanmasalahkliensehinggamempercepat masa
penyembuhan.
b. Mengurangi masa rawatinap
c. Memberikanperawatansecaraprofesional dan efektifkepadapasien.
d. Memenuhikebutuhanpasien.
1.3.2 BagiPerawat :
a. Dapatmeningkatkankemampuankognitif, afektif dan psikomotorperawat.
b. Menjalinkerjasamatimantarmultidisiplin.
c. Menciptakankomunitaskeperawatanprofesional.
1.3.3 BagiRumahSakit :
a. Meningkatkanmutupelayanan di rumahsakit
b. Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan keperawatan
c. Meningkatkan loyalitas konsumen terhadap rumah sakit
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Ronde Keperawatan


2.1.1 Pengertian Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk
mengatasi masalah keperawatan klien, dilakukan dengan melibatkan
pasien untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan. Pada
kasus tertentu harus dilakukan oleh perawat primer dengan konselor,
kepala ruangan, perawat assosiate serta melibatkan seluruh anggota tim
kesehatan (Nursalam, 2011)
2.1.2 Manfaat
1. Masalah pasien dapat teratasi
2. Kebutuhan pasien dapat terpenuhi
3. Terciptanya komunitas keperawatan yang profesional
4. Terjalinnya kerjasama antar tim kesehatan.
5. Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan dengan tepat
dan benar.
2.1.3 Kriteria klien
Klien yang dipilih untuk dilakukan ronde keperawatan adalah
klien yang memiliki kriteria sebagai berikut:
1. Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun
sudah dilakukan tindakan keperawatan
2. Klien dengan kasus baru atau langka
2.1.4 Peran masing-masing anggota tim
1.Perawat Primer (PP) dan Perawat Associate (PA)
a. Menjelaskan data klien yang mendukung masalah klien
b. Menjelaskan diagnosis keperawatan
c. Menjelaskan intervensi yang dilakukan
d. Menjelaskan hasil yang didapat
e. Menjelaskan rasional (alasan ilmiah) tindakan yang diambil
f. Menggali masalah-masalah klien yang belum terkaji
2. Perawat Konselor
a. Memberikan justifikasi
b. Memberikan reinforcement
c. Memvalidasi kebenaran dari masalah dan intervensi keperawatan
serta rasional tindakan
d. Mengarahkan dan koreksi
e. Mengintegrasikan konsep dan teori yang telah dipelajari
2.1.5 Alur Pelaksanaan Ronde Keperawatan

TAHAP PRA PP
2 RONDE

Penetapan Pasien

Persiapan Pasien :
 Informed Concent
 Hasil Pengkajian/
Validasi data

3  Apa diagnosis keperawatan?


TAHAP  Data apa yang mendukung?
4 PELAKSANAAN DI Penyajian  Bagaimana intervensi yang sudah
5 NURSE STATION Masalah dilakukan?
 Apa hambatan yang ditemukan?
6

7 TAHAP RONDE DI
Validasi data
BED KLIEN
8

Diskusi PP-PP, Konselor,


KARU

9 Lanjutan diskusi di
TAHAP PASCA
Nurse Station
10 RONDE
Simpulan dan
rekomendasi solusi
masalah
AplikasiHasilanalisisda
n diskusi

Masalah teratasi

2.1.6 Evaluasi
1. Evaluasi Struktur :
a. Ronde keperawatan dilaksanakan di Ruang Marwah RSI
MasyithohBangil, persyaratan administratif sudah lengkap (Informed
consent, alat, dan lainnya)
b. Peserta ronde keperawatan hadir ditempat pelaksanaan ronde
keperawatan
c. Persiapan dilakukan sebelumnya.
2. Evaluasi Proses :
a. Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir.
b. Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran
yang telah ditentukan
3. Evaluasi Hasil :
a. Klien puas dengan hasil kegiatan.
b. Masalah klien dapat teratasi.
c. Perawat dapat :
1) Menumbuhkan cara berfikir yang kritis.
2) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
berorientasi pada masalah pasien.
3) Meningkatkan cara berfikir yang sistematis
4) Meningkatkan kemampuan validitas data pasien.
5) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosa keperawatan.
6) Meningkatkan kemampuan justifikasi
7) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja.
8) Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan
keperawatan

RONDE KEPERAWATAN

RSI
MasyithohBangil No. Dokumen: No. Revisi: Halaman
Jl. A. Yani no.6

Ditetapkan Oleh :
STANDAR Tanggal Terbit Direktur RSI MasyithohBangil
PROSEDUR
OPERASIONAL

Dr. dr. H. Handayanto, MM.


Kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi maslah keperawatan
pasien yang dilaksanakan oleh perawat disamping melibatkan pasien
PENGERTIAN untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan, dilakukan
oleh perawat primer dan / atau konselor, kepala ruangan, dan perawat
associate dan perlu juga melibatkan seluruh anggota tim kesehatan.

1. Menjustifikasi masalah yang belum teratasi


2. Mendiskusikan penyelesaian masalah dengan perawat primer, tim
TUJUAN kesehatan lain.
3. Menemukan alasan ilmiah terhadap masalah pasien.
4. Merumuskan intervensi keperawatan yang tepat sesuai masalah
pasien
1. Dilakukan minimal 1 bulan sekali untuk meningkatkan
kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor perawat.
KEBIJAKAN 2. Perawat pelaksana membantu mengembangkan kemampuan
perawat primer dan perawat pelaksana meningkatkan kemampuan
mengatasi masalah.
3. Melibatkan tim kesehatan lain.
1. Menetapan kasus minimal 1 hari sebelum waktu pelaksanaan
ronde keperawatan
2. Catatan keperawatan dan medis pasien
3. Pemberian inform consent kepada klien/ keluarga.
PERSIAPAN 4. Menyiapakan literature atau referensi terkait dengan penyakit
klien
5. Menyiapkan buku dan alat tulis notulen ronde keperawatan
1. Membuat proposal untuk kegiatan bimbingan (dalam bentuk
tertulis)
2. Mempersiapkan tempat yang cukup sesuai jumlah peserta ronde
3. Mendapatkan data mengenai kondisi pasien yang akan dilakukan
ronde keperawatan serta meminta ijin pasien
4. Menyiapkan alat yang diperlukan
5. Mengatur lingkungan fisik untuk ronde keperawatan sehingga
mudah dilihat dan didengar oleh peserta
PROSEDUR
6. Membuka kegiatan ronde dengan mengucapkan salam.
7. Menjelaskan tentang kegiatan, waktu, tujuan ronde keperawatan
(tidak didepan pasien)
8. Menjelaskan tentang hasil yang diharapkan dari ronde
keperawatan.
9. Menjelaskan secara umum pasiennya masing-masing (data
fokus, diagnosa keperawatan, rencana tindakan, catatan
perkembangan, masalah yang belum dipecahkan).
10. Mengajak peserta menuju ruang pasien.
11. Memulai kegiatan ronde keperawatan.
12. Memberikan kesempatan untuk bertanya dan berdiskusi pada
peserta lain, keluarga/pasien.
PROSEDUR 13. Memberikan reinforcement pada pasien atas kerjasamnya dalam
melaksanakan kegiatan.
14. Menyimpulkan kegiatan ronde keperawatan (tidak didepan
pasien)
15. Memberikan reinforcement kepada peserta ronde
16. Menutup kegiatan ronde keperawatan
UNIT TERKAIT
1. Unit Rawat Inap
2. Unit Intensif
INSTRUMENT SUPERVISI RONDE KEPERAWATAN

Nama : Tanggal :
Ruangan : Supervisor :
No Aspek yang dinilai Dilakukan Tidak
Dilakukan
A. PERSIAPAN
1. Membuat proposal untuk kegiatan
bimbingan (dalam bentuk tertulis)
2. Mempersiapkan tempat yang cukup sesuai
jumlah peserta ronde
3. Mendapatkan data mengenai kondisi pasien
yang akan dilakukan ronde keperawatan
serta meminta ijin pasien
4. Menyiapkan alat yang diperlukan
5. Mengatur lingkungan fisik untuk ronde
keperawatan sehingga mudah dilihat dan
didengar oleh peserta
B. PELAKSANAAN
6. Membuka kegiatan ronde dengan
mengucapkan salam
7. Menjelaskan tentang kegiatan, waktu,
tujuan ronde keperawatan (tidak didepan
pasien)
8. menjelaskan tentang hasil yang diharapkan
dari hasil ronde.
9. Menjelaskan secara umum pasiennya
masing-masing (data fokus, diagnosa
keperawatan, rencana tindakan, catatan
perkembangan, masalah yang belum
dipecahkan).
10. Mengajak peserta menuju ruang pasien.
11. Memulai kegiatan ronde keperawatan.
12. Memberikan kesempatan untuk bertanya
dan berdiskusi pada peserta lain,
keluarga/pasien.
13. Memberikan reinforcement pada pasien
atas kerjasamnya dalam melaksanakan
kegiatan.
C. EVALUASI
14. Menyimpulkan kegiatan ronde keperawatan
(tidak didepan pasien)
15. Memberikan reinforcement kepada peserta
16. Rencana tindak lanjut setelah kegiatan
ronde keperawatan
17. Menutup kegiatan ronde keperawatan
TOTAL NILAI

Nilai = (Jumlah Total Nilai /17) x 100%


Keterangan : 1 = Dilakukan , 0 = Tidak Dilakukan
2.2 LAPORAN DIABETES MELLITUS
2.2.1 Konsep Dasar Penyakit
Diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen
yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau
hiperglikemia. (Brunner & Sudarth, 2002).
Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang secara
genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa
hilangnya toleransi karbohidrat. Jika telah berkembang penuh secara
klinis, maka diabetes melitus ditandai dengan hiperglikemia puasa dan
postprandial, aterosklerotik dan penyakit vaskular mikroangiopati dan
neuropati (Price & Wilson, 2006).
Diabetes melitus merupakan suatu penyakit kronik yang
kompleks yang melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein
dan lemak dan berkembangnya komplikasi makrovaskular dan
neurologis (Riyadi & Sukarmin, 2008).

Etiologi
a) Pada Diabetes tipe I:
Ditandai dengan adanya kerusakan sel-sel beta pankreas,
yang mungkin disebabkan oleh kombinasi dari faktor genetik,
imunologi dan mungkin lingkungan .
1) Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik kearah
terjadinya diabetes tipe I.
2) Faktor imunologi
Terdapat respon autoimun. Respons ini merupakan respons
abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan
cara bereaksi terhadap jaringan tersebut seolah-olah sebagai jaringan
asing.
Pathway
Abnormalitas genetic, factor
lingkungan, infeksi virus

Pembesaran kelenjar Hipertermi


Gangguan termoregulasi
Nyeri getah bening Resiko terjadinya
Resiko terjadinya infeksi
infeksi

Mendesak jaringan sekitar Mendesak pembuluh darah Mendesak sel saraf

Sistempernapasan Sistem saraf Sistem pencernaan Sistem Respons psikososial


muskuluskletal

Pa O2 menurun Paralisis faringeal Efek hiperventilasi Sesak napas

PCO2 meningkat Penurunan suplai Tindakan invasif


oksigen kejaringan
Sesak napas
Produksi asam
Kesulitan menelan
Peningkatan lambung
produksi sekret meningkat Koping tidak
Peningkatan
efektif
Peristaltik metabolisme
Penurunan
Penurunan nafsu menurun anaerob
imunitas
makan
Kecemasan
Mual, nyeri Peningkatan
lambung konstipasi produksi asam
Pola napas tidak laktat
efektif

Jalan nafas tidak


Kelemahan fisik
efektif
umum,odem

Perubahan nutrisi kurang dari Intoleransi aktivitas


kebutuhan tubuh
Sumber : (Mansjoer, A. 2001) Kapita Selecta Kedokteran. Edisi 3, Jilid 1

3) Faktor-faktor lingkungan
Penelitian sedang dilakukan terhadap kemungkinan faktor-faktor
external yang dapat memicu destruksi sel beta. Sebagai contoh virus
atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan
destruksi sel beta.
b) Pada Diabetes tipe II
Penyebab resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin
pada diabetes tipe ini sebenarnya tidak begitu jelas, tetapi faktor
yang banyak berperan antara lain:
1) Kelainan genetik
Diabetes dapat menurun menurut silsilah keluarga yang
mengidap diabetes. Ini terjadi karena DNA pada orang diabetes
akan ikut diinformasikan pada gen berikutnya terkait dengan
penurunan produksi insulin.
2) Usia
Umumnya manusia mengalami penurunan fisiologis yang
secara dramatis dan cepat pada usia setelah 40 tahun. Penurunan
ini yang akan beresiko pada penurunan fungsi endokrin pankreas
untuk memproduksi insulin dan resistensi insulin cenderung
meningkat pada usia diatas 65 tahun
3) Gaya hidup stress
Stress kronis cenderung membuat seseorang mencari
makanan yang cepat saji yang kaya pengawet, lemak dan gula.
Makanan ini berpengaruh besar terhadap kerja pankreas. Stress
juga akan meningkatkan kerja metabolisme dan meningkatkan
kebutuhan akan sumber energi yang berakibat pada kenaikkan
kerja pankreas. Beban yang tinggi membuat pankreas mudah
rusak hingga berdampak pada penurunan insulin.
4) Pola makan yang salah
Kurang gizi atau kelebihan berat badan dapat
meningkatkan resiko terkena diabetes. Malnutrisi dapat merusak
pankreas sedangkan obesitas meningkatkan gangguan kerja atau
resistensi insulin. Pola makan yang tidak teratur dan cenderung
terlambat juga akan berperan pada ketidakseimbangan kerja
pankreas.
5) Obesitas
Obesitas mengakibatkan sel-sel beta pankreas mengalami
hipertrofi yang akan berpengaruh terhadap penurunan produksi
insulin. Hipertrofi pankreas pada penderita obesitas disebabkan
karena peningkatan beban metabolisme glukosa untuk mencukupi
energi sel yang terlalu banyak.
Klasifikasi Diabetes Melitus
Klasifikasi menurut ADA (American Diabetes Association) yang
dikutip oleh Price & Wilson (2006) dan yang telah disahkan oleh WHO,
yaitu:
a) Diabetes Melitus
1. Tipe 1 (juvenile onset dan tipe dependen insulin) 5-10% kejadian.
 Akibat disfungsi autoimun dengan kerusakan sel-sel beta.
 Idiopatik, tidak diketahui sumbernya.
Subtipe ini sering timbul pada etnik keturunan Afrika-
Amerika, Asia. Awitan terjadi pada segala usia, tetapi biasanya
muda < 30 tahun. Biasanya bertubuh kurus pada saat didiagnosis
dengan penurunan BB yang baru saja terjadi. Cenderung mengalami
komplikasi akut hiperglikemi: ketoasidosis diabetik (Brunner &
Suddarth, 2002).
2. Tipe 2 (onset maturity dan nondependen insulin) : 90-95%
kejadian.
Obesitas, herediter dan lingkungan sering dikaitkan dengan
penyakit ini. Awitan terjadi di segala usia biasanya > 30 tahun.
Cenderung meningkat pada usia > 65 tahun. Mayoritas penderita
obesitas dapat mengendalikan kadar glukosa darah melalui
penurunan berat badan. Agens hipoglikemia oral dapat memperbaiki
kadar glukosa darah bila modifikasi diet dan latihan tidak berhasil.
Memerlukan insulin dalam waktu yang pendek atau panjang untuk
mencegah hiperglikemi. Ketosis jarang terjadi, kecuali bila dalam
keadaan stress atau menderita infeksi. Komplikasi akut: sindrom
hiperosmolar nonketotik (Brunner & Suddarth, 2002).
3. Diabetes Gestasional (GDM)
Dikenali pertama kali selama kehamilan dan mempengaruhi 4%
dari semua kehamilan. Faktor resiko yaitu usia tua, etnik, obesitas,
multiparitas, riwayat keluarga dan riwayat gestasional dahulu.
Karena terjadi peningkatan sekresi berbagai hormon yang
mempunyai efek metabolik terhadap toleransi glukosa maka
kehamilan adalah suatu keadaaan diabetogenik.
4. Tipe khusus lain
 Cacat genetik fungsi sel beta: MODY
 Memiliki prevalensi familial yang tinggi dan bermanifestasi
sebelum usia 14 tahun. Pasien sering kali obesitas dan resisten
terhadap insulin.
 Kelainan genetik pada kerja insulin, menyebabkan sindrom
resistensi insulin yang berat dan akantosis negrikans.
 Penyakit pada eksokrin pankreas menyebabkan pankreatitis
kronik.
 Penyakit endokrin seperti sindrom cushing dan akromegali.
 Obat-obat yang bersifat toksik terhadap sel-sel beta.
 Infeksi.
Manifestasi Klinis
Menurut Sujono & Sukarmin (2008) manifestasi klinis pada
penderita DM, yaitu:
a) Gejala awal pada penderita DM adalah
1. Poliuria (peningkatan volume urine)
2. Polidipsia (peningkatan rasa haus) akibat volume urine yang
sangat besar dan keluarnya air yang menyebabkan dehidrasi
ekstrasel.
Dehidrasi intrasel mengikuti dehidrasi ekstrasel karena air
intrasel akan berdifusi keluar sel mengikuti penurunan gradien
konsentrasi ke plasma yang hipertonik (sangat pekat). Dehidrasi
intrasel merangsang pengeluaran ADH (antidiuretic hormone)
dan menimbulkan rasa haus.
3. Polifagia (peningkatan rasa lapar). Sejumlah kalori hilang
kedalam air kemih, penderita mengalami penurunan berat badan.
Untuk mengkompensasi hal ini penderita seringkali merasa lapar
yang luar biasa.
4. Rasa lelah dan kelemahan otot akibat gangguan aliran darah
pada pasien diabetes lama, katabolisme protein diotot dan
ketidakmampuan
sebagian besar sel untuk menggunakan glukosa sebagai energi.
b) Gejala lain yang muncul:
1. Peningkatan angka infeksi akibat penurunan protein sebagai
bahan pembentukan antibody, peningkatan konsentrasi glukosa
disekresi mukus, gangguan fungsi imun dan penurunan aliran
darah pada penderita diabetes kronik.
2. Kelainan kulit gatal-gatal, bisul. Gatal biasanya terjadi di daerah
ginjal, lipatan kulit seperti di ketiak dan dibawah payudara,
biasanya akibat tumbuhnya jamur.
3. Kesemutan rasa baal akibat neuropati. Regenerasi sel mengalami
gangguan akibat kekurangan bahan dasar utama yang berasal dari
unsur protein. Akibatnya banyak sel saraf rusak terutama bagian
perifer.
4. Kelemahan tubuh
5. Penurunan energi metabolik yang dilakukan oleh sel melalui
proses glikolisis tidak dapat berlangsung secara optimal.
6. Luka yang lama sembuh, proses penyembuhan luka
membutuhkan bahan dasar utama dari protein dan unsur makanan
yang lain. Bahan protein banyak diformulasikan untuk kebutuhan
energi sel sehingga bahan yang diperlukan untuk penggantian
jaringan yang rusak mengalami gangguan.
7. Laki-laki dapat terjadi impotensi, ejakulasi dan dorongan
seksualitas menurun karena kerusakan hormon testosteron.
8. Mata kabur karena katarak atau gangguan refraksi akibat
perubahan pada lensa oleh hiperglikemia.
Komplikasi
Menurut Price & Wilson (2006), komplikasi DM dibagi dalam 2
kategori mayor, yaitu komplikasi metabolik akut dan komplikasi
vaskular jangka panjang.
a) Komplikasi Metabolik Akut
1. Hyperglikemia.
Menurut Sujono & Sukarmin (2008) hiperglikemi
didefinisikan sebagai kadar glukosa darah yang tinggi pada
rentang non puasa sekitar 140-160 mg/100 ml darah.
Hiperglikemia mengakibatkan pertumbuhan berbagai
mikroorganisme dengan cepat seperti jamur dan bakteri. Karena
mikroorganisme tersebut sangat cocok dengan daerah yang kaya
glukosa. Setiap kali timbul peradangan maka akan terjadi
mekanisme peningkatan darah pada jaringan yang cidera. Kondisi
itulah yang membuat mikroorganisme mendapat peningkatan
pasokan nutrisi. Kondisi ini akan mengakibatkan penderita DM
mudah mengalami infeksi oleh bakteri dan jamur.
Secara rinci proses terjadinya hiperglekemia karena defisit
insulin tergambar pada perubahan metabolik sebagai berikut:
 Transport glukosa yang melintasi membran sel berkurang.
 Glukogenesis (pembentukkan glikogen dari glukosa) berkurang
dan tetap terdapat kelebihan glukosa dalam darah.
 Glikolisis (pemecahan glukosa) meningkat, sehingga cadangan
glikogen berkurang dan glukosa hati dicurahkan ke dalam darah
secara terus menerus melebihi kebutuhan.
 Glukoneogenesis pembentukan glukosa dari unsur karbohidrat
meningkat dan lebih banyak lagi glukosa hati yang tercurah
kedalam darah hasil pemecahan asam amino dan lemak.
Yang tergolong komplikasi metabolisme akut hyperglikemia yaitu :
1. Ketoasidosis Diabetik (DKA)
Apabila kadar insulin sangat menurun, pasien mengalami
hiperglikemi dan glukosuria berat, penurunan lipogenesis,
peningkatan lipolisis dan peningkatan oksidasi asam lemak bebas
disertai pembentukan benda keton. Peningkatan keton dalam
plasma mengakibatkan ketosis. Peningkatan produksi keton
meningkatkan beban ion hidrogen dan asidosis metabolik.
Glukosuria dan ketonuria yang jelas juga dapat mengakibatkan
diuresis osmotik dengan hasil akhir dehidrasi dan kekurangan
elektrolit. Pasien dapat menjadi hipotensi dan mengalami syok.
Akibat penurunan oksigen otak, pasien akan mengalami koma
dan kematian.
2. Hiperglikemia, hiperosmolar, koma nonketotik (HHNK)
Sering terjadi pada penderita yang lebih tua. Bukan
karena defisiensi insulin absolut, namun relatif, hiperglikemia
muncul tanpa ketosis. Hiperglikemia berat dengan kadar glukosa
serum > 600 mg/dl. Hiperglikemia menyebabkan
hiperosmolaritas, diuresis osmotik dan dehidrasi berat.
3. Hipoglikemia (reaksi insulin, syok insulin) terutama
komplikasi terapi insulin. Penderita DM mungkin suatu saat
menerima insulin yang jumlahnya lebih banyak daripada yang
dibutuhkan untuk mempertahankan kadar glukosa normal yang
mengakibatkan terjadinya hipoglikemia.
Menurut Brunner & Suddarth (2002) hipoglikemia adalah
keadaan dimana kadar gula darah turun dibawah 50-60 mg/dl
(2,7-3,3 mmol/L). Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian
insulin atau preparat oral yang berlebihan, konsumsi makanan
yang terlalu sedikit atau karena aktivitas fisik yang berat.
Tingkatan hypoglikemia adalah sbb:
(1) Hipoglikemia ringan
Ketika kadar glukosa menurun, sistem saraf simpatik
akan terangsang. Pelimpahan adrenalin kedalam darah
menyebabkan gejala seperti perspirasi, tremor, takikardi,
palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar.
(2) Hipoglikemia sedang
Penururnan kadar glukosa yang menyebabkan sel-sel
otak tidak memperoleh cukup bahan bakar untuk bekerja
dengan baik. Berbagai tanda gangguan fungsi pada sistem
saraf pusat mencakup ketidakmampuan berkonsentrasi, sakit
kepala, vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, patirasa
didaerah bibir serta lidah, bicara pelo, gerakan tidak
terkoordinasi, perubahan emosional, perilaku yang tidak
rasional,
(3) Hipoglikemia berat
Fungsi sistem saraf mengalami gangguan yang sangat
berat sehingga pasien memerlukan pertolongan orang lain
untuk mengatasi hipoglikemi yang dideritanya. Gejalanya
dapat mencakup perilaku yang mengalami disorientasi,
serangan kejang, sulit dibangunkan dari tidur atau bahkan
kehilangan kesadaran.
b) Komplikasi Kronik Jangka Panjang
 Mikroangiopati merupakan lesi spesifik diabetes yang
menyerang kapiler dan arteriola retina (retinopati diabetik),
glomerolus ginjal (nefropati diabetik) dan saraf-saraf perifer
(neuropati diabetik).
 Makroangiopati, mempunyai gambaran histopatologis berupa
aterosklerosis. Gabungan dari gangguan biokimia yang
disebabkan oleh insufisiensi insulin dapat menjadi penyebab
jenis penyakit vaskular. Gangguan dapat berupa penimbunan
sorbitol dalam intima vaskular, hiperlipoproteinemia dan
kelainan pembekuan darah.
Data Penunjang Diagnostik
Penentuan diagnosa D.M adalah dengan pemeriksaan gula darah ,
menurut Sujono & Sukarmin (2008) antara lain:

a. Gula darah puasa (GDO) 70-110 mg/dl. Kriteria diagnostik untuk


DM > 140 mg/dl paling sedikit dalam 2 kali pemeriksaan. Atau > 140
mg/dl disertai gejala klasik hiperglikemia atau IGT 115-140 mg/dl.

b. Gula darah 2 jam post prondial <140 mg/dl digunakan untuk


skrining atau evaluasi pengobatan bukan diagnostik.

c. Gula darah sewaktu < 140 mg/dl digunakan untuk skrining bukan
diagnostik.

Penatalaksanaan
a) Diet
Tujuan utama penatalaksanaan diet pada DM adalah:
 Mencapai dan kemudian mempertahankan kadar glukosa darah
mendekati kadar normal.
 Mencapai dan mempertahankan lipid mendekati kadar yang optimal.
 Mencegah komplikasi akut dan kronik.
 Meningkatkan kualitas hidup.
b) Olah raga.
Latihan jasmani teratur 3-4 kali tiap minggu selama + ½ jam.
Adanya kontraksi otot akan merangsang peningkatan aliran darah dan
penarikan glukosa ke dalam sel.

Konsep Asuhan Keperawatan


a) Pengkajian
1) Identitas
Nama, usia (DM Tipe 1 Usia < 30 tahun. DM Tipe 2 Usia
> 30 tahun, cenderung meningkat pada usia > 65 tahun),
kelompok etnik di Amerika Serikat golongan Hispanik serta
penduduk asli Amerika tertentu memiliki kemungkinan yang
lebih besar, jenis kelamin, status, agama, alamat, tanggal MRS,
diagnosa masuk. Pendidikan dan pekerjaan, orang dengan
pendapatan tinggi cenderung mempunyai pola hidup dan pola
makan yang salah. Cenderung untuk mengkonsumsi makanan
yang banyak mengandung gula dan lemak yang berlebihan.
Penyakit ini biasanya banyak dialami oleh orang yang
pekerjaannya dengan aktivitas fisik yang sedikit.
2) Keluhan utama
(1) Kondisi hiperglikemi:Penglihatan kabur, lemas, rasa haus
dan banyak kencing, dehidrasi, suhu tubuh meningkat,
sakit kepala.
(2) Kondisi hipoglikemi : Tremor, perspirasi, takikardi,
palpitasi, gelisah, rasa lapar, sakit kepala, susah
konsentrasi, vertigo, konfusi, penurunan daya ingat,
patirasa di daerah bibir, pelo, perubahan emosional,
penurunan kesadaran.
3) Riwayat penyakit sekarang
Dominan muncul adalah sering kencing, sering lapar dan
haus, berat badan berlebih. Biasanya penderita belum tahu kalau itu
penyakit DM, baru tahu setelah memeriksakan diri ke pelayanan
kesehatan.
4) Riwayat kesehatan dahulu
DM dapat terjadi saat kehamilan, penyakit pankreas,
gangguan penerimaan insulin, gangguan hormonal, konsumsi obat-
obatan seperti glukokortikoid, furosemid, thiazid, beta bloker,
kontrasepsi yang mengandung estrogen.
5) Riwayat kesehatan keluarga
Menurun menurut silsilah karena kelainan gen yang
mengakibatkan tubuhnya tidak dapat menghasilkan insulin dengan
baik.
b) Pemeriksaan Fisik
1) Aktivitas dan Istirahat
Gejala: lemah, letih, sulit bergerak atau beijalan, kram otot,
tonus otot menurun, gangguan istirahat dan tidur.
Tanda: takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau
dengan aktivitas, letargi, disorientasi, koma.
2) Sirkulasi
Gejala: adanya riwayat penyakit hipertensi, inpark miokard akut,
klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki,
penyembuhan yang lama. Tanda: takikardia, perubahan TD
postural, nadi menurun, disritmia, krekels, kulit panas, kering
dan kemerahan, bola mata cekung.
3) Integritas ego
Gejala: stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial
yang berhubungan dengan kondisi.
Tanda: ansietas, peka rangsang.
4) Eliminasi
Gejala: perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasa nyeri
terbakar, kesulitan berkemih, ISK, nyeri tekan abdomen, diare.
Tanda: urine encer, pucat, kuning, poliuri, bising usus lemah,
hiperaktif pada diare.
5) Makanan dan cairan
Gejala: hilang nafsu makan, mual muntah, tidak mengikuti diet,
peningkatan masukan glukosa atau karbohidrat, penurunan berat
badan, haus, penggunaan diuretik.
Tanda: kulit kering bersisik, turgor jelek, kekakuan, distensi
abdomen, muntah, pembesaran tiroid, napas bau aseton.
6) Neurosensori
Gejala: pusing, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot,
parastesia, gangguan penglihatan.
Tanda: disorientasi, mengantuk, letargi, stupor/koma, gangguan
memori, refleks tendon menurun, kejang.
7) Pernapasan
Gejala: merasa kekurangan oksigen, batuk dengan atau tanpa
sputum. Tanda: pernapsan cepat dan dalam, frekuensi meningkat.
8) Seksualitas
Gejala: rabas vagina, impoten pada pria, kesulitan orgasme pada
wanita.
9) Penyuluhan
Gejala: fakor resiko keluarga DM, PJK, HT, stroke, penyembuhan
yang lambat, penggunaan obat steroid, diuretik, dilantin,
fenobarbitol. Mungkin atau tidak memerlukan obat diabetik.
c. Diagnosa Keperawatan
1) Defisit volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam
diharapkan adanya keseimbangan volume cairan dan tidak teijadi
syok hipovlemik.
Kriteria hasil: TTV stabil (N.80-88 x/menit, TD: 100-140/80-90
mmHg, S: 36,5- 37°C, RR: 16-22 x/menit), nadi perifer teraba,
turgor kulit baik, CRT < 2 detik, haluaran urine >1500-1700
cc/hari, kadar elektrolit urin dalam batas normal.
2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan penurunan insulin.
Tujuan: setelahh diberikan tindakan 5x24 jam diharpakan nutrisi
terpenuhi. Kriteria hasil: peningkatan masa otot, nilai Hb normal,
dapat menghabiskan porsi makanan yang dihidangkan.
3) Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori penglihatan
berhubungan dengan gangguan mikrovaskular.
Tujuan: setelah diberikan tindakan selama 5x24 jam diharapkan
tidak terjadi perubahan persepsi sensori penglihatan.
Kriteria hasil: pasien tidak mengeluh penglihatannya kabur atau
diplopia, visus 6/6, nilai laboratorium terkait eksitasi persarafan
dalam batas: natrium: 135-147 meq/l, kalsium: 9-11 mg/dl,
kalium: 3,5-5,5 meq/l, klorida: 100-106 meq/l.
4) Keletihan berhubungan dengan penurunan masa otot.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan 3x24 jam diharapkan adanya
peningkatan kemampuan dalam beraktivitas.
Kriteria hasil: pasien mengungkapkan badannya tidak letih atau
berkurang, skala kekuatan otot 5, menunjukkan perbaikan
kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas.
5) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan
sirkulasi.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan selama 5x24 jam diharapkan
integritas kulit membaik dan tidak teijadi perluasan kerusakan.
Kriteria hasil: teijadi perbaikan status metabolik yang dibuktikan
oleh gula darah dalam batas normal, bebas dari drainase purulen,
menunjukkan tanda-tanda penyembuhan dengan tepi luka bersih,
tidak terdapat pembengkakan pada luka.
6) Perubahan pola nafas berhubungan dengan asidosis metabolik.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan selama 5x24 jam diharapkan
peningkatan keefektifan pola nafas.
Kriteria hasil: RR: 18-24 x/menit, pernafasan reguler, tidak
berbau keton.
7) Kurang pengetahuan mengenai penyakit berhubungan dengan
kurang mengingat intervestasi informasi.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan 1x24 jam diharapkan
informasi mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan
pengobatan.
Kriteria hasil: mengungkapkan pemahaman tentang penyakit
misalnya dapat menyebutkan penyakit, dapat mengidentifikasi
hubungan tanda dan gejala dengan proses penyakit.

Intervensi Keperawatan
1) Defisit volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik
(1) Pantau TTV, catat adanya perubahan TD.
R/ penurunan volume cairan darah akibat diuresis osmotik dapat
dimanifestasikan oleh hipotensi, takikardi, nadi teraba lemah.
(2) Kaji suhu, warna, turgor kulit dan kelembaban, pengisian kapiler
dan membran mukosa.
R/ dehidrasi yang disertai demam akan teraba panas, kemerahan
dan kering di kulit sebagai indikasi penurunan volume pada sel.
(3) Pantau masukan dan pengeluaran, catat balance cairan.
R/ memberikan perkiraan kebutuhan cairan tubuh (60-70% BB
adalah air).
(4) Berikan cairan 1500-2500 ml dalam batas yang dapat ditoleransi
jantung.
R/ mempertahankan komposisi cairan tubuh, volume sirkulasi dan
menghindari overload j antung.
(5) Batasi intake cairan yang mengandung gula dan lemak misalnya
cairan dari buah yang manis.
R/ menghindari kelebihan ambang ginjal dan menurunkan
tekanan osmosis.
2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
penurunan masa otot.
(1) Timbang berat badan.
R/ mengkaji indikasi terpenuhinya kebutuhan nutrisi dan
menentukan jumlah kalori yang harus dikonsumsi penderita DM.
(2) Tentukan program diet dan pola makan pasien sesuai dengan kadar
gula.
R/ menyesuaikan antara kebutuhan kalori dan kemampuan sel
untuk • mengambil glukosa.
(3) Libatkan keluarga pasien dalam memantau waktu makan Jumlah
nutrisi. R/ meningkatkan partisipasi keluarga dan mengontrol
masukan nutrisi.
(4) Kolaborasi pengobatan insulin secara teratur dan intermiten.
R/ insulin reguler memiliki awitan cepat dan karenanya dengan
cepat pula dapat membantu memindahkan ke dalam sel.
(5) Kolaborasi dengan ahli diet.
Kebutuhan diet penderita harus disesuaikan dengan jumlah kalori
karena kalau tidak terkontrol akan beresiko hiperglikemia.
3) Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori penglihatan
berhubungan dengan perubahan kimia endogen.
(1) Pantau TTV dan status mental.
R/ sebagai dasar untuk membandingkan temuan abnormal, seperti
suhu yang meningkat dapat mempengaruhi fungsi mental.
(2) Kaji status persepsi penglihatan seperti menggunakan test visus
dengan snellen card (apabila memungkinkan).
R/ untuk mengkaji status persepsi pasien.
(3) Pantau pemasukan elektrolit melalui makanan maupun minuman
seperti buah pisang dan makanan yang mengandung garam.
R/ meningkatkan eksitasi persarafan dan mencegah kelebihan
elektrolit seperti natrium berdampak pada peningkatan ikatan
cairan.
4) Keletihan berhubungan dengan penurunan masa otot.
(1) Buat perencanaan dengan pasien dan indikasi aktivitas yang
menimbulkan keletihan.
R/ aktivitas akan lebih terarah dan menghidari keletihan yang
berlebihan.
(2) Berikan aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup.
R/ memberi kesempatan untuk mencukupkan produksi energi
untuk aktivitas.
(3) Pantau nadi, pernafasan, TD, sebelum melakukan aktivitas.
R/ Mengindikasikan tingkat pemenuhan energi dengan tingkat
aktivitas.
(4) Tekankan pentingnya mempertahankan pemeriksaan gula darah
setiap hari.
R/ membantu menciptakan gambaran nyata dari produksi energi
metabolik dan unsur glukosa.
5) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan sirkulasi.
(1) Dapatkan kultur dari drainase luka saat masuk.
R/ mengidentifikasi patogen penyebab disintegrasi kulit dan
terapi pilihan.
(2) Kaji area luka setiap kali merawat luka dan mengganti balutan.
R/ mengidentifikasi tingkat sirkulasi pada luka.
(3) Balut luka dengan kasa steril
R/ meminimalkan kontaminasi mikroorganisme.
(4) Kolaborasi pemberian antibiotik.
R/ pengobatan infeksi dan pencegahan komplikasi.
6) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan asidosis metabolik.
(1) Tinggikan bagian kepala tempat tidur untuk memudahkan
bernafas.
R/ mengurangi penekanan saat pengembangan paru oleh
diafragma.
(2) Kaji frekuensi dan kedalaman pernafasan.
R/ peningkatan kedalaman pernafasan sebagai salah satu indikasi
peningkatan benda keton dalam tubuh.
(3) Anjurkan pasien banyak istirahat, hindarkan dari rangsangan
psikologis yang berlebihan.
R/ mengurangi tingkat penggunaan energi yang tidak banyak
diperoleh dari glukosa melainkan dari benda keton.
7) Kurang pengetahuan mengenai penyakit berhubungan dengan
kurang mengingat intervestasi informasi.
(1) Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang penyakit, prognosa, dan
pengobatannya
R/ untuk memberikan informasi yang tepat pada pasien dan
menghindari kejemuan informasi.
(2) Lakukan pemberian pendidikan kesehatan secara bertahap dan
sesuai rencana pada satuan acara pembelajaran (SAP).
R/ memberikan informasi yang akurat dan bermakna bagi pasien
dan bagi perawat dapat mengetahui perkembangan pengetahuan
pasien dengan pasti.
(3) Diskusikan bersama pasien tentang penyakitnya.
R/ memberikan pengetahuan dasar dimana pasien cepat membuat
pertimbangan dalam memilih gaya hidup.
(4) Tinjau ulang program pengobatan.
R/ pemahaman tentang semua aspek penggunaan obat
meningkatkan penggunaan yang tepat.
8) Ketidakpatuhan pada diet rendah kalori yang berhubungan dengan
ketidak sesuaian penyiapan makanan khusus dan kurangnya
dukungan keluarga.
(1) Tentukan alasan tingkah laku yang mengganggu pengobatan.
R/: Berbagai faktor mungkinterlibat dalam tingkah laku yang
menggunggu rejimen pengobatan.
(2) Bantu pasien dan keluarga memahami kebutuhan untuk mengikuti
penanganan sesuai program dan konsekuensi akibat
ketidakpatuhan.
R/: Memberikan kesempatan untuk menjelaskan sudut pandang /
kedalam konsep. Memastikan bahwa pasien/orang terdekat
memiliki informasi yang akurat/aktual untuk membuat pilihan-
pilihan.
(3) Berikan instruksi tertulis tentang manfaat dan lokasi aktivitas
pelayanan kesehatan sesuai dengan keperluan.
R/: memudahkan pasien untuk melaksanakan diet dan
mengarahkan pasien kemana harusnya bertanya bila mengalami
kesulitan dalam menjalankan diet,
(4) Konsultasikan dengan tim kesehatan lain tentang perubahan yang
mungkin dalam program pengobatan untuk mendukung
kepatuhan pasien.
R/: pasien yang setuju akan bertanggung jawab atas dirinya
sendiri dan akan lebih mampu bekerja sama.
BAB III
PERENCANAAN KEGIATAN RONDE KEPERAWATAN

3.1 Pelaksanaan Kegiatan


Topik : AsuhanKeperawatan pada Tn. M dengandiagnosamedis DM
type 2 + ulkus pedis + sepsis + anemia
denganmasalahkeperawatankerusakanintegritasjaringan.
Sasaran : Tn M dengan diagnosa medis DM type 2
Hari/Tanggal : Kamis, 6 Februari 2020
Waktu : 11.00 WIB - selesai
Tempat : Ruang Marwah
3.2 Pengorganisasian
Kepala Ruangan :Ana Mas’amah
PP 1 : Tya Dwi Anggraeni
PP2 :DeaSeptiawati, FitriYunita A, AngeliccaSunja
PA 1 :Aprilia Rachim, Shinta Wahyu Dewanti
PA2 : Amalia Sholikah J, Kiki Ferliasari, Indah Mei P
Konselor
Dokter : dr. M. Nur Sultan
Ahli gizi : Salsabila Kilfi, S.Gz.
Apoteker : Umi Bariroh, S.Farm.
Perawat Konselor : Roichatul Jannah, S.KepNers
Pembimbing :
1. Ainus Shoba, S.KepNers
2. SuhandiPuriyanto, S.KepNers
3. NanangRiono, S.KepNers
4. M. Wahyu W, S.KepNers
5. Sofia Mayasari, M.Kep
6. Yenny P, S.KepNers, M.Kes
Pasien : Mawardi
Keluarga pasien : Siti Aminah (istri)
3.3 Materi :
Paparan asuhan keperawatan Tn M dengan diagnosa medis DM type 2di Ruang
Marwah RSI MasyithohBangil
3.4 Metode
1. Ronde Keperawatan
2. Diskusi
3.5 Media
1. Dokumentasi klien (status)
2. Sarana diskusi :
a. Literatur mengenai diabetes mellitus
b. Alat tulis : kertas dan ballpoint
3.6 Mekanisme Kegiatan
KEGIATAN
TAHAP KEGIATAN TEMPAT PELAKSANA WAKTU
KLIEN

Pra Pra Ronde Ruang PP 1, PA1 - Satu


Ronde Marwah hari
a) Menetapkan kasus dan sebelu
topik
b) Menentukan tim ronde. m
c) Mencari sumber dan pelaksa
literatur. naan
d) Membuat proposal ronde
e) Mempersiapkan klien
f) Informed consent
kepada keluarga
Ronde Ronde

I. Pembukaan: Nurse Kepala Mendengarkan 5


a) Salam pembukaan Station Menit
b) Memperkenalkan Ruangan
klien dan tim ronde
c) Menjelaskan tujuan
kegiatan ronde
d) Mempersilahkan PP1
menyampaikan
kasusnya

II. Penyajian data/masalah

a) Menyampaikan dasar
pertimbangan
dilakukan ronde
b) Menjelaskan riwayat
penyakit
c) Menjelaskan masalah Nurse
klien yang belum Station PP1
terselesaikan dan 20
tindakan yang telah PP2 Menit
dilaksanakan
e) Menyampaikan
evaluasi keberhasilan
intervensi
f) Klarifikasi data yang
telah disampaikan

II. Validasi Data


a) Memberi salam dan
memperkenalkan tim Bed Klien Karu Memberi 20
ronde kepada klien respon dan Menit
dan keluarga. PP2, PA menjawab
b) Memvalidasi data pertanyaan
yang telah
disampaikan dengan
melibatkan keluarga .
c) Karu membuka dan
memimpin diskusi.
d) Diskusi antar anggota
tim dan klien tentang
masalah keperawatan
yang belum
terselesaikan dari
validasi data antar tim
ronde
e) Pemberian justifikasi
oleh konselor tentang Nurse Karu
masalah pasien serta Station
rencana tindakan PP2, PA,
yang akan dilakukan
Tim ronde

Pasca Pasca Ronde


Ronde
a) Menyimpulkan hasil Nurse Karu - 10
diskusi dan Station menit
merekomendasikan solusi
yang dilakukan dalam
mengatasi masalah. Tim ronde
b) Reward dan Salam
penutup
Karu

3.7 Kriteria Evaluasi

a. Evaluasi Struktur
 Ronde keperawatan dilaksanakan di ruang Marwah RSI MasyithohBangil.
 Peserta ronde keperawatan hadir di tempat pelaksanaan ronde keperawatan
 Memberikan informed consent kepada pasien dan keluarga
b. Evaluasi Proses
Pelaksanaan ronde keperawatan berjalan dengan lancar. Masing-masing dapat
menjalankan perannya dengan baik.

c. Evaluasi Hasil
1) Pasien merasa puas dengan hasil kegiatan
2) Masalah pasien dapat teratasi
3) Perawat dapat :
a) Menumbuhkan cara berfikir yang kritis dan sistematis
b) Meningkatkan kemampuan validitas data pasien
c) Meningkatkan kemampuan menentukan diasgnosis keperawatan.
Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
berorientasi pada masalah pasien
d) Meningkatkan kemampuan memodifikasi asuhan keperawatan
e) Meningkatkan kemampuan justifikasi
f) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja
RESUME KEPERAWATAN

Data Umum

Nama Pasien : Tn M

Usia : 50 tahun

No RM : 0892117

Alamat : JL. BADER no 395C 4/3 KALIREJO BANGIL, PASURUAN

Tgl MRS : 4 Februari 2020

Keluhan Utama : Panas, mualadaluka di jempol kaki kanan.

Riwayat Penyakit Sekarang : Pasienmengatakanpanas, mualkuranglebih 4 hari,


adaluka di kaki kanan.

Riwayat penyakit dahulu : Pasienmengatakanmempunyai DM daritahun1997.

Riwayat penyakit keluarga :Ada, dariibukandungpasien.

Perkembangan vital sign

Rata-rata tensi pasien dari tanggal 04 Febuari 2020, sistole 120 mmHg dan
diastole 80 mmHg. Nadi antara 80-86 x/menit. Selama perawatan suhu pasien rata rata
(36°-37,5°C), dan respiratory rate rata-rata 24x/menit

Pemeriksaan Fisik

B1 : Jalan nafas pasien bebas, tidak menggunakan alat bantu nafas. Suara nafas
vesikuler dengan irama nafas yang teratur. Tidak ditemukan adanya keluhan
batuk dan sputum. Bentuk dada simetris, pergerakan dinding dada simetris.
Tidak terdapat retraksi otot bantu nafas intercostae.
B2 : Irama jantung reguler, CRT <2 detik, tidak terdapat keluhan nyeri dada, akral
dingin dan basah, konjungtiva pink, tidak terdapat adanya tanda edema

B3 : GCS = 456, kesadaran composmentis, pupil isokor, tidak ada gangguan


penciuman, penglihatan, dan pendengaran.

B4 : BAK spontan, tidak terdapat pembesaran kandung kemih.

B5 : Mulut bersih, mukosa lembab, turgor elastis, nafsu makan baik, nilai
laboratorium Hemoglobin 5,6 mg/dl.

B6 :Kemampuan pergerakan sendi terbatas, tampak adanya luka di kaki


sebelahkanankekuatan otot:

5 5
4 3
Pengkajian Psikososial :

Ekspresi pasien terhadap penyakitnya; pasien terlihat tampak cemas dan bingung.

Daftar Masalah Keperawatan :


1. Kerusakanintergritaskulit.
2. Perfusijaringanperifertidakefektif

Masalah keperawatan yang muncul


1. Kerusakanintergritaskulit b/d kurangnyasuplay O2
2. Perfusijaringanperifertidakefektif b/d penurunankonsentrasi hemoglobin
Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Jenis Pemeriksaan Hasil Rujukan


Hematologi
Hemoglobin 5.6 13.2-17.3 g/dL
Eritrosit 2.2 4.20-4.87 106/mm3
Leukosit 9.64 4.5-11.0 103/mm3
Hematrokit 17.0 43-49 %
Trombosit 225 150-450 103/µL
Hitung Jenis Leukosit
Basofil 1 0-1 %
Eosinofil 1 1-6 %
Netrofil batang 0 2-6 %
Netrofil segmen 71 50-70 %
Limfosit 9 25-40 %
Monosit 9 2-8 %

Kimia Klinik
Metabolisme karbohidrat
Glukosa sewaktu 98 <200 mg/dL
Elektrolit
Natrium 150 135-155 mEq/L
Kalium 4.1 3.5-5.5 mEq/L
ImplementasiKeperawatan
Diagnosa :Kerusakanintegritaskulit

Para
Tgl Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi / SOAP
f
1. Bina hubungan saling percaya S -
2. Mempertahankankeseimbangancairantubuh
.
K/U : Baik
3. Memberikanperawatanluka pada
Kes : CM
pasiensecaraberkala. GCS :4,5,6
TD : 100/80
4. Kontrol lingkungan yang dapat mengurangi O
05Febuar Terdapatulkus pada
i 2020 Kerusakanintergritakulit resiko infeksi : suhu ruangan, pencahayaan, ekstremitasbawahkanan
Dinas pagi dan kebisingan.
5. Menganjurkanmakanan yang
berproteintinggi.
6. Meningkatkan istirahat. A Masalah belum teratasi
7. Memonitor vital sign. Lanjutkan intervensi
P - Rawat lukagangren dan
8. Berkolaborasi dengan tim medis. debridement.
1. Bina hubungan saling percaya Pasien mengatakan
S kondisilukamasihbelummembai
Kerusakanintergritaskuli 2. Mempertahankankeseimbangancairantubuh
Dinas sore k
t
3. Memberikanperawatanluka pada Kes : CM
O
GCS : 4,5,6
pasiensecaraberkala. Tanda-tanda Vital :
TD : 110/80 MmHg
4. Kontrol lingkungan yang dapat mengurangi
N : 85 x/menit
resiko infeksi : suhu ruangan, pencahayaan, S : 36,3 oC
RR : 22x/menit
dan kebisingan.
Terpasang infus
5. Menganjurkanmakanan yang RL : Futrolit 2:2 20 Tpm
Dilakukanrawatluka
berproteintinggi
6. Meningkatkan istirahat.
7. Memonitor vital sign.
8. Berkolaborasidengan tim medis.

A Masalah teratasi sebagian

P Lanjutkan intervensi

1. Bina hubungan saling percaya Pasien mengatakan


Dinas Kerusakanintergritaskuli S kondisilukamasihbelummembai
2.
malam t k
Mempertahankankeseimbangancairantubuh. O Kesadaran : Compos Mentis
3. Memberikanperawatanluka pada GCS : 4,5,6
Tanda-tanda Vital :
pasiensecaraberkala.
TD : 110/90 MmHg
4. Kontrol lingkungan yang dapat mengurangi N : 87 x/menit
S : 36,6oC
resiko infeksi : suhu ruangan, pencahayaan,
RR : 20x/menit
dan kebisingan. Terpasang infus
RL : Futrolit 2:2 20 Tpm
5. Menganjurkanmakanan yang
berproteintinggi
6. Meningkatkan istirahat.
7. Memonitor vital sign.
8. Berkolaborasidengan tim medis.

Diagnosa:Perfusijaringanperifertidakefektif
Tgl Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi / SOAP Paraf
1. Bina hubungan saling percaya. Pasienmengatakanlemas
S
dan pusing
2. Melakukan TTV
3. Melakukantranfusidarah
05Febuari
4. Memberikanmakanan yang
2020 Perfusiparifertidakefektif
Dinas pagi mengandungbanyakzatbesi O
K/U: baik
5. Kolaborasidengantimmedislainny
Kes : 456
a. TTD: 100/80
N: 90x/ menit
6. Meningkatkanuntukberistirahat Hb: 5,6g/dl

A Masalah belum teratasi


Lanjutkan intervensi
P
- Tranfusi PRC 2 kolf
1. Bina hubungansalingpercaya Pasien mengatakan
S
masihlemas
2. Melakukan TTV
Kesadaran : Compos
3. Memberimakanan yang Mentis
GCS : 4,5,6
mengndungbanyakzatbesi
Tanda-tanda Vital :
Dinas sore Perfusiparifertidakefektif
4. Meningkatkanistirahat TD : 110/80 MmHg
O
N : 85 x/menit
5. Kolaborasidengantenagamedislain
S : 36,3 oC
. RR : 22x/menit
Masalah teratasi
A
sebagian

P Lanjutkan intervensi

1. Bina hubungan saling percaya. S -


2. Melakukan TTV
Kesadaran : Compos
3. Meningkatkanuntukberistirahat Mentis
GCS : 4,5,6
4. Memberikanmakanan yang
Dinas Tanda-tanda Vital :
Perfusiparifertidakefektif
malam mengandungbanyakzatbesi O TD : 110/90 MmHg
N : 87 x/menit
5. Kolaborasidengantimmedislainny
S : 36,6oC
a. RR : 20x/menit
IntervensiKeperawatan
DiagnosaKeperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Berhubungandengan: Tujuan : Mandiri
 Eksternal Setelah di  Jaga kebersihankulit agar
 Kelembabanuda lakukanasuhankeperawata tetapbersih dan kering
ra dan kulit nselama 1x24jam  Hindarikerutan pada
 Hipertermi tidakterjadigangguaninteg tempattidur
 Mobilitasfisik ritaskulit:  Mobilisasipaseintiap 2
Internal  Integritaskulit jam
 Perubahan yang  Monitor
status metabolik baikbisadipertahan kondisikulitadanyakemer
 Ketidakseimban kan ahan
gannutrisi  Perfusijaringanbai Pendidikan
 Defisitimunolog k  Anjurkanuntukmemakai
i  Menunjukanpemah baju yang longgar
 Penurunansirkul amandalam proses Kolaborasi
asi perbaikankulit  Konsulkankedokteruntuk
 Mampumelindungi pengobatanluka
kulit dan  Konsuldenganalhigiziunt
perawatan uk diet

DiagnosaKeperaw Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


atan
Berhubungandeng Tujuan : Mandiri
an: Setelah di  Monitor
Penurunansirkulas lakukanasuhankeperawatans adanyadaerahtertentu yang
idarahkeperifer elama 1x24jam hanyapekaterhadapbendaasi
yang tidakterjadigangguanintegrit ng
dapatmengganggu askulit:  Instruksikankeluargauntukm
kesehatan  Ttv normal engobservasikulitjikaadaisia
Internal  Tidakadaortostatikhi taulaserasi
 Perubahan pertensi Pendidikan
funsimotor  Tidakadatandapening  Anjurkanuntukmemakai
ik katantekanandarahint baju yang longgar
 Perubahan rakarnial Kolaborasi
karakteristi  Konsulkankedokteruntukpe
ksskulit ngobatan
 Edema  Konsuldenganalhigiziuntuk
 Nyeri diet
BAB IV

PELAKSANAAN KEGIATAN

5.1 Pelaksanaan Kegiatan


Hari : Kamis

Tanggal : 6 Februari 2020

Waktu : 11.00WIB - selesai

Pelaksana : Kepala ruangan, PP,PA

Tempat : Ruang Marwah RSI MasyithohBangil

Pembimbing : Roichatul Jannah, S.KepNers

Supervisor :Roichatul Jannah, S.KepNers

Acara dihadiri oleh :

1. Pembimbing Klinik sebanyak 1 orang.


2. Supervisor sebanyak 1 orang.
3. Mahasiswa PoltekkesKemenkes Malang 11 orang.
4. Konselor : Dokter, Apoteker, Gizi
5.2 Materi :
Asuhan Keperawatan pada Tn.M dengan diagnosa medis DM Tipe II

5.4 Metode

1. Presentasi

2. Diskusi dan tanya jawab

5.5 Media

1. Dokumentasi klien (status)


2. Sarana diskusi :
a. Literatur mengenai diabetes mellitus
b. Alat tulis : kertas dan ballpoint
5.6 RencanaTindakLanjut

a. Dari Dokter umum dapat disimpulkan bahwa


 perawat harus melakukan KIE dan monitoring
lanjutan untuk mengontrol gula darah
 melakukan rawat luka 2 X sehari
 mendapatkan tranfusi terkait nilai PRC
 melanjutkan tx lanjutan dari Dokter DPJP
b. Dari Farmasi dapat disimpulkan bahwa
 Mendapatkan 2 antibiotik karena luka sudah
berupa gangren
 Memperlambat tetesan Antibiotik untuk
mengurangi efek mual
c. Dari Gizi dapat disimpulkan bahwa
 Memberi jadwal makan 3 jam sekali dengan diit
2100 kkl
 Jika Gula darah naik suntikan Insulin bisa
ditambahkan, jika Gula darah turun suntikan
Insulin bisa dihentikan
d. Dari Perawat Konselor dapat disimpukan bahwa
 Terkait pasien BPJS Perawat,Dokter serta tenaga
medis lain tidak dapat memaksimalkan tindakan
karena terbentur dengan aturan BPJS dan Rumah
sakit swasta.
5. 7 Hambatan dan Dukungan

Selama pelaksanaan role play, semua kegiatan berjalan sesuai dengan


alur yang sudah direncanakan, ruangan sangat mendukung dilakukannya ronde
keperawatan, karena sampai saat ini belum bisa dilakukan ronde keperawatan di
ruangan. Dukungan diberikan oleh CI Ruang Marwah untuk membimbing
mahasiswa ketika melakukan praktek ronde keperawatan di Ruang Marwah

5.8 Hasil Evaluasi


a. Evaluasi Struktur
Pelaksanaan Role Play Ronde Keperawatan yang dilakukan kelompok, telah
dipersiapkan sebelumnya yang meliputi penetapan kasus ronde keperawatan,
pembuatan proposal kegiatan, pembagian peran sebagai PP1, PA1, PP2, PA2,
Karu. Pasien yang diangkat sebagai kasus ronde keperawatan adalah pasien yang
telah menjalani perawatan di Ruang Marwahdengankasus yang jarang ditemukan
di ruang rawat inap Marwah. Sebelum pelaksanaan, pasien dan keluarganya telah
diberitahukan dan bersedia untuk menjadi pasien ronde keperawatan.

b. Evaluasi Proses Ronde Keperawatan

No WAKTU KEGIATAN

1 01.20 – 01.40 WIB Proses pelaksanaan Role Play

c. Evaluasi Hasil Ronde Keperawatan

1) Kegiatan ronde dihadiri oleh 1 orang pembimbing klinik, 1 orang supervisor,


dan konselor.
2) Selama kegiatan setiap mahasiswa yang berperan bekerja sesuai tugasnya
masing – masing.
3) Acara dimulai tepat dengan jadwal yang telah ditentukan, acara berlangsung
selama 30 menit.
4) Kegiatan berjalan lancar dan mahasiswa dapat mencapai tujuan yang
diharapkan, antara lain PP1 yang aktif dalam mengklarifikasi data, karu bisa
mengontrol fase klarifikasi sehingga terdapat solusi dari perawat konselor,
dan kerja yang terkoordinasi pada tim ronde sangat baik.
INSTRUMENT SUPERVISI RONDE KEPERAWATAN

Nama : Tanggal :
Ruangan : Supervisor :
No Aspek yang dinilai Dilakukan Tidak
Dilakukan
A. PERSIAPAN
1. Membuat proposal untuk kegiatan
bimbingan (dalam bentuk tertulis)
2. Mempersiapkan tempat yang cukup sesuai
jumlah peserta ronde
3. Mendapatkan data mengenai kondisi pasien
yang akan dilakukan ronde keperawatan
serta meminta ijin pasien
4. Menyiapkan alat yang diperlukan
5. Mengatur lingkungan fisik untuk ronde
keperawatan sehingga mudah dilihat dan
didengar oleh peserta
B. PELAKSANAAN
6. Membuka kegiatan ronde dengan
mengucapkan salam
7. Menjelaskan tentang kegiatan, waktu,
tujuan ronde keperawatan (tidak didepan
pasien)
8. menjelaskan tentang hasil yang diharapkan
dari hasil ronde.
9. Menjelaskan secara umum pasiennya
masing-masing (data fokus, diagnosa
keperawatan, rencana tindakan, catatan
perkembangan, masalah yang belum
dipecahkan).
10. Mengajak peserta menuju ruang pasien.
11. Memulai kegiatan ronde keperawatan.
12. Memberikan kesempatan untuk bertanya
dan berdiskusi pada peserta lain,
keluarga/pasien.
13. Memberikan reinforcement pada pasien
atas kerjasamnya dalam melaksanakan
kegiatan.
C. EVALUASI
14. Menyimpulkan kegiatan ronde keperawatan
(tidak didepan pasien)
15. Memberikan reinforcement kepada peserta
16. Rencana tindak lanjut setelah kegiatan
ronde keperawatan
17. Menutup kegiatan ronde keperawatan
TOTAL NILAI

Nilai = (Jumlah Total Nilai /17) x 100%


Keterangan : 1 = Dilakukan , 0 = Tidak Dilakukan

Anda mungkin juga menyukai