DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 2
KELAS: IIA
PRODI: S1 KEPERAWATAN
T.A 2018/2019
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, Yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga dalam penyusunan makalah ini dapat diselesaikan.
Dalam penyusunan Makalah ini, kami mengalami berbagai kendala dan kesulitan,
namun berkat Rahmat Allah SWT yang disertai kesabaran, ketekunan, dan usaha serta
bantuan dari berbagai pihak yang telah tulus ikhlas baik fasilitas tenaga dan pikiran sehingga
makalah yang berjudul “Makalah Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien Ansietas” dapat
terselesaikan tepat pada waktunya.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Untuk itu, saran dan kritik yang bersifat konstruktif diharapkan, demi terciptanya tujuan yang
ingin dicapai.
Atas bantuan dan kritikan seta saran dari semua pihak, maka kami mengucapkan
terima kasih. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Kelompok 2
2
DAFTAR ISI
COVER............................................................................................................ 1
KATA PENGANTAR..................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN
A. Pengkajian.............................................................................................. 22-26
B. Diagnosa Keperawatan.......................................................................... 26-27
C. Intervensi dan Implementasi Keperawatan............................................ 27
D. Evaluasi.................................................................................................. 27
3
C. Intervensi Keperawatan......................................................................... 39-42
D. Implementasi dan Evaluasi.................................................................... 42-44
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................ 46
B. Saran....................................................................................................... 46
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 47
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ansietas merupakan respon emosional terhadap penilaian individu yang
subjektif, dipengaruhi alam bawah sadar dan tidak diketahui secara khusus
penyebabnya. Ansietas merupakan istilah yang sangat akrab dengan kehidupan sehari-
hari yang menggambarkan keadaan khawatir, gelisah, takut, tidak tentram disertai
berbagai keluhan fisik. Keadaan tersebut dapat terjadi atau menyertai kondisi situasi
kehidupan dan berbagai gangguan kesehatan. Ansietas berbeda dengan takut. Takut
merupakan penilaian intelektual terhadap stimulus yang mengancam dan objeknya
jelas (Dalami, 2009).
Rasa khawatir, gelisah, waswas, tidak tentram merupakan merupakan gejala
umum akibat ansietas. Namun sebatas mana situasi jiwa berupa ansietas itu dapat
ditoleransi oleh seseorang individu sebagai kesatuan utuh. Karena sering kali ansietas
menimbulkan keluhan fisik berupa berdebar- debar, berkeringat, sakit kepala, bahkan
gangguan fungsi seksual dan beragam lainnya.
Globalisasi telah membuat perubahan diberbagai bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi. Persaingan kelompok dan individu semakin ketat, dampak dari perubahan
tersebut merupakan salah satu stressor bagi individu, apabila seorang tidak bisa
bertahan dengan perubahan yang terjadi. Hal tersebut akan dirasakan sebagai stressor
yang berkepanjangan, koping individu yang tidak efektif menjadikan seseorang
mengalami gangguan secara psikologis. Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO),
bahwa 10% dari populasi mengalami gangguan jiwa, hal ini didukung oleh laporan
dari hasil studi bank dunia dan hasil survei Badan Pusat Statistik yang melaporkan
bahwa penyakit yang merupakan akibat masalah kesehatan jiwa mencapai 8,1% yang
merupakan angka tertinggi dibanding presentase penyakit lain.
Data 0,48% populasi mengalami gangguan jiwa berat atau psikosis (Depkes,
2012). Gangguan ansietas lebih sering dialami oleh wanita individu berusia kurang
dari 45 tahun, bercerai atau berpisah, dan individu yang berasal dari status sosial
ekonomi rendah (Videbeck, 2008).
5
Pekerjaan prevelensi gangguan ansietas di masyarakat (per 1000 orang) adalah
gangguan ansietas menyeluruh 30, gangguan panik 15, agoraphobia 20, fobia sosial
30, fobia sederhana 45, dan gangguan obesif kompulsif (yang tidak berkomorbid
dengan gangguan ansietas lain). Dipelayanan kesehatan primer prevalensinya adalah
gangguan ansietas menyeluruh 7,9%, dan gangguan panik/ agropobhia 2,6%
(Maramis, 2009).
Terlihat jelas bahwa ansietas ini mempunyai dampak terhadap kehidupan
seseorang, baik dampak positif maupun dampak negatif. Apalagi bila ansietas ini
dialami oleh klien di rumah sakit. berbagai situasi dan kondisi akan membuatnya
semakin cemas. Oleh karenanya perawat sebagai tenaga kesehatan profesional tidak
boleh mengabaikan aspek emosi ini dalam memberikan asuhan keperawatan.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Agar mahasiswa memperoleh pengalaman nyata dalam memberi asuhan
keperawatan.
2. Tujuan khusus
Setelah dilakukan asuhan keperawatan keperawatan pada klien dengan masalah
kebutuhan aman dan nyaman: ansietas penulis mampu:
Melakukan pengkajian pada klien dengan prioritas masalah ansietas.
Menegakkan diagnosa pada klien dengan prioritas masalah ansietas.
Menyusun rencana keperawatan pada klien dengan prioritas masalah
ansietas.
Melakukan intervensi keperawatan berdasarkan rencana keperawatan yang
sudah dibuat pada klien dengan prioritas masalah ansietas.
Melakukan evaluasi hasil akhir terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilakukan pada klien dengan prioritas masalah ansietas.
C. Manfaat
1. Bagi ilmu pengetahuan
Untuk menambah wawancara baru khususnya pada ilmu asuhan keperawatan
dengan pasien ansietas.
2. Bagi akademik
6
Dapat menjadi referensi institut pendidikan keperawatan dalam memberikan
asuhan keperawatan dengan masalah ansietas.
3. Bagi penulis
Menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis tentang proses asuhan
keperawatan dengan masalah ansietas dan dapat menerapkan ilmu yang diperoleh
selama perkuliahan serta meningkatkan keterampilan dalam memberikan asuhan
keperawatan.
4. Bagi klien
Memberikan informasi tentang asuhan keperawatan dengan prioritas masalah
ansietas.
7
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
8
berbagai keluhan fisik. Keadaan tersebut dapat terjadi atau menyertai kondisi situasi
kehidupan dan berbagai gangguan kesehatan. Ansietas berbeda dengan takut. Takut
merupakan penilaian intelektual terhadap stimulus yang mengancam dan objeknya
jelas (Dalami, 2009).
B. Etiologi
Meski penyebab ansietas belum sepenuhnya diketahui, namun gangguan
keseimbangan neurotransmiter dalam otak dapat menimbulkan ansietas pada diri
seseorang. Faktor genetik juga faktor dapat menimbulkan gangguan ini. Ansietas
terjadi jika seseorang mengalami kesulitan menghadapi situasi, masalah dan tujuan
hidup (Videbeck, 2008). Setiap individu menghadapi stress dengan cara yang
berbeda- beda seseorang dapat tumbuh dengan situasi yang dapat menimbulkan stress
berat pada orang lain. Adapun faktor- faktor yang mempengaruhi ansietas adalah:
1. Faktor predisposisi
Berbagai teori yang dikembbangkan untuk menjelaskan penyebab ansietas
adalah:
a. Teori psikionalitik
Ansietas merupakan konflik emosional antara dua elemen
kepribadian yaitu ide, ego, dan superego. Ide melambangkan dorongan
insting atau impuls primitif. Super ego mencerminkan hati nurani
seseorang yang dikendalikan oleh norma- norma budaya seseorang.
Sedangkan ego digambarkan sebagai mediator antara ide dan super
ego. Ansietas berfungsi untuk memperingatkan ego tentang suatu
budayayang perlu segera diatasi.
b. Teori interpersonal
Ansietas terjadi dari ketakutan antar penolakan interpersonal.
Berhubungan juga dengan trauma masa perkembangan seperti
kehilangan, perpisahan, individu dengan harga diri rendah biasanya
sangat mudah mengalami ansietas berat.
c. Teori perilaku
Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang
menganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang
diinginkan.
9
d. Kajian biologis
Otak mengandung reseptor spesifik untuk benzodiazepines. Reseptor
ini diperkirakan turut berperan dalam mengatur ansietas.
2. Faktor presipitasi
Bersumber dari eksternal dan internal seperti:
a. Ancaman terhadap integritas fisik meliputi ketidakmampuan fisiologi
atau menurunnya kemampuan melaksanakan fungsi kehidupan sehari-
hari.
b. Ancaman terhadap sistem diri dapat membahayakan identitas, harga
diri dan integritas fungsi sosial.
3. Perilaku
Ansietas dapat diekspresikan langsung melalui perubahan fisiologis dan
perilaku secara tidak langsung timbulnya gejala atau mekanisme koping
dalam upaya mempertahankan diri dari ansietas. Intensitas perilaku akan
meningkat sejalan dengan peningkatan ansietas (Ermawati dkk, 2009).
C. Tingkat ansietas
1. Ansietas ringan
Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan sehari-
hari. Pada tingkatini lapangan persepsi melebar dan individu akan berhati-hati dan
waspada. Individu terdorong untuk belajar yang akan menghasilkan pertumbuhan dan
kreatifitas.
Respon fisiologi :
a. Sesekali napas pendek
b. Nadi dan tekanan darah naik
c. Gejala ringan pada lambung
d. Muka berkerut dan bibir bergetar
Respon kognitif :
10
Respon perilaku dan emosi :
Respon kognituf :
11
d. Penglihatan kabur
e. Ketegangan
Respon kognitif:
Respon kognitif :
Respon fisiologi yang mempengaruhi system yang ada dalam tubuh manusia adalah :
12
a. Sistem kardiovaskuler
1) Palpitasi
2) Jantung berdebar
3) Tekanan darah meningkat
4) Denyut nadi menurun
5) Rasa mau pingsan
b. Sistem respirasi
Nafas cepat
Pernapasan dangkal
Rasa tertekan pada dada
Pembengkakan pada tenggorokan
Rasa tercekik
Terengah engah
c. Sistem kardio vaskuler
Peningkatan reflek
Reaksi kejutan
Insomnia
Ketakutan
Gelisah
Wajah tegang
Kelemahan secara umum
Gerakan lambat
Gerakan yang janggal
d. Sistem gastrointestinal
Kehilangan nafsu makan
Menolak makanan
Perasaan dangkal
Rasa tidak nyaman pada abdominal
Rasa terbakar pada jantung
Diaere
e. Sistem perkemihan
Ikontensia urin
13
Sering mixi
f. Sistem integumen
Rasa terbakar
Berkeringat banyak ditelapak tangan
Gatal gatal
Perasaan panas atau dingin pada kulit
Muka pucat
Berkeringat seluruh tubuh
g. Respon prilaku kognitif;
Perilaku gelisah
Ketegangan fisik
Tremor
Gugup bicara cepat
Tidak ad koordinasi
Kecenderungan untuk celaka
Menarik diri
Menghindari
Terhambat melakukan aktivitas
h. Kognitif
gangguan perhatian
Konsentrasi hilang
Pelupa
Salah tafsir
Adanya blocking pada fikiran
Bingung
Rasa kwatir yang berlebihan
Kehilangan pemilaian objektivitas
Takut akan kehilangan kembali
Takut berlebihan tingkat ansietas(dalami2009).
Adaptif 14 maladaptive
1.
2.
Peningkatan
Perubahan Focus perhatian Ketidak Gemetar,koordin
perasaan gelisah
respirasi dan Menyempit. mampuan untuk asi motorik
dan waspada
sirkulasi focus buruk,
berkonsentrasi
Penggunaan mudah distraksi
Perubahan lain Mampu Persepsi
belajar untuk Kemampuan
berfokus tetapi mengalami
beradaptasi. belajar sangat
tidak perhatian distorsi atau
terganggu.
pada hal-hal melebih
tertentu. lebihkan
15
Tidak ada Kemampuan
belajar sedikit Tachicardi Ketidak
D. Patofisiologi
Hubungan antara stress dengan hipertensi diduga melalui aktifitas saraf
simpatis, yang dapat meningkatkan tekanan darah secara bertahap. Apabila stress
menjadi berkepanjangan dapat berakibat tekanan darah menjadi tetap tinggi. Hal ini
secara pasti belum terbukti, akan tetapi pada binatang percobaan yang diberikan
pemaparan terhadap stress ternyata membuat binatang tersebut menjadi hipertensi
(Ferketich, 2000).
Menurut smet 1994, stress adalah suatu kondisi disebabkan oleh transaksi
antara individu dengan lingkungan yang menimbulkan presepsi jarak antara tuntutan-
tuntutan yang berasal dari situasi dengan sumber daya sistem biologis, psikologis, dan
sosial dari seseorang. Stress adalah yang kita rasakan saat tuntutan emosi, fisik atau
lingkungan tak mudah diatasi atau melebihi daya dari kemampuan kita untuk
mengatasinya dengan efektif. Namun harus dipahami bahwa stress bukanlah
pengaruh- pengaruh yang datang dari luar itu. Stress adalah respon kita terhadap
pengaruh luar- luar itu (Sheps, 2005).
Stress atau ketegangan jiwa (merasa tertekan, murung, bingung, cemas,
berdebar- debar, rasa marah, dendam, rasa takut, rasa bersalah) dapat merangsang
16
kelenjar anak ginjal melepaskan hormon adrenalin memacu jantung berdenyut cepat
serta lebih kuat, sehingga tekanan darah lebih meningkat. Jika stress berlangsung
cukup lama, tubuh berusaha mengadakan penyesuaian sehingga timbul kelainan
organis atau perubahan patologis. Gejala yang muncul dapat berupa hipertensi atau
magh (Gunawan, 2005).
Suyono 2001 mengatakan stress juga memiliki hubungan dengan hipertensi.
Hal ini diduga melalui saraf simpatis yang dapat meningkatkan tekanan darah secara
intermiten. Apabila stress berlangsung lama dapat mengakibatkan peninggian tekanan
darah yang menetap. Stress dapat meningkatkan tekanan darah untu sementara waktu
dan bila stress sudah hilang tekanan darah bisa normal kembali. Peristiwa mendadak
menyebabkan stress dapat meningkatkan tekanan darah, namun akibat stress
berkelanjutan yang dapat menimbulkan hipertensi belum dapat di pastikan.
17
E. Pohon Masalah
Kurangnya pengetahuan
Faktor yang dapat menjadi pencetus seseorang merasa cemas dapat berasal dari
diri sendiri ( faktor internal ) maupun dari luar diri nya (faktor eksternal).namun demikian
pencetus ansieta dapat dikelompokan kedalam 2 kategori yaitu :
1. Ancaman terhadap integritas diri, meliputi ketidak mampuan fisiologis atau gangguan
dalam melakukan aktivitas sehari hari guna pemenuhan terhadap kebutuhan dasarnya,
2. Ancaman terhadap sistem diri yaitu adanya sesuatu yang dapat mengancam terhadap
identitas diri,kehilangan status atau peran diri dan hubungan interpersonal (asmadi 2008).
H. Manifestasi Koping
18
Ketika klien mengalami ansietas, individu menggunakan bermacam macam
mekanisme koping untuk mencoba mengatasi nya.dalam bentuk ringan ansietas bentuk
ringan ansietas dapat diatasi dengan menangis , tertawa,tidur, olaraga.
Bila terjadi ansietas berat sampai panik akan terjadi ketidak mampuan mengatasi
ansietas secara konstruktif menrupakan penyebab utama perilaku yang patologis, individu
akan menggunakan energi yang lebih besar untuk dapat mengatasi ancaman tersebut.
Reaksi yang berorentasi pada tugas merupakan pemecahan masalah secarah sadar
yang digunakan untuk mengggulangi ancaman stressor yang ada secara realistis yaitu:
Perilaku menarik diri digunakan untuk enghilangkan sumber ancaman basik secara
fisik maupun sikologis
Perilaku kompromi digunkan untuk merubah tujuan yang akan dilakukan atau
mengorbankan kebutuhan personal untuk mencapai tujuan .
Mekanisme ini membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang yang di gunakan
untuk melindungi diri dan dilakukan secara s adar untuk mepertahan kan
keseimbangan.
Mekanisme pertahanan ego :
Disosisasi adalah pemisahan dari proses mental atau perilaku dari kesdaran atau
identitasnya.
Indentifikasi adalah proses dimana seseorang untuk menjadi yang ia kagumi berupaya
dengan mengambil atau meniru pikiran pikiran, perilaku dab selera orang tersebut.
Introjeksin adalah sustu jenis identifikasi yang dimana seseorang mengambil dan
melebur nilai nilai dan kualitas seseorang atau suatu kelompok kedalam struktur ego
19
nya sendiri, berupa hati nurani, contohnya rasa benci atau kecewa terhadap kemtian
orang yang di cintai, dialihkan dengan cara menyalahkan diri sendiri.
Pemindahan adalah pengalihan emosi yang semulah ditujukan kepada seseorang atau
benda kepada orang lain atau benda lain yang biasanya netral atau kurang mengancam
dirinya.
Isolasi adalah pemisahan unsur emosional dari suatu pikira yang mengganggu dapt
bersifat sementara atau berjangka lama.
Proyeksi adalah pengalihan buah pikiran atau infuls pada diri sendiri kepada orang
lain teutama keinginan, perasaan emosinal, dan motifasi yang tidak dapat di toleransi.
Iresionalisasi adalah mengemukakan penjelasan yang tampak logis dan dapat diterima
masyarakat untuk membenarkan perasaan perilaku dan motive yang tidak dapat di
terimah.
Reaksi formasi dalah pengembangan sikap dan pola perilaku yang ia sadari yang
bertentangan dengan apa yang sebenarnya ia rasakan atau ingin dilakukan .
Regresi adalah kemunduran akibat stres terhadap prilaku dan merupakan ciri kas dari
suatu taraf perkembangan yang lebih dini.
Pemisahan adalah sikap mengelompokan orang dianggap semua baik atau semua
buruk,kegagalan untuk memeajukan nilai nilai positif dan negative didalam diri
seseorang .
Sublimasi penerimaan suatu sasaran pengganti yang mulia artinya dimata masyarakat
untuk suatu dorongan yang mengalami halangan normal.
20
Supresi suatu proses yang digolongkan sebagai mekanipertahan sebernya merupakan
analog represi yang disadari,pengesampingan yang di sengaja tentang suatu bahan
yang disadari seseorang.tondaka atau perlaku atau komunikasi yang menghapuskan
sebagian dari tindakan atau prilaku atau komunikasi sebelumnya merupakan
mekanisme pertahanan primtif(dalam,2009).
I. Penatalaksanaan
Ansietas pada tahap pencagahan dan terapi memerlukan suatu metode pendekatan
yang bersifat hoistik,yaitu mencakup fisik(somatik), sikologi atau psikiatrik,sikososial
dan sikoreligius(hawari.2008) selengkapnya seperti pada iraian berikut:
Cukup olaraga
Jangan merokok
2) Terapi somatik
3) Psikoterapi
21
Diberikan tergantung dari kebutuhan individu. sikoterapi suportif, untuk
memberi motivasi, semangat dan dorongan pasien yang bersangkutan tidak merasa
putus asa dan diberi keyakinan serta prcaya diri.
Psikoterapi re-educatif, memeberikan pendidikan ulang dan koreksi bila dinilai bahwa
ketidak mampuan mengatasi kecemasan titik
Sikoterapi re- konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali (rekontruksi)
kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat stresor.
Sikoterapi kognitif,untuk memulihkan fungsi kognitif pasien,yaitu kemapuan untuk
berfikir secara rasional , konsentrasi dan daya ingat.
Psikoterapi psiko-dinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses dinamika
kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak mampu menghadaoi
stresosikososial sehingga mengalami kecemasan.
Psikoterpi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar faktor keluarga
tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga dapat dijadikan sebagai faktor
pendukung.
22
BAB III
23
Respon kognitif: lapang persepsi luas, terlihat tenang,
perasaan gagal sedikit, waspada dan memperhatikan
banyak hal, memperhatikan informasi, tingkat
pembelajaran optimal.
Respon emosional: perilaku otomatis, sedikit tidak
sadar, aktivitas sendiri, stimulasi.
Ansietas sedang (2+)
Respon fisik: ketegangan otot sedang, tanda- tanda
vital meningkat, pupil dilatasi, mulai berkeringat,
sering mondar- mandir, suara berubah: bergetas, nada
suara tinnggi, kewaspadaan dan ketegangan meningkat,
sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah,
sering nyeri punggung.
Respon kognitif: lapang persepsi menurun, tidak
perhatian secara selektif, fokus terhadap stimulus
meningkat, rentang perhatian menurun, penyelsaian
masalah menurun, pembelajaran terjadi dengan
memfokuskan.
Respon emosional: tidak nyaman, mudah tersinggung,
kepercayaan diri goyah, tidak sabar, gembir.
Ansietas berat (3+)
Respon fisik: ketegangan otot berat, hiperventilasi,
kontak mata buruk, pengeluaran keringat meningkat,
bicara cepat, nada suara tinggi, tindakan tampa tujuan
dan serampangan, rahang menegang, mengertakan gigi,
kebutuhan ruang gerak meningkat, mondar- mandir,
berteriak, meremas tangan, gemetar.
Respon kognitif: lapang persepsi terbatas, proses
berfikir terpecah- pecah, sulit berfikir, penyelsaian
masalah buruk, tidak mampu mempertimbangkan
informasi, hanya memperhatikan ancaman.
24
Respon emosional: sangat cemas, agitasi, takut,
bingung, merasa tidak adekuat, menarik diri,
penyangkalan, ingin bebas.
Panik (4+)
Respon fisik: flight, fight, atau freeze ketegangan otot
yang sangat berat, agitasi motorik kasar, pupil dilatasi,
TTV meningkat kemudian menurun tidak dapat tidur
hormon stress dan neurotransmiter berkurang, wajah
menyeringai, mulut terngangak.
Respon kognitif: persepsi yang sempit, fikiran tidak
logis, terganggu, kepribadian kacau, tidak dapat
menyelsaikan masalah fokus pada pikiran sendiri, tidak
rasional, sulit memahami stimulus ekternal, halusinasi,
waham, ilusi terjadi.
Respon emosional: merasa terbebani, merasa tidak
mampu atau tidak berdaya, lepas kendali, mengamuk,
putus asa, marah, mengharapkan hasil yang buruk,
kaget, takut, lelah.
4. Keluargga
Genogram
Biasanya meliputi keturunan pada pasien hipertensi tersebut.
Tipe keluarga
Biasanya meliputi nuclear family, etended family, diad family,
single parent family.
Pengambilan keputusan
Biasannya di dalam keluargga pengambilan keputusan bisa
diambil oleh kepala keluargga, orang tua, istri, dan bersama-
sama.
Hubungan klien dengan kepala keluarga
Biasannya meliputi hubungan dengan kepala keluarga, orang
tua, istri, dan anak.
Kebiasaan yang dilakukan bersama keluarga
25
Biasannya meliputi kegiatan- kegiatan: makan malam bersama,
liburan bersama 1 minggu sekali, dll.
Kegiatan yang dilakukan dalam masyarakat
Biasanya meliputi: mengikuti kegiatan gotong royong, ikut
pengajian di masjid, dll.
5. Riwayat psikososial
a. Pola sosial
Teman atau orang terdekat
Biasannya klein mau bercerita tentang masalah yang
dihadapinya kepada teman atau orang yang paling
dipercayainya.
Peran serta dalam kelompok
Biasannya klien dengan ansietas ringan mampu berperan atau
berpartisipasi dalam kelompok kerja maupun masyarakat
sehingga klien masih mudah untuk berinteraksi terhadap
lingkungan sekitar. Namun pada orang dengan ansietas berat
klien tidak mampu atau respon terhadap lingkungan sudah
buruk karena kegagalan dalam berinteraksi terhadap orang lain.
Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Biasannya pada ansietas ringan pasien tidak mengalami
hambatan untuk berhubungan atau berinteraksi dengan orang
lain. Tetapi pada ansietas berat pasien sudah tidak mampu
untuk berkomunikasi pada orang lain akibat kecemasannya
tersebut.
b. Obat- obatan yang dikonsumsi
Obat- obat yang dikonsumsi diluar resep
Biasanya klien dengan diagnosa medis hipertensi tidak mau
mengkonsumsi obat di luar resep dokter.
Obat- obat yang dikonsumsi klien saat ini
Biasanya klien mengkonsumsi obat- obatan untuk menurunkan
hipertensinya atau kecemasan yang sangat berat terhadap
penyakitnya.
6. Status mental dan emosi
26
Cacat fisik
Biiasannya orang dengan ansietas ringan pada hipertensi tidak
mempunyai cacat fisik. Kecuali orang yang mengalami ansietas
berat pada hipertensi akan mudah untuk melukai dirinya sendiri
akibat kecemasan tersebut.
Kontak mata
Biasannya orang ansitas ringan masih mampu untuk kontak
mata dengan lawan bicara. Tapi pada penderita ansietas berat
tidak mampu untuk kontak mata dengan lawan bicara karena
kegelisahan yang dialaminya akibat penyakit tersebut.
Pakaian
Biasannya pada ansietas ringan dengan penyakit hipertensi
masih mampu untuk berpakaian rapi dan bersih. Sedangkan
pada ansietas berat klien sudah tidak mampu berpakaian rapi
dan harus dibantu oleh orang lain.
Perawatan diri
Biasannya klien dengan ansietas ringan masih bisa melakukan
perawatan dirinya sendiri. Sedangkan pada ansietas berat klien
sudah tidak mampu melakukan perawatan pada diri sendiri
secara rutin.
7. Kognitif
Orientasi realita
Biasannya pada pasien dengan gangguan ansietas ringan
dengan penyakit hipertensi pasien masih mampu untuk
mengingat waktu, tempat, orang, dan situasi. Namun
sebaliknya pada pasien ansietas berat.
8. Ide- ide bunuh diri
Biasanya klien dengan ansietas ringan ide- ide untuk merusak diri sendiri
atau orang lain tidak ada. Dan sebaliknya dengan klien yang ansietas berat.
9. Kultural dan spiritual
Agama yang dianut
Biasanya pada pasien yang ansietas ringan masih mampu
melakukan ibadah yang rutin sesuai keyakinannya. Dan
sebaliknya dengan orang yang ansietas berat.
27
Budaya yang diikuti
Biasanya orang dengan ansietas ringan masih mampu
mengikuti budaya di lingkungannya sehari- hari. Dan
sebaliknya pada orang ansietas berat.
B. Diagnosa keperawatan
Menurut Doengoes (2000), pasien yang mengalami hipertensi diagnosis
keperawatan yang sering muncul adalah koping individu tidak efektif dan ansietas.
Pasien yang pertama kali mengetahui dirinya mengidap penyakit jantung seperti
hipertensi, tingkat ansietasnya semakin tinggi (Harapan 2005).
1. Ansietas b/d ancaman pada status terkini.
2. Ketidakefektifan koping b/d ketidakadekuatan kesempatan untuk bersiap
terhadap stressor.
C. Intervensi Keperawatan
Tindakan keperawatan pada pasien ansietas pertama kali difokuskan untuk
mendiskusikan ansietas bersama pasien. Langkah- langkah yang dilakukan adalah
membina hubungan saling percaya yaitu dengan mengucapkan salam terapeutik
memperkenalkan diri, panggil pasien dengan nama panggilan yang disukai serta
menjelaskan tujuan interaksi yaitu melatih pengendalian ansietas agar proses
penyembuhan berjalan lebih cepat. Kontrak 2 kali pertemuan latihan pengendalian
ansietas harus selalu dilakukan agar pasien mengetahui berapa kali interaksi yang
dilakukan dengan perawat. Langkah selanjutnya adalah melakukan pengkajian
ansietas seperti membantu pasien mengenal ansietas: identifikasi dan menguraikan
perasaannya mengenal penyebab ansietas, dan menyadari perilaku akibat ansietas.
Jika pasien sudah mampu untuk mengenali ansietasnya, maka langkah
selanjutnya adalah memberikan kemampuan kepada pasien untuk mengontrol
ansietasnya yaitu dengan berlatih teknik relaksasi: tarik napas dalam, distraksi, latihan
hipnosis lima jari dan kegiatan spiritual.
Smeltser & bare ( 2002 ) Menyatakan bahwa tujuan teknik relaksasi napas
dalam adalah untuk meningkatkan ventilasi alveoli, memelihara pertukaran gas ,
mencegah antelektasi paru, meningkatkan efesiensi batuk mengurangi stress baik
28
stress fisik maupun emosional yaitu menurunkan intensitas nyeri dan menurunkan
kecemasan.
D. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan dengan menggunakan teknik SOAP yang bertujuan untuk
mendapatkan hasil akhir hilangnya ansietas pada pasien sehingga pasien sudah tdiak
mengeluh terhadap Penyakitnya dan mampu mengatasinya dengan koping yang baik.
BAB IV
Seorang pasien bernama Tn. I mengalami penyakit Hipertensi dimana penyakitnya ini
membuat Tn. I merasa cemas saat penyakit tersebut kambuh. Tn. I mengeluh sering
merasakan cemas, dan tidak bisa mengambil keputusan saat penyakitnya kambuh. Tn. I
mengatakan bahwa dia sudah lama mengalami penyakit hipertensi ini, sehingga penyakitnya
ini membuat dia tidak bisa melakukan koping apa- apa untuk mengatasi penyakit yang
membuat ia cemas. Dari hasil pemeriksaan TD: 160/90 mmHg, P: 18x/ menit, ND: 76
x/menit. T: 37 C, BB: 65 Kg, TB: 160 cm.
A. Pengkajian
INFORMASI UMUM
Usia : 62 (tahun)
Suku : Tanjung
29
Tanggal Masuk :
Ruang Rawat :
Diagnosa Medis :
Riwayat Alergi :-
Diet :-
KELUHAN UTAMA
klien mengatakan tidak ada gangguan jiwa pada keluarganya. Pernah dirawat di
rumah sakit beberapa hari akibat penyakit hipertensinya kambuh. Klien mengatakan akhir
akhir ini kurang lebih satu minggu mempunyai banyak fikiran mengenai penyakitnya dan
tidur kurang teratur.
Fisik
Berat Badan : 65 Kg
Tingkat Ansietas
Tingkat Ansietas (lingkari tingkat ansietas dan chek list perilaku yang ditampilkan)
PERILAKU PERILAKU
Ramah √ Bingung
Pasif Disorientasi
30
Waspada √ Ketakutan
Kooperatif Halusinasi/delusi
Gelisah Obsesi
Tremor Hiperaktivitas
KELUARGA
Genogram
Tn. I
I
Ket:
31
: laki- laki hidup : perempuan hidup
Tipe Keluarga
Pengambilan Keputusan
Lain-lain, Sebutkan :
Jelaskan :
Jelaskan :
32
Masalah Keperawata : Tidak ada
RIWAYAT PSIKOSOSIAL
Pola Sosial
Teman/orang terdekat
Tidak ada
33
Apakah klien menggunakan obat0obatan dan alkohol untuk mengatasi masalahnya
Tidak ada
Penampilan
1. Cacat Fisik
Ada, jelaskan
√ Tidak ada, jelaskan Tidak adanya gangguan atau cedera fisik pada klien
2. Kontak Mata
3. Pakaian
Tidak Rapi, Jelaskan
Penggunaan tidak Sesuai
4. Perawatan Diri
Jelaskan : Mandi 1 sehari selama mengalami penyakit hipertensi
Masalah Keperawatan : Tidak ada
Tingkah Laku
34
Agitasi
Latergi
Sikap
Lain-lain
Pola Komunikasi
Jelas Aphasia
Koheren Perseverasi
Inkoheren Tangensial
Lainnya :
PERILAKU JELASKAN
Senang √
35
Sedih
Patah Hati
Putus Asa
Gembira
Euporia
Curiga
Lesu
Marah/Bermusuhan
Lain-lain :
Proses Pikir
PERILAKU
Jelas √
Logis √
Mudah Diikuti √
Relevan
Bingung
Bloking
Delusi
Arus Cepat
36
Asosiasi Lambat
Curiga
Persepsi
PERILAKU JELASKAN
Halusinasi
Ilusi
Depersonlisasi
Derealisasi
HALUSINASI JELASKAN
Pendengaran
Penglihatan
Perabaan
Pengecapan
Penghidu
Lain-Lain
37
Kognitif
1. Orientasi Realita
Waktu : Pasien Mampu Mengetahui waktu
2. Memori
GANGGUAN JELASKAN
Gangguan daya ingat jangka √ Pasien Mengatakan Mudah Lupa nama orang
pendek yang baru dikenal
Paramnesia, sebutkan
Hipermnesia, sebutkan
Amnesia, sebutkan
Tingkatan JELASKAN
Mudah beralih
38
Tidak mampu berhitung sederhana
YA Tidak √
Jelaskan :
Klien masih mampu mengontrol ansietas pada saat penyaki hipertensinya kambuh
39
3. Adakah pengaruh spiritual terhadap koping individu
Ada, Klien Mengatakan Lebih mensyukuri dan menerima Penyakitnya
Ada, Makan makanan yang berelmak dan Klien mengatakan Merokok ketika berkumpul
dengan teman
Baik
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ansietas b/d ancaman pada status terkini.
2. Ketidakefektifan koping b/d ketidakadekuatan kesempatan untuk bersiap terhadap
stressor.
40
C. Intervensi dan Implementasi Keperawatan
41
mempertahankan diri untuk memberi manfaat.
fokus. Berikan deskripsi detail
Tidak terganggu berespon terkait intervensi
terhadap tanda- tanda vital. relaksasi yang dipilih.
Tidak terganggu mengeja kata Mintak klien untuk
“world” dari belakang rileks dan merasakan
Tidak terganggu menghitung sensai yang terjadi.
mundur dimulai dari angka 20 Gunskan suara yang
dengan selang hitungan tiga. lembut dengan irama
yang lambat untuk
setiap kata.
Tunujkan dan
praktikan teknik
relaksasi pada klien.
42
Dilakukan secara konsisten penyakit.
menghilangkan konsep kesehatan Berikan suasana
personal sebelumnya. penerimaan.
Dilakukan secara konsisten 2. Latihan kontrol impuls
mengenali realita situasi Aktivitas- aktivitas:
kesehatan. Bantu pasien untuk
Dilakukan secara konsisten memilih tindakan yang
melaporkan harga diri yang paling
positif. menguntungkan.
Dilakukan secara konsisten Bantu pasien untuk
menyesuaikan perubahan dalam mengevaluasi hasil dari
status kesehatan. serangkaian tindakan
Dilakukan secara konsisten yang sudah dilakukan.
mengekspresikan kedamaian dari Sediakan dukungan
dalam diri. positif terhadap usaha
yang berhasil.
Dukung pasien untuk
menghadiahi diri
sendiri terkait
keberhasilan yang
dicapai.
Bantu pasien
mengidentifikasi akibat
dari suatu tindakan
serta keuntungan atau
kerugiannya.
43
pada status terkini. tenang dan meyakinkan. tidakmengalami kecemasan saat
menyatakan dengan jelas hipertensinya kambuh
harapan terhadap perilaku klien.
memberikan aktivitas penganti
O : Pasien Tampak tidak gelisah
yang bertujuan mengurangi
dan cemas
tekanan.
membantu klien
mengidentifikasi situasi yang A : Masalah Teratasi
memicu kecemasan
mengintrusikan klien untuk
P : Intervensi Dihentikan
mengunakan teknik relaksasi.
menentukan apakah ada
intervensi relaksasi dimasa lalu
yang sudah memberi manfaat.
memberikan deskripsi detail
terkait intervensi relaksasi yang
dipilih.
memintak klien untuk rileks dan
merasakan sensai yang terjadi.
menggunskan suara yang
lembut dengan irama yang
lambat untuk setiap kata.
menujukan dan mempraktikan
teknik relaksasi pada klien.
44
lebih kecil dengan langkah yang Kebinguungan saat
dapat dikelola. Berkomunikasi atau mengambil
mebantu pasien untuk keputusan
menyelsaikan masalah dengan
cara yang konstruktif.
A : Masalah Teratasi
memberikan penilaian mengenai
pemahaman pasien terhadap
proses penyakit. P : Intervensi Dihentikan
memberikan suasana penerimaan.
membantu pasien untuk memilih
tindakan yang paling
menguntungkan.
mebantu pasien untuk
mengevaluasi hasil dari
serangkaian tindakan yang sudah
dilakukan.
menyediakan dukungan positif
terhadap usaha yang berhasil.
mendukung pasien untuk
menghadiahi diri sendiri terkait
keberhasilan yang dicapai.
membantu pasien
mengidentifikasi akibat dari suatu
tindakan
45
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Reaksi umum terhadap stress adalah ansietas, satu kondisi kegelisahan mental,
keprihatinan, ketakutann, atau perasaan putus asa karena pengancaman yang akan
terjadi atau ancaman antisipasi yang tidak dapat diidentifikasi terhadap diri sendiri
atau terhadap hubungan yang bermakna. Ansietas dialami pada tingkat sadar,
setengah sadar, atau tidak sadar (Barbara, 2010).
Meski penyebab ansietas belum sepenuhnya diketahui, namun gangguan
keseimbangan neurotransmiter dalam otak dapat menimbulkan ansietas pada diri
seseorang. Faktor genetik juga faktor dapat menimbulkan gangguan ini. Ansietas
terjadi jika seseorang mengalami kesulitan menghadapi situasi, masalah dan tujuan
hidup (Videbeck, 2008).
Ansietas dapat menampilkan diri dalam berbagai tanda dan gejala fisik dan
psikologik. Tanda fisik ansietas yang sering timbul berupa tegang, gelisah, gemetar,
nyeri punggung dan kepala, sering kaget, mudah lelah, konstipasi, mual, muntah,
insomnia, sulit berkonsentrasi, pucat, berkeringat dingin, prasangka buruk, dan
berkunang- kunang, suara tidak stabil, sulit menelan, kewaspadaan yang berlebihan
serta pikiran malapetaka yang besar, ekspresi ketakutan, imobilisasi, hipertensi dan
46
penarikan diri dari masyarakat, ketidakpastian atau ketakutan yang terjadi akibat
ancaman yang nyata atau dirasakan (Stockslagr, 2008).
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Hawari, D. 2008. Menejemen Stress Cemas dan Depresi. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Mansjoer, A. 1999. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1. Jakarta: Penerbit Asculapius.
Stuart, G. W, dan Sundden, S, J. 1995. Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 3. Jakarta: EGC.
Suliswati, dkk. 2005. Konsep dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Moorhead Sue & Marion Johnson. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC). Indonesia:
Elseiver.
47
48