Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KETIDAKSEIMBANGAN KADAR GLUKOSA


DARAH, GANGGUAN INTEGRITAS JARINGAN, DEFISIT NUTRISI, NY.M ”
DENGAN DIAGNOSA MEDIS DM TIPE 2 DI RUANG INTERNA II

RSUD DR. R SOEDJONO SELONG 2023

Dibuat Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas

Stase Keperwatan Dasar Profesi

Disusun oleh :

Nama : Widya Par’aini, S. Kep

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HAMZAR
LOMBOK TIMUR - NTB
2023
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan profesi ners di ruang interna II


RSUD.Dr. R. Soedjono Selong Lombok Timur-NTB tanggal 3 s/d 04 November
2023 telah di syahkan dan disetujui pada

Hari :
Tanggal :

Mahasiswa

(Widya Par’aini, S. Kep)

Pembimbing Akademik Pembimbing klinik

(Ns.Dina Alfana Ikhwani M.Kep) (M.Suhayatna Ilhamdi, S.Kep.,Ns)

Kepala Ruangan

(M.Suhayatna Ilhamdi, S.Kep.,Ns)


LAPORAN PENDAHULUAN
DM (DIABETES MELITUS)
A. Konsep Diabetes Melitus
1. Definisi Diabetes melitus

Diabetes Melitus merupakan penyakit yang disebabkan oleh gangguan

metabolisme yang ditandai dengan peningkatan gula darah yang disebut

dengan kondisi hiperglikemia (American Diabetes Association, 2018).

Diabetes Melitus dibedakan menjadi dua, yaitu diabetes melitus tipe 1 dan

diabetes melitus tipe 2, Diabetes Melitus tipe 1 atau IDDM (Insulin

Dependent Diabetes Melitus) terjadi karena kerusakan sel α pankreas

mengakibatkan defisiensi absolut dari sekresi insulin (Irvan, Lubis, &

Rahmat, 2015).

Diabetes Melitus tipe 2 atau NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes

Melitus) adalah gangguan metabolik yang di tandai oleh hiperglikemia

(kenaikan kadar glukosa darah) akibat kurangnya hormon insulin,

menurunnya efek insulin atau keduanya (Kowalak, dkk. 201

2. Etiologi DM

a. DM tipe-2

Diabetes mellitus yang tergantung insulin ditandai dengan

penghancuran sel-sel beta pankreas yang di sebabkan oleh:

1) Faktor Genetik

Penderita tidak mewarisi diabetes mellitus itu sendiri, tetapi

mewarisi suatu predisposisi atau kecendrungan genetik kearah

terjadinya diabetes mellitus tipe I.


2) Faktor imunologi (automium) Adanya respon autoimun yang

merupakan respon abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan

normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang

dianggapnya seolah olah sebagai jaringan asing, Yaitu aotoantibodi

terhadap sel sel pulau langerhans dan insulin endogen.

3) Faktor Lingkungan Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses

autoimun yang menimbulkan desktuksi sel beta.

b. DM tipe-1

Disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan retensi insulin. Faktor

resiko yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes mellitus

tipe II:

1) Faktor Usia (resistensi insulin meningkat pada usia diatas 65

tahun)

2) Obesitas

3) Riwayat keluarga

c. Klasifikasi DM

Klasifikasi diabetes millitus sebagai berikut :

1) Tipe I : Diabetes melitus tergantung insulin (IDDM)

2) Tipe II : Diabes melitus tidak tergantung insulin (NIDDM)

3) Diabetes melitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom

lainnya

4) Diabetes melitus gestasional (GDM)

DM tipe I biasanya mengenai anak anak dan remaja. Diabetes ini

dulu pernah disebut dengan juvenile diabetes (diabetes tipe 2) Untuk


dapat bertambah hidup, penderita diabetes millitus tipe I tergantung

pada pemberian insulin dari luar, oleh karena itu istilah yang dipakai

dimasalalu adalah insulin dependent diabetes melitus (IDDM) faktor

penyebab diabetes tipe 1 adalah infeksi virus atau reaksi auto-imun

(rusaknya sistem kekebalan tubuh) yang merusak sel sel penghasil

insulin, yaitu sel beta pada pankreas, secara menyeluruh.

Biasanya gejala dan tanda tanda pada diabetes melitus tipe I

muncul secara mendadak, tiba tiba cepat merasa haus, sering kencing

(anak anak jadi sering ngompol), badan mengurus dan lemah

(Nurrahmani, 2014 ). DM tipe II adalah yang paling banyak

penderitanya yaitu sekitar 90-99%, diabetes tipe II disebut diabetes life

style karena selain faktor keturuan juga disebabkan gaya hidup yang

tidak sehat, biasanya tipe ini mengenain orang dewasa (Nurrahmani,

2014).
3. FATHWAY DM

4. Fatofisiologi DM Tipe-2

Pankreas adalah sebuah kelenjar yang letaknya dibelakang lambung

yang didalamnya terdapat sel-sel yang disebut pulau-pulau langerhans

yang berisi sel beta yang memproduksi hormon insulin yang berperan

dalam mengatur kadar glukosa dalam tubuh. Glukosa terbentuk dari

karbohidrat, protein, dan lemak yang kemudian akan diserap melalui


dinding usus dan disalurkan ke dalam darah dengan bantuan insulin.

Kelebihan glukosa akan disimpan dalam jaringan hati dan otot sebagai

glikogen.

Diabetes melitus tipe 2 adalah penyakit gangguan metabolik yang

disebabkan dua hal yaitu penurunan respon jaringan perifer terhadap

insulin yang disebut dengan resistensi insulin dan penurunan kemampuan

insulin sel beta di pankreas untuk mensekresi insulin. Diabetes melitus tipe

2 diawali akibat sel-sel sasaran insulin gagal atau tidak mampu merespon

insulin secara normal. Keadaan ini disebut dengan resistensi insulin.

Penyebab dari resistensi insulin adalah faktor obesitas, gaya hidup yang

kurang gerak dan penuaan.

Pada diabetes melitus tipe 2 dapat terjadi akibat dari gangguan sekresi

insulin dan produksi gula hepatik yang berlebihan, tetapi tidak terjadi

kerusakan sel-sel beta di pankreas secara autoimun. Sel-sel beta di

pankreas mensekresi insulin dalam 2 fase. Fase pertama sekresi insulin

terjadi segera setelah stimulasi atau rangsangan glukosa yang ditandai

dengan meningkatnya kadar glukosa darah dan fase kedua terjadi sekitar

20 menit sesudahnya.

Pada awal perkembangan diabetes melitus tipe 2, sel-sel beta di

pankreas menjunjukkan gangguan pada sekresi insulin. Fase pertama yaitu

insulin gagal mengkompensasi resistensi insulin yang selanjutnya apabila

tidak ditangani dengan cepat akan terjadi kerusakan sel-sel beta di

pankreas. Terjadi secara progresif yang disebut dengan defisiensi insulin,

sehingga akhirnya memerlukan insulin eksogen (Decroli, 2019).


5. Manifestasi klinis

Keluhan umum pada pasien diabetes mellitus seperti poliuria,

polidipsia, polifagia pada diabetes mellitus umumnya tidak ada, sebaliknya

yang sering mengganggu pasien adalah keluhan akibat komplikasi

degeneratif kronik pada pembuluh darah dan syaraf. Pada diabetes mellitus

lansia terdapat perubahan patofiologi akibat proses menua, sehingga

gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa gejala sampai kasus dengan

komplikasi yang luas, keluhan yang sering muncul adalah gangguan

penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta kelemahan

otot (nueropati perifer) dan luka pada tungkai yang suka sembuh dengan

pengobatan lazim (Padila, 2012).

Berikut ini tanda klasik dari diabetes millitus :

a. Sering buang air kecil (poliuri)

Buang air kecil akan menjadi sering jika banyak glukosa dalam darah.

Jika insulin (yakni horomon yang mengendalikan gula darah) tidak ada

atau sedikit maka ginjal tidak dapat menyaring glukosa untuk kembali

kedalam darah. Kemudian ginjal akan menarik tambahan air dari darah

untuk menghancurkan glukosa. Hal ini membuat kandung kemih

penuh dan sering buang air kecil.

b. Sering haus (polidipsi)

Karena seseorang sering buang air kecil, maka akan menjadi lebih

sering haus. Serta proses penghancuran glukosa yang sulit maka air

dalam darah tersedot untuk menghancurkanya, sehingga seseorang

perlu minum lebih banyak untuk mengantikan air.


c. Nafsu makan bertambah (poliphagi) Orang yang diabetes insulinya

bermasalah akibatnya asupan gula kedalam sel-sel tubuh berkurang

yang menyebabkan pembentukan energi kurang. Kondisi ini membuat

otak berpikir tubuh kurang energi akibat asupan makanan yang kurang

sehingga menimbulkan rasa lapar dan perasaan ingin makan terus.

6. Penatalaksanaan

a. Penurunan berat badan yang cepat

b. Hiperglikemi berat yang disertai ketosis

c. Ketoasidosis diabetic (KAD) atau hiperglikemi hyperosmolar non

ketotik(HONK)

d. Hiperglikemi dengan asidosis laktan

e. Gagal dengan kombinasi OHO dosis optimal

f. Stres berat (infeksi sitemik, operasi besar, IMA, stroke)

g. Kehamilan dengan diabtes mellitus gestasional yang tidak

terkendalidengan perencanaan makan

h. Gangguan fumgsi ginjal atau hati yang berat

i. Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO

B. Konsep Ketidakseimbangan Kadar Glukosa Darah

1. Definisi

Ketidakstabilan kadar glukosa darah adalah variasi dimana kadar

glukosa darah mengalami kenaikan atau penurunan dari rentang normal

yaitu mengalami hiperglikemi atau hipoglikemi (PPNI, 2016).

Hiperglikemi merupakan keadaan dimana kadar glukosa darah meningkat

atau berlebihan. Keadaan ini disebabkan karena stres, infeksi, dan


konsumsi obat-obatan tertentu. Hipoglikemia merupakan keadaan kadar

glukosa darah dibawah normal, terjadi karena ketidakseimbangan antara

makanan yang dimakan, aktivitas fisik dan obat-obatan yang digunakan

(Nabyl, 2009).

Hiperglikemia merupakan keadaan kadar glukosa dalam darah

klien saat pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥126 mg/dl, pemeriksaan

glukosa plasma ≥200 mg/dl 2-jam setelah Tes Toleransi Glukosa Oral

(TTGO) dengan beban glukosa 75 gram dan pemeriksaan glukosa plasma

sewaktu ≥200 mg/dl (Perkeni, 2015). Hipoglikemia merupakan keadaan

dimana terjadinya penurunan kadar glukosa darah di bawah 60 hingga 50

mg/dl. (Wiyono, 2004).

2. Patofisiologi

Kegagalan sel beta pankreas dan resistensi insulin sebagai

patofisiologi kerusakan sentral pada DM Tipe II sehingga memicu

ketidakstabilan kadar glukosa darah hiperglikemi. Defisiensi insulin

menyebabkan penggunaan glukosa oleh sel menjadi menurun, sehingga

kadar gula dalam plasma menjadi tinggi (Hiperglikemia). Jika

hiperglikemia ini parah dan melebihi dari ambang ginjal maka timbul

glukosuria. Glukosuria ini menyebabkan diuresis osmotik yang akan

meningkatkan pengeluaran kemih (poliuri) dan timbul rasa haus (polidipsi)

sehingga terjadi dehidrasi (Price, 2000).

Pada gangguan sekresi insulin berlebihan, kadar glukosa akan

dipertahankan pada tingkat normal atau sedikit meningkat. Tapi, jika sel

beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan insulin maka


kadar glukosa darah meningkat. Tidak tepatnya pola makan juga dapat

mempengaruhi ketidakstabilan kadar glukosa darah pada penderita DM

tipe II. Ketidakstabilan kadar glukosa darah hipoglikemia terjadi akibat

dari ketidakmampuan hati dalam memproduksi glukosa. Ketidakmampuan

ini terjadi karena penurunan bahan pembentuk glukosa, gangguan hati atau

ketidakseimbangan hormonal hati.

Penurunan bahan pembentuk glukosaterjadi pada waktu sesudah

makan 5-6 jam. Keadaan ini menyebabkan penurunan sekresi insulin dan

peningkatan hormon kontra regulator yaitu glukagon, epinefrin. Hormon

glukagon dan efinefrin sangat berperan saat terjadi penurunan glukosa

darah yang mendadak. Hormon tersebut akan memacu glikonolisis dan

glucaneogenesis dan proteolysis di otot dan liolisi pada jaringan lemak

sehingga tersedia bahan glukosa. Penurunan sekresi insulin dan

peningkatan hormon kontra regulator menyebabkan penurunan

penggunaan glukosa di jaringan insulin sensitive dan glukosa yang

jumlahnya terbatas disediakan hanya untuk jaringan otak (Soegondo,

2010).

3. Faktor – faktor yang mempengaruhi

Hiperglikemia adalah gejala khas DM Tipe II. Beberapa hal yang

dapat menyebabkan gangguan kadar glukosa darah adalah resistensi

insulin pada jaringan lemak, otot, dan hati, kenaikan produksi glukosa oleh

hati, dan kekurangan sekresi insulin oleh pankreas. Ketidakstabilan kadar

glukosa darah (hipoglikemia) biasanyamuncul pada klien diabetes melitus


yang bertahun-tahun. Keadaan ini terjadi karena mengkonsumsi makanan

sedikit atau aktivitas fisik yang berat (& B. Smeltzer, 2002).

Selain kerusakan pancreas dan resistensi insulin beberapa factor

yang dapat memicu terjadinya ketidakstabilan kadar glukosa dalam darah

adalah pola makan, aktivitas, dan pengobatan klien DM tipe II (Soegondo,

2010).

4. Tanda dan gejala

Tanda dan gejala ketidakstabilan kadar glukosa di bagi menjadi 2 yaitu

tanda dan (PPNI, 2016).

a. Tanda dan gejala mayor Hiperglikemia

1) Subyektif : pasien mengatakan sering merasa lelah atau lesu.

2) Obyektif : kadar glukosa dalam darah/ urin pasien tinggi

Hipoglikemia

1) Subyektif : pasien mengatakan sering mengantuk dan merasa

pusing.

2) Obyektif : terjadinya gangguan koordinasi, kadar glukosa darah/

urin pasien rendah.

b. Tanda dan gejala minor Hiperglikemia

1) Subyektif : pasien mengeluh mulutnya terasa kering, sering merasa

haus.

2) Obyektif : jumlah urin pasien meningkat.

Hipoglikemia
1) Subyektif : pasien mengeluh sering merasa kesemutan pada

ektremitasnya, sering merasa lapar.

2) Obyektif : pasien tampak gemetar, kesadaran pasien menurun,

berprilaku aneh, pasien tampak sulit berbicara dan berkeringat.

C. Konsep Gangguan Integritas jaringan

1. Definisi

Gangguan integritas kulit merupakan kerusakan kulit (dermis

dan/atau epidermis) (Tim pokja SDKI DPP PPNI, 2016). Kerusakan

integritas kulit dapat berasal dari luka. Luka dideskripsikan sebagai cedera

fisik yang menyebabkan kerusakan kulit atau membran mukosa. Jenis luka

yang paling umum adalah luka trauma (tidak disengaja atau dibuat oleh

diri sendiri), insisi bedah, dan beberapa jenis ulkus. Ulkus eksternal adalah

kerusakan di kulit yang disebabkan oleh peluruhan jaringan inflamasi yang

telah mati, ulkus juga dapat terjadi dalam membran mukosa (Corporation,

2019).

2. Patofisiologi

Terjadinya gangguan integritas kulit pada DM diawali masalah

kaki dengan adanya hiperglikemia pada penyandang DM yang

menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan pada pembuluh darah.

Neuropati akan mengakibatkan berbagai perubahan kulit dan otot yang

menyebabkan terjadinya perubahan tekanan pada telapak kaki dan akan

mempermudah terjadinya ulkus diabetik. Munculnya ulkus diabetik dan

ganggren bisa menimbulkan dampak nyeri kaki, intoleransi aktivitas,

gangguan pola tidur dan penyebaran infeksi. Penyakit neuropati dan


vaskuler adalah faktor utama yang menyebabkan terjadinya luka, masalah

luka yang terjadi pada pasien dengan diabetik terkait dengan pengaruh11

pada saraf yang terdapat pada kaki biasanya dikenal sebagai neuropati

perifer.

Pada pasien diabetik sering mengalami gangguan pada sirkulasi,

gangguan sirkulasi ini berhubungan dengan pheripheral vasculal diseases,

efek sirkulasi inilah yang menyebabkan kerusakan pada saraf. Adanya

gangguan pada saraf autonom berpengaruh terjadi perubahan tonus otot

yang menyebabkan abnormal aliran darah dengan demikian autonomi

neuropati menyebabkan kulit menjadi kering dan antihidrosis yang

menyebabkan kulit mudah menjadi rusak dan menyebabkan terjadinya

ganggren. Sehingga munculah masalah keperawatan yaitu gangguan

integritas kulit (Wijaya, 2013)

3. Faktor –faktor yang mempengaruhi

Faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan integritas kulit

menurut (Tarwoto & Wartonah, 2015) yaitu sebagai berikut :

1) Neuropati perifer

Keadaan neuropati menyebabkan penurunan sensasi rasa, apabila

terjadi trauma maka penderita tidak menyadarinya. Trauma berulang

dapat menyebabkan kerusakan pada lapisan kulit, baik trauma yang

disengaja seperti pembedahan, maupun trauma yang tidak disengaja

seperti trauma tumpul, trauma tajam, luka bakar, terpapar listrik dan

zat kimia (Tarwoto & Wartonah, 2015).


2) Usia

Semakin bertambahnya usia secara biologi akan mempengaruhi proses

penyembuhan luka. Menurunnya fungsi makrofag akan menyebabkan

respon inflamasi, terlambatnya sintesis kolagen, dan melambatnya

epitalisasi. Biasanya terjadi pada usia diatas 40 tahun (Ekaputra, 2013).

4. Jenis gangguan

Terjadinya gangguan integritas kulit pada DM diawali masalah

kaki dengan adanya hiperglikemia pada penyandang DM yang

menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan pada pembuluh darah.

Neuropati sensorik maupun motorik dan autonomik akan mengakibatkan

berbagai perubahan kulit dan otot yang menyebabkan terjadinya

perubahan tekanan pada telapak kaki dan akan mempermudah terjadinya

ulkus diabetik. Munculnya ulkus diabetik dan ganggren bisa menimbulkan

dampak nyeri kaki, intoleransi aktivitas, gangguan pola tidur dan

penyebaran infeksi (Wijaya, 2013).

D. Konsep Defisit Nutrisi

1. Definisi

Defisit nutrisi adalah ketidakcukupan asupan zat gizi dalam

memenuhi kebutuhan energi harian karena asupan makanan yang tidak

memadai atau karena gangguan pencernaan dan penyerapan makanan

(Barbara, Glenora, Audrey, & Shirlee J, 2011). Defisit nutrisi adalah

keadaan yang dialami seseorang dalam keadaan tidak berpuasa (normal)

atau penurunan berat badan akibat kedidakcukupan asupan nutrisi untuk

kebutuhan metabolisme (A. Aziz Alimul Hidayat, 2009).


Menurut Wilkinson & Ahern (2015) defisit nutrisi yaitu asupan

nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik.

Berdasarkan pengertian-pengertian diatas, dapat disimpulkan defisit nutrisi

adalah suatu keadaan yang diakibatkan karena adanya gangguan dalam

penyerapan makanan sehingga dapat menyebabkan penurunan berat

badan. Defisit nutrisi pada diabetes melitus disebabkan karena

ketidakmampuan dalam mendapat dan mengolah makanan, kurang

pengetahuan mengenai gizi esensial dan diet seimbang, tidak nyaman

selama atau setelah9 makan, disfagia, anoreksia (kehilangan nafsu makan),

mual atau muntah, dan sebagainya. Pencernaan dan penyerapan zat gizi

yang tidak sesuai disebabkan karena produksi hormon yang tidak

memadai.

Defisit nutrisi dihubungkan dengan penurunan berat badan yang

mencolok, kelemahan umum, perubahan kemampuan fungsional,

kelambatan penyembuhan luka, peningkatan kerentanan terhadap infeksi,

dan perpanjangan rawat inap (Barbara et al., 2011). Pada diabetes sel-sel

membutuhkan insulin untuk membawa glukosa hanya sekitar 25% untuk

energi. Kecuali jaringan saraf, eritrosit dan sel-sel usus, hati dan tubulus

ginjal tidak membutuhkan insulin untuk trasport glukosa. Sel-sel lain

sepeti, jaringan adipose, otot jantung membutuhkan insulin untuk transport

glukosa. Tanpa adekuatnya jumlah insulin, banyak glukosa tidak dapat

digunakan, supaya terjadi kesimbangan agar gula darah kembali menjadi

normal maka tubuh mengeluarkan glukosa melalui ginjal, sehingga banyak

glukosa berada dalam urin (glukosuria) (Tarwoto, 2012).


Glukosa yang hilang bersamaan dengan urin menyebabkan

terjadinya penurunan berat badan, hal ini menyebabkan berisiko terjadinya

defisit nutrisi (Khasanah, Purwanti, & Sunarto, 2016).

2. Faktor – faktor yang mempengaruhi

Menurut Hidayat (2009), faktor-faktor yang mempengaruhi defisit nutrisi

adalah sebagai berikut:

a. Pengetahuan

Pengetahuan yang kurang tentang manfaat makanan bergizi dapat

mempengaruhi pola konsumsi makan. Hal tersebut dapat disebabkan

oleh kurangnya informasi sehingga dapat terjadi kesalahan dalam

memahami kebutuhan nutrisi.

b. Prasangka

Prasangka buruk terhadap beberapa makanan yang bergizi tinggi dapat

mempengaruhi kebutuhan nutrisi seseorang.

c. Kebiasaan

Adanya kebiasaan yang merugikan atau pantangan terhadap makanan

tertentu juga dapat mempengaruhi kebutuhan nutrisi.

d. Kesukaan

Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan dapat

mengakibatkan kurangnya variasi makanan, sehingga tubuh tidak

memperoleh zat-zat yang dibutuhkan secara cukup.

e. Ekonomi

Status ekonomi dapat memengaruhi perubahan kebutuhan nutrisi

karena penyediaan makanan bergizi membutuhkan pendanaan yang


tidak sedikit. Oleh karena itu, masyarakat dengan kondisi

perekonomian yang tinggi biasanya mampu mencukupi kebutuhan gizi

keluarganya dibandingkan dengan masyarakat dengan kondisi

perekonomian rendah.

E. Konsep dasar Asuhan keperawatan

Dalam pelaksanaan tugasnya seorang perawat harus berpedoman pada

proses keperawatan yaitu metode pemberian asuhan keperawatan yang logis,

sistematis, dramatis, teratur yang mempunyai tahap-tahap yaitu: pengkajian

keperawatan, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, pelaksanaan, dan

evaluasi (Nursalam, 2008).

1. Pengkajian

Menurut Nursalam (2008), pengkajian adalah langkah awal

dalam proses keperawatan secara keseluruhan, tahapan pengkajian

terdiri atas pengumpulan data, analisa data dan perumusan diagnosa

keperawatan, yang meliputi:

a. Data Biografi

Identitas klien : Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku

bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, alamat, tanggal

masuk Rumah Sakit, nomor Rekam Medik, diagnosa medis dan

sumber biaya, penanggung jawab.

b. Riwayat Kesehatan

1) Keluhan Utama

Pada keluhan utama ditanyakan adalah keluhan atau

gejala apa yang manyebabkan klien datang berobat, yang akan


muncul saat awal dilakukan pengkajian pertama kali, Biasanya

pada kasus Diabetes Melitus, klien datang ke rumah sakit

setelah terjadi komplikasi, sehingga keluhan utamanya seperti

tidak ada nafsu makan, kuat minum dan kuat kencing, badan

lemas, luka yang tidak sembuh-sembuh, kesemutan.

2) Riwayat penyakit sekarang

Riwayat mengenai penyakit saat ini, yang dimulai dari

akhir masa sehat yang ditulis secara kronologis sesuai urutan

waktu, dicatat perkembangan dan perjalanan penyakitnya,

keluhan utama, dan gejala yang muncul seperti polifagia,

polidipsia, poliuria umumnya dialami oleh penderita Diabetes

Melitus, tetapi hal itu jarang diperhatikan sehingga klien yang

diopname di rumah sakit biasanya yang sudah mengalami

komplikasi TBC, Gangren, dan lain-lain, dan keluhan

utamanya biasanya keluhan yang lanjut dari Diabetes Melitus

seperti tidak ada nafsu makan, kuat minum dan kencing, badan

lemas, luka tidak sembuh-sembuh dan lain-lain. Riwayat

penyakit keluarga sering ditemukan pada penderita Diabetes

Melitus dan ada riwayat melahirkan bayi besar dengan BBL >

400 gr juga merupakan salah satu faktor pencetus.

3) Riwayat penyakit dahulu

Riwayat penyakit dahulu mencakup anamnesis tentang

penyakit sistem cardiovaskular, sistem pernafasan, sistem

pencernaan, kulit, adanya penyakit infeksi dll, yang dicatat


adalah keterangan terperinci mengenai semua penyakit dan

komplikasi yang pernah dialami, dan sedemikian mungkin

dicatat menurut urutan waktu.

4) Riwayat penyakit keluarga

Pada pengumpulan data tentang riwayat penyakit

keluarga adalah bagaimana riwayat kesehatan dan keperawatan

yang dimiliki pada salah satu anggota keluarga, pada klien

dengan Diabetes Melitus ditanyakan apakah ada keluarga yang

menderita penyakit yang sama dengan klien, penyakit kronis

atau penyakit degeneratif lainnya, serta upaya apa yang

dilakukan jika mengalami sakit.

c. Riwayat Bio-Psiko-Sosial-Spiritual, menurut Virginia Handerson

1) Pola Pernafasan

Pada pola pernafasan diperhatikan adalah frekwensi

pernafasan, gerakan dinding dada, pernafasan cuping hidung,

apakah klien merasa sesak, pada klien dengan Diabetes Melitus

biasanya tidak mengalami gangguan pada sistem pernafasan.

2) Pola Nutrisi

Pada pola nutrisi yang ditanyakan adalah diet khusus,

suplement yang dikonsumsi, instruksi diet sebelumnya, nafsu

makan, jumlah cairan dan makanan yang masuk perhari, ada

tidaknya mual, muntah, kesulitan menelan, penggunaan gigi

palsu, riwayat penyembuhan kulit, ada tidaknya masalah dalam

status gizi dll, pada klien dengan Diabetes Melitus mengalami


gangguan atau perubahan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi.

Klien mengalami peningkatan nafsu makan, klien sering

merasa lapar dan haus, sehingga klien menjadi banyak makan

dan banyak minum.

3) Eliminasi

Pada pola ini yang perlu ditanyakan adalah jumlah

kebiasaan defekasi perhari, ada tidaknya konstipasi, diarhea,

inkontinensia, kebiasaan berkemih, ada/tidaknya disuria,

nocturia, urgensi, hematuri, retensi, inkontinentia, ada/tidaknya

terpasang kateter, Pada klien dengan Diabetes Melitus

mengalami gangguan dalam BAK, karena efek peningkatan

asupan cairan melalui Diit yang juga berhubungan dengan efek

peningkatan kadar gula dalam darah, sehingga ginjal akan

menghasilkan urin dalam jumlah berlebih,yang menjadikan

klien menjadi sering BAK.

4) Gerak dan Keseimbangan Tubuh

Pada Aktivitas dibatasi untuk bergerak dan harus tirah

baring untuk mengurangi nyeri, klien dengan Diabetes Melitus

klien akan mengalami gangguan gerak atau aktivitasnya dapat

diakibatkan karena kelemahan, atau akibat salah satu bagian

ekstrimitasnya mengalami gangguan, misalnya kelemahan otot,

atau adanya luka Ulkus atau gangren.

5) Istirahat Tidur

Pengkajian pola istirahat tidur ini yang ditanyakan


adalah jumlah jam tidur pada malam hari, pagi, siang, merasa

tenang setelah tidur, masalah selama tidur, adanya terbangun

dini, insomnia atau mimpi buruk. Pada klien dengan Diabetes

Melitus kien biasanya mengalami kesulitan dalam istirahat dan

tidurnya karena merasa lapar, haus, atau ingin berkemih.

6) Kebutuhan berpakaian

Tidak mengalami gangguan dalam memenuhi

kebutuhan berpakain.

7) Mempertahankan temperatur tubuh dan sirkulasi

Pada klien dengan Diabetes Melitus tidak terjadi

gangguan dalam hal temperatur atau sirkulasi.

8) Hygiene

Pada pengumpulan data, klien tidak mengalami

hambatan untuk melakukan (menjaga) kebersihan dirinya,

kemungkinan klien mengalami hambatan dalam pemenuhan

personal hygienenya, pada klien Diabetes Melitus dengan luka

gangren mengalami gangguan dalam hygienenya, hal itu

berhubungan dengan kebersihan dan bau yang ditimbulkan

oleh luka gangren tersebut.

9) Keamanan dan kenyamanan

Pada pengumpulan data akan ditemukan gangguan rasa

aman dan nyaman karna rasa nyeri akan timbul saat klien

melakukan aktivitas yang berat, dalam kebutuhan keamanan ini

perlu ditanyakan apakah klien tetap merasa aman dan


terlindungi oleh keluarganya.

10) Status sosial

Bagaimana hubungan klien dengan keluarga, tetangga

maupun orang lain, serta begaimana klien berinteraksi dengan

lingkungannya.

11) Spiritual

Yang perlu diperhatikan adakah perubahan saat klien

masih sehat dengan saat kilen sakit, biasanya tidak mengalami

hambatan dalam melakukan ibadah, pada keadaan spiritual ini

perlu diketahui tentang agama yang dianut klien apakah tetap

melakukan ajaran agama yang dianutnya atau terganggu karena

penyakit yang dialami.

12) Aktivitas

Pada pengumpulan data ini yang perlu ditanyakan

adalah pola aktivitas klien mengalami gangguan, karena pada

klien Diabetes Melitus aktivitasnya terganggu karena kebiasaan

sehari tidak dapat dilakukan atau tidak dapat terpenuhi dengan

baik jika keadaan umumnya sudah memburuk.

13) Kebutuhan bermain dan rekreasi

Pada pengumpulan data hal yang perlu diperhatikan

adalah hal-hal apa saja yang membuat klien merasa tenang,

biasanya klien tidak bisa memenuhi kebutuhan bermain dan

rekreasi karena harus istirahat yang cukup, pada klien dengan

Diabetes Melitus tidak dapat memenuhi kebutuhan, bermain


dan rekreasi karena dalam kondisi lemah.

14) Kebutuhan Bekerja

Klien dengan Diabetes Melitus mengalami gangguan

dalam bekerja jika keadaan umumnya sudah lemah dan buruk,

disertai dengan komplikasi.

d. Pemeriksaan Fisik

1) Pemeriksaan Umum

Data Biologis : Biasanya klien dengan gejala awal akan

mengeluh kuat makan, kuat minum, kuat kencing, dan jika telat

berobat maka keluhan klien menjadi nafsu makan menurun

bahkan hilang, kesemutan, mata kabur, luka yang sulit sembuh,

gatal-gatal, porsi makan yang tidak habis, pusing bila duduk

lama, mengeluh cepat lapar dan cepat kenyang, ADL dibantu.

Data Psikologis : ketakutan, stress, kecemasan, kebingungan,

sering bertanya tentang penyakit dan kesembuhan lukanya,

mengeluh tidak bisa tidur, tatapan mata kosong, tegang.

2) Pemeriksaan Fisik

Metode yang dapat digunakan untuk pemeriksaan fisik,

yaitu inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi, meliputi pengkajian

keadaan umum dan status generalis (Head to toe)

a) Inspeksi: sering dijumpai status dehidrasi, gelisah,

keringat dingin, katarak, bintik-bintik coklat pada tulang

kering, meringis, gugup, ngantuk, gemetar.

b) Palpasi: nadi cepat, terdapat pembesaran hati, bila disertai


neuropatik maka akan ada sensasi terhadap jarum, rasa

getar serta reflek pergerakan kaki akan hilang.

c) Auskultasi: diketahui adanya gagal jantung, radang paru-

paru, hipertensi atau hipotensi.

e. PemeriksaanPenunjang

1) Pemeriksaan Darah

Glukosa Darah Puasa (GDP) : Diatas 120 mg / dl

Glukosa Darah 2 Jam PP : Diatas 200 mg / dl

Glukosa Darah Acak : Diatas 200 mg / dl

2) Urin

Pemeriksaan reduksi biasanya 3 kali sehari dilakukan

30 menit sebelum makan, dapat juga 4 kali sehari, tetapi lebih

lazim dilakukan 3 kali sehari sebelum makan. Urin reduksi

normal warna biru, bila terdapat glukosa dalam urin :

Warna hijau :+

Warna kuning : ++

Warna merah : +++

Warna merah bata / coklat : ++++

f. Analisa data

Merupakan upaya untuk memberikan justifikasi pada data

yang telah dikumpulkan dengan melakukan perbandingan data

subjektif dan objektif yang didapatkan dari berbagai sumber

dengan berdasarkan standar nilai normal (Hidayat, 2008).


No Symptom Etiologi Problem
1 DS : Pelebaran luka gangren Gangguan rasa
Klien mengeluh kesakitan pada nyaman nyeri
daerah sekitar lukanya
DO : mengenai syaraf tepi
1. Ada luka gangren di jari kaki
(Os Metatarsal 3, 4, 5) sebelah
kiri, klien tampak meringis menekan reseptor nyeri
2. Nadi : 88x / mnt
3. Skala nyeri 4 (0-5 Mc. gill)
skala nyeri : P: Nyeri terasa Infuls nyeri
pada kulit sekitar luka gangren disampaikan
di Os metatarsal 3,4,5 sinistra,
Q:Nyeri terasa seperti terbakar,
R:Nyeri pada daerah luka dan Nyeri
kulit sekitar luka gangren, S :
Skala nyeri 4 (0-5 Mc gill), T :
Nyeri menetap
2 DS : Tingginya kadar Kerusakan
Klien merasa gatal pada daerah glukosa/gula dalam integritas kulit
sekitar luka (pada kaki sebelah kiri, darah
Os metatarsal 3,4,5)
DO :
1. Ada luka gangren pada Os Penurunan aliran darah
metatarsal 3,4,5 ketungkai
2. Klien tampak meringis
3. Kulit tampak kemerahan dan
terkelupas di daerah sekitar Ischemia
kulit

Penurunan sensitifitas
dingin, panas, Nyeri

Penurunan fungsi imun


3 DS: Tingginya kadar Risiko tinggi
Klien mengeluh gatal, terasa panas glukosa dalam darah penyebaran infeksi
dan kulit menegang disekitar
daerah luka
DO: Penurunan aliran darah
1. Didaerah sekitar luka tampak ketungkai
kemerahan
2. Didaerah sekitar luka tampak
bengkak Ischemia jaringan
3. Ada nyeri tekan di daerah
sekitar luka
Gangren
Resti penyebaran
infeksi
4 DS : Peningkatan kadar Gangguan
1. Klien mengeluh cepat lapar dan glukosa dalam darah pemenuhan
cepat kenyang kebutuhan nutrisi
2. Klien mengeluh merasa mual
saat makan Peningkatan osmolaritas
DO : oleh glukosa
1. Nafsu makan klien berkurang
2. Mukosa oral kering
3. Turgor kulit menurun Ketidak seimbangan
4. BB ideal (165 cm- 100) - 10 % antara Diit, dengan
(65- 6,5)= 58, 5 Pemberian Obat Anti
5. BB sekarang : 45 kg Diabetika oral (OAD)
6. Klien tidak mampu dan Terapi insulin.
menghabiskan semua porsi
yang di sediakan di rumah
sakit Hipoglikemia
7. Klien tampak lemah

Nafsu makan
berkurang, mual,
muntah

Intake berkurang

Nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh
5 DS : Ketidak seimbangan Keterbatasan
1. Klien mengatakan badannya antara Diit, dengan aktivitas.
terasa lemas Pemberian Obat Anti
2. Klien mengeluh pusing setelah Diabetika oral (OAD)
duduk yang lama. dan Terapi insulin
DO :
1. Klien tampak mengantuk,
sering tertidur dipagi hari, Hipoglikemia
2. Adanya luka gangren pada jari
kaki kiri (os metatarsal 3,4,5)
3. Pemenuhan kebutuhan sehari- Kelemahan otot,
hari (ADL) dibantu oleh Kekakuan extrimitas
perawat dan keluarga

Kerusakan mobilitas
fisik

Keterbatasan aktivitas

6 DS : Perubahan status Kecemasan


Klien sering bertanya tentang kesehatan dan kurang
penyakit dan kesembuhan lukanya pengetahuan klien
DO : tentang penyakitnya
Klien tampak gelisah, tatapan mata
kosong.
Kurang pengetahuan

Kecemasan

2. Perumusan Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang

menjelaskan respon manusia (status kesehatan/resiko perubahan pola)

dari individu atau kelompok dimana perawat secara akuntabilitas

dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk

menjaga status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah dan

merubah (Carpenito, 2007).

Adapun diagnosa yang bias muncul pada klien dengan Diabetes


Melitus menurut Nanda (2006) adalah sebagai berikut:

a. Gangguan rasa nyaman nyeri sehubungan dengan luka gangren

yang melebar sehingga mengenai syaraf tepi ditandai dengan klien

mengeluh kesakitan, tampak meringis, ada luka gangren.

b. Gangguan integritas kulit sehubungan dengan terganggunya

sirkulasi darah ditandai dengan klien mengeluh gatal-gatal, adanya

luka gangren.

c. Risiko tinggi infeksi sehubungan dengan tingginya kadar glukosa

dalam darah, menyebabkan aliran darah terganggu, sehingga dapat

merusak jaringan kulit seperti gangren.

d. Nutrisi berhubungan dengan terjadinya Hipoglikemia/

Hiperglilkemia ditandai dengan terjadinya peningkatan/penurunan

kadar glukosa/gula darah, mengeluh cepat lapar dan cepat kenyang,

tidak mampu menghabiskan porsi makan yang disediakan.

e. Keterbatasan aktivitas sehubungan dengan adanya luka gangren,

dan ketidakseimbangan antara diit dengan terapi insulin, ditandai

dengan klien mengatakan badannya lemas, luka pada ekstimitas,

klien tampak gugup, gemetar, pemenuhan kebutuhan sehari-hari

(ADL) dibantu.

f. Kecemasan sehubungan dengan perubahan status kesehatan,

ketidaktahuan klien tentang penyakitnya dan luka komplikasinya

ditandai dengan klien mengatakan sulit tidur, sering bertanya

tentang penyakitnya, dan kesembuhan lukanya, klien tampak

tegang, dan gelisah, tatapan mata kosong.


3. Rencana Keperawatan

Perencanaan keperawatan adalah suatu penyusunan rencana

tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk menanggulangi

masalah kesehatan sesuai dengan diagnosa keperawatan yang timbul

atau telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan klien

(Nursalam, 2008).

Adapun rencana keperawatan sesuai dengan Diagnosa

keperawatan di atas yaitu :


Diagnosa
No NOC NIC Rasional
Keperawatan
1 Gangguan rasa Setelah dilakukan a. Observasi keadaan a. Untuk mengetahui keadaan
nyaman nyeri tindakan perawatan umum klien kesehatan klien
sehubungan dengan selama 3 hari (3 x 24 b. Observasi tanda- tanda b. Sebagai data awal untuk
luka gangren yang jam) nyeri dapat vital klien mengetahui status kesehatan
melebar sehingga berkurang dan c. Observasi kualitas dan klien
mengenai syaraf tepi akhirnya hilang, intensitas nyeri c. Dengan mengetahui kualitas
ditandai dengan klien dengan kriteria hasil: d. Anjurkan klien untuk dan kuantitas nyeri dapat
Klien mengeluh - Klien tidak mengatur posisi disesuaikan dengan terapi
- kesakitan pada mengeluh tubuhnya agar luka pengobatan dan perawatan
daerah sekitar kesakitan, tidak tidak tertekan yang diberikan.
lukanya, Ada luka meringis, keadaan e. Jaga kesterilan alat d. Posisi tidur diatur agar tidak
gangren di jari kaki luka membaik. dan teknik steril menekan luka karena
(os metatarsal 3,4,5 dalam mengobati penekanan pada luka dapat
sinistra) luka. menghambat vaskulerisasi
f. Konsultasi pada jaringan dan dapat
dokter jika nyeri tidak meningkatkan rasa nyeri
bisa hilang e. Jika alat dan penanganan luka
g. Tehnik pembalutan dilakukan secara steril dapat
luka yang tidak terlalu mem-percepat proses
ketat kesembuhan luka sehingga
nyeri akan menghilang.
f. Dengan konsultasi dengan
dokter akan memberikan
manfaat dalam pemberian
terapi pengobatan dan
perawatan selanjutnya
g. Tehnik pembalutan luka yang
terlalu ketat akan menekan luka
dan dapat meningkatkan nyeri
2 Gangguan integritas Setelah dilakukan a. Beri penjelasan a. Dengan memberikan penjelasan
kulit sehubungan tindakan perawatan kepada klien tentang tentang proses penyembuhan
dengan Tingginya selama 3 hari (3x proses penyembuhan lukanya, disamping untuk
kadar glukosa/gula 24 jam), luka lukanya yang lama persiapan mental juga agar
dalam darah, membaik dan b. Pertahankan prinsip klien lebih berpartisipasi dalam
menyebabkan aliran integritas kulit baik steril dalam mempercepat proses
darah terganggu dengan kriteri perawatan luka penyembuhan lukanya.
sehingga dapat hasil: c. Rawat luka 1 x b. Prinsip perawatan luka steril
merusak jaringan kulit - Klien tidak lagi sehari akan mencegah terjadinya
ditandai dengan klien mengeluh kulitnya d. Beri obat infeksi kuman.
mengeluh Klien gatal-gatal. antidiabetika sesuai c. Merawat luka 1 kali sehari akan
- merasa gatal pada - Integritas kulit program pengobatan mempercepat proses
daerah sekitar luka terjaga e. Anjurkan pada klien penyembuhan luka, sehingga
(pada kaki sebelah - Luka membaik. untuk selalu bisa tampak perkembangan
kiri) klien tampak menjaga kebersihan keadaan lukanya.
meringis gatal- dirinya d. Pemberian obat antidiabetika
gatal,adanya luka dapat mencegah terjadinya
gangren pada os infeksi berlanjut.
metatarsal 3,4,5 e. kebersihan diri yang terjaga
dapat mengurangi Risiko
terjadinya kerusakan integritas
kulit

3Risiko tinggi infeksi Setelah dilakukan a. Observasi tanda- a. Deteksi dini untuk penanganan
3 sehubungan dengan tindakan tanda infeksi lebih dini
tingginya kadar keperawatan selama b. Mencegah timbulnya infeksi
glukosa dalam darah , 3x 24 jam tidak b. Lakukan cuci tangan silang
menyebabkan aliran terjadi penyebaran sebelum c. Mencegah terjadinya infeksi
darah terganggu, infeksi, dengan berhubungan dengan d. sirkulasi perifer dapat
sehingga dapat kriteria : klien terganggu yang dapat
merusak jaringan - Tidak terdapat c. Pertahankan tehnik menempatkan Risiko ter-
kulit seperti gangren tanda-tanda infeksi aseptik pada jadinya ke-rusakan pada kulit
ditandai dengan Klien - Perubahan gaya prosedur infasif. e. Iritasi pada kulit dapat
mengeluh gatal, hidup untuk d. Beri perawatan kulit meningkatkan Risiko infeksi
terasa panas dan, kulit mencegah infeksi dan massage tulang f. menurunkan terjadinya infeksi
menegang Didaerah diharapkan yang tertekan dengan mem-pertahankan
sekitar luka tampak e. Jaga kulit agar tetap asupan nutrisi
kemerahan, tampak kering,seprai kering g. Penanganan awal dapat
bengkak, ada nyeri dan tetap kencang membantu mencegah
tekan di daerah f. Anjurkan untuk timbulnya sepsis.
sekitar luka makan dan minum
secara adekuat

g. Pertahankan tehnik
aseptik pada
prosedur infasif
4 Nutrisi kurang dari Setelah diberikan a. Beri diit sesuai a. Dapat menyeimbangkan kadar
kebutuhan tubuh tindakan perawatan terapi gula darah sehingga akan
sehubungan dengan selama 3 hari (3 x b. Beri penjelasan mencapai kadar gula darah
terjadinya 24 jam) klien tidak kepada keluarga sekitar normal, atau sekitar
hipoglikemia dengan mengalami agar tidak normal, mengarahkan keberat
pemberian obat anti gangguan memberikan badan normal dan mencegah
diabetika dan terapi pemenuhan makanan tambahan terjadinya komplikasi
insulin ditandai kebutuhan nutrisi, dari luar b. Pemberian makanan tambahan
dengan terjadinya dengan c. Beri penyuluhan dari luar yang tidak sesuai
peningkatan glukosa Kriteria Hasil: tentang diit dengan diit dapat mengacaukan
darah, dan klien - Nafsu makan klien d. Observasi keadaan terapi diit yang telah diberikan
mengeluh cepat baik, klien mampu umum dan tanda- dirumah sakit
lapar, nafsu makan menghabiskan tanda c. Penyuluhan tentang diit bagi
klien berkurang klien porsi makan yang hipoglikemia/hipergli klien Diabetes Melitus sangat
tidak disediakan, klien kemia penting sebab diet yang benar
mampu.menghabiska makan secara e. Pemberian terapi dapat mencegah komplikasi
n semua porsi yang teratur sesuai insulin hiperglikemia/ hipoglikemia
di sediakan di rumah jadwal makannya. f. Periksa gula darah d. Dengan mengobservasi keadaan
sakit setiap 3 hari sekali umum dan gejala-gejala
dan monitor reduksi hipoglikemia perawat dapat
urin 3 kali sehari mengetahui tingkat
perkembangan klien sehingga
bila ada komplikasi cepat
diketahui dan bisa diatasi
e. Terapi insulin bertujuan untuk
memudahkan penggunaan
glukosa oleh sel dan jaringan
f. Dengan melakukan
pemeriksaan gula darah dan
urin secara teratur akan
memberikan gambaran keadaan
klien selama dirawat serta
mengetahui sejauh mana
perkembangan status kesehatan
klien.
4 Keterbatasan Setelah dilakukan a. Beri penjelasan a. Prosedur meminta bantuan
5 aktivitas sehubungan tindakan perawatan mengenai prosedur yang dijelaskan kepada klien,
dengan adanya luka selama 3 hari (3 x meminta bantuan agar klien tidak me-maksakan
gangren, dan 24 jam) klien dapat jika klien dirinya melakukan aktivitas
ketidakseimbangan melakukan membutuhkan yang belum
antara diit dengan aktivitas ringan. bantuan. Mampu dilaksanakan.
terapi insulin ditandai Dengan b. Jelaskan pada b. Penjelasan kepada
dengan:Klien kriteri hasil: keluarga untuk keluarga klien untuk
mengatakan - Klien bisa makan, membantu klien bila membantu klien jika belum
badannya terasa melap tubuhnya tidak bisa memenuhi bisa di-lakukan klien, dengan
lemas, sendiri, tidak. kebutuhan sehari- tujuan agar tidak memperburuk
Klien mengeluh lemas, pusing, hari, seperti BAK, keadaan
pusing bila berdiri ngantuk, gugup, Makan, minum, dan klien yang sudah lemah.
setelah duduk yang gemetar, dan luka mandi
lama, Klien tampak membaik c. Beri bantuan kepada c. Memberikan bantuan kepada
mengantuk, sering klien dalam klien dalam memenuhi
tertidur dipagi hari, memenuhi kebutuhan sehari-hari bagi
adanya luka gangren kebutuhan sehari- perawat merupakan salah satu
pada jari kaki kiri hari cara untuk mengevaluasi
(osmetatarsal 3,4,5) tingkat perkembangan klien
pemenuhan d. Anjurkan klien untuk d. Kegiatan-kegiatan yang
kebutuhan sehari- memenuhi dilakukan klien dapat melatih
hari (ADL) dibantu kebutuhanny-a secara pergerakan otot secara bertahap
oleh perawat bertahap e. Menghabiskan diit yang
dan keluarga e. Motivasi klien untuk disediakan sangat penting
menghabiskan diit untuk metabolisme tubuh,
yang diberikan. karena gejala-gejala seperti
lemas, gugup, gemetar,
disamping dipengaruhi oleh
insulin dan pemasukan nutrisi
5 Kecemasan Setelah dilakukan a. Observasi tingkat a. Dengan mengkaji tingkat
6 sehubungan dengan tindakan kecemasan klien kecemasan klien sehingga
perubahan status keperawatan b. Beri penjelasan dapat menentukan tindakan
kesehatan dan selama 3 hari (3 x tentang penyebab perawatan yang diberikan.
kurangnya informasi 24 jam) diharapkan terjadinya luka dan b. Penjelasan mengenai penyakit
mengenai kecemasan klien cara penyembuhannya dan luka yang timbul dapat
penyakitnya ditandai dapat berkurang, c. Lakukan pendekatan memberikan gambaran yang
dengan klien sering dengan kriteria tiap melakukan terarah pada klien sehingga
bertanya tentang hasil: tindakan dapat mengurangi kecemasan
penyakit dan Klien dapat d. Ajarkan klien tehnik dan meningkatkan partisipasi
kesembuhan tidur nyenyak, relaksasi dengan cara klien dalam pengobatan serta
lukanya, klien klien dapat memikirkan hal- hal tindakan perawatan
tampak gelisah dan mengerti tentang yang tidak membuat c. Pendekatan yang diberikan tiap
tatapan mata kosong penjelasan yang. kecemasan bertambah melakukan tindakan bertujuan
diberikan, klien e. Observasi rasa cemas agar klien lebih yakin atas
tampak santai dan klien sebelum dan tindakan yang diberikan
tidak gelisah lagi setelah melakukan perawat
tindakan d. Dengan tehnik pengallihan
f. Mendengarkan perhatian diharapkan
keluhan-keluhan kecemasan dapat terkontrol
klien.
e. Mengobservasi rasa cemas
klien bertujuan apakah
penjelasan dan tindakan yang
telah diberikan mampu
mengurangi kecemasan
sebelumnya
f. Dengan mendengarkan
keluhan-keluhan klien
bertujuan untuk memulihkan
rasa percaya diri klien pada
perawat dan menandakan
bahwa perawat memperhatikan
klien
DAFTAR PUSTAKA

Fatimah. (2010). Diabetes Melitus Tipe 2. Jurnal Majority Vol 4 No 5.


LampungDiakses tanggal 28 Juni
2018http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/issue/view/34
International of Diabetes Federation (2015) . IDF Diabetes Atlas Eight
edition.Jurnal Online. Diakses pada tanggal 29 Juni 2018.
Kurniawan, (2010). Diabetes Melitus Tipe II pada Usia Lanjut.
MajalahKedokteran Indonesia, Volume 60, Nomor 12, Halaman 582
Mansjoer, A. dkk. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Ed. 3. Jakarta :
MediaAusculapius
Nurarif Huda. A & Kusuma Hardhi. (2015). Aplikasi Asuhan
KeperawatanBerdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Edisi
revisi jilid 1Jogjakarta. Mediaction
Price, Sylvia A. (2005). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi
2. Jakarta: EGC.
Sjamsuhidajat, R. (2010). Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC
Smeltzer Suzanne, C, Bare Brende,E. (2001). Buku Perawatan Medikal Bedah,
Edisi 8. Jakarta: EGC.
Soegondo, S. (2005). Farmakoterapi pada pengendalian glikemia Diabetes
Melitus tipe 2. In:buku ajar penyakit dalam, editors Sudoyo AW, edisi
ke-4. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI,
Tarwoto dan Wartonah. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan, Edisi:3. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai