Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan masalah kesehatan


masyarakat yang menjadi penyebab utama dari 36 juta kematian di
dunia dengan persentase 70% (Natalia Paskawati Adimuntja, 2020).
Penyakit Tidak Menular (PTM), termasuk Diabetes Melitus kini
menjadi ancaman serius bagi kesehatan global.

Diabetes Mellitus (DM) adalah salah satu keadaan darurat kesehatan


masyarakat global terbesar pada abad ke-21. DM adalah penyakit
kronis yang ditandai dengan peningkatan konsentrasi glukosa darah
yang terjadi akibat pangkreas tidak dapat memproduksi insulin atau
insulin yang dihasilkan tidak dapat digunakan secara efektif oleh
tubuh. Sekitar 415 juta orang dewasa menderita DM dan pada tahun
2040 jumlahnya akan meningkat menjadi 642 juta (WHO, 2019).

Diabetes Melitus tidak hanya mempengaruhi orang dewasa, namun


juga anak-anak dan remaja yang berusia sampai dengan 19 tahun, dan
merupakan salah satu penyebab utama penyakit kardiovaskular
(CVD), kebutaan, gagal ginjal, amputasi (akibat luka), bahkan
kematian (IDF, 2021). Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit
kronis yang ditandai dengan meningkatnya kadar gula darah yang
melebihi dari batas normal yang terjadi karena kelainan sekresi
insulin, sehingga memerlukan perhatian yang serius (WHO Global
Report, 2019).

1
Diabetes Melitus dikenal sebagai silent killer karena penderitanya baru
menyadari setelah terjadinya komplikasi (Decroli, 2019). Komplikasi
pada penderita DM disebabkan oleh banyak faktor diantaranya
karakteristik individu meliputi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan,
jenis pekerjaan, riwayat penyakit dan dapat dipengaruhi juga dengan
faktor penanganan yang meliputi diet, aktivitas fisik, terapi obat, dan
pemantauan glukosa darah (Wa Ode Sri Asnaniar, 2019). Saat ini
diperkirakan 537 juta orang dewasa berusia 20-79 tahun menderita
diabetes. Diabetes juga menyebabkan 6,7 juta kematian atau tiap 5
detik. Ini mewakili 9,3% dari populasi dunia dalam kelompok usia ini.
Diperkirakan pada tahun 2030 dan 2045 jumlah ini akan meningkat
menjadi 578 juta (10,2%) dan 700 juta (10,9%) (IDF, 2021).

International Diabetic Federation (2021) menyatakan Indonesia


menempati urutan kelima di dunia setelah Amerika Serikat,
Pakistan, India, dan Tiongkok. IDF mencatat 4 dari 5 orang pengidap
diabetes (81%). Ada sekitar 10,7 juta pasien dengan tinggal
dinegara berpendapatan rendah dan menengah. Ini juga yang membuat
IDF memperkirakan masih ada 44% orang dewasa pengidap diabetes
yang belum didiagnosa.

Menurut laporan Rikesdas 2018 prevalensi diabetes pada populasi


berdasarkan diagnosis dokter di Indonesia, usia ≥15 tahun adalah 2
%. Prevalensi pasien diabetes pria (1,2%), perempuan (1,8%).
Prevalensi diabetes tertinggi di Indonesia adalah DKI Jakarta (3,4%),
terendah adalah Nusa Tenggara Timur (0,9%). Di Kalimatan Timur
prevalensi diabetes pada tahun 2013 adalah (2,4 %) dan meningkat
menjadi (3,1 %) pada tahun 2018. Di perkotaan, penderita DM lebih
tinggi yaitu (1,9%) sedangkan di pedesaan yaitu (1,0%). Menteri
Kesehatan RI , menyatakan bahwa pencegahan dan pengendalian
diabetes yang efektif harus fokus pada faktor risiko dan secara teratur

2
dan terus menerus memantau perkembangannya, karena faktor risiko
PTM secara keseluruhan di Indonesia masih tinggi, yaitu 33,5% tidak
melakukan aktivitas fisik, 95% tidak mengonsumsi buah dan sayuran,
dan 33,8% penduduk di atas usia 15 tahun adalah perokok berat
(Rikesdas, 2018).

Jumlah estimasi penderita Diabetes Melitus di Provinsi Kalimantan


Timur yang berusia ≥ 15 tahun terdapat sebanyak 52.282 kasus. 72,2
% dari kasus tersebut yang menerima layanan kesehatan sesuai
standar. Standar pelayanan kesehatan pada penderita diabetes meliputi
pengukuran glukosa darah, edukasi, dan pengobatan (Riskesdas,
2018). Menurut data Dinas Kesehatan Kabupaten Penjam Paser Utara
(2022) jumlah kasus DM di Kabupaten Penajam Paser Utara mencapai
2.825 kasus dan menempati urutan ke-4 dalam 10 besar penyakit
terbanyak . Dalam data Puskesmas yang ada di Penajam Paser Utara
tercatat kasus tertinggi berada di wilayah kerja UPT Puskesmas
Penajam (Dinas Kesehatan Kabupaten PPU, 2022). Saat dilakukan
studi pendahuluan ditemukan penderita Diabetes Melitus yang
tercatat di wilayah kerja Puskesmas Sepaku III tahun 2023 adalah
1.067 orang, dari jumlah tersebut yang kontrol ke puskesmas sebanyak
730 pasien.

Penyakit tidak menular ini mengalami peningkatan dari tahun ketahun


dan paling banyak disebabkan karena faktor gaya hidup yang kurang
baik seperti merokok, pola makan tidak sehat, aktifitas fisik yang
kurang, obesitas, memiliki tekanan darah tinggi, gula darah tinggi dan
kolesterol tinggi. Upaya yang telah dilakukan dalam pengendalian
penyakit ini adalah dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan
sehat seperti pemantauan kesehatan secara berkala, rajin melakukan
aktivitas fisik, diet sehat seimbang dan istirahat yang cukup
(Kemenkes, 2020).

3
Komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh penyakit Diabetes Melitus
dapat diminimalisir melalui upaya pengelolaan yang disebut self care
management. Self care management diabetes bertujuan untuk
mengontrol kadar glukosa darah secara optimal dan mencegah
komplikasi yang timbul. Teori keperawatan mengungkapkan suatu
teori terkait self-care yaitu sebagai aktivitas yang dilakukan oleh
seseorang dalam memulai dan melakukan suatu tindakan berdasarkan
keinginannya dengan tujuan untuk mempertahankan hidup dan
kesehatan serta kesejahteraan. Aktivitas self-care yang dapat
dilakukan yakni diet, aktivitas/latihan fisik, kontrol glukosa darah,
minum obat secara teratur, perawatan kaki (Natalia Paskawati
Adimuntja, 2020).

Agar penderita diabetes melitus dapat bertahan hidup lebih lama dan
sehat maka perlu adanya dukungan kesehatan profesional dan self
care management yang baik. Menurut penelitian dari Handriana &
Hijriani, (2020) bahwa masalah komplikasi yang terjadi pada pasien
diabetes melitus dapat dikendalikan atau dicegah dengan self care
management. Self care management sangat penting dilakukan bagi
penderita diabetes melitus karena dapat meningkatkan kualitas
kesehatan dan kesejahteraannya. Penelitian Chaidir et al., (2017),
menunjukkan bahwa kualitas hidup penderita diabetes sangat
bergantung pada self care management yang dilakukan. Artinya
bahwa kualitas hidup akan semakin baik apabila dilakukan self care
management dengan baik pula dan begitupun sebaliknya.

Saat studi pendahuluan yang dilakukan di wilayah Puskesmas Sepaku


III pada 10 orang penderita DM, didapatkan bahwa sejumlah 10 orang
(100%) mengetahui tentang manajemen diet bagi diabetes melitus.
Manajemen diet tersebut yaitu mengurangi konsumsi gula, membatasi

4
kalori, serta makanan yang mengandung serat. Namun 5 orang (50%)
tidak teratur dalam mengatur pola makanan dan masih sering
mengkonsumsi makanan yang tidak dianjurkan bagi penderita diabetes
melitus. Sebanyak 8 orang (80%) mengatakan tidak pernah melakukan
olahraga dalam 1 minggu. Penderita diabetes melitus mengatakan
bahwa alasan tidak melakukan olahraga adalah karena malas, terlalu
capek mengerjakan pekerjaan rumah, dan sibuk. Pada dasarnya
mereka sudah mendapat anjuran untuk berolahraga teratur. Sebanyak 3
orang (30%) tidak patuh dalam mengkonsumsi obat karena merasa
jenuh dan pernah 1 minggu tidak mengkonsumsi obat sama sekali.
Sebanyak 3 orang (30%) tidak teratur mengkonsumsi obat.
Sebanyak 4 orang (40%) patuh mengkonsumsi obat. Mayoritas
tersebut mengatakan bahwa minum obat sudah menjadi kebiasaan bagi
penderita diabetes melitus agar gula darahnya tidak naik. Sebanyak 10
orang (100%) mengatakan bahwa penderita DM tidak pernah
melakukan perawatan kaki selama menderita diabetes melitus.

Ketika dilakukan wawancara mayoritas penderita diabetes melitus


mengetahui pentingnya perawatan diri mandiri yang harus dilakukan.
Namun dalam pelaksanaannya, banyak dari penderita yang belum
teratur dan patuh dalam melakukan perawatan diri mandiri atau self
care management pada diabetes melitus yang meliputi diet sehat,
olahraga, minum obat secara teratur, monitoring gula darah, dan
perawatan kaki. Berdasarkan data dan fenomena di atas maka peneliti
merasa perlu melakukan penelitian tentang gambaran self care
management pada pasien diabetes melitus di wilayah Puskesmas
Sepaku III.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan
masalah penelitian “Bagaimanakah gambaran Perilaku self care pada

5
penderita diabetes melitus Type II di wilayah Puskesmas Sepaku III
Tahun 2023 ?”
C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Tujuan umum dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui
bagaimana Gambaran Perilaku self care pada penderita diabetes
melitus Type II di wilayah Puskesmas Sepaku III Tahun 2023.

2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dilakukannya penelitian ini adalah :
a. Mengidentifikasi karakteristik penderita diabetes melitus di
Puskesmas Sepaku III Tahun 2023.
b. Mengidentifikasi pengaturan pola makan (diet) pada pasien
diabetes melitus Puskesmas Sepaku III Tahun 2023.
c. Mengidentifikasi aktivitas fisik (olahraga) pada pasien
diabetes melitus Puskesmas Sepaku III Tahun 2023..
d. Mengidentifikasi monitoring gula darah pada pasien diabetes
melitus Puskesmas Sepaku III Tahun 2023..
e. Mengidentifikasi minum obat diabetes pada pasien diabetes
melitus Puskesmas Sepaku III Tahun 2023..
f. Mengidentifikasi perawatan kaki pada pasien diabetes melitus
Puskesmas Sepaku III Tahun 2023.

D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini, diharapkan dapat ditinjau dari dua
aspek yaitu dari segi teoritis dan praktis sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan untuk
menambahkan dan mengembangkan ilmu keperawatan khususnya
pada gambaran perilaku self care pada pasien diabetes melitus.

6
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
masyarakat untuk menambah wawasan serta informasi kesehatan
khususnya mengenai gambaran perilaku self care pada pasien
diabetes melitus.
b. Bagi Pengembangan Ilmu dan Teknologi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam
pengembangan ilmu dan teknologi terapan dibidang
keperawatan tentang gambaran perilaku self care pada pasien
diabetes melitus.
c. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti
untuk menambah wawasan serta informasi kesehatan khususnya
mengenai gambaran perilaku self care pada pasien diabetes
melitus.

E. Penelitian Terkait
Penelitian sebelumnya yang berkenaan dengan gambaran perilaku self
care pada penderita diabetes melitus Type II di wilayah Puskesmas
Sepaku III Tahun 2023.

1. ( Hari et al., 2018 )


Penelitian ini berjudul “ GAMBARAN PERILAKU SELF CARE
MANAGEMENT PADA PENDERITA DIABETES MELITUS
TIPE 2. (Studi di Wilayah Kerja Puskesmas Rowosari Kota
Semarang Tahun 2018) “.

Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik

7
dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi
terjangkau pada penelitian ini adalah seluruh pasien diabetes yang
melakukan pemeriksaan di Puskesmas Rowosari tahun 2017. Besar
sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 92 responden.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik
Proportional Random Sampling. Pengukuran diabetes self care
management menggunakan kuesioner Summary of Diabetes Self-
Care Activities (SDSCA) yang yang telah dimodifikasi oleh General
Service Administration (GSA) Regulatory Information Service
Center (RISC). Kuesioner ini terdiri dari 17 item pertanyaan yang
mencakup monitoring kadar glukosa darah, pengaturan diet, aktvitas
fisik (latihan jasmani), terapi farmakologi dan perawatan kaki.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah analisis


univariat. Analisis univariat dilakukan dengan menggambarkan
distribusi Hasil frekuensi perilaku self care management pada pasien
DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Rowosari. Rata-rata kegiatan
self care management diabetes responden DM di wilayah kerja
Puskesmas Rowosari Kota Semarang tahun 2018 belum dilakukan
secara optimal. Perilaku self care yang perlu ditingkatkan adalah
merencanakan pola makan, mengikuti sesi latihan khusus (olahraga),
dan pemeriksaan kaki.

Perbedaan dengan penelitian yang akan dibuat adalah tentang cara


pengambilan sample. Pengambilan sampel pada penelitian yang akan
dilakukan ini adalah Purposive Sampling. Adapun persamaan
dengan penelitian ini adalah memiliki 2 variabel yang sama,
penggunaan instrumen yang sama, dan sample yang sama.

2. ( Linda et al,. 2021 )


Penelitian ini berjudul “Peningkatan Perilaku Perawatan Diri Pasien

8
melalui Diabetes Self Management Education and Support”.
Penelitian ini menggunakan desain pre-experimental dengan one
group pre- test post test design. Populasi dari penelitian ini adalah
seluruh pasien DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Gribig. Teknik
pengambilan sampel menggunakan simpel random sampling dengan
memperhatikan kriteria inklusi dan ekslusi. Responden penelitian
sebanyak 20 responden. Pelaksanaan penelitian membutuhkan waktu
6 minggu. Minggu pertama dilakukan pretest, selama minggu 2
sampai 4 responden diberikan intervensi DSME/S. Edukasi DSME/S
terdiri dari 5 sesi pendidikan dan masing-masing sesi dilakukan
selama 60 menit. Sesi edukasi yang dilakukan meliputi konsep dasar
Diabetes mellitus dan manajemen stress, sesi kedua tentang latihan
jasmani dan perawatan kaki Diabetes mellitus, sesi selanjutnya
manajemen diet/nutrisi Diabetes mellitus.

Alat ukur penelitian untuk mengetahui perilaku perawatan diri


menggunakan kuisioner summary of diabetes self-care activities
(SDSCA) terdiri dari 16 pertanyaan yang dimodifikasi dan sudah
diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia pada penelitian
sebelumnya. Peneliti melakukan uji validitas dan reliabilitas
sebelumnya. Hasil validitas pada kuisioner SDSCA menunjukkan
bahwa r hitung pada rentang 0,638 – 0,951 (>0,631) yang berarti
semua pertanyaan dinyatakan valid sedangkan hasil Alpha Cronbach
0,959 (0,60).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden


berjenis kelamin perempuan, dengan tingkat pendidikan paling
banyak adalah sekolah dasar (SD) yaitu sebanyak 45%. Responden
tidak bekerja yaitu sebanyak 10 orang (50%), rentang usia 55- 64
tahun merupakan rentang usia terbanyak yaitu berjumlah 10 orang
(50%), sedangkanrentang lama menderita penyakit DM yang paling

9
banyak adalah 4-7 tahun sebanyak 10 orang (50%). hasil posttest
perilaku perawatan diri menunjukkan peningkatan dibandingkan
dengan nilai pretest. Kategori perilaku perawatan diri buruk pada
saat pretest menunjukkan prosentase 80% dan mengalami
penurunan setelah mendapatkan intervensi. Sebagian besar
responden memiliki perilaku perawatan diri baik setelah diberikan
DSME/S. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
intervensi diabetes self management education/support (DSME/S)
terhadap perilaku perawatan diri (p = 0,001, α= 0,05).

Perbedaan dengan penelitian yang akan dibuat adalah variabel yang


diangkat, desain penelitiannya, tehnik pengambilan sampelnya, dan
instrumen penelitiannya yang pada penelitian ini menggunakan pre
dan post test DSME/S. Pengambilan sampel pada penelitian yang
akan dilakukan ini adalah Purposive Sampling. Adapun persamaan
dengan penelitian ini adalah memiliki sasaran populasi yang sama.

3. ( Novi et al., 2021 )


Penelitian ini berjudul “EVALUASI PERILAKU SELF CARE
MELALUI ASUHAN KEPERAWATAN BERBASIS HOME
CARE PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DIMASA
PANDEMI”. Penelitian ini dilakukan di kelurahan Pagar Dewa Kota
Bengkulu dengan teknik non probability sampling yaitu pemilihan
sampel dengan menetapkan subjek yang sesuai kriteria didapatkan
15 responden. Pengumpulan data primer dalam penelitian ini dengan
panduan wawancara kuesioner Summary Diabetes Self Care
Activities (SDSCA) yang terdiri dari 5 aspek dengan 12 pertanyaan
terkait perilaku self care pasien DM tipe 2 sebelum dan setelah
pemberian asuhan keperawatan berbasis home care selama 2 minggu
dimasa pandemi. Selanjutnya data dianalisis secara univariat berupa
data perilaku self care sebelum intervensi dan setelah intervensi

1
0
keperawatan yang disajikan secara deskriptif.

Hasil penelitian menunjukan bahwa lebih banyak perilaku self-care


kurang dibandingkan perilaku self-care baik yaitu sebanyak 10
responden (67%). Sedangkan setelah dilakukan intervensi
keperawatan menunjukan perubahan perilaku sel-care kategori baik
meningkat dari 5 responden menjadi 9 responden (60%).
Pengkategorian self – care DM menggunakan Cut Off Point dengan
data terdistribusi normal (mean).

Asuhan keperawatan berbasis home care menjadi salah satu


alternatif dalam mengidentifikasi kebutuhan kesehatan pasien
terutama pasien DM tipe 2 di masa pandemi, sehingga komplikasi
dapat diatasi dapat diminimalisasi. Berdasarkan hasil penelitian ini
asuhan keperawatan mampu meningkatkan perilaku self-care pasien
DM tipe 2 namun beberapa komponen self-care seperti pemeriksan
gula darah rutin dan perawatan kaki membutuhkan fasilitas,
pendamping dan waktu untuk menumbuhkan kebiasaan rutin dalam
self-care. Self-Care pasien DM pada penelitian ini memiliki lima
komponen antara lain pola makan (diet), latihan fisik (olahraga),
aktivitas, perawatan kaki, minum obat diabetes, dan monitoring gula
darah.

Perbedaan dengan penelitian yang akan dibuat adalah variabel yang


diangkat, desain penelitiannya, dan tehnik pengambilan sampelnya
yaitu non probability sampling. Pengambilan sampel pada penelitian
yang akan dilakukan ini adalah Purposive Sampling. Adapun
persamaan dengan penelitian ini adalah memiliki sasaran populasi
yang sama, dan instumennya yang menggunakan SDSCA.

4. (Ahmad, 2021)

1
1
Penelitian ini berjudul “GAMBARAN SELF CARE PADA
PENDERITA DIABETES MELLITUS MENURUT TEORI OREM
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BATUNADUA KOTA
PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2021”. Jenis penelitian ini adalah
penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian
deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien
diabetes mellitus yang berdomisili di Wilayah Kerja Puskesmas
Batunadua yang berjumlah 234 orang. Teknik sampling yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling
yaitu tidak menyimpang dari kriteria yang sudah ditetapkan oleh
peneliti yaitu kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.

Hasil penelitian ini yang berjudul “Gambaran Self Care Pada


Penderita Diabetes Mellitus Menurut Teori Orem di Wilayah Kerja
Puskesmas Batunadua Tahun 2021”, diperoleh dengan cara
observasi menggunakan kuesioner dan dokumentasi secara langsung
kepada 70 responden di Wilayah Kerja Puskesmas Batunadua Kota
Padang Sidimpuan.

Berdasarkan Karakteristik responden Penderita Diabetes Mellitus di


Wilayah Kerja Puskesmas Batunadua Kota Padangsidimpuan yang
dilibatkan dalam penelitian ini sebanyak 70 responden dan terdiri
dari 3 kelompok usia. Berdasarkan jenis kelamin dikelompokkan
atas dua kategori yaitu jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Dari
70 responden, responden dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 37
responden (53%), dan responden dengan jenis kelamin perempuan
sebanyak 33 responden (47%). Berdasarkan tingkat pendidikan
responden, dari 70 orang responden dengan tingkat pendidikan SD
sebanyak 32 orang (46%), pendidikan tingkat SMP sebanyak 9 orang
(13%), tingkat SMA sebanyak 16 orang (23%), dan tingkat
Pendidikan tinggi sebanyak 13 orang (18%).

1
2
Hasil penilaian kuesioner yang di dapat dari 70 responden adalah
responden dengan kemampuan perawatan diri baik sebanyak 25
responden (36%), responden dengan kemampuan perawatan diri
cukup sebanyak 38 responden (54%) dan responden dengan
kemampuan perawatan diri kurang sebanyak 7 responden (10%).

Perbedaan dengan penelitian yang akan dibuat adalah intrumen yang


berbeda, penelitian ini tidak menggunakan SDSCA sebagai
instrumen. Adapun persamaan dengan penelitian ini adalah memiliki
desain penelitian yang sama, asaran populasi yang sama, dan
memiliki variabel yang sama.

1
3
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, ( 2021). Penelitian ini berjudul “GAMBARAN SELF CARE PADA


PENDERITA DIABETES MELLITUS MENURUT TEORI OREM DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS BATUNADUA KOTA
PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2021”

Hari, ( 2018 ). GAMBARAN PERILAKU SELF CARE MANAGEMENT PADA


PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2. (Studi di Wilayah Kerja
Puskesmas Rowosari Kota Semarang Tahun 2018).

International Diabetes Federation (IDF). International Diabetic Federation


Diabetic Atlas 10th edition. IDF; 2021.

Kemenkes RI,( 2018). Profil Kesehatan Indonesia 2017. Jakarta: Kemenkes RI.

Linda, ( 2021 ). Penelitian ini berjudul “Peningkatan Perilaku Perawatan Diri


Pasien melalui Diabetes Self Management Education and Support”.

Novi, ( 2021 ). Penelitian ini berjudul EVALUASI PERILAKU SELF CARE


MELALUI ASUHAN KEPERAWATAN BERBASIS HOME CARE
PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DIMASA PANDEMI.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2018). Badan Penelitian dan Pengembangan


Kesehatan Kementerian RI tahun 2018.

[WHO] World Health Organization. Classification of Diabetes Mellitus 2019.


Geneva: World Health Organization; 2019. 1–40 p.

1
4
Wa Ode Sri Asnaniar, ( 2019 ). Hubungan Self Care Management Diabetes
dengan Kualitas Hidup Pasien Diabetes Mellitus Tipe2

1
5

Anda mungkin juga menyukai