Anda di halaman 1dari 54

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan salah satunya dengan

mencegahnya komplikasi terhadap suatu penyakit, termasuk komplikasi dari

penyakit diabetes melitus. Diabetes Melitus (DM) atau singkatan Diabetes

adalah gangguan kesehatan yang berupa kumpulan gejala yang disebabkan

oleh peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan ataupun

resistensi insulin. Penyakit ini sudah lama dikenal, terutama di kalangan

keluarga, khususnya keluarga “berbadan besar) (kegemukan) bersama dengan

gaya hidup . akibatnya, kenyataan menunjukkan DM telah menjadi penyakit

masyarakat umum, menjadi beban kesehatan masyarakat, meluas dan

membawa banyak kecacatan dan kematian (Bustan, 2015).

Perubahan gaya hidup dan urbanisasi merupakan penyebab penting

masalah kesehatan terutama pada diabetes mellitus dan terus menerus

meningkat pada millennium ini. Diabetes mellitus tercatat sebagai peringkat

keenam penyebab kematian di dunia. Sekitar 1,3 juta orang meninggal di dunia

akibat diabetes dan 4% meninggal sebelum usia 70 tahun. Diabetes mellitus

merupakan salah satu dari 7 penyakit kronis yang ada di dunia, yaitu : kanker,

jantung, AIDS, diabetes, TB, dan hepatitis ( Soegondo, 2008; Mulya, 2014).

Menurut WHO diabetes melitus merupakan salah satu dari empat

prioritas penyakit tidak menular. Diabetes merupakan penyebab utama

kebutaan, serangan jantung, stroke, gagal ginjal dan amputasi kaki. 80%

kejadian diabetes dapat dicegah, lakukan upaya pencegahan sekarang, diabetes


2

dapat dicegah atau kejadiannya dapat ditunda. Dengan tatalaksana pengobatan

yang optimum, diabetes dapat dikontrol dan orang dengan diabetes dapat

berumur panjang dan hidup sehat (WHO, 2016).

Menurut data World Health Organization (WHO), diperkirakan

penderita Diabetes Millietus di seluruh dunia pada tahun 2015 adalah sebanyak

415 juta jiwa. Diantara penderita Diabetes Millietus tersebut terdapat di

Amerika Utara dan Karibia sebanyak 44,3 juta jiwa, Eropa 59,8 juta jiwa,

Amerika Selatan dan Tengah 29,6 juta jiwa, Afrika 14,2 juta jiwa, Pasifik Barat

153,2 juta jiwa dan Timur Tengah dan Afrika Utara sebanyak 35,4 juta jiwa

(WHO, 2016).

Pada tahun 2015, 415 juta orang dewasa dengan diabetes, kenaikan 4

kali lipat dari 108 juta di 1980an. Pada tahun 2040 diperkirakan jumlahnya

akan menjadi 642 juta (IDF Atlas 2015). Hampir 80% orang diabetes ada di

negara berpenghasilan rendah dan menengah. Pada tahun 2015, presentase

orang dewasa dengan diabetes adalah 8,5% (1 diantara 11 orang dewasa

menyandang Diabetes). Pada tahun 2013, salah satu beban pengeluaran

kesehatan terbesar di dunia adalah diabetes yaitu sekitar 612 miliar dolar,

diestimasikan sekitar 11% dari total pembelanjaan langsung untuk kesehatan

dunia. Pada tahun 2012, diabetes merupakan penyebab kematian ke delapan

pada kedua jenis kelamin dan penyebab kematian kelima pada perempuan.

Pada tahun 2012 gula darah tinggi bertanggung jawab atas 3,7 juta kematian di

dunia, dari angka ini 1,5 juta kematian disebabkan oleh diabetes (WHO, 2016).

Pada tahun 2015, Indonesia menempati peringkat ke tujuh di dunia

untuk prevalensi penderita diabetes tertinggi di dunia bersama China, India,


3

Amerika Serikat, Brazil, Rusia dan Meksiko dengan jumlah estimasi orang

dengan diabetes sebesar 10 juta diabetes dengan komplikasi merupakan

penyebab kematian tertinggi ketiga di Indonesia. Presentase kematian akibat

diabetes di Indonesia merupakan yang tertinggi kedua setelah SriLanka.

Prevalensi orang dengan diabetes di Indonesia menunjukkan kecenderungan

meningkat yaitu 5,7% (2007) menjadi 6,9% (2013). 2/3 orang dengan diabetes

di Indonesia tidak mengetahui dirinya memiliki diabetes, dan berpotensi untuk

mengakses layanan kesehatan dalam kondisi terlambat (sudah dengan

kompikasi). Prevalensi berat badan overweight yang merupakan salah satu

faktor resiko terbesar diabetes terus meningkat (WHO, 2016).

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk menyusun

laporan untuk diseminarkan di akhir siklus keperawatan medikal bedah

dengan mengambil kasus berjudul “Bagaimana Asuhan Keperawatan Pasien

Ny.N dengan DM tipe II Di Ruang Interne RSUD M.NATSIR Kota Solok ”.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan di atas, maka

rumusan masalah dalam laporan ini yaitu “Bagaimana Asuhan Keperawatan

Pasien Ny.N dengan DM tipe II Di Ruang Interne RSUD M.NATSIR Kota

Solok ”.

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan umum

Meningkatkan ketrampilan, kemampuan mengetahui, dan menerapkan

asuhan keperawatan pada pasien dengan Asuhan Keperawatan Pasien

Ny.N dengan DM tipe II Di Ruang Interne RSUD M.NATSIR Kota Solok.


4

2. Tujuan khusus

a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien DM tipe II.

b. Mampu merumuskan intepretasi data yang meliputi data fokus (data

subyektif dan obyektif), masalah keperawatan beserta etiologinya pada

pasien DM tipe II.

c. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien DM tipe II

d. Mampu menyusun rencana tindakan asuhan keperawatan pada pasien

DM tipe II.

e. Mampu melakukan tindakan keperawatan sesuai rencana keperawatan

pada pasien DM tipe II.

f. Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan pada pasien DM tipe II.


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Diabetes Melitus

1. Definisi Diabetes Melitus

Diabetes Melitus adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang

yang mengalami peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan

hormon insulin secara absolut atau relatif (Almatsier, 2004). Diabetes melitus

adalah keadaan hiperglikemi kronik yang disertai berbagai kelainan metabolik

akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik

pada mata, ginjal, sraf, dan pembuluh darah. Diabetes Melitus klinis adalah

suatu singdrom gangguan metabolisme dengan hiperglikemia yang tidak

semestinya sebagai akibat syatu defisiensi sekresi insulin atau berkurangnya

efektifitas biologis dari insulin atau keduanya (Rendy & TH, 2012).

Diabetes melitus, suatu penyakit kronik yang terjadi akibat kekurangan

metabolisme glukosa, disebabkan oleh kurangnya sekresi insulin dari sel-sel

beta. Keadaan ini menyebabkan tingginya kadar gula darah (hiperglikemia)

(Kee & Hayes, 1996). Menurut American Diabetes Association (ADA) dalam

Suiraoka (2012), diabetes mellitus merupakan kelompok gangguan metabolic

dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,

kerja insulin atau keduanya. Hiperglikemia kronik tersebut berhubungan

dengan kerusakan jangka panjang, Disfungsi beberapa organ tubuh terutama

mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah. Jadi pada dasarnya diabetes melitus
adalah sekumpulan gejala yang ditandai oleh peningkatan Kadar gula darah

sebagai akibat defisiensi insulin baik relatif maupun absolut(Suiraoka, 2012).

Diabetes Melitus (DM) atau singkatan Diabetes adalah gangguan

kesehatan yang berupa kumpulan gejala yang disebabkan oleh peningkatan

kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan ataupun resistensi insulin.

Penyakit ini sudah lama dikenal, terutama di kalangan keluarga, khususnya

keluarga “berbadan besar) (kegemukan) bersama dengan gaya hidup .

akibatnya, kenyataan menunjukkan DM telah menjadi penyakit masyarakat

umum, menjadi beban kesehatan masyarakat, meluas dan membawa banyak

kecacatan dan kematian (Bustan, 2015).

Diabetes Melitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai

kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai

komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi

pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron

(Mansoer, 2001). Diabetes adalah penyakit kronis yang terjadi ketika

pancreas tidak menghasilkan insulin yang cukup, atau ketika tubuh tidak

dapat secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkan. Hiperglikemia,

atau gula darah meningkat merupakan efek umum dari diabetes yang tidak

terkontrol dan dari waktu ke waktu menyebabkan kerusakan serius pada

sistem tubuh, khususnya saraf dan pembuluh darah (Suiraoka, 2012).

2. Klasifikasi Diabetes Melitus

Dikenal 3 jenis utama DM. Ketiga jenis dibagi dengan melihat faktor

etiologisnya.
1. DM tipe 1 (Type 1 IDDM) disebabkan oleh gangguan sel Beta

pankreas. DM ini berhubungan dengan antibodi berupa Islet Cell

Antibodies (ICA), Insulin Autoantibodies (IAA), dan Glutamic Acid

Decarboxylase Antibodies (GADA). Pada tipe 1 terjadi destruksi sel

Beta, ditandai dengan defisiensi insulin absolut.

2. DM tipe 2 (DDM) yang terjadi dari bervariasi sebab, dari dominasi

insulin resisten relatif sampai defek sekresi insulin.

3. DM gestational adalah diabetes karena kehamilan (Bustan, 2015).

Dokumen konsensus tahun 1997 oleh American Diabetes Associations

Expert Committe on the Diagnosis and Classification of Diabetes mellitus

menjabarkan 4 kategori utama diabetes yaitu:

1. Diabetes Melitus tipe 1

DM tipe satu adalah penyakit hiperglikemi akibat ketiadaan absolut

insulin. Yang terjadi akibat destruksi otoimun sel-sel beta pulai

langerhans. Faktor pemicunya yaitu genetik, faktor pencetus antara

lain infeksi virus seperti gondongan (mumps), rubela, atau

sitomegalovirus (CMV) kronis.

2. Diabetes Melitus tipe 2

Hiperglikemi yang disebabkan insensitivitas seluler terhadap insulin

disebut diabetes melitus tipe 2. Selain itu terjadi ketidk mampian

pankreas untuk menghasilkan insulin yang cukup untuk

mempertahankan glukosa plasma yang normal.

Diabetes melitus tipe 2 adalah gangguan sekresi insulin ataupun

gangguan kerja insulin (resistensi insulin) pada organ target terutama


hati dan otot. Awalnya resistensi insulin masih belum menyebabkan

diabetes secara klinis. Pada saat tersebut sel beta pankreas masih

dapat mengkompensasi keadaan ini dan terjadi suatu hiperinsulinemia

dan glukosa darah masih normal atau sedikit meningkat (Aru

W.Sudoyo, 2009)

3. Diabetes Gestasional

Diabetes igestasional adalah diabetes yang terjadi pada wanita hamil

yang sebelumnya tidak mengidap diabetes. Meskipun diabetes tipe ini

sering membaik setelah persalinan, sekitar 50% wanita mengidap

kelainan ini tidak akan kembali ke status nondiabetes setelah

kehamilan berakhir. Bahkan, jika membaik setelah persalinan, resiko

untuk mengalami diabetes tipe 2 setelah sekitar 5 tahun pda waktu

mendatang lrbih besar dari pada normal (Rendy & TH, 2012).

3. Etiologi

Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDMMD) atau Diabetes Melitus

Tergantung Insulin (DMTI) disebabkan oleh destruksi sel β pulau Langerhans

akibat proses autoimun. Sedangkan Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus

(NIDDM) atau Diabetes Melitus Tidak Tergantung Insulin (DMTTI)

disebabkan kegagalan relatif sel β dan resistensi insulin. Resistensi insulin

adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa

oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel β

tidak mampu menyeimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya, artinya terjadi

defesiensi relatif insulin. Ketidak mampuan ini terlihat dari berkurangnya

sekresi insulin pada ransangan glukosa, maupun pada ransangan glukosa


bersama bahan perangsang sekresi insulin lain. Berarti sel β pankreas

mengalami desensititasi terhadap glukosa (Mansoer, 2001).

Selain itu diabetes melitus tipe 2 dapat disebabkan oleh faktor genetik

yang diperkirakan memegang peran dalam proses terjadinya resistensi insulin.

Diabetes Melitus tak tergangtung insulin (DMTTI)) penyakitnya mempunyai

pola familiar yang kuat. DMTTI ditandai dengan kelainan dalam sekresi

insulin maupun dalam kerja insulin. Pada awalnya tampak terdapat resistensi

dari sel-sel sasaran terhadap kerja insulin. Insulin mula-mula mengikat dirinya

kepada reseptor-reseptor permukaan sel tertentu, kemudian terjadi reaksi

intraseluler yang meningkatkan transpor glukosa menembus membran sel.

Pada pasien dengan DMTTI terdapat kelainan dalam pengikatan insulin dengan

reseptor. Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor

yang responsif insulin pada membran sel.

Akibatnya terjadi penggabungan abnormal antara komplek reseptor

insulin dengan system transport glukosa. Kadar glukosa normal dapat

dipertahankan dalam waktu cukup lama dan meningkatkan sekresi insuin,

tetapi pada akhirnya sekresi insulin yang beredar tidak lagi memadai untuk

mempertahankan euglikemia. DMTTI merupakan suatu kelompok heterogen

bentuk-bentuk diabetes yang lebih ringan, terutama dijumpai pada orang

dewasa, tetapi terkadang dapat ditimbulkan pada masa kanak-kanak. Faktor

resiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II yaitu: usia,

obesitas, riwayat kesehatan keluarga, dan kelompok etnik (Rendy & TH,

2012).
Diabetes Tipe 2 merupakan tipe diabetes yang lebih umum, lebih

banyak penderitanya dibandingkan dengan DM Tipe 1. Penderita Diabetes

Millietus Tipe 2 mencapai 90-95% dari keseluruhan populasi penderita

diabetes, umumnya berusia di atas 45 tahun. Etiologi Diabetes Millietus Tipe 2

merupakan multifaktor yang belum sepenuhnya terungkap dengan jelas. Faktor

genetik dan pengaruh lingkungan cukup besar dalam menyebabkan terjadinya

Diabetes Millietus tipe 2, antara lain obesitas, diet tinggi lemak dan rendah

serat, serta kurang gerak badan. Obesitas atau kegemukan merupakan salah

satu faktor pradisposisi utama (Depkes RI, 2005).

Secara garis besar patogenesis Diabetes Millietus tipe-2 disebabkan

oleh delapan hal (omnious octet) berikut :

a) Kegagalan sel beta pancreas

Pada saat diagnosis Diabetes Millietus tipe-2 ditegakkan, fungsi sel

beta sudah sangat berkurang.

b) Liver

Terjadi resistensi insulin yang berat dan memicu gluconeogenesis

sehingga produksi glukosa dalam keadaan basal oleh liver

(HGP=hepatic glucose production) meningkat.

c) Otot

Didapatkan gangguan kinerja insulin yang multiple di

intramioselular, akibat gangguan fosforilasi tirosin sehingga timbul

gangguan transport glukosa dalam sel otot, penurunan sintesis

glikogen, dan penurunan oksidasi glukosa.

d) Sel lemak
Sel lemak yang resisten terhadap efek antilipolisis dari insulin,

menyebabkan peningkatan proses lipolysis dan kadar asam lemak

bebas (FFA=Free Fatty Acid) dalam plasma. Peningkatan FFA akan

merangsang proses glukoneogenesis, dan mencetuskan resistensi

insulin di liver dan otot. FFA juga akan mengganggu sekresi insulin.

e) Usus

Glukosa yang ditelan memicu respon insulin jauh lebih besar

dibanding kalau diberikan secara intravena. Saluran pencernaan juga

mempunyai peran dalam penyerapan karbohidrat melalui kinerja

ensim alfa-glukosidase yang memecah polisakarida menjadi

monosakarida yang kemudian diserap oleh usus dan berakibat

meningkatkan glukosa darah setelah makan.

f) Sel Alpha Pancreas

Sel-α pancreas merupakan organ ke-6 yang berperan dalam

hiperglikemia. Sel-α berfungsi dalam sintesis glukagon yang dalam

keadaan puasa kadarnya di dalam plasma akan meningkat.

Peningkatan ini menyebabkan HGP dalam keadaan basal meningkat

secara signifikan dibanding individu yang normal.

g) Ginjal

Ginjal memfiltrasi sekitar 163 gram glukosa sehari. Sembilan puluh

persen dari glukosa terfiltrasi ini akan diserap kembali melalui peran

SGLT-2 (Sodium Glucose co- Transporter) pada bagian convulated

tubulus proksimal. Sedang 10% sisanya akan di absorbsi melalui

peran SGLT-1 pada tubulus desenden dan asenden, sehingga


akhirnya tidak ada glukosa dalam urine. Pada penderita DM terjadi

peningkatan ekspresi gen SGLT-2.

h) Otak

Insulin merupakan penekan nafsu makan yang kuat. Pada individu

yang obes baik yang Diabetes Millietus maupun non-Diabetes

Millietus, didapatkan hiperinsulinemia yang merupakan mekanisme

kompensasi dari resistensi insulin. Pada golongan ini asupan

makanan justru meningkat akibat adanya resistensi insulin yang juga

terjadi di otak (Soelistijo dkk, 2015).

4. Faktor Resiko Diabetes Mellitus

Menurut (Suiraoka, 2012), secara garis besar faktor resiko diabetes

mellitus dibedakan menjadi 2, yaitu :

a. Faktor Risiko yang Tidak Dapat Diubah

1) Umur

Umur merupakan faktor pada orang dewasa, dengan semakin

bertambahnya umur, kemampuan jaringan mengambil glukosa darah

semakin menurun. Penyakit ini lebih banyak terdapat pada orang

yang berumur di atas 40 tahun dari pada orang yang lebih

muda(Suiraoka, 2012).

2) Keturunan

Diabetes mellitus bukan penyakit menular tetapi diturunkan.

Namun bukan berarti anak dari kedua orang tua yang diabetes pasti

akan mengidap diabetes juga, sepanjang bisa menjaga dan

menghindari faktor resiko yang lain.Sebagai faktor resiko genetik


yang perlu diperhatikan apabila kedua atau salah seorang dari

orang tua, saudara kandung, anggota keluarga dekat mengidap

diabetes.Pola genetik yang kuat pada diabetes mellitus tipe 2,

seseorang yang memiliki saudara kandung mengidap diabetes tipe

2 memiliki resiko yang jauh lebih tinggi menjadi pengidap

diabetes. Uraian di atas telah mengarahkan kesimpulan bahwa

resiko diabetes tersebut adalah kondisi turunan(Suiraoka, 2012).

b. Faktor Risiko yang Dapat Diubah atau di Modifikasi

Faktor resiko yang dapat diubah merupakan faktor resiko yang

berawal dari perilaku, sehingga memiliki kemungkinan atau memberi

peluang untuk diubah atau dimodifikasi.

1. Pola Makan yang Salah

2. Aktivitas Fisik Kurang Gerak

3. Obesitas

4. Stress

5. Pemakaian Obat-obatan(Suiraoka, 2012).

5. Patofisiologi

Pada keadaan normal kurang lebih 50% glukosa yang dimakan

mengalami metabolisme sempurna menjadi CO2 dan air, 10% menjadi

glikogen dan 20% sampai 40% diubah menjadi lemak. Pada diabetes mellitus

semua proses tersebut terganggu karena terdapat defesiensi insulin. Penyerapan

glukosa kedalam sel macet dan metabolismenya terganggu. Keadaan ini

menyebabkan sebagian besar glukosa tetap berada dalam sirkulasi darah

sehingga terjadi hiperglikemia.


Penyakit diabetes melitus disebabkan oleh karena gagalnya hormon

insulin. Akibat kekurangan insulin maka glukosa tidak dapat diubah menjadi

glikogen sehingga kadar gula darah meningkat dan terjadi hiperglikemi. Ginjal

tidak dapat menahan hiperglikemi ini, karena ambang batas untuk gula darah

adalah 180 mg% sehingga apabila terjadi hiperglikemi maka ginjal tidak bisa

menyaring dan mengabsorbsi sejumlah glukosa dalam darah. Sehubungan

dengan sifat gula yang menyerap air maka semua kelebihan dikeluarkan

bersama urine yang disebut glukasoria. Bersamaan dengan keadaan glukasoria

maka sejumlah air hilang dalam urine yang disebut poliuria. Poliuria

mengakibatkan dehidrasi intra selluler,hal ini akan merangsang pusat haus

sehingga pasien akan merasakan haus terus menerus sehingga pasien akan

minum terus yang disebut polidipsi.

Produksi insulin yang kurang akan menyebabkan menurunnya transport

glukosa ke sel-sel sehingga sel-sel menjadi menipis. Karena digunakan untuk

melakukan pembakaran dalam tubuh,maka klien akan merasa lapar sehingga

menyebabkan banyak makan yang disebut poliphagia. Terlalu banyak lemak

yang dibakar maka akan terrjadi penumpukkan asetat dalam darah yang

menyebabkan keasamanan darah meningkat atau osidosis. Zat ini akan

meracuni tubuh bila terlalu banyak hingga tubuh berusaha mengeluarkan

melalui urine dan pernapasan, akibatnya bau urine dan napas penderita berbau

aseton atau bau buah-buaha. Keadaan asidosis ini apabila tidak segera diobati

akan terjadi koma yang disebut koma diabetik (Rendy & TH, 2012).
6. Tanda dan gejala

Tanda dan gejala yang dapat ditimbulkan akibat diabetes melitus

adalah sebagai berikut :

1. Poliuria (peningkatan pengeluaran urine) karena air mengikuti

glukosa yang keluar melalui urine.

2. Polidipsia (peningkatan rasa haus)

3. Nausea dan anoreksia

4. Penurunan berat badan

5. Nyeri kepala, lelah, letargi, penurunan tingkat energi, gangguan

prestasi sekolah dan kerja

6. Kram otot, mudah marah, labil

7. Gangguan penglihatan seperti pandangan kabur

8. Mati rasa dan kesemutan

9. Rasa tidak nyaman dan nyeri pada perut, diare atau konstipasi

10. Infeksi berulang

11. Penyembuhan luka lama (visual nursing)

Individu pengidap diabetik tipe 2 sering memperlihatkan satu atau lebih

gejala non-spesifik seperti :

1. Peningkatan angka infeksi akibat peningkatan konsentrasi glukosa

di sekresi mukus, gangguan fungsi imun, dan penurunan aliran

darah.

2. Gangguan penglihatan yang berhubungan dengan keseimbangan air

atau, pada kasus yang lebih berat, kerusakan retina.

3. Paretesia, atau abnormalitas sensai.


4. Kandidiasis vagina (infeksi ragi)akibat peningkatan kadar glukosa

di sekret vagina dan urine, serta gngguan fungsi imun. Kandidiasis

dapat menyebabkan rasa gatal dan rabas di vagina. Infeksi vagina

merupakan kondisi yang sering dijumpai pada wanita yang

sebelumnya tidak diduga mengidap diabetes.

5. Pelisutan otot dapat terjadi karena protein otot digunakan untuk

memenuhi kebutuhan energi tubuh(Almatsier, 2004)

Gejala yang telah disebutkan diatas masih termasuk dalam gejala ringan

DM. Jika pengobatan dan penanganan penyakit Dm masih salah maka akan

menimbulkan dampak yang berbaha. Organ-organ tubuh akan mengalami

komplikasi seperti penyakit jantung koroner, gangguan penglihatan (mata

buta), gagal ginjal, gangguan pembuluh darah (sroke), gangguan kulit,

gangguan pada saraf, pembusukan pada bagian tubuh, dan penurunan

kemampuan seksual. Hilangnya kemampuan berfikir merupakan komplikasi

yang paling berat pada DM.

7. Komplikasi

Pesien diabetes melitus memiliki resiko tinggi terhadap komplikasi

yang akan melibatkan berbagai sistem. Dan komplikasi dikategorikan

berdasarkan sifatnya antara lain yaitu:

a. Komplikasi Yang Bersifat Akut

a) Ketoasidosis Diabetik

Pada ketoasidosis diabetik, kadar glukosa darah meningkat dengan

cepat akibat glukoneogenesis dan peningkatan penguraian lemak yang


progresif. Terjadi poliuria dan dehidrasi. Kadar keton juga meningkat

(ketoasis) akibat penggunaan asam lemak yang hampir total untuk

menghasilkan ATP. Keton keluar melalui urine (ketonuria) dan

menyebabkan bau napas seperti buah. Selain itu individu dengan

ketoasidosis diabetikessering mengalami mual dan nyeri abdomen.

Dapat terjadi muntah, yang memperparah dehidrasi eksternal dan

intrasel. Ketoasidosis diabetes adalah keadaan yang mengancam jiwa

dan memerlukan perawatan di rumah sakit agar dapat dilakukan

koreksi terhadap keseimbangan cairan dan elektrolitnya.

b) Koma nonketotik hiperglikemia hiperosmolar

Pengidap diabetes tipe 2 dapat mengalami hiperglikemia berat

dengan kadar glukosa darah lebih dari 300mg/100ml. Kadar

hperglikemia ini menyebabkan osmolalitas plasma, yanh dalam

keadaan normal dikontrol ketat pada rentang 275-295 mOamL/L,

meningkat melebihi 310 mOsam/L. Situasi ini menyebabkan

pengeluaran berliter-liter urine, rasa haus yang hebat, defisit kalium

yang parah, dan pada sekitar 15 sampai 20% pasien, terjadi koma dan

kematian.

c) Efek somogyi

Komplikasi akut ditandai dengan penurunan unik kadar glukosa

darah kembali meningkat di malam hari, kemudian di pagi hari kadar

glukosa kembali meningkat diikuti peningkatan rebound pada

paginya. Penyebab hipoglikemia malam hari kemungkinan besar

berkaitan dengan penyuntikan insulin di sore harinya. Kemudian


menyebabkan peningkatan glukagn, katekolamin, kortisol, dan

hormon pertumbuhan.

d) Fenomena Fajar

Hiperglikemia pada pagi hari (antara jam 5 dan pagi 9 pagi) yang

tampaknya disebebkan oleh peningkatan sirkadian kadar glukosa di

pagi hari. Hormon-hormon yang meperlihatkan variasi sirkadian pada

pagi hari adalah kortisol dan hormon pertumbuhan, di mana dan

keduanya merangsang glukoneogenesis.

e) Hipoglikemia

Gejala yang mungkin terjadi adalah hilang kesadaran. Koma dapat

terjadi pada hipoglikemia berat. Pasien diabetes tipe 1 yang terkontrol

ketat, yaitu pasien yang melakukan injeksi insulin multipel sepanjang

7%, meningkatkan resiko untuk mengalami hipoglikemia (Almatsier,

2004).

b. Komplikasi Jangka Panjang

a) Sistem kardiovaskular

Diabetes melitus jangka panjang memberikan dampak yang parah

ke sistem kardio vaskular, dipengaruhi oleh diabaetes kronis. Terjadi

kerusakan mikrovaskular di arteriol kecil, kapiler, dan venula.

Kerusakan makrovaskular terjadi di arteri besar dan sedang. Semua

organ jaringan di tubuh akan terkena akibat dari gangguan mikro dan

makrovaskular ini.
b) Gangguan penglihatan

Ancaman paling besar terhadap penglihatan adalah retinopati, atau

kerusakan pada retina karena tidak mendapatkan oksigen. Retina

adalah jaringan yang sangat aktif bermetabolisme dan pada hipoksia

kronis akan mengalami kerusakan secara progresif dalam struktur

kapilernya, membentuk mikroaneurisma, dan memperlihatkan bercak-

bercak perdarahan. Terbentuk daerah-daerah infark (jaringan yang

mati) yang diikuti neuvaskularisasi (pembentukan pembuluh baru)

bertunasnya pembuluh-pembuluh lama (Almatsier, 2004).

c) Kerusakan ginjal

DM kronis merupakan penyebab kerusakan paling banyak di

america serikat dan negara-negara barat lainnya. Di ginjal, yang

paling parah mengalami kerusakan adlah kapiler glomerulus akibat

hipertensi dan glukosa plasma yang tinggi menyebabkan penebalan

membran basal dan pelebaran glomerulus. Lesi-lesi sklerotik nodular,

yang disebut nodul kimmelstiel-Wilson, terbentuk di glomerulus

sehingga semakin menghambat aliran darahdan akibatnya merusak

nefron.

d) Sistem perifer

Diabetes melitus merusak sistem saraf perifer, termasuk komponen

sensorik dan motorik divisi somatik dan otonom. Penyakit saraf yang

disebabkan diabetes melitus disebut neuropati diabetik. Neropati

diabetik disebabkan hipoksia kronis sel-sel saraf yang kronis serta


efek dari hiperglikemia, termasuk hiperglikosilasi protein yang

melibatkan fungsi saraf.

Sel-sel penunjang saraf, terutama sel schwann, mulai menggunakan

metode alternatif untuk mengatasi beban peningkatan glukosa kronis,

yang akhirnya menyebabkan demielinisasi segmental saraf perifer.

Beberapa komponen neuropati diabetik bersifat reversibel atau dapat

dicegah dengan gula darah yang terkontrol sedangkan yang lainnya

tidak (Almatsier, 2004).


BAB III
LAPORAN KASUS

PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


IDENTITAS
Nama : Ny. A Ruang Rawat : Interne
Umur : 52 Thn No Rekam Medik: 211574
Pendidikan : SD Tgl/jam masuk : 13/12/2020/ (20.55)
Suku : Minang Tgl/jam pengkajian : 16/ 12 / 2020/ (10.00)
Agama : Islam Diagnosa Medis : DM Tipe II tidak terkontrol +
Status Perkawinan : Menikah Dispepsia + HT
Informan : Pasien dan keluarga
RIWAYAT KESEHATAN
Keluhan Utama dan Riwayat Kesehatan Sekarang : Pasien mengeluh mual dan muntah, pasien
mengeluh pusing, pasien mengatakan tidak nafsu makan, pasien memiliki riwayat DM.
Pasien masuk igd tanggal 13-12-2020 dengan keluhan lemas sejak 2 hari SMRS, mual dan muntah,
nafsu makan menurun, riwayat demam 2 hari SMRS. Pasien juga memiliki Riwayat penyakit DM.
Pada pengkajian yang di lakukan pada tanggal 16-12-2020 terhadap pasien di ruangan interne :
Pasien masih mengeluh mual dan muntah, nafsu makan menurun, pasien tampak gelisah, badan
terasa lemas, pasien tampak pucat , mukosa bibir kering, terdapat luka terbuka pada bagian telapak
bawah kaki kanan, pasien ada riwayat dm, pasien mengatakan jarang kontrol ke pelayanan
kesehatan, pasien terpasang infus dengan Cairan NaCl 0,9% 12j/k

Riwayat Kesehatan Masa Lalu :


Penyakit : Asma Stroke Gastritis Infeksi diabetes melitus
1. Pola Hidup : merokok minum alkhol diet tidak teratur stres sex bebas penggunaan
obat terlarang
2. Faktor Resiko : hipertensi diabsetes melitus hiperkolesterolemia penyakit lainya
Seperti
Riwayat Kesehatan Keluarga : hipertensi diabetes meliatus penyakit jantunng
1. FISIOLOGIS
Data Subjektif
OKSIGENASI DAN SIRKULASI

Pernapasan : Tidak ada


Dispnea berhubungan dengan batuk/sputum : tidak ada
Perokok : tidak ada , pak/hari - lama dalam tahun: -
Riwayat Penyakit paru sebelumnya : tidak ada
Sirkulasi :
Riwayat Hipertensi : ada masalah jantung : tidak ada
Demam rematik : tidak ada Edema mata kaki/kaki : tidak ada
Flebitis : tidak ada Penyembuhan lambat : tidak ada
Klaudikasi :tidak ada
Ekstremitas : Kesemutan :tidak ada . Kebas : tidak ada
Batuk/hemoptisis : tidak ada
Perubahan frekuensi/jumlah urin : tidak ada
Data Objektif :
Pernapasan :
Pernapasan : Frekuensi : 22xi Kedalaman : sedang Simetris : simestris kiri dan kanan
Penggunaan Otot Bantu napas :tidak ada Cuping Hidung :tidak
Fremitus : tidak
Bunyi Napas : vesikuler
Sianosis : tidak Jari Tubuh : tidak
Karakteristik Sputum : tidak ada
Fungsi mental/gelisah: tidak

Sirkulasi :
Bunyi jantung : normal abnormal, jelaskan………………………………
Frekuensi : 87 xi Irama teratur Kualitas : Kuat/ keras
Tekanan Vena Jugularis :
Jantung (Palpasi) : Getaran teratur Dorongan kuat
Hemodinamik : Nadi Karotis : 87 x/menit Irama nadi : regular/irreguler
Nadi Jugularis : 87 x/menit Irama nadi : regular/irreguler
Nadi Temporalis : 87 x/menit Irama nadi : regular/irreguler
Nadi Radialis : 87 x/menit Irama nadi : regular/irreguler
Nadi Femoralis : x/menit Irama nadi : regular/irreguler
Nadi Popliteal : x/menit Irama nadi : regular/irreguler
OKSIGENASI DAN SIRKULASI

Nadi Postibial : x/menit Irama nadi : regular/irreguler


Nadi Dorsalis Pedis : /menit Irama nadi : regular/irreguler
TD Kanan Baring : 100/ 70 mmHg, TD Kanan Duduk : 100/70 mmHg,
TD Kanan Berdiri: tidak di ukur.mmHg
TD Kiri Baring : tidak di ukur mmHg, TD Kiri Duduk : tidak di ukur
mmHg,
TD Kiri Berdiri : tidak di ukur mmHg
Ekstremitas : Suhu : 37,5 Warna : sawo matang. Akral: hangat
Pengisian Kapiler : < 2 detik . Varises : tidak ada
Kuku : normal Penyebaran Rambut : penyebaran rambut merata
bercampur uban
Warna : Mukosa Bibir :bibir kering , Punggung kuku :sawo matang,
Konjungtiva : anemis , Sklera : ikterik
Diaforesis : tidak ada
Penunjang :
Nilai Lab Nilai Normal
Hemoglobin L 10,6 g/dl 12,0-16,0 g/dl
Eritrosit L 3,61 106/mm3 4,0-5,0 106/mm3
Hematokrit L 30,0 % 36-48 %
Leukosit H 15,4 103/mm3 5,0-10,0 103/mm3
Eosinofil L 0 % 1-3 %
Neutrofil H 83 % 50-70 %
Ureum H 68 mg/dl 20-50 mg/dl
Foto thoraks (tgl.............) :
Kesan :

Ekhokardiografi (tgl.........) :
Kesan :

EKG (tgl,13 – 12- 2020 )


Kesan
Sinus rhytm

Masalah Keperawatan
 Bersihan jalan napas tidak efektif
 Penurunan curah jantung
 Pola napas tidak efektif
 Ketidakefektifan napas spontan
 Kerusakan pertukaran gas
 Gangguan perfusi perifer
Data Subjektif
Diit biasa (tipe) : MLDD 1900 RG2 RP 40 gr Jumlah makanan per hari: 3 x sehari
Makan terakhir /masukan : MLDD 1900 RG2 RP 40 gr
Pola diit : 6 porsi
Kehiangan selera makan :Iya
Mual/muntah : iya
Nyeri uluhati : tidak
Disembuhkan oleh : -
Alergi makanan : tidak ada
MAKANAN DAN CAIRAN

Gangguan menelan : tidak


Gigi
Berat badan biasa :55 kg
perubahan berat badan: berubah 7 kg
Penggunaan diuretik : tidak ada

Data Objektif :
BB : 48 Kg TB : 157 cm
Pemasangan NGT : tidak
Lingkar perut : tida di ukur
Bentuk tubuh : agak ramping
Turgor kulit : kering
Edema : Umum : tidak ada dependen : tidak . Periorbital : tidak
Asites : tidak ada Shifting dullness : tidak ada

Pembesaran tiroid : tidak ada hernia : tidak ada .Halitosis : tidak ada
Kondisi gigi/gusi : lengkap
Bising usus : ada
Intake dan output
Intake Output
Makanan cairan susu ½ gelas Urine 300 cc
Minum air putih 200 cc

Penunjang :
Lab :
Nilai Lab Nilai Normal
Eritrosit H 3,61 106/mm3 4,0-5,0 106/mm3
MCV L 83,1 fl 84-96 fl
Leukosit H 15,4 103/mm3 5,0-10,0 103/mm3
Trombosit 306 103/mm3 140-400 103/mm3
Eosionofil L 0 % 1-3 %
Neutrofil H 83 % 50-70 %
Limfosit L 8 % 20-40 %
Monosit H 9% 2-8%
ALC L 1232 /µL 1500-4000 /µL
NLR H 10,38 /µL < 3,13 /µL
Ureum H 68 mg/dl 20-50 mg/dl

USG Abdomen (Tanggal )


Kesan :

Endoskopi (tanggal )
Kesan :

Masalah Keperawatan :
 Kerusakan menelan
 Ketidakseimbangan nutrisi : lebih dari kebutuhan
 Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan
 Resiko ketidakseimbangan nutrisi : lebih dari kebutuhan
 Defisit Volume cairan
 Kelebihan volume cairan
Data Subjektif :
Pola BAB : 1-2x sehari BAB penggunaan laksatif : Tidak ada
Karakter feses : warna kuning kecoklatan, lembek
BAB terakhir : SMRS
Riwayat perdarahan : Tidak ada
hemoroid : tidak ada
Konstipasi : tidak
Diare : tidak ada
Menggunakan ostomy : tidak ada
Penggunaan laksatif : tidak ada
ELIMINASI

Pola BAK : baik


Retensi : tidak . dysuria : tidak
Inkontinensia : tidak ada
Urgensi : tidak
Keseringan : tidak
Tidak lepas : tidak
Riwayat penyakit ginjal/kandung kemih : tidak ..

Data objektif :
Abdomen : nyeri tekan : tidak
lunak/keras : tidak
Masa : tidak
Linggar perut : tidak di ukur
Masalah Keperawatan :
 Perubahan eliminasi urin
 Inkontinensia urin
 Retensi urin
 Konstipasi
 Diare
 Perubahan elminasi alvi
ISTIRAHAT AKTIVITAS DAN

Data Subjektif :
Pekerjaan : ibu rumah tangga dan petani
Aktivitas Waktu luang : memasak
Perasaan bosan/tidak puas : tidak
Keterbatasan karena kondisi : tidak ada
Keluhan : (nyeri/bengkak/lemas)
Pola Tidur : 8 jam
Tidur Jam : 22.00 Tidur siang : tidak ada
Data Subjektif :
Riwayat cedera : iya
PROTEKSI

Riwayat hipertermi :tidak


Alergi : tidak ada

Data Objektif :
Kulit : Luka, karakteristik : terbuka
Inisial operasi, karakteristik : dibagian telapak kaki kanan bawah
Skala Resiko Jatuh Morse :

NO PENGKAJI SKALA NILAI KET.


1. AN lansia pernah jatuh
Riwayat jatuh: apakah Tidak 0 0
dalam 3 bulan terakhir? Ya 25

2. Diagnosa sekunder: apakah lansia memiliki Tidak 0 15


lebih dari satu penyakit? Ya 15
3. Alat Bantu jalan: 0
- Bed rest/ dibantu perawat 0
- Kruk/ tongkat/ walker 15
- Berpegangan pada benda-benda di sekitar 30
(kursi, lemari, meja)
4. Terapi Intravena: apakah saat ini lansia Tidak 0 20
terpasang infus? Ya 20
5. Gaya berjalan/ cara berpindah: 10
- Normal/ bed rest/ immobile (tidak dapat 0
bergerak sendiri)
- Lemah (tidak bertenaga) 10
- Gangguan/ tidak normal (pincang/ diseret) 20
6. Status Mental 0
- Lansia menyadari kondisi dirinya 0
- Lansia mengalami keterbatasan daya ingat 15
Total Nilai 45

Tingkatan Risiko Nilai MFS Tindakan


Tidak berisiko 0 – 24 Perawatan dasar
Risiko rendah 25 – 50 Pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh standar
Risiko tinggi ≥ 51 Pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh risiko tinggi
Skala Braden untuk Luka Tekan

PARAMETER TE SKOR
M
UA 4
Persepsi sensori 1. Tidak merasakan 2. Gangguan 3. Gangguan sensori 4. Tidak ada
atau respon sensori pada pada 1 atau 2 gangguan
terhadap stimulus bagian ½ ekstremitas atau sensori,
nyeri, kesadaran permukaan berespon pada berespon
menurun tubuh atau perintah verbal tapi penuh
hanya berespon tidak selalu mampu terhadap
pada stimuli mengatakan perintah
nyeri ketidaknyamanan verbal.
4
Kelembapan 1.. Selalu 2. Sangat lembab 3. Kadang lembab 4. Kulit kering
terpapar oleh
keringat atau
urine basah 3
Aktivitas 1. Terbaring ditempat 2. Tidak bisa 3. Berjalan dengan 4. Dapat
tidur erjalan atau tanpa bantuan. berjalan
sekitar
4
Mobilitas 1. Tidak mampu 2. Tidak dapat 3. Dapat membuat 4. Dapat merubah
ergerak merubah perubahan posisi posisi tanpa
posisi secara tubuh atau ekstremitas bantuan
tepat dan dengan mandiri
teratur
2
Nutrisi 1. Tidak dapat 2. Jarang 3. Mampu 4. Dapat
menghabiskan mampu menghabiskan lebih menghabis
1/3 porsi menghabiska dari ½ porsi kan porsi
makannya, n makannya Makannya,
sedikit minum, ½ porsi tidak
puasa makanannya memerlukan
atauminum air atau intake suplementas
putih, atau cairan kurang i nutrisi.
mendapat infus dari jumlah
3
Gesekan 1. Tidak mampu 2. 3. Membutuhkan
mengangkat Membutuhkan bantuan
badannya sendiri, bantuan minimal
atau spastik, minimal mengangkat
kontraktur atau mengangkat tubuhnya
Gelisah tubuhnya
20
TOTAL SKOR

Keterangan :
Resiko ringan jika skor 15-23
Resiko sedang jika skor 13-14
Resiko berat jika skor 10-12
Resiko sangat berat jika skor kurang dari 10
Data Subjektif :
Keluhan
INDERA/SENSE

Data Objektif :
Penglihatan : normal …kacamata/lensa kontak………….katarak……….glaukoma ………
Data Subjektif :
rasa ingin pingsan/pusing : ada sekali
NEUROLOGI

Sakit kepala : tidak ada.


Kesemutan/kebas/kelemahan (lokasi) : tidak ada
Stroke (gejala sisa) : tidak ada.
Kejang : tidak ada
Data Objektif :
Kesadaran : E 4 M 6 V 5
Nervus Kranialis :
No Nervus Data pengkajian
1 N. Olfaktorius Normal
2 N. Optikus Normal
3 N.Okulomotorius Normal
4 N. Troklearis Normal
5 N. Trigeminus Normal
6 N. Abdusen Normal
7 N. Fasialis Normal
8 N. Vestibulokohklearis Normal
9 N. Glosofaringeus Normal
10 N. Vagus Normal
11 N. Assesorius Normal
12 N. Hipoglosus Normal

Refleks :normal ...................................................................................................................................................


Genggaman lepas : ka : normal .ki : normal

Penunjang
CT Scan Kepala (tanggal : )

Masalah Keperawatan
 Perubahan perfusi serebral
 Confuse
 Gangguan menelan
 Kerusakan komunikasi verbal
 Tidak ada masalah keperawatan
Riwayat DM :tidak ya
pembengkakan kelenjar : tidak ya, ............................
Periode menstruasi terakhir :tidak /pendarahan abnormal /riwayat payudara bengkak/drainese
vagina
Lain – lain ............................................................................................................................................................

Data Penunjang :
Nilai Lab Nilai Normal
Glukosa darah H 355 mg/dl <200 mg/dl
ENDOKRIN

Ureum H 68 mg/dl 20-50 mg/dl


Glukosa 3+ Negatif

Masalah Keperawatan :
 Keterlambatan tumbuh kembang
 Risiko pertumbuhan disproporsional
 Ketidakstabilan gula darah
 Gangguan metabolisme
 Ketidastabilan kadar glukosa darah
ANAN NYERI/KETIDAKNYAM

Data Subjektif
Lokasi : tidak
Frekuensi : tidak
Kualitas : tidak
Durasi : tidak
Penjalaran: tidak
Faktor Pencetus : tidak

Data Objektif
2. MODE KONSEP DIRI
KONSEP DIRI

Data Subjektif
Sensasi tubuh : baik
Citra Tubuh : baik
Konsistensi diri: baik
Ideal Diri : baik
Moral Etik – Spritual Diri : baik
Data Objektif
Status emosional
Tenang…..cemas…..Marah…..Menarik Diri…Takut…….mudah tersinggung…..tidak sabar…
euphoria…
Respon fisiologis yang terobservasi : baik

Masalah Keperawatan :
 Keputusasaan
 Kecemasan
 Spiritual distress
 Ketakutan
 Rirsiko merusak diri
 Koping tidak efektif
 Harga diri rendah
 Isolasi diri

3. MODE FUNGSI PERAN


Apakah memiliki cukup energi untuk melakukan aktivitas di rumah ? : tidak ya
Apakah bekerja di luar rumah ? : tidak ya, jelaskan : membersihkan masjid
Jika tidak, apakah pernah bekerja di luar rumah ? : tidak pernah
Jika pernah, apakah penyakit ini yang membuat tidak lagi bekerja ? : ya bukan
Berpartisipasi dalam kegiatan di masyarakat : tidak ya, sebutkann : gotong
raya .
Berpartisipasi dalam terapi : selalu kadang-kadang jarang tidak pernah
Lain – lain ............................................................................................................................................................

Masalah Keperawatan :
 Perubahan penampilan peran
 Inefektif manajemen regimen terapi

4. MODE INTERDEPENDENSI
PERILAKU
Orang lain yang bermakna : keluarga
Citra Tubuh : baik
Konsistensi diri : baik
Ideal Diri : baik
Moral Etik – Spritual Diri : baik
Masalah Keperawatan :
 Isolasi sosial
Risiko merusak diri / orang lain
 Risiko kesendirian
 Koping defensif
 Tidak ada masalah keperawatan

Discharge Planning :
Tanggal informasi didapatkan
1. Tanggal pulang yang diantisipasi :
2. Sumber yang tersedia : Orang……Keuangan ……
3. Perubahan yang perlu diantisipasi dalam situasi kehidupan setelah pulang…………………………
4. Area yang mungkin membutuhkan perubahan/bantuan :…………………………………………….
Penyiapan makanan : ………………………………. Berbelanja : ………………………………………
Transportasi : …………………………………… Ambulasi : …………………………………………..
Obat/terapi : ……………………………….. Pengobtan : ……………………………………………….
Perawatan luka : ………………………….. Peralatan : ………………………………….
Bantuan perawatan diri : ……………………………………………………………………………………
Gambaran fisik rumah : ……………………………………………………………………………………..
Bantuan merapihkan/pemeliharaan rumah : …………………………………………………………………
Fasilitas kehidupan selain rumah (khusus) :
……………………………………………………………………

Nama Perawat : Tanda Tangan : Hari / Tanggal :

Penatalaksanaan
Nama Obat Golongan Indikasi Efek samping Kontra Indikasi
OMZ Proton pump Penangan - Mual Jangan gunakan
inhibitor penyakit - Muntah OMZ jika
yang seperti - Diare mempunyai
menghambat gastrosopageal - Sakit Kepala kondisi medis,
produksi reflux disease, - Pusing pasien dengan
asam tukak lambung - Nyeri penyakit jantung,
lambung dan sindrom abdomen hepar
zollinger - Rasa osteoporosis,
ellison kembung osteopenia atau
hipomagnesemia
Ciprofloxaci Antibiotik Pengobatan - Mual Hindari
ne jenis infeksi yang - Diare penggunaan pada
quinolone disebabkan - Muntah pasien dengan
oleh bakteri - Sakit perut kondisi:
gram positif - Pusing - Hipersens
terhadap - Ruam kulit itif
ciprofloxacin terhadap
seperti infeksi ciprofloax
pada saluran acin
kemih, saluran - Pengguna
cerna, an
termasuk bersamaa
demam tifoid n dengan
tizanidine

PCT Obat penurun Mereda rasa - Demam Pada pasien


panas dan sakit dan - Sakit dengan riwayat
pereda nyeri demam tenggorokan hipersensitivitas
- Muncul dan penyakit
sariawan hepar aktif
- Nyeri derajat berat.
punggung
- Tubuh
terasa lemah

Ondan Antiemetik Pasien yang Mengatasi mual Sakit kepala


memiliki muntah setelah kontipasi rasa
Riwayat tindakan operasi panas pada
hipersentivitas kepala

Amlodipin Obat Obat ini di - Merasa lelah Stenosis


antihipertensi gunakan untuk - Pusing
gologan menurunkan - Mual
antagonis tekanan darah - Pembengka
kalsium kan tungkai
- Jantung
berdebar
Cefriaxone Antibiotic Untuk Mengantuk,pusi Golongan
mengatasi ng,mual muntah sefalosrin yg
infeksi bakteri memiliki
asam negative hipersentivitas
maupun asama
positif

Data fokus :
DS :
 pasien mengatakan kepala terasa pusing
 pasien mengatakan mual muntah
 pasien mengatakan nafsu makan berkurang
 pasien mengatakan badan terasa lemas
 pasien mengatakan ada riwayat DM
 pasien mengatakan jarang kontrol ke pelayanan kesehatan
 pasien mengatakan ada luka pada telapak kaki kanan

DO :
 Pasien tampak lemas dan pucat
 Mukosa bibir kering
 BB turun 7 kg, dari 55-48 kg
 TB: 157 cm
 Glukosa darah H 355 mg/dl
 Ureum H 68 mg/dl
 TTV
TD : 100/70 mmHg
N : 87 x/menit
RR : 22 x/menit
S : 37,5
 Pasien terpasang infus NaCl 0,9% 12 j/k
 Terdapat luka pada bagian telapak kaki bawah sebelah kanan
 Tampak luka terbuka, kotor

Analisa Data
No Data Etiologi (berdasarkan Masalah
patofisiologi) keperawatan
1 Ds : Usia 52 tahun, riwayat Ketidakstabilan
 pasien penyakit dm setahun lalu Kadar Glukosa
mengatakan darah b/d
kepala terasa Jarang kontrol ke Hiperglikemia
pusing pelayanan kesehatan
 pasien
mengatakan Sel β di pancreas
badan terasa terganggu
lemas
 pasien Defisit insulin

mengatakan
ada riwayat Hiperglikemi

DM
 pasien Tidak terkontrol

mengatakan
jarang kontrol Ketidakstabilan kadar

ke pelayanan glukosa darah

kesehatan

Do :
 Pasien tampak
lemas dan
pucat
 Mukosa bibir
kering
 TTV
TD :
100/70 mmHg
N : 87
x/menit
RR : 22
x/menit
 Glukosa darah
H 355 mg/dl
 Ureum H 68
mg/dl
2 Ds : Defisiensi insulin Defisit Nutrisi b/d
 pasien Peningkatan
mengatakan Gluconeogenesis kebutuhan
mual muntah metabolisme
 pasien Ketogenesis
mengatakan
nafsu makan Mual muntah, anoreksia
berkurang
 pasien Defisit nutrisi
mengatakan
badan terasa
lemas

Do :
 Pasien tampak
lemas dan
pucat
 Mukosa bibir
kering
 BB turun 7 kg,
dari 55-48 kg
 TB: 157 cm
3 Ds : Defisiensi insulin Resiko infeksi b.d
 pasien penyakit kronis DM
mengatakan Hiperglikemia
ada luka pada
telapak kaki
kanan Glukosa sel insulin

Do : Penebalan membrane
 Terdapat luka dasar vaskuler
pada bagian
telapak kaki Disfungsi endotel
bawah sebelah mikrovaskuler
kanan
 Tampak luka Neuropati perifer
terbuka dan
kotor Resiko infeksi

 Suhu 37,5

Diagnosa keparawatan
1. Ketidakstabilan Kadar Glukosa darah b/d Hiperglikemia
2. Defisit Nutrisi b/d Peningkatan kebutuhan metabolisme
3. Resiko infeksi b.d penyakit kronis DM

Perencanaan
No Diagnosa SLKI SIKI
1. Ketidakstabilan Setelah dilakukan Observasi :
Kadar Glukosa tindakan keperawatan - Identifkasi kemungkinan
darah b/d selama 1x 24 jam maka penyebab hiperglikemia
Hiperglikemia ketidakstabilan gula - Identifikasi situasi yang
darah membaik menyebabkan kebutuhan insulin
KH : meningkat (mis. penyakit
- Kestabilan kadar glukosa kambuhan)
darah - Monitor kadar glukosa darah,
membaik jika perlu
- Status nutrisi membaik - Monitor tanda dan gejala
- Tingkat pengetahuan hiperglikemia (mis. poliuri,
meningkat polidipsia, polivagia,
kelemahan, malaise, pandangan
kabur, sakit kepala)
- Monitor intake dan output cairan
- Monitor keton urine, kadar
analisa gas darah, elektrolit,
tekanan darah ortostatik dan
frekuensi nadi
Terapeutik :
- Berikan asupan cairan oral
- Konsultasi dengan medis jika
tanda dan gejala hiperglikemia
tetap ada atau memburuk
- Fasilitasi ambulasi jika ada
hipotensi ortostatik
Edukasi :
- Anjurkan olahraga saat kadar
glukosa darah lebih dari 250
mg/dL
- Anjurkan monitor kadar glukosa
darah secara mandiri
- Anjurkan kepatuhan terhadap
diet dan olahraga
- Ajarkan indikasi dan pentingnya
pengujian keton urine, jika perlu
- Ajarkan pengelolaan diabetes
(mis. penggunaan insulin, obat
oral, monitor asupan cairan,
penggantian karbohidrat, dan
bantuan professional kesehatan)
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian insulin,
jika perlu
- Kolaborasi pemberian cairan IV,
jika perlu
- Kolaborasipemberian kalium,
jika perlu
2. Defisit Nutrisi b/d Setelah dilakukan asuhan Observasi :
Peningkatan keperawatan selama 3 x - Identifikasi status nutrisi
kebutuhan 24 jam diharapkan status - Identifikasi alergi dan
metabolisme nutrisi klien meningkat. intoleransi makanan
Dengan kriteria hasil - Identifikasi makanan yang
sebagai berikut : disukai
- Meningkatnya - Identifikasi kebutuhan kalori
pengetahuan tentang dan jenis nutrient
pilihan makanan dan - Identifikasi perlunya
minuman yang sehat penggunaan selang nasogastrik
untuk Diabetes Mellitus - Monitor asupan makanan
Tipe II - Monitor berat badan
- Meningkatnya - Monitor hasil pemeriksaan
pengetahuan tentang laboratorium
standar asupan nutrisi Terapeutik :
yang tepat - Lakukan oral hygiene sebelum
- Meningkatnya sikap makan, jika perlu
terhadap makanan/ - Fasilitasi menentukan pedoman
minuman sesuai dengan diet (mis. Piramida makanan)
tujuan kesehatan - Sajikan makanan secara menarik
- Indeks Masa Tubuh dan suhu yang sesuai
(IMT) dalam batas normal - Berikan makan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
- Berikan makanan tinggi kalori
dan tinggi protein
- Berikan suplemen makanan, jika
perlu
- Hentikan pemberian makan
melalui selang nasigastrik jika
asupan oral dapat ditoleransi
Edukasi :
- Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
- Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan (mis. Pereda
nyeri, antiemetik), jika perlu
- Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah kalori
dan jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika perlU
3. Resiko infeksi b.d Setelah dilakukan Observasi :
penyakit kronis tintdakan keperawatan - Identifikasi riwayat kesehatan
DM selama 1x 24 jam maka dan riwayat alergi
tingkat infeksi - Identifikasi kontraindikasi
menurun pemberian imunisasi
KH : - Identifikasi status imunisasi
- Tingkat nyeri menurun setiap kunjungan ke pelayanan
- Integritas kulit dan kesehatan
jaringan Terapeutik :
membaik - Berikan suntikan pada pada bayi
- Kontrol resiko dibagian paha anterolateral
meningkat - Dokumentasikan informasi
vaksinasi
- Jadwalkan imunisasi pada
interval waktu yang tepat
Edukasi :
- Jelaskan tujuan, manfaat, resiko
yang terjadi, jadwal dan efek
samping
- Informasikan imunisasi yang
diwajibkan pemerintah
- Informasikan imunisasi yang
melindungiterhadap penyakit
namun saat ini tidak diwajibkan
pemerintah
- Informasikan vaksinasi untuk
kejadian khusus
- Informasikan penundaan
pemberian imunisasi tidak
berarti mengulang jadwal
imunisasi kembali
- Informasikan penyedia layanan
pekan imunisasi nasional yang
menyediakan vaksin gratis

Tanggal 16 – 12 – 2020 jam 10.00 wib


Implementasi & evaluasi
Diagnosa Implementasi Evaluasi
Ketidakstabila Observasi : S:
n Kadar - Mengidentifkasi  pasien mengatakan kepala terasa
Glukosa darah kemungkinan penyebab pusing
b/d hiperglikemia  pasien mengatakan badan terasa
Hiperglikemia - Mengidentifikasi situasi yang lemas
menyebabkan kebutuhan  pasien mengatakan ada riwayat
insulin meningkat (mis. DM
penyakit kambuhan)
- Memonitor kadar glukosa O :
darah, jika perlu  Pasien tampak lemas dan pucat
- Memonitor tanda dan gejala  Mukosa bibir kering
hiperglikemia (mis. poliuri,
 TTV
polidipsia, polivagia,
TD : 100/70 mmHg
kelemahan, malaise,
N : 87 x/menit
pandangan kabur, sakit
RR : 22 x/menit
kepala)
 Glukosa darah H 355 mg/dl
- Memonitor intake dan output
Ureum H 68 mg/dl
cairan
- Memonitor keton urine, kadar
A : Masalah belum teratasi
analisa gas darah, elektrolit,
P : Intervensi di lanjutkan
tekanan darah ortostatik dan
frekuensi nadi
Terapeutik :
- Memberikan asupan cairan
oral
- Mekonsultasi dengan medis
jika tanda dan gejala
hiperglikemia tetap ada atau
memburuk
- Mefasilitasi ambulasi jika ada
hipotensi ortostatik
Edukasi :
- Menganjurkan olahraga saat
kadar glukosa darah lebih dari
250 mg/dL
- Menganjurkan monitor kadar
glukosa darah secara mandiri
- Menganjurkan kepatuhan
terhadap diet dan olahraga
- Mengajarkan indikasi dan
pentingnya pengujian keton
urine, jika perlu
- Mengajarkan pengelolaan
diabetes (mis. penggunaan
insulin, obat oral, monitor
asupan cairan, penggantian
karbohidrat, dan bantuan
professional kesehatan)
Kolaborasi :
- Mengkolaborasi pemberian
insulin, jika perlu
- Mengkolaborasi pemberian
cairan IV, jika perlu
- Mengkolaborasipemberian
kalium, jika perlu
Defisit Nutrisi Observasi : S:
b/d - Mengidentifikasi status nutrisi  pasien mengatakan mual muntah
Peningkatan - Mengidentifikasi alergi dan  pasien mengatakan nafsu makan
kebutuhan intoleransi makanan berkurang
metabolisme - Mengidentifikasi makanan  pasien mengatakan badan terasa
yang disukai lemas
- Mengidentifikasi kebutuhan O :
kalori dan jenis nutrient  Pasien tampak lemas dan pucat
- Mengidentifikasi perlunya  Mukosa bibir kering
penggunaan selang
 BB turun 7 kg, dari 55-48 kg
nasogastrik
 TB: 157 cm
- Memonitor asupan makanan
A : Masalah teratasi sebagian
- Memonitor berat badan
- Memonitor hasil pemeriksaan P : intervensi di lanjutkan
laboratorium
Terapeutik :
- Melakukan oral hygiene
sebelum makan, jika perlu
- Menfasilitasi menentukan
pedoman diet (mis. Piramida
makanan)
- Mesajikan makanan secara
menarik dan suhu yang sesuai
- Memberikan makan tinggi
serat untuk mencegah
konstipasi
- Memberikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
- Memberikan suplemen
makanan, jika perlu
- Menghentikan pemberian
makan melalui selang
nasigastrik jika asupan oral
dapat ditoleransi
Edukasi :
- Menganjurkan posisi duduk,
jika mampu
- Mengajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi :
- Mengkolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(mis. Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
- Mengkolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu
Resiko infeksi Observasi : S:
b.d penyakit - Mengidentifikasi riwayat  pasien mengatakan ada luka pada
kronis DM kesehatan dan riwayat alergi telapak kaki kanan
- Mengidentifikasi O:
kontraindikasi pemberian  Terdapat luka pada bagian telapak
imunisasi kaki bawah sebelah kanan
- Mengidentifikasi status  Tampak luka terbuka dan kotor
imunisasi setiap kunjungan ke  Suhu 37,5
pelayanan kesehatan
Terapeutik : A : masalah teratasi sebagian
- Memberikan suntikan pada P : intervensi di lanjutkan
pada bayi dibagian paha
anterolateral
- Mendokumentasikan
informasi vaksinasi
- Mejadwalkan imunisasi pada
interval waktu yang tepat
Edukasi :
- Menjelaskan tujuan, manfaat,
resiko yang terjadi, jadwal
dan efek samping
- Menginformasikan imunisasi
yang diwajibkan pemerintah
- Menginformasikan imunisasi
yang melindungi terhadap
penyakit namun saat ini tidak
diwajibkan pemerintah
- Menginformasikan vaksinasi
untuk kejadian khusus
- Menginformasikan penundaan
pemberian imunisasi tidak
berarti mengulang jadwal
imunisasi kembali
- Menginformasikan penyedia
layanan pekan imunisasi
nasional yang menyediakan
vaksin gratis

Tanggal 17 – 12 – 2020, Jam 10.10 Wib

Diagnosa Implementasi Evaluasi

Ketidakstabila Observasi : S:
n Kadar - Mengidentifkasi  pasien mengatakan kepala terasa
Glukosa darah kemungkinan penyebab pusing
b/d hiperglikemia  pasien mengatakan badan terasa
Hiperglikemia - Mengidentifikasi situasi yang lemas
menyebabkan kebutuhan  pasien mengatakan ada riwayat
insulin meningkat (mis. DM
penyakit kambuhan)
- Memonitor kadar glukosa O :
darah, jika perlu  Pasien tampak lemas dan pucat
- Memonitor tanda dan gejala  Mukosa bibir kering
hiperglikemia (mis. poliuri,  TTV
polidipsia, polivagia, TD : 100/70 mmHg
kelemahan, malaise, N : 87 x/menit
pandangan kabur, sakit RR : 22 x/menit
kepala)  Glukosa darah H 355 mg/dl
- Memonitor intake dan output
Ureum H 68 mg/dl
cairan
- Memonitor keton urine, kadar
A : Masalah belum teratasi
analisa gas darah, elektrolit,
P : Intervensi di lanjutkan
tekanan darah ortostatik dan
frekuensi nadi
Terapeutik :
- Memberikan asupan cairan
oral
- Mekonsultasi dengan medis
jika tanda dan gejala
hiperglikemia tetap ada atau
memburuk
- Mefasilitasi ambulasi jika ada
hipotensi ortostatik
Edukasi :
- Menganjurkan olahraga saat
kadar glukosa darah lebih dari
250 mg/dL
- Menganjurkan monitor kadar
glukosa darah secara mandiri
- Menganjurkan kepatuhan
terhadap diet dan olahraga
- Mengajarkan indikasi dan
pentingnya pengujian keton
urine, jika perlu
- Mengajarkan pengelolaan
diabetes (mis. penggunaan
insulin, obat oral, monitor
asupan cairan, penggantian
karbohidrat, dan bantuan
professional kesehatan)
Kolaborasi :
- Mengkolaborasi pemberian
insulin, jika perlu
- Mengkolaborasi pemberian
cairan IV, jika perlu
- Mengkolaborasipemberian
kalium, jika perlu
Defisit Nutrisi Observasi : S:
b/d - Mengidentifikasi status nutrisi  pasien mengatakan mual muntah
Peningkatan - Mengidentifikasi alergi dan  pasien mengatakan nafsu makan
kebutuhan intoleransi makanan berkurang
metabolisme - Mengidentifikasi makanan  pasien mengatakan badan terasa
yang disukai lemas
- Mengidentifikasi kebutuhan O :
kalori dan jenis nutrient  Pasien tampak lemas dan pucat
- Mengidentifikasi perlunya  Mukosa bibir kering
penggunaan selang
 BB turun 7 kg, dari 55-48 kg
nasogastrik
 TB: 157 cm
- Memonitor asupan makanan
A : Masalah teratasi sebagian
- Memonitor berat badan
P : intervensi di lanjutkan
- Memonitor hasil pemeriksaan
laboratorium
Terapeutik :
- Melakukan oral hygiene
sebelum makan, jika perlu
- Menfasilitasi menentukan
pedoman diet (mis. Piramida
makanan)
- Mesajikan makanan secara
menarik dan suhu yang sesuai
- Memberikan makan tinggi
serat untuk mencegah
konstipasi
- Memberikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
- Memberikan suplemen
makanan, jika perlu
- Menghentikan pemberian
makan melalui selang
nasigastrik jika asupan oral
dapat ditoleransi
Edukasi :
- Menganjurkan posisi duduk,
jika mampu
- Mengajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi :
- Mengkolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(mis. Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
- Mengkolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu

Resiko infeksi Observasi : S:


b.d penyakit - Mengidentifikasi riwayat  pasien mengatakan ada luka pada
kronis DM kesehatan dan riwayat alergi telapak kaki kanan
- Mengidentifikasi O:
kontraindikasi pemberian  Terdapat luka pada bagian telapak
imunisasi kaki bawah sebelah kanan
- Mengidentifikasi status  Tampak luka terbuka dan kotor
imunisasi setiap kunjungan ke  Suhu 37,5
pelayanan kesehatan
Terapeutik : A : masalah teratasi sebagian
- Memberikan suntikan pada P : intervensi di lanjutkan
pada bayi dibagian paha
anterolateral
- Mendokumentasikan
informasi vaksinasi
- Mejadwalkan imunisasi pada
interval waktu yang tepat
Edukasi :
- Menjelaskan tujuan, manfaat,
resiko yang terjadi, jadwal
dan efek samping
- Menginformasikan imunisasi
yang diwajibkan pemerintah
- Menginformasikan imunisasi
yang melindungi terhadap
penyakit namun saat ini tidak
diwajibkan pemerintah
- Menginformasikan vaksinasi
untuk kejadian khusus
- Menginformasikan penundaan
pemberian imunisasi tidak
berarti mengulang jadwal
imunisasi kembali
- Menginformasikan penyedia
layanan pekan imunisasi
nasional yang menyediakan
vaksin gratis
Tanggal 18/ 12 / 2020, Jam 10.00 Wib

Diagnosa Implementasi Evaluasi

Ketidakstabila Observasi : S:
n Kadar - Mengidentifkasi  pasien mengatakan kepala terasa
Glukosa darah kemungkinan penyebab pusing
b/d hiperglikemia  pasien mengatakan badan terasa
Hiperglikemia - Mengidentifikasi situasi yang lemas
menyebabkan kebutuhan  pasien mengatakan ada riwayat
insulin meningkat (mis. DM
penyakit kambuhan)
- Memonitor kadar glukosa O :
darah, jika perlu
- Memonitor tanda dan gejala  Pasien tampak lemas dan pucat
hiperglikemia (mis. poliuri,  Mukosa bibir kering
polidipsia, polivagia,  TTV
kelemahan, malaise, TD : 100/70 mmHg
pandangan kabur, sakit N : 87 x/menit
kepala) RR : 22 x/menit
- Memonitor intake dan output  Glukosa darah H 355 mg/dl
cairan Ureum H 68 mg/dl
- Memonitor keton urine, kadar
analisa gas darah, elektrolit, A : Masalah belum teratasi
tekanan darah ortostatik dan P : Intervensi di lanjutkan
frekuensi nadi
Terapeutik :
- Memberikan asupan cairan
oral
- Mekonsultasi dengan medis
jika tanda dan gejala
hiperglikemia tetap ada atau
memburuk
- Mefasilitasi ambulasi jika ada
hipotensi ortostatik
Edukasi :
- Menganjurkan olahraga saat
kadar glukosa darah lebih dari
250 mg/dL
- Menganjurkan monitor kadar
glukosa darah secara mandiri
- Menganjurkan kepatuhan
terhadap diet dan olahraga
- Mengajarkan indikasi dan
pentingnya pengujian keton
urine, jika perlu
- Mengajarkan pengelolaan
diabetes (mis. penggunaan
insulin, obat oral, monitor
asupan cairan, penggantian
karbohidrat, dan bantuan
professional kesehatan)
Kolaborasi :
- Mengkolaborasi pemberian
insulin, jika perlu
- Mengkolaborasi pemberian
cairan IV, jika perlu
- Mengkolaborasipemberian
kalium, jika perlu
Defisit nutrisi Observasi : S:
b.d - Mengidentifikasi status nutrisi  pasien mengatakan mual muntah
Peningkatan - Mengidentifikasi alergi dan  pasien mengatakan nafsu makan
kebutuhan intoleransi makanan berkurang
metabolisme - Mengidentifikasi makanan  pasien mengatakan badan terasa
yang disukai lemas
- Mengidentifikasi kebutuhan O :
kalori dan jenis nutrient  Pasien tampak lemas dan pucat
- Mengidentifikasi perlunya  Mukosa bibir kering
penggunaan selang
 BB turun 7 kg, dari 55-48 kg
nasogastrik
 TB: 157 cm
- Memonitor asupan makanan
A : Masalah teratasi sebagian
- Memonitor berat badan
P : intervensi di lanjutkan
- Memonitor hasil pemeriksaan
laboratorium
Terapeutik :
- Melakukan oral hygiene
sebelum makan, jika perlu
- Menfasilitasi menentukan
pedoman diet (mis. Piramida
makanan)
- Mesajikan makanan secara
menarik dan suhu yang sesuai
- Memberikan makan tinggi
serat untuk mencegah
konstipasi
- Memberikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
- Memberikan suplemen
makanan, jika perlu
- Menghentikan pemberian
makan melalui selang
nasigastrik jika asupan oral
dapat ditoleransi
Edukasi :
- Menganjurkan posisi duduk,
jika mampu
- Mengajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi :
- Mengkolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(mis. Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
- Mengkolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu
Resiko infeksi Observasi : S:
b.d penyakit - Mengidentifikasi riwayat  pasien mengatakan ada luka pada
kronis DM kesehatan dan riwayat alergi telapak kaki kanan
- Mengidentifikasi O:
kontraindikasi pemberian  Terdapat luka pada bagian telapak
imunisasi kaki bawah sebelah kanan
- Mengidentifikasi status  Tampak luka terbuka dan kotor
imunisasi setiap kunjungan ke  Suhu 37,5
pelayanan kesehatan
Terapeutik : A : masalah teratasi sebagian
- Memberikan suntikan pada P : intervensi di lanjutkan
pada bayi dibagian paha
anterolateral
- Mendokumentasikan
informasi vaksinasi
- Mejadwalkan imunisasi pada
interval waktu yang tepat
Edukasi :
- Menjelaskan tujuan, manfaat,
resiko yang terjadi, jadwal
dan efek samping
- Menginformasikan imunisasi
yang diwajibkan pemerintah
- Menginformasikan imunisasi
yang melindungi terhadap
penyakit namun saat ini tidak
diwajibkan pemerintah
- Menginformasikan vaksinasi
untuk kejadian khusus
- Menginformasikan penundaan
pemberian imunisasi tidak
berarti mengulang jadwal
imunisasi kembali
- Menginformasikan penyedia
layanan pekan imunisasi
nasional yang menyediakan
vaksin gratis

Anda mungkin juga menyukai