Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN

DIABETES MELLITUS RSUD SIMO BOYOLALI


Dosen Pengampu : Ns. Maria Wisnu Kanita M.Kep

Disusun Oleh :
KELOMPOK 2
1. Avinda Rahtasia Marsudiarto
2. Dyah Permatasari
3. Mila Nurkamila
4. Septiyan Bagus Mariki
5. Verily Endah Jati Wicaksana

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes mellitus adalah penyakit gangguan metabolik terutama
metabolisme karbohidrat yang disebabkan oleh berkurangnya atau ketiadaan
hormon insulin dari sel beta pankreas, atau akibat gangguan fungsi insulin,
atau keduanya (Sutedjo, 2010). Diabetes mellitus adalah suatu kumpulan
gejala yang timbul pada seseorang disebabkan oleh adanya peningkatan kadar
gula glukosa darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif
(Syahbudin, 2009).
Terdapat dua jenis penyakit diabetes mellitus, yaitu Diabetes mellitustipe I
(insulin-dependent diabetes mellitus) dan diabetes mellitus tipe II (non-
insulin-dependent diabetes mellitus). Diabetes mellitus tipe I yaitu dicirikan
dengan hilangnya sel penghasil insulin pada pulau-pulau langhernas pankreas
sehingga terjadi kekurangan insulin pada tubuh. Diabetes mellitus tipe II,
terjadi akibat ketidakmampuan tubuh untuk merespon dengan wajar terhadap
aktivitas insulin yang dihasilkan pankreas (resistensi insulin), sehingga tidak
tercapai kadar glukosa yang normal dalam darah. Diabetes mellitus tipe II
lebih banyak ditemukan dan meliputi 90% dari semua kasus diabetes di
seluruh dunia (Maulana, 2009).
Menurut WHO tahun 2011, diabetes mellitus termasuk penyakit yang
paling banyak diderita oleh penduduk di seluruh dunia dan merupakan urutan
ke empat dari prioritas penelitian nasional untuk penyakit degeneratif.
Prevalensi Diabetes Mellitus pada populasi dewasa di seluruh dunia
diperkirakan akan meningkat sebesar 35% dalam dua dasawarsa dan
menjangkit 300 juta orang dewasa pada tahun 2025. Bagian terbesar
peningkatan angka pravalensi ini akan terjadi di negara-negara berkembang
(Gibney, 2009).
Berdasarkan trend statistik selama 10 tahun terakhir IDF memprediksi
bahwa Indonesia akan berada pada peringkat ke enam dengan jumlah
penderita mencapai 12 juta jiwa pada tahun 2030 (IDF, 2011). Peningkatan
jumlah penderita diabetes ini 90% hingga 95% adalah diabetes mellitus tipe
II. Diabetes mellitus tipe II ini terjadi akibat penurunan sensitivitas terhadap
insulin atau karena gangguan sekresi insulin (Smeltzer & Bare, 2013).
Di Indonesia, diabetes mellitus berada diurutan 4 penyakit kronis
berdasarkan pravalensinya. Data Riskesdas tahun 2013, menyatakan
prevalensi nasional penyakit diabetes mellitus adalah 1,5%. Merujuk kepada
prevalensi nasional, Sumatera Barat memiliki prevalensi total DM sebanyak
1,3%. Dimana Sumatera Barat berada diurutan 14 dari 33 provinsi yang ada
di Indonesia. Berdasarakan umur, penderita banyak dalam rentang usia 56-64
tahun dengan prevalensi sebesar 4,8% (Kemenkes, 2013).
Menurut WHO, penderita diabetes beresiko mengalami kerusakan
mikrovaskuler seperti retinopati, nefropati dan neuropati. Hal ini akan
memberikan efek terhadap kondisi psikologis pasien.Untuk mencegah
terjadinya komplikasi dari diabetes mellitus, diperlukan pengontrolan yang
terapeutik dan teratur melalui perubahan gaya hidup pasien DM yang tepat,
tegas dan permanen. Pengontrolan diabetes mellitus diantaranya adalah
pembatasan diet, peningkatan aktivitas fisik, regimen pengobatan yang tepat,
kontrol medis teratur dan pengontrolan metabolik secara teratur melalui
pemeriksaan labor (Golien C.E et al dalam Ronquillo et al, 2003). Kepatuhan
pasien DM terhadap terhadap terapi yang telah diindikasikan dan diresepkan
oleh dokter akan memberikan efek terapeutik yang positif (therapeutic
compliance). Pasien DM yang mengikuti regimen terapeutik yang telah
diindikasikan dapat menimbulkan kegagalan pelaksanaan terapi
(noncomplience) seperti keterlambatan terapi, menghentikan terapi dan tidak
mengikuti terapi dengan tepat.
B. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui Definisi DM
2. Untuk mengetahui Etiologi DM
3. Untuk mengetahui Manifestasi Klinik DM
4. Untuk mengetahui Komplikasi DM
5. Untuk mengetahui Patofisiologi dan pathway DM
6. Untuk mengetahui Pemeriksaan Penunjang DM
7. Untuk mengetahui Penatalaksanaan DM
8. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan DM
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Penyakit
1. Definisi
Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai
dengan hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas
metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh
penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau
keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskuler, dan
neuropati (Yuliana elin, 2009 dalam NANDA NIC-NOC, 2013)
Diabetes melitus merupakan peyakit kronis yang berkaitan denan
defisiensi atau resistansi insulin relatif atau absolut dan ditandai dengan
ganguan metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak. (Paramita, 2011)
Diabetes melitus adalah sekelompok kenaikan kadar glukosa
dalam darah atau hiperglikemi (smalter and bare 2010)
Diabetes melitus merupakan gangguan metabolisme yang secara
genetic dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa
hilangnya toleransi karbohidrat ( prala and wilson,2010)

2. Etiologi
Menurut Smeltzer and Bare ( 2010 ) etiologi secara umum tergantung
dari tipe Diabetes, yaitu :
a. Diabetes Tipe I ( Insulin Dependent Diabetes Melitus / IDDM )
Diabetes yang tergantung insulin yang ditandai oleh penghancuran
sel-sel beta pancreas disebabkan oleh :
1) Faktor genetik
Penderita DM tidak mewarisi DM tipe 1 itu sendiri tapi mewarisi
suatu predisposisi / kecenderungan genetic ke arah terjadinya DM
tipe 1. Ini ditemukan pada individu yang mempunyai tipe antigen
HLA ( Human Leucocyte Antigen ) tertentu. HLA merupakan
kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen transplatasi
dan proses imun lainnya.
2) Faktor Imunologi
Respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal
tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang
dianggap seolah-olah sebagai jaringan asing.
3) Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang
menimbulkan destruksi sel beta.
b. Diabetes Tipe II (Non Insulin Dependent Diabetes Melitus / NIDDM
)
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan
gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II belum diketahui.
Faktor genetic diperkirakan memegang peranan dalam proses
terjadinya resistensi insulin . Selain itu terdapat faktor-faktor resiko
tertentu yang berhubungan yaitu :
1) Usia
Resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65 tahun
2) Obesitas
3) Riwayat Keluarga
4) Kelompok etnik
Di Amerika Serikat, golongan hispanik serta penduduk asli
amerika tertentu memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk
terjadinya diabetes tipe II disbanding dengan golongan Afro-
Amerika

3. Manifestasi Klinik
Menurut American Diabetes Association 2010 (ADA, 2011)
Gejala yang lazim terjadi pada diabetes mellitus pada tahap awal
sering ditemukan sebagai berikut :
a. Poliuri (banyak kencing)
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat
sampai melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga
terjadi osmotik diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan
elektrolit sehingga klien banyak kencing
b. Polidipsi (banyak minum)
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan
cairan banyak karena poliuri, sehngga untuk mengeimbangi klien
lebih banyak minum
c. Polipagi (banyak makan)
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel
mengalami starvasi (lapar). Sehingga untuk memenuhinya klien
akan terus makan. Tetapi walaupun klien banyak makan, tetap saja
makanan tersebut hanya kan berada sampai pada pembuluh darah.
d. Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang
Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi
glukosa, maka tubuh berusaha mendapat peleburan zat dari bagian
tubuh yang lain yaitu lemak dan protein, karena tubuh terus
merasakan lapar maka tubuh termasuk yang berada di jaringan otot
dan lemak sehingga klien dengan DM banyak makan akan tetap
kurus.
e. Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas (glukosa-sarbitol fruktasi)
yang disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat
penimbunan sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan
pembentukkan katarak

4. Klasifikasi
Klasifikasi diabetes melitus menurut American Diabetes Association
2010 (ADA, 2011) dibagi menjadi 4 yaitu :
a. DM Tipe-1
Terjadi karena adanya destruksi sel beta pankreas karena sebab
autoimun.
b. DM Tipe-2
Terjadi resistensi insulin yang merupakan turunnya kemampuan
insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan
perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati.
c. DM Gestasional
Terjadi selama masa kehamilan, biasanya pada trimester kedua dan
ketiga.
d. DM Tipe Lain
DM tipe ini terjadi karena etiologi lain, antara lain defek genetik
fungsi sel beta, defek genetik kerja insulin, penyakit eksokrin
pankreas, penyakit metabolik endokrin lain, iatrogenik, infeksi
virus, penyakit autoimun dan kelainan genetik lain.

5. Komplikasi
Menurut Price and Wilson (2010) :
a. Akut
1) Ketoasidosis diabetik
2) Hipoglikemi
3) Koma non ketotik hiperglikemi hiperosmolar
4) Efek Somogyi ( penurunan kadar glukosa darah pada malam
hari diikuti peningkatan rebound pada pagi hari )
5) Fenomena fajar / down phenomenon ( hiperglikemi pada pagi
hari antara jam 5-9 pagi yang tampaknya disebabkan
peningkatan sikardian kadar glukosa pada pagi hari )
b. Komplikasi jangka panjang
1) Makroangiopati
a) Penyakit arteri koroner ( aterosklerosis )
b) Penyakit vaskuler perifer
c) Stroke
2) Mikroangiopati
a) Retinopati
b) Nefropati
c) Neuropati diabetik

6. Patofisiologi dan Pathway


Menurut muttaqin ( 2008 ) pada diabetes tipe ini terdapat dua
masalah utama yang berhubungan dengan insulin itu sendiri, antara
lain: resisten insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin
terikat pada reseptor khusus di permukaan sel. Akibat dari terikatny
ainsulin tersebut maka, akan terjadi suatu rangkaian reaksi dalam
metabolism glukosa dalam sel tersebut. Resisstensi glukosa pada
diabetes mellitus tipe II ini dapat disertai adanya penurunan reaksi
intra sel atau dalam sel. Dengan hal – hal tersebut insulin menjadi
tidak efektif untuk pengambilan glukosa oleh jaringan tersebut. Dalam
mengatasai resistensi insulin atau untuk pencegahan terbentuknya
glukosa dalam darah, maka harus terdapat peningkatan jumlah insulin
dalam sel untuk disekresikan.
Pada pasien atau penderita yang toleransi glukosa yang terganggu,
keadaan ini diakibatkan karena sekresi insulin yang berlebihan
tersebut, serta kadar glukosa dalam darah akan dipertahankan dalam
angka normal atau sedikit meningkat. Akan tetapi hal-hal berikut jika
sel-sel tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan terhadap
insulin maka, kadar glukosa dalam darah akan otomatis meningkat
dan terjadilah Diabetes Melitus Tipe II ini.
Walaupun sudah terjadi adanya gangguan sekresi insulin yang
merupakan cirri khas dari diabetes mellitus tipe II ini, namun masih
terdapat insulin dalam sel yang adekuat untuk mencegah terjadinya
pemecahan lemak dan produksi pada badan keton yang menyertainya.
Dan kejadian tersebut disebut ketoadosis diabetikum, akan tetapi hal
ini tidak terjadi pada penderita diabetes melitus tipe II.
PATHWAY
Menurut muttaqin, 2009 :
Umur

Penurunan fungsi indra Penurunan fungsi


pengecap pankreas

Konsumsi makanan Penurunan kualitas dan


manis berlebih kuantitas insulin Gaya hidup

HIPERGLIKEMIA

Penurunan glukosa dalam Kerusakan vaskuler


sel
Neuropati perifer
Cadangan lemak dan
protein turun
ULKUS

BB turun
Kerusakan integritas kulit

Resiko ketidakstabilan kadar


Pembedahan (Debridement)
glukosa darah

Pengeluaran histamin & Adanya perlukaan pada kaki


prosglandin
Luka insisi tidak terawat
Nyeri Akut
Peningkatan leukosit

Gangguan mobilitas
Resiko infeksi
fisik
7. Penatalaksanaan
Menurut Smeltzer and Bare (2010), tujuan utama terapi diabetes
adalah mencoba menormalkan aktifitas insulin dan kadar glukosa
darah dalam upaya mengurangi terjadi komplikasi vaskuler serta
neuropatik.Tujuan terapetik pada setiap tipe DM adalah mencapai
kadar glukosa darah normal tanpa terjadi hipoglikemia dan gangguan
serius pada pola aktifitas pasien. Ada 5 komponen dalam
penatalaksanaan DM yaitu diet, latihan, pemantauan, terapi dan
pendidikan kesehatan.
a. Penatalaksanaan diet
Prinsip umum :diet dan pengndalian berat badan merupakan dasar
dari penatalaksanaan DM.
Tujuan penatalaksanaan nutrisi :
1) Memberikan semua unsur makanan esensial missal vitamin,
mineral
2) Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai
3) Memenuhi kebutuhan energi
4) Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap haridengan
mengupayakan kadar glukosa darah mendekati normal
melalui cara-cara yang aman dan praktis.
5) Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat
b. Latihan fisik
Latihan penting dalam penatalaksanaan DM karena dapat
menurunkan kadar glikosa darah dan mengurangi factor resiko
kardiovaskuler. Latihan akan menurunkan kadar glukosa darah
dengan meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan
memperbaiki pemakaian insulin. Sirkulasi darah dan tonus otot
juga diperbaiki dengan olahraga.
c. Pemantauan
Pemantauan glukosa dan keton secara mandiri untuk deteksi dan
pencegahan hipoglikemi serta hiperglikemia.
d. Terapi
1) Insulin
Dosis yang diperlukan ditentukan oleh kadar glukosa darah
2) Obat oral anti diabetik
- Sulfonaria
a) Asetoheksamid ( 250 mg, 500 mg )
b) Clorpopamid(100 mg, 250 mg )
c) Glipizid ( 5 mg, 10 mg )
d) Glyburid ( 1,25 mg ; 2,5 mg ; 5 mg )
e) Totazamid ( 100 mg ; 250 mg; 500 mg )
f) Tolbutamid (250 mg, 500 mg )
- Biguanid
a) Metformin 500 mg
e. Pendidikan kesehatan
Informasi yang harus diajarkan pada pasien antara lain :
1) Patofisiologi DM sederhana, cara terapi termasuk efek
samping obat, pengenalan dan pencegahan hipoglikemi /
hiperglikemi
2) Tindakan preventif(perawatan kaki, perawatan mata , hygiene
umum )
3) Meningkatkan kepatuhan progranm diet dan obat
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

1. Pengkajian
Menurut NANDA (2013), Pengkajian merupakan langkah utama dan
dasar utama dari proses keperawatan yang mempunyai dua kegiatan
pokok, yaitu :
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu
dalam menentukan status kesehatan dan pola pertahanan penderita ,
mengidentifikasikan, kekuatan dan kebutuhan penderita yang dapt
diperoleh melalui anamnese, pemeriksaan fisik, pemerikasaan
laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya.
1) Anamnesa
a) Identitas penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor
register, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis.
b) Keluhan Utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa
raba yang menurun, adanya luka yang tidak - sembuh dan
berbau, adanya nyeri pada luka.
c) Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya
luka serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk
mengatasinya.
d) Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit-penyakit lain
yang ada kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya
penyakit pankreas. Adanya riwayat penyakit jantung,
obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis yang
pernah di dapat maupun obat-obatan yang biasa digunakan
oleh penderita.
e) Riwayat kesehatan keluarga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu
anggota keluarga yang juga menderita DM atau penyakit
keturunan yang dapat menyebabkan terjadinya defisiensi
insulin misal hipertensi, jantung.
f) Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi
yang dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya
serta tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita.
2) Pemeriksaan fisik
a) Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi
badan, berat badan dan tanda – tanda vital.
b) Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran
pada leher, telinga kadang-kadang berdenging, adakah
gangguan pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah
menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah
bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda,
diplopia, lensa mata keruh.
c) Sistem integumen
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman
bekas luka, kelembaban dan shu kulit di daerah sekitar
ulkus dan gangren, kemerahan pada kulit sekitar luka,
tekstur rambut dan kuku.
d) Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada.Pada
penderita DM mudah terjadi infeksi.
e) Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau
berkurang, takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia,
kardiomegalis.
f) Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi,
dehidrase, perubahan berat badan, peningkatan lingkar
abdomen, obesitas.
g) Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau
sakit saat berkemih.
h) Sistem muskuloskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi
badan, cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di
ekstrimitas.
i) Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi,
mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorientasi.
3) Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
a) Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah
puasa >120 mg/dl dan dua jam post prandial > 200 mg/dl.
b) Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine.
Pemeriksaan dilakukan dengan cara Benedict ( reduksi ).
Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna pada urine :
hijau ( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata (
++++ ).
c) Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan
antibiotik yang sesuai dengan jenis kuman.
b. Analisa Data
Data yang sudah terkumpul selanjutnya dikelompokan dan dilakukan
analisa serta sintesa data. Dalam mengelompokan data dibedakan atas
data subyektif dan data obyektif dan berpedoman pada teori Abraham
Maslow yang terdiri dari :
1) Kebutuhan dasar atau fisiologis
2) Kebutuhan rasa aman
3) Kebutuhan cinta dan kasih sayang
4) Kebutuhan harga diri
5) Kebutuhan aktualisasi diri
Data yang telah dikelompokkan tadi di analisa sehingga dapat
diambil kesimpulan tentang masalah keperawatan dan kemungkinan
penyebab, yang dapat dirumuskan dalam bentuk diagnosa
keperawatan meliputi aktual, potensial, dan kemungkinan.

2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon individu,
keluarga atau komunitas terhadap proses kehidupan/ masalah kesehatan.
Aktual atau potensial dan kemungkinan dan membutuhkan tindakan
keperawatan untuk memecahkan masalah tersebut.
Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien gangren kaki
diabetik adalah sebagai berikut :
a. Nyeri akut ( 00132 ) berhubungan dengan agens injury biologis :
penurunan perfusi jaringan perifer
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh ( 00002 )
berhubungan dengan ketidakmampuan menggunakan glukosa
c. Defisit volume cairan ( 00027 ) berhubungan dengan kehilangan
volume cairan secara aktif kegagalan mekanisme pengaturan

3. Perencanaan Keperawatan
Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, maka intervensi dan
aktivitas keperawatan perlu ditetapkan untuk mengurangi,
menghilangkan, dan mencegah masalah keperawatan penderita.Tahapan
ini disebut perencanaan keperawatan yang meliputi penentuan prioritas,
diagnosa keperawatan, menetapkan sasaran dan tujuan, menetapkan
kriteria evaluasi dan merumuskan intervensi dan aktivitas keperawatan.
Diagnosa 1 :
Nyeri akut ( 00132 ) berhubungan dengan agens injury biologis :
penurunan perfusi jaringan perifer
Tujuan ( NOC ) :
Tingkat nyeri, nyeri kontrol, tingkat kenyamanan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam klien dapat :
a. Mengontrol nyeri, dengan indikator :
1) Mengenal faktor - faktor penyebab
2) Mengenal ovset nyeri
3) Menggunakan analgetik
4) Nyeri terkontrol
b. Menunjukkan tingkat nyeri dengan indikator :
1) Melapor nyeri
2) Frekuensi nyeri
3) Lama episode nyeri
4) Ekspresi wajah
Intervensi ( NIC ) : Pain management
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
b. Berikan tindakan kenyamanan dasar
c. Dorong penggunaan keterampilan managemen nyeri
d. Kolaborasi dengan tim medis untuk memberikan analgesik sesuai
dengan indikasi

Diagnosa 2 :
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh ( 00002 )
berhubungan dengan anoreksia : intake makanan yang tidak adekuat
Tujuan dan kriteria hasil :
Setelah dilakukan 3 x 24 jam diharapkan :
1) Tidak terjadi penurunan berat badan
2) Mual muntah berkurang
3) Porsi makan yang disediakan habis
Intervensi ( nutrisi manajemen )
1) Kaji status nutrisi dan kebiasaan makan
2) Anjurkan pasien untuk mematuhi diet yang telah diprogamkan
3) Identifikasi perubahan pola makan
4) Kerja sama dengan tim kesehatan lain untuk pemberian insulin dan
diet diabetik

Diagnosa 3 :
Defisit volume cairan ( 00027 ) berhubungan dengan kehilangan volume
cairan secara aktifu kegagalan mekanisme pengaturan.
Tujuan dan kriteria hasil :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam diharapkan :
a. Fluid balance
1) Klien dapat menjaga keseimbangan dan cairan elektrolit
2) Tidak ada tanda – tanda dehidrasi
Intervensi : Fluid manajemen
1) Monitor tanda – tanda dehidrasi
2) Monitor intake output

4. Implementasi
Menurut Nursallam (2011),Implementasi keperawatan merupakan
serangkaian tindakan yang dilakukan oleh perawat maupun tenaga medis
lain untuk membantu pasien dalam proses penyembuhan dan perawatan
serta masalah kesehatan yang dihadapi pasien yang sebelumnya disusun
dalam rencana keperawatan.

5. Evaluasi
Menurut Nursallam ( 2011 ), evaluasi keperawatan terdiri dari dua jenis
yaitu :
a. Evaluasi formatif.
Evaluasi ini disebut juga evaluasi berjalan dimana evaluasi
dilakukan sampai dengan tujuan tercapai
b. Evaluasi somatif.
Evaluasi ini merupakan evaluasi akhir dimana dalam metode
evaluasi ini menggunakan SOAP.
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan kasus yang kami ambil didapatkan diagnosa keperawatan


nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik ditandai dengan ekspresi
wajah nyeri, Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri ditandai
dengan ketidaknyamanan pada luka, Kerusakan integritas jaringan
berhubungan dengan prosedur bedah ditandai dengan jaringan rusak
Definisi dari Diabetes Melitus adalahPenyakit Diabetes Mellitus (DM)
yang juga dikenal sebagai penyakit kencing manis atau penyakit gula darah
adalah golongan penyakit kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar gula
dalam darah sebagai akibat adanya gangguan sistem metabolisme dalam tubuh,
dimana organ pankreas tidak mampu memproduksi hormon insulin sesuai
kebutuhan tubuh. (A, Silvia Prince, 2015)
Data yang memperkuat diagnosa yang kami ambil adalah :
1. Klien mengatakan nyeri pada kaki kiri yang terdapat luka. Untuk menangani
Diagnosa tersebut tindakan keperawatan yang dilakukan adalah relaksasi napas
dalam .
2. Klien mengatakan tidak bisa beraktivitas seperti biasanya. Untuk menangani
Diagnosa tersebut tindakan keperawatan yang dilakukan adalah mengajarkan
teknik ambulasi
3. Klien mengatakan terdapat luka pada kaki bagian kiri. Untuk menangani
diagnosa tersebut tindakan keperawatan yang dilakukan adalah perawatan
luka..
Untuk Kesenjangan antara Teori dan Praktik :
Untuk tindakan yang dilakukan pada klien dengan diagnosa Nyeri Akut adalah
Relaksasi Napas Dalam. Pada klien dengan diagnosa Kerusakan Integritas
Kulit tindakan yang dilakukan adalah perawatan Luka, dan untuk tindakan
yang dilakukan pada diagnosa hambatan mobilitas fisik adalah mengajarkan
teknik mobilisasi. Berdasarkan tindakan yang dilakukan sesuai dengan Teori
masing-masing Diagnosa.
Dapat disimpulkan bahwa, tidak ada kesenjangan anatara Teori dan Praktik
yang dilakukan untuk pemberian tindakan Keperawatan.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan
hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme
karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi
insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau keduanya dan menyebabkan
komplikasi kronis mikrovaskuler, dan neuropati (Yuliana elin, 2009 dalam
NANDA NIC-NOC, 2013)

Diabetes melitus merupakan peyakit kronis yang berkaitan denan


defisiensi atau resistansi insulin relatif atau absolut dan ditandai dengan
ganguan metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak.
Terapi diabetes untuk mencoba menormalkan aktifitas insulin dan kadar
glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadi komplikasi vaskuler serta
neuropatik. Tujuan terapetik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar
glukosa darah normal tanpa terjadi hipoglikemia dan gangguan serius pada
pola aktifitas pasien.

B. Saran
1. Bagi Pelayanan Kesehatan
Sebaiknya petugas kesehatan selalu memberikan pengarahan
kepada pasien dan keluarga agar mampu memahami cara pengobatan
2. Bagi institusi pendidikan
Pendidikan yang lebih meningkatkan pengayaan, penerapan dan
pengajaran asuhan keperawatan kepada mahasiswa, meningkatkan
ilmu pengetahuan dan memberikan ketrampilan yang lebih kepada
mahasiswa, serta menambah referensi tentang Diabetes Melitus.
3. Bagi pasien dan keluarga
Dengan adanya bimbingan yang dilakukan oleh perawat selama
proses pemberian asuhan keperawatan, diharapkan klien dan keluarga
mandiri dalam mencegah, meningkatkan dan mempertahankan
kesehatan bagi diri, keluarga maupun lingkungan, sehingga tercapai
derajat kesehatan yang optimal khususnya dalam Kesehatan Jantung .
DAFTAR PUSTAKA

Sutedjo, 2010. Kapita selekta kedokteran. Jilid 1. Jakarta : media aesculapius

Lynda, J.C. 2001. Handbook of nursing diagnosis. Edisi 8. Jakarta : EGC

Price , S.A. & Wilson, L.M. 2010. Pathopysiology : clincal concept of disease
processes. 4th
edition. Alih bahasa : Anugrah, P. Jakarta : EGC

Smelter, S. 2010. Buku keperawatan medikal bedah. Jakarta : EGC

Syahbudin, 2009.. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi 3. Jakarta : balai penerbit
FKUI

Tjokroprawiro, A. 2010. Diabetes Mellitus. Klasifikasi diagnosis dan terapi. Edisi


3. Jakarta :
Gramedia pustaka utama

Yuliana elin, 2009 dalam NANDA NIC-NOC, 2013

Anda mungkin juga menyukai