BAB I
PENDAHULUAN
terus mengalami peningkatan di dunia, baik pada negara maju ataupun negara
atau penyakit global pada masyarakat. Organisasi kesehatan dunia atau WHO
memperkirakan bahwa lebih dari 346 juta orang di seluruh dunia mengidap DM.
Jumlah ini kemungkinan akan lebih dari dua kalilipat pada tahun 2030 tanpa
menengah (Suiraoka,2012)
banyak memberikan andil terhadap perubahan gaya hidup yang dapat memicu
(Bustan,2007). Beberapa diantara gaya hidup tersebut adalah pola makan dan
terjadinya diabetes mellitus tipe 2(ponzo et al.,2018 ; Nathan & Delahanty, 2009).
Pola makan masyarakat saat ini telah bergeser ke pola makan modern yang
cenderung serba instan. Banyak pakar yang menyebutkan hal tersebut sebagai
satunya penyakit yang dimaksud adalah diabetes mellitus (Nathan & Delahanty
2009.
2
juta orang (9,3%) di seluruh dunia yang hidup dengan diabetes mellitus dan di
prediksi pada tahun 2030 akan terdapat 578 juta orang (10,2%), serta tahun 2045
akan terdapat 700 juta orang (10,9%) dengan diabetes mellitus. Penderita DM tipe
Mellitus tertinggi di Indonesia per Provinsi adalah DKI Jakarta dengan prevalensi
Timur yaitu sebesar 0,9%, diikuti oleh Maluku dan Papua sebesar 1,1%
(Kemenkes RI 2019)
Hasil Riset Kesehatan Dasar 2018 Provinsi Jawa Timur, prevalensi Diabetes
tertinggi Diabetes Mellitus pada semua umur menurut Kabupaten atau Kota,
Provinsi Jawa Timur terdapat di Kota Madiun dengan prevalensi 4,22%, dan
(Riskesdas 2018).
Hasil survey awal yang dilakukan oleh peneliti pada bulan Desember tahun
serta mearasa aman dalam kehidupan sehari-hari dan 6 (60%) menilai kualitas
kurangnya kepuasan hidup terhadap hal- hal penting seperti kesehatan fisik,
pengobatan yang dilakukan, sering merasa lelah, tidak dapat melakukan aktivitas
seperti biasa, dan sering takut mengalami komplikasi. Kualitas hidup pasien
diabetes melitus dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu antara lain faktor
demografi yang meliputi usia dan status pernikahan, kemudian faktor medis yaitu
mandiri dan faktor psikologis yang terdiri dari depresi dan kecemasan
yang terus- menerus berkelanjutan dalam perawatan DM. Aspek tersebut dapat
dicegah apabila pasien tersebut dapat melakukan pengontrolan yang baik dan
teratur melalui perubahan gaya hidup yang teratur, tepat dan permanen. Sehingga
tidak terjadi komplikasi yang dapat menurunkan kualitas hidup pasien diabetes
et all, 2014).
murni rusaknya pangkreas tetapi penyakit yang disebabkan oleh pola hidup yang
tidak sehat. Misalnya sering mengkonsumsi makanan yang tinggi gula, makanan
yang tinggi karbohidrat, minuman yang bersoda, serta kurangnya aktivitas fisik.
produksi insulin, dimana insulin adalah hormone yang diproduksi oleh kelenjar
yang normal. Insulin memasukkan gula ke dalam sel sehingga bisa menghasilkan
ini bertujuan untuk membantu klien melakukan perawaatan diri sendiri. Self care
fisik/ olahraga, perawatan kaki, minum obat diabetes dan monitoring gula darah.
gaya hidup dengan mengubah gaya hidup yang tidak sehat menjadi gaya hidup
yang sehat berupa pengaturan pola makan, latihan jasmani atau latihan aktivitas
fisik, dan perubahan perilaku resiko meliputi berhenti merokok serta membatasi
lingkungan dan gaya hidup yang tidak sehat. Contohnya sering makan makanan
merokok. Pola makan yang tidak sehat menyebabkan tidak adanya keseimbangan
antara karbohidrat dan kandungan lain yang dibutuhkan oleh tubuh. Akibatnya
kandungan gula didalam tubuh menjadi tinggi melebihi kapasitas kerja pankreas
dan mengakibatkan terjadinya Diabetes Mellitus (Santoso & Ranti, 2004). Selain
pola makan yang tidak sehat, aktivitas fisik yang kurang juga menjadi faktor
pada aktivitas fisik terjadi karena penurunan kontraksi otot yang menyebabkan
Tahun 2020 ?
2021.
1. Bagi Peneliti
2. Bagi Institusi
3. Bagi Penderita
7
Metode Penelitian/
Hasil
No. Judul Tahun Pendekatan
1 Hubungan Gaya 2019 Penelitian Ada hubungan antara
hidup (pola makan observasional pola makan dan
dan aktivitas fisik) analitik aktivitas fisik dengsn
dengan kejadian kejadian Diabetes
Diabetes Mellitus di Mellitus di RSU
rumah sakit umum provinsi NTB.
provinsi NTB.