Anda di halaman 1dari 13

Machine Translated by Google

Jurnal Promosi dan Perilaku Kesehatan (2020), 05(01): 59-71


Riset
Program Magister Kesehatan Masyarakat Universitas Sebelas Maret

Teori Perilaku Terencana dan Teori Kognitif Sosial


tentang Pengaruh Puskesmas Tersier
Perilaku Pencegahan pada Pasien Tipe 2
Diabetes Mellitus: Analisis Bertingkat

Yudi Andriyaningtiyas1), Didik Gunawan Tamtomo2), Bhisma Murti1)

1)Program Magister Kesehatan Masyarakat Universitas Sebelas Maret


2)Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
ABSTRAK

Latar Belakang: Diabetes melitus (DM) tipe 2 CI 95%= 0,12 hingga 1,45; p= 0.019), kontrol
menyumbang 90% hingga 95% dari seluruh kasus diabetes.perilaku yang dirasakan (b= 1.16; 95% CI= 0.60
Komplikasi diabetes tipe 2 meningkatkan risiko hingga 1.72; p <0.001), banyak pengalaman (b=
kematian bagi penderitanya. Komplikasi dan 0.65; 95% CI= 0.62 hingga 1.25; p<0.001),
kematian akibat diabetes tipe 2 dapat dicegah pemodelan yang kuat (b= 1.07; 95% CI= 0.53 hingga
dengan perubahan perilaku. Penelitian ini bertujuan 1.67; p= 0.030), regulasi diri yang kuat (b= 0.87;
untuk mengetahui pengaruh puskesmas dan faktor 95% CI= 0.34 hingga 1.40; p= 0.001), dan ekspektasi
lainnya terhadap pencegahan diabetes tipe 2 tersier, hasil yang positif (b= 0.82; 95 %CI= 0,25 hingga
dengan menggunakan teori perilaku terencana dan 1,38;p = 0,004). Puskesmas mempunyai pengaruh
teori kognitif sosial. kontekstual terhadap perilaku pencegahan tersier
Subyek dan Metode: Penelitian ini merupakan pada pasien DM tipe 2 dengan ICC= 19,18%.
penelitian observasional analitik dengan desain Kesimpulan: Perilaku pencegahan tersier pada
cross sectional, yang dilakukan di 25 Puskesmas di pasien DM tipe 2 meningkat dengan adanya niat
Kabupaten Bantul, Yogyakarta, Indonesia. Sebuah sampel yang kuat, sikap positif, norma subjektif yang
dari 200 pasien DM tipe 2 dipilih melalui exha-ustive mendukung, kontrol perilaku yang dirasakan,
sampling. Variabel terikatnya adalah pencegahan pengalaman yang melimpah, pemodelan yang kuat,
tersier DM tipe 2. Variabel independen pada level 1 pengaturan diri yang kuat, dan ekspektasi hasil yang
adalah niat, sikap, norma subjektif, kontrol perilaku/ positif. Puskesmas mempunyai pengaruh kontekstual
efikasi diri, pengalaman, pemodelan, pengaturan terhadap perilaku pencegahan tersier pada pasien DM tipe 2.
diri, dan ekspektasi hasil. Puskesmas merupakan
variabel independen pada level 2. Pengumpulan Kata Kunci: perilaku pencegahan tersier, diabetes
data dilakukan dengan kuesioner dan dianalisis tipe 2, TBP, SCT, analisis bertingkat.
dengan regresi linier berganda bertingkat.
Korespondensi:
Hasil: Perilaku pencegahan tersier pada pasien DM Yudi Andriyaningtiyas. Program Magister Kesehatan
tipe 2 meningkat dengan niat kuat (b= 1.19; CI 95%= Masyarakat Universitas Sebelas Maret, Jl. Ir. Su-
0.62 hingga 1.76; p<0.001), sikap positif (b= 1.19; tami No.36A, Surakarta. Email: yudi.andriya-
CI 95%= 0.58 hingga 1.80; p<0.001 ), norma ningtiyas@gmail.com. Ponsel: +6281392704899
subjektif yang mendukung (b= 0.79;

Kutip ini sebagai:


Andriyaningtiyas Y, Tamtomo DG, Murti B (2020). Teori Perilaku Terencana dan Teori Kognitif Sosial terhadap
Pengaruh Perilaku Pencegahan Tersier Puskesmas pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2: Analisis Bertingkat.
J Kesehatan Mempromosikan Perilaku. 5(1): 59-71. https://doi.org/10.26911/thejhpb.2020.-
05.01.08
Jurnal Promosi dan Perilaku Kesehatan dilisensikan di bawah Lisensi Internasional
Creative Commons Attribution-Non Commercial-Share Alike 4.0.

LATAR BELAKANG 629 juta pada tahun 2045 (IDF, 2017). Hampir setengah
Prevalensi diabetes secara global meningkat dari 4 juta orang meninggal karena diabetes
sekitar 48%, 425 juta pada tahun 2017 menjadi usia 60 tahun, dan setengah dari penderita diabetes tidak

e-ISSN: 2549-1172 59
Machine Translated by Google

Andriyaningtiyas dkk./ Perilaku Pencegahan Tersier pada Penderita DM Tipe 2

mengetahui bahwa mereka mengidap diabetes (IDF, 2017). peningkatan di Ethiopia, dikaitkan dengan
International Diabetes Federation (IDF) Atlas peningkatan durasi penyakit, tingkat sosial ekonomi
2017 edisi ke-8 melaporkan bahwa di kawasan Pasifik yang lebih rendah, adanya komplikasi lain, dan
barat termasuk Indonesia, prevalensi diabetes penuaan.
meningkat sekitar 15% dari tahun 2017 hingga 2045 Komplikasi diabetes dapat dicegah jika
dengan total 159 juta hingga 183 juta orang. , dengan dikelola dengan baik, dengan melakukan perubahan
satu dari tiga orang dewasa menderita diabetes, dan gaya hidup, pola makan sehat, olahraga dan aktivitas
terdapat satu dari tiga kasus kematian akibat fisik lainnya. Perilaku sehat terbukti memberikan
diabetes. efek positif dalam pencegahan dan pengobatan
diabetes (Asif, 2014). Komplikasi diabetes tipe 2
Indonesia merupakan negara peringkat keenam dapat dicegah dengan melakukan modifikasi gaya
dunia setelah China, India, Amerika Serikat, Brazil, hidup dengan meningkatkan aktivitas fisik, mengurangi
dan Meksiko dengan jumlah penderita diabetes waktu duduk, berhenti merokok, menjaga indeks
berusia 20 hingga 79 tahun sekitar 10,3 juta orang, massa tubuh dan mengendalikan hipertensi, glukosa
dan diperkirakan akan meningkat menjadi 16,7 juta darah dan lipid (Alramadan et al., 2019).
pada tahun 2045, dengan perkiraan jumlah kematian
akibat diabetes pada usia 20 hingga 70 tahun adalah Perilaku kesehatan yang dilakukan oleh
114.069 orang (IDF, 2017). Organisasi Kesehatan individu bergantung pada niat yang diasumsikan.
Dunia (WHO) memperkirakan jumlah penderita Niat menjadi anteseden (cikal bakal) langsung dari
diabetes di Indonesia akan meningkat menjadi perilaku (Ajzen, 2002).
21.257.000 pada tahun 2030. Indonesia akan menjadi Niat didasarkan pada sikap terhadap perilaku, norma
negara dengan prevalensi diabetes tertinggi kedua di subjektif, dan kontrol perilaku yang dirasakan sesuai
Asia Tenggara (WHO, 2017). dengan Theory of Planned Behavior (TPB).
Prevalensi penderita diabetes di Indonesia
berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk usia Banerjee (2019) membuktikan niat perilaku
ÿ15 tahun mengalami peningkatan yaitu 1,5% pada gaya hidup sehat orang Singapura berhubungan
tahun 2013 menjadi 2,0% pada tahun 2018 positif dengan sikap, norma subjektif, norma deskriptif
(Riskesdas, 2018). Prevalensi penderita diabetes di dan kontrol perilaku, selain faktor penentu komunikasi
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) lebih tinggi interpersonal dan media massa.
dibandingkan rata-rata nasional yaitu sebesar 3,1%
pada tahun 2018, tertinggi ketiga setelah DKI Jakarta Pengendalian perilaku pada TPB bermula dari
dan Kalimantan Timur (Riskesdas, 2018). Kabupaten teori self-efisiensi yang dikemukakan oleh Bandura
Bantul mempunyai prevalensi diabetes tertinggi dari Social Cognitive Theory (SCT).
kedua berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk Determinisme timbal balik merupakan konsep sentral
usia ÿ15 tahun yaitu sebesar 3,28% (Riskesdas, dalam SCT, bahwa perilaku merupakan hasil
2018). pengaruh yang ditimbulkan dari dalam dan pengaruh
Diabetes tipe 2 menyumbang 90% hingga 95% eksternal berupa faktor lingkungan (Bandura 1986).
dari seluruh kasus diabetes (CDC, 2017). Diabetes
tipe 2 merupakan penyebab utama kematian dini, Perilaku pencegahan komplikasi diabetes tipe
sehingga perlu dilakukan pencegahan tersier yaitu 2 perlu dikelola dengan baik, termasuk pada fasilitas
pencegahan komplikasi, pencegahan kecacatan pelayanan kesehatan. Pelayanan Kesehatan
lebih lanjut dan peningkatan kualitas hidup (Perkeni, Masyarakat (Puskesmas)
2015). sebagai penyedia layanan fasilitas diharapkan mampu
Penelitian Bekele (2019) menunjukkan beban menjadi ujung tombak penatalaksanaan penyakit
diabetes dan komplikasi akibat diabetes diabetes tipe 2 dan memberikan pelayanan yang sesuai

e-ISSN: 2549-1172 60
Machine Translated by Google

Andriyaningtiyas dkk./ Perilaku Pencegahan Tersier pada Penderita DM Tipe 2

Standar WHO untuk mencegah disfungsi fisik melakukan perilaku pencegahan tersier. Data
dan penyakit fatal (Ningrum et al., 2017; Amelia, diukur dengan kuesioner. Skala pengukurannya
2018). kontinyu, namun menjelma menjadi dikotomis,
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui diberi kode 0= negatif (skor <9), 1= positif (skor
pengaruh puskesmas dan faktor lainnya terhadap ÿ9).
pencegahan diabetes tipe 2 tersier, dengan Norma subjektif merupakan persepsi tentang
menggunakan teori perilaku terencana dan teori aturan-aturan yang ada di lingkungan sosial
kognitif sosial. anggota keluarga, teman sebaya, petugas
kesehatan yang mempunyai pengaruh terhadap
SUBJEK DAN METODE keputusan pasien dalam melakukan perilaku
1. Desain Studi pencegahan tersier. Data diukur dengan
Penelitian ini merupakan penelitian observasional kuesioner. Skala pengukurannya kontinyu, namun
analitik dengan pendekatan cross sectional. menjelma menjadi dikotomis, diberi kode 0 =
Penelitian dilakukan di 25 Puskesmas di Bantul, tidak mendukung (skor <11), 1= mendukung
Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia, pada (skor ÿ11).
bulan Desember 2019 hingga Januari 2020. Perceived behavior control/self-effi-cacy
2. Populasi dan Sampel merupakan keyakinan diri bahwa pasien
Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah pasien diabetes tipe 2 mampu melakukan perilaku
diabetes tipe 2. Pengambilan sampel sebanyak 200 pencegahan tersier. Data diukur dengan
pasien DM tipe 2 dengan menggunakan exhaustive sampling. kuesioner. Skala pengukurannya kontinyu, namun
3. Variabel Studi menjelma menjadi dikotomis, diberi kode 0=
Variabel terikatnya adalah perilaku pencegahan lemah (skor <12), 1= kuat (skor ÿ12).
tersier DM tipe 2. Variabel independen pada level
1 adalah niat, sikap, norma subjektif, kontrol Pengalaman merupakan segala sesuatu yang
perilaku/efikasi diri, pengalaman, keteladanan, dimiliki (baik pengetahuan maupun keterampilan)
pengaturan diri, dan ekspektasi hasil. Variabel untuk melakukan perilaku pencegahan tersier
independen pada level 2 adalah puskesmas. pada diabetes tipe 2. Data diukur dengan
kuesioner. Skala pengukurannya bersifat kontinu,
4. Definisi Operasional Variabel namun menjelma menjadi dikotomis, diberi kode
Pencegahan tersier diabetes tipe 2 0= sedikit (skor <9), 1= banyak (skor ÿ9).
adalah upaya yang dilakukan untuk mencegah
komplikasi, mencegah komplikasi, mencegah kecacatan, Pemodelan adalah pengamatan tingkah laku
dan kematian pada pasien DM tipe 2. Data diukur terhadap model (orang lain, televisi, media massa,
dengan kuesioner. Skala pengukurannya instruksi, dan lain-lain), kemudian mengadopsi model tersebut.
kontinyu, namun menjelma menjadi dikotomis, perilaku yang diamati sesuai dengan
diberi kode 0= tidak sehat; 1= sehat. pertimbangan ransum penderita diabetes. Data
diukur dengan kuesioner. Skala pengukurannya
Niat adalah kecenderungan, rencana atau kontinyu, namun menjelma menjadi dikotomis,
pengambilan keputusan secara sadar untuk diberi kode 0= lemah (skor <7), 1= kuat (skor ÿ7).
melakukan perilaku pencegahan tersier. Data
diukur dengan kuesioner. Skala pengukurannya Pengaturan diri adalah kemampuan
kontinyu, namun menjelma menjadi dikotomis, menggunakan diri sendiri untuk mengidentifikasi
diberi kode 0= lemah (skor <11), 1= kuat (skor dan menilai perilaku sebelum mengadopsi suatu
ÿ11). perilaku. Data diukur dengan kuesioner. Skala
Sikap adalah tanggapan atau penilaian terhadap pengukurannya kontinu, tetapi diubah menjadi

e-ISSN: 2549-1172 61
Machine Translated by Google

Andriyaningtiyas dkk./ Perilaku Pencegahan Tersier pada Penderita DM Tipe 2

dikotomis, berkode 0= lemah (skor <9), 1= kuat Nilai rata-rata norma subyektif sebesar 10,91
(skor ÿ9). dengan nilai minimum 5 dan nilai maksimum 14.
Ekspektasi hasil adalah nilai-nilai yang diinginkan
oleh individu untuk suatu hasil perilaku. Data
diukur dengan kuesioner. Skala pengukurannya Nilai rata-rata persepsi pengendalian
kontinyu, namun menjelma menjadi dikotomis, perilaku sebesar 12,02 dengan nilai minimum 3
diberi kode 0= negatif (skor <7), 1= positif (skor ÿ7). dan nilai maksimum 20. Nilai rata-rata pengalaman
sebesar 8,52 dengan nilai minimum 2 dan nilai
maksimum 12. Nilai rata-rata persepsi pemodelan
Puskesmas merupakan salah satu fasilitas kesehatan sebesar 6,49, dengan nilai minimum sebesar 0
tingkat pertama yang memberikan pelayanan DM tipe 2. dan nilai maksimum sebesar
5. Analisis Data 10.
Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan Nilai rata-rata pengaturan diri sebesar 8,56
masing-masing variabel terikat dan bebas, data dengan nilai minimum 2 dan nilai maksimum 10.
diklasifikasi berdasarkan jenis datanya. Analisis Nilai rata-rata hasil yang diharapkan sebesar 7,48
bivariat dilakukan untuk mengetahui korelasi dengan nilai minimum 3 dan maksimum 10. Nilai
variabel, beda rata-rata kedua kelompok diuji rata-rata pengaturan preventif behavior sebesar
menggunakan uji t. Analisis multivariat dilakukan 16,74, dengan nilai minimum 5 dan nilai maksimum
dengan menggunakan regresi linier melalui
pendekatan analisis bertingkat. 20.
Tabel 2 menunjukkan pasien diabetes tipe
6. Etika Penelitian 2 memiliki niat lebih kuat (61,50%) dibandingkan
Etika penelitian mencakup lembar persetujuan, lemah (38,50%), sebagian besar positif (59,50%)
anonimitas, kerahasiaan, dan kelayakan etis. dibandingkan negatif (40,50%), sebagian besar
Kelayakan etik dalam penelitian ini berasal dari memiliki norma dukungan subjektif (54,50%)
Komite Etik Penelitian Kesehatan RSUD Dr. dibandingkan non- mendukung (54,50%) 45,50%).
Moewardi nomor: 1.282/XII/HREC/2019. Sebagian besar pasien diabetes tipe 2 mempunyai
kontrol perilaku yang dirasakan kuat (55,50%)
dibandingkan lemah (44,50%), sebagian besar
mempunyai HASIL yang kurang pengalaman (53%) dibandingkan banyak (47%),
sebagian besar 1. Analisis Univariat memiliki pemodelan yang kuat (69%) dibandingkan
yang lemah Tabel 1 menunjukkan deskripsi sampel (31%), sebagian besar memiliki karakteristik ekspektasi
hasil yang positif. Nilai rata-rata niat (58,50%) dibandingkan negatif (41,50%), dan tion sebesar 11,34, dengan
nilai minimal 5 dan sebagian besar mempunyai perilaku pencegahan
yang sehat (62%) nilai maksimal 14. Rata-rata sikapnya bukan tidak sehat (38%).
Tabel 1. Karakteristik sampel (data kontinyu)
Variabel (n) Berarti SD Minimal. Maks.
Maksud 200 11.34 2,70 5 14
Sikap 200 9.34 2,57 4 14
Norma subjektif 200 10.91 2,74 5 14
Persepsi kontrol perilaku 200 12.02 4,05 3 20
Pengalaman 200 8,52 2,75 2 12
Pemodelan 200 6,49 2,56 0 10
Regulasi diri 200 8,56 1,65 2 10
Harapan akan hasil 200 7,48 2,08 3 10
Perilaku preventif tersier 200 16,74 3,07 5 20

e-ISSN: 2549-1172 62
Machine Translated by Google

Andriyaningtiyas dkk./ Perilaku Pencegahan Tersier pada Penderita DM Tipe 2

Tabel 2. Karakteristik sampel (data dikotomis)


Karakteristik Kriteria Lemah (<11) N Persentase (%)
Niat Kuat 77 38.50
(ÿ11) 123 61.50
Sikap Negatif (<9) 81 40.50
Positif (ÿ9) 119 59.50
Norma subjektif Tidak mendukung (<11) 91 45.50
Pendukung (ÿ11) 109 54.50
Kontrol perilaku yang dirasakan Lemah (<12) 89 44.50
Kuat (ÿ12) 111 55.50
Pengalaman Sedikit (<9) 106 53.00
Banyak (ÿ9) 95 47.00
Pemodelan Lemah (<7) 62 31.00
Kuat (ÿ7) 138 69.00
Regulasi diri Lemah (<9) 97 48.50
Kuat (ÿ9) 103 51.50
Harapan akan hasil Negatif (<7) 83 41.50
Positif (ÿ7) 117 58.50
Perilaku pencegahan tersier Tidak Sehat 76 38.00
Sehat 124 62.00

2. Analisis Bivariat kontrol perilaku yang diterima (rata-rata= 18.27)


Analisis bivariat digunakan untuk menguji pengaruh memiliki perilaku pencegahan tersier yang lebih tinggi
antara variabel independen (niat, sikap, norma dibandingkan mereka yang memiliki kontrol perilaku
subjektif, persepsi kontrol perilaku, pengalaman, yang dirasakan lemah (rata-rata= 14.82), dan secara
pemodelan, pengaturan diri, dan ekspektasi hasil), statistik signifikan (p <0.001).
variabel dependen (tipe 2). perilaku pencegahan Penderita DM tipe 2 yang mempunyai banyak
tersier diabetes). pengalaman (mean = 18.52) memiliki perilaku
pencegahan tersier yang lebih tinggi dibandingkan
Tabel 3 menunjukkan pasien diabetes tipe 2 pasien yang kurang pengalaman (mean= 15.15), dan
dengan niat kuat terhadap perilaku pencegahan (mean secara statistik signifikan (p <0.001).
= 18.02) memiliki perilaku pencegahan tersier lebih Pasien DM tipe 2 dengan pemodelan kuat
tinggi dibandingkan dengan niat lemah (mean= 14.68), (rata-rata= 17.57) memiliki perilaku pencegahan
dan secara statistik signifikan (p <0.001). tersier yang lebih tinggi dibandingkan pasien dengan
pemodelan lemah (rata-rata= 14.87), dan secara
Pasien DM tipe 2 yang mempunyai sikap statistik signifikan (p <0.001).
positif terhadap perilaku preventif (mean= 18.24) Pasien DM tipe 2 dengan regulasi diri yang
mempunyai perilaku preventif tersier yang lebih tinggi kuat (rata-rata= 18.02) memiliki perilaku pencegahan
dibandingkan dengan sikap negatif (mean= 14.53), tersier yang lebih tinggi dibandingkan pasien dengan
dan secara statistik signifikan (p<0.001). regulasi diri yang lemah (rata-rata= 15.37), dan secara
statistik signifikan (p<0.001).
Pasien DM tipe 2 dengan norma subjektif Pasien DM tipe 2 dengan ekspektasi hasil
suportif (mean= 18.40) memiliki perilaku pencegahan positif (rata-rata= 18.01) memiliki perilaku pencegahan
tersier lebih tinggi dibandingkan pasien dengan norma tersier yang lebih tinggi dibandingkan pasien dengan
subjektif tidak suportif (mean= 14.74), dan secara ekspektasi hasil negatif (rata-rata= 14.94), dan secara
statistik signifikan (p <0.001). statistik signifikan (p <0.001).
Pasien DM tipe 2 dengan per-

e-ISSN: 2549-1172 63
Machine Translated by Google

Andriyaningtiyas dkk./ Perilaku Pencegahan Tersier pada Penderita DM Tipe 2

Tabel 3. Analisis bivariat perbedaan skor rata-rata perilaku pencegahan tersier diabetes tipe 2 2
antara kedua kelompok (analisis dengan uji t)
Variabel Independen Rerata Niat 14,68 N P
Lemah 77
Kuat 123 18.02 <0,001
Sikap Negatif 81 14.53
Positif 119 18.24 <0,001

Norma subjektif Tidak mendukung 91 14.74


Mendukung 109 18.40 <0,001
Kontrol perilaku yang dirasakan Lemah 89 14.82
Kuat 111 18.27 <0,001

Pengalaman Kecil 106 15.15


Banyak 94 18.52 <0,001

Pemodelan Lemah 62 14.87


Kuat 138 17.57 <0,001

Regulasi diri Lemah 97 15.37


Kuat 103 18.02 <0,001

Harapan hasil Negatif 83 14.94


Positif 117 18.01 <0,001

3. Analisis Bertingkat unit lebih tinggi dibandingkan mereka yang memiliki kontrol
Tabel 4 menunjukkan terdapat pengaruh positif perilaku yang dirasakan lemah (b= 1.16; CI 95%= 0.60
niat terhadap perilaku pencegahan tersier. hingga 1.72; p< 0.001).
Pasien diabetes dengan niat kuat memiliki logodd Terdapat pengaruh positif pengalaman
terhadap pencegahan perilaku sehat tersier 1.19 terhadap perilaku pencegahan tersier. Pasien
unit lebih tinggi dibandingkan pasien dengan niat diabetes dengan pengalaman luas memiliki log-
lemah (b= 1.19; CI 95%= 0.62 hingga odd terhadap perilaku pencegahan tersier sehat
1,76; p< 0,001). 0.65 unit lebih tinggi dibandingkan pasien dengan
Terdapat pengaruh positif sikap terhadap pengalaman kurang (b= 0.65; CI 95%= 0.62 hingga 1.25; p<
perilaku pencegahan tersier. Pasien diabetes 0,001).
dengan sikap positif memiliki logodd terhadap Terdapat pengaruh positif modeling terhadap
perilaku pencegahan tersier sehat 1.19 unit lebih perilaku preventif tersier. Pasien diabetes dengan
tinggi dibandingkan dengan sikap negatif (b= 1.19; strong modeling mempunyai logodd terhadap
CI 95%= 0.58 hingga 1.80; p<0.001). perilaku preventif tersier sehat 1.07 unit lebih
tinggi dibandingkan dengan strong modeling (b=
Terdapat pengaruh positif norma subjektif 1.07; 95% CI = 0.53 hingga 1.67; p= 0.030).
terhadap perilaku preventif tersier. Pasien Terdapat pengaruh positif self-regulation
diabetes dengan norma subjektif suportif memiliki terhadap perilaku pencegahan tersier. Pasien
logodd terhadap perilaku pencegahan tersier diabetes dengan regulasi diri yang kuat memiliki
sehat 0.79 unit lebih tinggi dibandingkan pasien logodd terhadap perilaku preventif perilaku sehat
dengan norma subjektif tidak suportif (b= 0.79; CI 0.87 unit lebih tinggi dibandingkan pasien dengan
95%= 0.12 hingga 1.45; p= 0.019). regulasi diri lemah (b= 0.87; CI 95%= 0.34 hingga
Terdapat pengaruh positif persepsi kontrol 1.40; p= 0.001).
perilaku terhadap perilaku pencegahan tersier. Terdapat pengaruh positif ekspektasi hasil
Pasien diabetes dengan persepsi kontrol perilaku terhadap perilaku pencegahan tersier.
yang kuat mempunyai logodd terhadap perilaku Pasien diabetes dengan harapan hasil positif
pencegahan tersier yang sehat 1.16 telah logodd ke pengobatan tersier yang sehat.

e-ISSN: 2549-1172 64
Machine Translated by Google

Andriyaningtiyas dkk./ Perilaku Pencegahan Tersier pada Penderita DM Tipe 2

perilaku ventif 0.82 unit lebih tinggi dibandingkan tingkat mas. Angka ini lebih besar dari standar rule
dengan ekspektasi hasil negatif (b= 0.82; CI 95%= of thumb yang sebesar 8-10%, sehingga pengaruh
0.25 hingga 1.38; p= 0.004). kontekstual yang ditunjukkan dari analisis multilevel
Nilai ICC = 19,18% artinya terdapat pengaruh sangat penting untuk diperhatikan. Tabel 5 juga
kontekstual puskesmas terhadap perilaku pencegahan menunjukkan hasil uji LR vs regresi linier p <0,001,
diabetes tipe 2 tersier. hal ini berarti model multi level berbeda signifikan
Indikator tersebut menunjukkan bahwa sebanyak secara statistik dengan model regresi linier.
19,18% variasi pencegahan diabetes tipe 2
ditentukan oleh variabel yang ada di puskesmas.
Tabel 4. Analisis regresi linier berganda bertingkat pengaruh kontekstual puskesmas dan faktor lain
terhadap perilaku pencegahan tersier pada diabetes tipe 2
95% CI
Koefisien
Variabel bebas SE Bawah Atas P
(B)
Membatasi Membatasi

Niat Efek Tetap


(kuat) 1,19 0,29 0,62 1,76 <0,001

Sikap (positif) 1,19 0,31 0,58 1,80 <0,001

Norma Subjektif (pendukung) 0,79 0,34 0,12 1,45 0,019


Kontrol perilaku yang dirasakan/ 1,16 0,28 0,60 1,72 <0,001

kemanjuran diri (kuat)


Pengalaman (banyak) 0,65 0,30 0,62 1,25 <0,001

Pemodelan (kuat) 1,07 0,28 0,53 1,67 0,030


Pengaturan mandiri (kuat) 0,87 0,27 0,34 1,40 0,001

Ekspektasi hasil (positif) 0,82 0,29 0,25 1,38 0,004


Efek acak
Pusat kesehatan masyarakat 12.24 0,31 11.62 12.86
Konstanta 0,61 0,27 0,26 1.45
n observasi = 200
n puskesmas = 25
Kemungkinan log = -391.12
Uji LR vs regresi linier, p<0,001
ICC = 19,18%

DISKUSI pasien diabetes. Semakin kuat niat untuk melakukan


1. Pengaruh niat terhadap perilaku pencegahan aktivitas fisik, maka semakin besar kemungkinannya
tersier diabetes tipe 2 untuk melakukan perilaku. Pasien yang berniat
Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh melakukan aktivitas fisik, lebih mungkin melakukannya
yang signifikan antara niat mencegah perilaku secara efektif.
diabetes tipe 2 tersier. Pasien diabetes yang Sebuah studi oleh Bauer dkk. (2019) yang
memiliki niat kuat untuk meningkatkan perilaku dilakukan dengan menggunakan analisis jalur
pencegahan tersier sebanyak 1,19 unit dibandingkan menunjukkan keyakinan perilaku, keyakinan normatif,
pasien yang memiliki niat lemah. dan keyakinan kontrol merupakan prediksi perilaku
Sebuah studi oleh Ferreira dan Pereira (2017) niat makan makanan sehat, niat merupakan prediktor
menunjukkan bahwa dalam TPB terwujudnya suatu yang kuat dan signifikan terhadap perilaku asupan
perilaku ditentukan terlebih dahulu oleh niat. makanan pada pasien diabetes tipe 2. Niatnya pemula
Niat melakukan aktivitas fisik pada pasien diabetes tepat sebelum perilaku tersebut terjadi, maka
merupakan satu-satunya prediktor kepatuhan semakin kuat niat maka semakin besar kemungkinan
terhadap aktivitas fisik tipe 2 terjadinya perilaku tersebut. Damayanti (2018)

e-ISSN: 2549-1172 65
Machine Translated by Google

Andriyaningtiyas dkk./ Perilaku Pencegahan Tersier pada Penderita DM Tipe 2

melaporkan bahwa niat kuat berpengaruh positif dan peningkatan perilaku pencegahan tersier 0,79 unit lebih tinggi
langsung terhadap pengelolaan perawatan diri pasien dibandingkan dengan perilaku pencegahan tersier yang tidak
diabetes tipe 2. mendukung norma subjektif.
2. Pengaruh sikap terhadap perilaku pencegahan Wongrith (2019) menyebutkan bahwa sebagian
tersier diabetes tipe 2 besar pasien memiliki norma subjektif yang
Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan mendukung dan bersikap positif terhadap perilaku
yang signifikan antara sikap terhadap pencegahan makan sehat, olah raga yang baik, dan kepatuhan
diabetes tersier tipe 2. Pasien diabetes dengan sikap pengobatan, sehingga menghasilkan persepsi yang
positif meningkatkan perilaku pencegahan tersier kuat sehingga memungkinkan mereka memiliki niat
dibandingkan dengan sikap negatif. yang kuat untuk melakukan perilaku. Norma subyektif
dan kontrol yang dirasakan berhubungan erat
Sikap merupakan salah satu variabel yang dengan niat berperilaku dan perilaku perawatan diri
mempengaruhi niat, sikap terhadap perilaku menjadi pada pasien diabetes tipe 2.
salah satu faktor penentu kuat lemahnya niat
berperilaku. Sikap positif terhadap perilaku akan Kepedulian anggota keluarga mendukung
meningkatkan niat untuk berperilaku dan mewujudkan prediksi yang kuat dengan kontrol perilaku bagi
perilaku tersebut. pasien untuk melakukan perilaku perawatan diri
Sebaliknya, sikap negatif terhadap perilaku akan (variabel ini menyumbang 30% dari varian umum).
menurunkan niat untuk berperilaku dan mewujudkan Penting bagi penyedia layanan kesehatan untuk
perilaku tersebut. menilai sumber dukungan sosial dan mengintegrasikan
Sebuah studi oleh Jannuzzi dkk. (2019) hasil penilaian tersebut untuk memastikan
menunjukkan sikap dan norma subjektif secara pemberdayaan pasien selama pendidikan diabetes
bersama-sama menjelaskan 30% variabilitas niat. (Wongrith, 2019).
Niat ditentukan oleh sikap dan norma subjektif dalam Dukungan keluarga dan kepercayaan dokter
perilaku terkait kepatuhan minum obat antidiabetik, mempunyai pengaruh besar terhadap penerimaan
sehingga perlu disertakan strategi motivasi dan dan kinerja manajemen perawatan diri diabetes
strategi terarah untuk memperkuat sikap dan norma (DSCM) dan sangat penting untuk perbaikan lebih
subjektif ketika merancang suatu intervensi. lanjut. Pengaruh norma subjektif yang mendukung
peningkatan perilaku termasuk pencegahan diabetes
Ferreira dan Pereira (2017) diperkuat tipe 2 tersier (Wongrith, 2019).
pengaruh sikap terhadap perilaku melalui niat. Hal ini
menunjukkan bahwa selain kontrol perilaku yang Banerjee dan Ho (2019) dalam penerapan
dirasakan, sikap positif mempengaruhi kuatnya niat TPB menunjukkan bahwa selain niat dan sikap,
untuk melakukan aktivitas fisik, pentingnya norma subjektif juga terbukti berpengaruh positif
menekankan sikap dan kontrol yang dirasakan terhadap perilaku sehat. Norma subjektif
terhadap niat untuk melakukan aktivitas fisik pada mempengaruhi niat berperilaku, selain sikap
pasien diabetes tipe 2. berperilaku. Norma subjektif menggambarkan tekanan
sosial atau dukungan sosial yang dirasakan individu
3. Pengaruh norma subjektif terhadap perilaku ketika melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku.
pencegahan tersier diabetes tipe 2 Masyarakat dapat menentang atau melarang, atau
sebaliknya mendukung, menyetujui atau menyetujui
Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh yang suatu perilaku. Bersama dengan sikap
signifikan antara norma subjektif terhadap perilaku Terhadap perilaku, norma subjektif mempengaruhi
pencegahan tersier diabetes tipe 2. Penderita niat berperilaku, dan selanjutnya mempengaruhi
diabetes dengan norma subjektif yang mendukung seseorang untuk mewujudkan perilaku tersebut.

e-ISSN: 2549-1172 66
Machine Translated by Google

Andriyaningtiyas dkk./ Perilaku Pencegahan Tersier pada Penderita DM Tipe 2

4. Pengaruh perilaku yang dirasakan 5. Pengaruh pengalaman terhadap perilaku


kontrol/efikasi diri terhadap perilaku pencegahan pencegahan tersier diabetes tipe 2
diabetes tipe 2 tersier
Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh yang Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh yang
signifikan antara persepsi kontrol perilaku/ signifikan antara pengalaman terhadap perilaku
efikasi diri pada perilaku pencegahan tersier untuk pencegahan tersier diabetes tipe 2. Pasien diabetes
diabetes tipe 2. Pasien diabetes yang persepsi kontrol yang lebih banyak mengalami peningkatan perilaku
perilakunya kuat meningkatkan perilaku pencegahan pencegahan tersier dibandingkan pasien yang kurang
tersier sebesar 1,16 unit dibandingkan dengan pasien berpengalaman.
diabetes yang persepsi kontrol perilakunya lemah. SCT memperhitungkan pengalaman seseorang
Kontrol perilaku yang dirasakan dapat bertindak di masa lalu, yang menentukan apakah suatu perilaku
sebagai pengubah efek dalam hubungan antara niat akan benar-benar terwujud. Pengalaman masa lalu
dan perilaku. Dampak niat terhadap perilaku bisa berperan dalam memperkuat, membentuk harapan
lebih kuat jika kontrol perilaku yang dirasakan kuat. dan memberikan nilai-nilai harapan yang akan
Niat berperilaku yang relatif lemah dapat terwujud menentukan apakah seseorang akan mulai melakukan
dalam perilaku jika individu mempunyai persepsi atau terus melakukan suatu perilaku tertentu atau
kontrol perilaku yang kuat, yaitu melihat bahwa perilaku tidak, serta memberikan alasan yang mendasari
tersebut mudah dilakukan dan memiliki keterampilan mengapa tindakan tersebut dilakukan. seseorang melakukan perilaku
yang diperlukan untuk melakukan perilaku tersebut. Hal ini sesuai dengan penelitian dari Peto-sa’s dan
Sebaliknya, niat yang relatif kuat untuk berperilaku Silfee (2016), bahwa pengalaman dapat digunakan
mungkin tidak terwujud dalam suatu perilaku jika dalam meningkatkan keterampilan pengaturan diri
individu memandang perilaku tersebut sulit dan tidak untuk mendukung kepatuhan aktivitas fisik pada pasien
memiliki keterampilan yang diperlukan untuk melakukan diabetes tipe 2 dengan obesitas.
perilaku tersebut. Pengalaman positif seorang penderita diabetes
dapat memotivasi dirinya untuk berperilaku sehat.
Seaborn dkk. (2016) menunjukkan bahwa Palareti dkk. (2016) menyebutkan bahwa pengobatan
kontrol perilaku yang dirasakan merupakan prediktor diet sangat rendah energi selama 8 minggu pada
kuat terhadap kemungkinan penerapan perilaku pasien diabetes tipe 2 dengan hasil penurunan berat
pencegahan diabetes tipe 2. Dilekler dkk. (2019) badan, kadar gula darah yang terkontrol dengan baik
menyatakan pentingnya perilaku yang dirasakan dan peningkatan kesehatan jangka panjang
pengendalian kepatuhan pemantauan glukosa darah, memberikan motivasi dan menjadikan pengalaman itu
pola makan sehat, olah raga, dan minum obat, sendiri. -Kontrol dengan pola makan yang benar
sehingga perilaku yang dirasakan menjadi salah satu perilaku yang harus dilakukan oleh
kontrol penting ketika mempertimbangkan intervensi penderita diabetes tipe 2.
untuk pasien diabetes tipe 2. Pengalaman menderita diabetes dapat
Wongrith (2019) menyatakan bahwa kontrol menimbulkan trauma, hal ini dipengaruhi oleh tingkat
perilaku yang dirasakan merupakan faktor terpenting keparahan penyakit, tingkat pendidikan, dukungan
yang memprediksi niat dan perilaku manajemen sosial yang dirasakan, fokus pengobatan pada
perawatan diri, diperkuat oleh Menti dkk. (2019) masalah dan kurangnya perhatian pasien secara
menunjukkan efikasi diri dalam SCT paling efektif emosional. atau secara psikologis selama perawatan.
dalam memengaruhi perubahan perilaku dalam hal Untuk mengatasi trauma tersebut
meningkatkan kepatuhan pengobatan, diet, dan latihan pengalaman matic, diperlukan intervensi oleh
fisik bagi penderita diabetes tipe 2 bila dikombinasikan memperhatikan dukungan sosial, strategi coping
dengan praktik penetapan tujuan. adaptif dan emosional, berdasarkan pengalaman yang
diperoleh dapat bersifat positif dan tidak traumatis.

e-ISSN: 2549-1172 67
Machine Translated by Google

Andriyaningtiyas dkk./ Perilaku Pencegahan Tersier pada Penderita DM Tipe 2

matic untuk mengubah perilaku sehat penderita pengaruh antara regulasi diri terhadap perilaku
diabetes tipe 2 (Dirik dan GocekYo-rulmaz, 2018). pencegahan tersier diabetes tipe 2. Pasien diabetes
dengan regulasi diri kuat meningkatkan perilaku
6. Pengaruh modeling terhadap perilaku pencegahan pencegahan tersier dibandingkan pasien diabetes
tersier diabetes tipe 2 dengan regulasi diri lemah.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh yang Ghoreishi dkk. (2019) menunjukkan bahwa
signifikan antara modeling terhadap perilaku regulasi diri merupakan determinan dalam perawatan
pencegahan tersier diabetes tipe 2. mandiri pasien diabetes, dan signifikan secara statistik
Salah satu konstruksi dalam SCT adalah (p<0,001). Nazari dkk. (2019) menunjukkan regulasi diri
pembelajaran observasional, mengacu pada gagasan sebagai prediktor langsung aktivitas fisik pada pasien
bahwa seseorang dengan penyakit kronis dapat wanita diabetes tipe 2.
mengamati dan mempelajari perilaku orang lain yang
tinggal di komunitas yang sama, dan kemudian individu Castonguay dkk. (2018) menunjukkan pentingnya
dengan penyakit kronis dapat mereproduksi tindakan pengaturan diri terhadap kepatuhan berperilaku aktivitas
tersebut. Hal ini sering disebut pemodelan perilaku. Jika penderitafisik
diabetes
pada pasien diabetes tipe 2. Pengaturan diri
melihat model yang baik dari suatu perilaku tertentu, terhadap perilaku adalah proses individu menggunakan
maka ia akan memutuskan untuk meniru perilaku pikiran dan tindakannya sendiri untuk mencapai suatu
tersebut (Thojampa dan Sarnkhaowkhom, 2019). tujuan, dalam pengaturan diri seseorang mengidentifikasi
Esmaeily dkk. (2014) juga menunjukkan salah tujuan, mengambil strategi, dan mempertahankan
satu determinan aktivitas fisik pada wanita penderita strategi untuk mencapai tujuan. Tanpa pengaturan diri,
diabetes tipe 2 adalah modeling, dimana modeling individu tidak mampu mempertahankan perilakunya jika
mempunyai pengaruh terhadap aktivitas fisik namun tidak diperkuat
secara tidak langsung. Pemodelan yang efektif (melalui
observasi) adalah sumber untuk membangun efikasi diri 8. Pengaruh ekspektasi hasil terhadap perilaku
dan ekspektasi hasil. pencegahan tersier diabetes tipe 2
SCT menyatakan bahwa ketika seseorang mengamati

menyajikan suatu model yang melakukan suatu perilaku Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh yang
dan akibat dari perilaku tersebut, kemudian individu signifikan antara ekspektasi hasil terhadap perilaku
akan mengingat rangkaian kejadian dan kemudian pencegahan tersier diabetes tipe 2.
menggunakan informasi tersebut untuk memandu Borhaninejad dkk. (2017) menunjukkan bahwa
perilaku baru yang akan dilakukannya. Mengamati suatu ekspektasi hasil juga merupakan prediktor kuat dalam
model juga dapat mendorong individu untuk melakukan mengidentifikasi perilaku perawatan diri pasien diabetes
perilaku yang telah dipelajari sebelumnya (Bandura, secara benar dan holistik, sehingga membantu mengelola
1986; Boston School of Public Health, 2018). diabetes dan mengurangi komplikasi.

SCT mempelajari proses perolehan pengetahuan Ghoreishi dkk. (2019) juga membuktikan bahwa
atau pembelajaran yang berkorelasi langsung dengan ekspektasi hasil juga merupakan salah satu penentu
observasi model. Pemodelan yang efektif mengajarkan perawatan mandiri pasien diabetes, dan signifikan
aturan-aturan umum atau strategi untuk menghadapi secara statistik (p<0,001). Harapan terhadap hasil
situasi yang berbeda (Ban-dura, 1988). memiliki peran penting dalam pengembangan inklusi
penjelasan kognitif atas terjadinya perilaku di SCT.
7. Pengaruh regulasi diri terhadap perilaku Hasil yang diharapkan adalah nilai-nilai yang diberikan
pencegahan tersier diabetes tipe 2 oleh individu terhadap konsekuensi yang diantisipasi
dari suatu perilaku. Harapan-
Hasilnya menunjukkan ada peningkatan yang signifikan

e-ISSN: 2549-1172 68
Machine Translated by Google

Andriyaningtiyas dkk./ Perilaku Pencegahan Tersier pada Penderita DM Tipe 2

Harapan akan hasil positif akan meningkatkan Psikol, 32(4): 665–683. doi: 10.1111/-
perilaku, dan sebaliknya ekspektasi terhadap hasil j.1559-1816.2002.tb00236.x.
negatif akan menurunkan perilaku. Alramadan MJ, Magliano DJ, Alhamrani HA,
9. Pengaruh puskesmas kontekstual terhadap Alramadan AJ, Alameer SM, Amin GM,
perilaku pencegahan tersier diabetes tipe 2 Alkharras WA, dkk (2019). Faktor gaya hidup
dan komplikasi makro dan mikrovaskular
Hasil penelitian menunjukkan ICC = 19,8% yang pada penderita diabetes tipe 2 di Arab Saudi.
berarti terdapat pengaruh kontekstual puskesmas Sindr Metab Diabetes,13(1): 484491.doi:
terhadap perilaku pencegahan diabetes tipe 2 10.10-
tersier. Variasi pencegahan diabetes tipe 2 16/j.dsx.2018.11.007.
ditentukan pada tingkat individu dan tingkat Amelia R, Lelo A, Lindarto D, Mutiara E (2018).
kontekstual puskesmas. Uji LR vs regresi linier Kualitas hidup dan profil glikemik pasien
menunjukkan nilai p<0,001 yang berarti model diabetes melitus tipe 2 di Indonesia: Studi
multi level berbeda signifikan secara statistik deskriptif.
dengan model linier biasa. Iktromi, 125(1): 0–5. doi: 10.1088/17-
55-1315/125/1/012171.
Asif M (2014). Pencegahan dan pengendalian
KONTRIBUSI PENULIS diabetes tipe 2 dengan mengubah gaya
Yudi Andriyaningtiyas sebagai peneliti utama hidup dan pola makan. JEHP, 3:1-8. doi:
mengembangkan kerangka konseptual, 10.4103/2277-9531.127541.
mengumpulkan data, menganalisis data, dan Bandura A (1986). Landasan sosial pemikiran dan
menulis makalah. Didik Gunawan Tamtomo tindakan: teori kognitif sosial. Englewood
membimbing secara kontekstual dalam diskusi. Cliffs, NJ: Prentice-Hall.
Bhisma Murti memandu penyusunan kerangka
konseptual, melakukan analisis data, dan Bandura A (1988). penerapan organisasi teori
menafsirkan hasil analisis data. kognitif sosial. Aust J Ma-nag 13 (2): 275–
302. doi:10.1177/0312-
KONFLIK KEPENTINGAN 89628801300210.
Tidak ada konflik kepentingan dalam penelitian ini. Banerjee S, Ho SS (2019). Menerapkan teori
perilaku terencana: Menelaah bagaimana
PENDANAAN DAN SPONSOR
komunikasi, sikap, norma sosial, dan kontrol
Penelitian ini didanai oleh Dana Peningkatan
perilaku yang dirasakan berhubungan
Kualitas Sumber Daya Manusia Kementerian
dengan niat gaya hidup sehat di Singapura.
Kesehatan RI.
Manajer Kesehatan Int J, 1–8. doi:
PENGAKUAN 10.1080/20479700.2019.1605687.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada 25 Bekele BB (2019). Prevalensi komplikasi makro
kepala puskesmas di Kabupaten Bantul Daerah dan mikrovaskuler DM pada pasien di
Istimewa Yogyakarta yang telah memberikan izin Ethiopia 1990e2017: Tinjauan sistematis.
pendataan. Terima kasih kepada semua pihak yang Sindrom Metab Diabetes, 13(1): 672–677.
terlibat dalam pengumpulan data dalam penelitian ini. doi: 10.1016/-
j.dsx.2018.11.046.
REFERENSI Borhaninejad V, Tahami AN, Yousefzadeh G, Shati
Ajzen I (2002). Kontrol perilaku yang dirasakan, M, Iranpour A, Fadayevatan R (2017).
efikasi diri, locus of control, dan teori perilaku Prediktor perawatan diri pada lansia dengan
terencana. J ApplSoc diabetes tipe 2: menggunakan

e-ISSN: 2549-1172 69
Machine Translated by Google

Andriyaningtiyas dkk./ Perilaku Pencegahan Tersier pada Penderita DM Tipe 2

teori kognitif resmi. Diabetes dan sindrom 14(4): 296–302.


metabolik: penelitian dan ulasan klinis. Ferreira G, Pereira MG (2017). Aktivitas fisik:
Sindr Metab Diabetes, 11(3): 163–166. Pentingnya teori perilaku terencana yang
doi: 10.1016/j.dsx.2016.08.- diperluas, pada pasien diabetes tipe 2. J
017. Kesehatan Psikolog,
Boston School of Public Health (2018): Teori 22(10): 1312–1321. doi: 10.1177/135-
kognitif sosial. Diterima dari 9105315626787.
http://sphweb.bumc.bu.edu/otlt/MPM Ghoreishi MS, Shahroodi MV, Jafari A, Tehranid
odules/SB/Teori Perubahan Perilaku- H (2019). Perilaku perawatan diri pada
/BehavioralChangeTheories5.html. pasien diabetes tipe 2: Intervensi
Castonguay A, Miquelon P dan Boudreau F. pendidikan berdasarkan teori kognitif
(2018). Sumber daya pengaturan diri dan sosial. Sindrom Metab Diabetes,-
partisipasi aktivitas fisik di antara orang 13(3): 2049–2056. doi: 10.1016/j.dsx.-
dewasa dengan diabetes tipe 2. HPO, 5(1). 2019.04.045.
doi: 10.1177/2055102917750331. IDF (2017). Rekomendasi praktik klinis IDF yang
CDC (2017). Laporan statistik diabetes nasional baru untuk mengelola diabetes tipe 2 di
tahun 2017, perkiraan diabetes dan layanan primer. Praktek Diabetes Res Clin,
bebannya di Amerika Serikat. Diperoleh 132: 169–170. doi: 10.1016/j.dia-
dari https://www.cdc.gov/diabetes/- bres.2017.09.002.
pdf/data/statistik/diabetes-nasional-- IDF (2017). Atlas diabetes IDF, edisi kedelapan
statistik-laporan.pdf. 2017. Brussels: Federasi Diabetes
Damayanti A, Tamtomo D, Indarto D (2018). Internasional. Diperoleh dari http-s://
Teori penerapan perilaku terencana www.idf.org/our-activities/advoca-cy-
terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi awareness/resources-and-tools/134-
manajemen perawatan diri pada pasien idf-diabetes-atlas-8th-edition.html.
diabetes melitus tipe 2. Perilaku Promosi Jannuzzi FF, Cornelio ME, Sao-Joao TM, Gallani
JHealth, 3(2): 139–145. doi: 10.26911/thejhpb.2018.- MC, Godin G, Rodrigues RCM
03.02.08. (2019). Penentu psikososial kepatuhan
Dilekler I, Dogulu C dan Bozo O. (2019). Sebuah terhadap obat antidiabetes oral di antara
ujian teori perilaku terencana dalam penderita diabetes tipe 2.
kepatuhan diabetes tipe II: Peran utama J Klinik Nurs. doi: 10.1111/jocn.15149.
dari kontrol perilaku yang dirasakan. Menti D, Limbert C, Lyrakos, G (2019).
Psikologi Saat Ini. doi: 10.1007/s12- Menyelidiki efektivitas intervensi berbasis
144-019-00309-7. teori untuk meningkatkan kepatuhan
Dirik G, Gocek YE. (2018). Sisi positif penyakit pengobatan pasien Diabetes Mellitus tipe
ini: Pertumbuhan pasca trauma pada orang 2: Tinjauan sistematis terhadap uji klinis
dewasa dengan diabetes tipe 2. Transl Be- terkontrol secara acak. J Ilmu Pengetahuan
hav Med, 44(1): 1–10. doi: 10.1080/0- Sosial Kesehatan. doi: 10.19204/2019/
8964289.2016.1173635. nvst9.
Esmaeily H, Peyman N, Taghipour A, Kho- Murti B (2018). Teori promosi dan perilaku
rashadizadeh F, Mahdizadeh M (2014). kesehatan (Teori promosi dan perilaku
Model persamaan struktural untuk kesehatan). Colomadu, Karang-anyar,
memprediksi determinan sosial-kognitif Jawa Tengah: Bintang Fajar Off-
terkait aktivitas fisik pada wanita Iran mengatur.

dengan diabetes melitus. JRHS, Nazari LN, Javazdzade H, Tahmasebi R,

e-ISSN: 2549-1172 70
Machine Translated by Google

Andriyaningtiyas dkk./ Perilaku Pencegahan Tersier pada Penderita DM Tipe 2

Reisi M (2019). Prediktor pengeluaran di antara orang dewasa yang kelebihan berat
energi terkait aktivitas fisik di kalangan badan dan obesitas dengan diabetes mellitus tipe
wanita paruh baya yang kelebihan berat 2. Am J Pendidikan Kesehatan, 47(6): 379–384. doi: 10.-
badan dan obesitas di Iran selatan: 1080/19325037.2016.1219284
Penerapan teori kognitif sosial. Obes Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2018).
Med Elsevier, 14: 100078. doi: 10.1016- Badan penelitian dan pengembangan
/j.obmed.2019.01.002. kesehatan kementerian RI (Badan
Ningrum VDA, Ikawati Z, Sadewa AH, Ikhsan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
MR (2018). Pengendalian glikemik dan Kementerian Kesehatan RI). Diambil dari
prevalensi penyakit ginjal kronik pada https://www.depkes.go.id/reso-urces/
pasien diabetes melitus tipe 2 di download/info-terkini/hasil-ris-
Puskesmas Provinsi DIY 2015. IJCP, kesdas-2018.pdf.
6(2): 78–90. doi: 10.15416/ijcp.2017.6.2.78. Seaborn C, Suther S, Lee T, Kiros GE, Becker
A, Campbell E, Robinson JC (2016).
Palareti G, Legnanai C, Antonucci E, Erba N, Memanfaatkan genomik melalui riwayat
Poli D, Testa S, dkk (2016). Perbandingan kesehatan keluarga dengan teori perilaku
antara nilai batas Dimer yang berbeda terencana: Prediksi faktor risiko diabetes
untuk menilai risiko individu tromboemboli tipe 2 dan perilaku pencegahan pada
vena berulang: Analisis hasil yang Populasi Afrika Amerika di Florida.
diperoleh dalam studi Dul-cis. Hematol Genomik Kesehatan Masyarakat,
Lab Int J, 38(1): 42– 19(2): 69–80. doi: 10.1159/000443471.
49. doi : 10.1111/ijlh.12426. Thojampa S, Sarnkhaowkhom, C. (2019).
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Per- Teori Kognitif Sosial dengan Diabetes:
keni) (2015). Konsensus pengelolaan Diskusi. Ilmu Peduli Int J,
dan pencegahan diabetes melitus tipe 2 12(2): 2. Diperoleh dari www.internati-
di Indonesia 2015 (Konsensus pengelolaan onaljournalofcaringsciences.org.
dan pencegahan diabetes melitus tipe 2 SIAPA (2017). Data negara dan regional
di Indonesia 2015). tentang diabetes. Diperoleh dari https://-
Diperoleh dari https://pbperkeni.- www.who.int/diabetes/facts/world_fi-
atau.id/wpcontent/uploads/2019/01/4.- gures/en/index5.html.
Konsensus Pengelolaan-dan-Pencega- Wongrit P (2019). Memprediksi manajemen
han-Diabetes-melitus-tipe-2-di-Indo- perawatan diri penderita diabetes
nesia-PERKENI-2015.pdf. berdasarkan teori perilaku terencana
Petosa RL, Silfee V (2016). Membangun pada lansia penderita diabetes tipe 2 di
validasi program untuk meningkatkan Thailand. Diabetes mellitus. 22(4): 367–376. doi: 10.1
penggunaan pengaturan diri untuk aktivitas fisik 41/DM10290.

e-ISSN: 2549-1172 71

Anda mungkin juga menyukai