Anda di halaman 1dari 58

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

PADA KELUARGA Tn.A


Disusun untuk memenuhi Tugas Prektik Klinik Keperawatan Keluarga
Dosen Pembimbing :

Disusun Oleh :
Muhammad Sidik (P07120521032)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
YOGYAKARTA
TAHUN 2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit tidak menular (PTM) telah meningkat dengan dengan tajam


seiring dengan perubahan gaya hidup dan perilaku tidak sehat masyarakat
(Kementerian Kesehatan, 2017). Beberapa faktor penyebab PTM salah
satunya yaitu berkurangnya aktivitas fisik (Kementerian Kesehatan, 2011).
Aktifitas fisik yang baik akan meningkatkan kualitas hidup serta aktivitas
fisik yang kurang atau minimal dapat menjadi salah satu faktor risiko
penyakit kronis maupun Penyakit Tidak Menular (PTM) (World Health
Organization, 2010).

Permasalahan yang terjadi saat ini di Indonesia adalah penyakit tidak


menular (PTM) yang merupakan penyebab kematian tertinggi di Indonesia
salah satunya adalah diabetes. Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit
gangguan metabolik menahun akibat pankreas tidak memproduksi cukup
insulin atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi secara
efektif. Insulin adalah hormon yang mengatur keseimbangan kadar gula
darah. Akibatnya terjadi peningkatan konsentrasi glukosa di dalam darah
(Kementerian Kesehatan, 2014). Diabetes melitus dikategorikan menjadi 4
tipe yaitu diabetes tipe 1, diabetes tipe 2, diabetes gestasional, dan tipe
spesifik lainnya. Dari keempat jenis diabetes melitus, diabetes tipe 2
merupakan diabetes yang paling sering terjadi (American Diabetes
Association, 2015). Diabetes mellitus tipe 2 merupakan diabetes yang tidak
dipengaruhi oleh kadar insulin. Diabetes tipe ini lebih dipengaruhi oleh gaya
hidup seseorang dan merupakan faktor yang dapat diubah. Pada negara maju
tercatat sebanyak 85% sampai 95% mengalami diabetes tipe 2 dari total
kejadian diabetes. Presentase yang lebih tinggi terjadi pada negara dengan
pendapatan rendah dan menengah. Diabetes tipe 2 adalah kondisi yang paling
umum dan merupakan masalah kesehatan global yang serius (International
Diabetes Federation, 2013)

Di dunia terdapat 451 juta penduduk yang menderita penyakit DM


pada tahun 2017 dan diperhitungkan pada tahun 2045 prevalensi DM akan
mengalami peningkatan menjadi 693 juta jiwa (Cho et al., 2018). Di
Indonesia adalah negara peringkat keenam di dunia setelah Tiongkok, India,
Amerika Serikat, Brazil dan Meksiko dengan total penderita Diabetes sekitar
10,3 juta orang (Kementerian Kesehatan, 2018). Prevalensi DM di Indonesia
pada semua usia pada Riskesdas 2018 sedikit lebih rendah dibandingkan
prevalensi DM pada usia ≥15 tahun, yaitu sebesar 1,5%. Sedangkan provinsi
Kalimantan Tengah menempati urutan ke 22 di Indonesia dengan prevalensi
diabetes Melitus semua umur 1,1% dan prevalensi pada usia ≥15 tahun 1,6%
(Riskesdas, 2018).

Jumlah penyandang diabetes terutama diabetes tipe 2 semakin


meningkat diseluruh dunia, terutama dinegara berkembang karena adanya
perubahan gaya hidup yang salah (Suyono et al., 2009). Hal ini
mencerminkan bahwa kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit
DM tipe 2, dimana penyakit DM tipe 2 ini diperoleh dari buruknya pola
hidup. Pola hidup yang serba canggih, instan, dan santai merupakan salah
satu faktor risiko yang cukup berperan sebagai penyebab penyakit DM tipe 2.
Perubahan ini mempunyai dampak yang signifikan terhadap peningkatan
risiko diabetes tipe II dengan kenaikan berat badan dan adipositas sentral,
serta penurunan aktivitas fisik (Frank, 2011). Kesenjangan antara masukan
dan pengeluaran energi dalam sebagian besar diduga disebabkan karena
modifikasi gaya hidup (lifestyle).
B. Rumusan masalah
1. Apa itu Diabetes Melitus?
2. Apa itu penyebab Diabetes Melitus?
3. Bagaimana patofisiologi dan pathway Diabetes Melitus Pada Tn.A?
4. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Tn.A tentang Diabetes Melitus?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian Diabetes Melitus
2. Untuk mengetahui penyebab Diabetes Melitus
3. Untuk mengidentifikasi patofisiologi dan pathway Diabetes Melitus
4. Untuk menganalisa konsep dasar keperawatan pada Keluarga Tn.A
tentang penyakit Diabetes Melitus
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Diabetes Mellitus

1. Definisi

Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu ganggguan metabolisme


karbohidrat, protein dan lemak yang ditandai adanya hiperglikemia atau
peningkatan kadar glukosa dalam darah yang terjadi karena kelainan
sekresi insulin atau menurunnya kerja insulin (American Diabetes
Association, 2012). DM merupakan suatu kelompok penyakit metabolik
dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi
insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (PERKENI, 2015).

DM merupakan suatu sindrom dimana terganggunya metabolisme


karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh berkurangnya
sekresi insulin atau penurunan sensitivitas jaringan terhadap insulin
(Suardana, Rasdini, & Kusmarjathi, 2015).

Secara umum DM di bagi menjadi 2 jenis, antara lain: diabetes tipe


1, dan diabetes tipe 2.
a. DM tipe 1

Pada DM tipe 1 terjadi proses autoimun yang disebabkan


adanya peradangan pada sel beta insulitis. Ini menyebabkan timbulnya
anti bodi terhadap sel beta yang disebut ICA (Islet Cell Antibody).
Reaksi antigen (sel beta) dengan antibodi (ICA) yang ditimbulkan
menyebabkan hancurnya sel beta,namun sel alfa dan delta tetap utuh
(Ernawati, 2013). DM tipe 1 ditandai oleh destruksi sel beta pankreas,
terbagi dalam dua sub tipe yaitu diabetes yang diakibatkan oleh proses
imunologi (immune-mediated diabetes) ditandai oleh destruksi
autoimun sel beta dan diabetes idiopatik yang tidak diketahui
penyebabnya (Damayanti, 2017)
b. DM tipe
DM tipe 2 atau dikenal juga sebagai Non Insulin Dependent
Diabetes (NIDDM). Dalam DM tipe 2, jumlah insulin yang
diproduksi oleh pankreas biasanya cukup untuk mencegah
ketoasidosis tetapi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh total
(Damayanti, 2017).

Pada DM tipe 2 terdapat dua masalah utama yang berhubungan


dengan insulin, yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin.
Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada
permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor
tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa
dalam sel. Resistensi insulin pada DM tipe 2 disertai dengan
penurunan reaksi intrasel. Dengan demikian insulin menjadi tidak
efektif (Ernawati, 2013). Penyebab resistensi insulin pada DM tipe 2
sebenarnya tidak begitu jelas, tetapi faktor-faktor yang mempengaruhi
antar lain obesitas terutama yang bersifat sentral (bentuk apel), diet
tinggi lemak dan rendah karbohidrat, kurang gerak badan, dan faktor
keturunan/herediter (Soegondo, Soewondo, & Subekti, 2004)
2. Kriteria Diagnosis

Diagnosis DM harus didasarkan atas pemeriksaan kadar glukosa


darah. Pemeriksaan yang dianjurkan adalah pemeriksaan enzimatik
dengan bahan plasma vena (Suyono et al., 2009).

Tabel. Kadar Gula Darah Sewaktu Dan Puasa

Pemeriksaan Tempat Bukan DM Belum Pasti DM DM


pengambilan

Kadar Plasma vena <100 100-199  ≥200


glukosa
Darah <90 90-199  ≥200
darah
kapiler
sewaktu
(mg/dL)

Kadar Plasma vena <100 100-125  ≥126


glukosa
Darah <90 90-99  ≥100
darah puasa
kapiler
(mg/dL)

3. Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2

Menurut Kemenkes (2014) faktor risiko diabetes mellitus terbagi


menjadi dua, yaitu faktor yang tidak dapat dimodifikasi dan faktor yang
dapat dimodifikasi. Berikut adalah faktor risiko dari diabetes mellitus tipe
2:
a. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi
1) Umur

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya variabel umur ≥50 dapat


meningkatkan kejadian DM tipe 2 karena penuaan menyebabkan
menurunnya sensitivitas insulin dan menurunnya fungsi tubuh
untuk metabolisme glukosa (Trisnawati & Setyorogo, 2013).
2) Jenis kelamin

Berdasarkan analisis pada penelitian sebelumnya antara jenis


kelamin dengan kejadian DM Tipe 2, prevalensi kejadian DM
Tipe 2 pada wanita lebih tinggi daripada laki-laki. Sindroma siklus
bulanan (premenstrual syndrome), pasca-menopouse yang
membuat distribusi lemak tubuh menjadi mudah terakumulasi
akibat proses hormonal tersebut sehingga wanita berisiko
menderita diabetes mellitus tipe 2 (Irawan, 2010).
3) Riwayat Diabetes Gestasional

Wanita yang menderita diabetes selama kehamilan, berisiko


mengalami diabetes tipe dua setelah melahirkan (Fox & Kilvert,
2010)
4) Genetik

Berdasarkan penelitian yang dilakukan olah Trisnawati (2013),


pasien diabetes dengan genetik menderita diabetes mempunyai
risiko 4 kali lipat untuk terkena diabetes dibandingkan dengan
yang tidak.
b. Faktor yang dapat dimodifikasi
1) Berat badan lebih

Pada umumnya, diabetes tipe II diderita oleh orang yang


mengalami obesitas (80%). Kelompok dengan risiko diabetes
terbesar adalah kelompok obesitas, dengan odds 7,14 kali lebih
besar dibandingkan dengan kelompok IMT normal (Trisnawati &
Setyorogo, 2013).
2) Pola makan

Gaya hidup di perkotaan dengan pola makan yang tinggi lemak,


garam, dan gula mengakibatkan masyarakat cenderung
mengkonsumsi makanan secara berlebihan, selain itu pola
makanan yang serba instan saat ini memang sangat digemari oleh
sebagian masyarakat, tetapi dapat mengakibatkan peningkatan
kadar glukosa darah.
3) Aktivitas fisik kurang

Aktivitas fisik dapat mengontrol gula darah. Glukosa akan diubah


menjadi energi pada saat beraktivitas fisik. Aktivitas fisik
mengakibatkan insulin semakin meningkat sehingga kadar gula
dalam darah akan berkurang. Pada orang yang jarang berolahraga,
zat makanan yang masuk ke dalam tubuh tidak dibakar tetapi
ditimbun dalam tubuh sebagai lemak dan gula. Jika insulin tidak
mencukupi untuk mengubah glukosa menjadi energi maka akan
timbul DM (Kementrian Kesehatan, 2010).
4) Stres

Untuk mengelola stres sebaiknya mulai melakukan metode dalam


mengurangi stres. Metode yang baik adalah dengan mengelola
stres yang datang. Stress diketahui berhubungan secara signifikan
dengan kejadian DM Tipe 2 (Trisnawati & Setyorogo, 2013).
5) Merokok

Merokok telah terbukti menjadi faktor risiko bagi diabetes dan


meningkatkan risiko komplikasi pada pasien diabetes.
6) Konsumsi alkohol

Alkohol dapat menyebabkan terjadinya inflamasi kronis pada


pankreas yang dikenal dengan istilah pankreatitis. Penyakit
tersebut dapat menimbulkan gangguan produksi insulin dan
akhirnya dapat menyebabkan diabetes melitus.
7) Kadar kolestrol

Kadar kolestrol tinggi menyebabkan meningkatnya asam lemak


bebas sehingga terjadi lipotoksisity. Hal ini akan menyebabkan
terjadinya kerusakan sel beta pankreas yang akhirnya
mengakibatkan DM Tipe 2.
8) Hipertensi

Hasil penelitian oleh Gress menggunakan cohort prospective,


didapatkan bahwa risiko terjadinya DM tipe 2 pada penderita
hipertensi 2,43 kali lebih besar dibandingkan dengan yang tanpa
hipertensi.
4. Etiologi
Penyebab diabetes mellitus sampai sekarang belum diketahui
dengan pasti tetapi umumnya diketahui karena kekurangan insulin adalah
penyebab utama dan faktor herediter memegang peranan penting.
Penyebab diabetes mellitus berdasarkan klasifikasinya adalah:

a. Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM)


Diabetes mellitus tipe I/IDDM (Insulin Dependent Diabetes
Mellitus) DM tipe I ditandai oleh penghancuran sel-sel beta
pancreas, kombinasi factor genetik, imunologi, dan mungkin pula
lingkungan (virus) diperkirakan turut menimbulkan distruksi sel
beta. Sering terjadi pada usia sebelum 30 tahun. Biasanya juga
disebut Juvenille Diabetes, yang gangguan ini ditandai dengan
adanya hiperglikemia (meningkatnya kadar gula darah). Faktor
genetik dan lingkungan merupakan faktor pencetus IDDM. Oleh
karena itu insiden lebih tinggi atau adanya infeksi virus (dari
lingkungan) misalnya coxsackievirus B dan streptococcus sehingga
pengaruh lingkungan dipercaya mempunyai peranan dalam
terjadinya DM. Virus atau mikroorganisme akan menyerang pulau
– pulau langerhans pankreas, yang membuat kehilangan produksi
insulin. Dapat pula akibat respon autoimmune, dimana antibody
sendiri akan menyerang sel bata pankreas. Faktor herediter, juga
dipercaya memainkan peran munculnya penyakit ini.
b. Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin
dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum
diketahui. Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam
proses terjadinya resistensi insulin. Selain itu terdapat pula faktor-
faktor resiko tertentu yang berhubungan dengan proses terjadinya
diabetes tipe II. Faktor-faktor ini adalah usia (resistensi insulin
cenderung meningkat pada usia > 65 tahun), obesitas, riwayat
keluarga, kelompok etnik.
5. Pathway
DM Tipe 1 DM Tipe II
Reaksi Autoimun Ideopatik, usia, genetik,
dll
Sel β pancreas hancur
Jumlah sel pancreas menurun
Defisiensi Insulin
aksi Autoimun

Hiperglike Katabolisme Liposis meningkat


mi protein
meningkat
Penurunan BB
Pembatasan diet
Fleksibila
tas darah
merah

Resiko Nutrisi
Pelepasan Poliuria Intake tidak adekuat Kurang Dari
Kebutuhan Tubuh

O2 Hipoksi Defisit volume cairan

perifer

Protein dalam tubuh


Resiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah ↓

Nyeri Perfusi jaringan perifer tidak efektif


Resistensi infeksi ↓
Luka

Gangguan Integritas Gangren Pertumbuhan


Kulit/Jaringan organisme
6. Patofisiologi dan Patogenesis

Diabetes Mellitus merupakan penyakit yang disebabkan oleh


adanya defisiensi (kekurangan) insulin secara relatif maupun absolut.
Defisiensi insulin dapat terjadi melalui 3 jalan, yaitu (Fatimah, 2015):
a. Rusaknya sel-sel beta pankreas karena pengaruh dari luar (virus,
zat kimia, dan lain-lain)
b. Desensitasi atau penurunan reseptor glukosa pada kelenjar
pankreas
c. Desensitasi atau kerusakan reseptor insulin di jaringan perifer.

Pada patofisiologi DM tipe 2 terdapat beberapa keadaan yang


berperan yaitu :
a. Resistensi insulin

Disfungsi sel beta pankreas DM tipe 2 bukan disebabkan oleh


kurangnya sekresi insulin melainkan disebabkan oleh sel-sel
sasaran insulin gagal atau tidak mampu merespon insulin secara
normal. Defisiensi fungsi insulin pada penderita DM tipe 2 hanya
bersifat relatif dan tidak absolut.

Hiperglikemia terjadi akibat kerusakan sel beta pankreas yang


menimbulkan peningkatan pengeluaran glukosa oleh hati.
Pengeluaran glukosa oleh hati meningkat karena proses-proses yang
menghasilkan glukosa yaitu glikogenolisis dan glukoneogenesis
berlangsung tanpa hambatan karena insulin tidak ada. Ketika kadar
glukosa darah meningkat, sampai jumlah glukosa yang difiltrasi
melebihi kapasitas sehingga sel-sel tubulus melakukan reabsorbsi
maka glukosa akan timbul di urin (glukosuri). Glukosa di urin
menimbulkan efek osmotik yang menarik air bersamanya
menimbulkan diuresis osmotik yang ditandai oleh poliuria (sering
berkemih). Cairan yang berlebihan keluar dari tubuh menyebabkan
dehidrasi sehingga dapat menyebabkan kegagalan sirkulasi perifer
karena volume darah turun secara mencolok. Kegagalan sirkulasi
apabila tidak diperbaiki dapat menyebabkan kematian karena aliran
darah ke otak turun atau dapat menimbulkan gagal ginjal sekunder
akibat tekanan filtrasi yang tidak kuat. Selain itu sel-sel kehilangan
air karena tubuh mengalami dehidrasi akibat perpindahan osmotik
air dari dalam sel ke cairan ekstra sel yang hipertonik. Sel-sel otak
sangat peka karena timbul gangguan fungsi sistem saraf yaitu
polineuropati. Gejala khas lain pada DM adalah rasa haus berlebihan
yang merupakan mekanisme kompensasi tubuh untuk mengatasi
dehidrasi akibat poliuria. Karena terjadi defisiensi glukosa intrasel
maka kompensasi tubuh merangsang saraf sehingga nafsu makan
meningkat dan timbul pemasukan makanan berlebihan (polifagia).
Akan tetapi walaupun terjadi peningkatan pemasukan makanan,
berat tubuh menurun secara progresif akibat efek defisiensi insulin
pada metabolisme lemak dan protein. Sintesa gliserida menurun saat
lipolisis meningkat sehingga terjadi mobilisasi asam lemak dalam
darah sebagian besar digunakan oleh sel sebagai sumber energi
alternatif.

7. Manifestasi Klinis

Gejala yang timbul sebagai berikut :


a. Haus dan banyak minum
b. Lapar dan banyak makan
c. Sering kencing
d. Berat badan menurun
e. Mata kabur
f. Luka lama sembuh
g. Mudah terjadi infeksi pada kulit (gatal-gatal, saluran kencing dan
gusi)
h. Nyeri atau baal pada tangan atau kaki
i. Badan terasa lemah
j. Mudah mengantuk
k. Faktor resiko, obesitas, faktor keluarga dan riwayat penyakit
keluarga.
8. Penatalaksanaan

Dalam Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan DM tipe 2 di


Indonesia Tahun 2011, terdapat empat pilar penatalaksanaan DM, yaitu
(Perkeni, 2015):
a. Edukasi yang komprehensif dan upaya peningkatan motivasi
dibutuhkan untuk memberikan pengetahuan mengenai kondisi
pasien dan untuk mencapai perubahan perilaku. Pengetahuan
tentang pemantauan glukosa darah mandiri, tanda, dan gejala
hipoglikemia, tata cara minum obat, pola makan, komplikasi serta
cara mengatasinya harus diberikan kepada pasien.
b. Pola makan yang seimbang merupakan bagian dari penatalaksanaan
diabetes secara total. Prinsip pengaturan makanan penyandang
diabetes hampir sama dengan anjuran makan untuk masyarakat
umum yaitu makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan
kalori dan zat gizi masing-masing individu. Pada pasien diabetes
perlu ditekankan pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal
makan, jenis, dan jumlah makanan, terutama pada pasien yang
menggunakan obat penurun glukosa darah atau insulin. Diet pasien
DM yang utama adalah pembatasan karbohidrat kompleks dan
lemak serta peningkatan asupan serat.
c. Aktif bergerak. Latihan jasmani berupa aktivitas fisik sehari-hari
dan olahraga secara teratur 3-4 kali seminggu selama 30 menit.
Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga dapat
menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas insulin.
Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan yang bersifat
aerobik seperti jalan kaki, bersepeda santai, joging, dan berenang.
Latihan jasmani disesuaikan dengan usia dan status kesehatan.
d. Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan
makanan dan latihan jasmani. Terapi berupa suntikan insulin dan
obat hipoglikemik oral, diantaranya adalah metformin dan
gibenklamid.

Metformin adalah obat golongan biguanid yang berfungsi


meningkatkan sensitivitas reseptor insulin. Selain itu, metformin
juga mencegah terjadinya glukoneogenesis sehingga menurunkan
kadar glukosa dalam darah. Masa kerja metformin adalah 8 jam
sehingga pemberiannya 3 kali sehari atau per 8 jam. Metformin
digunakan untuk menjaga kadar glukosa sewaktu tetap terkontrol
(Wicaksono, 2013). Glibenklamid adalah golongan sulfonilurea
yang mempunyai efek utama meningkatkan sekresi insulin oleh
sel beta pankreas dan merupakan pilihan utama untuk pasien
dengan berat badan normal ataupun kurang. Penggunaan obat
golongan sulfonilurea lebih efektif untuk mengontrol kadar gula 2
jam setelah makan (Wicaksono, 2013).
9. Komplikasi

Bagi penderita DM yang sudah bertahun-tahun minum obat


modern sering kali mengalami efek yang negatif untuk organ tubuh lain.
Komplikasi DM yaitu :
a. Penglihatan kabur
b. Penyakit jantung
c. Penyakit ginjal
d. Gangguan kulit dan saraf
e. Pembusukkan
f. Gairah seks menurun

Jika tidak tepat ditangani, maka dalam jangka panjang penyakit


diabetes bisa menimbulkan berbagai komplikasi. Oleh karenanya, bagi
penderita diabetes jangan sampai lengah untuk selalu mengukur kadar
gula darahnya, baik ke laboratorium maupun gunakan alat sendiri. Bila
tidak waspada, maka bisa berakibat pada gangguan pembuluh darah.
Gangguan pembuluh darah antara lain :
a. Gangguan pembuluh darah otak (Stroke)
b. Pembuluh darah mata (gangguan penglihatan)
c. Pembuluh darah jantung (penyakit jantung koroner)
d. Pembuluh darah ginjal (gagal ginjal)
e. Pembuluh darah kaki (luka yang sukar sembuh/ganggren

Akibat komplikasi dari Diabetes Melitus, akan menimbulkan


berbagai masalah fisik maupun psikologis, sehingga menyebabkan
penderita merasa putus asa dan tidak dapat menerima keadaannya
sehingga akan mempengaruhi konsep diri penderita. Salah satu dampak
secara fisik adalah luka pada anggota gerak. Pendampingan secara
psikologis dan dukungan keluarga menjadi aspek penting dalam
membantu pasien melewati fase pengobatan dan terapi.

B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
a. Aktivitas istirahat

Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus otot


menurun. Gangguan tidur/istirahat.

Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau dengan


aktivitas. Letargi/disorientasi, koma, penurunan kekuatan otot.
b. Sirkulasi

Gejala : Adanya riwayat hipertensi; IM akut. Klaudikasi, kebas dan


kesemutan pada ekstremitas. Ulkus pada kaki, penyembuhan yang
lama.

Tanda : Takikardia. Perubahan tekanan darah postural; hipertensi.


Nadi yang menurun atau tak ada. Distritmia. Krekels; DVJ (GJK).
Kulit panas, kering dan kemerahan; bola mata cekung.
c. Integritas Ego
Gejala : Stres, tergantung pada orang lain. Masalah finansial yang
berhubungan dengan kondisi.

Tanda : Ansietas, peka rangsang.


d. Eliminasi

Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia. Rasa nyeri


terbakar, kesulitan berkemih (infeksi), ISK baru atau berulang. Nyeri
tekan abdomen.

Tanda : Urine encer, pucat, kuning; poliuria (dapat berkembang


menjadi oliguria atau anuria jika terjadi hipovolemia berat). Urine
berkabut, bau busuk (infeksi). Abdomen keras, adanya asitesis.
Bising usus lemah dan menurun; hiperaktif (diare).
e. Makanan/cairan

Gejala : Hilang nafsu makan. Mual atau muntah. Tidak mengikuti


diet, peningkatan masukan glukosa atau karbohidrat. Penurunan
berat badan lebih dari periode beberapa hari atau minggu. Haus.
Penggunaan diaretik (tiazid).

Tanda : Kulit kering atau bersisik, turgor jelek. Kekakuan atau


distensi abdomen, muntah. Pembesaran iroid (peningkatan
kebutuhan metabolik dengan peningkatan gula darah). Bau halitosis
atau manis, bau buah (napas aseton).
f. Neurosenseri

Gejala : Pusing atau pening. Sakit kepala. Kesemutan, kebas.


Kelemahan pada otot, parestesia. Gangguan penglihatan.

Tanda : Disorientasi, mengantuk, letargi, stupor atau koma (tahap


lanjut). Gangguan memori (baru, masa lalu); kacau mental. Refleks
tendon dalam (RTD) menurun (koma). Aktivitas kejang (tahap lanjut
dari DKA).
g. Nyeri Kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang atau nyeri (sedang atau berat)

Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi; tampak sangat berhati-


hati.
h. Keamanan

Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit

Tanda : Demam, diaforesis, Kulit rusak, lesi / ulserasi


i. Pernafasan

Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan atau tanda


sputum purulen (tergantung adanya infeksi atau tidak).

Tanda : Demam, diaforesis. Menurunnya kekuatan umum / rentang


gerak. Parestesia/paralisis otot termasuk otot-otot pernafasan.
j. Seksualitas

Gejala : Rabas vagina (cenderung infeksi)

Tanda : Masalah impoten pada pria, kesulitan orgasme pada wanita.


k. Penyuluhan atau Pembelajaran

Gejala : Faktor resiko keluarga; DM, penyakit Jantung, Stroke,


Hipertensi, fenobarbital penyembuhan yang lambat. Penggunaan
obat seperti steroid, diuretik (tiazid); Dilantin dan dapat meningatkan
kadar glukosa darah).

Pertimbangan : DRG menunjukkan rerata lama dirawat : 5,9 hari


Rencana pemulangan : Mungkin memerlukan bantuan dalam
pengaturan diet, pengobatan, perawatan diri, pemantauan terhadap
glukosa darah.
l. Pemeriksaan diagnostik
1) Pemeriksaan laboratorium
a) Glukosa Urin
Pada umumnya, jumlah glukosa yang dikeluarkan dalam
urin orang normal sukar dihitung, sedangkan pada kasus
diabetes, glukosa yang dilepaskan jumlahnya dapat sedikit
sampai banyak sekali sesuai dengan berat penyakitnya dan
asupan karbohidratnya.
b) Kadar glukosa darah puasa

Kadar glukosa darah sewaktu pada pagi hari, normalnya


ialah 80 mg/dl dan 110 mg/dl dipertimbangkan sebagai
batas normal atas kadar normal. Kadar glukosa diatas nilai
ini seringkali menunjukkan adanya penyakit diabetes
mellitus.
c) Uji toleransi glukosa

Didapatkan bila orang normal yang puasa memakan 1 gram


glukosa per kilogram berat badan maka kadar glukosa
darahnya akan meningkat dari kadar kira–kira 90 mg/dl
menjadi 120-140 mg/dl dan dalam waktu 2 jam kadar ini
kan menurun ke nilai normalnya.
d) Pernapasan aseton

Sejumlah kecil asam asetoasetat, yang sangat meningkat


pada penderita diabetes berat dapat diubah menjadi aseton.
Aseton bersifat mudah menguap dan dikeluarkan melalui
udara ekspirasi, akibatnya seringkali seseorang dapat
membuat diagnosis diabetes mellitus hanya dengan
mencium bau aseton pada napas pasien. (Guyton & Hall,
1996).

m. Pemeriksaan Penunjang
1) Insulin darah

Mungkin menurun bahkan sampai tidak ada ( pada tipe I ) atau


normal sampai tinggi ( tipe II ) yang mengidentifikasi
insufisiensi insulin/gangguan dalam penggunaan ( endogen atau
eksogen).

2. Diagnosa

Menurut SDKI (2017), diagnosa keperawatan yang dapat terjadi


pada penderita Diabetes Mellitus adalah:
a. Ketidakstabilan kadar glukosa darah ditandai dengan kadar glukosa
dalam darah tinggi/rendah
b. Nyeri akut ditandai dengan mengeluh nyeri
c. Defisit nutrisi ditandai dengan berat badan menurun minimal 10%
dibawah rentang ideal.
d. Resiko ketidakseimbangan cairan
e. Gangguan intergritas kulit/jaringan
3. Intervensi
No. Standar Diagnosa Keperawatan Standar Luaran Keperawatan Indonesia Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Indonesia (SDKI) (SLKI) (SIKI)
1. Kategori : Fisiologis Kestabilan kadar glukosa darah (L.05022) Manajemen Hiperglikemia (I.03115)
Sub Kategori : nutrisi dan cairan
Kode : D.0027 Definisi: Definisi:
Kadar glukosa darah berada pada tentang Mengidentifikasi dan mengelola kadar glukosa
Ketidakstabilan kadar glukosa darah normal darah diatas normal

Definisi: Ekspektasi: Meningkat Tindakan


Variasi kadar glukosa darah Observasi
naik/turun dari rentang normal Kriteria Hasil: 1. Identifikasi kemungkinan penyebab
1. Koordinasi kesadaran hiperglikemi
Penyebab Keterangan: 2. Identifikasi situasi yang menyebabkan
Hiperglikemia 1 = Menurun kebutuhan insulin meningkat (mis :
1. Disfungsi pankreas 2 = Cukup Menurun penyakit keambuhan)
2. Resistensi insulin 3 = Sedang 3. Monitor kadar glukosa darah, bila perlu
3. Gangguan toleransi glukosa darah 4 = Cukup Meningkat 4. Monitor tanda dan gejala hiperglikemi (mis
4. Gangguan glukosa darah puasa 5 = Meningkat : poliuria, polidipsi, polifagia, kelemahan,
Hipoglikemia 2. Mengantuk malaise, pandangan kabur, sakit kepala)
1. Penggunaan insulin atau obat 3. Pusing 5. Monitor intake dan output cairan
glikemik oral 4. Lelah/lesu 6. Monitor keton urine, kadar glukosa gas
2. Hiperinsulinemia 5. Keluhan lapar darah, elektrolit, tekanan darah ortostatik
3. Indokrenopati 6. Gemetar dan frekuensi nadi
4. Disfungsi hati 7. Berkeringat
5. Disfungsi ginjal kronis 8. Mulut kering Terapeutik
6. Efek agen farmakologi 9. Rasa haus 1. Berikan asupan cairan oral
7. Tindakan pembedahan neoplasma 10.Perilaku aneh 2. Konsultasi dengan medis jika tanda dan
8. Gangguan metabolik bawaan 11.Kesulitan bicara gejala hiperglikemia tetap ada atau
memburuk
Gejala dan Tanda Mayor Keterangan: 3. Fasilitasi ambulasi jik ada hipotensi
a. Subjektif 1 = Meningkat ortostatik
Hipoglikemia 2 = Cukup Meningkat
1. Mengantuk 3 = Sedang Edukasi
2. Pusing 4 = Cukup Menurun 1. Anjurkan menghindari olahraga saat
Hiperglikemia 5 = Menurun kadar glukosa lebih dari > 200 mg/dL
1. Lelah atau lesu 2. Anjurkan monitor kadar glukosa secara
b. Objektif 12.Kadar glukosa dalam darah mandiri
Hipoglikemia 13.Kadar glukosa dalam urine 3. Anjurkan kepatuhan terhadap diit dan
1. Gangguan koordinasi 14.Palpitasi olahraga
2. Kadar glukosa dalam darah 15.Perilaku 4. Ajarkan indikasi dan pentingnya
atau urin rendah 16.Jumlah urine pengujian keton urine, jika perlu
Hiperglikemia Keterangan: 5. Ajarkan pengelolaan diabetes (mis :
1. Kadar glukosa dalam darah 1 = Memburuk penggunaan insulin, obat oral, monitor
atau urin rendah 2 = Cukup Memburuk asupan cairan, penggantian karbohidrat,
3 = Sedang bantuan profesional kesehatan)
Gejala dan Tanda Minor 4 = Cukup Membaik
a. Subjektif 5 = Membaik Kolaborasi
Hipoglikemia 1. Kolaborasi pemberian insulin, jika perlu
1. Palpitasi 2. Kolaborasi pemberian cairan, jika perlu
2. Mengeluh lapar 3. Kolaborasi pemberian kalium, jika perlu
Hiperglikemia
1. Mulut kering Manajemen Hipoglikemi (I.03115)
2. Haus meningkat
b. Objektif Definisi:
Hipoglikemia Mengidentifikasi dan mengelola kadar glukosa
1. Gemetar darah rendah
2. Kesadaran menurun
3. Perilaku aneh Tindakan:
4. Sulit bicara Observasi
5. Berkeringat 1. Identifikasi tanda dan gejala hipoglikemi
Hiperglikemia 2. Identifikasi kemungkinan penyebab
1. Jumlah urin meningkat hipoglikemia
Kondisi klinis terkait
1. Diabetes melitus Terapeutik
2. Ketoasidosis diabetik 1. Berikan karbohidrat sederhana, jika perlu
3. Hipoglikemi 2. Berikan glucagon, jika perlu
4. Hiperglikemia 3. Berikan karbohidrat kompleks dan protein
5. Diabetes gestasional sesuai diet
6. Penggunaan kortikosteroid 4. Pertahankan kepatenan jalan napas
7. Nutrisi parenteral total (TPN) 5. Pertahankan akses IV, jika perlu
6. Hubungi layanan medis darurat, jika perlu

Edukasi
1. Anjurkan membawa karbohidrat sederhana
setiap saat
2. Anjurkan monitor kadar gula darah
3. Ajarkan pengelolaan hipoglikemia
4. Ajarkan perawatan mandiri untuk
mencegah hipoglikemia

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian dekstrose, jika perlu
2. Kolaborasikan pemberian glukogen, jika
perlu
2. Kategori : Psikologis Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen Nyeri (I.08238)
Sub Kategori : Nyeri dan
Kenyamanan Definisi: Definisi:
Kode : D.0077 Pengalaman sensorik atau emosional yang Mengidentifikasi dan mengelola pengalaman
berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual sensorik atau emosional dengan onset
Nyeri Akut atau fungsional dengan onset mendadak atau mendadak atau lambat dan berintensitas ringan
lambat dan berintensitas ringan hingga berat hingga berat dan konstan.
Definisi: dan konsisten. Tindakan
Pengalaman sensorik atau emosional Observasi
yang berkaitan dengan kerusakan Ekspektasi: Menurun 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
jaringan aktual atau fungsional, Kriteria Hasil: frekwensi, kualitas, intensitas nyeri
dengan onset mendadak atau lambat 1. Kemampuan menuntaskan aktivitas 2. Identifikasi skala nyeri
dan berintegritas ringan hingga berat Keterangan: 3. Identivikasi respon nyeri non verbal
yang berlangsung kurang dari 3 1 = Menurun 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
bulan. 2 = Cukup Menurun memperingan nyeri
3 = Sedang 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
Penyebab 4 = Cukup Meningkat tentang nyeri
1. Agen pencedra fisiologis (mis, 5 = Meningkat 6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap
inflamasi, iskemia, neoplasma) 2. Keluhan nyeri respon nyeri
2. Agen pencedra kimiawi (mis, 3. Meringis 7. Identifikasi pengaruh nyeri terhadap
terbakar, bahan kimia iritan) 4. Sikap protektif kualitas hidup
3. Agen pencedra fisik (mis, abses 5. Gelisah 8. Monitor keberhasilan terapi komplementer
amputasi terbakar, terpotong, 6. Kesulitan tidur 23.Menarik diri yang sudah diberikan
mengangkat beban berat, 7. Berfokus pada diri sendiri 9. Monitor efek samping penggunaan
prosedur operasi, trauma latihan 8. Diaforesis analgetik
fisik yang berlebihan) 9. Perasaan depresi (tertekan)
Gejala dan Tanda Mayor 10. Perasaan takut mengalami cedera Terapeutik
a. Subjektif berulang 1. Berikan teknik non farmakologis untuk
1. Mengeluh nyeri 11. Anoreksia mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
b. Objektif 12. Perineum terasa tertekan hypnosis, akupresur, terapi musik,
1. Tampak meringis 13. Uterus teraba membulat biofeedback, terapi pijat, aroma terapi,
2. Bersikap protektif (mis. 14. Ketegangan otot teknik imajinasi terbimbing, kompres
Waspada, posisi menghindari 15. Pupil dilatasi hangat atau dingin, terapi bermain)
nyeri) 16. Muntah 2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
3. Gelisah 17. Mual nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan,
4. Frekwensi nadi meningkat Keterangan: dan kebisingan)
5. Sulit Tidur 1 = Meningkat 3. Fasilitasi istirahat tidur
2 = Cukup Meningkat 4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
Gejala dan Tanda Minor 3 = Sedang dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
a. Subjektif 4 = Cukup Menurun
(tidak tersedia) 5 = Menurun Edukasi
b. Objektif 18. Frekwensi nadi 1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
1. Tekanan darah meningkat 19. Pola napas nyeri
2. Pola napas berubah 20. Tekanan darah 2. Jelaskan strategi meredahkan nyeri
3. Nafsu makan berubah 21. Proses berpikir 3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Proses berfikir terganggu 22. Fokus 4. Anjurkan menggunakan analgesik secara
5. Menarik diri 23. Fungsi berkemih tepat
6. Berfokus pada diri sendiri 24. Perilaku 5. Anjurkan teknik non farmakologis untuk
7. Diaforesis 25. Nafsu makan mengurangi rasa nyeri
26. Pola tidur Kolaborasi
Kondisi Klinis Terkait Keterangan: 1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
1. Kondisi pembedahan 1 = Memburuk
2. Cedera traumatis 2 = Cukup Memburuk
3. Infeksi 3 = Sedang
4. Sindroma coroner akut 4 = Cukup Membaik
5. Glaukoma 5 = Membaik
3. Kategori : Fisiologis Status Nutrisi (L.03030) Manajemen nutrisi (I.03119)
Sub Kategori : Nutrisi dan cairan
Kode : D.0019 Definisi: Definisi:
Keadekuatan asupan nutrisi untuk memenuhi Mengidentifikasi dan mengelola asupan nutrisi
Defisit nutrisi kebutuhan metabolisme yang seimbang
Ekspektasi: Membaik Tindakan
Definisi: Observasi
Asupan nutrisi tidak cukup untuk Kriteria Hasil: 1. Identifikasi status nutrisi
memenuhi kebutuhan metabolisme 1. Porsi makanan yang di habiskan 2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
2. Kekuatan otot pengunyah 3. Identifikasi makanan yang disukai
Penyebab 3. Kekuatan otot menelan 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
1. Ketidakmampuan menelan 4. Serum albumin nutrient
5. Verbalisasi keinginan untuk meningkatkan 5. Identifikasi perlunya penggunaan selang
Makanan Nutrisi Nasogastrik
2. Ketidakmampuan 6. Pengetahuan tentang pilihan makanan yang 6. Monitor asupan makanan
mencerna makanan sehat 7. Monitor berat badan
3. Ketidakmampuan 7. Pengetahuan tentang pilihan minuman 8. Monitor hasil lab pemeriksaan laboratorium
mengabsorbsi nutrient yang sehat
4. Peningkatan kebutuhan 8. Pengetahuan tentang standar asupan nutrisi Terapeutik
metabolisme yang tepat 1. Lakukan oral hygiene sebelum makan,jika
5. Faktor ekonomi (mis. 9. Penyiapan dan penyimpanan makanan yang perlu
Finansial tidak mencukupi) aman 2. Fasilitasi menentukan pedoman diet
6. Faktor psikologis (mis. 10. Penyiapan dan penyimpanan minuman (mis.piramida makanan)
Stress,keengganan untuk makan) yang aman 3. Sajikan makanan secara menarik dan suhu
11. Sikap terhadap makanan / minuman yang sesuai
Gejala dan Tanda Mayor sesuai dengan tujuan kesehatan 4. Berikan makanan tinggi serat untuk
a. Subjektif ( tidak tersedia) Keterangan: mencegah konstipasi
b. Objektif 1 = Menurun 5. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi
1. Berat badan menurun 2 = Cukup Menurun protein
minimal 10% dibawah 3 = Sedang 6. Berikan suplemen makanan, jika perlu
rentang ideal 4 = Cukup Meningkat 7. Hentikan pemberian makan melalui selang
Gejala dan Tanda Minor 5 = Meningkat nasogastrik jika asupan oral dapat
a. Subjektif 12. Perasaan cepat kenyang ditoleransi
1. Cepat kenyang setelah makan 13. Nyeri abdomen
2. Kram/nyeri abdomen 14. Sariawan Edukasi
3. Nafsu makan menurun 15. Rambut rontok 1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
b. Objektif 16. Diare 2. Ajarkan diet yang diprogramkan
1. Bising usus hiperaktif Keterangan:
2. Otot pengunyah lemah 1 = Menurun Kolaborasi
3. Otot menelan lemah 2 = Cukup Menurun 1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
4. Membran mukosa pucat 3 = Sedang makan (mis.pereda nyeri,antiemetic), jika
5. Sariawan 4 = Cukup Meningkat perlu
6. Serum albumin turun 5 = Meningkat 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
7. Rambut rontok berlebihan 17. Berat badan menentukan jumlah kalori dan jenis
8. Diare 18. Indeks massa tubuh (IMT) nutrient yang dibutuhkan, jika perlu
19. Frekuensi makan
Kondisi Klinis Terkait 20. Bising usus Pemberian makanan (I.03125)
1. Stroke 21. Tebal lipatan kulit trisep Definisi :
2. Parkinson 22. Membran mukosa Memberikan asupan nutrisi melalui oral pada
3. Mobius syndrome Keterangan: pasien yang tidak mampu makan secara
4. Cerebral palsy 1 = Menurun mandiri
5. Cleft lip 2 = Cukup Menurun
6. Cleft palate 3 = Sedang Tindakan:
7. Amyotropic lateral sclerosis 4 = Cukup Meningkat Observasi
8. Kerusakan neuromuskuler 5 = Meningkat 1. Identifikasi makanan yang di programkan
9. Luka bakar 2. Identifikasi kemampuan menelan
10.Kanker Nafsu makan (L.03024) 3. Periksa mulut untuk residu pada akhir
11.Infeksi Kriteria Hasil makan
12.AIDS 1. Keinginan makan
13.Penyakit Crohn’s 2. Asupan makanan Terapeutik
14.Enterokolitis 3. Asupan cairan 1. lakukan kebersihan tangan dan mulut
15.Fibrosis kistik 4. Energi untuk makan sebelum makan
5. Kemampuan untuk merasakan makanan 2. sediakan lingkungan yang menyenangkan
6. Kemampuan untuk menikmati makanan selama waktu makan (mis : simpan urinal,
7. Asupan nutrisi pispot agar tidak terlihat
8. Stimulus untuk makan 3. berikan posisi duduk atau semifowler saat
9. Kelaparan makan
Keterangan: 4. berikan makanan hangat, jika
1 = Memburuk memungkinkan
2 = Cukup Memburuk 5. sediakan sedotan sesuai kebutuhan
3 = Sedang 6. berikan makanan sesuai keinginan
4 = Cukup Membaik 7. tawarkan mencium aroma makanan untuk
5 = Membaik merangsang nafsu makan
8. cuci muka dan tangan setelah makan
Edukasi
anjurkan orang tua atau keluarga membantu
memberi makan kepada pasien

kolaborasi
1. kolaborasi pemberian analgesik yang
adekuat sebelum makan, jika perlu
2. kolaborasi pemberian antiemetil sebelum
makan, jika perlu

4. Kategori : Fisiologis Keseimbangan cairan (L.03020) Manajemen cairan (I.03098)


Sub Kategori : Nutrisi/cairan
Kode : D.0036 Definisi: Definisi:
Ekuilibrium antara volume cairan di ruang Mengidentifikasi dan mengelola keseimbangan
Risiko ketidakseimbangan cairan intraselular dan ekstraselular tubuh cairan dan mencegah komplikasi akibat
ketidakseimbangab cairan
Definisi: Ekspektasi: Meningkat
Berisiko mengalami penurunan, Tindakan
peningkatan,atau percepatan Kriteria Hasil: Observasi
perpindahan cairan dari 1. Asupan cairan 1. Monitor status hidrasi (mis. Frekuensi
intravaskuler, interstisial atau 2. Haluaran urine nadi,kekuatan nadi,akral,pengisian
intraseluler 3. Kelembaban membrane mukosa kapiler,kelembapan mukosa,turgor
4. Asupan makanan kulit,tekanan darah)
Faktor Risiko Keterangan: 2. Monitor berat badan harian
1. Prosedur pembedahan mayor 1 = Menurun 3. Monitor berat badan sebelum dan sesudah
2. Trauma/perdarahan 2 = Cukup Menurun dialysis
3. Luka bakar 3 = Sedang 4. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
4. Aferesis 4 = Cukup Meningkat (mis.hematokrit,Na,K,Cl,berat jenis
5. Asites 5 = Meningkat urine,BUN)
6. Obstruksi intestinal 5. Monitor status hemodinamik
7. Peradangan pancreas 5. Edema (mis.MAP,CVP,PAP,PCWP jika tersedia)
6. Dehidrasi Terapeutik
8. Penyakit ginjal dan kelenjar 7. Asites 1. Catat intake –output dan hitung balans
9. Dsfungsi intestinal 8. Konfusi cairan 24 jam
Keterangan: 2. Berikan asupan cairan, sesuai kebutuhan
Kondisi Klinis Terkait 1 = Meningkat 3. Berikan cairan intravena, jika perlu
1. Prosedur pembedahan mayor 2 = Cukup Meningkat
2. Penyakit ginjal dan kelenjar 3 = Sedang Kolaborasi
3. Perdarahan 4 = Cukup Menurun Kolaborasi pemberian diuretic,jika perlu
4. Luka bakar 5 = Menurun

9. Tekanan darah
10.Denyut nadi radial
11.Tekanan arteri rata-rata
12.Membran mukosa
13.Mata cekung
14.Turgor kulit
15.Berat badan

Keterangan:
1 = Memburuk
2 = Cukup Memburuk
3 = Sedang
4 = Cukup Membaik
5 = Membaik

5. Gangguan Integritas Integritas Kulit / Jaringan (L.14125) Perawatan Integritas Kulit (I.11353)
Kulit/Jaringan (D.0129)
Kategori : Lingkungan Definisi
Definisi
Subkategori : Keamanan dan Mengidentifikasi dan merawat kulit
Kerusakan kulit (dermis dan/atau
proteksi
epidermis) atau jaringan (membran untuk menjaga keutuhan, kelembaban
Penyebab
mukosa, kornea, fasia, otot, tendon,
1. Perubahan sirkulasi dan mencegah perkembangan
tulang, kartilago, kapsul sendi dan/atau
2. Perubahan status nutrisi ligamen mikroorganisme
(kelebihan atau kekurangan 1. Elastisitas Tindakan
3. Kekurangan/kelebihan 2. Hidrasi Observasi
volume cairan 3. Perfusi jaringan
- Identifikasi penyebab gangguan
4. Penurunan mobilitas
Keterangan:
5. Bahan kimia iritatif integritas kulit (mis. perubahan
1 = Menurun
6. Suhu lingkungan yang 2 = Cukup Menurun sirkulasi, perubahan status nutrisi,
ekstrem 3 = Sedang
4 = Cukup Meningkat penurunan kelembaban, suhu
7. Faktor mekanis (mis.
5 = Meningkat lingkungan ekstrem, penurunan
penekanan pada tonjolan
tulang, gesekan) atau faktor 1. Kerusakan jaringan mobilitas)
elektris (elektrodiatermi, 2. Kerusakan lapisan kulit
energi listrik bertegangan 3. Nyeri Terapeutik
tinggi) 4. Perdarahan 1. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah
8. Efek samping terapi radiasi 5. Kemerahan
9. Kelembaban baring
6. Hematoma
10. Proses penuaan 7. Pigmentasi abnormal 2. Lakukan pemijatan pada area
11. Neuropati perifer 8. Jaringan parut penonjolan tulang, jika perlu
12. Perubahan pigmentasi 9. Nekrosis
3. Bersihkan perineal dengan air
13. Perubahan hormonal 10. Abrasi kornea
14. Kurang terpapar informasi hangat, terutama selama periode
tentang upaya Keterangan:
1 = Meningkat diare
mempertahankan/melindun 2 = Cukup Meningkat 4. Gunakan produk berbahan
gi integritas jaringan 3 = Sedang
4 = Cukup Menurun petroleum dan minyak pada kulit
Gejala dan Tanda Mayor 5 = Menurun
Subjektif kering
(tidak tersedia) 5. Gunakan produk berbahan
Objektif 1. Suhu kulit
1. Kerusakan jaringan 2. Sensasi ringan/alami dan hipoalergik pada
3. Tekstur
dan/atau lapisan kulit kulit sensitif
4. Pertumbuhan rambut
Keterangan: 6. Hindari produk berbahan dasar
Gejala dan Tanda Minor 1 = Memburuk
Subjektif 2 = Cukup Memburuk alkohol pada kulit kering
(tidak tersedia) 3 = Sedang
Objektif 4 = Cukup Membaik Edukasi
1. Nyeri 5 = Membaik
1. Anjurkan menggunakan pelembab
2. Perdarahan
3. Kemerahan (mis. lotion, serum)
4. Hematoma 2. Anjurkan minum air yang cukup

Kondisi Klinis Terkait 3. Anjurkan meningkatkan asupan


1. Imobilisasi nutrisi
2. Gagal jantung kongestif
4. Anjurkan meningkatkan asupan
3. Gagal Ginjal
4. Diabetes Melitus buah dan sayur
5. Imunodefisiensi (mis. 5. Anjurkan menghindari terpapar
AIDS) suhu ekstrem
6. Anjurkan menggunakan tabir surya
SPF minimal 30 saat berada di luar
rumah
7. Anjurkan mandi dan menggunakan
sabun secukupnya
4. Implementasi

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan


oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah atau status kesehatan yang
dihadapinya kestatus kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria
hasil yang diharapkan. Ukuran intervensi keperawatan yang diberikan kepada
pasien dengan lingkungan, pengobatan, tindakan untuk memperbaiki kondisi,
tindakan untuk keluarga pasien atau tindakan untuk mencegah masalah
kesehatan yang muncul dikemudian hari. Untuk kesuksesan pelaksanaan
implementasi keperawatan agar sesuai dengan rencana keperawatan, perawat
harus mempunyai kemampuan kognitif (intelektual), kemampuan dalam
hubungan interpersonal, dan keterampilan dalam melakukan tindakan.

Implementasi adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan


yang telah ditetapkan (Nikmatur Rohmah & Saiful Walid, 2014).

Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat pada kebutuahn pasien,


faktor-faktor lain yang mempunyai kebutuhan keperawatan, strategi
implementasi keperawatan dan kegiatan komunikasi.

5. Evaluasi

Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan


keadaan pasien (hasil diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat
pada tahap perencanaan. Melalui kegiatan evaluasi, kita dapat menilai capaian
tujuan yang diharapkan dan tujuan yang telah dicapai oleh keluarga. Apabila
tercapai sebagian atau timbul masalah keperawatan baru, kita perlu melakukan
pengkajian lebih lanjut, memodifikasi rencana, atau mengganti dengan rencana
yang lebih sesuai dengan kemampuan keluarga.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

I. PENGKAJIAN
Hari/tanggal : selasa, 11 Januari 2022

A. STRUKTUR DAN SIFAT KELUARGA


1. Identitas Kepala Keluarga
a. Nama : Tn.A
b. Umur : 60 Tahun
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
d. Agama : Islam
e. Pendidikan Terakhir : SD
f. Pekerjaan : Buruh
g. Alamat : Dusun Temanggung, Kec.saptosari , Kab.Gunung Kidul
h. Suku / Kebangsaan : Jawa/ Indonesia
i. Jumlah Anggota Keluarga :3

2. Daftar Anggota Keluarga


NO. NAMA UMUR AGAMA L/ HUB.DGN.KK PENDK. PEKERJAAN
P
1. Tn. A 65 Th Islam L Suami SD Petani/Buruh
2. Ibu. S 60 Th Islam P Istri SD Petani
3. Sdr. S 32 Th Islam P Anak kandumg SLTA IRT
4. Sdr.F 29Th Islam P Anak Kandung SLTA Swasta
5. Sdr. R 22 Th Islam P Anak kandung SLTA Mahasiswa
3. Anggota Keluarga yang Meninggal
Tidak ada
4. Tempat tinggal masing-masing anggota keluarga
Tn.A tinggal bersama Istri yaitu Ibu S dan satu orang anak yaitu Sdri R.
5. Genogram

Ny. S Tn. A

Sdr. R

Keterangan:
: Laki-laki : Garis keturunan
: Perempuan : Tinggal dalam satu rumah
: Laki-laki meninggal : Garis perkawinan
: Perempuan meninggal
6. Struktur Keluarga
Struktur keluarga Tn. A adalah nuclear family, yaitu keluarga yang terdiri
dari ayah, ibu, dan anak dalam satu rumah.
7. Fungsi keluarga
a. Fungsi Afektif
Keluarga Tn. A cukup rukun dan perhatian dalam membina rumah
tangga
b. Fungsi Sosial
Keluarga Tn. A selalu menjaga interaksi antar anggota keluarga.
Keluarga Tn.A selalu mengajarkan dan menanamkan perilaku sosial
yang baik. Keluarga juga cukup aktif bermasyarakat dengan mengikuti
kegiatan yang ada di masyarakat seperti arisan, kerja bakti, dan lain-
lain.
c. Fungsi Reproduksi
Tn. A dan Ibu S mengatakan tidak ingin memiliki anak lagi karena
usianya yang sudah cukup tua.
d. Fungsi Ekonomi
Tn.A bekerja sebagai petani dan Ibu S juga bekerja sebagai petani.
Kelurga sudah dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.
e. Fungsi Perawatan
Keluarga akan membeli obat di apotek jika ada anggota keluarga yang
sakit. Apabila tidak kunjung sembuh kelurga akan memeriksakan ke
pelayanan kesehatan terdekat.

8. Tahap perkembangan keluarga


a. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Keluarga Tn.A berada pada tahap perkembangan keluarga dengan anak
dewasa “Launching Center Family”.
b. Tugas perkembaangan keluarga yang sudah dijalankan
Tugas perkembangan keluarga Tn. A sampai saat ini sudah tercapai
yaitu membantu anak untuk mandiri di masyarakat, menata ulang peran
dan kegiatan dalam keluarga, mulai menerima anggota keluarga yang
baru, serta mempertahankan komunikasi terbuka.
c. Tugas perkembangan keluarga yang belum dijalankan
Pada tahap perkembangan keluarga dengan anak dewasa pada keluarga
Tn.A ini semua sudah tercapai.

9. Hobby masing-masing anggota keluarga


No Nama Hobby Waktu Tempat Manfaat
Waktu Halaman
1. Tn. A Berkebun
luang Rumah
Waktu Menghilangkan
2. Ibu S Berkebun Dapur
luang stress
Waktu
3. Sdri R Bermain Dapur
luang

10. Hubungan antar anggota keluarga


a. Hubungan Suami – Isteri
Harmonis
Alasan: Komunikasi antara Tn.A dan Ibu S baik, tidak ada kecurigaan.
b. Hubungan orang Tua – Anak
Harmonis
Alasan: Keluarga Tn.A memiliki komunikasi yang baik dengan anak-
anaknya.
c. Hubungan Anak dengan Anak
Harmonis
Alasan: Ketiga anak yaitu Sdri S dan Sdri R rukun dan jarang
bertengkar dan selalu berkomunikasi dengan baik dan untuk Sdri F
berkomunikasi baik dengan saudaranya melalui telfon karena Sdri F
bekerja di kota.
d. Hubungan antar anggota baik dengan anggota keluarga dan keluarga
lain
Harmonis
Alasan: Tidak ada permusuhan dengan keluarga lain.
11. Angota Keluarga yang berpengaruh dalam mengambil keputusan
Seluruh anggota keluarga ikut berpartisipasi dalam pengambilan keputusan
dan setiap anggota keluarga membutuhkan pendapat dari anggota keluarga
lain dalam menentukan keputusan yang akan diambil. Keluarga Tn. A
mengatakan melakukan musyawarah terlebih dahulu untuk menyelesaikan
masalah. Keluarga Tn.A mengatakan anggota keluarga saling mendukung.

12. Kebiasaan Anggota Keluarga sehari-hari


a. Nutrisi
1) Kebiasaan Makan
- Keluarga Tn. A makan 2-3x sehari secara teratur dengan porsi
1 piring rata.
- Makanan pokok keluarga Tn.A adalah nasi putih.
- Lauk pauk yang sering dikonsumsi keluarga Tn.A adalah
ikan, ayam, tempe, tahu dan telur.
- Sayur yang dikonsumsi keluarga Tn.A bervariasi seperti
bayam, daun singkong, wortel, kentang dan kangkung dll.
- Keluarga Tn.A mengonsumsi buah seperti pepaya, Pisang dan
lain-lain.
- Dalam keluarga Tn.A kadang-kadang juga terdapat makanan
selingan seperti jagung rebus, kacang rebus dan ubi rebus.
2) Cara Pengolahan makanan
- Cara pengolahan makanan dalam keluarga Tn.A memenuhi
syarat kesehatan karena sayuran dan bahan masakan lainnya
dicuci terlebih dahulu sebelum dimasak.
- Makanan yang disajikan bervariasi dalam susunan menu
selama seminggu
3) Cara Penyajian Makanan
- Makanan disajikan langsung setelah selesai memasak
- Jika ada sisa kelebihan makanan kadang dipanaskan lalu
disajikan kembali kadang langsung dibuang.
- Cara makan di keluarga dengan lesehan di depan TV atau
duduk di kursi.
- Suasana makan dalam keluarga Tn. A tenang.
- Alat makan yang digunakan dalam keluarga Tn.A yaitu gelas,
piring, sendok, garpu.
- Keluarga Tn.A tidak memiliki makanan pantangan.
TABEL : MAKANAN KESUKAAN KELUARGA
NAMA ANGGOTA MAKANAN

NO KELUARGA PANTANG JENIS ALASAN


ADA TIDAK MAKANAN
1. Tn A  Sayur

2. Ibu S  Sayur

3. Sdri R  Bakso

4) Kebiasaan minum keluarga


- Keluarga Tn.A dalam sehari mengkonsumsi air putih ± 2 L
- Tn.A dan Ibu S memiliki kebiasaan meminum 1 gelas kopi
atau 1 gelas Teh (300cc) di pagi hari
b. Pola istirahat
- Pola tidur malam pada keluarga Tn.A ± 8 jam
- Ketika ada waktu luang saat siang hari selalu menyempatkan untuk
tidur
c. Rekreasi
Keluarga Tn.A jarang berekreasi bersama keluarga. Namun bila ada
waktu senggang atau hari libur akan digunakan untuk menonton tv atau
menghabiskan waktu bersama.
d. Pemanfaatan waktu senggang
Kelurga Tn.A biasanya memanfaatkan waktu senggang untuk istirahat,
menonton tv, dan melakukan hobi masing-masing seperti berkebun,
memasak.
e. Pola Eliminasi
1) Miksi
NO NAMA TEMPAT FREKWENSI WAKTU KET.
ANGGOTA
KELUARGA
1. Tn.A Kamar Sekitar 3-4 kali Jika
sehari
2. Ibu S mandi / Sekitar 3-4 kali
Toilet / sehari terasa
3. Sdri R WC Sekitar 3-5 kali
sehari

2) Defekasi
NO NAMA TEMPAT FREKWENSI WAKTU
ANGGOTA
KELUARGA
1. Tn.A Kamar Sekitar 1 kali Pagi hari
2. Ibu S mandi / sehari Tidak tentu
3. Sdri R Toilet /
Tidak tentu
WC

f. Hygiene perorangan
- Keluarga Tn.A mandi 2 kali dalam sehari dengan menggunakan
sabun mandi lalu mengganti pakaian setelah mandi
- Keluarga Tn.A menggosok gigi 2 kali sehari dengan
menggunakan pasta gigi saat mandi pagi dan sore
- Keluarga Tn.A keramas 2 – 3 kali dalam satu minggu dengan
menggunakan shampo
- Pada keluarga Tn.A tidak ada yang menggunakan alas kaki di
dalam rumah, tetapi selalu menggunakan alas kaki ketika berada
di luar rumah
- Keluarga Tn.A rutin menggunting kuku
- Keluarga Tn.A mengatakan mencuci tangan sebelum makan
tetapi kadang tidak menggunakan sabun,
- Keluarga Tn.A mengatakan mencuci tangan tanpa sabun sudah
bersih
- Keluarga Tn.A selalu mencuci kaki sebelum tidur
g. Kebiasaan keluarga yang merugikan
Tidak ada
B. FAKTOR SOSIAL, EKONOMI DAN BUDAYA
1. Penghasilan
a. Penghasilan Utama
NO NAMA PEKERJAAN TEMPAT WAKTU PENDAPATAN
ANGGOTA KERJA RATA-RATA
KELUARGA /BLN
1. Tn.A Petani Kebun/ladang Pagi – sore >Rp500.000
2. Ibu S Petani Kebun/ladang Pagi - sore >Rp500.000

b. Penghasilan sampingan/tambahan
Tidak ada
2. Penggunaan / Pemanfaatan dana keluarga/bulan
Rata-rata pengeluaran dalam sebulan ± 2 juta/bulan. Pengeluaran digunakan
untuk biaya kehidupan sehari-hari, token listrik, iuran sampah, dll.
Penghasilan yang didapat mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari.
3. Penggunaan dana : Kurang
4. Pengelolaan keuangan dikelola oleh: Pengelolaan uang pada keluarga Tn.A
dikelola masing-masing sesuai dengan penghasilan yang diperoleh.
5. Hubungan anggota keluarga dalam masyarakat
- Keluarga Tn.A berpartisipasi aktif dalam masyarakat dengan menjadi
anggota dalam masyarakat di wilayah RT tempat tinggalnya.
- Hubungan keluarga dengan masyarakat sekitar harmonis
6. Fasilitas untuk pertemuan masyarakat : Ada, di : Balai RW

C. FAKTOR RUMAH DAN LINGKUNGAN


1. Rumah
a. Status Pemilikan : Milik sendiri
b. Dinding rumah : Semi Permanen
c. Lantai : Semen dan paving
d. Langit-langit : tidak berplafon
e. Atap Rumah : Genting
f. Ventilasi ruangan : 10-20% kali luas lantai
g. Jenis ventilasi : Melalui jendela dan pintu
h. Pemanfaatan jendela : Dibuka setiap hari
i. Penerangan : Listrik
j. Ukuran rumah : 260 m2
k. Pembagian ruang
- Kamar tamu : Tidak ada
- Kamar makan : Tidak ada
- Kamar tidur : Ada luas 12 m2
- Ruang keluarga : Tidak ada
- Ruang Tamu : Ada luas 24 m2
- Dapur : Ada luas 8 m2
- Gudang : Ada
- Ruang ibadah keluarga: Tidak ada
- Kamar mandi : Ada luas 2,5 m2

l. Kebersihan rumah : Cukup

2. Sarana memasak
Keluarga Tn.A memasak menggunakan bahan bakar gas dan menggunakan
bahan bakar kayu . Peralatan dapur di simpan di rak piring, terdapat
ventilasi atap dapur. Kebersihan dapur cukup.
3. Sampah
Terdapat sarana pembuangan sampah berupa tempat sampah besar yang
dibuat sendiri oleh keluarga Tn.A. Pengelolaan sampah dilakukan oleh
keluarga Tn.A sendiri dengan cara membakar sampah setiap 3 hari sekali.
Tempat sampah berada di belakang rumah sehingga jarak antara tempat
sampah dengan sumber air ± 10 meter.
4. Sumber air
Sumber air minum pada keluarga Tn.A dari sumur. Jarak sumber air dengan
WC lebih dari 10 meter. Tidak terdapat pencemaran air. Kualitas air baik,
berwarna jernih, tidak terdapat bau dan rasa.
5. Jamban keluarga
Keluarga Tn.A memiliki jamban dengan jenis jamban angsa latrine. Letak
jamban di luar rumah. Jarak jamban dengan sumur yaitu lebih dari 10 meter.
Tidak terdapat vector seperti lalat, kecoa. Kebersihan jamban cukup bersih.
6. Pembuangan Air Limbah
Jenis limbah yang di produksi pada keluarga Tn.A adalah limbah keluarga.
Terdapat saluran pembuangan limbah tertutup yang permanen. Jarak antara
saluran limbah dengan sumur lebih dari 10m.
7. Kandang ternak
Ada, Jarak antara rumah sekitar 15m
8. Halaman
Terdapat halaman rumah yang terletak di depan rumah dengan luas ±5 m2
yang dimanfaatkan untuk berkebun dan tempat parkir.
9. Kamar mandi
Terdapat kamar mandi dengan luas 2,5m2 yang terletak di luar rumah. Bak
mandi tersebut menggunakan ember. Kebersihannya cukup.
10. Lingkungan
Rumah keluarga Tn.A terletak di Dusun Temanggung, Kel. Jetis, Kec.
Saptosari. Jarak dengan tetangga berdekatan. Suasana lingkungannya ramai.
11. Fasilitas pendidikan
- Terdapat PAUD yang berjarak sekitar ± 600 m dari rumah
- Terdapat SD yang berjarak sekitar ± 1 Km dari rumah
- Terdapat MTS yang berjarak sekitar ± 450 dari rumah
12. Fasilitas perdagangan
- Terdapat warung dan toko yang berjarak sekitar 500 meter dari rumah
- Terdapat pasar yang berjarak sekitar 2,5 Km dari rumah
13. Fasilitas peribadatan
- Terdapat masjid yang berjarak sekitar 100 meter dari rumah
14. Fasilitas kesehatan
- Terdapat puskesmas yang berjarak sekitar 2,3 Km dari rumah
- Terdapat Bidan Praktik yang berjarak sekitar 700 m dari rumah
15. Sarana hiburan
Terdapat sarana hiburan seperti radio dan tv.
16. Fasilitas Transportasi
Fasilitas transportasi yang bisa digunakan yaitu sepeda dan sepeda motor
D. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
1. Riwayat Kesehatan Anggota Keluarga
a. Dahulu
- Tn A : Tidak Ada
- Ibu S : Diabetes
- Sdri R : Tidak Ada
b. Sekarang
Saat ini Tn A dan Ibu S tampak sehat dan mengatakan tidak memiliki
keluhan kesehatan apapun.
c. Keluarga
Keluarga Tn A mengatakan bahwa dalam keluarganya tidak ada yang
memiliki riwayat penyakit tidak menular seperti hipertensi dan diabetes
melitus. Serta dalam keluarganya tidak ada yang memiliki riwayat
penyakit menular.

2. Kebiasaan memeriksakan diri


Keluarga Tn A memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan apabila sedang
sakit dan tidak sembuh meskipun sudah meminum obat.

3. Kebiasaan minum obat


Keluarga Tn A mengonsumsi obat yang dibeli di apotek.

4. Kesehatan Ibu dan Anak


a. Riwayat kehamilan yang lalu : -
b. Ibu Hamil : Tidak ada
c. Persalinan : -
d. Masa nifas : -
e. Keluarga Berencana: -
f. Pemeriksaan bayi dan balita : Tidak memiliki bayi dan balita
g. Pemeriksaan lansia
Terdapat lansia pada keluarga Tn.A melakukan pemeriksaan ketika
sakit.
5. Riwayat Kesehatan Mental-psikososial-spiritual
a. Memenuhi kebutuhan jiwa
- Rasa aman terpenuhi
- Perasaan bangga/ senang ada
- Semangat untuk maju ada
b. Pemenuhan status sosial
- Perasaan dilayani ada, keluarga Tn A membelikan obat di apotek
ketika ada anggota keluarga yang sakit
- Tidak ada perasaan dibenci
- Tidak ada perasaan diasingkan / dikucilkan
c. Riwayat kesehatan mental keluarga
- Tidak ada anggota keluarga yang pernah dirawat di RS jiwa
- Tidak ada jenis gangguang kesehatan mental yang dialami oleh
keluarga Tn A
d. Gangguan mental pada anggota keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang merasa bersalah, gagal, kecewa,
tertekan, dan sering bertengkar.
e. Penampilan tingkah laku anggota keluarga yang menonjol
Tidak ada anggota keluarga yang agresif, ekstrim, peminum alcohol,
suka melamun, senang pergi tanpa tujuan, suka menangis tanpa sebab,
dan mencuri tanpa sengaja.

6. Riwayat Spiritual Anggota Keluarga


NO NAMA KEGIATAN MENJALANKAN
IBADAH
1. Tn A
Ibadah di Rumah dan
2. Ibu S
terkadang di masjid
3. Sdri R

7. Tanggapan keluarga terhadap pelayanan kesehatan : Cukup


Keluarga Tn.A mengatakan bahwa sudah memanfaatkan fasilitas kesehatan
dan ketika ada anggota keluarga yang sakit akan dibawa ke fasilitas
kesehatan.
8. Keadaan Kesehatan keluarga saat kunjungan
NO NAMA UMUR L/P KEADAAN KESEHATAN SAAT INI
1. Tn A 65 thn L - TD : 120 / 80 mmHg
- Nadi : 84 x/menit
2. Ibu S 60 thn P - TD : 130/90 mmHg
- Nadi : 86 x/menit

E. PENGKAJIAN 5 TUGAS KESEHATAN KELUARGA ( setiap masalah)


1. Mengenal Masalah
Keluarga Tn A mampu mengenal masalah kesehatan yang ada di dalam
keluarganya. Pada kondisi saat ini keluarga Tn A mengetahui bahwa ibu S
memiliki penyakit diabetes yang ditandai dengan gula darah tinggi.
2. Mengambil Keputusan Dengan Tepat
Ketika ada anggota keluarga yang sakit akan membeli obat di apotek.
Keluarga Tn A memeriksakan kesehatannya ke fasilitas kesehatan terdekat
ketika sakit. ibu S mengatakan tidak pernah kontrol kefasilitas kesehatan
semenjak pandemic dan juga ibu S tidak merasakan sering buang air kecil,
merasa lapar dan sering tidur.
3. Merawat Anggota Keluarga
Keluarga Tn A sudah merawat anggota keluarga dengan baik, hal ini
dibuktikan bahwa ketika ada anggota keluarga yang sakit akan diperiksakan
ke pelayanan kesehatan dan dibelikan obat di apotek. Ibu S mengatakan jika
kefasilitas kesehatan diantar dengan anak nya. Namun semenjak pandemi
Ibu S tidak pernah ke puskesmas dan juga anaknya sempat kecelakaan 3
bulan yang lalu
4. Menciptakan Lingkungan Yang Kondusif
Keluarga Tn A memiliki lingkungan rumah (halaman) yang bersih dan
sampah pada tempatnya, penataan barang di dalam rumah rapi dan teratur.
5. Memanfaatkan Sumber-Sumber Kesehatan
Keluarga Tn A sudah menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan dengan
baik, hal ini dibuktikan bahwa ketika anggota keluarga ada yang memiliki
keluhan kesehatan segera diperiksakan ke pelayanan kesehatan terdekat.
Peta PHBS Tatanan Rumah tangga: (indikator mengikuti pengembangan
masing-masing kabupaten/kota)
II. ANALISA DATA
DATA MASALAH PENYEBAB
DO : Ketidakstabilan Resistensi insulin
- Hasil GDS saat pengkajian 417 mg/dL Kadar Glukosa
Darah
DS : (SDKI, 2017
- Ibu S mengatakan mengetahui D.0038
menderita diabetes sejak tahun 2018 Hal. 90)
- Ibu S mengatakan terakhir periksa
gula darah sebelum pandemic GDS =
150 mg/dL
- Ibu S mengatakan tidak pernah periksa
ke fasilitas kesehatan selama
pandemic

DO : Manajemen Kompleksitas
- Hasil GDS saat pengkajian 417 mg/dL Kesehatan program
Keluarga Tidak perawatan/
DS : Efektif pengobatan
- Ibu S mengatakan tidak perlu cek gula (SDKI, 2017
darah dan minum obat rutin karena D.0115
tidak ada keluhan seperti sering Hal. 254)
kencing, sering makan dan sering tidur
- Ibu S mengatakan tidak terlalu paham
tentang penyakit diabetes
- Ibu S mengatakan mengetahui
penanganan diabetes sebatas
mengurangi asupan gula
- Ibu S mengatakan tidak ada yang
mengantar kepuskesmas karena
anaknya mengalami kecelakaan 3
bulan yang lalu
- Keluarga Tn.A mengatakan tidak
paham dan mengerti tentang penyakit
diabetes yang di derita Ny.S

III. PENAPISAN
1. Diagnosa Keperawatan : Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
No Kriteria Skore Pembenaran
1. Sifat Masalah : 3/3 x 1 = 1 Kadar gula darah Ibu S tidak dalam
Actual rentan normal atau kadar gula darah
naik turun

2. Kemungkinan 1/2 x 2 = 1 Ibu S mengatakan kurang terpapar


masalah dapat informasi terkait penatalaksanaan
diubah : diabetes
Sebagian
3. Potensi masalah 3/3 x 1 = 1 Dengan pengetahuan mengenai
untuk dicegah : kesehatan yang baik maka dapat
Tinggi menerapkan perilaku yang sehat dan
membuat keputusan yang tepat
terhadap masalah kesehatan yang
dirasakan
4. Menonjolnya 2/2 x 1 = 1 Ketika kadar glukosa darah tidak
masalah : stabil atau tidak normal akan
Masalah harus menyebabkan komplikasi
segera di tangani
Total Skor 4

2. Diagnosa Keperawatan : Manajemen Kesehatan Keluarga Tidak Efektif


No Kriteria Skore Pembenaran
1. Sifat Masalah : 3/3 x 1 = 1 Keluarga tidak megingatkan
Aktual meminum obat secara teratur
2. Kemungkinan 1/2 x 2 = 1 Kondisi anak ibu S tidak
masalah dapat memungkinkan mengantar untuk
diubah : control pemeriksaan kadar gula
Sebagian darah ke puskesmas
3. Potensi masalah 2/3 x 1 = Dengan diberikan motivasi, dan
untuk dicegah : 2/3 dukungan agar keluarga dapat
Cukup meningkatkan kondisi kesehatan
keluarga
4. Menonjolnya 2/2 x 1 = 1 Dukungan keluarga sangat
masalah : berpengaruh terhadap motivasi
Masalah harus pasien untuk sehat
segera di tangani
Total Skor 3 2/3
IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakstabilan Kadar Gula Darah berhuubungn dengan resistensi insulin
2. Manajmen Kesehatan Keluarga Tidak Efekktif berhubungan dengan
kompleksitas program perawatan/pengobatan
V. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan : Ketidakstabilan Kadar Gula Darah berhuubungn dengan resistensi
insulin
TUJUAN (SLKI) RENCANA INTERVENSI
KEPERAWATAN (SIKI)
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1. Manajemen Hiperglikemia I.03115
selama 3 x kunjungan kadar glukosa darah Observasi:
menurun dengan kriteria hasil: a. Identifikasi kemungkinan
penyebab hiperglikemia
1) Kadar gula dalam darah membaik (5) b. Monitor kadar glukosa
c. Monitor tanda dan gejala
hiperglikemia
Terapeutik:
konsultasi dengan medis jika tanda dan
gejala hiperglikemia tetap ada atau
memburuk
Edukasi:
a. Anjurkan monitor kadar glukosa
darah secara mandiri
b. Anjurkan kepatuhan terhadap diet dan
olah raga
c. Anjurkan pengelolaan diabetes
Diagnosa Keperawatan : Manajmen Kesehatan Keluarga Tidak Efekktif berhubungan dengan
kompleksitas program perawatan/pengobatan
TUJUAN (SLKI) RENCANA INTERVENSI
KEPERAWATAN (SIKI)
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1. Pendampingan Keluarga I.13486
selama 3 x kunjungan Manajmen Kesehatan
Keluarga meningkat dengan kriteria hasil: Observasi:
Identifikasi kebutuhan keluarga terkait
1) Kemampuan menjelaskan masalah masalah kesehatan keluarga
kesehatahan yang di alami meningkat
(5) Terapeutik:
2) Aktivitas keluarga mengatasi masalah Yakin kan keluarga keluarga bahwa
kesehatan yang tepat meningkat (5) anggota keluarga akan diberikan
3) Tindakan untuk mengurangi factor pelayanan yang terbaik
resiko meningkat (5)
Edukasi :
Ajarkan mekanisme koping yang dapat
dijalankan keluarga

2. Edukasi Kesehatan I.12383

Observasi :
Identifikasi kesiapan dan kemampuan
menerima informasi

Terapeutik :
a. sediakan materi dan media pendididkan
kesehatan
b. jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan
c. memberikan kesempatan untuk bertanya

Edukasi
jelaskan factor resiko yang dapat
memperngaruhi kesehatan
VI. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Hari/tgl Diagnosa Implementasi Evaluasi
Ketidakstabila a. Mengidentifikasi kemungkinan S :
penyebab hiperglikemia - Ny.S mengatakan
n Kadar Gula
b. Memonitor kadar glukosa tidak merasakan gejala
Darah b.d c. Memonitor tanda dan gejala seperti sering kencing
hiperglikemia sering lapar sering
resistensi
d. Mengkonsultasi dengan medis ngantuk
insulin jika tanda dan gejala - Ny.S mengatakan
hiperglikemia tetap ada atau tidak meminum obat
memburuk rutin semenjak tidak
e. Menganjurkan monitor kadar cek rutin di puskesmas
glukosa darah secara mandiri O:
f. Menganjurkan kepatuhan - Hasil GDS dulu waktu
terhadap diet dan olah raga cek rutin di puskesmas
g. Menganjurkan pengelolaan adalah 150
diabetes - Hasil GDS waktu
pengkajian adalah 470
A: ketidakstabilan kadar gula
darah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
- Memonitor kadar
glukosa
- Memonitor tanda dan
gejala hiperglikemia
- Mengkonsultasi
dengan medis jika
tanda dan gejala
hiperglikemia tetap
ada atau memburuk
- Menganjurkan
monitor kadar glukosa
darah secara mandiri
- Menganjurkan
kepatuhan terhadap
diet dan olah raga
- Menganjurkan
pengelolaan diabetes
Manajmen S:
a. Mengidentifikasi kebutuhan - Keluarga Tn.A
Kesehatan
keluarga terkait masalah mengatakan siap
Keluarga kesehatan keluarga menerima materi
b. Mengidentifikasi kesiapan dan edukasi
Tidak Efekktif
kemampuan menerima - Keluarga Tn.A
b.d informasi Mengatakan bersedia
c. Meyakin kan keluarga di berikan pelayanan
kompleksitas
keluarga bahwa anggota
program keluarga akan diberikan O:
perawatan / pelayanan yang terbaik - Kluarga tampak
d. Menyediakan materi dan bingung saat di tanya
pengobatan
media pendididkan kesehatan tentang penyakit
e. Menjadwalkan pendidikan diabetes
kesehatan sesuai kesepakatan - Menyediakan media
f. Memberikan kesempatan penyuluhan berupa ppt
untuk bertanya dan poster
g. Mengajarkan mekanisme - Kontrak waktu dengan
koping yang dapat dijalankan keluarga Tn.A
keluarga A: Manajemen kesehatan
h. Menjelaskan factor resiko keluarga tidak efek teratasi
yang dapat memperngaruhi sebagian
kesehatan P: lanjutkan intervensi
- Menyediakan materi
dan media
pendididkan kesehatan
- Menjadwalkan
pendidikan kesehatan
sesuai kesepakatan
- Memberikan
kesempatan untuk
bertanya
- Mengajarkan
mekanisme koping
yang dapat dijalankan
keluarga
- Menjelaskan factor
resiko yang dapat
memperngaruhi
kesehatan
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Hari/tgl Diagnosa Implementasi Evaluasi


Ketidakstabila a. Memonitor kadar glukosa S:
b. Memonitor tanda dan gejala - Ny.S mengatakan
n Kadar Gula
hiperglikemia badannya sedikit lelah
Darah b.d c. Mengkonsultasi dengan medis - Ny.S mengatakan
jika tanda dan gejala belum sempat ke
resistensi
hiperglikemia tetap ada atau puskesmas karena
insulin memburuk masih mempunyai
d. Menganjurkan monitor kadar pekerjaan di kebun
glukosa darah secara mandiri O:
e. Menganjurkan kepatuhan - Hasil GDS waktu
terhadap diet dan olah raga pengkajian adalah 320
f. Menganjurkan pengelolaan A: ketidakstabilan kadar gula
diabetes darah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
- Memonitor kadar
glukosa
- Memonitor tanda dan
gejala hiperglikemia
- Menganjurkan
monitor kadar glukosa
darah secara mandiri
- Menganjurkan
kepatuhan terhadap
diet dan olah raga
- Menganjurkan
pengelolaan diabetes
Manajmen a. Menyediakan materi dan S:
media pendididkan - Keluarga Tn.A
Kesehatan
kesehatan mengatakan mengerti
Keluarga b. Menjadwalkan pendidikan tentang penyakit
kesehatan sesuai diabetes
Tidak Efekktif
kesepakatan - Keluarga Tn.A
b.d c. Memberikan kesempatan Mengatakan akan
untuk bertanya berusaha
kompleksitas
d. Mengajarkan mekanisme mengantarkan Ny.S
program koping yang dapat umtuk cek
dijalankan keluarga kepelayanan kesehatan
perawatan /
e. Menjelaskan factor resiko terdekat
pengobatan yang dapat memperngaruhi
kesehatan O:
- Keluarga Tn.A tampak
mendengarkan saat di
lakukan penyuluhan
- Keluarga Tn.A aktif
dalam bertanya
- Keluarga Tn.A
mampu menajawab
saat ditanya kembali
tentang materi yang
diberikan

A: Manajemen kesehatan
keluarga tidak efek teratasi
sebagian
P: lanjutkan intervensi

- Menyediakan materi
dan media
pendididkan kesehatan
- Mengajarkan
mekanisme koping
yang dapat dijalankan
keluarga
- Menjelaskan factor
resiko yang dapat
memperngaruhi
kesehatan
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Hari/tgl Diagnosa Implementasi Evaluasi


Ketidakstabila a. Memonitor kadar glukosa S:
b. Memonitor tanda dan gejala - Ny.S mengatakan
n Kadar Gula
hiperglikemia badanya terasa sehat
Darah b.d c. Mengkonsultasi dengan
medis jika tanda dan gejala O:
resistensi
hiperglikemia tetap ada atau - Hasil GDS waktu
insulin memburuk pengkajian adalah 275
d. Menganjurkan monitor A: ketidakstabilan kadar gula
kadar glukosa darah secara darah teratasi sebagian
mandiri P: lanjutkan intervensi
e. Menganjurkan kepatuhan - Memonitor kadar
terhadap diet dan olah raga glukosa
f. Menganjurkan pengelolaan - Memonitor tanda dan
diabetes gejala hiperglikemia
- Menganjurkan
monitor kadar glukosa
darah secara mandiri
- Menganjurkan
kepatuhan terhadap
diet dan olah raga
- Menganjurkan
pengelolaan diabetes
Manajmen a. Menyediakan materi dan S:
media pendididkan - Keluarga Tn.A
Kesehatan
kesehatan mengatakan paham
Keluarga b. Mengajarkan mekanisme mengenai penyakit
koping yang dapat yang derita Ny.S
Tidak Efekktif
dijalankan keluarga - Keluarga Tn.A
b.d c. Menjelaskan factor resiko mengatakan sanggup
yang dapat memperngaruhi memfasilitasi untuk
kompleksitas
kesehatan Ny.S agar bisa
program kepelayanan
Kesehatan untuk
perawatan /
mengcek kadar gula
pengobatan darah

O:
- Keluarga Tn.A
mampu menjawab
pertanyaan yang
diajukan tentang
materi yang telah
diberikan sebelumnya
- Keluarga Tn.A
mampu mengatasi
masalah kesehatan di
dalam keluarganya
A: Manajemen kesehatan
keluarga tidak efektif teratasi
P: pertahankan intervensi

BAB III
PEMBAHASAN JURNAL

Penelitian yang dilakukan di Puskesmas Mandau Kabupaten Bengkalis menunjukkan bahwa

pengetahuan pasien DM Tipe 2 umumnya berada pada tingkat sedang dan tingkat kepatuhan

minum obat yang tergolong tinggi. Terdapat hubungan pengetahuan pasien DM Tipe 2

dengan kepatuhan minum obat dengan tingkat korelasi lemah. Dalam upaya meningkatkan

pengetahuan pasien DM Tipe 2, pihak Puskesmas Mandau dapat melakukan bimbingan

melalui kegiatan seperti seminar, diskusi, dan bentuk kegiatan lainnya khususnya tentang

penyebab, tanda, gejala dan tatalaksana pada pasien DM, sehingga pengetahuan pasien dapat

lebih meningkat, dan kepatuhan yang tinggi dapat berlangsung secara berkelanjutan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden mendapt dukungan

keluarga yang baik dan beberapa responden

Anda mungkin juga menyukai