Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah

Penyakit adalah kondisi abnormal tertentu yang secara negatif


memengaruhi struktur atau fungsi sebagian atau seluruh tubuh suatu makhluk
hidup, dan bukan merupakan dampak langsung dari cedera eksternal. Penyakit
juga dikenal sebagai kondisi medis yang dihubungkan dengan gejala dan tanda
klinis tertentu.

Diabetes atau penyakit gula (gula darah tinggi) adalah penyakit kronis
(jangka panjang) yang perlu kamu waspadai. Adapun tanda utama dari penyakit
ini adalah meningkatnya kadar gula darah (glukosa) melebihi nilai normal.
Diabetes terjadi ketika tubuh pengidapnya tidak lagi mampu mengambil gula
(glukosa) ke dalam sel dan menggunakannya sebagai energi. Kondisi ini pada
akhirnya menghasilkan penumpukan gula ekstra dalam aliran darah tubuh.

The Congressionally-Established Diabetes Research Working Group


(1999) melaporkan bahwa walaupun kematian karena penyakit-penyakit kanker,
stroke, dan kardiovaskular cenderung berkurang sejak 1988, angka kematian
karena diabetes naik sekitar 30 persen. Usia harapan hidup orang-orang yang
menderita diabetes rata-rata 15 tahun lebih pendek dari. Prevalensi diabetes
mellitus di dunia semakin meningkat sehingga dianggap sebagai wabah, dimana
pada tahun 2000 diperkirakan jumlah penduduk dunia yang menderita diabetes
mellitus. Sebanyak 150 Juta jiwa dan pada tahun 2020 diperkirakan meningkat
300 juta jiwa. Angka prevalensi yang sangat meningkat ini diperkirakan terjadi di
negara yang sedang berkembang seperti Cina dan India termasuk Indonesia.
Sebaliknya di negara yang maju, prevalensi diabetes mellitus tidak begitu
meningkat. Peningkatan yang luar biasa di negara sedang berkembang di duga
akibat perubahan pola hidup (Sanusi Harsinen, 2004)

Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2020, menjelaskan


bahwa Diabetes Melitus adalah suatu kelompok penyakit metabolik yang
ditandai dengan adanya hiperglikemia yang terjadi karena pankreas tidak
mampu mensekresi insulin, gangguan kerja insulin, ataupun keduanya. Dapat
terjadi kerusakan jangka panjang dan kegagalan pada berbagai organ seperti
mata, ginjal, saraf, jantung, serta pembuluh darah apabila dalam keadaaan
hiperglikemia kronis (Perkeni, 2019).

Hasil survey yang dilakukan badan kesehatan dunia WHO, Indonesia


menempati urutan ke-4 jumlah penderita diabetes terbesar di dunia setelah
India, Cina dan Amerika Serikat, dengan prevalensi 8,6 % dari total penduduk.
Diperkirakan pada tahun 1995 terdapat 4,5 juta pengidap diabetes mellitus dan
pada tahun 2025 diperkirakan menjadi meningkat 12.4 juta penderita.
Sedangkan data yang telah dihimpun Depkes, jumlah pasien yang rawat inap
maupun rawat jalan di RS menempati urutan pertama dari seluruh penyakit
endokrin (Depkes RI, 2006).

Diabetes mellitus (DM) dan penyakit lain yang dikenal sebagai non-
communicabledisease mulai menonjol sebagai salah satu sebab morbiditas dan
mortalitas di negara-negara yang sedang berkembang. Penyakit-penyakit
tersebut akan menimbulkan suatu beban bagi pelayanan kesehatan dan
perekonomian negara pada saat sekarang dan dikemudian hari, baik secara
langsung maupun tidak langsung.

Kondisi ini hampir sama antara negara berkembang dan negara maju.
Kondisi ini menunjukkan bahwa kondisi penyakit DM seperti fenomena gunung
es, di mana kondisi yang tergambarkan secara jelas sesungguhnya hanyalah
bagian permukaannya saja. Peningkatan angka penderita DM ini melonjak tajam
perlu mendapatkan perhatian yang serius dari berbagai pihak terutama bidang
kesehatan. Etiopatologi terjadinya DM diperkirakan karena suatu sebab yang
multifaktorial, antara lain keturunan, virus yang menimbulkan kerusakan sel beta
pankreas, pola makan, kegemukan, pola aktivitas, dan lingkungan. Salah satu
faktor resiko DM adalah aspek kegemukan memiliki kontribusi terhadap DM. DM
dikenal sebagai penyakit gangguan metabolisme maupun kelainan vaskuler
yang dapat menimbulkan komplikasi yang sangat komplek pada sistem tubuh.
DM sering disebut sebagai The Great Imitator, karena penyakit ini dapat
mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan. Hal
ini menjadi tantangan yang besar bagi bidang kesehatan untuk melakukan
langkah antisipasi terhadap kompleksnya masalah kesehatan akibat DM di
Indonesia.

Penanganan Diabetes Mellitus dimulai dengan menerapkan pola hidup


sehat (terapi nutrisi medis dan aktivitas fisik) bersamaan dengan intervensi
farmakologis dengan obat anti hiperglikemia secara oral dan atausuntikan.
Pengetahuan tentang pemantauan mandiri, tanda dan gejala hipoglikemia dan
cara mengatasinya harus diberikan kepada pasien (Soelistijo, 2015).

Edukasi atau pendidikan kesehatan juga memiliki peran penting dalam


manajemen pengendalian glukosa darah pada diabetes. Selain klien, keluarga
juga penting untuk mendapatkan pendidikan kesehatan terkait dengan merawat
anggota keluarganya yang menderita diabetes. Edukasi pada diabetes mellitus
dapat mengoptimalkan kontrol metabolisme, menurunkan gejala atau mengatasi
kondisi kegawatan, mencegah dan memanajemen komplikasi. Komplikasi-
komplikasi jangka panjang yang dapat ditimbulkan akibat DM memerlukan
perilaku penanganan perawatan diri secara khusus salah satunya adalah self
care behavior (Smeltzer, 2010 Dalam Khotimah, 2017).

Diabetes Self Management Education adalah elemen yang sangat penting


dalam pengobatan pasien DM dan diperlukan untuk meningkatkan status
kesehatan pasien dengan memberikan pengetahuan kepada pasien tentang
penerapan strategi perawatan diri secara mandiri untuk mengoptimalkan Kontrol
metabolik, mencegah komplikasi, dan meningkatkan kualitas hidup pasien
dengan diabetes mellitus. Diabetes Self Management Education (DSME) dapat
memfasilitasi pasien dalam hal pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan
untuk mencegah komplikasi lebih lanjut. Manajemen Diabetes Mellitus yang
berhasil tergantung pada motivasi perawatan diri dan kesadaran diri untuk
perawatan manajemen diri yang dirancang untuk mengendalikan gejala dan
menghindari komplikasi (Goodall & Halford 1991 dalam Wu et al., 2016). Hasil ini
menunjukkan bahwa DSME memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku
pasien dan hasil klinis DM. Berdasarkan fenomena di atas, studi yang lebih
mendalam dari literatur tentang efektivitas diabetes self management education
terhadap self care penderita DM. Penulisan literature review ini bertujuan untuk
menguji keefektifan penerapan Diabetes Self Management Education untuk
meningkatkan self care penderita DM (Goodall & Halford 1991 dalam Wu Et al.,
2016)

Maka dari penjelasan diatas peneliti mengangkat Dampak Diabetes


mellitus

Anda mungkin juga menyukai