OLEH :
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada saya sehingga penulis
berhasil menyelesaikan makalah ini puji syukur tepat pada waktunya yang
berjudul “Berpikir Kritis Dalam Manajemen Kasus Keperawatan
Anak”
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu di harapkan demi kesempurnaan makalah ini..
Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak
yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai
akhir. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa merestui segala usaha
kita.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan Penulisan...................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3
iii
J. Sistem pelayanan di Rumah Sakit menggunakan manajemen kasus
13
A. Simpulan................................................................................................14
B. Saran......................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................15
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
professi berpikir kritis dalam proses keperawatan mulai dari tahap,pengkajian,
diagnosis keperawatan, perencanaan keperawatan,pelaksanaan dan evaluasi yang
merupakan 2rofessi praktik keperawatan professional. Diperlukan latihan untuk
membuat berpikir kritis menjadi komponen integral penalaran klinis yang utuh
yang dimiliki perawat dalam menjalankan asuhan keperawatan.
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar mahasiswa lebih memahami
pengetahuan dan pengaplikasian dari topik pembahasan mengenai berpikir kritis
dalam manajemen kasus pada keperawatan anak.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
waktu untuk mengumpulkan data dan menganalisisnya berdasarkan disiplin
ilmu. Fakta dan kejadian.
4. Bangian dari suatu sikap
Yaitu pemahaman dari suatu sikap yang harus diambil pemikir kritis akan
selalu menguji apakah sesuatu yang dihadapi itu lebih baik atau lebih buruk
dibanding yang lain.
5. Kemandirian berpikir
Seorang berpikir kritis selalu berpikir dalam dirinya tidak pasif menerima
pemikiran dan keyakinan orang lain menganalisis semua isu, memutuskan
secara benar dan dapat dipercaya.
6. Berpikir adil dan terbuka
Yaitu mencoba untuk beruubah dari pemikiran yang salah dan kurang
menguntungkan menjadi benar dan lebih baik.
7. Pengambilan keputusan berdasarkan keyakinan
Berpikir kritis dingunakan untuk mengevaluasi suatu argumentasi dan
kesimpulan, mencipta suatu pemikiran baru dan alternatif solusi tindakan
yang akan diambil.
8. Watak (dispositions)
Seseorang yang mempunyai keterampilan berpikir kritis mempunyai sikap
skeptis, sangat terbuka, menghargai sebuah kejujuran, respek terhadap
berbagai data dan pendapat, respek tehadap kejelasan dan ketelitian,
mencari pandangan-pandangan lain yang berbeda, dan akan berubah sikap
ketika terdapat sebuah pendapat yang diangapnya baik.
9. Kriteria (criteria)
Dalam berpikir kritis harus mempunyai sebuah kriteria atau patokan. Untuk
sampai kearah mana maka harus menemukan sesuatu untuk diputuskan atau
dipercayai.meskipun sebuah argumen dapat disusun dari berapa sumber
pembelajaran, namun akan mempunyai kriteria yang berbeda. Apabila kita
akan menerapkan standarlisasi maka haruslah berdasarkan relenfansi,
keakuratan fakta-fakta, berdasarkan sumber yang kredibel, teliti tidak benas
4
dari logika yang keliru, logika yang konsisten dan pertimbangan yang
matang.
10. Sudut pandang
Yaitu cara memandang atau menafkirkan dunia ini, yang akan menentukan
kontruksi makna.seseorang yang berfikir dengan kritis akan memandang
sebuah penomena dari berbagai sudut pandang yang berbeda.
5
menghambat penggunaan inquiry (penyelidikan) new ideas and creativity
(ide baru dan kreativitas).
5. Perkembangan intelektual
Perkembangan intelektual berkenaan dengan kecerdasan. Kecerdasan adalah
kemampuan mental seseorang untuk merespons dan menyelesaikan suatu
persoalan, menghubungkan atau menyatukan satu hal dengan yang lain, dan
dapat merespons dengan baik terhadap stimulus. Di dalamnya terdiri dari
penilaian (judgement), pengertian (comprehension), penalaran (reasoning).
6. Konsistensi
Dalam melakukan asuhan keperawatan, perawat harus mampu
menggunakan keterampilan berpikir mereka, menaikkan kekuatannya
sampai tingkat tinggi dan selalu menjadi pemikir hebat.
7. Perasaan
Perasaan atau emosi biasanya diidentifikasi dalam satu kata yaitu sedih,
lega, senang, frustasi, bingung, marah, dan lain-lain.
8. Pengalaman
Pengalaman dalam hidup merupakan asset yang berharga dalam mempelajri
keperawatan.
6
Badman (1988) argumentasi terkait dengan konsep berfikir dalam
keperawatan berhubungan dengan situasi perdebatan, upaya untuk
mempengaruhi individu ataupun kelompok.
3. Pengambilan keputusan dalam keperawatan
Sehari-hari perawat harus mengambil keputusan yang tepat.
4. Penerapan proses keperawatan
Perawat berfikir kritis pada setiap langkah proses keperawatan
a. Pengkajian: mengumpulkan data, melakukan observasi dalam
pengumpulan data berfikir kritis, mengelola dan mengkatagorikan data
menggunakan ilmu-ilmu lain.
b. Perumusan diagnosa keperawatan: tahap pengambilan keputusan yang
paling kritis, menentukan masalah dan dengan argumen yaitu secara
rasional.
c. Perencanaan keperawatan: menggunakan pengetahuan untuk
mengembangkan hasil yang diharapkan, keterampilan guna mensintesa
ilmu yang dimiliki untuk memilih tindakan.
d. Pelaksanaan keperawatan: pelaksanaan tindakan keperawatan adalkah
keterampilan dalam menguji hipotesa, tindakasn nyata yang menentukan
tingkat keberhasilan.
e. Evaluasi keperawatan: mengkaji efektifitas tindakan, perawat harus
dapat mengambil keputusan tentang pemenuhan kebutuhan dasar klien.
7
pengukuran diperlukan adalah dipengaruhi oleh pengetahuan dan
pengalaman klinik perawat (Gordon, 1994).
2. Berpikir Kritis dan Proses Diagnostik Keperawatan
Berpikir kritis adalah pemeriksaan data, pengumpulan informasi dari
literatur, pengorganisasian pengamatan, dan penelitian atas pengalaman
masa lalu (Bandman & Bandman, 1995). Penggunaannya dalam perumusan
diagnosa keperawatan adalah penting. Pada saat asuhan keperawatan meluas
ke dalam berbagai lingkungan perawatan kesehatan, makin banyak aspek
berpikir kritis diperlukan dalam pertimbangan dan penilaian diagnostic
(Gordon, 1994).
Proses diagnostik ini memadukan ketrampilan berpikir kritis dalam langkah-
langkah pembuatan keputusan yang digunakan perawat untuk
mengembangkan pernyataan diagnostik (Carnevali, 1984; Carnevali &
Thomas, 1993). Proses ini mencakup analisis dan interpretasi data
pengkajian, identifikasi masalah, dan merumuskan diagnosa keperawatan.
3. Berpikir Kritis dan Merancang Intervensi Keperawatan
Memilih intervensi keperawatan yang sesuai adalah proses pembuatan
keputusan (Bulechek & McCloskey, 1990). Perawat secara kritis
mengevaluasi data pengkajian, prioritas, pengetahuan, dan pengalaman
untuk memilih tindakan yang akan secara berhasil memenuhi tujuan dan
hasil yang diperkirakan yang telah ditetapkan (Gordon, 1994; Gordon et al,
1994).
4. Keterampilan Berpikir Kritis dan Pengimplementasian Intervensi
Keperawatan
Perawat membuat dua jenis keputusan yang besar dalam proses
keperawatan. Proses diagnostik menentukan kekuatan dan masalah klien
saat pembuatan konklusi pengkajian dan sepanjang fase diagnostic
(Bandman & Bandman, 1994; Mc Farland dan Mc Farlane, 1989). Perawat
kemudian menggunakan pendekatan metodis, sistematis, yang didasarkan
pada riset untuk merencanakan dan memilih intervensi yang sesuai
(Bulechek & McCloskey, 1995; Gordon, 1987, 1994).
8
Peserta didik harus cermat memilih intervensi yang dirancang untuk
mencapai hasil yang diharapkan dan mengetahui perbedaan antara intervensi
perawat dan intervensi dokter.
5. Revisi Rencana Perawatan dan Berpikir Kritis
Sejalan dengan telah dievaluasinya tujuan, penyesuaian terhadap rencana
asuhan dibuat sesuai dengan keperluan. Jika tujuan telah terpenuhi dengan
baik, bagian dari rencana asuhan tersebut dihentikan. Tujuan yang tidak
terpenuhi dan tujuan yang sebagian terpenuhi mengharuskan perawat untuk
mengaktifkan kembali urutan dari proses keperawatan. Setelah perawat
mengkaji klien kembali, diagnosa keperawatan dapat dimodifikasi atau
ditambahkan dengan tujuan, hasil yang diharapkan sesuai, dan intervensi
ditegakkan. Perawat juga menetapkan kembali prioritas.
Hal ini merupakan langkah penting dalam berpikir kritis mengetahui
bagaimana klien mengalami kemajuan dan bagaimana masalah dapat
teratasi atau memburuk. Perawat dengan cermat memantau dan deteksi dini
terhadap masalah adalah pertahankan garis depan klien (Benner, 1984).
9
pendidikan kesehatan pada anak. Selain itu, keperawatan anak perlu
memperhatikan kehidupan sosial, budaya dan ekonomi keluarga karena tingkat
sosial, budaya dan ekonomi dari keluarga dapat menentukan pola kehidupan
anak selanjutnya faktor-faktor tersebut sangat menentukan perkembangan anak
dalam kehidupan di masyarakat.
10
keluarga khususnya orang tua pasien dalam melakukan perawatan terhadap
anaknya.
11
7. Memfasilitasi alih ilmu pengetahuan.
Keperawatan anak merupakan disiplin ilmu kesehatan yang berfokus pada
kesejahteraan anak sehingga perawat bertanggung jawab komprehensif dalam
dalam memberikan asuhan keperawatan anak, jadi perawat harus lebih
banyak menimbang ilmu pengetahuan agar tercapai asuhan keperawatan yang
maksimal.
12
4) Pendelegasian perawatan klien hanya sebagian selama perawat
penanggungjawab klien bertugas.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Keperawatan anak merupakan disiplin ilmu kesehatan yang
berfokus pada kesejahteraan sehingga perawat bertanggung jawab secara
komprehensif dalam memberikan asuhan keperawatan anak (mengolah
kasus) misalnya: anak merasakan gangguan psikologis, rasa cemas dan
takut; praktik keperawatan anak mencakup kontrak dengan anak dan
keluarga melalui upaya mencegah, mengkaji, mengintervensi, dan
meningkatkan kesejahteraan hidup dengan menggunakan proses
keperawatan yang sesuai dengan aspek moral (etik) dan aspek hukum
(legal). Kemampuan perawat dalam memberikan pendidikan dan
ketrampilan dalam mengelola kasus keperawatan pada anak selama di
hospitalisasi akan mampu memberikan keterlibatan keluarga khususnya
orang tua pasien dalam melakukan perawatan terhadap anaknya.
3.2 Saran
Sebagai mahasiswa makalah ini bisa dipahami dan untuk menambah
kemampuan membuat asuhan keperawatan yang lebih komprehensif saat
praktik di lapangan.
14
DAFTAR PUSTAKA
Rosa M Sacharin (1996), Prinsip Keperawatan Pediatric, Edisi II. Jakarta EGC.
Ross, Curry, Goodwin, 2011. Case management. What it is and how it can best be
implemented. Diakses dari www.kingsfund.org.uk
Supartini, Yupi. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC
15