OLEH:
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020
FARMASETIKA TERAPAN
“GARIATRI DAN DIABETES MELITUS”
1. Resep
2. Assesment Pasien
Pengobatan
4 Keadaan Khusus -
3. Teori umum
a. Gariatri
Geriatri adalah pelayanan kesehatan untuk lanjut usia (lansia) yang
mengobati kondisi dan penyakit terkait dengan proses menua (Setiati dkk,
2009). Geriatri merupakan cabang ilmu dari gerontologi yang mempelajari
tingkat kesehatan pada lanjut usia dari berbagai aspek, diantaranya:
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang mencakup kesehatan
jasmani, jiwa, dan sosial. Pada prinsipnya geriatri mengusahakan masa tua
yang bahagia dan berguna (Tamher, 2009).
Proses penuaan merupakan suatu hal yang wajar, dan ini adalah
dialami oleh semua orang yang dikaruniai umur panjang, hanya cepat dan
lambatnya proses tersebut tergantung pada usia individu. Secara teori
perkembangan manusia yang dimulai dari masa bayi, anak, remaja,
dewasa, tua, dan akhirnya masuk fase usia lanjut dengan umur diatas 60
tahun. Dibutuhkan persiapan untuk menyambut hal tersebut supaya tidak
menimbulkan masalah fisik, mental sosial bahkan psikologis. Menua
( menjadi tua) adalah proses menghilangnya secara perlahanlahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan
memperbaiki kerusakan atau penyakit yang di derita (Sunaryo, 2016).
Secara umum, menjadi tua ditandai oleh kemunduran fisik seperti
kulit mengendur, penglihatan dan pandangan berkurang, mudah lelah serta
terserang berbagai penyakit seperti hipertensi, asam urat, rematik dan
penyakit lainnya.selain fisik, perubahan psikis juga sangat mempengaruhi
kualitas hidup lansia, seperti tidak mampu mengingat dengan jelas,
keepian, takut menghadapi kematian, 3 serta depresi yang akan
berpengaruh pada kualitas hidup seseorang lansia (Ebersole, 2005).World
Health Organization Quality of Life (WHOQOL) mendefinisikan kualitas
hidup adalah persepsi individu terhadap kehidupannya di masyarakat
dalam konteks budaya dan sistem nilai yang ada yang terkait dengan
tujuan, harapan, standar, dan perhatian.Kualitashidup merupakan suatu
konsep yang sangat luas yang dipengarui kondisi fisik individu, psikologis,
tingkat kemandirian, serta hubungan individu dengan lingkungan (Yuliati,
Baroya, & Ririanty, 2014).
Perubahan fisik yang terjadi pada lansia erat kaitannya dengan
perubahan psikososialnya. Pengaruh yang muncul akibat berbagai
perubahan pada lansia tersebut jika tidak teratasi dengan baik, cenderung
akan mempengaruhi kesehatan lansia secara menyeluruh. Permasalahan
psikologis yang dialami lansia di panti dan merupakan bagian dari
komponen yang menentukan kualitas hidup seseorang dan berhubungan
dengan dukungan keluarga.Interaksi sosial atau dukungan sosial dalam
keluarga dapat berjalan dengan baik apabila keluarga menjalankan fungsi
keluarga dengan baik, terutama dalam fungsi pokok kemitraan
(partnership), kasih sayang (affection), dan kebersamaan
(resolve).Pemenuhan kebutuhan sosial lansia di komunitas cenderung lebih
baik dari pada di panti, karena interaksi lansia di komunitas pada dasarnya
lebih luas dari pada lansia di panti. Hal ini disebabkan karena, ada
penurunan efisiensi keseluruhan, sosialisasi karena interaksi lansia di
komunitas pada dasarnya lebih luas dari pada lansia di panti .Hal ini
disebabkan karena, ada penurunan efisiensi keseluruhan, sosialisasi,
tingkat keterlibatan dalam pekerjaan dan aktifitas sehari-hari, serta
penurunan dukungan dari keluarga (Yuliati, dkk 2014). Akibat banyaknya
penyakit pada lansia, maka dalam pengobatannya memerlukan obat yang
beraneka ragam dibandingkan dengan orang dewasa.Selain itu, perlu
diketahui bahwa fungsi organ-organ vital tubuh seperti hati dan ginjal yang
berperan dalam mengolah obat-ohat yang masuk ke dalam tubuh telah
herkurang. Hal ini menyebabkan kemungkinan besar obat tersebut
akanmenumpuk dalam tubuh dan terjadi keracunan obat dengan segala
komplikasinya jika diberikan dengan dosis yang sama dengan orang
dewasa. Oleh karena itu, dosis obat perlu dikurangi pada lansia. Efek
samping ohat pada lansia biasanya terjadi karena diagnosis yang tidak
tepat, ketidakpatuhan meminum ohat, serta penggunaan ohat yang
berlehihan dan berulang-ulang dalam waktu yang lama (Maryam dkk.,
2008)
b. Diabetes Melitus
Diabetes Melitus (DM) adalah suatu penyakit ganguan pada
endokrin yang merupakan hasil dari proses destruksi sel pankreas sehingga
insulin mengalami kekurangan. Menurut America Diabetes Associantion,
2011, Diabetes melitus (DM) adalah penyakit multi sistem kronik yang
berhubungan dengan ketidak normalan produksi insulin, ketidakmampuan
penggunaan insulin atau keduanya. Diabetes melitus merupakan salah satu
masalah kesehatan yang berdampak pada produktivitas dan dapat
menurunkan sumber daya manusia.Penyakit ini tidak hanya berpengaruh
secara individu, tetapi sistem kesehatan suatu negara (Suyono, 2007).
Tujuan terapi diabetes melitus adalah untuk mencapai kadar glukosa
normal tanpa terjadi hipoglikemia serta memelihara kualitas hidup yang
baik. Lima komponen yang harus diperhatikan dan diikuti pasien dalam
penatalaksanaan umum diabetes yaitu diet, latihan, pemantauan kadar
glukosa darah, terapi serta pendidikan (Imelda.,2019).
Salah satu komplikasi dari diabetes mellitus adalah masalah pada
kaki diabetes. Kaki diabetes yang tidak dirawat dengan baik akan mudah
mengalami luka, dan akan cepat berkembang menjadi ulkus kaki
(Monalisa dan Gultom, 2009). Pengontrolan gula darah merupakan cara
yang dapat dilakukan karena menurut ilmu kedokteran bahwa penderita
DM tidak akan pernah sembuh dari penyakitnya dan penyakit DM
merupakan penyakit yang dibawa seumur hidup (Pratita, 2012).
Terkontrolnya kadar gula darah tergantung pada penderita itu sendiri
(Pratita, 2012). Hal ini dapat dilakukan penderita dengan cara mematuhi
peraturan pengobatan. Sedangkan pengobatan yang bersifat non
farmakologis berupa menjalankan gaya hidup sehat seperti: mengkonsumsi
makanan bergizi dan mengurangi mengkonsumsi makanan yang
mengandung lemak serta istirahat yang cukup yang dilanjutkan dengan
olahraga teratur.
Orang yang mengidap penyakit diabetes melitus lebih tinggi
resikonya mengalami masalah kaki karena berkurangnya sensasi rasa nyeri
setempat (Neuropati) sehingga membuat penderita tidak menyadari dan
sering mengabaikan luka yang terjadi. Sirkulasi darah pada tungkai yang
menurun dan kerusakan endotel pembuluh darah berperan terhadap
timbulnya kaki diabetik dengan menurunnya jumlah oksigen dan nutrisi
yang disuplai ke kulit maupun jaringan lain sehingga menyebabkan luka
sulit sembuh. Berkurangnya daya tahan tubuh yang terjadi pada penderita
diabetes mellitus juga lebih rentan terhadap infeksi.Upaya pencegahan
primer pada pengelola kaki diabetik yang bertujuan untuk mencegah luka
kaki secara dini penting sekali untuk menghindari kerusakan lebih lanjut
dan timbul ulkus yang dapat mengakibatkan tindakan amputasi.Infeksi
atau luka kecil harus ditangani dengan serius (Monalisa dan Gultom,
2009).
Salah satu faktor penyebab tingginya prevalensi diabetes melitus
tipe 2 disebabkan oleh interaksi antara faktor-faktor kerentanan genetis dan
paparan terhadap lingkungan. Faktor lingkungan yang diperkirakan dapat
meningkatkan faktor resiko diabetes mellitus tipe 2 adalah perubahan gaya
hidup seseorang, diantaranya adalah kebiasaan makan yang tidak seimbang
akan menyebabkan obesitas. Selain pola makan tidak seimbang, aktifitas
fisik juga merupakan faktor risiko diabetes mellitus.latihan fisik yang
teratur dapat meningkatkan mutu pembuluh darah dan memperbaiki semua
aspek metabolik termasuk meningkatkan kepekaan insulin serta
memperbaiki toleransi glukosa. Peningkatan diabetes risiko diabetes
seiring dengan umur, khususnya pada usia lebih dari 45- 60 tahun,
disebabkan karena pada usia tersebut mulai terjadi peningkatan intoleransi
glukosa. Adanya proses penuaan menyebabkan berkurangnya kemampuan
sel pankreas dalam memproduksi insulin. Selain itu pada individu yang
berusia lebih tua terdapat penurunan aktivitas mitokondria di sel-sel otot
sebesar 35%. Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar lemak di otot
sebesar 30% dan memicu terjadinya resistensi terhadap insulin.
Berdasarkan jenis kelamin prevalensi kejadian DM Tipe 2 pada wanita
lebih tinggi daripada laki-laki.Resiko menderita DM bila salah satu orang
tuanya menderita DM adalah sebesar 15%. Jika kedua orang tua memiliki
DM maka resiko untuk menderita DM adalah 75% (Diabetes UK,
2010).Faktor genetik turut menyumbang berkembangnya diabetes dalam
tubuh seseorang, seperti pada kelainan pancreas yang tidak dapat
menghasilkan insulin (DM tipe 1). Namun, bukan berarti DM tipe 2 tidak
dipengaruhi oleh riwayat keluarga. Riwayat keluarga lebih sering dikaitkan
dengan DM tipe 2 dibandingkan dengan tipe 1 (Imelda.,2019)
4. Skrining Resep
a. Administratif (Kelengkapan Resep)
NO URAIAN PADA RESEP
ADA TIDAK
Inscription
Identitas dokter:
1 Nama dokter
2 SIP dokter
3 Alamat dokter
4 Nomor telepon
5 Tempat dan tanggal penulisan resep
Invocatio
6 Tanda R/ di awal penulisan resep
Prescriptio
7 Nama Obat
8 Kekuatan obat
9 Jumlah obat
Signatura
10 Nama pasien
11 Jenis kelamin
12 Umur pasien
13 Barat badan
14 Alamat pasien
15 Aturan pakai obat
16 Iter/tanda lain
Subscriptio
17 Tanda tangan/paraf dokter
Kesimpulan:
Resep tersebut lengkap / tidak lengkap (coret yang tidak perlu)
Cara Pengatasan Jika Resep Tidak Lengkap
1. Menghubungi dokter terkait yang memberikan resep untuk memastikan legalitas
dari resep yang diberikan.
2. Informasi yang belum lengkap bisa ditanyakan langsung kepada pasien untuk
memverifikasi hasil skrining resep
5. Perhitungan Bahan dan Dosis dalam Resep
a. Amlodipin
b. Metformin
Perhitungan Bahan
Dosis resep 500 mg; Sediaan beredar: 500 mg Keterangan
adalah ‘no XXX, maka tablet @500 mg metformin diambil
sebanyak 30 tablet. Pada resep tertera tanda did ( da in
dimidio) yang arinya diberikan separuhnya, berarti jumlah
obat yang diberikan adalah 15 tablet.
c. HCT
d. Glibenklamid
e. Simvastatin
Peritungan dosis Dosis awal 5-10 mg/hari dosis tunggal pada malam
hari. Dosis dapat disesuaikan dengan interval 4
minggu. Maksimal 40 mg/hari sebagai dosis tunggal
(malam hari) (Tim medicinal Mini Notes, 2019)
Berdasrkan Literatur sudah sesuai dengan yang tertera
diresep (10 mg/sekali, 1 kali sehari)
Perhitungan Dosis resep 10 mg; Sediaan beredar 10 mg
Bahan Keterangan diresep yaitu Simvastatin25 mg no. XX,
maka tablet @25 mg Simvastatin diambil sebanyak 25
tablet. Serta terdapat keterangan det V artinya obat
yang sudah diserahkan sebanyak 5 tablet, jadi obat
yang perlu diserahkan sebanyak 15 tablet
Kesimpulan:
10 mg, 1 kali
5 Simvastatin 5-10 mg/hari Sudah sesuai -
sehari
6. Informasi Obat dalam Resep
a. Amoldipin
Kontra Hipersensitivitas,syokkardiogenik,anginapectoristidakstabil,
stenosis aorta yang signifikan
Indikasi
b. Metformin
pengobatan metformin
Anoreksia,mual,muntah,diare (umunnya sementara), nyeri perut,
rasa logam, asidosis laktat ( jika terjadi hentikan terapi )
Efek
penurunan penyerapan vitamin B12, eritema, pruritus urtikaria
Samping an hepatitis.
d. Glibenklamid
*Dosis awal
Catatan :
e. Simvastatin
hiperkolesterolemiaprimerataudislipidemiacampuran,koroner
Indikasi
klinis, astereosklerosis koroner pada pasie jantung koroner
Dosis awal 5-10 mg/hari dosis tunggal pada malam hari. Dosis
dapat disesuaikan dengan interval 4 minggu. Maksimal 40 mg/hari
Dosis sebagai dosis tunggal (malam hari) (Tim medicinal Mini Notes,
2019)
BaxterK,2008,DrugInteractionASourceBookofAdserveInteraction,TheirMechanism,C
linicalImportanceandManagement(8rded.).,UniversityofNottinghamMedic
alSchool :England.
Permaiswari, P. P., 2018, Kajian Interaksi Obat Terhadap Pasien Geriatri Dengan
Penyakit Hipertensi Dirumah Sakit Pelabuhan Jakarta Utara, Skripsi, UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pikir B.S., Muhammad A., Agus S., I Gde R.S., Johanes N. E. P., 2015, Hipertensi
Manajemen Komprehensif, Airlangga University Press: Surabaya.
Pratita, N.D. 2012. Hubungan dukungan pasangan dan health locus of control dengan
kepatuhan dalam menjalani proses pengobatab pada penderita diabetes
mellitus tipe 2, jurnal ilmiah mahasiswa universitas surabaya. Vol. 1
No.
Rahmadhan A. M., Arsyik, I., Ayi, I. U., 2015, Evaluasi Penggunaan Obat
Antihipertensi Pada Pasien Hipertensi Rawat Jalan Di Puskesmas
Sempaja Samarinda, Jurnal Sains dan Kesehatan, Vol. 1(2).
Team Medical Mini Notes, 2019, Basic Pharmacology & Drug Notes, MMN
Publishing : Makassar.
Weiner, C. P. 2018. Drugs for Pregnant and Lactating Women E-Book. Elsevier
Health Sciences.