PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
keenam penyebab kematian di dunia. Sekitar 1,3 juta orang meninggal di dunia
merupakan salah satu dari 7 penyakit kronis yang ada di dunia, yaitu : kanker,
jantung, AIDS, diabetes, TB, dan hepatitis ( Soegondo, 2008; Mulya, 2014).
kebutaan, serangan jantung, stroke, gagal ginjal dan amputasi kaki. 80%
yang optimum, diabetes dapat dikontrol dan orang dengan diabetes dapat
penderita Diabetes Millietus di seluruh dunia pada tahun 2015 adalah sebanyak
Amerika Utara dan Karibia sebanyak 44,3 juta jiwa, Eropa 59,8 juta jiwa,
Amerika Selatan dan Tengah 29,6 juta jiwa, Afrika 14,2 juta jiwa, Pasifik Barat
153,2 juta jiwa dan Timur Tengah dan Afrika Utara sebanyak 35,4 juta jiwa
(WHO, 2016).
Pada tahun 2015, 415 juta orang dewasa dengan diabetes, kenaikan 4
kali lipat dari 108 juta di 1980an. Pada tahun 2040 diperkirakan jumlahnya
akan menjadi 642 juta (IDF Atlas 2015). Hampir 80% orang diabetes ada di
kesehatan terbesar di dunia adalah diabetes yaitu sekitar 612 miliar dolar,
pada kedua jenis kelamin dan penyebab kematian kelima pada perempuan.
Pada tahun 2012 gula darah tinggi bertanggung jawab atas 3,7 juta kematian di
dunia, dari angka ini 1,5 juta kematian disebabkan oleh diabetes (WHO, 2016).
Amerika Serikat, Brazil, Rusia dan Meksiko dengan jumlah estimasi orang
meningkat yaitu 5,7% (2007) menjadi 6,9% (2013). 2/3 orang dengan diabetes
B. RUMUSAN MASALAH
Solok ”.
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
DM tipe II.
TINJAUAN TEORI
hormon insulin secara absolut atau relatif (Almatsier, 2004). Diabetes melitus
pada mata, ginjal, sraf, dan pembuluh darah. Diabetes Melitus klinis adalah
efektifitas biologis dari insulin atau keduanya (Rendy & TH, 2012).
(Kee & Hayes, 1996). Menurut American Diabetes Association (ADA) dalam
mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah. Jadi pada dasarnya diabetes melitus
adalah sekumpulan gejala yang ditandai oleh peningkatan Kadar gula darah
komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi
pancreas tidak menghasilkan insulin yang cukup, atau ketika tubuh tidak
atau gula darah meningkat merupakan efek umum dari diabetes yang tidak
Dikenal 3 jenis utama DM. Ketiga jenis dibagi dengan melihat faktor
etiologisnya.
1. DM tipe 1 (Type 1 IDDM) disebabkan oleh gangguan sel Beta
diabetes secara klinis. Pada saat tersebut sel beta pankreas masih
W.Sudoyo, 2009)
3. Diabetes Gestasional
mendatang lrbih besar dari pada normal (Rendy & TH, 2012).
3. Etiologi
oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel β
Selain itu diabetes melitus tipe 2 dapat disebabkan oleh faktor genetik
pola familiar yang kuat. DMTTI ditandai dengan kelainan dalam sekresi
insulin maupun dalam kerja insulin. Pada awalnya tampak terdapat resistensi
dari sel-sel sasaran terhadap kerja insulin. Insulin mula-mula mengikat dirinya
Pada pasien dengan DMTTI terdapat kelainan dalam pengikatan insulin dengan
reseptor. Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor
tetapi pada akhirnya sekresi insulin yang beredar tidak lagi memadai untuk
obesitas, riwayat kesehatan keluarga, dan kelompok etnik (Rendy & TH,
2012).
Diabetes Tipe 2 merupakan tipe diabetes yang lebih umum, lebih
Diabetes Millietus tipe 2, antara lain obesitas, diet tinggi lemak dan rendah
serat, serta kurang gerak badan. Obesitas atau kegemukan merupakan salah
b) Liver
c) Otot
d) Sel lemak
Sel lemak yang resisten terhadap efek antilipolisis dari insulin,
insulin di liver dan otot. FFA juga akan mengganggu sekresi insulin.
e) Usus
g) Ginjal
persen dari glukosa terfiltrasi ini akan diserap kembali melalui peran
h) Otak
1) Umur
muda(Suiraoka, 2012).
2) Keturunan
Namun bukan berarti anak dari kedua orang tua yang diabetes pasti
3. Obesitas
4. Stress
5. Patofisiologi
glikogen dan 20% sampai 40% diubah menjadi lemak. Pada diabetes mellitus
insulin. Akibat kekurangan insulin maka glukosa tidak dapat diubah menjadi
glikogen sehingga kadar gula darah meningkat dan terjadi hiperglikemi. Ginjal
tidak dapat menahan hiperglikemi ini, karena ambang batas untuk gula darah
adalah 180 mg% sehingga apabila terjadi hiperglikemi maka ginjal tidak bisa
dengan sifat gula yang menyerap air maka semua kelebihan dikeluarkan
maka sejumlah air hilang dalam urine yang disebut poliuria. Poliuria
sehingga pasien akan merasakan haus terus menerus sehingga pasien akan
yang dibakar maka akan terrjadi penumpukkan asetat dalam darah yang
melalui urine dan pernapasan, akibatnya bau urine dan napas penderita berbau
aseton atau bau buah-buaha. Keadaan asidosis ini apabila tidak segera diobati
akan terjadi koma yang disebut koma diabetik (Rendy & TH, 2012).
6. Tanda dan gejala
9. Rasa tidak nyaman dan nyeri pada perut, diare atau konstipasi
darah.
Gejala yang telah disebutkan diatas masih termasuk dalam gejala ringan
DM. Jika pengobatan dan penanganan penyakit Dm masih salah maka akan
7. Komplikasi
a) Ketoasidosis Diabetik
yang parah, dan pada sekitar 15 sampai 20% pasien, terjadi koma dan
kematian.
c) Efek somogyi
hormon pertumbuhan.
d) Fenomena Fajar
Hiperglikemia pada pagi hari (antara jam 5 dan pagi 9 pagi) yang
e) Hipoglikemia
2004).
a) Sistem kardiovaskular
organ jaringan di tubuh akan terkena akibat dari gangguan mikro dan
makrovaskular ini.
b) Gangguan penglihatan
c) Kerusakan ginjal
nefron.
d) Sistem perifer
sensorik dan motorik divisi somatik dan otonom. Penyakit saraf yang
Sirkulasi :
Bunyi jantung : normal abnormal, jelaskan………………………………
Frekuensi : 87 xi Irama teratur Kualitas : Kuat/ keras
Tekanan Vena Jugularis :
Jantung (Palpasi) : Getaran teratur Dorongan kuat
Hemodinamik : Nadi Karotis : 87 x/menit Irama nadi : regular/irreguler
Nadi Jugularis : 87 x/menit Irama nadi : regular/irreguler
Nadi Temporalis : 87 x/menit Irama nadi : regular/irreguler
Nadi Radialis : 87 x/menit Irama nadi : regular/irreguler
Nadi Femoralis : x/menit Irama nadi : regular/irreguler
Nadi Popliteal : x/menit Irama nadi : regular/irreguler
OKSIGENASI DAN SIRKULASI
Ekhokardiografi (tgl.........) :
Kesan :
Masalah Keperawatan
Bersihan jalan napas tidak efektif
Penurunan curah jantung
Pola napas tidak efektif
Ketidakefektifan napas spontan
Kerusakan pertukaran gas
Gangguan perfusi perifer
Data Subjektif
Diit biasa (tipe) : MLDD 1900 RG2 RP 40 gr Jumlah makanan per hari: 3 x sehari
Makan terakhir /masukan : MLDD 1900 RG2 RP 40 gr
Pola diit : 6 porsi
Kehiangan selera makan :Iya
Mual/muntah : iya
Nyeri uluhati : tidak
Disembuhkan oleh : -
Alergi makanan : tidak ada
MAKANAN DAN CAIRAN
Data Objektif :
BB : 48 Kg TB : 157 cm
Pemasangan NGT : tidak
Lingkar perut : tida di ukur
Bentuk tubuh : agak ramping
Turgor kulit : kering
Edema : Umum : tidak ada dependen : tidak . Periorbital : tidak
Asites : tidak ada Shifting dullness : tidak ada
Pembesaran tiroid : tidak ada hernia : tidak ada .Halitosis : tidak ada
Kondisi gigi/gusi : lengkap
Bising usus : ada
Intake dan output
Intake Output
Makanan cairan susu ½ gelas Urine 300 cc
Minum air putih 200 cc
Penunjang :
Lab :
Nilai Lab Nilai Normal
Eritrosit H 3,61 106/mm3 4,0-5,0 106/mm3
MCV L 83,1 fl 84-96 fl
Leukosit H 15,4 103/mm3 5,0-10,0 103/mm3
Trombosit 306 103/mm3 140-400 103/mm3
Eosionofil L 0 % 1-3 %
Neutrofil H 83 % 50-70 %
Limfosit L 8 % 20-40 %
Monosit H 9% 2-8%
ALC L 1232 /µL 1500-4000 /µL
NLR H 10,38 /µL < 3,13 /µL
Ureum H 68 mg/dl 20-50 mg/dl
Endoskopi (tanggal )
Kesan :
Masalah Keperawatan :
Kerusakan menelan
Ketidakseimbangan nutrisi : lebih dari kebutuhan
Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan
Resiko ketidakseimbangan nutrisi : lebih dari kebutuhan
Defisit Volume cairan
Kelebihan volume cairan
Data Subjektif :
Pola BAB : 1-2x sehari BAB penggunaan laksatif : Tidak ada
Karakter feses : warna kuning kecoklatan, lembek
BAB terakhir : SMRS
Riwayat perdarahan : Tidak ada
hemoroid : tidak ada
Konstipasi : tidak
Diare : tidak ada
Menggunakan ostomy : tidak ada
Penggunaan laksatif : tidak ada
ELIMINASI
Data objektif :
Abdomen : nyeri tekan : tidak
lunak/keras : tidak
Masa : tidak
Linggar perut : tidak di ukur
Masalah Keperawatan :
Perubahan eliminasi urin
Inkontinensia urin
Retensi urin
Konstipasi
Diare
Perubahan elminasi alvi
ISTIRAHAT AKTIVITAS DAN
Data Subjektif :
Pekerjaan : ibu rumah tangga dan petani
Aktivitas Waktu luang : memasak
Perasaan bosan/tidak puas : tidak
Keterbatasan karena kondisi : tidak ada
Keluhan : (nyeri/bengkak/lemas)
Pola Tidur : 8 jam
Tidur Jam : 22.00 Tidur siang : tidak ada
Data Subjektif :
Riwayat cedera : iya
PROTEKSI
Data Objektif :
Kulit : Luka, karakteristik : terbuka
Inisial operasi, karakteristik : dibagian telapak kaki kanan bawah
Skala Resiko Jatuh Morse :
PARAMETER TE SKOR
M
UA 4
Persepsi sensori 1. Tidak merasakan 2. Gangguan 3. Gangguan sensori 4. Tidak ada
atau respon sensori pada pada 1 atau 2 gangguan
terhadap stimulus bagian ½ ekstremitas atau sensori,
nyeri, kesadaran permukaan berespon pada berespon
menurun tubuh atau perintah verbal tapi penuh
hanya berespon tidak selalu mampu terhadap
pada stimuli mengatakan perintah
nyeri ketidaknyamanan verbal.
4
Kelembapan 1.. Selalu 2. Sangat lembab 3. Kadang lembab 4. Kulit kering
terpapar oleh
keringat atau
urine basah 3
Aktivitas 1. Terbaring ditempat 2. Tidak bisa 3. Berjalan dengan 4. Dapat
tidur erjalan atau tanpa bantuan. berjalan
sekitar
4
Mobilitas 1. Tidak mampu 2. Tidak dapat 3. Dapat membuat 4. Dapat merubah
ergerak merubah perubahan posisi posisi tanpa
posisi secara tubuh atau ekstremitas bantuan
tepat dan dengan mandiri
teratur
2
Nutrisi 1. Tidak dapat 2. Jarang 3. Mampu 4. Dapat
menghabiskan mampu menghabiskan lebih menghabis
1/3 porsi menghabiska dari ½ porsi kan porsi
makannya, n makannya Makannya,
sedikit minum, ½ porsi tidak
puasa makanannya memerlukan
atauminum air atau intake suplementas
putih, atau cairan kurang i nutrisi.
mendapat infus dari jumlah
3
Gesekan 1. Tidak mampu 2. 3. Membutuhkan
mengangkat Membutuhkan bantuan
badannya sendiri, bantuan minimal
atau spastik, minimal mengangkat
kontraktur atau mengangkat tubuhnya
Gelisah tubuhnya
20
TOTAL SKOR
Keterangan :
Resiko ringan jika skor 15-23
Resiko sedang jika skor 13-14
Resiko berat jika skor 10-12
Resiko sangat berat jika skor kurang dari 10
Data Subjektif :
Keluhan
INDERA/SENSE
Data Objektif :
Penglihatan : normal …kacamata/lensa kontak………….katarak……….glaukoma ………
Data Subjektif :
rasa ingin pingsan/pusing : ada sekali
NEUROLOGI
Penunjang
CT Scan Kepala (tanggal : )
Masalah Keperawatan
Perubahan perfusi serebral
Confuse
Gangguan menelan
Kerusakan komunikasi verbal
Tidak ada masalah keperawatan
Riwayat DM :tidak ya
pembengkakan kelenjar : tidak ya, ............................
Periode menstruasi terakhir :tidak /pendarahan abnormal /riwayat payudara bengkak/drainese
vagina
Lain – lain ............................................................................................................................................................
Data Penunjang :
Nilai Lab Nilai Normal
Glukosa darah H 355 mg/dl <200 mg/dl
ENDOKRIN
Masalah Keperawatan :
Keterlambatan tumbuh kembang
Risiko pertumbuhan disproporsional
Ketidakstabilan gula darah
Gangguan metabolisme
Ketidastabilan kadar glukosa darah
ANAN NYERI/KETIDAKNYAM
Data Subjektif
Lokasi : tidak
Frekuensi : tidak
Kualitas : tidak
Durasi : tidak
Penjalaran: tidak
Faktor Pencetus : tidak
Data Objektif
2. MODE KONSEP DIRI
KONSEP DIRI
Data Subjektif
Sensasi tubuh : baik
Citra Tubuh : baik
Konsistensi diri: baik
Ideal Diri : baik
Moral Etik – Spritual Diri : baik
Data Objektif
Status emosional
Tenang…..cemas…..Marah…..Menarik Diri…Takut…….mudah tersinggung…..tidak sabar…
euphoria…
Respon fisiologis yang terobservasi : baik
Masalah Keperawatan :
Keputusasaan
Kecemasan
Spiritual distress
Ketakutan
Rirsiko merusak diri
Koping tidak efektif
Harga diri rendah
Isolasi diri
Masalah Keperawatan :
Perubahan penampilan peran
Inefektif manajemen regimen terapi
4. MODE INTERDEPENDENSI
PERILAKU
Orang lain yang bermakna : keluarga
Citra Tubuh : baik
Konsistensi diri : baik
Ideal Diri : baik
Moral Etik – Spritual Diri : baik
Masalah Keperawatan :
Isolasi sosial
Risiko merusak diri / orang lain
Risiko kesendirian
Koping defensif
Tidak ada masalah keperawatan
Discharge Planning :
Tanggal informasi didapatkan
1. Tanggal pulang yang diantisipasi :
2. Sumber yang tersedia : Orang……Keuangan ……
3. Perubahan yang perlu diantisipasi dalam situasi kehidupan setelah pulang…………………………
4. Area yang mungkin membutuhkan perubahan/bantuan :…………………………………………….
Penyiapan makanan : ………………………………. Berbelanja : ………………………………………
Transportasi : …………………………………… Ambulasi : …………………………………………..
Obat/terapi : ……………………………….. Pengobtan : ……………………………………………….
Perawatan luka : ………………………….. Peralatan : ………………………………….
Bantuan perawatan diri : ……………………………………………………………………………………
Gambaran fisik rumah : ……………………………………………………………………………………..
Bantuan merapihkan/pemeliharaan rumah : …………………………………………………………………
Fasilitas kehidupan selain rumah (khusus) :
……………………………………………………………………
Penatalaksanaan
Nama Obat Golongan Indikasi Efek samping Kontra Indikasi
OMZ Proton pump Penangan - Mual Jangan gunakan
inhibitor penyakit - Muntah OMZ jika
yang seperti - Diare mempunyai
menghambat gastrosopageal - Sakit Kepala kondisi medis,
produksi reflux disease, - Pusing pasien dengan
asam tukak lambung - Nyeri penyakit jantung,
lambung dan sindrom abdomen hepar
zollinger - Rasa osteoporosis,
ellison kembung osteopenia atau
hipomagnesemia
Ciprofloxaci Antibiotik Pengobatan - Mual Hindari
ne jenis infeksi yang - Diare penggunaan pada
quinolone disebabkan - Muntah pasien dengan
oleh bakteri - Sakit perut kondisi:
gram positif - Pusing - Hipersens
terhadap - Ruam kulit itif
ciprofloxacin terhadap
seperti infeksi ciprofloax
pada saluran acin
kemih, saluran - Pengguna
cerna, an
termasuk bersamaa
demam tifoid n dengan
tizanidine
Data fokus :
DS :
pasien mengatakan kepala terasa pusing
pasien mengatakan mual muntah
pasien mengatakan nafsu makan berkurang
pasien mengatakan badan terasa lemas
pasien mengatakan ada riwayat DM
pasien mengatakan jarang kontrol ke pelayanan kesehatan
pasien mengatakan ada luka pada telapak kaki kanan
DO :
Pasien tampak lemas dan pucat
Mukosa bibir kering
BB turun 7 kg, dari 55-48 kg
TB: 157 cm
Glukosa darah H 355 mg/dl
Ureum H 68 mg/dl
TTV
TD : 100/70 mmHg
N : 87 x/menit
RR : 22 x/menit
S : 37,5
Pasien terpasang infus NaCl 0,9% 12 j/k
Terdapat luka pada bagian telapak kaki bawah sebelah kanan
Tampak luka terbuka, kotor
Analisa Data
No Data Etiologi (berdasarkan Masalah
patofisiologi) keperawatan
1 Ds : Usia 52 tahun, riwayat Ketidakstabilan
pasien penyakit dm setahun lalu Kadar Glukosa
mengatakan darah b/d
kepala terasa Jarang kontrol ke Hiperglikemia
pusing pelayanan kesehatan
pasien
mengatakan Sel β di pancreas
badan terasa terganggu
lemas
pasien Defisit insulin
mengatakan
ada riwayat Hiperglikemi
DM
pasien Tidak terkontrol
mengatakan
jarang kontrol Ketidakstabilan kadar
kesehatan
Do :
Pasien tampak
lemas dan
pucat
Mukosa bibir
kering
TTV
TD :
100/70 mmHg
N : 87
x/menit
RR : 22
x/menit
Glukosa darah
H 355 mg/dl
Ureum H 68
mg/dl
2 Ds : Defisiensi insulin Defisit Nutrisi b/d
pasien Peningkatan
mengatakan Gluconeogenesis kebutuhan
mual muntah metabolisme
pasien Ketogenesis
mengatakan
nafsu makan Mual muntah, anoreksia
berkurang
pasien Defisit nutrisi
mengatakan
badan terasa
lemas
Do :
Pasien tampak
lemas dan
pucat
Mukosa bibir
kering
BB turun 7 kg,
dari 55-48 kg
TB: 157 cm
3 Ds : Defisiensi insulin Resiko infeksi b.d
pasien penyakit kronis DM
mengatakan Hiperglikemia
ada luka pada
telapak kaki
kanan Glukosa sel insulin
Do : Penebalan membrane
Terdapat luka dasar vaskuler
pada bagian
telapak kaki Disfungsi endotel
bawah sebelah mikrovaskuler
kanan
Tampak luka Neuropati perifer
terbuka dan
kotor Resiko infeksi
Suhu 37,5
Diagnosa keparawatan
1. Ketidakstabilan Kadar Glukosa darah b/d Hiperglikemia
2. Defisit Nutrisi b/d Peningkatan kebutuhan metabolisme
3. Resiko infeksi b.d penyakit kronis DM
Perencanaan
No Diagnosa SLKI SIKI
1. Ketidakstabilan Setelah dilakukan Observasi :
Kadar Glukosa tindakan keperawatan - Identifkasi kemungkinan
darah b/d selama 1x 24 jam maka penyebab hiperglikemia
Hiperglikemia ketidakstabilan gula - Identifikasi situasi yang
darah membaik menyebabkan kebutuhan insulin
KH : meningkat (mis. penyakit
- Kestabilan kadar glukosa kambuhan)
darah - Monitor kadar glukosa darah,
membaik jika perlu
- Status nutrisi membaik - Monitor tanda dan gejala
- Tingkat pengetahuan hiperglikemia (mis. poliuri,
meningkat polidipsia, polivagia,
kelemahan, malaise, pandangan
kabur, sakit kepala)
- Monitor intake dan output cairan
- Monitor keton urine, kadar
analisa gas darah, elektrolit,
tekanan darah ortostatik dan
frekuensi nadi
Terapeutik :
- Berikan asupan cairan oral
- Konsultasi dengan medis jika
tanda dan gejala hiperglikemia
tetap ada atau memburuk
- Fasilitasi ambulasi jika ada
hipotensi ortostatik
Edukasi :
- Anjurkan olahraga saat kadar
glukosa darah lebih dari 250
mg/dL
- Anjurkan monitor kadar glukosa
darah secara mandiri
- Anjurkan kepatuhan terhadap
diet dan olahraga
- Ajarkan indikasi dan pentingnya
pengujian keton urine, jika perlu
- Ajarkan pengelolaan diabetes
(mis. penggunaan insulin, obat
oral, monitor asupan cairan,
penggantian karbohidrat, dan
bantuan professional kesehatan)
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian insulin,
jika perlu
- Kolaborasi pemberian cairan IV,
jika perlu
- Kolaborasipemberian kalium,
jika perlu
2. Defisit Nutrisi b/d Setelah dilakukan asuhan Observasi :
Peningkatan keperawatan selama 3 x - Identifikasi status nutrisi
kebutuhan 24 jam diharapkan status - Identifikasi alergi dan
metabolisme nutrisi klien meningkat. intoleransi makanan
Dengan kriteria hasil - Identifikasi makanan yang
sebagai berikut : disukai
- Meningkatnya - Identifikasi kebutuhan kalori
pengetahuan tentang dan jenis nutrient
pilihan makanan dan - Identifikasi perlunya
minuman yang sehat penggunaan selang nasogastrik
untuk Diabetes Mellitus - Monitor asupan makanan
Tipe II - Monitor berat badan
- Meningkatnya - Monitor hasil pemeriksaan
pengetahuan tentang laboratorium
standar asupan nutrisi Terapeutik :
yang tepat - Lakukan oral hygiene sebelum
- Meningkatnya sikap makan, jika perlu
terhadap makanan/ - Fasilitasi menentukan pedoman
minuman sesuai dengan diet (mis. Piramida makanan)
tujuan kesehatan - Sajikan makanan secara menarik
- Indeks Masa Tubuh dan suhu yang sesuai
(IMT) dalam batas normal - Berikan makan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
- Berikan makanan tinggi kalori
dan tinggi protein
- Berikan suplemen makanan, jika
perlu
- Hentikan pemberian makan
melalui selang nasigastrik jika
asupan oral dapat ditoleransi
Edukasi :
- Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
- Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan (mis. Pereda
nyeri, antiemetik), jika perlu
- Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah kalori
dan jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika perlU
3. Resiko infeksi b.d Setelah dilakukan Observasi :
penyakit kronis tintdakan keperawatan - Identifikasi riwayat kesehatan
DM selama 1x 24 jam maka dan riwayat alergi
tingkat infeksi - Identifikasi kontraindikasi
menurun pemberian imunisasi
KH : - Identifikasi status imunisasi
- Tingkat nyeri menurun setiap kunjungan ke pelayanan
- Integritas kulit dan kesehatan
jaringan Terapeutik :
membaik - Berikan suntikan pada pada bayi
- Kontrol resiko dibagian paha anterolateral
meningkat - Dokumentasikan informasi
vaksinasi
- Jadwalkan imunisasi pada
interval waktu yang tepat
Edukasi :
- Jelaskan tujuan, manfaat, resiko
yang terjadi, jadwal dan efek
samping
- Informasikan imunisasi yang
diwajibkan pemerintah
- Informasikan imunisasi yang
melindungiterhadap penyakit
namun saat ini tidak diwajibkan
pemerintah
- Informasikan vaksinasi untuk
kejadian khusus
- Informasikan penundaan
pemberian imunisasi tidak
berarti mengulang jadwal
imunisasi kembali
- Informasikan penyedia layanan
pekan imunisasi nasional yang
menyediakan vaksin gratis
Ketidakstabila Observasi : S:
n Kadar - Mengidentifkasi pasien mengatakan kepala terasa
Glukosa darah kemungkinan penyebab pusing
b/d hiperglikemia pasien mengatakan badan terasa
Hiperglikemia - Mengidentifikasi situasi yang lemas
menyebabkan kebutuhan pasien mengatakan ada riwayat
insulin meningkat (mis. DM
penyakit kambuhan)
- Memonitor kadar glukosa O :
darah, jika perlu Pasien tampak lemas dan pucat
- Memonitor tanda dan gejala Mukosa bibir kering
hiperglikemia (mis. poliuri, TTV
polidipsia, polivagia, TD : 100/70 mmHg
kelemahan, malaise, N : 87 x/menit
pandangan kabur, sakit RR : 22 x/menit
kepala) Glukosa darah H 355 mg/dl
- Memonitor intake dan output
Ureum H 68 mg/dl
cairan
- Memonitor keton urine, kadar
A : Masalah belum teratasi
analisa gas darah, elektrolit,
P : Intervensi di lanjutkan
tekanan darah ortostatik dan
frekuensi nadi
Terapeutik :
- Memberikan asupan cairan
oral
- Mekonsultasi dengan medis
jika tanda dan gejala
hiperglikemia tetap ada atau
memburuk
- Mefasilitasi ambulasi jika ada
hipotensi ortostatik
Edukasi :
- Menganjurkan olahraga saat
kadar glukosa darah lebih dari
250 mg/dL
- Menganjurkan monitor kadar
glukosa darah secara mandiri
- Menganjurkan kepatuhan
terhadap diet dan olahraga
- Mengajarkan indikasi dan
pentingnya pengujian keton
urine, jika perlu
- Mengajarkan pengelolaan
diabetes (mis. penggunaan
insulin, obat oral, monitor
asupan cairan, penggantian
karbohidrat, dan bantuan
professional kesehatan)
Kolaborasi :
- Mengkolaborasi pemberian
insulin, jika perlu
- Mengkolaborasi pemberian
cairan IV, jika perlu
- Mengkolaborasipemberian
kalium, jika perlu
Defisit Nutrisi Observasi : S:
b/d - Mengidentifikasi status nutrisi pasien mengatakan mual muntah
Peningkatan - Mengidentifikasi alergi dan pasien mengatakan nafsu makan
kebutuhan intoleransi makanan berkurang
metabolisme - Mengidentifikasi makanan pasien mengatakan badan terasa
yang disukai lemas
- Mengidentifikasi kebutuhan O :
kalori dan jenis nutrient Pasien tampak lemas dan pucat
- Mengidentifikasi perlunya Mukosa bibir kering
penggunaan selang
BB turun 7 kg, dari 55-48 kg
nasogastrik
TB: 157 cm
- Memonitor asupan makanan
A : Masalah teratasi sebagian
- Memonitor berat badan
P : intervensi di lanjutkan
- Memonitor hasil pemeriksaan
laboratorium
Terapeutik :
- Melakukan oral hygiene
sebelum makan, jika perlu
- Menfasilitasi menentukan
pedoman diet (mis. Piramida
makanan)
- Mesajikan makanan secara
menarik dan suhu yang sesuai
- Memberikan makan tinggi
serat untuk mencegah
konstipasi
- Memberikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
- Memberikan suplemen
makanan, jika perlu
- Menghentikan pemberian
makan melalui selang
nasigastrik jika asupan oral
dapat ditoleransi
Edukasi :
- Menganjurkan posisi duduk,
jika mampu
- Mengajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi :
- Mengkolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(mis. Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
- Mengkolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu
Ketidakstabila Observasi : S:
n Kadar - Mengidentifkasi pasien mengatakan kepala terasa
Glukosa darah kemungkinan penyebab pusing
b/d hiperglikemia pasien mengatakan badan terasa
Hiperglikemia - Mengidentifikasi situasi yang lemas
menyebabkan kebutuhan pasien mengatakan ada riwayat
insulin meningkat (mis. DM
penyakit kambuhan)
- Memonitor kadar glukosa O :
darah, jika perlu
- Memonitor tanda dan gejala Pasien tampak lemas dan pucat
hiperglikemia (mis. poliuri, Mukosa bibir kering
polidipsia, polivagia, TTV
kelemahan, malaise, TD : 100/70 mmHg
pandangan kabur, sakit N : 87 x/menit
kepala) RR : 22 x/menit
- Memonitor intake dan output Glukosa darah H 355 mg/dl
cairan Ureum H 68 mg/dl
- Memonitor keton urine, kadar
analisa gas darah, elektrolit, A : Masalah belum teratasi
tekanan darah ortostatik dan P : Intervensi di lanjutkan
frekuensi nadi
Terapeutik :
- Memberikan asupan cairan
oral
- Mekonsultasi dengan medis
jika tanda dan gejala
hiperglikemia tetap ada atau
memburuk
- Mefasilitasi ambulasi jika ada
hipotensi ortostatik
Edukasi :
- Menganjurkan olahraga saat
kadar glukosa darah lebih dari
250 mg/dL
- Menganjurkan monitor kadar
glukosa darah secara mandiri
- Menganjurkan kepatuhan
terhadap diet dan olahraga
- Mengajarkan indikasi dan
pentingnya pengujian keton
urine, jika perlu
- Mengajarkan pengelolaan
diabetes (mis. penggunaan
insulin, obat oral, monitor
asupan cairan, penggantian
karbohidrat, dan bantuan
professional kesehatan)
Kolaborasi :
- Mengkolaborasi pemberian
insulin, jika perlu
- Mengkolaborasi pemberian
cairan IV, jika perlu
- Mengkolaborasipemberian
kalium, jika perlu
Defisit nutrisi Observasi : S:
b.d - Mengidentifikasi status nutrisi pasien mengatakan mual muntah
Peningkatan - Mengidentifikasi alergi dan pasien mengatakan nafsu makan
kebutuhan intoleransi makanan berkurang
metabolisme - Mengidentifikasi makanan pasien mengatakan badan terasa
yang disukai lemas
- Mengidentifikasi kebutuhan O :
kalori dan jenis nutrient Pasien tampak lemas dan pucat
- Mengidentifikasi perlunya Mukosa bibir kering
penggunaan selang
BB turun 7 kg, dari 55-48 kg
nasogastrik
TB: 157 cm
- Memonitor asupan makanan
A : Masalah teratasi sebagian
- Memonitor berat badan
P : intervensi di lanjutkan
- Memonitor hasil pemeriksaan
laboratorium
Terapeutik :
- Melakukan oral hygiene
sebelum makan, jika perlu
- Menfasilitasi menentukan
pedoman diet (mis. Piramida
makanan)
- Mesajikan makanan secara
menarik dan suhu yang sesuai
- Memberikan makan tinggi
serat untuk mencegah
konstipasi
- Memberikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
- Memberikan suplemen
makanan, jika perlu
- Menghentikan pemberian
makan melalui selang
nasigastrik jika asupan oral
dapat ditoleransi
Edukasi :
- Menganjurkan posisi duduk,
jika mampu
- Mengajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi :
- Mengkolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(mis. Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
- Mengkolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu
Resiko infeksi Observasi : S:
b.d penyakit - Mengidentifikasi riwayat pasien mengatakan ada luka pada
kronis DM kesehatan dan riwayat alergi telapak kaki kanan
- Mengidentifikasi O:
kontraindikasi pemberian Terdapat luka pada bagian telapak
imunisasi kaki bawah sebelah kanan
- Mengidentifikasi status Tampak luka terbuka dan kotor
imunisasi setiap kunjungan ke Suhu 37,5
pelayanan kesehatan
Terapeutik : A : masalah teratasi sebagian
- Memberikan suntikan pada P : intervensi di lanjutkan
pada bayi dibagian paha
anterolateral
- Mendokumentasikan
informasi vaksinasi
- Mejadwalkan imunisasi pada
interval waktu yang tepat
Edukasi :
- Menjelaskan tujuan, manfaat,
resiko yang terjadi, jadwal
dan efek samping
- Menginformasikan imunisasi
yang diwajibkan pemerintah
- Menginformasikan imunisasi
yang melindungi terhadap
penyakit namun saat ini tidak
diwajibkan pemerintah
- Menginformasikan vaksinasi
untuk kejadian khusus
- Menginformasikan penundaan
pemberian imunisasi tidak
berarti mengulang jadwal
imunisasi kembali
- Menginformasikan penyedia
layanan pekan imunisasi
nasional yang menyediakan
vaksin gratis