Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN


VENTILATOR

DISUSUN OLEH :
NENENG SRI KURNIATI
18210100027

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
2021
A. PENGERTIAN
Ventilator mekanis adalah alat pernafasan bertekanan negative atau positif yang dapat
mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen selama waktu yang lama (Smeltzer,
2001 : 655)1 Ventilasi mekanik merupakan terapi defenitif pada pasien kritis yang
mengalami hipoksemia dan hiperkapnia (Tanjung, 2007). Merawat pasien pada ventilator
mekanis telah menjadi bagian integral dari asuhan keperawatan di unit perawatan kritis,
di unit medikal bedah umum, di fasilitas perawatan yang luas, dan bahkan di rumah.
Perawat, dokter, dan ahli terapis pernapasan harus mengerti masingmasing kebutuhan
pernapasan spesifik pasien dan bekerja bersama untuk membuat tujuan yang realistis.
Rumusan penting untuk hasil pasien yang positf termasuk memahami prinsip-prinsip
ventilasi mekanis dan perawatan yang dibutuhkan dari pasien, juga komunikasi terbuka
diantara tim perawatan kesehatan tentang tujuan terapi, rencana penyapihan (weaning),
dan toleransi pasien terhadap perubahan dalam pengesetan ventilator.

B. ANATOMI FISIOLOGI
Manusia dan makhluk hidup lain malangsungkan kehidupannya dengan cara bernapas,
mengambil oksigen dari atmosfer dan mengeluarkan karbon dioksida ke atmosfer.
Oksigen masuk ke dalam tubuh manusia melalui serangkaian jalan napas. Pertama adalah
hidung. Hidung terdiri atas bagian internal dan eksternal. Bagian eksternal menonjol dari
wajah dan disangga oleh tulang hidung. Nares interior (lubang hidung) merupakan
ostium sebelah luar dari rongga hidung (Smeltzer & Bare, 2002). Hidung berfungsi
sebagai saluran untuk udara mengalir ke dan dari paru – paru. Selanjutnya napas melalui
sinus paranasal. Sinus – sinus paranasal termasuk empat pasang rongga bertulang yang
dilapisi oleh mukosa hidung dan epitel kolumnar beringkat semu bersilia. Setelah itu
napas melaui tulang turbinasi (konka).
Tulang turbinasi berbentuk seperti siput, mengambil bentuk dari porsi sedemikan rupa
sehingga dapat meningkatkan permukaan membran mukosa seluran hidung dan sedikit
menghambat arus udara yang mengalir melaluinya. Faring, tonsil, dan adenoid
merupakan organ selanjtnya. Faring adalah struktur seperti tuba yang menghubungkan
hidung dan rongga mulut ke laring. Faring dibagi menjadi tiga region: nasal, oral, dan
laring. Laring adalah strktur epitel kartilago yang menghubungkan faring dan trakea. Sel-
sel tubuh mendapatkan energi yang mereka butuhkan dari oksidasi karbohidrat, lemak,
dan protein. Seperti halnya pada semua jenis kombusion, proses ini membutuhkan
oksigen. Jaringan vital tertentu, seperti jaringan pada otak dan jantung, tidak dapat
bertahan tanpa suplai oksigen kontinyu.

Sebagai hasil oksidasi dalam jaringan tubuh, dibentuk karbondioksida dan harus dibuang
dari sel – sel untuk mencegah pembentukan produk sampah asam. Menurut McCance
dan Huether (Potter & Perry, 2009) sebagian besar sel dalam tubuh memperoleh energi
dari reaksi kimia yang melibatkan oksigen dan pembuangan karbondiksida. Pertukaran
gas pernapasan terjadi antara udara di lingkungan dan darah. Terdapat tiga langkah
dalam oksigenasi, yakni ventilasi, perfusi, dan difusi.

Sistem jantung atau kardiovaskular juga merupakan bagian dari sistem oksigenasi.
Fisiologi jantung mencakup aliran darah yang membawa oksigen dari sirkulasi paru ke
sisi kiri jantung dan jaringan serta mengalirkan darah yang tidak mengandung oksigen ke
sistem pulmonar. Fungsi sistem jantung adalah mengantarkan oksigen, nutrien, dan
substansi lain ke jaringan dan membuang produk sisa metabolisme selular melalui
pompa jantung, sistem vaskular sirkulasi, dan integrasi sistem lainnya. (McCance &
Huether dalam Potter & Perry, 2009).

Sistem kardiovaskular mempunyai struktur dan fungsi yang jelas. Dalam jantung
terdapat ventrikel kanan yang memompa darah melalui sistem pulmonar, sedangkan
ventrikel kiri memompa darah ke sirkulasi sistemik yang menyediakan oksigen dan
nutrien ke jaringan dan membuang sampah dari tubuh. Sistem sirkulasi menyuplai gas
pernapasan, nutrien dan produk sampah antara darah dan jaringan Kerja pompa jantung
sangan penting untuk mempertahankan aliran oksigen. Efektivitas pompa yang menurun
seperti yang terjadi pada penyakit arteri koroner dan kondisi kardiomiopati, meyebabkan
volume curah jantung menurun. Perdarahan dan dehidrasi menurunkan keefektifan
pompa denganmenurunkan volume darah yang bersirkulasi, sehingga menurunkan
jumlah darah yang dikeluarkan dari ventrikel.

Serabut otot jantug (miokard) memiliki kontraktil yang memungkinkan akan meregang
selama proeses pengisian darah. Pada jantung yang sehat, regangan ini secara
proporsional berhubungan dengan kekuatan kontraksi. Saat miokard meregang, maka
kekuatan kontraksi berikutnya akan meningkat. Peristiwa ini dikenal dengan hukum
jantung Frank – Starling (Starling).

C. PENYEBAB
Menurut Brashers (2003), penyebab penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) terdiri dari :
a) Merokok
Merokok merupakan faktor penyebab utama seseorang terkena PPOK. Dalam hal ini,
penyakit paru obstruktif kronis terjadi karena adanya riwayat merokok baik perokok
aktif maupun pasif.
b) Polusi Udara
Polusi udara merupakan salah satu penyebab timbulnya penyakit paru obstruktif
kronis (PPOK). Hal ini dikarenakan adanya kandungan zat-zat berbahaya dalam
polutan yang dapat menghambat jalannya udara di saluran napas.
c) Partikel gas berbahaya
D. CARA KERJA VENTILATOR
Pada prinsipnya ventilator adalah suatu alat yang bisa menghembuskan gas (dalam hal
ini oksigen) ke dalam paru-paru pasien. Saat menghembuskan gas, ventilator bisa tidak
tergantung otot pernapasan (ventilator menggantikan sepenuhnya kerja otot pernapasan),
atau ventilator bersifat membantu otot pernapasan sehingga kerja otot pernapasan
diperkuat. Jumlah gas yang ditiupkan tergantung dengan pengaturan yang kita
kehendaki. macam-macam ventilator.

Menurut Sifatnya Ventilator Dibagi Tiga Type Yaitu:


a) Volume Cycled Ventilator. Perinsip dasar ventilator ini adalah cyclusnya
berdasarkan volume. Mesin berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah
mencapai volume yang ditentukan. Keuntungan volume cycled ventilator adalah
perubahan pada komplain paru pasien tetap memberikan volume tidal yang
konsisten.
b) Pressure Cycled Ventilator Perinsip dasar ventilator type ini adalah cyclusnya
menggunakan tekanan. Mesin berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah
mencapai tekanan yang telah ditentukan. Pada titik tekanan ini, katup inspirasi
tertutup dan ekspirasi terjadi dengan pasif. Kerugian pada type ini bila ada
perubahan komplain paru, maka volume udara yang diberikan juga berubah.
Sehingga pada pasien yang setatus parunya tidak stabil, penggunaan ventilator tipe
ini tidak dianjurkan.
c) Time Cycled Ventilator Prinsip kerja dari ventilator type ini adalah cyclusnya
berdasarkan wamtu ekspirasi atau waktu inspirasi yang telah ditentukan. Waktu
inspirasi ditentukan oleh waktu dan kecepatan inspirasi (jumlah napas permenit)
Normal ratio I : E (inspirasi : ekspirasi ) 1 :2.

E. MODE VENTILATOR
Pasien yang mendapatkan bantuan ventilasi mekanik dengan menggunakan ventilator
tidak selalu dibantu sepenuhnya oleh mesin ventilator, tetapi tergantung dari mode yang
kita setting. Mode mode tersebut adalah sebagai berikut:
a) Mode Control. Pada mode kontrol mesin secara terus menerus membantu pernafasan
pasien. Ini diberikan pada pasien yang pernafasannya masih sangat jelek, lemah
sekali atau bahkan apnea. Pada mode ini ventilator mengontrol pasien, pernafasan
diberikan ke pasien pada frekwensi dan volume yang telah ditentukan pada
ventilator, tanpa menghiraukan upaya pasien untuk mengawali inspirasi. Bila pasien
sadar, mode ini dapat menimbulkan ansietas tinggi dan ketidaknyamanan dan bila
pasien berusaha nafas sendiri bisa terjadi fighting (tabrakan antara udara inspirasi
dan ekspirasi), tekanan dalam paru meningkat dan bisa berakibat alveoli pecah dan
terjadi pneumothorax. Contoh mode control ini adalah: CR (Controlled Respiration),
CMV (Controlled Mandatory Ventilation), IPPV (Intermitten Positive Pressure
Ventilation)

b) Mode IMV / SIMV: Intermitten Mandatory Ventilation/Sincronized Intermitten


Mandatory Ventilation. Pada mode ini ventilator memberikan bantuan nafas secara
selang seling dengan nafas pasien itu sendiri. Pada mode IMV pernafasan mandatory
diberikan pada frekwensi yang di set tanpa menghiraukan apakah pasien pada saat
inspirasi atau ekspirasi sehingga bisa terjadi fighting dengan segala akibatnya. Oleh
karena itu pada ventilator generasi terakhir mode IMVnya disinkronisasi (SIMV).
Sehingga pernafasan mandatory diberikan sinkron dengan picuan pasien. Mode
IMV/SIMV diberikan pada pasien yang sudah bisa nafas spontan tetapi belum
normal sehingga masih memerlukan bantuan.

c) Mode ASB / PS : (Assisted Spontaneus Breathing / Pressure Suport) Mode ini


diberikan pada pasien yang sudah bisa nafas spontan atau pasien yang masih bisa
bernafas tetapi tidal volumnenya tidak cukup karena nafasnya dangkal. Pada mode
ini pasien harus mempunyai kendali untuk bernafas. Bila pasien tidak mampu untuk
memicu trigger maka udara pernafasan tidak diberikan. d. CPAP : Continous
Positive Air Pressure. Pada mode ini mesin hanya memberikan tekanan positif dan
diberikan pada pasien yang sudah bisa bernafas dengan adekuat. Tujuan pemberian
mode ini adalah untuk mencegah atelektasis dan melatih otot-otot pernafasan
sebelum pasien dilepas dari ventilator.

F. FASE PERNAFASAN PADA VENTILATOR


Fase bernapas dengan ventilator adalah sebagai berikut:
a) Awal bernapas (initiating/triggering) Awal bernapas bisa terjadi secara otomatis
karena pengaturan waktu pada ventilator (machine triggering) atau atas picuan
(rangsangan/usaha bernapas) pasien yang merangsang mesin (patient triggering)
sehingga mesin memulai menghembuskan gas ke pasien. Rangsangan napas dari
pasien bisa atas dasar perubahan flow atau tekanan yang terjadi pada mesin.
Perubahan flow atau tekanan berapa yang bisa merangsang mesin
(sensitivity/trigger) tergantung pengaturan kita. Artinya bisa dibuat lebih sensitif
atau kurang sensitif. tekanan atau flow) akan terbatasi dan tetap dipertahankan
(sesuai dengan pengaturan) sebelum inspirasi berakhir.

b) Siklus perpindahan (cycling)


- Cycling adalah perpindahan dari fase inspirasi ke fase awal ekspirasi.
Perpindahan ini akan terjadi sesuai dengan pengaturan. Pengaturan tersebut bisa
berdasar atas waktu (time cycle), tekanan (pressure cycle), volume (volume
cycle) atau aliran udara (flow cycle).
- Time cycle, artinya fase inspirasi berakhir setelah alokasi waktu inspirasi
berdasarkan pengaturan sudah terlampaui.
- Pressure/volume cycle, artinya inspirasi berakhir setelah tidak ada flow yang
masuk (flow berhenti). Flow akan berhenti kalau pressure/volume sesuai
pengaturan sudah tercapai
- Flow cycle, artinya inspirasi berakhir kalau flow mencapai pengaturan yang
dibuat. Agar lebih menyelaraskan dengan pola napas pasien, pengaturan pada
flow cycle bisa diatur berbeda dengan pengaturan pabrik. Pengaturan ini sering
disebut sebagai ETS (expiratory trigger sensitivity) atau inspiratory cycling off.
Misalnya pengaturan ETS 40%, artinya bila flow mencapai 40% dari peak flow
maka akan terjadi cycling.

c) Pengontrolan variabel “base line” Pada akhir ekspirasi, tekanan di jalan napas bisa
dikontrol. Bisa dibuat sama dengan tekanan atmosfer atau lebih. Pengaturan
pengontrolan itu disebut dengan PEEP (positive end expiratory pressure). Bila
PEEP = 0, berarti tekanan di jalan napas pada akhir ekspirasi sama dengan tekanan
atmosfer, dan bila positif ,misalnya 5, berarti pada akhir ekspirasi tekanan di jalan
napas 5 cmH2 O lebih tinggi dibandingkan tekanan udara atmosfer.

G. INDIKASI PEMAKAIAN VENTILATOR


a) Hiperkapnia Adalah peningkatan PCO2 dengan ketidakmampuan mempertahankan
ventilasi alveolar yang adekuat. Penyebab hiperkapnia yang dapat diobati harus dicari
(misalnya narkotik). Beberpa pasien dengan penyakit paru kronik akan mentoleransi
peningkatan PACO2 pasien tersbut tetap sadar danmersa nyaman. Namun, pH arteri
dibawah 7,1 dianggap sebagai indikasi untuk ventilasi mekanik
b) Peninggian tekanan intracranial Hipokapnia yang disengaja dengan ventilasi tekanan
positif intermitten ( IPPV ; intermittent positive-pressure ventilation) dapat
diidikasikan untuk menurunkan tekanan cranial pada keadaan-keadaan tertentu
c) Hipoksemia PAO2 biasanya ajan diperbaiki dengan IPPV. Criteria khusus untuk
melakukan ventilasi mekanik adalah
- PAO2 , 40 torr pada O2 inspirasi yang maksimal
- Semakin lemah
- Penyakit pernapasan yang cepat meburuk
- Peningkatan kera pernapasan (mislanya retraksi interkostal selama inspirasi)
- Peningkatan PACO2

Kriteria pemasangan ventilator Seseorang perlu mendapat bantuan ventilasi mekanik


(ventilator) bila :
- Frekuensi napas lebih dari 35 kali per menit.
- Hasil analisa gas darah dengan O2 masker PaO2 kurang dari 70 mmHg.
- PaCO2 lebih dari 60 mmHg
- AaDO2 dengan O2 100 % hasilnya lebih dari 350 mmHg.
- Vital capasity kurang dari 15 ml / kg BB.

H. KOMPLIKASI
Ventilator adalah alat untuk membantu pernafasan pasien, tapi bila perawatannya tidak
tepat bisa, menimbulkan komplikasi seperti:
1. Pada paru
- Baro trauma: tension pneumothorax, empisema sub cutis, emboli udara vaskuler.
b. Atelektasis/kolaps alveoli diffuse
- Infeksi paru
- Keracunan oksigen
- Jalan nafas buatan: king-king (tertekuk), terekstubasi, tersumbat.
- Aspirasi cairan lambung
- Tidak berfungsinya penggunaan ventilator
- Kerusakan jalan nafas bagian atas

2. Pada sistem kardiovaskuler


Hipotensi, menurunya cardiac output dikarenakan menurunnya aliran balik vena
akibat meningkatnya tekanan intra thorax pada pemberian ventilasi mekanik dengan
tekanan tinggi.

3. Pada sistem saraf pusat


- Vasokonstriksi cerebral Terjadi karena penurunan tekanan CO2 arteri (PaCO2)
dibawah normal akibat dari hiperventilasi.
- Oedema cerebral Terjadi karena peningkatan tekanan CO2 arteri diatas normal
akibat dari hipoventilasi.
- Peningkatan tekanan intra kranial
- Gangguan kesadaran
- Gangguan tidur.

4. Pengaruh pada ginjal


- Pengaruh pada ginjal karena pH, PaC)2, dan PaO2 yang abnormal
- Respon humoral antara lain perubahan pada hormone antidiuretik (ADH), peptide
antidiuretik atrial (ANP) dan Renin-angiotensin aldosteron (RAA)
- Respon renal terhadap perubahan hemodinamik yang timbul karena peningkatan
tekanan intralokal

5. Pada sistem gastrointestinal dan fungsi hepar


- Distensi gaster, illeus
- Perdarahan gaster.
- Iskemia pada jaringan hepar

I. FOKUS PENGKAJIAN KEPERAWATAN


Suhu Tubuh
Suhu tubuh adalah keseimbangan antara panas yang dihasilkan tubuh dengan panas yang
dikeluarkan tubuh. Ada dua jenis suhu tubuh: suhu inti (core temperature) dan suhu
permukaan tubuh. Suhu inti adalah suhu jaringan dalam tubuh misalnya rongga abdomen
dan rongga pelvis. Saat diukur secara oral, rata-rata suhu tubuh orang dewasa antara
36,70C sampai 370C. Suhu permukaan tubuh misalnya suhu pada kulit. Suhu permukaan
dapat berbeda, meningkat dan menurun sebagai respons terhadap lingkungan (Berman,
2009).
Faktor-faktor yang mempengaruhi suhu tubuh perlu untuk diperhatikan sehingga dapat
mengenali variasi suhu tubuh normal dan mengenali hasil pengukuran suhu tubuh yang
menyimpang dari normal. Secara normal, suhu seseorang dapat berubah sebesar 1 0C dari
pagi sampai sore hari. Latihan fisik dan stres dapat meningkatkan suhu tubuh untuk
sementara. Suhu tubuh dewasa tua biasanya lebih rendah dari dewasa pertengahan
(Berman, 2009).

Pernapasan
Pernapasan adalah aktivitas bernapas mencangkup pengambilan oksigen dan pengeluaran
karbondioksida. Istilah inhalasi atau inspirasi mengacu pada pengambilan udara ke
dalam paru. Ekshalasi atau ekspirasi mengacu pada pengeluaran atau pergerakan gas dari
paru ke atmosfer. Ventilasi adalah kata lain yang mengacu pada pergerakan udara ke
dalam dan keluar paru. Hiperventilasi mengacu pada pernapasan yang amat dalam dan
cepat. Hipeventilasi mengacu pada pernapasan yang amat dangkal (Berman, 2009).

Faktor yang mempengaruhi pernapasan (Berman, 2009):


1. Usia: seiring dengan pertambahan usia, frekuensi pernapasan turun secara bertahap.
2. Aktivitas fisik: pernapasan meningkat dalam hal frekuensi dan kedalaman saat
aktivitas fisik.
3. Demam: frekuensi pernapasan akan lebih cepat pada klien yang bersuhu tinggi.
4. Obat: narkotika dan obat penekan sistem saraf pusat lainnya sering memperlambat
frekuensi pernapasan.
5. Stres: kecemasan cenderung meningkatkan frekuensi dan kedalaman pernapasan.

Frekuensi pernapasan dijelaskan dalam napas per menit. Kecepatan pernapasan


normalnya berkisar antara 15 sampai 20 napas per menit pada dewasa sehat (Berman,
2009).
Kedalaman pernapasan seseorang dapat ditentukan dengan memperhatikan pergerakan
dada. Kedalaman pernapasan umumnya diterangkan sebagai normal, dalam, atau
dangkal. Pernapasan dalam adalah pernapasan yang melibatkan volume udara diinhalasi
dan diekshalasi dalam jumlah besar, sehingga mendistensi sebagian besar paru.
Pernapasan dangkal melibatkan pertukaran volume udara dalam jumlah kecil dan sering
kali menggunakan sedikit jaringan paru. Selama inspirasi dan ekspirasi normal, orang
dewasa menggunakan ±500 ml udara (Berman, 2009).
Irama atau pola pernapasan mengacu pada keteraturan inspirasi dan ekspirasi. Irama
pernapasan dapat digambarkan sebagai teratur atau tidak teratur. Secara normal,
pernapasan memiliki jarak yang sama (Berman, 2009).
Karakter pernapasan normal tidak bersuara. Sedangkan pernapasan yang tidak normal
menimbulkan suara napas yang banyak terjadi akibat adanya cairan dalam paru-paru dan
dapat terdengar jelas dengan stetoskop (Berman, 2009).

Nadi
Nadi adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan frekuensi, irama, dam volume
detak jantung yang dapat dikaji pada lokasi sentral (apeks jantung) atau perifer (kaki,
tangan, leher). Nadi merupakan gelombang darah yang dihasilkan oleh kontraksi
ventrikel kiri jantung. (Berman, 2009).
Pada orang sehat, nadi mencerminkan detak jantung; maka dari itu, frekuensi nadi sama
dengan kontraksi ventrikel jantung. Kabanyakan dewasa normal mempunyai denyut yang
teratur antara 50 sampai 100 denyut per menit. (Berman, 2009).
Faktor yang mempengaruhi frekuensi nadi (Berman, 2009):
1. Usia: semakin meningkat usia, frekuensi nadi menurun secara bertahap.
2. Jenis kelamin: setelah pubertas, rata-rata frekuensi nadi pria sedikit lebih rendah
daripada wanita.
3. Olahraga: frekuensi nadi secara normal meningkat sesuai aktivitas.
4. Demam: frekuensi nadi meningkat sebagai akibat peningkatan kecepatan
metabolisme.
5. Obat: beberapa obat menurunkan frekuensi nadi dan yang lainnya meningkatkan
frekuensi nadi. Sebagai contoh kardiotonik akan menurunkan frekuensi jantung
sedangkan epinefrin akan meningkatkannya.
6. Hipovolemi/dehidrasi: kehilangan cairan sistem vaskuler akan meningkatkan
frekuensi nadi.
7. Stres: stres, emosi seperti takut dan cemas, serta persepsi terhadap nyeri hebat akan
meningkatkan frekuensi nadi dan kekuatan detak jantung.
8. Posisi: saat seseorang duduk atau berdiri, darah terkumpul di dalam pembuluh darah
yang bergantung di sistem vena. Terkumpulnya darah tersebut mengakibatkan
penurunan sementara aliran balik vena ke jantung dan selanjutnya menurunkan
tekanan darah, meningkatkan frekuensi jantung, memaksa kontraksi ventrikel, dan
tonus vena/arteri.

Tekanan Darah
Tekanan darah arteri adalah ukuran tekanan yang digunakan oleh darah saat berdenyut
melalui arteri. Karena darah bergerak dengan bergelombang, terdapat dua ukuran
tekanan darah: tekanan sistolik, tekanan darah akibat kontraksi ventrikel; tekanan
diastolik, tekanan ketika ventrikel beristirahat. Tekanan darah normal pada kebanyakan
orang dewasa sehat berkisar antara 90/50 mmHg sampai 140/90 mmHg (Willms, 2003).
Faktor yang mempengaruhi tekanan darah (Berman, 2009):
1. Usia: tekanan sistolik dan diastolik meningkat secara bertambah sesuai usia hingga
dewasa
2. Jenis kelamin: wanita umumnya memilki tekanan darah lebih rendah daripada pria
yang berusia sama, hal ini lebih cenderung akibat variasi hormon. Setelah
menopause, wanita umumnya memiliki tekanan darah yang lebih tinggi dari
sebelumnya.
3. Olahraga: akitivitas fisik meningkatkan tekanan darah.
4. Obat-obatan: ada banyak obat dapat menigkatkan atau menurunkan tekanan darah.
5. Stres: stimulasi sistem saraf simpatis meningkatkan curah jantung dan vasokontriksi
arteriol, sehingga meningkatkan hasil tekanan darah.
6. Obesitas: obesitas baik pada masa anak-anak maupun dewasa merupakan faktor
predisposisi hipertensi.
Variasi diurnal: tekanan darah umumnya paling rendah pada pagi hari, saat laju
metabolisme paling rendah, kemudian meningkat sepanjang hari dan mencapai
puncaknya pada akhir sore atau awal malam hari.
Demam/panas/dingin: demam dapat meningkatkan tekanan darah karena peningkatan
laju metabolisme. Namun, panas eksternal menyebabkan vasodilatasi dan menurunkan
tekanan darah. Dingin menyebabkan vasokontriksi dan meningkatkan tekanan darah.

J. FOKUS INTERVENSI KEPERAWATAN


Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas (00031)

Diagnosa Rencana Keperawatan


Keperawatan/Masalah Intervensi
Tujuan dan Kriteria Hasil
Keperawatan

Bersihan Jalan Nafas NOC: NIC


tidak efektif - Respiratory status : - Pastikan kebutuhan
berhubungan dengan: Ventilation oral / tracheal
- Infeksi, disfungsi - Respiratory status : suctioning.
neuromuskular, Airway patency - Berikan O2 ……l/mnt,
- Hiperplasia dinding - Aspiration Control metode………
bronkus, alergi - Anjurkan pasien untuk
- Jalan nafas, asma, Setelah dilakukan istirahat dan napas
trauma tindakan keperawatan dalam
- Obstruksi jalan nafas : selama …………..pasien - Posisikan pasien untuk
spasme jalan menunjukkan keefektifan memaksimalkan
- Nafas, sekresi tertahan, jalan nafas dibuktikan ventilasi
banyaknya dengan kriteria hasil : - Lakukan fisioterapi
- Mukus, adanya jalan - Mendemonstrasikan dada jika perlu
nafas buatan, batuk efektif dan suara - Keluarkan sekret
- Sekresi bronkus, adanya nafas yang bersih, tidak dengan batuk atau
eksudat di ada sianosis dan suction
- Alveolus, adanya benda dyspneu - Auskultasi suara nafas,
asing di jalan - (mampu mengeluarkan catat adanya suara
- Nafas. sputum, tambahan
DS: - Bernafas dengan - Berikan
- Dispneu mudah, tidak ada bronkodilator :
DO: pursed lips) ………………………
- Penurunan suara nafas - Menunjukkan jalan ……………………….
- Orthopneu nafas yang paten (klien - Monitor status
- Cyanosis tidak merasa tercekik, hemodinamik
- Kelainan suara nafas irama nafas, frekuensi - Berikan pelembab
(rales, wheezing) pernafasan dalam udara Kassa basah
- Kesulitan berbicara rentang normal, tidak NaCl Lembab
- Batuk, tidak efekotif ada suara nafas - Berikan antibiotik :
atau tidak ada abnormal) …………………….
- Produksi sputum - Mampu - Atur intake untuk
- Gelisah mengidentifikasikan cairan
- - Perubahan frekuensi dan mencegah faktor mengoptimalkan
dan irama nafas yang penyebab. keseimbangan.
- Saturasi O2 dalam - Monitor respirasi dan
batas normal status O2
- Foto thorak dalam - Pertahankan hidrasi
batas normal yang adekuat untuk
mengencerkan sekret
- Jelaskan pada pasien
dan keluarga tentang
penggunaaan perlatan
oksigen, suction dan
inhalasi

Nyeri Akut (00132)

DIAGNOSA TUJUAN /NOC INTERVENSI / NIC


Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan PAIN MANAGEMENT (140)
- Perubahan nafsu keperawatan selama 1. Kaji tingkat nyeri,meliputi :
makan .......x24 jam, diharapakan lokasi, karakteristik, dan
- Perubahan
nyeri berkurang dengan onset, durasi, frekuensi,
fisiologis
- Diaforesis kriteria: kualitas, intensitas/beratnya
- Perilaku distraksi KONTROL NYERI nyeri, faktor-faktor
- Skala Nyeri
(1605) presipitasi
- Perilaku ekspresif
(misalnya, - Mengenal faktor 2. Kontrol faktor-faktor
gelisah, penyebab (160501) lingkungan yang dapat
menangis,
- Mengenal reaksi mempengaruhi respon pasien
kewaspadaan)
- Ekspresi wajah serangan nyeri terhadap ketidaknyamanan
nyeri (160502) 3. Berikan informasi tentang
- Perilaku menjaga - Mengenali gejala nyeri nyeri
- Keputusasaan
- Fokus yang (1605009) 4. Ajarkan teknik relaksasi
sempit - Melaporkan nyeri 5. Tingkatkan tidur/istirahat
- Positioning untuk terkontrol (1605011) yang cukup
mengurangi rasa
6. Turunkan dan hilangkan
sakit TINGKAT NYERI faktor yang dapat
- Perilaku protektif (2021) meningkatkan nyeri
- Dilatasi pupil
- Frekuensi nyeri 7. Lakukan teknik variasi untuk
- Berfokus pada
diri sendiri (210203) mengurangi nyeri
- Ekspresi akibat nyeri
(210206) ANALGETIK
ADMINISTRATION (2210)
KETERANGAN 1. Tentukan lokasi,
PENILAIAN NOC karakteristik, kualitas, dan
1. tidak dilakukan derajat nyeri sebelum
samasekali pemberian obat
2. jarang dilakukan 2. Monitor vital sign sebelum
3. kadang dilakukan dan sesudah pemberian
4. sering dilakukan analgetik
5. selalu dilakukan 3. Berikan analgetik yang tepat
sesuai dengan resep
4. Catat reaksi analgetik dan
efek buruk yang ditimbulkan
5. -Cek instruksi dokter tentang
jenis obat,dosis,dan
frekuensi
K. DAFTAR PUSTAKA
Admin. Definisi: Oksigen. Yang dipublikasikan pada halaman
www.kamuskesehatan.com dan diakses pada tanggal 09 Juli 2018.
Arvin , Behrman Klirgman.2000.Ilmu Kesehatan Anak.,Jakarta : EGC. Diunduh dari
http://books.google.co.id/books?
id=0dRhHnfPpBgC&pg=PA305&dq=indikasi+ventilator+mekanik&hl=id&sa=X
&ei=PGM9VP7vO9GgugTm7IHwBQ&redir_esc=y#v=onepage&q= indikasi
%20ventilator%20mekanik&f=false
Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan
Klien. Jakarta: Salemba Medika
Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, S. J. (2010). Buku Ajar Fundamental
Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik (7 ed.). (P. E. Karyuni, D.
Marrelli TM. (2008). Buku Saku Dokumentasi Keperawatan Edisi 3. Jakarta : EGC
Raber,Mark A,1998.Buku Saku Kedokteran university of IOWA. Penerbit :
EGC,Jakarta.
Mautz. W. J., et all. (2001). Respiratory tract responses to repeated inhalation of an
oxidant and particulat. Depertment of Biology: University of Hawaii, Hilo.
Nainggolan. I.,dkk. (2006). Influenza Burung Buku Ajar Penyakit Dalam. FKUI: Jakarta.
Nawawi.M dkk. Ventilasi Mekanik .Bagian Anestesiologi dan Reanimasi. Fakultas
Kedokteran Universitas Padjadjaran (dalam bentuk pdf. )
Nelwan. R.H.H., (2006). Influenza dan Pencegahannya. Buku Ajar Penyakit Dalam.
FKUI: Jakarta.
Pigard P.A.A., et al. (2005). Molecular Pathogenesis of Virus Infections. Ca,bridge
University Press: New York.
Potter, P. A. & Perry A. G. (2009). Fundamental Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Price, S. A. & Wilson, L. M. (2012). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses – Proses
Penyakit. Jakarta: EGC.
Russel. R. Pate. (2005). Phsycal Activity and public health. A recommendation from the
center for disease control and prevention and the American College of
Sherwood, L. (2007). Fisiologi manusia; dari sel ke sistem. Jakarta: EGC.
Sloane, E. (2003). Anatomi dan Fisiologi. (P. Widyastuti, Trans.) Jakrta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Smeltzer, S. C. & Bare, B. G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC
Sport Medicine. Wonder.cdc.gov/wonder/prevguid/p0000391.asp. (Diakses pada 01
April 2018).
Sundana,Krisna. Ventilator : Pendekatan Praktis Di Unit Perawatan Klinis. Edisi I.
Penerbit : CICU Bandung
Yulianti, Y. Yuningsih, A. Lusyana, & W. Eka, Trans.) Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai