MASYITHOH BANGIL
Untuk memenuhi tugas Praktik Klinik Keperawatan
Manajemen Keperawatan
Oleh:
1
LEMBAR PENGESAHAN
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya,
sehingga kami kelompok 9A, kelompok 10A, dan kelompok 8B Program Studi Sarjana
Terapan Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang Prodi Lawang dapat menyelesaikan
laporan diseminasi akhir praktik manajemen keperawatan di ruang Marwah RSI
Masyithoh Bangil.
Kami menyadari bahwa laporan diseminasi akhir praktik manajemen
keperawatan yang kami buat ini masih banyak kekurangan dan perlu adanya
perbaikan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca
yang bersiftat membangun. Agar laporan ini menjadi lebih sempurna dari sebelumnya.
Demikianlah laporan ini kami buat, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.
Penyusun
3
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.........................................................................................5
1.2 Tujuan......................................................................................................5
1.3 Manfaat....................................................................................................6
BAB 4 PERENCANAAN
4.1 Analisis SWOT.....................................................................................52
4.2 Identifikasi Masalah..............................................................................60
4.3 Perencanaan...........................................................................................63
Lampiran
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Manajemen keperawatan di Indonesia perlu mendapatkan prioritas utama
dalam pengembangan bidang keperawatan di masa depan.
Manajemen keperawatan merupakan suatu bentuk koordinasi dan integrasi
sumber-sumber keperawatan dengan menerapkan proses manajemen untuk
mencapai tujuan dan obyektifitas asuhan keperawatan dan pelayanan keperawatan
(Nursalam, 2014).
Rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan yang didirikan dan
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang bertujuan memberikan
pelayanan yang berkualitas untuk memenuhi kebutuhan dasar pasien dan
keluarga, sehingga pasien dan keluarga merupakan subyek penting dalam
pelayanan di rumah sakit. Pelayanan yang berkualitas didukung oleh sumber-
sumber yang memadai antara lain sumber daya manusia, standar pelayanan,
standar praktik keperawatan serta fasilitas yang tersedia dimanfaatkan sebaik-
baiknya agar berdaya guna sehingga tercapai kualitas yang tertinggi.
Sebagaimana kita ketahui bahwa sistem pelayanan kesehatan mengalami
perubahan mendasar dalam memasuki abad XXI. Perubahan tersebut sebagai
dampak dari perubahan sosial politik kependuduan serta perkembangan
pengetahuan dan teknologi. Dari ketiga perubahan membawa implikasi terhadap
perubahan sistem pelayanan kesehatan atau keperawatan sebagai tantangan bagi
keperawatan Indonesia dalam proses profesionalisasi. Manajemen keperawatan
harus dapat diaplikasikan dalam tatanan pelayanan nyata yaitu di rumah sakit dan
komunikasi sebagai perawata perlu memahami konsep dan aplikasinya. Konsep
yang harus dikuasai adalah konsep tentangpengelolaan bahan, konsep manajemen
keperawatan, perencanaan, yang berupa rencana strategi melalui pendekatan,
pengumpulan data analisa SWOT dan penyusunan langkah perencanaan secara
operasional khususnya dalam pelaksanaan MAKP delegasi dan melakukan
pengawasan dan pengendalian (Nursalam, 2014).
Sistem MAKP adalah suatu kerangka kerja yang mendefinisikan empat unsur,
yakni standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan, dan sistem MAKP.
Dalam menetapkan suatu model, keempat hal tersebut harus menjadi bahan
5
6
pertimbangan karena merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Definisi tersebut berdasarkan prinsip-prinsip nilai yang diyakini dan akan
menentukan kualitas produksi/jasa layanan keperawatan. Jika perawat tidak
memiliki nilai-nilai tersebut sebagai sesuatu pengambilan keputusan yang
independen, maka tujuan pelayanan kesehatan/keperawatan dalam memenuhi
kepuasan pasien tidak akan dapat terwujud (Nursalam, 2014).
Model Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) diterapkan
berdasarkan pada visi dan rumah sakit, pendekatan proses keperawatan
menentukan keberhasilan asuhan keperawatan kepada pasien, efisien dan efektif
dalam penggunaan biaya, terpenuhinya kepuasan pasien, keluarga dan
masyarakat, dapat meningkatkan kepuasan perawat serta terlaksananya
komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim kesehatan lainnya (Nursalam,
2014).
Proses manajemen keperawatan dalam aplikasi dilapangan berada sejajar
dengan proses keperawatan sehingga keberadaan manajemen keperawatan
dimaksudkan untuk mempermudah proses keperawatan (Suyanto. 2008) sehingga
dapat mengarahkan keperawatan professionalisme. Salah satu sistem pelayanan
keperawatan professional adalah dengan melaksanakan suatu Model Asuhan
Keperawatan Profesional Metode Tim yang merupakan suatu metode pemberian
asuhan keperawatan dimana seorang perawat professional memimpin sekelompok
tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan kelompok klien
melalui upaya kooperatif dan kolaboratif. Pembagian tugas di dalam kelompok
dilakukan oleh pimpinan kelompok/ketua tim. Selain itu ketua tim bertanggung
jawab dalam mengarahkan anggota grup/tim. Sebelum tugas dan menerima
laporan kemajuan pelayanan keperawatan klien serta membantu anggota tim
dalam menyelesaikan tugas apabila menjalani kesulitan. Selanjutnya ketua tim
yang melaporkan pada kepala ruangan tentang kemajuan pelayanan/asuhan
keperawatan terhadap klien.
Keuntungan dari MAKP Metode Tim antara lain memfasilitasi pelayanan
keperawatan yang komprehenshift, memungkinkan pencapaian proses
keperawatan, konflik atau perbedaan pendapat antar staf dapat ditekan melalui
rapat tim cara ini efektif untuk belajar, memberi kepuasan anggota tim dalam
7
hubungan interpersonal, dan memungkinkan menyatukan kemampuan anggota
tim yang berbeda-beda dengan aman dan efektif.
Berdasarkan pengkajian yang kami laksanakan di Ruang Ruby, kami
mendapatkan bahwa model asuhan keperawatan yang digunakan di Ruang Ruby
adalah model Tim.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah mengikuti praktik klinik keperawatan manajemen
keperawatan, diharapkan mahasiswa mampu mengelola pelayanan
keperawatan professional secara bertanggung jawab dan menunjukkan
sikap kepemimpinan yang profesional.
1.2.2 Tujuan Khusus
Setelah mengikuti proses praktik klinik manajemen keperwatan
diharapkan mahasiswa mampu:
1. Melakukan pengkajian tentang keadaan ruang perawatan
untuk menemukan masalah-masalah yang ada.
1.3 Menyusun analisis SWOT dan menyusun prioritas masalah
sesuai dengan kebutuhan ruangan.
1. Mengidentifikasi masalah
keperawatan yang terkait dengan pelayanan
keperawatan maupun asuhan keperawatan.
2. Menyusun perencanaan untuk
menyelesaikan masalah yang
ditemukan berdasarkan prioritasnya.
3. Mampu melaksanakan kegiatan yang direncanakan.
4. Mampu mengevaluasi hasil kegiatan yang telah direncanakan.
1.3 Manfaat
1.3.1Bagi Rumah Sakit RS Lavalette
1 Mengetahui masalah-masalah yang ada di ruang perawatan Ruang
Ruby RS Lavalette yang berkaitan dengan pelaksanaan asuhan
keperawatan professional.
2 Dapat menganalisa masalah yang ada dengan metode SWOT serta
menyusun rencana strategi.
8
7
9
3 Mempelajari penerapan model keperawatan professional (MAKP).
8
10
1
BAB 2
KAJIAN TEORI
MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN PROFESIONAL (MAKP)
1
2.3 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perubahan MAKP
1. Kualitas Pelayanan Keperawatan
Setiap upaya untuk meningkatkan pelayanan keperawatan
selalu berbicara mengenai kualitas. Kualitas amat diperlukan untuk:
1. Meningkatkan asuhan keperawatan kepada pasien/konsumen;
2. Menghasilkan keuntungan (pendapatan) institusi;
3. Mempertahankan eksistensi institusi;
4. Meningkatkan kepuasan kerja;
5. Meningkatkan kepercayaan konsumen/pelanggan;
6. Menjalankan kegiatan sesuai aturan/standar.
2. Standar Praktik Keperawatan
Standar praktik keperawatan di Indonesia yang disusun oleh
terdiri atas beberapa standar, yaitu:
1. Menghargai hak-hak pasien;
2. Penerimaan sewaktu pasien masuk rumah sakit (SPMRS);
3. Observasi keadaan pasien;
4. Pemenuhan kebutuhan nutrisi;
5. Asuhan pada tindakan nonoperatif dan administratif;
6. Asuhan pada tindakan operasi dan prosedur invashift;
7. Pendidikan kepada pasien dan keluarga;
8. Pemberian asuhan secara terus-menerus dan berkesinambungan.
3. Model Praktik
a. Praktik keperawatan rumah sakit.
Perawat profesional (Ners) mempunyai wewenang dan tanggung
jawab melaksanakan praktik keperawatan di rumah sakit dengan sikap dan
kemampuannya. Untuk itu, perlu dikembangkan pengertian praktik
keperawatan rumah sakit dan lingkup cakupannya sebagai bentuk praktik
keperawatan profesional, seperti proses dan prosedur registrasi, dan
legislasi keperawatan.
b. Praktik keperawatan rumah.
Bentuk praktik keperawatan rumah diletakkan pada pelaksanaan
pelayanan/ asuhan keperawatan sebagai kelanjutan dari pelayanan rumah
sakit. Kegiatan ini dilakukan oleh perawat profesional rumah sakit, atau
melalui pengikutsertaan perawat profesional yang melakukan praktik
keperawatan berkelompok.
c. Praktik keperawatan berkelompok
Beberapa perawat profesional membuka praktik keperawatan
selama 24 jam kepada masyarakat yang memerlukan asuhan keperawatan
dengan pola yang diuraikan dalam pendekatan dan pelaksanaan praktik
keperawatan rumah sakit dan rumah. Bentuk praktik keperawatan ini dapat
mengatasi berbagai bentuk masalah keperawatan yang dihadapi oleh
masyarakat dan dipandang perlu di masa depan. Lama rawat pasien di
rumah sakit perlu dipersingkat karena biaya perawatan di rumah sakit
diperkirakan akan terus meningkat.
d. Praktik keperawatan individual
Pola pendekatan dan pelaksanaan sama seperti yang diuraikan
untuk praktik keperawatan rumah sakit. Perawat profesional senior dan
berpengalaman secara sendiri/perorangan membuka praktik keperawatan
dalam jam praktik tertentu untuk memberi asuhan keperawatan, khususnya
konsultasi dalam keperawatan bagi masyarakat yang memerlukan. Bentuk
praktik keperawatan ini sangat diperlukan oleh kelompok/golongan
masyarakat yang tinggal jauh terpencil dari fasilitas pelayanan kesehatan,
3
khususnya yang dikembangkan pemerintah.
4
2. Jenis Model Metode Asuhan Keperawatan professional
(MAKP)
` Berikut ini merupakan penjabaran secara rinci tentang metode
pemberian asuhan keperawatan profesional. Ada lima metode pemberian
asuhan keperawatan profesional yang sudah ada dan akan terus
dikembangkan di masa depan dalam menghadapi tren pelayanan
keperawatan.
2. MAKP Tim
Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbeda-beda
dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat
ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/grup yang terdiri dari atas tenaga profesional,
5
teknikal, dan pembantu dalam satu kelompok kecil yang saling membantu.
Metode ini biasa digunakan pada pelayanan keperawatan di unit rawat inap,
unit rawat jalan, dan unit gawat darurat. Konsep metode Tim:
a. Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan
berbagai teknik kepemimpinan;
b. Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana
keperawatan terjamin;
c. Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim;
d. Peran kepala ruang penting dalam model tim, model tim akan berhasil
bila didukung oleh kepala ruang.
Kelebihanya:
a. memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh;
Perencanaan:
6
1. Menunjuk ketua tim yang akan bertugas di ruangan masing-masing;
2. Mengikuti serah terima pasien pada shif sebelumnya;
3. Mengidentifikasi tingkat
ketergantungan pasien: gawat, transisi, dan
persiapan pulang, bersama ketua tim;
4. Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan aktivitas dan
kebutuhan pasien bersama ketua tim, mengatur penugasan/penjadwalan;
5. Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan;
6. Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologi, tindakan
medis yang dilakukan, program pengobatan, dan mendiskusikan dengan
dokter tentang tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien;
7. Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan, termasuk kegiatan
membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan, membimbing penerapan
proses keperawatan dan menilai asuhan keperawatan, mengadakan diskusi untuk
7
Perencanaan:
8
pemecahan masalah, serta memberikan informasi kepada pasien atau keluarga
yang baru masuk;
15. Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri;
16. Membantu membimbing peserta didik keperawatan;
17. Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan rumah
sakit. Pengorganisasian:
1. Merumuskan metode penugasan yang digunakan;
2. Merumuskan tujuan metode penugasan;
3. Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas;
4. Membuat rentang kendali, kepala ruangan membawahi 2 ketua tim, dan
ketua tim membawahi 2–3 perawat;
5. Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan: membuat proses dinas,
mengatur tenaga yang ada setiap hari, dan lain-lain;
6. Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan,
7. Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik;
8. Mendelegasikan tugas, saat kepala ruang tidak berada di tempat kepada
ketua tim;
9. Memberi wewenang
kepada tata usaha untuk mengurus administrasi
pasien;
10. Mengatur penugasan jadwal pos dan pakarnya;
11. Mengidentifikasi masalah dan cara penanganannya.
Pengarahan:
Pengawasan:
9
1. Melalui komunikasi: mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan
ketua tim maupun pelaksana mengenai asuhan keperawatan yang
diberikan kepada pasien;
2. Melalui supervisi:
a. Pengawasan langsung dilakukan dengan cara inspeksi,
mengamat sendiri, atau melalui laporan langsung secara lisan, dan
memperbaiki/ mengawasi kelemahan-kelemahan yang ada saat itu juga;
b. Pengawasan tidak langsung, yaitu mengecek daftar hadir ketua
tim, membaca dan memeriksa rencana keperawatan serta catatan yang
dibuat selama dan sesudah proses keperawatan dilaksanakan
(didokumentasikan), mendengar laporan ketua tim tentang
pelaksanaan tugas
c. Evaluasi;
d. Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan
rencana keperawatan yang telah disusun bersama ketua tim;
e. Audit keperawatan.
3. MAKP Primer.
10
senantiasa mendapatkan informasi tentang kondisi pasien yang selalu diperbarui
dan komprehenshift.
Kelemahannya adalah hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki
pengalaman dan pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self direction,
kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawatan klinis,
penuh pertimbangan, serta mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin ilmu.
11
Membuat 1–2 pasien untuk model agar dapat mengenal
hambatan yang terjadi.
4. MAKP Kasus.
Kelebihannya:
Kekurangannya:
12