SKRIPSI
OLEH:
SIANETE LEFMANUT
2018620089
1
HUBUNGAN FAKTOR GIZI DAN PERAWATAN PAYUDARA
DENGAN KEJADIAN BENDUNGAN ASI PADA IBU NIFAS
DI PUSKESMAS BULULAWANG
OLEH:
SIANETE LEFMANUT
2018620089
2
BAB I
PENDAHULUAN
Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta
sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu ( Dewi Vivian dan Tri,2011)
kehamilan dan proses kelahiran. Setelah 99% dari seluruh kematian ibu
persalinan.
terbagi atas beberapa Negara, antara lain Amerika Serikat mencapai 9.300
jiwa, Afrika Utara 179.000 jiwa dan Asia Tenggara 16.000 jiwa (
WHO,2014 ).
Indonesia mencapai 214 per 100.000 kelahiran hidup, Filliphina 170 per
1
Thailand 44 per 100.000 kelahiran hidup, Brunei 60 per 100.000 kelahiran
cakupan kasus bendungan ASI pada ibu nifas tercatat 107.654 ibu nifas,
pada tahun 2014 terdapat ibu nifas yang mengalami bendungan ASI
sebanyak 95.698 orang, serta pada tahun 2015 ibu yang mengalami
Data Dinkes Propinsi Jawa Timur Tahun 2015 AKI berjumlah 121,
36,29%, jantung 12,93%, infeksi 22,90% dan penyebab lain 6,07%.( Dinkes
JATIM, 2015).
Kasus kematian ibu masih terjadi di Kota Malang pada tahun 2016 dan
Adapun angka kematian ibu (AKI) dilaporkan pada tahun 2016 mencapai
75,29 per 100.000 kelahiran. Artinya dalam setiap 100.000 kelahiran hidup
kelahiran.
yang disebabkan oleh pengeluaran air susu yang tidak lancar, karena bayi
tidak cukup sering menyusui pada ibunya. Gangguan ini dapat menjadi
2
lebih parah apabila ibu jarang menyusui bayinya, akibatnya bayi tidak
mendapatkan ASI secara ekslusif dan apabila tidak segera ditangani maka
walaupun tidak disertai dengan demam. Terlihat kalang payudara lebih lebar
sehingga sukar dihisap oleh bayi. Bendungan ASI yang tidak disusukan
bendungan ASI, dari 3 orang ibu yang saya lakukan wawancara ternyata
3
1.2 Tujuan Penelitian
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan
keras, panas dan nyeri. Penanganan sebaiknya dimulai selama hamil dengan
perawatan payudara untuk mencegah terjadinya kelainan. Bila terjadi juga, maka
Kalau perlu berikan stilbestrol atau lynoral tablet 3 kali sehari selama 2-3 hari
sampai hari keenam setelah persalinan, ketika ASI secara normal dihasilkan,
payudara menjadi sangat penuh. Hal ini bersifat fisiologis dan dengan
penghisapan yang efektif dan pengeluaran ASI oleh bayi, rasa penuh tersebut
5
bendungan, payudara terisi sangat penuh dengan ASI dan cairan jaringan. Aliran
vena limpatik tersumbat, aliran susu menjadi terhambat dan tekanan pada saluran
payudara adalah :
a. Payudara yang penuh terasa panas, berat dan keras. Tidak terlihat
Payudara terlihat mengkilap dan puting susu teregang menjadi rata. ASI
tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit menghisap ASI sampai
bengkak berkurang.
Bila nyeri ibu tidak mau menyusui keadaan ini akan berlanjut, ASI
Gelanggang susu menonjol dan putting menjadi lebih getar. Bayi menjadi
sulit menyusu. Pada saat ini payudara akan lebih meningkat, ibu demam
dan payudara terasa nyeri tekan terjadi statis pada saluran asi (ductus
2012).
6
2.1.2 Etiologi Bendungan Asi
Dalam masa laktasi, terjadi peningkatan produksi ASI pada Ibu yang
menyusui & payudara tidak dikosongkan, maka masih terdapat sisa ASI
Pada masa laktasi, bila Ibu tidak menyusukan bayinya sesering mungkin
atau jika bayi tidak aktif mengisap, maka akan menimbulkan bendungan
ASI.
menjadi lecet dan menimbulkan rasa nyeri pada saat bayi menyusu.
Akibatnya Ibu tidak mau menyusui bayinya dan terjadi bendungan ASI.
Karena bayi tidak dapat menghisap puting dan areola, bayi tidak mau
7
Puting susu yang panjang menimbulkan kesulitan pada saat bayi menyusu
karena bayi tidak dapat menghisap areola dan merangsang sinus laktiferus
1. Gejala yang biasa terjadi pada bendungan ASI antara lain payudara penuh
terasa panas, berat dan keras, terlihat mengkilat meski tidak kemerahan.
2. ASI biasanya mengalir tidak lancar, namun ada pula payudara yang
3. ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit mengenyut untuk
1. Faktor hormon
2. Hisapan bayi
3. Cara menyusui
4. Faktor gizi
6. Perawatan Payudara.
8
2.1.5 Gejala Bendungan ASI
setelah dilahirkan
kebutuhan bayi
payudara.
b. Telapak tangan kiri menopang payudara kiri dan jari – jari tangan
kanan.
9
c. Telapak tangan menopang payudara pada cara ke -2 kemudian jari
(Sastrawinata, 2010)
menurunkan panas.
10
Penanganan sebaiknya dimulai selama hamil dengan perawatan
yang sakit jika ibu kuat menahannya, karena bayi akan menyusui
c. Tempelkan handuk halus yang sudah dibasahi dengan air hangat pada
payudara yang sakit beberapa kali dalam sehari (atau mandi dengan
11
d. Yang mengalami penyumbatan kelenjar susu dan secara perlahan-
yang dilakukan pada saat kehamilan atau masa nifas untuk produksi ASI, selain
itu untuk kebersihan payudara dan bentuk puting susu yang masuk ke dalam atau
datar. Puting susu demikian sebenarnya bukanlah halangan bagi ibu untuk
menyusui dengan baik dengan mengetahui sejak awal, ibu mempunyai waktu
untuk mengusahakan agar puting susu lebih mudah sewaktu menyusui. Disamping
2009).
Payudara adalah pelengkap organ reproduksi wanita dan pada masa laktasi
akan mengeluarkan air susu. Payudara mungkin akan sedikit berubah warna
12
sebelum kehamilan, areola (area yang mengelilingi puting susu) biasanya
berwarna kemerahan, tetapi akan menjadi coklat dan mungkin akan mengalami
menyusui yang merupakan suatu cara yang dilakukan untuk merawat payudara
agar air susu keluar dengan lancer. Perawatan payudara paling penting dilakukan
selama hamil sampai menyusui. Hal ini dikarenakan payudara merupan saty-satu
penghasil ASI yang merupakan makanan pokok bayi yang baru lahir sehingga
13
2.2.3 Waktu Perawatan Payudara
a. Potong kuku tangan sependek mungkin, serta kikir seampai halus agar
c. Lakukan pada suasana santai , misalnya pada waktu mandi sore atau
b. Handuk kering.
c. Washlap.
d. Baskom
14
e. Air hangat dan air dingin.
antara lain :
a. Massase
Pijat sel-sel pembuat ASI dan saluran ASI tekan 2-4 jari ke dinding
dada, buat gerakan melingkar pada satu titik di area payudara setelah
b. Stroke
bagian payudara.
3) Ini akan membuat ibu lebih rileks dan merangsang pengaliran ASI
(hormon oksitosin).
c. Shake (goyang)
15
2. Cara Pengurutan Payudara
a. Pengurutan Pertama
b. Pengurutan kedua
c. Pengurutan ketiga
16
2) Apabila puting susu lecet oleskan colostrum atau ASI yang keluar
puting susu menjadi lunak, susukan bayi setiap 2-3 jam, apabila
5) Payudara meradang.
17
6) Payudara kotor.
2011).
sisi puting dan setelah puting tampak menonjol keluar lakukan tarikan
pada putting menggunakan ibu jari dan telunjuk lalu lanjutkan dengan
gerakan memutar puting ke satu arah. Ulangi sampai beberapa kali dan
Walaupun ASI belum keluar ibu harus tetap menyusui. Mulailah segera
menyusui sejak bayi baru lahir, yakni dengan inisiasi menyusui dini,
Dengan teratur menyusui bayi maka hisapan bayi pada saat menyusu ke
ibu akan merangsang produksi hormon oksitosin dan prolaktin yang akan
membantu kelancaran ASI. Jadi biarkan bayi terus menghisap maka akan
keluar ASI. Jangan berpikir sebaliknya yakni menunggu ASI keluar baru
menyusui.
Bagi ibu yang mengalami lecet pada puting susu, ibu bisa
18
secara manual dan ditampung pada botol steril lalu di suapkan
lecet. Bila ada madu, cukup di olesi madu pada puting yang lecet.
4. Penanganan pada payudara yang terasa keras sekali dan nyeri, Asi
menetes pelan dan badan terasa demam. Pada hari ke empat masa nifas
kadang payudara terasa penuh dan keras, juga sedikit nyeri. Justru ini
pertanda baik. Berarti kelenjar air susu ibu mulai berproduksi. Tak jarang
dan masih dalam batas wajar. Dengan adanya reaksi alamiah tubuh
a. Tempelkan kapas yang sudah di beri minyak atau baby oil selama 5
c. Mengurut payudara dimulai dari arah atas, kesamping lalu kearah bawah.
d. Dalam pengurutan posisi tangan kiri kearah sisi kiri, telapak tangan
19
g. Tangan kiri menopang payudara kiri 3 jari tangan kanan membuat
pada puting susu, lakukan tahap yang sama pada payudara kanan.
menyokong.
2.3.1 Defenisi
1. Pendidikan.
Status social dan ekonomi memiliki peranan yang penting terhadap status
20
untuk memenuhi kebutuhan gizi yang sesuai sehingga tingkat konsumsi
pangan dan gizi menjadi rendah, buruknya sanitasi dan hygiene serta
3. Genetik
Faktor keturunan memiliki peranan yang besar terhadap status gizi selain
dari faktor- faktor lainnya. Faktor genetic ini tidak dapat diubah karena
4. Pola Makan
Pola makan juga dapat menyebabkan kurang asupan gizi yang kurang pada
ibu menyusui. Pola makan yang tidak teratur juga dapat memperhambat
bendungan ASI dan produksi ASI dikontrol oleh dua mekanisme, yakni
dan menyusui.
b) Supaya ASI- nya mencukupi, setiap hari ibu menyusui perlu minum
21
5. Aktifitas
memiliki status gizi yang sendah apabila tidak diimbangi dengan asupan
makanan dalam jumlah yang cukup dan bergizi juga bisa membuat ibu
ASI dan gizi yang di konsumsi ibu, maka akan ada tekanan pada payudara
karena ibu jarang menyusui bayi ibu secara teratur karena ibu lebih sibuk
dengan aktifitas maka akan meningkatkan produksi ASI pada ibu yang
secara penuh dan kembali beraktifitas maka masih ada sisa ASI yang di
6. Penyakit
asupan makan.
gejal-gejala yang menjai parameter penyakit, dalam hal ini penyakit gizi.
22
Pada pemeriksaan kesehatan umum dilakukan pemeriksaan diagnodtik
fisik, pemeriksaan laboratorik terhadap darah, urine dan tinja serta carian
A. Antropomerti
Tinggi badan dan berat badan merupakan parameter yang sangat berguna
karena ada kecenderungana untuk menilai tinggi badan dan berat badan
Berbagai metode yang dapat digunakan untuk mengukur berat badan dan
tinggi badan. Pada pengukuran berat badan tinggi badan bisa digunakan
individu yang diukur harus berdiri dan bertahan datar. Metode tidak
langsung mencakup regangan lengen atau arm spam, tinggi lutut, dan
23
recumbent length digunakan pada individu yang tidak dapat berdii tegak
lain sebaginya.
menentukan status gizi. Status gizi yang ditentukan dengan tinggi badan
Persyaratan tempat pemasangan alat adalah dinding harus datar dan rata
dibandikan dengan berat tubuh ideal untuk individu yang sedang sakit.
Actual body weight adalah pengukuran berat badan yang dapat saat
24
b. Kehilangan berat parah : >5% dalam 1 bulan, >7,5% dalam
3 bulan, >10% dalam 6 bulan.
Merode lain untuk menentukan presentase penurunan berat badan adalah
dengan membandingkan berat badan saat ini dan berat biasanya. Berat
minimum untuk bertahan bertahan adalah 48% - 55% dari berat badan
biasanya. Presentase dari usual atau ideal body weight dapat digunakan
untuk melihat derajat gizi kurang:
a. Gizi kurang ringan : berat 85% - 90% dari usual body
weight.
b. Gizi kurang sedang : berat 755 – 84% dari usual body
weight.
c. Gizi kurang parah : <74% dari usual body weight.
Indeks masa tubuh merupakan sebuah pengukuran yang valid terhadap
status gizi. Pengukuran IMT membutuhkan membutuhkan berat dan
tinggi badan. IMT menjelaskan perbedaan komposisi tubuh dengan
menunjukan tingkat lemak terhadap hubunganya terhadap berat dan
tinggi badan . IMT dapat diukur dengan formula : berat (kg): tinggi (m).
Saat ini pengolongan IMT menurut WHO untuk orang dewasa asia
adalah.
a. ≤ 18,5 kg/m² (mild underweight)
b. 18,5 – 22,9 kg/m² (normal range)
c. /23 kg/m² (overweight)
d. 23-24,9 kg/m² (beresiko)
e. 25-29,9 kg/m² (obese class I)
f. ≥30 kg/m² (obese class II)
25
2.4 Nifas
2.4.1 Definisi
hamil. Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya
plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu ( Dewi Vivian dan
Tri,2011)
dan berjalan-jalan,
3. Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
Ada 3 fase penyesuaian ibu terhadap perannya sebagai orangtua, yaitu fase
a. Fase taking in
pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu, fokus
26
perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri. Pengalaman selama proses
Oleh karena itu kondisi ibu perlu dipahami dengan menjaga komunikasi
yang baik.
bayinya misalnya jenis kelamin tertentu, warna kulit, jenis rambut dan
lain-lain.
ibu
4) Suami atau keluarga yang mengkritik ibu tentang cara merawat bayinya
Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase taking
hold, ibu merasa khawatir atau ketidak mampuan dan rasa tanggung
27
kesempatan yang baik untuk menerima berbagai penyuluhan dalam
c. Fase Letting Go
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya
Seperti yang sudah di jelaskan pada halaman sebelumnya bahwa faktor gizi
juga sangat berperan penting untuk kelancaran ASI seorang ibu nifas. Dan
semua dari faktor itu yang dapat membantu untuk tidak terjadinya bendungan asi
maka, maka semua faktor berkaitan dalam kubutuhan gizi seorang ibu dan dapat
Hubungan faktor gizi dan bendungan ASI yang membuat peneliti tertarik
untuk mengambil meneliti yaitu, Asupan gizi yang kurang baik untuk ibu
menyusui dapat menyebabkan bendungan ASI pada seorang ibu menyusui karena
gizi yang kurang untuk ibu menyusui dapat memperhambat pengeluar ASI dan
akan menyebabkan bendungan ASI. Gizi seorang ibu menyusui juga penting
Gizi dan bendungan ASI merupakan suatu masalah yang berkaitan karena
gizi adalah suatu yang berperan penting dalam tubuh. Nutrisi yang di konsumsi
harus bermutu tinggi, bergizi serta kucup kalori. Kalori sangat bagus untuk
28
Menu makanan seimbang yang harus dikonsumsi adalah porsi cukup dan
teratur, tidak terlalu asin, pedas ataupun berlemak, tidak mengandung alcohol,
Perawatan payudara adalah salah satu hal yang paling penting dalam
Perawatan payudara (Breast Care) adalah suatu cara merawat payudara yang
dilakukan pada saat kehamilan atau masa nifas untuk produksi ASI, selain itu
untuk kebersihan payudara dan bentuk puting susu yang masuk ke dalam atau
datar. Puting susu demikian sebenarnya bukanlah halangan bagi ibu untuk
menyusui dengan baik dengan mengetahui sejak awal, ibu mempunyai waktu
(Rustam, 2009).
tertarik untuk meneliti yaitu, perawatan payudara yang tidak teratur dan tidak
karena tidak sering membersikan, tidak melakukan pemijatan yang rutin selama
hamil sampai menyusui, jarang menyusukan bayinya, maka dengan mudah atau
ibu bisa mengalami bendungan ASI. Hal tersebut karena perawatan yang tidak
sesuai atau pengeluaran ASI yang kurang maka akan terjasdi bendungan.
29
BAB III
METODE PENELITIAN
penelitian yang telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun
pengumpulan data dapat diperoleh dari cerita, gambar, atau dokumen lainnya.
(Andi, 2012).
penelitian. Penelitian survei di golongkan lagi menjadi dua, yaitu penelitian survei
yang bersifat deskriptif dan penelitian survei yang bersifat analitik. Berdasarkan
tujuan penelitian, maka penelitian ini tergolong penelitian survei analitik. Survei
fenomena atau antara faktor risiko dan faktor efek. (Notoatmodjo, 2012).
Penelitian ini melakukan pengumpulan data yang di lakukan pada bulan April-
Juni pada tahun 2019. Peneliti memilih tempat ini sebagai tempat penilitian
30
karena pertimbangan waktu, dan juga tenaga serta memudahkan dalam
yang didefinisikan dan dapat diamati. Variabel yang telah didefinisikan perlu
variable dalam penelitian ini adalah seperti terlihat pada table 3.1.
anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh orang
lain. Definisi lain mengatakan bahwa variabel adalah sesuatu yang digunakan
sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan
kelamin dan pendidikan (Notoatmodjo, 2012). Jenis variabel dalam penelitian ini
yaitu:
bebas disini ada dua yaitu faktor gizi (X1) dan perawatan payudara (X2).
31
Variable terikat adalah variabel yang dipengaruhi, atau yang menjadi akibat,
karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2009). Dalam penelitian ini yang
3. Cara
melakikan
perawatan
payudara
3
a. Membersika a. Sebelum mandi 2
n payudara b. Saat mandi 1
c. Tidak membersikan
32
b. Memijat a. 2 kali sehari 3
Payudara b. 1 kali sehari 2
c. Tidak memijat 1
c. Bengkak,
kemerahan, nyeri 1
dan keras
2. Suhu a. 36 - 37,5oC 3
b. 37,5 – 38oC 2
c. >38oC 1
b. Nyeri sedang 2
c. Nyeri berat 1
c. Sangat kemerahan 1
33
3.4 Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan dari obyek penelitian atau yang akan diteliti
puskesmas Bululawang
Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah
dari karakteristik yang dimiliki oleh pupolasi. Sampel pada penelitian ini adalah
merupakan suatu proses seleksi sampel yang di gunakan dalam penelitian dari
populasi yang ada, sehingga jumlah sampel akan mewakili keseluruhan populasi
dengan beberapa pertimbangan tertentu yang bertujuan agar data yang diperoleh
a. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang harus diambil masing-
34
2) Ibu yang sedang menyusui.
b. Kriteria ekslusi.
Kriteria ekslusi adalah kriteria atau ciri-ciri anggota yang tidak dapat di
(Notoatmodjo, 2012).
sectional yaitu data yang dikumpulkan sesaat atau data yang diperoleh saat ini
juga. Artinya dimana tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan
pemeriksaan. Namun hal ini tidak berarti semua objek penelitian dinilai pada
35
3.6 Analisa Data
jenis penelitian deskriptif analitik. Dalam penelitian ini data diolah dengan
bantuan SPSS (Statistical Program For Social Sciense) for windows dengan
tujuan untuk mempermudah dalam proses analisis data. Analisis data dalam
digunakan untuk melihat apakah ada pengaruh antara variable X dan variable Y.
Y = β0 + β1X1 + β2X2+ E
Keterangan:
β0 : Konstanta
E : Error (Galat)
36
Jika Fhitung> Ftabel (α = 0,05) berarti variabel bebas secara bersama-sama
pengaruh variabel secara bebas yang dominan terhadap variabel tidak bebas maka
𝐾𝑇𝑔𝑎𝑙𝑎𝑡
𝑠𝑏1 = √
𝐽𝐾𝑋1
𝐾𝑇𝑔𝑎𝑙𝑎𝑡
𝑠𝑏2 = √
𝐽𝐾𝑋2
Dimana :
JK : jumlah kuadrat
X1, X2 : variabel
Bilamana Thitung ≤ t 0,05 berarti menerima Ho dan menolak H1, yang memiliki
arti tidak ada hubungan antara faktor gizi dan perawatan payudara dengan
Bilamana Thitung > t 0,05 berarti menolak Ho dan menerima H1, yang memiliki
arti ada hubungan antara faktor gizi dan perawatan payudara dengan kejadian
bendunganASI .
37
Lampiran 1. Surat Permohonan Menjadi Responden
Kepada:
Yth. Calon Responden
Di tempat
Dengan hormat,
Yang bertanda tangan dibawah ini, mahasiswa Program Studi D-IV Kebidanan
Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang
Nama : Sianete Lefmanut
NIM : 2018620089
Yang saat ini sedang menyelesaikan Skripsi dan akan melakukan
penelitian dengan judul “Hubungan Faktor Gizi dan Perawatan Patudara
dengan kejadian Bendungan ASI pada Ibu Nifas”. Saya mengharapkan
kesediaan ibu-ibu untuk mengisi kuesioner atau pernyataan di bawah ini dengan
sejujurnya. Data ini saya perlukan guna menambah pengetahuan sebagai bidan
yang bekerja atau mengabdi pada masyarakat dan digunakan dalam rangka
memenuhi persyaratan menyelesaikan program Diploma IV Kebidanan. Semua
data dalam kuesioner akan saya jamin kerahasiaannya.
Atas kesediaaan ibu-ibu dalam membantu kelancaran penelitian ini, saya
ucapkan terima kasih.
(Sianete Lefmanut)
38
Lampiran 2. Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Responden
(………………………)
39
Quesioner Penelitian
“HUBUNGAN FAKTOR GIZI DAN PERAWATAN PAYUDARA DENGAN
KEJADIAN BENDUANGAN ASI PADA IBU NIFAS DI PUSKESMAS
BULULAWANG ”
Jumlah X1
40
b. Perawatan Payudara ( X2)
1. Ibu melakukan perawatan payudara dari sejak kapan?
a. Sebelum melahirkan
b. Sejak melahirkan
c. Tidak pernah
2. Berapa hari sekali ibu melakukan perawatan payudara?
a. 2 kali sehari
b. 1 kali sehari
c. Tidak perawatan
3. Bagaimana cara ibu melakukan perawatan payudara?
A. Membersikan payudara berapa kali sehari?
a. Sebelum mandi
b. Saat mandi
c. Tidak membersikan
B. Berapa kali ibu melakukan pemijatan payudara dalam sehari?
a. 2 kali sehari
b. 1 kali sehari
c. Tidak memijtan
C. Berapa kali ibu melakukan pengompresan payudara?
a. 2 kali sehari.
b .1 kali sehari.
c. Tidak mengompres.
Jumlah (X2)
41
Variabel terikat (Y) Kejadian Bendungan ASI
1.Apakah payudara ibu bengkak?
a. Bengkak dengan kemerahan.
b. Bengkak kemerahan dan nyeri.
c. Bengkak kemerahan nyeri dan keras.
2.Berapakah suhu ibu?
a. 36-37,5⁰C.
b. 37,5-38⁰C.
c. >38⁰C.
3.Bagaimana nyeri yang ibu rasakan ?
a. Nyeri ringan.
b. Nyeri sedang.
c. Nyeri berat.
4.Bagaimana warna payudara ibu?
a. Sesuai kulit.
b. Kemerahan.
c. Sangat merah.
Jumlah (Y)
42