Anda di halaman 1dari 13

KASUS DILEMA ETIK

KELOMPOK 10
1. RUDOLF HENREK.M
2. JUNITA LAMRIA.L
3. ROTUA DINATA
4. INDRI ASTUTI
5. META AGUSTINA
6. NENENG SRI.K
7. TRISNA SUSANTO
KASUS
Suatu hari ada seorang bapak-bapak (Tn. A) usia 60 tahun,
pendidikan SMA, bekerja seorang sopir perusahaan yang
sering pergi keluar kota karena tuntutan pekerjaan bahkan
jarang pulang, kadang-kadang 2 minggu sekali bahkan
sebulan sekali. Beliau adalah tulang punggung di
keluarganya. Dibawa oleh istrinya ke IGD salah satu
Rumah Sakit di kota Surakarta dengan keluhan sakit
kepala, demam dan diare kurang lebih selama 6 hari.
Selain itu Tn.A menderita sariawan sudah 3 bulan tidak
sembuh-sembuh, nyeri otot, hilangnya nafsu makan dan
berat badannya turun secara berangsur-angsur. Semula Tn.
A badannya gemuk tapi 3 bulan terakhir ini badannya
kurus dan telah turun 15 Kg dari berat badan semula 60
Tekanan darah 90/50 mmHg, Nadi 101 x/menit, RR 30 x/mnt,
Suhu 38,5 ⁰C, saturasi O2 92%. Perawat melihat ada tato di
lengan kanan pasien saat sedang mengukur TTV. Kemudian
Dokter memberikan advice kepada perawatnya untuk
dilakukan pemeriksaan rontgen paru dan laboratorium
lengkap termasuk pemeriksaan HIV. Tn. A yang ingin tahu
sekali tentang penyakitnya meminta dokter untuk segera
memberi tahu penyakitnya setelah didapatkan hasil
pemeriksaan darah, karena pasien sangat cemas. Setelah hasil
pemeriksaan rontgen dan darah sudah diterima oleh perawat
dan telah dibaca oleh dokter, Hasilnya rontgen mengatakan
bahwa ada flek di kedua paru Tn. A dan hasil lab mengatakan
Tn.A positif terjangkit penyakit HIV/AIDS. Kemudian
perawat tersebut memanggil istri Tn.A untuk menghadap
dokter yang menangani Tn. A. Dokter tersebut menjelaskan
tentang kondisi pasien dan penyakitnya. Istri Tn.A terlihat
Setelah mendengar penjelasan dari Dokter, Tn.A tidak
percaya dan tidak menerima keadaan bahwa dia terkena
penyakit HIV AIDS. Kondisi Igd saat itu sedang sibuk
karena sedang ada 2 pasien code blue. Pasien marah-
marah karena menganggap hasilnya itu salah atau tertukar,
mana mungkin dia terkena HIV AIDS. Tn.A menangis,
tampak frustasi karena malu, dia takut dipecat dari
pekerjaannya dan akan dikucilkan di masyarakat karena
dia terkena HIV. Tidak berapa lama bos dan beberapa
rekan dari perusahaan tempat Tn. A bekerja datang
mengunjungi Tn. A. Melihat situasi seperti itu perawat
penanggungjawab IGD datang untuk berusaha
menenangkan pasien yang marah-marah, perawat
memberikan edukasi kepada Tn. A dan istrinya serta
Berdasarkan pendekatan model Megan, maka kasus dilema etik
perawat yang merawat Tn.A ini dapat dibentuk kerangka
penyelesaian sebagai berikut :
1. Mengkaji situasi
a. Tn.A usia 60 tahun, pendidikan SMA, bekerja seorang
sopir perusahaan yang sering pergi keluar kota karena
tuntutan pekerjaan bahkan jarang pulang, kadang-kadang
2 minggu sekali bahkan sebulan sekali. Tn.A adalah
tulang punggung keluarga.
b. Keluhan pasien sakit kepala, demam dan diare kurang
lebih selama 6 hari. Selain itu Tn.A menderita sariawan
sudah 3 bulan tidak sembuh-sembuh, nyeri otot,
hilangnya nafsu makan dan berat badannya turun secara
berangsur-angsur. Semula Tn.A badannya gemuk tapi 3
bulan terakhir ini badannya kurus dan telah turun 15 Kg
c. Tekanan darah 90/50 mmHg, Nadi 101 x/menit,
RR 30 x/mnt, Suhu 38,5 ⁰C, saturasi O2 92 %.
Perawat melihat- ada tato di lengan kanan pasien
saat sedang mengukur TTV.
d. Tn.A yang ingin tahu sekali tentang penyakitnya
meminta dokter untuk segera memberi tahu
penyakitnya setelah didapatkan hasil
pemeriksaan darah, karena pasien sangat cemas.
e. Setelah hasil pemeriksaan darah sudah diterima oleh
perawat dan telah dibaca oleh Dokter, Hasilnya
mengatakan bahwa Tn.A positif terjangkit penyakit
HIV/AIDS.
f. Setelah mendengar penjelasan dari Dokter, Tn.A tidak
percaya dan tidak menerima keadaan bahwa dia terkena
penyakit HIV AIDS. Kondisi Igd saat itu sedang sibuk
karena sedang ada 2 pasien code blue. Pasien marah-
marah karena menganggap hasilnya itu salah atau tertukar,
mana mungkin dia terkena HIV AIDS. Tn.A menangis,
tampak frustasi karena malu, dia takut dipecat dari
pekerjaannya dan akan dikucilkan di masyarakat karena
dia terkena HIV. Tidak berapa lama bos dan beberapa
rekan dari perusahaan tempat Tn.A bekerja datang
2. Mendiagnosa Masalah Etik Moral
Tn.A tidak percaya dan tidak menerima
keadaan bahwa dia terkena penyakit HIV
AIDS. Kondisi Igd saat itu sedang sibuk
karena sedang ada 2 pasien code blue. Pasien
marah-marah karena menganggap hasilnya
itu salah atau tertular, mana mungkin dia
terkena HIV AIDS. Tn.A menangis, tampak
frustasi karena malu, dia takut dipecat dari
pekerjaannya dan akan dikucilkan di
masyarakat karena dia terkena HIV. Bos dan
beberapa rekan dari perusahaan tempat Tn.A
bekerja datang mengunjungi Tn.A.
3. Membuat Tujuan dan Rencana Pemecahan
Tn.A tidak percaya dan tidak menerima keadaan
bahwa dia terkena penyakit HIV AIDS. Kondisi
Igd saat itu sedang sibuk karena sedang ada 2
pasien code blue. Pasien marah-marah karena
menganggap hasilnya itu salah atau tertukar,
mana mungkin dia terkena HIV AIDS. Tn.A
menangis, tampak frustasi karena malu, dia takut
dipecat dari pekerjaannya dan akan dikucilkan di
masyarakat karena dia terkena HIV. Bos dan
beberapa rekan dari perusahaan tempat Tn.A
bekerja datang mengunjungi Tn.A.
Tujuan : Agar pasien dan keluarga dapat
a.Lakukan pendekatan dan jalin trust pada
pasien dan keluarga
b.Berikan dukungan dan motivasi kepada
pasien dan keluarga untuk menerima hasil
dari pemeriksaan yang telah dilakukan
c.Berikan motivasi kepada pasien dan
keluarga untuk tegar, selalu mendukung dan
berada disisi pasien supaya jangan merasa
dikucilkan
d.Kolaborasi dengan ahli psikologi dan
masuk komunitas ODHA
e.Anjurkan pasien untuk rutin kontrol ke
4. Melaksanakan Rencana

perawat menenangkan pasien yang marah-


marah, memberikan edukasi kepada Tn. A dan
istrinya
Memotivasi pasien agar tegar, tidak
mengalami harga diri rendah, merasa
dikucilkan
Mendukung keluarga pasien untuk selalu
memperhatikan pasien, memberikan
dukungan dan menemani pasien
5. Mengevaluasi Hasil
 Tn.A mengeri tentang informasi yang
sudah diberikan. Jika Tn. A masih denial
maka pendekatan tetap terus dilakukan dan
support sistem keluarga tetap terus diberikan
dan membuat pasien menerima keadaannya,
kembali bersemangat, dihargai dan
disayangi oleh keluarga tanpa ada rasa
dikucilkan.

Anda mungkin juga menyukai