DISUSUN OLEH :
NENENG SRI KURNIATI
18210100027
B. ANATOMI FISIOLOGI
Manusia dan makhluk hidup lain malangsungkan kehidupannya dengan cara bernapas,
mengambil oksigen dari atmosfer dan mengeluarkan karbon dioksida ke atmosfer.
Oksigen masuk ke dalam tubuh manusia melalui serangkaian jalan napas. Pertama adalah
hidung. Hidung terdiri atas bagian internal dan eksternal. Bagian eksternal menonjol dari
wajah dan disangga oleh tulang hidung. Nares interior (lubang hidung) merupakan
ostium sebelah luar dari rongga hidung (Smeltzer & Bare, 2002). Hidung berfungsi
sebagai saluran untuk udara mengalir ke dan dari paru – paru. Selanjutnya napas melalui
sinus paranasal. Sinus – sinus paranasal termasuk empat pasang rongga bertulang yang
dilapisi oleh mukosa hidung dan epitel kolumnar beringkat semu bersilia. Setelah itu
napas melaui tulang turbinasi (konka).
Tulang turbinasi berbentuk seperti siput, mengambil bentuk dari porsi sedemikan rupa
sehingga dapat meningkatkan permukaan membran mukosa seluran hidung dan sedikit
menghambat arus udara yang mengalir melaluinya. Faring, tonsil, dan adenoid
merupakan organ selanjtnya. Faring adalah struktur seperti tuba yang menghubungkan
hidung dan rongga mulut ke laring. Faring dibagi menjadi tiga region: nasal, oral, dan
laring. Laring adalah strktur epitel kartilago yang menghubungkan faring dan trakea. Sel-
sel tubuh mendapatkan energi yang mereka butuhkan dari oksidasi karbohidrat, lemak,
dan protein. Seperti halnya pada semua jenis kombusion, proses ini membutuhkan
oksigen. Jaringan vital tertentu, seperti jaringan pada otak dan jantung, tidak dapat
bertahan tanpa suplai oksigen kontinyu.
Sebagai hasil oksidasi dalam jaringan tubuh, dibentuk karbondioksida dan harus dibuang
dari sel – sel untuk mencegah pembentukan produk sampah asam. Menurut McCance
dan Huether (Potter & Perry, 2009) sebagian besar sel dalam tubuh memperoleh energi
dari reaksi kimia yang melibatkan oksigen dan pembuangan karbondiksida. Pertukaran
gas pernapasan terjadi antara udara di lingkungan dan darah. Terdapat tiga langkah
dalam oksigenasi, yakni ventilasi, perfusi, dan difusi.
Sistem jantung atau kardiovaskular juga merupakan bagian dari sistem oksigenasi.
Fisiologi jantung mencakup aliran darah yang membawa oksigen dari sirkulasi paru ke
sisi kiri jantung dan jaringan serta mengalirkan darah yang tidak mengandung oksigen ke
sistem pulmonar. Fungsi sistem jantung adalah mengantarkan oksigen, nutrien, dan
substansi lain ke jaringan dan membuang produk sisa metabolisme selular melalui
pompa jantung, sistem vaskular sirkulasi, dan integrasi sistem lainnya. (McCance &
Huether dalam Potter & Perry, 2009).
Sistem kardiovaskular mempunyai struktur dan fungsi yang jelas. Dalam jantung
terdapat ventrikel kanan yang memompa darah melalui sistem pulmonar, sedangkan
ventrikel kiri memompa darah ke sirkulasi sistemik yang menyediakan oksigen dan
nutrien ke jaringan dan membuang sampah dari tubuh. Sistem sirkulasi menyuplai gas
pernapasan, nutrien dan produk sampah antara darah dan jaringan Kerja pompa jantung
sangan penting untuk mempertahankan aliran oksigen. Efektivitas pompa yang menurun
seperti yang terjadi pada penyakit arteri koroner dan kondisi kardiomiopati, meyebabkan
volume curah jantung menurun. Perdarahan dan dehidrasi menurunkan keefektifan
pompa denganmenurunkan volume darah yang bersirkulasi, sehingga menurunkan
jumlah darah yang dikeluarkan dari ventrikel.
Serabut otot jantug (miokard) memiliki kontraktil yang memungkinkan akan meregang
selama proeses pengisian darah. Pada jantung yang sehat, regangan ini secara
proporsional berhubungan dengan kekuatan kontraksi. Saat miokard meregang, maka
kekuatan kontraksi berikutnya akan meningkat. Peristiwa ini dikenal dengan hukum
jantung Frank – Starling (Starling).
C. PENYEBAB
Menurut Brashers (2003), penyebab penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) terdiri dari :
a) Merokok
Merokok merupakan faktor penyebab utama seseorang terkena PPOK. Dalam hal ini,
penyakit paru obstruktif kronis terjadi karena adanya riwayat merokok baik perokok
aktif maupun pasif.
b) Polusi Udara
Polusi udara merupakan salah satu penyebab timbulnya penyakit paru obstruktif
kronis (PPOK). Hal ini dikarenakan adanya kandungan zat-zat berbahaya dalam
polutan yang dapat menghambat jalannya udara di saluran napas.
c) Partikel gas berbahaya
D. CARA KERJA VENTILATOR
Pada prinsipnya ventilator adalah suatu alat yang bisa menghembuskan gas (dalam hal
ini oksigen) ke dalam paru-paru pasien. Saat menghembuskan gas, ventilator bisa tidak
tergantung otot pernapasan (ventilator menggantikan sepenuhnya kerja otot pernapasan),
atau ventilator bersifat membantu otot pernapasan sehingga kerja otot pernapasan
diperkuat. Jumlah gas yang ditiupkan tergantung dengan pengaturan yang kita
kehendaki. macam-macam ventilator.
E. MODE VENTILATOR
Pasien yang mendapatkan bantuan ventilasi mekanik dengan menggunakan ventilator
tidak selalu dibantu sepenuhnya oleh mesin ventilator, tetapi tergantung dari mode yang
kita setting. Mode mode tersebut adalah sebagai berikut:
a) Mode Control. Pada mode kontrol mesin secara terus menerus membantu pernafasan
pasien. Ini diberikan pada pasien yang pernafasannya masih sangat jelek, lemah
sekali atau bahkan apnea. Pada mode ini ventilator mengontrol pasien, pernafasan
diberikan ke pasien pada frekwensi dan volume yang telah ditentukan pada
ventilator, tanpa menghiraukan upaya pasien untuk mengawali inspirasi. Bila pasien
sadar, mode ini dapat menimbulkan ansietas tinggi dan ketidaknyamanan dan bila
pasien berusaha nafas sendiri bisa terjadi fighting (tabrakan antara udara inspirasi
dan ekspirasi), tekanan dalam paru meningkat dan bisa berakibat alveoli pecah dan
terjadi pneumothorax. Contoh mode control ini adalah: CR (Controlled Respiration),
CMV (Controlled Mandatory Ventilation), IPPV (Intermitten Positive Pressure
Ventilation)
c) Pengontrolan variabel “base line” Pada akhir ekspirasi, tekanan di jalan napas bisa
dikontrol. Bisa dibuat sama dengan tekanan atmosfer atau lebih. Pengaturan
pengontrolan itu disebut dengan PEEP (positive end expiratory pressure). Bila
PEEP = 0, berarti tekanan di jalan napas pada akhir ekspirasi sama dengan tekanan
atmosfer, dan bila positif ,misalnya 5, berarti pada akhir ekspirasi tekanan di jalan
napas 5 cmH2 O lebih tinggi dibandingkan tekanan udara atmosfer.
H. KOMPLIKASI
Ventilator adalah alat untuk membantu pernafasan pasien, tapi bila perawatannya tidak
tepat bisa, menimbulkan komplikasi seperti:
1. Pada paru
- Baro trauma: tension pneumothorax, empisema sub cutis, emboli udara vaskuler.
b. Atelektasis/kolaps alveoli diffuse
- Infeksi paru
- Keracunan oksigen
- Jalan nafas buatan: king-king (tertekuk), terekstubasi, tersumbat.
- Aspirasi cairan lambung
- Tidak berfungsinya penggunaan ventilator
- Kerusakan jalan nafas bagian atas
Pernapasan
Pernapasan adalah aktivitas bernapas mencangkup pengambilan oksigen dan pengeluaran
karbondioksida. Istilah inhalasi atau inspirasi mengacu pada pengambilan udara ke
dalam paru. Ekshalasi atau ekspirasi mengacu pada pengeluaran atau pergerakan gas dari
paru ke atmosfer. Ventilasi adalah kata lain yang mengacu pada pergerakan udara ke
dalam dan keluar paru. Hiperventilasi mengacu pada pernapasan yang amat dalam dan
cepat. Hipeventilasi mengacu pada pernapasan yang amat dangkal (Berman, 2009).
Nadi
Nadi adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan frekuensi, irama, dam volume
detak jantung yang dapat dikaji pada lokasi sentral (apeks jantung) atau perifer (kaki,
tangan, leher). Nadi merupakan gelombang darah yang dihasilkan oleh kontraksi
ventrikel kiri jantung. (Berman, 2009).
Pada orang sehat, nadi mencerminkan detak jantung; maka dari itu, frekuensi nadi sama
dengan kontraksi ventrikel jantung. Kabanyakan dewasa normal mempunyai denyut yang
teratur antara 50 sampai 100 denyut per menit. (Berman, 2009).
Faktor yang mempengaruhi frekuensi nadi (Berman, 2009):
1. Usia: semakin meningkat usia, frekuensi nadi menurun secara bertahap.
2. Jenis kelamin: setelah pubertas, rata-rata frekuensi nadi pria sedikit lebih rendah
daripada wanita.
3. Olahraga: frekuensi nadi secara normal meningkat sesuai aktivitas.
4. Demam: frekuensi nadi meningkat sebagai akibat peningkatan kecepatan
metabolisme.
5. Obat: beberapa obat menurunkan frekuensi nadi dan yang lainnya meningkatkan
frekuensi nadi. Sebagai contoh kardiotonik akan menurunkan frekuensi jantung
sedangkan epinefrin akan meningkatkannya.
6. Hipovolemi/dehidrasi: kehilangan cairan sistem vaskuler akan meningkatkan
frekuensi nadi.
7. Stres: stres, emosi seperti takut dan cemas, serta persepsi terhadap nyeri hebat akan
meningkatkan frekuensi nadi dan kekuatan detak jantung.
8. Posisi: saat seseorang duduk atau berdiri, darah terkumpul di dalam pembuluh darah
yang bergantung di sistem vena. Terkumpulnya darah tersebut mengakibatkan
penurunan sementara aliran balik vena ke jantung dan selanjutnya menurunkan
tekanan darah, meningkatkan frekuensi jantung, memaksa kontraksi ventrikel, dan
tonus vena/arteri.
Tekanan Darah
Tekanan darah arteri adalah ukuran tekanan yang digunakan oleh darah saat berdenyut
melalui arteri. Karena darah bergerak dengan bergelombang, terdapat dua ukuran
tekanan darah: tekanan sistolik, tekanan darah akibat kontraksi ventrikel; tekanan
diastolik, tekanan ketika ventrikel beristirahat. Tekanan darah normal pada kebanyakan
orang dewasa sehat berkisar antara 90/50 mmHg sampai 140/90 mmHg (Willms, 2003).
Faktor yang mempengaruhi tekanan darah (Berman, 2009):
1. Usia: tekanan sistolik dan diastolik meningkat secara bertambah sesuai usia hingga
dewasa
2. Jenis kelamin: wanita umumnya memilki tekanan darah lebih rendah daripada pria
yang berusia sama, hal ini lebih cenderung akibat variasi hormon. Setelah
menopause, wanita umumnya memiliki tekanan darah yang lebih tinggi dari
sebelumnya.
3. Olahraga: akitivitas fisik meningkatkan tekanan darah.
4. Obat-obatan: ada banyak obat dapat menigkatkan atau menurunkan tekanan darah.
5. Stres: stimulasi sistem saraf simpatis meningkatkan curah jantung dan vasokontriksi
arteriol, sehingga meningkatkan hasil tekanan darah.
6. Obesitas: obesitas baik pada masa anak-anak maupun dewasa merupakan faktor
predisposisi hipertensi.
Variasi diurnal: tekanan darah umumnya paling rendah pada pagi hari, saat laju
metabolisme paling rendah, kemudian meningkat sepanjang hari dan mencapai
puncaknya pada akhir sore atau awal malam hari.
Demam/panas/dingin: demam dapat meningkatkan tekanan darah karena peningkatan
laju metabolisme. Namun, panas eksternal menyebabkan vasodilatasi dan menurunkan
tekanan darah. Dingin menyebabkan vasokontriksi dan meningkatkan tekanan darah.