Anda di halaman 1dari 48

TUGAS

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Tn I DENGAN ANSIETAS PADA


PENYAKIT HIPERTENSI

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 2

1. ANNIZA WULANDARI 8. NINDI EKA WIJAYA


2. DIO FIRMANA SUHERMAN 9. PUTRI WAHYUNI
3. DONA EKA FITRIA 10. PRITA IRMA ELSANI
4. ELSI FADILA SARI 11. THARINA MIZA
5. IMELDA 12. VOVI MEIDAS SETIA
6. KURNIAWATI 13. WINDA SUCI ANGGRAINI
7. MAISISKA AYU PUTRI 14. YELNIA TETRIANTI

KELAS: IIA

PRODI: S1 KEPERAWATAN

MATA KULIAH: KEPERAWATAN JIWA 1

DOSEN PEMBIMBING: Ns. ULFA SURYANI, M.Kep, Sp. Kep. J

STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG

T.A 2018/2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, Yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga dalam penyusunan makalah ini dapat diselesaikan.

Dalam penyusunan Makalah ini, kami mengalami berbagai kendala dan kesulitan,
namun berkat Rahmat Allah SWT yang disertai kesabaran, ketekunan, dan usaha serta
bantuan dari berbagai pihak yang telah tulus ikhlas baik fasilitas tenaga dan pikiran sehingga
makalah yang berjudul “Makalah Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien Ansietas” dapat
terselesaikan tepat pada waktunya.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Untuk itu, saran dan kritik yang bersifat konstruktif diharapkan, demi terciptanya tujuan yang
ingin dicapai.

Atas bantuan dan kritikan seta saran dari semua pihak, maka kami mengucapkan
terima kasih. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Padang, 31 Maret 2019

Kelompok 2

2
DAFTAR ISI

COVER............................................................................................................ 1

KATA PENGANTAR..................................................................................... 2

DAFTAR ISI.................................................................................................... 3-4

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...................................................................................... 5-6


B. Tujuan Penulisan................................................................................... 6
C. Manfaat................................................................................................. 6-7

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Ansietas............................................................................. 8-9


B. Etiologi................................................................................................. 9-10
C. Tingkat Ansietas.................................................................................. 10-16
D. Patogisiologi........................................................................................ 16-17
E. Pohon Masalah.................................................................................... 17-18
F. Tanda dan Gejala Ansietas.................................................................. 18
G. Faktor Pencetus Ansietas..................................................................... 18
H. Manifestasi Koping.............................................................................. 18-20
I. Penatalaksanaan................................................................................... 21-22

BAB III KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

A. Pengkajian.............................................................................................. 22-26
B. Diagnosa Keperawatan.......................................................................... 26-27
C. Intervensi dan Implementasi Keperawatan............................................ 27
D. Evaluasi.................................................................................................. 27

BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN JIWA ANSIETAS PADA TUAN I DENGAN


GANGGUAN HIPERTENSI

A. Pengkajian Keperawatan Jiwa............................................................... 28-39


B. Diagnosa Keperawatan.......................................................................... 39

3
C. Intervensi Keperawatan......................................................................... 39-42
D. Implementasi dan Evaluasi.................................................................... 42-44

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................................ 46
B. Saran....................................................................................................... 46
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 47

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ansietas merupakan respon emosional terhadap penilaian individu yang
subjektif, dipengaruhi alam bawah sadar dan tidak diketahui secara khusus
penyebabnya. Ansietas merupakan istilah yang sangat akrab dengan kehidupan sehari-
hari yang menggambarkan keadaan khawatir, gelisah, takut, tidak tentram disertai
berbagai keluhan fisik. Keadaan tersebut dapat terjadi atau menyertai kondisi situasi
kehidupan dan berbagai gangguan kesehatan. Ansietas berbeda dengan takut. Takut
merupakan penilaian intelektual terhadap stimulus yang mengancam dan objeknya
jelas (Dalami, 2009).
Rasa khawatir, gelisah, waswas, tidak tentram merupakan merupakan gejala
umum akibat ansietas. Namun sebatas mana situasi jiwa berupa ansietas itu dapat
ditoleransi oleh seseorang individu sebagai kesatuan utuh. Karena sering kali ansietas
menimbulkan keluhan fisik berupa berdebar- debar, berkeringat, sakit kepala, bahkan
gangguan fungsi seksual dan beragam lainnya.
Globalisasi telah membuat perubahan diberbagai bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi. Persaingan kelompok dan individu semakin ketat, dampak dari perubahan
tersebut merupakan salah satu stressor bagi individu, apabila seorang tidak bisa
bertahan dengan perubahan yang terjadi. Hal tersebut akan dirasakan sebagai stressor
yang berkepanjangan, koping individu yang tidak efektif menjadikan seseorang
mengalami gangguan secara psikologis. Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO),
bahwa 10% dari populasi mengalami gangguan jiwa, hal ini didukung oleh laporan
dari hasil studi bank dunia dan hasil survei Badan Pusat Statistik yang melaporkan
bahwa penyakit yang merupakan akibat masalah kesehatan jiwa mencapai 8,1% yang
merupakan angka tertinggi dibanding presentase penyakit lain.
Data 0,48% populasi mengalami gangguan jiwa berat atau psikosis (Depkes,
2012). Gangguan ansietas lebih sering dialami oleh wanita individu berusia kurang
dari 45 tahun, bercerai atau berpisah, dan individu yang berasal dari status sosial
ekonomi rendah (Videbeck, 2008).

5
Pekerjaan prevelensi gangguan ansietas di masyarakat (per 1000 orang) adalah
gangguan ansietas menyeluruh 30, gangguan panik 15, agoraphobia 20, fobia sosial
30, fobia sederhana 45, dan gangguan obesif kompulsif (yang tidak berkomorbid
dengan gangguan ansietas lain). Dipelayanan kesehatan primer prevalensinya adalah
gangguan ansietas menyeluruh 7,9%, dan gangguan panik/ agropobhia 2,6%
(Maramis, 2009).
Terlihat jelas bahwa ansietas ini mempunyai dampak terhadap kehidupan
seseorang, baik dampak positif maupun dampak negatif. Apalagi bila ansietas ini
dialami oleh klien di rumah sakit. berbagai situasi dan kondisi akan membuatnya
semakin cemas. Oleh karenanya perawat sebagai tenaga kesehatan profesional tidak
boleh mengabaikan aspek emosi ini dalam memberikan asuhan keperawatan.

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Agar mahasiswa memperoleh pengalaman nyata dalam memberi asuhan
keperawatan.
2. Tujuan khusus
Setelah dilakukan asuhan keperawatan keperawatan pada klien dengan masalah
kebutuhan aman dan nyaman: ansietas penulis mampu:
 Melakukan pengkajian pada klien dengan prioritas masalah ansietas.
 Menegakkan diagnosa pada klien dengan prioritas masalah ansietas.
 Menyusun rencana keperawatan pada klien dengan prioritas masalah
ansietas.
 Melakukan intervensi keperawatan berdasarkan rencana keperawatan yang
sudah dibuat pada klien dengan prioritas masalah ansietas.
 Melakukan evaluasi hasil akhir terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilakukan pada klien dengan prioritas masalah ansietas.
C. Manfaat
1. Bagi ilmu pengetahuan
Untuk menambah wawancara baru khususnya pada ilmu asuhan keperawatan
dengan pasien ansietas.
2. Bagi akademik

6
Dapat menjadi referensi institut pendidikan keperawatan dalam memberikan
asuhan keperawatan dengan masalah ansietas.
3. Bagi penulis
Menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis tentang proses asuhan
keperawatan dengan masalah ansietas dan dapat menerapkan ilmu yang diperoleh
selama perkuliahan serta meningkatkan keterampilan dalam memberikan asuhan
keperawatan.
4. Bagi klien
Memberikan informasi tentang asuhan keperawatan dengan prioritas masalah
ansietas.

7
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Ansietas/ Cemas


Reaksi umum terhadap stress adalah ansietas, satu kondisi kegelisahan mental,
keprihatinan, ketakutann, atau perasaan putus asa karena pengancaman yang akan
terjadi atau ancaman antisipasi yang tidak dapat diidentifikasi terhadap diri sendiri
atau terhadap hubungan yang bermakna. Ansietas dialami pada tingkat sadar,
setengah sadar, atau tidak sadar (Barbara, 2010).
Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respon
autonomy (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu),
perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan
isyarat kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya bahaya dan
kemampuan individu untuk bertindak menghadapi ancaman (Heather, 2014).
Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan
dengan perasaan tidak pasti dan tidak berbahaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki
objek yang spesifik. Ansietas dialami secara sabjektif dan dikomunikasikan secara
interpersoal (Stuart & Lararia).
Ansietas dapat menjadi suatu kekuatan motivasi untuk pertumbuhan dan
perkembangan pada individu yang bersangkutan (Corey). Dapat pula ansietas menjadi
suatu beban berat yang menyebabkan individu tersebut hidupnya selalu dibawah
bayang- bayang ansietas yang terus berkepanjangan. Ansietas berkaitan dengan stress.
Oleh karena ansietas timbul sebagai respon terhadap stress, baik stress
fisiologimaupun psikologi. Artinya ansietas terjadi ketika seseorang merasa terancam
baik secara fisik maupun psikologis. Stress merupakan bagian yang tidak dapat
terelakan dalam hidup manusia. Meskipun demikian, stress bukanlah merupakan
sesuatu yang patologis (Asmadi, 2008).
Ansietas merupakan respon emosional terhadap penilaian individu yang
subjektif, dipengaruhi alam bawah sadar dan tidak diketahui secara khusus
penyebabnya. Ansietas merupakan istilah yang sangat akrab dengan kehidupan sehari-
hari yang menggambarkan keadaan khawatir. Gelisah, takut, tidak tentram disertai

8
berbagai keluhan fisik. Keadaan tersebut dapat terjadi atau menyertai kondisi situasi
kehidupan dan berbagai gangguan kesehatan. Ansietas berbeda dengan takut. Takut
merupakan penilaian intelektual terhadap stimulus yang mengancam dan objeknya
jelas (Dalami, 2009).

B. Etiologi
Meski penyebab ansietas belum sepenuhnya diketahui, namun gangguan
keseimbangan neurotransmiter dalam otak dapat menimbulkan ansietas pada diri
seseorang. Faktor genetik juga faktor dapat menimbulkan gangguan ini. Ansietas
terjadi jika seseorang mengalami kesulitan menghadapi situasi, masalah dan tujuan
hidup (Videbeck, 2008). Setiap individu menghadapi stress dengan cara yang
berbeda- beda seseorang dapat tumbuh dengan situasi yang dapat menimbulkan stress
berat pada orang lain. Adapun faktor- faktor yang mempengaruhi ansietas adalah:
1. Faktor predisposisi
Berbagai teori yang dikembbangkan untuk menjelaskan penyebab ansietas
adalah:
a. Teori psikionalitik
Ansietas merupakan konflik emosional antara dua elemen
kepribadian yaitu ide, ego, dan superego. Ide melambangkan dorongan
insting atau impuls primitif. Super ego mencerminkan hati nurani
seseorang yang dikendalikan oleh norma- norma budaya seseorang.
Sedangkan ego digambarkan sebagai mediator antara ide dan super
ego. Ansietas berfungsi untuk memperingatkan ego tentang suatu
budayayang perlu segera diatasi.
b. Teori interpersonal
Ansietas terjadi dari ketakutan antar penolakan interpersonal.
Berhubungan juga dengan trauma masa perkembangan seperti
kehilangan, perpisahan, individu dengan harga diri rendah biasanya
sangat mudah mengalami ansietas berat.
c. Teori perilaku
Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang
menganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang
diinginkan.

9
d. Kajian biologis
Otak mengandung reseptor spesifik untuk benzodiazepines. Reseptor
ini diperkirakan turut berperan dalam mengatur ansietas.
2. Faktor presipitasi
Bersumber dari eksternal dan internal seperti:
a. Ancaman terhadap integritas fisik meliputi ketidakmampuan fisiologi
atau menurunnya kemampuan melaksanakan fungsi kehidupan sehari-
hari.
b. Ancaman terhadap sistem diri dapat membahayakan identitas, harga
diri dan integritas fungsi sosial.
3. Perilaku
Ansietas dapat diekspresikan langsung melalui perubahan fisiologis dan
perilaku secara tidak langsung timbulnya gejala atau mekanisme koping
dalam upaya mempertahankan diri dari ansietas. Intensitas perilaku akan
meningkat sejalan dengan peningkatan ansietas (Ermawati dkk, 2009).

C. Tingkat ansietas
1. Ansietas ringan
Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan sehari-
hari. Pada tingkatini lapangan persepsi melebar dan individu akan berhati-hati dan
waspada. Individu terdorong untuk belajar yang akan menghasilkan pertumbuhan dan
kreatifitas.
Respon fisiologi :
a. Sesekali napas pendek
b. Nadi dan tekanan darah naik
c. Gejala ringan pada lambung
d. Muka berkerut dan bibir bergetar

Respon kognitif :

a. Lapang persepsi melebar


b. Mampu menerima rangsangan yang konpleks
c. Konsentrasi pada masalah
d. Menjelaskan masalah sara efektif

10
Respon perilaku dan emosi :

a. Tidak dapat duduk tenang


b. Tremor halus pada tangan
c. Suara kadang-kadang meninggi
2. Ansientas sedang
Pada tingkat ini lapangan persepsi terhadap lingkungan menurun. Individu lebih
memfokuskan hal-hal penting saat itu dan mengenyampingkan hal lain.
Respon fisiologi :
a. Nadi (ekstra systole) dan tekanan darah naik
b. Mulut kering
c. Anorexia
d. Diare/konstipasi
e. Gelisah

Respon kognituf :

a. Lapang persepsi menyempit


b. Rangsang luar tidak mampu diterima
c. Berfokus pada apa yang menjadi perhatian

Respon perilaku dan emosi :

a. Gerakan tersentak-sentak (meremas tangan)


b. Bicara banyak dan lebih cepat
c. Susah tidur
d. Perasaan tidak aman
3. Ansietas berat
Pada ansietas berat lapangab persepsi menjadi sangat sempit, individu cenderung
mamikirkan hal yang kecil saja dan menfabaikan hal lain. Individu tidak mapu lagi
berpikir realitis dan membutuhkan banyak pengarahan untuk memusatkan perhatian
pada area lain.
Respon fisiologi :
a. Sering napas pendek
b. Nadi (ekstrasystole) dan tekanan darah naik
c. Berkeringat dan saki krpala

11
d. Penglihatan kabur
e. Ketegangan

Respon kognitif:

a. Lapang persepsi sangat sempit


b. Tidak mampu menyelesaikan masalah

Respon perilaku dan emosi :

a. Perasaan ancaman meningkat


b. Verbalisasi cepat
c. Blocking
4. Panik
Pada tingkatan ini lapangan persepsi individu sudah sangat menyempit dan sudah
terganggu sehingga tidak dapat mengendalikan diri lagi dan tidak dapat melakukan
apa-apa walaupun telah diberikan prngarahan.
Respon fisuologi :
a. Napas pendek
b. Rasa tercekik dan palpitasi
c. Sakit dada
d. Pucat
e. Hipotensi
f. Koordinasi motorik rendah

Respon kognitif :

a. Lapang persepsi sangat sempit


b. Tidak dapat berfikir

Respon perilaku dan emosi :

a. Agitasi, mdngamuk dan marah


b. Ketakutan , berteriak-teriak, blocking
c. Kehilangan kendali atau kontrol diri
d. Persepsi kacau

Respon fisiologi yang mempengaruhi system yang ada dalam tubuh manusia adalah :

12
a. Sistem kardiovaskuler
1) Palpitasi
2) Jantung berdebar
3) Tekanan darah meningkat
4) Denyut nadi menurun
5) Rasa mau pingsan
b. Sistem respirasi
 Nafas cepat
 Pernapasan dangkal
 Rasa tertekan pada dada
 Pembengkakan pada tenggorokan
 Rasa tercekik
 Terengah engah
c. Sistem kardio vaskuler
 Peningkatan reflek
 Reaksi kejutan
 Insomnia
 Ketakutan
 Gelisah
 Wajah tegang
 Kelemahan secara umum
 Gerakan lambat
 Gerakan yang janggal
d. Sistem gastrointestinal
 Kehilangan nafsu makan
 Menolak makanan
 Perasaan dangkal
 Rasa tidak nyaman pada abdominal
 Rasa terbakar pada jantung
 Diaere
e. Sistem perkemihan
 Ikontensia urin

13
 Sering mixi
f. Sistem integumen
 Rasa terbakar
 Berkeringat banyak ditelapak tangan
 Gatal gatal
 Perasaan panas atau dingin pada kulit
 Muka pucat
 Berkeringat seluruh tubuh
g. Respon prilaku kognitif;
 Perilaku gelisah
 Ketegangan fisik
 Tremor
 Gugup bicara cepat
 Tidak ad koordinasi
 Kecenderungan untuk celaka
 Menarik diri
 Menghindari
 Terhambat melakukan aktivitas
h. Kognitif
 gangguan perhatian
 Konsentrasi hilang
 Pelupa
 Salah tafsir
 Adanya blocking pada fikiran
 Bingung
 Rasa kwatir yang berlebihan
 Kehilangan pemilaian objektivitas
 Takut akan kehilangan kembali
 Takut berlebihan tingkat ansietas(dalami2009).

Rentang respon ansietas

Adaptif 14 maladaptive
1.
2.

antisipasi ringan sedang berat panik

Indikator tingkat ansietas


kategori ringan sedang berat panik
Perubahan Semakin sering Tremor dan komunikasi sulit Komunikasi
verbalisasi bertanya perubahan nada di pahami mungkin tidak
suara. dapat dipahami
Perubahan Gelisah ringan Tremor kedutan Peningkatan Peningkatan
aktivitas wajah dan aktivitas aktivitas
motorik gemetar motorik ketidak motorik, agitasi
mampuan untuk
relaks
Mengantuk
Perubahan Peningkatan Ekspresi wajah Respon tidak
persepsi dan ketegangan otot dapat di prediksi
ketakutan.
Perhatian

Peningkatan
Perubahan Focus perhatian Ketidak Gemetar,koordin
perasaan gelisah
respirasi dan Menyempit. mampuan untuk asi motorik
dan waspada
sirkulasi focus buruk,

berkonsentrasi
Penggunaan mudah distraksi
Perubahan lain Mampu Persepsi
belajar untuk Kemampuan
berfokus tetapi mengalami
beradaptasi. belajar sangat
tidak perhatian distorsi atau
terganggu.
pada hal-hal melebih
tertentu. lebihkan

15
Tidak ada Kemampuan
belajar sedikit Tachicardi Ketidak

mengalami Hiperventilasi mampuan untuk

gangguan belajar atau


berfungsi
Tidak ada
Kecepatan napas
Sakit kepala
dan jantung Dipsnea,
lambung mual.
sedikit palpitasi,terseda

meningkat k nyeri dada, tau

gejala gaster tertekan. Firasat

ringan (mulas) akan ditimpa


musibah
parastesia
berkeringat.

D. Patofisiologi
Hubungan antara stress dengan hipertensi diduga melalui aktifitas saraf
simpatis, yang dapat meningkatkan tekanan darah secara bertahap. Apabila stress
menjadi berkepanjangan dapat berakibat tekanan darah menjadi tetap tinggi. Hal ini
secara pasti belum terbukti, akan tetapi pada binatang percobaan yang diberikan
pemaparan terhadap stress ternyata membuat binatang tersebut menjadi hipertensi
(Ferketich, 2000).
Menurut smet 1994, stress adalah suatu kondisi disebabkan oleh transaksi
antara individu dengan lingkungan yang menimbulkan presepsi jarak antara tuntutan-
tuntutan yang berasal dari situasi dengan sumber daya sistem biologis, psikologis, dan
sosial dari seseorang. Stress adalah yang kita rasakan saat tuntutan emosi, fisik atau
lingkungan tak mudah diatasi atau melebihi daya dari kemampuan kita untuk
mengatasinya dengan efektif. Namun harus dipahami bahwa stress bukanlah
pengaruh- pengaruh yang datang dari luar itu. Stress adalah respon kita terhadap
pengaruh luar- luar itu (Sheps, 2005).
Stress atau ketegangan jiwa (merasa tertekan, murung, bingung, cemas,
berdebar- debar, rasa marah, dendam, rasa takut, rasa bersalah) dapat merangsang

16
kelenjar anak ginjal melepaskan hormon adrenalin memacu jantung berdenyut cepat
serta lebih kuat, sehingga tekanan darah lebih meningkat. Jika stress berlangsung
cukup lama, tubuh berusaha mengadakan penyesuaian sehingga timbul kelainan
organis atau perubahan patologis. Gejala yang muncul dapat berupa hipertensi atau
magh (Gunawan, 2005).
Suyono 2001 mengatakan stress juga memiliki hubungan dengan hipertensi.
Hal ini diduga melalui saraf simpatis yang dapat meningkatkan tekanan darah secara
intermiten. Apabila stress berlangsung lama dapat mengakibatkan peninggian tekanan
darah yang menetap. Stress dapat meningkatkan tekanan darah untu sementara waktu
dan bila stress sudah hilang tekanan darah bisa normal kembali. Peristiwa mendadak
menyebabkan stress dapat meningkatkan tekanan darah, namun akibat stress
berkelanjutan yang dapat menimbulkan hipertensi belum dapat di pastikan.

Berdasarkan proses perkembaganya:


1. Bayi atau ank anak
 Berhubungan dengan perpisahan
 Berhubungan dengan lingkungan atau orang yang tidak dikenal
 Berubungan dengan perubahan dalam hubungan teman sebaya
2. Remaja
 Berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri.
 Perkembangan seksual
 Perubahan hubungan dengan teman sebaya
3. Dewasa berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri sekunder akibat:
 Kehamilan
 Menjadi orang tua
 Perubahan karir
 Evek penuaan
4. lanjut usia
Berhubungan denga ancaman terhadap konsep diri sekunder akibat :
 Penurunan sensori
 Penurunan motorik
 Masalah keuangan
 Perubanhan pada masa pensiun.

17
E. Pohon Masalah
Kurangnya pengetahuan

Ansietas (Core Problem)

Koping Individu tidak efektif

F. Tanda dan Gejala Ansietas


Ansietas dapat menampilkan diri dalam berbagai tanda dan gejala fisik dan
psikologik. Tanda fisik ansietas yang sering timbul berupa tegang, gelisah, gemetar,
nyeri punggung dan kepala, sering kaget, mudah lelah, konstipasi, mual, muntah,
insomnia, sulit berkonsentrasi, pucat, berkeringat dingin, prasangka buruk, dan
berkunang- kunang, suara tidak stabil, sulit menelan, kewaspadaan yang berlebihan
serta pikiran malapetaka yang besar, ekspresi ketakutan, imobilisasi, hipertensi dan
penarikan diri dari masyarakat, ketidakpastian atau ketakutan yang terjadi akibat
ancaman yang nyata atau dirasakan (Stockslagr, 2008).

G. Faktor Pencetus Ansietas

Faktor yang dapat menjadi pencetus seseorang merasa cemas dapat berasal dari
diri sendiri ( faktor internal ) maupun dari luar diri nya (faktor eksternal).namun demikian
pencetus ansieta dapat dikelompokan kedalam 2 kategori yaitu :

1. Ancaman terhadap integritas diri, meliputi ketidak mampuan fisiologis atau gangguan
dalam melakukan aktivitas sehari hari guna pemenuhan terhadap kebutuhan dasarnya,

2. Ancaman terhadap sistem diri yaitu adanya sesuatu yang dapat mengancam terhadap
identitas diri,kehilangan status atau peran diri dan hubungan interpersonal (asmadi 2008).

H. Manifestasi Koping

18
Ketika klien mengalami ansietas, individu menggunakan bermacam macam
mekanisme koping untuk mencoba mengatasi nya.dalam bentuk ringan ansietas bentuk
ringan ansietas dapat diatasi dengan menangis , tertawa,tidur, olaraga.

Bila terjadi ansietas berat sampai panik akan terjadi ketidak mampuan mengatasi
ansietas secara konstruktif menrupakan penyebab utama perilaku yang patologis, individu
akan menggunakan energi yang lebih besar untuk dapat mengatasi ancaman tersebut.

Mekanisme koping untuk mengatasi ansietas adalah:

 Reaksi yang berorentasi pada tugas merupakan pemecahan masalah secarah sadar
yang digunakan untuk mengggulangi ancaman stressor yang ada secara realistis yaitu:

 Perilaku menyerang (agresif) biasanya di gunakan indi vidu untuk mengatasi


rintangan agar memenuhi kebutuhan .

 Perilaku menarik diri digunakan untuk enghilangkan sumber ancaman basik secara
fisik maupun sikologis

 Perilaku kompromi digunkan untuk merubah tujuan yang akan dilakukan atau
mengorbankan kebutuhan personal untuk mencapai tujuan .

 Mekanisme petahanan ego

 Mekanisme ini membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang yang di gunakan
untuk melindungi diri dan dilakukan secara s adar untuk mepertahan kan
keseimbangan.
 Mekanisme pertahanan ego :

 Disosisasi adalah pemisahan dari proses mental atau perilaku dari kesdaran atau
identitasnya.

 Indentifikasi adalah proses dimana seseorang untuk menjadi yang ia kagumi berupaya
dengan mengambil atau meniru pikiran pikiran, perilaku dab selera orang tersebut.

 Intelektualisasi adalah penggunaan logika dan alasan yang berlebihan untuk


menghindari pengalaman yang mengganggu perasaan nya.

 Introjeksin adalah sustu jenis identifikasi yang dimana seseorang mengambil dan
melebur nilai nilai dan kualitas seseorang atau suatu kelompok kedalam struktur ego

19
nya sendiri, berupa hati nurani, contohnya rasa benci atau kecewa terhadap kemtian
orang yang di cintai, dialihkan dengan cara menyalahkan diri sendiri.

 Kompensasi adalah proses dimana seseorang memperbaiki penurunan citra diri


dengan secara tegas menonjolkan keistimewaan atau kelebihan yang dimilikinya.
Penyangkalan (denial) adalah menyatakan ketidak setujuan terhadap realitas dengan
mengingkari realitas tersebut. Mekanisme pertahanan ini adalah penting, sederhana
primitif

 Pemindahan adalah pengalihan emosi yang semulah ditujukan kepada seseorang atau
benda kepada orang lain atau benda lain yang biasanya netral atau kurang mengancam
dirinya.

 Isolasi adalah pemisahan unsur emosional dari suatu pikira yang mengganggu dapt
bersifat sementara atau berjangka lama.

 Proyeksi adalah pengalihan buah pikiran atau infuls pada diri sendiri kepada orang
lain teutama keinginan, perasaan emosinal, dan motifasi yang tidak dapat di toleransi.

 Iresionalisasi adalah mengemukakan penjelasan yang tampak logis dan dapat diterima
masyarakat untuk membenarkan perasaan perilaku dan motive yang tidak dapat di
terimah.

 Reaksi formasi dalah pengembangan sikap dan pola perilaku yang ia sadari yang
bertentangan dengan apa yang sebenarnya ia rasakan atau ingin dilakukan .

 Regresi adalah kemunduran akibat stres terhadap prilaku dan merupakan ciri kas dari
suatu taraf perkembangan yang lebih dini.

 Represi adalah pengenyampingan secara tidak sadar tentang tentang pikiran,ingata


yang menyakitkan atau bertentangan mdari kesadaran seseorang merupakan pertahan
ego yang primer yang cenderung di perkuat oleh mekanisme lain.

 Pemisahan adalah sikap mengelompokan orang dianggap semua baik atau semua
buruk,kegagalan untuk memeajukan nilai nilai positif dan negative didalam diri
seseorang .

 Sublimasi penerimaan suatu sasaran pengganti yang mulia artinya dimata masyarakat
untuk suatu dorongan yang mengalami halangan normal.

20
 Supresi suatu proses yang digolongkan sebagai mekanipertahan sebernya merupakan
analog represi yang disadari,pengesampingan yang di sengaja tentang suatu bahan
yang disadari seseorang.tondaka atau perlaku atau komunikasi yang menghapuskan
sebagian dari tindakan atau prilaku atau komunikasi sebelumnya merupakan
mekanisme pertahanan primtif(dalam,2009).

I. Penatalaksanaan

Ansietas pada tahap pencagahan dan terapi memerlukan suatu metode pendekatan
yang bersifat hoistik,yaitu mencakup fisik(somatik), sikologi atau psikiatrik,sikososial
dan sikoreligius(hawari.2008) selengkapnya seperti pada iraian berikut:

Upaya meningkatkan kekebalan terhadao stres,denga cara:

 Makan yang bergizi dan seimbang

 Instirahat yang cukup

 Cukup olaraga

 Jangan merokok

1) Terapi psiko farmaka

Merupakan pengobatan untuk cemas dan memakai obat obatan yang


berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neuro-transmiter(sinyal penghantar
syaraf)disusun syaraf pusat otak(limbik sistem).terapi psiko farmaka yang sering di
pakai adalah obatanti cemas, (ansiolitik), yaitu seperti
diazepam,klobazam,bromazepam,lorazepam, Buspirone hci,meprobamate alprazolam.

2) Terapi somatik

Gejala atau keluhan fisik(somatik)sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau


akibat dari kecemasan yang berkempanjangan. Untuk menghilangkan somatik (fisik)
itu dapat diberikan obat obatan yang diytujuhkan kepada oragan tubuh yang
bersangkutan .

3) Psikoterapi

21
Diberikan tergantung dari kebutuhan individu. sikoterapi suportif, untuk
memberi motivasi, semangat dan dorongan pasien yang bersangkutan tidak merasa
putus asa dan diberi keyakinan serta prcaya diri.

 Psikoterapi re-educatif, memeberikan pendidikan ulang dan koreksi bila dinilai bahwa
ketidak mampuan mengatasi kecemasan titik
 Sikoterapi re- konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali (rekontruksi)
kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat stresor.
 Sikoterapi kognitif,untuk memulihkan fungsi kognitif pasien,yaitu kemapuan untuk
berfikir secara rasional , konsentrasi dan daya ingat.
 Psikoterapi psiko-dinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses dinamika
kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak mampu menghadaoi
stresosikososial sehingga mengalami kecemasan.
 Psikoterpi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar faktor keluarga
tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga dapat dijadikan sebagai faktor
pendukung.

22
BAB III

ASUHAN DASAR KEPERAWATAN JIWA PADA ANSIETAS

A. Pengkajian Keperawatan Jiwa


Ansietas dapat diekspresikan secara langsunng melalui perubahan psikologis
dan perilaku dan secara tidak langsung dapat timbul gejala atau mekanisme koping
sebagai upaya untuk melawan ansietas. Peningkatan ansietas perilaku dan meningkat
sejalan dengan meningkatnya ansietas (Sujono dkk, 2013).
1. Informasi umum
Biasanya mencakup inisial klien atau nama klien, usia, jenis kelamin,
suku, bahasa dominan, status perkawinan, alamat, tanggal masuk, ruang
rawat, nomor rekam medik, diagnosa medis, riwayat alergi, dan diet.
2. Keluhan utama
Biasanya pasien berpendapat dari suatu situasi dan kejadian. Informasi
tersebut ditentukan oleh perawat mencakup persepsi, perasaan, ide pasien
tentang status kesehatannya misalnya tentang nyeri, perasaan lemah,
ketakutan, kecemasan lemah. (Potter & Perry).
3. Penampilan umum dan perilaku motor
a. Fisik
Biasanya mencakup berat badan, tinggi badan, tanda- tanda vital
seperti TD, Pernafasan, Nadi, Suhu.
b. Riwayat pengobatan fisik
c. Hasil pemeriksaan laboratorium/ visum.
d. Tingkat ansietas
 Ansietas ringan (1+)
 Respon fisik: ketegangan otot ringan, sadar akan
lingkungan, rileks atau sedikit gelisah, penuh perhatian.

23
 Respon kognitif: lapang persepsi luas, terlihat tenang,
perasaan gagal sedikit, waspada dan memperhatikan
banyak hal, memperhatikan informasi, tingkat
pembelajaran optimal.
 Respon emosional: perilaku otomatis, sedikit tidak
sadar, aktivitas sendiri, stimulasi.
 Ansietas sedang (2+)
 Respon fisik: ketegangan otot sedang, tanda- tanda
vital meningkat, pupil dilatasi, mulai berkeringat,
sering mondar- mandir, suara berubah: bergetas, nada
suara tinnggi, kewaspadaan dan ketegangan meningkat,
sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah,
sering nyeri punggung.
 Respon kognitif: lapang persepsi menurun, tidak
perhatian secara selektif, fokus terhadap stimulus
meningkat, rentang perhatian menurun, penyelsaian
masalah menurun, pembelajaran terjadi dengan
memfokuskan.
 Respon emosional: tidak nyaman, mudah tersinggung,
kepercayaan diri goyah, tidak sabar, gembir.
 Ansietas berat (3+)
 Respon fisik: ketegangan otot berat, hiperventilasi,
kontak mata buruk, pengeluaran keringat meningkat,
bicara cepat, nada suara tinggi, tindakan tampa tujuan
dan serampangan, rahang menegang, mengertakan gigi,
kebutuhan ruang gerak meningkat, mondar- mandir,
berteriak, meremas tangan, gemetar.
 Respon kognitif: lapang persepsi terbatas, proses
berfikir terpecah- pecah, sulit berfikir, penyelsaian
masalah buruk, tidak mampu mempertimbangkan
informasi, hanya memperhatikan ancaman.

24
 Respon emosional: sangat cemas, agitasi, takut,
bingung, merasa tidak adekuat, menarik diri,
penyangkalan, ingin bebas.
 Panik (4+)
 Respon fisik: flight, fight, atau freeze ketegangan otot
yang sangat berat, agitasi motorik kasar, pupil dilatasi,
TTV meningkat kemudian menurun tidak dapat tidur
hormon stress dan neurotransmiter berkurang, wajah
menyeringai, mulut terngangak.
 Respon kognitif: persepsi yang sempit, fikiran tidak
logis, terganggu, kepribadian kacau, tidak dapat
menyelsaikan masalah fokus pada pikiran sendiri, tidak
rasional, sulit memahami stimulus ekternal, halusinasi,
waham, ilusi terjadi.
 Respon emosional: merasa terbebani, merasa tidak
mampu atau tidak berdaya, lepas kendali, mengamuk,
putus asa, marah, mengharapkan hasil yang buruk,
kaget, takut, lelah.
4. Keluargga
 Genogram
Biasanya meliputi keturunan pada pasien hipertensi tersebut.
 Tipe keluarga
Biasanya meliputi nuclear family, etended family, diad family,
single parent family.
 Pengambilan keputusan
Biasannya di dalam keluargga pengambilan keputusan bisa
diambil oleh kepala keluargga, orang tua, istri, dan bersama-
sama.
 Hubungan klien dengan kepala keluarga
Biasannya meliputi hubungan dengan kepala keluarga, orang
tua, istri, dan anak.
 Kebiasaan yang dilakukan bersama keluarga

25
Biasannya meliputi kegiatan- kegiatan: makan malam bersama,
liburan bersama 1 minggu sekali, dll.
 Kegiatan yang dilakukan dalam masyarakat
Biasanya meliputi: mengikuti kegiatan gotong royong, ikut
pengajian di masjid, dll.
5. Riwayat psikososial
a. Pola sosial
 Teman atau orang terdekat
Biasannya klein mau bercerita tentang masalah yang
dihadapinya kepada teman atau orang yang paling
dipercayainya.
 Peran serta dalam kelompok
Biasannya klien dengan ansietas ringan mampu berperan atau
berpartisipasi dalam kelompok kerja maupun masyarakat
sehingga klien masih mudah untuk berinteraksi terhadap
lingkungan sekitar. Namun pada orang dengan ansietas berat
klien tidak mampu atau respon terhadap lingkungan sudah
buruk karena kegagalan dalam berinteraksi terhadap orang lain.
 Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Biasannya pada ansietas ringan pasien tidak mengalami
hambatan untuk berhubungan atau berinteraksi dengan orang
lain. Tetapi pada ansietas berat pasien sudah tidak mampu
untuk berkomunikasi pada orang lain akibat kecemasannya
tersebut.
b. Obat- obatan yang dikonsumsi
 Obat- obat yang dikonsumsi diluar resep
Biasanya klien dengan diagnosa medis hipertensi tidak mau
mengkonsumsi obat di luar resep dokter.
 Obat- obat yang dikonsumsi klien saat ini
Biasanya klien mengkonsumsi obat- obatan untuk menurunkan
hipertensinya atau kecemasan yang sangat berat terhadap
penyakitnya.
6. Status mental dan emosi

26
 Cacat fisik
Biiasannya orang dengan ansietas ringan pada hipertensi tidak
mempunyai cacat fisik. Kecuali orang yang mengalami ansietas
berat pada hipertensi akan mudah untuk melukai dirinya sendiri
akibat kecemasan tersebut.
 Kontak mata
Biasannya orang ansitas ringan masih mampu untuk kontak
mata dengan lawan bicara. Tapi pada penderita ansietas berat
tidak mampu untuk kontak mata dengan lawan bicara karena
kegelisahan yang dialaminya akibat penyakit tersebut.
 Pakaian
Biasannya pada ansietas ringan dengan penyakit hipertensi
masih mampu untuk berpakaian rapi dan bersih. Sedangkan
pada ansietas berat klien sudah tidak mampu berpakaian rapi
dan harus dibantu oleh orang lain.
 Perawatan diri
Biasannya klien dengan ansietas ringan masih bisa melakukan
perawatan dirinya sendiri. Sedangkan pada ansietas berat klien
sudah tidak mampu melakukan perawatan pada diri sendiri
secara rutin.
7. Kognitif
 Orientasi realita
Biasannya pada pasien dengan gangguan ansietas ringan
dengan penyakit hipertensi pasien masih mampu untuk
mengingat waktu, tempat, orang, dan situasi. Namun
sebaliknya pada pasien ansietas berat.
8. Ide- ide bunuh diri
Biasanya klien dengan ansietas ringan ide- ide untuk merusak diri sendiri
atau orang lain tidak ada. Dan sebaliknya dengan klien yang ansietas berat.
9. Kultural dan spiritual
 Agama yang dianut
Biasanya pada pasien yang ansietas ringan masih mampu
melakukan ibadah yang rutin sesuai keyakinannya. Dan
sebaliknya dengan orang yang ansietas berat.

27
 Budaya yang diikuti
Biasanya orang dengan ansietas ringan masih mampu
mengikuti budaya di lingkungannya sehari- hari. Dan
sebaliknya pada orang ansietas berat.

B. Diagnosa keperawatan
Menurut Doengoes (2000), pasien yang mengalami hipertensi diagnosis
keperawatan yang sering muncul adalah koping individu tidak efektif dan ansietas.
Pasien yang pertama kali mengetahui dirinya mengidap penyakit jantung seperti
hipertensi, tingkat ansietasnya semakin tinggi (Harapan 2005).
1. Ansietas b/d ancaman pada status terkini.
2. Ketidakefektifan koping b/d ketidakadekuatan kesempatan untuk bersiap
terhadap stressor.

C. Intervensi Keperawatan
Tindakan keperawatan pada pasien ansietas pertama kali difokuskan untuk
mendiskusikan ansietas bersama pasien. Langkah- langkah yang dilakukan adalah
membina hubungan saling percaya yaitu dengan mengucapkan salam terapeutik
memperkenalkan diri, panggil pasien dengan nama panggilan yang disukai serta
menjelaskan tujuan interaksi yaitu melatih pengendalian ansietas agar proses
penyembuhan berjalan lebih cepat. Kontrak 2 kali pertemuan latihan pengendalian
ansietas harus selalu dilakukan agar pasien mengetahui berapa kali interaksi yang
dilakukan dengan perawat. Langkah selanjutnya adalah melakukan pengkajian
ansietas seperti membantu pasien mengenal ansietas: identifikasi dan menguraikan
perasaannya mengenal penyebab ansietas, dan menyadari perilaku akibat ansietas.
Jika pasien sudah mampu untuk mengenali ansietasnya, maka langkah
selanjutnya adalah memberikan kemampuan kepada pasien untuk mengontrol
ansietasnya yaitu dengan berlatih teknik relaksasi: tarik napas dalam, distraksi, latihan
hipnosis lima jari dan kegiatan spiritual.
Smeltser & bare ( 2002 ) Menyatakan bahwa tujuan teknik relaksasi napas
dalam adalah untuk meningkatkan ventilasi alveoli, memelihara pertukaran gas ,
mencegah antelektasi paru, meningkatkan efesiensi batuk mengurangi stress baik

28
stress fisik maupun emosional yaitu menurunkan intensitas nyeri dan menurunkan
kecemasan.

D. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan dengan menggunakan teknik SOAP yang bertujuan untuk
mendapatkan hasil akhir hilangnya ansietas pada pasien sehingga pasien sudah tdiak
mengeluh terhadap Penyakitnya dan mampu mengatasinya dengan koping yang baik.

BAB IV

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN ANSIETAS AKIBAT


HIPERTENSI

Seorang pasien bernama Tn. I mengalami penyakit Hipertensi dimana penyakitnya ini
membuat Tn. I merasa cemas saat penyakit tersebut kambuh. Tn. I mengeluh sering
merasakan cemas, dan tidak bisa mengambil keputusan saat penyakitnya kambuh. Tn. I
mengatakan bahwa dia sudah lama mengalami penyakit hipertensi ini, sehingga penyakitnya
ini membuat dia tidak bisa melakukan koping apa- apa untuk mengatasi penyakit yang
membuat ia cemas. Dari hasil pemeriksaan TD: 160/90 mmHg, P: 18x/ menit, ND: 76
x/menit. T: 37 C, BB: 65 Kg, TB: 160 cm.

A. Pengkajian
INFORMASI UMUM

Inisial Klien : Tn. I

Usia : 62 (tahun)

Jenis Kelamin : Perempuan √ Laki-Laki

Suku : Tanjung

Bahasa Dominan : Minang

Status perkawinan : Belum Menikah √ Menikah Janda/Duda

Alamat : Jln. Jamal Jamil Pondok Kopi Siteba Padang

29
Tanggal Masuk :

Ruang Rawat :

Nomor Rekam Medik :

Diagnosa Medis :

Riwayat Alergi :-

Diet :-

KELUHAN UTAMA

klien mengatakan tidak ada gangguan jiwa pada keluarganya. Pernah dirawat di
rumah sakit beberapa hari akibat penyakit hipertensinya kambuh. Klien mengatakan akhir
akhir ini kurang lebih satu minggu mempunyai banyak fikiran mengenai penyakitnya dan
tidur kurang teratur.

PENAMPILAN UMUM dan PERILAKU MOTOR

Fisik

Berat Badan : 65 Kg

Tinggi Badan : 160 cm

Tanda-tanda Vital : TD 160/90 mmHg P 18 x/menit Nd 76/menit T 37C

Tingkat Ansietas

Tingkat Ansietas (lingkari tingkat ansietas dan chek list perilaku yang ditampilkan)

Ringan √ Sedang Berat Panik

PERILAKU  PERILAKU 

Tenang √ Menarik diri

Ramah √ Bingung

Pasif Disorientasi

30
Waspada √ Ketakutan

Merasa Membenarkan lingkungan Hiperventilasi

Kooperatif Halusinasi/delusi

Gangguan perhatian depersonalisasi

Gelisah Obsesi

Sulit berkonsentrasi √ Kompulsi

Wapada berlebihan Keluhan somatik

Tremor Hiperaktivitas

Bicara cepat Lainnya :

Masalah Keperawatan : Ansietas

KELUARGA

Genogram

Tn. I
I

Ket:

: laki- laki meninggal : perempuan meninggal

31
: laki- laki hidup : perempuan hidup
Tipe Keluarga

√ Nuclear Family Diad Family

Extended Family Single parent family

Pengambilan Keputusan

Kepala Keluarga Istri

Orang Tua √ Bersama-sama

Hubungan klien dengan kepala keluarga



Kepala Keluarga Istri

Orang Tua Anak

Lain-lain, Sebutkan :

Kebiasaan yang dilakukan bersama keluarga

Jelaskan :

Rutin Makan Malam Bersama , Sesekali Liburan Dengan Keluarga ( 1xSeminggu )

Kegiatan yang dilakukan keluarga dalam masyarakat

Jelaskan :

Mengikuti Gotong Royong Di lingkungan , Pengajian , dan Arisan

32
Masalah Keperawata : Tidak ada

RIWAYAT PSIKOSOSIAL

Pola Sosial

Teman/orang terdekat

Klien Mengatakan Mempunyai Teman dekat yang dipercayainya bernama Altabri

Peran serta dalam kelompok

Klien Mengatakan Karna Penyakitnya , Ia Kurang Berpartisipasi di Kelompoknya.

Hambatan dalam Berhubungan dengan orang lain

Dengan Penyakitnya Ini, Klien mengatakan aktivitasnya terganggu

Obat-obatan yang dikonsumsi

Adakah obat-obatan yang dikonsumsi diluar resep

Tidak ada

Obat-obatan yang dikonsumsi klien saat ini

Herbezer ( Diminum setiap pagi ) , Mikardis (Setiap Malam ) , Clopadrogil ( Untuk


Pengencer darah ) dan Panoluin ( Obat Jatung )

33
Apakah klien menggunakan obat0obatan dan alkohol untuk mengatasi masalahnya

Tidak ada

Masalah Keperawatan : Tidak ada

STATUS MENTAL DAN EMOSI

Penampilan

1. Cacat Fisik
Ada, jelaskan

√ Tidak ada, jelaskan Tidak adanya gangguan atau cedera fisik pada klien

2. Kontak Mata

√ Ada, Jelaskan Klien mampu kontak mata dengan lawan bicara

Tidak Ada, Jelaskan

3. Pakaian
Tidak Rapi, Jelaskan
Penggunaan tidak Sesuai
4. Perawatan Diri
Jelaskan : Mandi 1 sehari selama mengalami penyakit hipertensi
Masalah Keperawatan : Tidak ada

Tingkah Laku

Tingkah Laku  Jelaskan

Resah √ Klien merasa resah saat penyakit hipertensinya


kambuh

34
Agitasi

Latergi

Sikap

Ekspresi Wajah √ Klien Meringis Ketika Hipertensi Terjadi

Lain-lain

Masalah Keperawatan Ansietas

Pola Komunikasi

Pola komunikasi  Pola Komunikasi 

Jelas Aphasia

Koheren Perseverasi

Bicar Kotor Rumination

Inkoheren Tangensial

Neologisme Banyak bicara/dominan

Asosiasi Longgar Bicara lambat

Flight of ideas Sukar Bicara √

Lainnya :

Masalah Keperawatan : Ketidak Efektifan Koping

Mood dan Afek

PERILAKU  JELASKAN

Senang √

35
Sedih

Patah Hati

Putus Asa

Gembira

Euporia

Curiga

Lesu

Marah/Bermusuhan

Lain-lain :

Masalah Keperawatan : Tidak ada

Proses Pikir

PERILAKU 

Jelas √

Logis √

Mudah Diikuti √

Relevan

Bingung

Bloking

Delusi

Arus Cepat

36
Asosiasi Lambat

Curiga

Memori Jangka Pendek Hilang √ Utuh

Memori Jangka panjang Hilang Utuh √

Masalah Keperawatan : Tidak ada

Persepsi

PERILAKU  JELASKAN

Halusinasi

Ilusi

Depersonlisasi

Derealisasi

HALUSINASI  JELASKAN

Pendengaran

Penglihatan

Perabaan

Pengecapan

Penghidu

Lain-Lain

Masalah Keperawatan : Tidak ada

37
Kognitif

1. Orientasi Realita
Waktu : Pasien Mampu Mengetahui waktu

Tempat : Pasien Sadar Tempat saat ini

Orang : Pasien Masih Mengetahui orang-orang yang ada disekitar

Situasi : Pasien Tenang Dengan Kondisi

2. Memori

GANGGUAN  JELASKAN

Gangguan daya ingat jangka


panjang

Gangguan daya ingat jangka √ Pasien Mengatakan Mudah Lupa nama orang
pendek yang baru dikenal

Gangguan daya ingat saat ini

Paramnesia, sebutkan

Hipermnesia, sebutkan

Amnesia, sebutkan

3. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung

Tingkatan JELASKAN

Mudah beralih

Tidak mampu berkonsentrasi √ Pasien mengatakan tidak mampu


berkonsentrasi saat hipertensinya
kambuh

38
Tidak mampu berhitung sederhana

Masalah Keperawatan : Ketidak Efektifan Koping

IDE-IDE BUNUH DIRI

Ide-ide merusak diri sendiri/orang lain

YA Tidak √

Jelaskan :

Klien masih mampu mengontrol ansietas pada saat penyaki hipertensinya kambuh

Masalah Keperawatan : Tidak ada

KULTURAL DAN SPIRITUAL

Agama yang Dianut

1. Bagaimana kebutuhan klien terhadap spiritual dan pelaksanaannya?


Klien Mengatakan Rutin Melakukan Ibadah ( Sholat , Baca Al-quran

2. Apakah klien mengalami gangguan dalam menjalankan kegiatan spiritualnya


setelah mengalami kekerasan atau penganiayaan
Kllien Mengeluh Merasakan Nyeri pada setiap persendian Dan Merasa Pusing
Dan Kepala Menjadi Berat

39
3. Adakah pengaruh spiritual terhadap koping individu
Ada, Klien Mengatakan Lebih mensyukuri dan menerima Penyakitnya

Budaya yang diikuti

Apakah ada budaya klien yang diikuti mempengaruhi terjadinya masalah

Ada, Makan makanan yang berelmak dan Klien mengatakan Merokok ketika berkumpul
dengan teman

Tingkat Perkembangan Saat Ini

Baik

Masalah Keperawatan : Tidak ada

B. Diagnosa Keperawatan
1. Ansietas b/d ancaman pada status terkini.
2. Ketidakefektifan koping b/d ketidakadekuatan kesempatan untuk bersiap terhadap
stressor.

40
C. Intervensi dan Implementasi Keperawatan

No Diagnosa NOC NIC

1. Ansietas b/d ancaman 1. Kontrol kecemasan diri 1. Pengurangan kecemasan


pada status terkini.
Indikator: Aktivitas- aktivitas:

 Dilakukan secara konsisten  Gunakan pendekatan


memantau intensitas kecemasan. yang tenang dan
 Dilakukan secara konsisten meyakinkan.
mengurangi penyebab  Nyatakan dengan jelas
kecemasan. harapan terhadap
 Dilakukan secara konsisten perilaku klien.
mengurangi rangsangan  Berikan aktivitas
lingkungan ketika cemas. penganti yang bertujuan
 Dilakukan secara konsisten mengurangi tekanan.
mencari informasi untuk  Bantu klien
mengurangi kecemasan. mengidentifikasi situasi
 Dilakukan secara konsisten yang memicu kecemasan
merencanakan strategi koping  Intrusikan klien untuk
untuk situasi yang menimbulkan mengunakan teknik
stress. relaksasi.
3. Konsentrasi 2. Terapi relaksasi
Aktivitas- aktivitas:
Indikator:
 Tentukan apakah ada
 Tidak terganggu intervensi relaksasi
mempertahankan perhatian. dimasa lalu yang sudah
 Tidak terganggu

41
mempertahankan diri untuk memberi manfaat.
fokus.  Berikan deskripsi detail
 Tidak terganggu berespon terkait intervensi
terhadap tanda- tanda vital. relaksasi yang dipilih.
 Tidak terganggu mengeja kata  Mintak klien untuk
“world” dari belakang rileks dan merasakan
 Tidak terganggu menghitung sensai yang terjadi.
mundur dimulai dari angka 20  Gunskan suara yang
dengan selang hitungan tiga. lembut dengan irama
yang lambat untuk
setiap kata.
 Tunujkan dan
praktikan teknik
relaksasi pada klien.

2. Ketidakefektifan 1. Koping 1. Peningkatan koping


koping b/d
Indikator: Aktivitas- aktivitas:
ketidakadekuatan
kesempatan untuk  Secara konsisten menunjukan  Bantu pasien dalam

bersiap terhadap mengidentifikasi pola koping mengidentifikasi tujuan

stressor. yang efektif jangka pendek dan jangka


 Secara konsisten menunjukkan panjang yang tepat.
mngidentifikasi koping yang  Bantu pasien untuk
tidak efektif memecah tujuan yang
 Secara konsisten menunjukkan kompleks menjadi lebih
menyatakan perasaan akan kecil dengan langkah yang
kotrol diri dapat dikelola.
 Secara konsisten menunjukan  Bantu pasien untuk
melaporkan pengurangan stress menyelsaikan masalah
 Secara konsisten menunjukkan dengan cara yang
menyatakan penerimaan konstruktif.
terhadap situasi  Berikan penilaian
mengenai pemahaman
2. Penerimaan Status Kekerasan
pasien terhadap proses

42
 Dilakukan secara konsisten penyakit.
menghilangkan konsep kesehatan  Berikan suasana
personal sebelumnya. penerimaan.
 Dilakukan secara konsisten 2. Latihan kontrol impuls
mengenali realita situasi Aktivitas- aktivitas:
kesehatan.  Bantu pasien untuk
 Dilakukan secara konsisten memilih tindakan yang
melaporkan harga diri yang paling
positif. menguntungkan.
 Dilakukan secara konsisten  Bantu pasien untuk
menyesuaikan perubahan dalam mengevaluasi hasil dari
status kesehatan. serangkaian tindakan
 Dilakukan secara konsisten yang sudah dilakukan.
mengekspresikan kedamaian dari  Sediakan dukungan
dalam diri. positif terhadap usaha
yang berhasil.
 Dukung pasien untuk
menghadiahi diri
sendiri terkait
keberhasilan yang
dicapai.
 Bantu pasien
mengidentifikasi akibat
dari suatu tindakan
serta keuntungan atau
kerugiannya.

D. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

No Diagnosa Implementasi Evaluasi

1. Ansietas b/d ancaman  menggunakan pendekatan yang

S : Klien Mengatakan sudah

43
pada status terkini. tenang dan meyakinkan. tidakmengalami kecemasan saat
 menyatakan dengan jelas hipertensinya kambuh
harapan terhadap perilaku klien.
 memberikan aktivitas penganti
O : Pasien Tampak tidak gelisah
yang bertujuan mengurangi
dan cemas
tekanan.
 membantu klien
mengidentifikasi situasi yang A : Masalah Teratasi
memicu kecemasan
 mengintrusikan klien untuk
P : Intervensi Dihentikan
mengunakan teknik relaksasi.
 menentukan apakah ada
intervensi relaksasi dimasa lalu
yang sudah memberi manfaat.
 memberikan deskripsi detail
terkait intervensi relaksasi yang
dipilih.
 memintak klien untuk rileks dan
merasakan sensai yang terjadi.
 menggunskan suara yang
lembut dengan irama yang
lambat untuk setiap kata.
 menujukan dan mempraktikan
teknik relaksasi pada klien.

2 Ketidakefektifan  membantu pasien dalam


koping b/d mengidentifikasi tujuan jangka S : Klien Mengatakan sudah
ketidakadekuatan pendek dan jangka panjang yang Mampu berkonsentrasi
kesempatan untuk tepat.
bersiap terhadap  mebantu pasien untuk memecah
stressor. tujuan yang kompleks menjadi O : Klien Tampak Tidak

44
lebih kecil dengan langkah yang Kebinguungan saat
dapat dikelola. Berkomunikasi atau mengambil
 mebantu pasien untuk keputusan
menyelsaikan masalah dengan
cara yang konstruktif.
A : Masalah Teratasi
 memberikan penilaian mengenai
pemahaman pasien terhadap
proses penyakit. P : Intervensi Dihentikan
 memberikan suasana penerimaan.
 membantu pasien untuk memilih
tindakan yang paling
menguntungkan.
 mebantu pasien untuk
mengevaluasi hasil dari
serangkaian tindakan yang sudah
dilakukan.
 menyediakan dukungan positif
terhadap usaha yang berhasil.
 mendukung pasien untuk
menghadiahi diri sendiri terkait
keberhasilan yang dicapai.
 membantu pasien
mengidentifikasi akibat dari suatu
tindakan

45
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Reaksi umum terhadap stress adalah ansietas, satu kondisi kegelisahan mental,
keprihatinan, ketakutann, atau perasaan putus asa karena pengancaman yang akan
terjadi atau ancaman antisipasi yang tidak dapat diidentifikasi terhadap diri sendiri
atau terhadap hubungan yang bermakna. Ansietas dialami pada tingkat sadar,
setengah sadar, atau tidak sadar (Barbara, 2010).
Meski penyebab ansietas belum sepenuhnya diketahui, namun gangguan
keseimbangan neurotransmiter dalam otak dapat menimbulkan ansietas pada diri
seseorang. Faktor genetik juga faktor dapat menimbulkan gangguan ini. Ansietas
terjadi jika seseorang mengalami kesulitan menghadapi situasi, masalah dan tujuan
hidup (Videbeck, 2008).
Ansietas dapat menampilkan diri dalam berbagai tanda dan gejala fisik dan
psikologik. Tanda fisik ansietas yang sering timbul berupa tegang, gelisah, gemetar,
nyeri punggung dan kepala, sering kaget, mudah lelah, konstipasi, mual, muntah,
insomnia, sulit berkonsentrasi, pucat, berkeringat dingin, prasangka buruk, dan
berkunang- kunang, suara tidak stabil, sulit menelan, kewaspadaan yang berlebihan
serta pikiran malapetaka yang besar, ekspresi ketakutan, imobilisasi, hipertensi dan

46
penarikan diri dari masyarakat, ketidakpastian atau ketakutan yang terjadi akibat
ancaman yang nyata atau dirasakan (Stockslagr, 2008).

B. Saran

Bagi mahasiswa hendaknya lebih memahami tentang konsep dasar keperawatan


sehingga dalam pelaksanaannya lebih mudah untuk memahami kasus yang ada.
Untuk mahasiswa diharapkan dalam melaksanakan tindakan keperawatan harus
terlebih daulu memahami masalah dengan baik serta mendokumentasikan hasil
tindakan yang telah dilakukan. Gunakan waktu seefisien mungkin dan seefektif
mungkin dalam melakukan tindakan keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

Hawari, D. 2008. Menejemen Stress Cemas dan Depresi. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Mansjoer, A. 1999. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1. Jakarta: Penerbit Asculapius.

Nurjannah, I. 2004. Pedoman Penanganan Gangguan Jiwa Manajemen, Proses


Keperawatan, dan Hubungan Trapeutik Perawat- Klien. Yogyakarta: Penerbit MoscoMedia.

Stuart, G. W, dan Sundden, S, J. 1995. Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 3. Jakarta: EGC.

Suliswati, dkk. 2005. Konsep dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Videbeck, S. J.2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

International, NANDA. 2012. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasim2012-2014.


Jakarta: EGC.
Butcher Howard K & Gloria M. Bulechek. 2013. Nursing Intervention Classification (NIC).
Indonesia: Elseiver.

Moorhead Sue & Marion Johnson. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC). Indonesia:
Elseiver.

47
48

Anda mungkin juga menyukai