Anda di halaman 1dari 14

BERPIKIR KRITIS DALAM MANAJEMEN

KEPERAWATAN

Kelompok 10 :
Annisa Dwi Ananda P07220215010
Novi Dwi Yanti P07220215026
Punang Anggara P07220215028

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan
waktu yang ditentukan. Adapun materi yang akan dibahas dalam makalah ini
adalah mengenai Berpikir Kritis dalam Manajemen Keperawatan.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen
Keperawatan dan untuk menambah wawasan kepada para pembaca. Kami
menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena
itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.
Semoga segala upaya kami dalam membuat makalah ini dapat bermanfaat.
Terima kasih.

Samarinda, 12 November 2017

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................... ii


Daftar isi ............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 2
C. Tujuan ..................................................................................................... 2
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Berpikir Kritis ...................................................................... 3
B. Karakteristik Berpikir Kritis ................................................................... 3
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Berpikir Kritis ................................ 5
D. Model Berpikir Kritis dalam Keperawatan ............................................ 7
E. Pemecahan Masalah dalam Berpikir Kritis ............................................ 9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................. 10
Daftar Pustaka ................................................................................................... 11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berfikir merupakan suatu proses yang berjalan secara berkesenambungan
mencakup interaksi dari suatu rangkayan pikiran dan persepsi. Sedangkan
berfikir karitis merupakan konsep dasar yang terdiri dari konsep berfikir yang
berhubungan dengan proses belajar dan kritis itu sendiri berbagai sudut
pandang selain itu juga membahas tentang komponen berfikir kritis dalam
keperawatan yang didalamnya dipelajari defenisi,elemen berfikir kritis,model
berfikir kritis,analisa berfikir kritis,berfikir logis dan kreatif, krakteristik
berfikir kritis,pemecahan masalahdan langka-langka pemecahan
masalah,proses pengambilan keputusan,fungsi berfikir kritis,model
pebggunaan atribut,proses intuisi,indikator, dan prinsip utama .
Perawat sebagai bagian dari pemberi layanan kesehatan, yaitu memberi
asuhan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan akan selalu
dituntut untuk berfikir kritis dalam berbagai situasi. Penerapan berfikir kritis
dalam proses keperawatan dengan kasus nyata yang akan memberikan
gambaran kepada perawat tentang pemberian asuhan keperawatan yang
komprehensif dan bermutu. Seseorang yang berfikir dengan cara kreatif akan
melihat setiap masalah dengan sudut yang selalu berbeda meskipun obyeknya
sama, sehingga dapat dikatakan, dengan tersedianya pengetahuan baru,
seseorang profesional harus selalu melakukan sesuatu dan mencari apa yang
selalu efektif dan ilmia dan memberikan hasil yang lebih baik untuk
kesejateraan diri maupun orang lain.
Proses berfikir ini dilakukan sepenjang waktu sejalan dengan keterlibatan
kita dalam pengalaman baru dan menerapkan pengetahuan yang kita miliki,
kita jadi lebih mampu untuk membentuk asumsi, ide-ide dan membuat
simpulan yang valid. Semua proses tersebut tidak terlepas dari sebuah proses
berfikir dan belajar.

1
B. Rumusan Masalah
Masalah yang akan dibahas di dalam makalah ini adalah mengenai
pengertian berpikir kritis, karakteristik berpikir kritis, faktor-faktor yang
mempengaruhi berpikir kritis, model berpikir kritis dalam keperawatan, dan
pemecahan masalah dalam berpikir kritis.

C. Tujuan
Tujuan peulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian berpikir kritis
2. Untuk mengetahui karakteristik berpikir kritis
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi berpikir kritis
4. Untuk mengetahui model berpikir kritis dalam keperawatan
5. Untuk mengetahui cara pemecahan masalah dalam berpikir kritis

2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Berpikir Kritis


Berpikir kritis merupakan sebuah komponen esensial yang
memperlihatkan kebiasaan berpikir seperti : percaya diri, perspektif
kontekstual, kreativitas, fleksibilitas, rasa ingin tahu, integritas intelektual,
intuisi, berpikiran terbuka, tekun dan refleksi. Para pemikir kritis melatih
keterampilan kognitif dalam menganalisis, menerapkan standar,
membedakan, mencari informasi, memberi alasan logis, memperkirakan, dan
mengubah pengetahuan (Rubenfeld & Scheffer, 2006).
Berpikir kritis merupakan cara berpikir untuk mengolah ide, gagasan
maupun informasi untuk mengambil kesimpulan sehingga dapat mengambil
keputusan yang tepat. Perawat perlu mengembangkan kemampuannya dalam
melakukan asuhan keperawatan kepada pasien. Berpikir kritis adalah suatu
proses pengujian yang menitikberatkan pendapat tentang kejadian atau fakta
yang mutakhir dan menginterpretasikannya serta mengevaluasi pendapat-
pendapat tersebut untuk mendapat kesimpulan tentang adanya
perspektif/pandangan baru (Strader dalam Maryam, 2008).

B. Karakteristik Berpikir Kitis


1. Konseptualisasi
Konseptualisasi artinya proses intelektual membentuk suatu konsep.
Sedangkan konsep adalah fenomena atau pandangan mental tentang
realitas, pikiran-pikiran tentang kejadian, objek atribut, dan sejenisnya.
Dengan demikian konseptualisasi merupakan pikiran abstrak yang
digenerilisasi secara otomatis menjadi simbol-simbol dan disimpan
dalam otak.
2. Rasional dan Beralasan
Artinya argumen yang diberikan selalu berdasarkan analisis dan
mempunyai dasar kuat dari fakta fenomena nyata.

3
3. Reflektif
Artinya bahwa seseorang pemikir kritis tidak menggunakan asumsi atau
presepsi dalam berpikir atau mengambil keputusan tetapi akan
menyediakan waktu untuk mengumpulkan data dan menganalisisnya
berdasarkan disiplin ilmu, fakta dan kejadian.
4. Bagian dari suatu sikap
Yaitu pemahaman dari suatu sikap yang harus diambil pemikir kritis
akan selalu menguji apakah sesuatu yang dihadapi itu lebih baik atau
lebih buruk dibanding yang lain.
5. Kemandirian berpikir
Seorang berpikir kritis selalu berpikir dalam dirinya tidak pasif menerima
pemikiran dan keyakinan orang lain menganalisis semua isu,
memutuskan secara benar dan dapat dipercaya.
6. Berpikir adil dan terbuka
Yaitu mencoba untuk beruubah dari pemikiran yang salah dan kurang
menguntungkan menjadi benar dan lebih baik.
7. Pengambilan keputusan berdasarkan keyakinan
Berpikir kritis dingunakan untuk mengevaluasi suatu argumentasi dan
kesimpulan, mencipta suatu pemikiran baru dan alternatif solusi tindakan
yang akan diambil.
8. Watak (dispositions)
Seseorang yang mempunyai keterampilan berpikir kritis mempunyai
sikap skeptis, sangat terbuka, menghargai sebuah kejujuran, respek
terhadap berbagai data dan pendapat,resespek tehadap kejelasan dan
ketelitian, mencari pandangan-pandangan lain yang berbeda, dan akan
berubah sikap ketika terdapat sebuah pendapat yang diangapnya baik.
9. Kriteria (criteria)
Dalam berpikir kritis harus mempunyai sebuah kriteria atau patokan.
Untuk sampai kearah mana maka harus menemukan sesuatu untuk
diputuskan atau dipercayai.meskipun sebuah argumen dapat disusun dari

4
berapa sumber pembelajaran, namun akan mempunyai kriteria yang
berbeda. Apabila kita akan menerapkan standarlisasi maka haruslah
berdasarkan relenfansi, keakuratan fakta-fakta, berdasarkan sumber yang
kredibel, teliti tidak benas dari logika yang keliru, logika yang konsisten
dan pertimbangan yang matang.
10. Sudut pandang
Yaitu cara memandang atau menafkirkan dunia ini, yang akan
menentukan kontruksi makna.seseorang yang berfikir dengan kritis akan
memandang sebuah penomena dari berbagai sudut pandang yang
berbeda.

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Berpikir Kritis


Kemampuan kritis setiap orang berbeda-beda, hal ini didasarkan oleh
banyaknya faktor yang mempengaruhi berpikir kritis setiap individu. Menurut
Rubenfeld & Scheffer (1999 dalam Maryam, Setiawati, Ekasari, 2008) ada 8
faktor yaitu :
a. Kondisi fisik
Kondisi fisik mempengaruhi kemampuan seseorang dalam berpikir kritis.
Ketika seseorang dalam kondisi sakit, sedangkan ia dihadapkan pada
kondisi yang menuntut pemikiran matang untuk memecahkan suatu
masalah, tentu kondisi seperti ini sangat mempengaruhi pikirannya
sehingga seseorang tidak dapat berkonsentrasi dan berpikir cepat.
b. Keyakinan diri/motivasi
Lewin (1935 dalam Maryam, Setiawati & Ekasari, 2008) mengatakan
motivasi sebagai pergerakan positif atau negatif menuju pencapaian
tujuan. Motivasi merupakan upaya untuk menimbulkan rangsangan,
dorongan ataupun pembangkit tenaga untuk melaksanakan sesuatu tujuan
yang telah ditetapkannya.
c. Kecemasan
Kecemasan dapat mempengaruhi kualitas pemikiran seseorang. Jika terjadi
ketegangan, hipotalamus dirangsang dan mengirimkan impuls untuk

5
menggiatkan mekanisme simpatis-adrenal medularis yang mempersiapkan
tubuh untuk bertindak. Menurut Rubenfeld & Scheffer (2006) mengatakan
kecemasan dapat menurunkan kemampuan berpikir kritis seseorang.
d. Kebiasaan dan rutinitas
Salah satu faktor yang dapat menurunkan kemampuan berpikir kritis
adalah terjebak dalam rutinitas. Rubenfeld & Scheffer (2006) mengatakan
kebiasaan dan rutinitas yang tidak baik dapat menghambat penggunaan
penyelidikan dan ide baru.
e. Perkembangan intelektual
Perkembangan intelektual berkenaan dengan kecerdasan seseorang untuk
merespons dan menyelesaikan suatu persoalan, menghubungkan atau
menyatukan satu hal dengan yang lain, dan dapat merespon dengan baik
terhadap stimulus.
f. Konsistensi
Faktor yang mempengaruhi konsistensi adalah makanan, minuman, suhu
ruangan, cahaya, pakaian, tingkat energi, kekurangan tidur, penyakit dan
waktu yang dapat menyebabkan daya berpikir menjadi naik turun.
g. Perasaan
Perasaan atau emosi biasanya diidentifikasikan dalam satu kata yaitu :
sedih, lega, senang, frustasi, bingung, marah, dan seterusnya. Seseorang
harus mampu mengenali dan menyadari bagaimana perasaan dapat
mempengaruhi pemikirannya dan mampu untuk memodifikasi keadaan
sekitar yang memberikan kontribusi kepada perasaan.
h. Pengalaman
Pengalaman merupakan hal utama untuk berpindah dari seorang pemula
menjadi seorang ahli

6
D. Model Berpikir Kritis dalam Keperawatan
1. Model T.H.I.N.K (Total Recall, Habits, Inquiry, New Ideas And Creativity,
Knowing How You Think)
Model T.H.I.N.K dikemukakan oleh Rubenfeld & Scheffer (2006). Model
T.H.I.N.K menjelaskan berpikir kritis merupakan perpaduan dari beberapa
aktivitas berpikir yang terkait dengan konteks situasi ketika proses berpikir
tersebut terjadi. Berpikir kritis merupakan proses kompleks yang jauh dari
berpikir lurus. Walaupun berpikir kritis dapat dibagi menjadi beberapa bagian
untuk dipelajari, komponen-komponennya harus “dilekatkan kembali” agar
penggunaannya optimal.
a. Ingatan Total (Total Recall)
Ingatan total berarti mengingat beberapa fakta atau mengingat tempat
dan bagaimana cara untuk menemukannya ketika dibutuhkan. Ingatan
total juga merupakan kemampuan untuk mengakses pengetahuan,
pengetahuan yang dipelajari dan disimpan dalam pikiran. Setiap orang
memiliki beragam klaster yang sangat besar, hal ini mewakili
pengetahuan yang sangat dikuasai oleh orang tersebut. klaster lain
merupakan klaster yang kecil, seorang pemula dalam keperawatan
memiliki klaster pengetahuan keperawatan yang kecil dan akan
berkembang dengan sangat cepat selama kuliah.
b. Kebiasaan (Habits)
Kebiasaan adalah pendekatan berpikir yang sering kali diulang sehingga
menjadi sifat alami kedua. Kebiasaan menghasilkan cara-cara yang
dapat diterima dalam melakukan segala hal yang berhasil, menghemat
waktu, atau yang diperlukan. Kebiasaan memungkinkan seseorang
melakukan suatu tindakan tanpa harus memikirkan sebuah metode baru
setiap kali ia akan bertindak.
c. Penyelidikan (Inquiry)
Penyelidikan adalah memeriksa isu secara sangat mendetail dan
mempertanyakan isu yang mungkin segera tampak dengan jelas. Penyelidikan
juga merupakan jenis berpikir yang sangat penting untuk mencapai
kesimpulan. Kesimpulan dapat dicapai tanpa menggunakan penyelidikan,

7
tetapi kesimpulan lebih akurat jika menggunakan penyelidikan. Tahapan
dalam penyelidikan antara lain :
1) Melihat sesuatu (menerima informasi)
2) Menarik kesimpulan yang cepat
3) Mengenali adanya gap dalam informasi yang diketahuinya
4) Mengumpulkan informasi tambahan untuk membenarkan atau
menyingkirkan kesimpulan pertama
5) Membandingkan informasi yang baru dengan informasi yang telah
diketahui tentang situasi ini dengan menggunakan pengalaman masa lalu
6) Mempertanyakan setiap bias yang ada
7) Mempertimbangkan satu atau lebih kesimpulan alternatif viii. Memvalidasi
kesimpulan awal atau kesimpulan alternatif dengan lebih banyak informasi
d. Ide dan kreativitas (New Ideas And Creativity)
Ide baru dan kreativitas merupakan model berpikir yang sangat khusus
bagi seseorang. Pemikiran pribadi ini melebihi pemikiran yang biasanya
guna membentuk kembali norma. Seperti penyelidikan, model ini
memungkinkan seseorang untuk memiliki ide melebihi ide-ide dalam
buku ajar. Berpikir kreatif bukanlah untuk orang yang penakut,
seseorang harus bersedia mengambil resiko yang terkadang
membuatnya terlihat bodoh dan tidak sesuai dengan karakternya.
Pemikir kreatif menghargai kesalahan sebagai pelajaran yang berharga.
e. Mengetahui bagaimana anda berpikir (Knowing How You Think)
Mengetahui bagaimana anda berpikir merupakan model T.H.I.N.K yang
terakhir, tetapi bukan tidak penting, berarti berpikir tentang pemikiran
seseorang. Berpikir tentang pemikiran disebut dengan metakognisi yang
berarti “proses mengetahui”. Mengetahui bagaimana anda berpikir tidak
sesederhana seperti yang terdengar. Sebagian besar kita “hanya
berpikir”, kita tidak menghabiskan banyak waktu untuk merenungkan
bagaimana kita berpikir. Namun, keperawatan mengharuskan kita untuk
menjadi pemikir kritis. Bagian dari berpikir kritis adalah terus-menerus
berusaha membuat seseorang berpikir dengan lebih baik atau untuk
“mengetahui bagaimana anda berpikir”. Membuat seseorang berpikir,

8
mungkin lebih baik tidak dilakukan jika orang tersebut tidak
mengetahui dari mana ia harus memulai. Salah satu cara untuk
mengidentifikasi posisi anda saat ini dan mulai mengeksplorasi
bagaimana anda berpikir adalah dengan menggunakan refleksi-diri.

E. Pemecahan Masalah dalam Berpikir Kritis


Pemecahan masalah termasuk dalam langkah proses pengambilan
keputusan, yang difokuskan untuk mencoba memecahkan masalah
secepatnya. Masalah dapat digambarkan sebagai kesenjangan diantara “apa
yang ada dan apa yang seharusnya ada”. Pemecahan masalah dan
pengambilan keputusan yang efektif diprediksi bahwa individu harus
memiliki kemampuan berfikir kritis dan mengembangkan dirinya dengan
adanya bimbingan dan role model di lingkungan kerjanya.
Langkah-Langkah Pemecahan Masalah :
1. Mengetahui hakekat dari masalah dengan mendefinisikan masalah yang
dihadapi.
2. Mengumpulkan fakta-fakta dan data yang relevan.
3. Mengolah fakta dan data.
4. Menentukan beberapa alternatif pemecahan masalah.
5. Memilih cara pemecahan dari alternatif yang dipilih.
6. Memutuskan tindakan yang akan diambil.
7. Evaluasi.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perawat sebagai bagian dari pemberi layanan kesehatan, yaitu memberi
asuhan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan akan selalu
dituntut untuk berfikir kritis dalam berbagai situasi. Penerapan berfikir kritis
dalam proses keperawatan dengan kasus nyata yang akan memberikan
gambaran kepada perawat tentang pemberian asuhan keperawatan yang
komprehensif dan bermutu.

10
DAFTAR PUSTAKA

Herdian, Fitra (Universitas Sumatera Utara). 2016. Berpikir Kritis.


http://dosen.stikesdhb.ac.id/fitra-herdian/wp-
content/uploads/sites/19/2016/02/Chapter-II1.pdf. Di akses pada tanggal 12
November 2017 pukul 12.30 WITA
Maryam, S., Setiawati, S., & Ekasari, M. F. 2008. Buku Ajar Berpikir Kritis
dalam Proses Keperawatan. Jakarta: EGC
Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC
Rubenfeld, M. G. & Scheffer, B. K. 2006. Berpikir Kritis Dalam Keperawatan,
edisi 2, editor : Fruriolina Ariani. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai