DOSEN PEMBIMBING :
Ns. Haslinda Damansyah M.Kep
DI SUSUN OLEH :
Nama : Asrin Abdullah
Kelas : B Keperawatan
Nim : ( C01419017 )
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
Rahmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang
membahas tentang Komponen Dasar Berfikir Kritis & Aspek – Apek Berpikir
Kritis
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh Karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini tentang Kebutuhan Rasa
Aman dan Nyaman dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap
pembaca.
Asrin Abdullah
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………….i
DAFTAR ISI …………………………………………………………..ii
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Berpikir merupakan suatu proses yang berjalan secara
berkesinambungan mencakup interaksi dari suatu rangkaian pikiran dan
persepsi. Sedangkan berpikir kritis merupakan konsep dasar yang terdiri
dari konsep berpikir yang berhubungan dengan proses belajar dan kritis itu
sendiri berbagai sudut pandang selain itu juga membahas tentang
komponen berpikir kritis dalam keperawatan yang didalamnya dipelajari
makna berpikir kritis, karakteristik, model berpikir kritis, metode berpikir
kritis, elemen berpikir kritis, aspek-aspek berpikir kritis, fungsinya dalam
keperawatan, pemecahan masalah dalam berpikir kritis, serta langkah-
langkah pemecahannya, komponen berpikir kritis dalam keperawatan dan
cara proses pemgambilan keputusn berpikir kritis dalam keperawatan itu
sendiri.
1
kritis merupakan suatu proses berpikir (kognitif) yang mencakup penilian
dan analisa secara rasional tentang semua informasi, masukan, pendapat
dan ide yang ada kemudian merumuskan kesimpulan dan mengambil suatu
keputusan. Untuk itu berpikir kritis dalam keperawatan sangatlah penting.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Definisi berpikir kritis
2. Karakteristik Berfikir Kritis Metode & Elemen Berpikir Kritis
3. Aspek-Aspek Berpikir Kritis
4. Fungsi Berpikir Kritis Dalam Keperawatan
5. Krakteristik Berpikir Kritis
6. Pemecahan Masalah Dalam Berpikir Kritis
7. Proses Pengambilan Keputusan Berfikir Kritis Dalam Keperawatan
C. TUJUAN
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui apa itu beripikir kritis
dalam keperawatan dan mengetahui apa keuntungannya kita
melakukan dan mempraktikan berpikir kritis dalam kehidupan sehari-
hari dalam keperawatan
D. MANFAAT
Menambah wawasan tentang konsep dasar berpikir kritis serta
aspek – aspek nya.
2
BAB II
KEBUTUHAN RASA AMAN DAN NYAMAN
3
Untuk lebih mengoptimalkan dalam proses berpikir kritis setidaknya
paham atau tau dari komponen berpikir kritis itu sendiri, dan komponen
berpikir kritis meliputi pengetahuan dasar, pengalaman, kompetensi, sikap
dalam berpikir kritis, standar/ krakteristik berpikir kritis.
Keterampilan kongnitif yang digunakan dalam berpikir kualitas tinggi
memerlukan disiplin intelektual, evaluasi diri, berpikir ulang, oposisi,
tantangan dan dukungan.
Berpikir kritis adalah proses perkembangan kompleks, yang
berdasarkan pada pikiran rasional dan cermat menjadi pemikir kritis
adalah denominatur umum untuk pengetahuan yang menjadi contoh dalam
pemikiran yang disiplin dan mandiri.
3. Reflektif
Artinya bahwa seseorang pemikir kritis tidak menggunakan asumsi atau
presepsi dalam berpikir atau mengambil keputusan tetapi akan
menyediakan waktu untuk mengumpulkan data dan menganalisisnya
berdasarkan disiplin ilmu. Fakta dan kejadian.
4
4. Bangian dari suatu sikap
Yaitu pemahaman dari suatu sikap yang harus diambil pemikir kritis akan
selalu menguji apakah sesuatu yang dihadapi itu lebih baik atau lebih
buruk dibanding yang lain.
5. Kemandirian berpikir
Seorang berpikir kritis selalu berpikir dalam dirinya tidak pasif menerima
pemikiran dan keyakinan orang lain menganalisis semua isu, memutuskan
secara benar dan dapat dipercaya.
8. Watak (dispositions)
Seseorang yang mempunyai keterampilan berpikir kritis mempunyai sikap
skeptis, sangat terbuka, menghargai sebuah kejujuran, respek terhadap
berbagai data dan pendapat,resespek tehadap kejelasan dan ketelitian,
mencari pandangan-pandangan lain yang berbeda, dan akan berubah sikap
ketika terdapat sebuah pendapat yang diangapnya baik.
9. Kriteria (criteria)
Dalam berpikir kritis harus mempunyai sebuah kriteria atau patokan.
Untuk sampai kearah mana maka harus menemukan sesuatu
untuk diputuskan atau dipercayai.meskipun sebuah argumen dapat
disusun dari berapa sumber pembelajaran, namun akan mempunyai kriteria
5
yang berbeda. Apabila kita akan menerapkan standarlisasi maka haruslah
berdasarkan relenfansi, keakuratan fakta-fakta, berdasarkan sumber yang
kredibel, teliti tidak benas dari logika yang keliru, logika yang konsisten
dan pertimbangan yang matang.
Sebelum melanjutkan lebih jauh, kita perlu mencoba untuk menemukan jalan
yang membantu pelajar pemula untuk belajar tentang berpikir kritis dan termasuk
perkembangan model berpikir kritis yang menjadi pokok bahasan. Banyak
klasifikasi berpikir yang ditemukan di literature. Costa and Colleagues (1985).
Menurut Costa and Colleagues klasifikasi berpikir dikenal sebagai “The Six Rs”
yaitu :
a. Remembering (Mengingat)
b. Repeating (Mengulang)
c. Reasoning (Memberi Alasan/rasional)
d. Reorganizing (Reorganisasi)
e. Relating (Berhubungan)
f. Reflecting (Memantulkan/merenungkan)
Meskipun The Six Rs sangat berguna namun tidak semuanya cocok dengan
dalam keperawatan. Kemudian Perkumpulan Keperawatan mencoba
mengembangkan gambaran berpikir dan mengklasifikasikan menjadi 5 model
disebut T.H.I.N.K. yaitu: Total Recall, Habits, Inquiry, New Ideas and Creativity,
Knowing How You Think.
Sebelum mempelajari lebih jauh tentang Model T.H.I.N.K., kita perlu untuk
mempelajari asumsi yang menggarisbawahi pendekatan lima model tersebut.
6
Asumsi berpikir kritis adalah komponen dasar yang meliputi pikiran, perasaan dan
berkerja bersama dengan keperawatan. Ada beberapa asumsi tentang berpikir
kritis, yaitu sebagai berikut.
Asumsi pertama adalah berpikir, merasa, dan keahlian mengerjakan seluruh
komponen esensial dalam keperawatan dengan bekerja sama dan saling
berhubungan. Berfikir kritis melibatkan pikiran, perasaan, dan bekerja yang
ketiganya merupakan keseluruhan komponen penting bagi perawat argumentasi
yang berkerja bersama-sama berpikir tanpa bekerja adalah sia-sia, bekerja tanpa
perasaan adalah hal yang sangat tidak mungkin, pengenalan nilai-nilai keterkaitan
antara pikiran, perasaan, dan berkerja merupakan tahap penting dalam memulai
praktik argumentasi.
Berpikir tanpa mengerjakan adalah suatu kesia-siaan. Mengerjakan sesuatu
tanpa berpikir adalah membahayakan. Dan berpikir atau mengerjakan sesuatu
tanpa perasaan adalah sesuatu yang tidak mungkin. Perasaan, diketahui sebagai
status afektive yang mempengaruhi berpikir dan mengerjakan dan harus
dipertimbangkan saat belajar berpikir dan menyimpulkan sesuatu. Pengakuan atas
3 hal (Thinking, Feeling, and Doing) mengawali langkah praktek professional ke
depan.
Asumsi yang kedua mengakui bahwa berpikir, merasakan, dan mengerjakan
tidak bisa dipisahkan dari kenyataan praktek keperawatan. Hal ini dapat dipelajari
dengan mendiskusikan secara terpisah mengenai ketiga hal tersebut. Meliputi
belajar mengidentifikasi, menilai dan mempercepat kekuatan perkembangan
dalam berpikir, merasa dan mengerjakan sesuai praktek keperawatan.
Berpikir kritis memerlukan pengetahuan, walaupun pikiran, perasaan, dan
bekerja adalah sesuatu hal yang tidak dapat dipisahkan dalam keadaan nyata pada
praktek keperawatan, tetapi dapat dipisahkan menjadi bagian-bagian untuk proses
pembelajaran.
Asumsi yang ketiga bahwa perawat dan perawat pelajar bukan papan kosong,
mereka dalam dunia keperawatan dengan berbagai macam keahlian berpikir.
Model yang membuat berpikir kritis dalam keperawatan meningkat. Oleh karena
itu bukan merupakan suatu kesungguhan yang asing jika mereka menggunakan
7
model sama yang digunakan setiap hari. Berpikir kritis dalam keperawatan bukan
sesuatu yang asing, karena sebenarnya terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Asumsi yang keempat yang mempertinggi berpikir adalah sengaja berbuat
sesuai dengan pikiran dan yang sudah dipelajari. Berpikir kritis dapat dipelajari
melalui bacaan. Para pembaca dapat belajar bagaimana cara meningkatkan
kemampuan berpikirnya.
Asumsi yang kelima bahwa pelajar dan perawat menemukan kesulitan untuk
mengambarkan keahlian mereka berpikir. Sebagian orang jarang bertanya
“bagaimana pelajar dan perawat berpikir”, selalu yang ditanyakan adalah “apa
yang kamu pikirkan”. Berpikir kritis adalah cara berpikir secara sistematis dan
efektif.
Asumsi yang keenam bahwa berpikir kritis dalam keperawatan merupakan
gabungan dari beberapa aktivitas berpikir yang bersatu dalam konteks situasi
dimana berpikir dituangkan. Berpikir kritis dalam keperawatan adalah campuran
dari beberapa aktifitas berpikir yang berhubungan dengan konteks dan situasi
dimana proses berpikir itu terjadi.
8
4. Persuasi : komunikasi yang berhubungan dengan mempengaruhi
perbuatan, keyajinan, sikap, dan nilai-nilai orang lain melalui berbagai alas
an, argument, atau bujukan. Debat dan iklan adalah dua bentuk persuasi
5. Propaganda : komunikasi dengan menggunakan berbagai media
yang sengaja dipersiapkan untuk mempengaruhi massa pendengar
6. Coercion : mengancam atau menggunakan kekuatan dalam
berkomunikasi untuk memaksakan suatu kehendak
7. Kombinasi beberapa metode
9
D. ASPEK – ASPEK BERFIKIR KRITIS
Kegiatan berpikir kritis dapat dilakukan dengan melihat penampilan
dari beberapa perilaku selama proses berpikir kritis itu berlangsung.
Perilaku berpikir kritis seseorang dapat dilihat dari beberapa aspek:
1. Relevance
Relevansi ( keterkaitan ) dari pernyataan yang dikemukan.
2. Importance
Penting tidaknya isu atau pokok-pokok pikiran yang dikemukaan.
3. Novelty
Kebaruan dari isi pikiran, baik dalam membawa ide-ide atau informasi
baru maupun dalam sikap menerima adanya ide-ide orang lain.
4. Outside material
Menggunakan pengalamanya sendiri atau bahan-bahan yang diterimanya
dari perkuliahan.
5. Ambiguity clarified
Mencari penjelasan atau informasi lebih lanjut jika dirasakan ada ketidak
jelasan.
6. Linking ideas
Senantiasa menghubungkan fakta, argumen pandangan serta mencari data
baru dari informasi yang berhasil dikumpulkan.
7. Justification
Memberi bukti-bukti, contoh, atau justifikasi terhadap suatu solusi atau
kesimpulan yang diambilnya. Termasuk didalamnya senantiasa
memberikan penjelasan mengenai keuntungan dan kerungian dari suatu
situasi atau solusi.
10
E. FUNGSI BERFIKIR KRITIS DALAM KEPERAWATAN
Berikut ini merupakan fungsi atau manfaat berpikir kritis dalam
keperawatan adalah sebagai berikut:
1. Penggunaan proses berpikir kritis dalam aktifitas keperawatan
sehari-hari
2. Membedakan sejumlah penggunaan dan isu- isu dalam keperawatan
3. Mengidentifikasi dan merumuskan masalah keperawatan
4. Menganalisis pengertian hubungan dari masing-masing idikasi,
penyebab dan tujuan, serta tingkat hubungan.
11
F. KOMPONEN BERFIKIR KRITIS DALAM KEPERAWATAN
1. Pengetahuan dasar yang spesifik
2. Pengalaman dalam keperawatan
3. Kompetensi berpikir kritis
a. Kompetensi umum
b. Kompetensi spesifik dalam praktik klinik
c. Kompetensi spesifik dalam keperawatan
4. Sikap-sikap dalam berpikir kritis
a. Mandiri
b. Rendah hati
c. Berani mengambil resiko
d. Keutuhan (jujur, adil, disiplin, kreatif, percaya diri, rasa ingin tahu,
bertanggung jawab)
e. Tekun
f. Empati
g. Tanpa prasangka
h. Eksplorasi pikiran dan perasaan
5. Standar/ karakteristik berpikir kritis
a. Standar Intelektual
Rasional (jelas, relevan, masuk akal, logis)
Reflektif (tepat, akurat, konsisten)
Menyelidik (luas, spesifik)
Otonomi berpikir
Terbuka (adekuat, adil)
Megevaluasi (lengkap)
kreatif
b. Standar profesional
Kode etik perawat indonesia
Standar praktik profesional
Standar kinerja professional
12
G. PEMECAHAN MASALAH & KARAKTER DALAM BERFIKIR
KRITIS
13
Karakteristik yang berhubungan dengan berpikir kritis, dijelaskan Beyer (1995:
12-15) secara lengkap dalam buku Critical Thinking, yaitu:
1. Watak
2. Kriteria
Dalam berpikir kritis harus mempunyai sebuah kriteria. Untuk sampai ke arah
sana maka harus menemukan sesuatu untuk diputuskan atau dipercayai. Meskipun
sebuah argumen dapat disusun dari beberapa sumber pelajaran, namun akan
mempunyai kriteria yang berbeda. Apabila kita akan menerapkan standarisasi
harus berdasarkan kepada relevansi, keakuratan fakta-fakta, berlandaskan sumber
yang kredibel, teliti, bebas dari logika yang keliru, logika yang konsisten, dan
pertimbangan yang matang.
3. Argumen
Yaitu kemampuan untuk merangkum kesimpulan dari satu atau beberapa premis.
Prosesnya akan meliputi kegiatan menguji hubungan antara beberapa pernyataan
atau data.
14
5. Sudut pandang
Sudut pandang adalah cara memandang atau menafsirkan dunia ini, yang akan
menentukan konstruksi makna. Seseorang yang berpikir dengan kritis akan
memandang sebuah fenomena dari berbagai sudut pandang yang berbeda.
Menilai informasi yang relevan yang meliputi menyeleksi fakta maupun opini,
mengecek konsistensi, mengidentifikasi asumsi, mengenali kemungkinan emosi
maupun salah penafsiran kalimat, mengenali kemungkina perbedaan orientasi
nilai dan ideologi.
15
kemampuan merencanakan perubahan. Perawat dan bidan pada semua
tingkatan posis iklinis harus memiliki kemampuan menyelesaikan masalah
dan mengambi lkeputusan yang efektif, baik sebaga ipelaksana/staf
maupun sebagai pemimpin.
Penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan bukan
merupakan bentuk sinonim. Pemecahan masalah dan proses pengambilan
keputusan membutuhkan pemikiran kritis dan analisis yang dapat
ditingkatkan dalam praktek. Pengambilan keputusan merupakan upaya
pencapa iantujuan dengan menggunakan proses yang sistematis dalam
memilih alternatif. Tidak semua pengambilan keputusan dimulai dengan
situasi masalah.
Ada lima hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan
keputusan :
1. Dalam proses pengambilan keputusan tidak terjadi secara
kebetulan.
2. Pengambilan keputusan tidak dilakukan secara sembrono tapi
harus berdasarkan pada sistematika tertentu :
a. Tersedianya sumber-sumber untuk melaksanakan keputusan
yang akan diambil.
b. Kualifikasi tenaga kerja yang tersedia
c. Falsafah yang dianut organisasi.
d. Situasi lingkungan internal dan eksternal yang akan
mempengaruhi administrasi dan manajemen di dalam organisasi.
3. Masalah harus diketahui dengan jelas.
4. Pemecahan masalah harus didasarkan pada fakta-fakta yang
terkumpul dengan sistematis.
5. Keputusan yang baik adalah keputusanyang telah dipilih dari
berbagai alternatif yang telah dianalisa secara matang.
16
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berpikir kritis adalah suatu proses berpikir sistematik yang penting bagi
berpikir kritis adalah berpikir dengan tujuan dan mengarah ke sasaran yang
membantu individu membuat penilaian berdasarkan kata bukan pikiran.
Berpikir kritis dalam keperawatan adalah komersial untuk keperawatan
profesional karena cara berpikir ini terdiri atas pendekatan holistik untuk
pemecahan masalah.
B. SARAN
17
DAFTAR PUSTAKA
http://rhanoanakke3.blogspot.com/2012/11/konsep-berfikir-kritis.html
http://muhamadilafifqozwini.wordpress.com/2013/01/16/konsep-berfikir-kritis-
dalam-keperawatan/
http://yadnoyahoocom.blogspot.com/2011/10/berfikir-kritis-dalam-
keperawatan.html
Maryam, Siti R.2008.Buku Ajar Berpikir Kritis dalam Proses
Keperawatan.Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran
Aldova, E, Hauser, O. And Postupa, R.1953.
North American Nursing Diagnosis Association. NANDA nursing diagnoses:
definitions and classification 2007-2008. Philadelphia: The association.
Potter & Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan
Praktik edisi 4 volume 1. Jakarta: EGC.
Potter & Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan
Praktik edisi 4 volume 2. Jakarta: EGC.
18
1