Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN DISEMINASI

DI RUANG MARWAH RSI

MASYITHOH BANGIL
Untuk memenuhi tugas Praktik Klinik Keperawatan
Manajemen Keperawatan

Oleh:

1. Aprilia Rachim (P17221172016)


2. Ana Mas’amah (P17221173035)
3. Angelica Sunja (P17221171014)
4. Indah Mei P (P17221171007)
5. Dyah Sulistyaningtyas (P17221173040)
6. Dea Septiawati (P17221172015)
7. Amalia Sholikah J (P17221173039)
8. Kiki Ferliasari (P17221174060)
9. Tya Dwi A (P17221174056)
10. Shinta Wahyu D (P17221174070)
11. Fitri Yunita A (P1601470097)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
LAWANG
JANUARI 202

1
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Diseminasi Praktik Klinik Manajemen Keperawatan Politeknik Kesehatan


Kemenkes Malang Prodi Sarjana Terapan oleh kelompok 9A, kelompok 10A dan kelompok
8B diruang Marwah RSI Masyithoh Bangil

Disahkan pada Februari 2020

Pembimbing Institusi Pembimbing Klinik

Kepala Ruang Marwah

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya,
sehingga kami kelompok 9A, kelompok 10A, dan kelompok 8B Program Studi Sarjana
Terapan Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang Prodi Lawang dapat menyelesaikan
laporan diseminasi akhir praktik manajemen keperawatan di ruang Marwah RSI
Masyithoh Bangil.
Kami menyadari bahwa laporan diseminasi akhir praktik manajemen
keperawatan yang kami buat ini masih banyak kekurangan dan perlu adanya
perbaikan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca
yang bersiftat membangun. Agar laporan ini menjadi lebih sempurna dari sebelumnya.
Demikianlah laporan ini kami buat, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.

Bangil, 1 Februari 2020

Penyusun

3
DAFTAR ISI

Halaman Lembar Pengesahan...............................................................................


Kata Pengantar......................................................................................................
Daftar Isi................................................................................................................
Daftar Lampiran....................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.........................................................................................5
1.2 Tujuan......................................................................................................5
1.3 Manfaat....................................................................................................6

BAB 2 KAJIAN TEORI MAKP


2.1 Pengertian MAKP.................................................................................7
2.2 Unsur-unsur MAKP..............................................................................7
2.3 Faktor-faktor yang berhubungan dengan MAKP..................................8
2.4 Langkah-langkah pengelolaan MAKP..................................................16
2.5 Analisis SWOT......................................................................................22
2.6 Identifikasi masalah...............................................................................22
2.7 Perencanaan...........................................................................................22
2.8 Pelaksanaan...........................................................................................22
2.9 Evaluasi................................................................................................22

BAB 3 ANALISIS RUANGAN


3.1 Pengkajian ............................................................................................26
3.2 Pelaksanaan...........................................................................................27

BAB 4 PERENCANAAN
4.1 Analisis SWOT.....................................................................................52
4.2 Identifikasi Masalah..............................................................................60
4.3 Perencanaan...........................................................................................63

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan...........................................................................................65
5.2 Saran.....................................................................................................65

Lampiran

4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Manajemen keperawatan di Indonesia perlu mendapatkan prioritas utama
dalam pengembangan bidang keperawatan di masa depan.
Manajemen keperawatan merupakan suatu bentuk koordinasi dan integrasi
sumber-sumber keperawatan dengan menerapkan proses manajemen untuk
mencapai tujuan dan obyektifitas asuhan keperawatan dan pelayanan keperawatan
(Nursalam, 2014).
Rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan yang didirikan dan
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang bertujuan memberikan
pelayanan yang berkualitas untuk memenuhi kebutuhan dasar pasien dan
keluarga, sehingga pasien dan keluarga merupakan subyek penting dalam
pelayanan di rumah sakit. Pelayanan yang berkualitas didukung oleh sumber-
sumber yang memadai antara lain sumber daya manusia, standar pelayanan,
standar praktik keperawatan serta fasilitas yang tersedia dimanfaatkan sebaik-
baiknya agar berdaya guna sehingga tercapai kualitas yang tertinggi.
Sebagaimana kita ketahui bahwa sistem pelayanan kesehatan mengalami
perubahan mendasar dalam memasuki abad XXI. Perubahan tersebut sebagai
dampak dari perubahan sosial politik kependuduan serta perkembangan
pengetahuan dan teknologi. Dari ketiga perubahan membawa implikasi terhadap
perubahan sistem pelayanan kesehatan atau keperawatan sebagai tantangan bagi
keperawatan Indonesia dalam proses profesionalisasi. Manajemen keperawatan
harus dapat diaplikasikan dalam tatanan pelayanan nyata yaitu di rumah sakit dan
komunikasi sebagai perawata perlu memahami konsep dan aplikasinya. Konsep
yang harus dikuasai adalah konsep tentangpengelolaan bahan, konsep manajemen
keperawatan, perencanaan, yang berupa rencana strategi melalui pendekatan,
pengumpulan data analisa SWOT dan penyusunan langkah perencanaan secara
operasional khususnya dalam pelaksanaan MAKP delegasi dan melakukan
pengawasan dan pengendalian (Nursalam, 2014).
Sistem MAKP adalah suatu kerangka kerja yang mendefinisikan empat unsur,
yakni standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan, dan sistem MAKP.
Dalam menetapkan suatu model, keempat hal tersebut harus menjadi bahan

5
6
pertimbangan karena merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Definisi tersebut berdasarkan prinsip-prinsip nilai yang diyakini dan akan
menentukan kualitas produksi/jasa layanan keperawatan. Jika perawat tidak
memiliki nilai-nilai tersebut sebagai sesuatu pengambilan keputusan yang
independen, maka tujuan pelayanan kesehatan/keperawatan dalam memenuhi
kepuasan pasien tidak akan dapat terwujud (Nursalam, 2014).
Model Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) diterapkan
berdasarkan pada visi dan rumah sakit, pendekatan proses keperawatan
menentukan keberhasilan asuhan keperawatan kepada pasien, efisien dan efektif
dalam penggunaan biaya, terpenuhinya kepuasan pasien, keluarga dan
masyarakat, dapat meningkatkan kepuasan perawat serta terlaksananya
komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim kesehatan lainnya (Nursalam,
2014).
Proses manajemen keperawatan dalam aplikasi dilapangan berada sejajar
dengan proses keperawatan sehingga keberadaan manajemen keperawatan
dimaksudkan untuk mempermudah proses keperawatan (Suyanto. 2008) sehingga
dapat mengarahkan keperawatan professionalisme. Salah satu sistem pelayanan
keperawatan professional adalah dengan melaksanakan suatu Model Asuhan
Keperawatan Profesional Metode Tim yang merupakan suatu metode pemberian
asuhan keperawatan dimana seorang perawat professional memimpin sekelompok
tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan kelompok klien
melalui upaya kooperatif dan kolaboratif. Pembagian tugas di dalam kelompok
dilakukan oleh pimpinan kelompok/ketua tim. Selain itu ketua tim bertanggung
jawab dalam mengarahkan anggota grup/tim. Sebelum tugas dan menerima
laporan kemajuan pelayanan keperawatan klien serta membantu anggota tim
dalam menyelesaikan tugas apabila menjalani kesulitan. Selanjutnya ketua tim
yang melaporkan pada kepala ruangan tentang kemajuan pelayanan/asuhan
keperawatan terhadap klien.
Keuntungan dari MAKP Metode Tim antara lain memfasilitasi pelayanan
keperawatan yang komprehenshift, memungkinkan pencapaian proses
keperawatan, konflik atau perbedaan pendapat antar staf dapat ditekan melalui
rapat tim cara ini efektif untuk belajar, memberi kepuasan anggota tim dalam

7
hubungan interpersonal, dan memungkinkan menyatukan kemampuan anggota
tim yang berbeda-beda dengan aman dan efektif.
Berdasarkan pengkajian yang kami laksanakan di Ruang Ruby, kami
mendapatkan bahwa model asuhan keperawatan yang digunakan di Ruang Ruby
adalah model Tim.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah mengikuti praktik klinik keperawatan manajemen
keperawatan, diharapkan mahasiswa mampu mengelola pelayanan
keperawatan professional secara bertanggung jawab dan menunjukkan
sikap kepemimpinan yang profesional.
1.2.2 Tujuan Khusus
Setelah mengikuti proses praktik klinik manajemen keperwatan
diharapkan mahasiswa mampu:
1. Melakukan pengkajian tentang keadaan ruang perawatan
untuk menemukan masalah-masalah yang ada.
1.3 Menyusun analisis SWOT dan menyusun prioritas masalah
sesuai dengan kebutuhan ruangan.
1. Mengidentifikasi masalah
keperawatan yang terkait dengan pelayanan
keperawatan maupun asuhan keperawatan.
2. Menyusun perencanaan untuk
menyelesaikan masalah yang
ditemukan berdasarkan prioritasnya.
3. Mampu melaksanakan kegiatan yang direncanakan.
4. Mampu mengevaluasi hasil kegiatan yang telah direncanakan.
1.3 Manfaat
1.3.1Bagi Rumah Sakit RS Lavalette
1 Mengetahui masalah-masalah yang ada di ruang perawatan Ruang
Ruby RS Lavalette yang berkaitan dengan pelaksanaan asuhan
keperawatan professional.
2 Dapat menganalisa masalah yang ada dengan metode SWOT serta
menyusun rencana strategi.

8
7

9
3 Mempelajari penerapan model keperawatan professional (MAKP).

1.3.2Bagi Perawat Ruang Ruby RS Lavalette


1 Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal
2 Terbinanya hubungan atau komunikasi yang adekuat antara
perawat dan perawat, perawat dengan tim kesehatan yang lain, dan
perawat dengan pasien serta keluarga
3 Tumbuh dan terbinanya akuntabilitas dan disiplin diri perawat.
1.3.3Bagi Pasien dan Keluarga
1 Mendapatkan pelayanan yang optimal
2 Tercapainya kepuasan klien dan keluarga yang ada di Ruang Ruby
RS Lavalette secara optimal.
1.3.4Bagi Mahasiswa
1 Mahasiswa dapat
mengembangkan kemampuan kritis dalam
pengelolaan pelayanan keperawatan
2 Dapat memperoleh pengalaman nyata dalam pengelolaan
perawatan profesional.

8
10
1

BAB 2
KAJIAN TEORI
MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN PROFESIONAL (MAKP)

2.1 Pengertian MAKP


Sistem MAKP adalah suatu kerangka kerja yang mendefinisikan empat unsur
yakni: standart proses keperawatan, pendidikan keperawatan, sistem MAKP. Definisi
tersebut berdasarkan prinsip-prinsip nilai yang diyakini dan akan menentukan
kualitas produksi atau jasa layanan keperawatanjika keperawatan tidak memiliki
nilai-nilai tersebut sebagai sesuatau pengambilan keptusan yang independen, maka
tujuan pelayanan kesehatan atau keperawatandalam memenuhi kepuasan pasien
tidak akan dapat terwujud.
Unsur-unsur dalam praktik keperawatan dapat dibedakan menjadi empat yaitu:
standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan dan sistem MAKP. Dalam
menetapkan model, keempat hal tersebut harus menjadi bahan pertimbangan karena
merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
2.2 Unsur-unsur Sistem MAKP
Standar Kebijakan institusi atau nasional
a. Proses keperawatan:
Pengkajian
Perencanaan
Intervensi
Evaluasi
b. Pendidikan pasien
Pencegahan penyakit
Mempertahankan kesehatan
Informed consent
Rencana pulang atau komunitas
c. Sistem MAKP
Fungsional
Tim
Primer
Modifikasi

1
2.3 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perubahan MAKP
1. Kualitas Pelayanan Keperawatan
Setiap upaya untuk meningkatkan pelayanan keperawatan
selalu berbicara mengenai kualitas. Kualitas amat diperlukan untuk:
1. Meningkatkan asuhan keperawatan kepada pasien/konsumen;
2. Menghasilkan keuntungan (pendapatan) institusi;
3. Mempertahankan eksistensi institusi;
4. Meningkatkan kepuasan kerja;
5. Meningkatkan kepercayaan konsumen/pelanggan;
6. Menjalankan kegiatan sesuai aturan/standar.
2. Standar Praktik Keperawatan
Standar praktik keperawatan di Indonesia yang disusun oleh
terdiri atas beberapa standar, yaitu:
1. Menghargai hak-hak pasien;
2. Penerimaan sewaktu pasien masuk rumah sakit (SPMRS);
3. Observasi keadaan pasien;
4. Pemenuhan kebutuhan nutrisi;
5. Asuhan pada tindakan nonoperatif dan administratif;
6. Asuhan pada tindakan operasi dan prosedur invashift;
7. Pendidikan kepada pasien dan keluarga;
8. Pemberian asuhan secara terus-menerus dan berkesinambungan.

Standar intervensi keperawatan yang merupakan lingkup tindakan


keperawatan dalam upaya pemenuhan kebutuhan dasar manusia (14
Kebutuhan Dasar Manusia dari Henderson), meliputi:
1. Oksigen;
2. Cairan dan elektrolit;
3. Eliminasi;
4. Kemananan;
5. Kebersihan dan kenyamanan fisik;
6. Istirahat dan tidur;
7. Aktivitas dan gerak;
8. Spiritual;
9. Emosional;
10. Komunikasi;
2
11. Pengobatan dan membantu proses penyembuhan;
12. Penyuluhan;
13. Rehabilitasi.

3. Model Praktik
a. Praktik keperawatan rumah sakit.
Perawat profesional (Ners) mempunyai wewenang dan tanggung
jawab melaksanakan praktik keperawatan di rumah sakit dengan sikap dan
kemampuannya. Untuk itu, perlu dikembangkan pengertian praktik
keperawatan rumah sakit dan lingkup cakupannya sebagai bentuk praktik
keperawatan profesional, seperti proses dan prosedur registrasi, dan
legislasi keperawatan.
b. Praktik keperawatan rumah.
Bentuk praktik keperawatan rumah diletakkan pada pelaksanaan
pelayanan/ asuhan keperawatan sebagai kelanjutan dari pelayanan rumah
sakit. Kegiatan ini dilakukan oleh perawat profesional rumah sakit, atau
melalui pengikutsertaan perawat profesional yang melakukan praktik
keperawatan berkelompok.
c. Praktik keperawatan berkelompok
Beberapa perawat profesional membuka praktik keperawatan
selama 24 jam kepada masyarakat yang memerlukan asuhan keperawatan
dengan pola yang diuraikan dalam pendekatan dan pelaksanaan praktik
keperawatan rumah sakit dan rumah. Bentuk praktik keperawatan ini dapat
mengatasi berbagai bentuk masalah keperawatan yang dihadapi oleh
masyarakat dan dipandang perlu di masa depan. Lama rawat pasien di
rumah sakit perlu dipersingkat karena biaya perawatan di rumah sakit
diperkirakan akan terus meningkat.
d. Praktik keperawatan individual
Pola pendekatan dan pelaksanaan sama seperti yang diuraikan
untuk praktik keperawatan rumah sakit. Perawat profesional senior dan
berpengalaman secara sendiri/perorangan membuka praktik keperawatan
dalam jam praktik tertentu untuk memberi asuhan keperawatan, khususnya
konsultasi dalam keperawatan bagi masyarakat yang memerlukan. Bentuk
praktik keperawatan ini sangat diperlukan oleh kelompok/golongan
masyarakat yang tinggal jauh terpencil dari fasilitas pelayanan kesehatan,

3
khususnya yang dikembangkan pemerintah.

4. Standar Praktik Keperawatan


1. Dasar Pertimbangan Pemilihan Model Metode Asuhan
Keperawatan professional (MAKP)
a. Sesuai dengan visi dan misi institusi
Dasar utama penentuan model pemberian asuhan
keperawatan harus didasarkan pada visi dan misi rumah sakit.
b. Dapat diterapkannya proses keperawatan dalam asuhan keperawatan
Proses keperawatan merupakan unsur penting terhadap
kesinambungan asuhan keperawatan kepada pasien. Keberhasilan
dalam asuhan keperawatan sangat ditentukan oleh pendekatan
proses keperawatan.
c. Efisien dan efektif dalam penggunaan biaya
Setiap suatu perubahan, harus selalu mempertimbangkan
biaya dan efektivitas dalam kelancaran pelaksanaannya.
Bagaimana pun baiknya suatu model, tanpa ditunjang oleh biaya
memadai, maka tidak akan didapat hasil yang sempurna.
d. Terpenuhinya kepuasan pasien, keluarga, dan masyarakat
Tujuan akhir asuhan keperawatan adalah kepuasan
pelanggan atau pasien terhadap asuhan yang diberikan oleh
perawat. Oleh karena itu, model yang baik adalah model asuhan
keperawatan yang dapat menunjang kepuasan pelanggan.
e. Kepuasan dan kinerja perawat.
Kelancaran pelaksanaan suatu model sangat ditentukan
oleh motivasi dan kinerja perawat. Model yang dipilih harus
dapat meningkatkan kepuasan perawat, bukan justru menambah
beban kerja dan frustrasi dalam pelaksanaannya.
f. Terlaksananya komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim .
Komunikasi secara profesional sesuai dengan lingkup
tanggung jawab merupakan dasar pertimbangan penentuan
model. Model asuhan keperawatan diharapkan akan dapat
meningkatkan hubungan interpersonal yang baik antara perawat
dan tenaga kesehatan lainnya.

4
2. Jenis Model Metode Asuhan Keperawatan professional
(MAKP)
` Berikut ini merupakan penjabaran secara rinci tentang metode
pemberian asuhan keperawatan profesional. Ada lima metode pemberian
asuhan keperawatan profesional yang sudah ada dan akan terus
dikembangkan di masa depan dalam menghadapi tren pelayanan
keperawatan.

1. Fungsional (bukan model MAKP)


Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan
keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada
saat itu, karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat, maka
setiap perawat hanya melakukan satu atau dua jenis intervensi
keperawatan saja (misalnya, merawat luka) kepada semua pasien di
bangsal.
Kelebihan:
a. Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian
tugas yang jelas dan pengawasan yang baik;
b. Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga;
c. Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial,
sedangkan perawat pasien diserahkan kepada perawat junior
dan/atau belum berpengalaman.
Kelemahan:
a. Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat;
b. Pelay
anan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan
proses keperawatan;
c. Persepsi perawat cenderung pada tindakan yang berkaitan
dengan keterampilan saja.

2. MAKP Tim
Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbeda-beda
dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat
ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/grup yang terdiri dari atas tenaga profesional,

5
teknikal, dan pembantu dalam satu kelompok kecil yang saling membantu.
Metode ini biasa digunakan pada pelayanan keperawatan di unit rawat inap,
unit rawat jalan, dan unit gawat darurat. Konsep metode Tim:
a. Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan
berbagai teknik kepemimpinan;
b. Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana
keperawatan terjamin;
c. Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim;
d. Peran kepala ruang penting dalam model tim, model tim akan berhasil
bila didukung oleh kepala ruang.
Kelebihanya:
a. memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh;

b. mendukung pelaksanaan proses keperawatan;


c. memungkinkan komunikasi antartim, sehingga konflik mudah di atasi
dan memberi kepuasan kepada anggota tim.
Kelemahan: komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk
konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu, yang sulit untuk dilaksanakan
pada waktu-waktu sibuk.
Tanggung jawab anggota tim:
Memberikan asuhan keperawatan pada pasien di bawah tanggung
jawabnya;
a. Kerja sama dengan anggota tim dan antartim;
b. Memberikan laporan.
Tanggung jawab ketua tim:
a. Membuat perencanaan;
b. Membuat penugasan, supervisi, dan evaluasi;
c. Mengenal/mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat kebutuhan
pasien;
d. Mengembangkan kemampuan anggota;
e. Menyelenggarakan
konferensi. Tanggung jawab
kepala ruang:

Perencanaan:

6
1. Menunjuk ketua tim yang akan bertugas di ruangan masing-masing;
2. Mengikuti serah terima pasien pada shif sebelumnya;
3. Mengidentifikasi tingkat
ketergantungan pasien: gawat, transisi, dan
persiapan pulang, bersama ketua tim;
4. Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan aktivitas dan
kebutuhan pasien bersama ketua tim, mengatur penugasan/penjadwalan;
5. Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan;
6. Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologi, tindakan
medis yang dilakukan, program pengobatan, dan mendiskusikan dengan
dokter tentang tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien;
7. Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan, termasuk kegiatan
membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan, membimbing penerapan
proses keperawatan dan menilai asuhan keperawatan, mengadakan diskusi untuk

d. mendukung pelaksanaan proses keperawatan;


e. memungkinkan komunikasi antartim, sehingga konflik mudah di atasi
dan memberi kepuasan kepada anggota tim.
Kelemahan: komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk
konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu, yang sulit untuk dilaksanakan
pada waktu-waktu sibuk.
Tanggung jawab anggota tim:
Memberikan asuhan keperawatan pada pasien di bawah tanggung
jawabnya;
c. Kerja sama dengan anggota tim dan antartim;
d. Memberikan laporan.
Tanggung jawab ketua tim:
f. Membuat perencanaan;
g. Membuat penugasan, supervisi, dan evaluasi;
h. Mengenal/mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat kebutuhan
pasien;
i. Mengembangkan kemampuan anggota;
j. Menyelenggarakan
konferensi. Tanggung jawab
kepala ruang:

7
Perencanaan:

8. Menunjuk ketua tim yang akan bertugas di ruangan masing-masing;


9. Mengikuti serah terima pasien pada shif sebelumnya;
10. Mengidentifikasi tingkat
ketergantungan pasien: gawat, transisi, dan
persiapan pulang, bersama ketua tim;
11. Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan aktivitas dan
kebutuhan pasien bersama ketua tim, mengatur penugasan/penjadwalan;
12. Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan;
13. Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologi, tindakan
medis yang dilakukan, program pengobatan, dan mendiskusikan dengan
dokter tentang tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien;
14. Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan, termasuk kegiatan
membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan, membimbing penerapan
proses keperawatan dan menilai asuhan keperawatan, mengadakan diskusi untuk

8
pemecahan masalah, serta memberikan informasi kepada pasien atau keluarga
yang baru masuk;
15. Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri;
16. Membantu membimbing peserta didik keperawatan;
17. Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan rumah
sakit. Pengorganisasian:
1. Merumuskan metode penugasan yang digunakan;
2. Merumuskan tujuan metode penugasan;
3. Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas;
4. Membuat rentang kendali, kepala ruangan membawahi 2 ketua tim, dan
ketua tim membawahi 2–3 perawat;
5. Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan: membuat proses dinas,
mengatur tenaga yang ada setiap hari, dan lain-lain;
6. Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan,
7. Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik;
8. Mendelegasikan tugas, saat kepala ruang tidak berada di tempat kepada
ketua tim;
9. Memberi wewenang
kepada tata usaha untuk mengurus administrasi
pasien;
10. Mengatur penugasan jadwal pos dan pakarnya;
11. Mengidentifikasi masalah dan cara penanganannya.

Pengarahan:

1. Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim;


2. Memberi pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas dengan baik;
3. Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap;
4. Menginformasikan hal-hal yang
dianggap penting dan berhubungan dengan asuhan keperawatan pada
pasien;
5. Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan;
6. Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan
tugasnya
7. Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain.

Pengawasan:
9
1. Melalui komunikasi: mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan
ketua tim maupun pelaksana mengenai asuhan keperawatan yang
diberikan kepada pasien;
2. Melalui supervisi:
a. Pengawasan langsung dilakukan dengan cara inspeksi,
mengamat sendiri, atau melalui laporan langsung secara lisan, dan
memperbaiki/ mengawasi kelemahan-kelemahan yang ada saat itu juga;
b. Pengawasan tidak langsung, yaitu mengecek daftar hadir ketua
tim, membaca dan memeriksa rencana keperawatan serta catatan yang
dibuat selama dan sesudah proses keperawatan dilaksanakan
(didokumentasikan), mendengar laporan ketua tim tentang
pelaksanaan tugas
c. Evaluasi;
d. Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan
rencana keperawatan yang telah disusun bersama ketua tim;
e. Audit keperawatan.

3. MAKP Primer.

Metode penugasan di mana satu orang perawat bertanggung jawab penuh


selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk
sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktik kemandirian perawat, ada
kejelasan antara pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ini
ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus-menerus antara pasien dan
perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan, dan koordinasi
asuhan keperawatan selama pasien dirawat
Kelebihan:
a. Bershiftat kontinuitas dan komprehenshift;
b. Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil,
dan memungkinkan pengembangan diri;
Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter, dan rumah sakit:
pasien merasa dimanusiawikan karena terpenuhinya kebutuhan secara
individu. Selain itu, asuhan yang diberikan bermutu tinggi, dan tercapai
pelayanan yang efektif terhadap pengobatan, dukungan, proteksi, informasi,
dan advokasi. Dokter juga merasakan kepuasan dengan model primer karena

10
senantiasa mendapatkan informasi tentang kondisi pasien yang selalu diperbarui
dan komprehenshift.
Kelemahannya adalah hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki
pengalaman dan pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self direction,
kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawatan klinis,
penuh pertimbangan, serta mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin ilmu.

Konsep dasar metode primer:

 Ada tanggung jawab dan tanggung gugat;


 Ada otonomi;
 Ketertiban pasien dan keluarga.

Tugas perawat primer:

 Mengkaji kebutuhan pasien secara komprehenshift;


 Membuat tujuan dan rencana keperawatan;
 Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama ia dinas;
 Mengomunikasikan dan mengoordinasikan pelayanan yang
diberikan oleh disiplin lain maupun perawat lain;
 Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai;
 Menerima dan menyesuaikan rencana;
 Menyiapkan penyuluhan untuk pulang;
 Melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan lembaga
sosial di masyarakat;
 Membuat jadwal perjanjian klinis;
 Mengadakan kunjungan rumah.

Peran kepala ruang/bangsal dalam metode primer:

 Sebagai konsultan dan pengendalian mutu perawat primer;


 Orientasi dan merencanakan karyawan baru;
 Menyusun jadwal dinas dan memberi penugasan pada perawat

asisten; Evaluasi kerja;

 Merencanakan/menyelenggarakan pengembangan staf;

11
 Membuat 1–2 pasien untuk model agar dapat mengenal
hambatan yang terjadi.

Ketenagaan metode primer:

 Setiap perawat primer adalah perawat bed side atau selalu


berada dekat dengan pasien;
 Beban kasus pasien 4–6 orang untuk satu perawat primer;
 Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal;
 Perawat primer dibantu oleh perawat
profesional lain maupun nonprofesional sebagai perawat
asisten;

4. MAKP Kasus.

Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat ia


dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift, dan
tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari
berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat,
dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawat privat/pribadi dalam
memberikan asuhan keperawatan khusus seperti kasus isolasi dan perawatan
intenshift (intensive care).

Kelebihannya:

a. perawat lebih memahami kasus per kasus


b. sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah.

Kekurangannya:

a. Belum dapat diidentifikasi perawat penanggung jawab;


b. Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan
dasar yang sama.

12

Anda mungkin juga menyukai