Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN KELUARGA
DIABETES MELITUS

Oleh :

Sarini

Nim 231030230674

Koordinator:
Ns. Lukman Handoyo, M.Kep., Sp.Kep.K.

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA DHARMA
HUSADATANGERANG SELATAN
TAHUN AKADEMIK 2023-2024

KONSEP TEORI DIABETES MELITUS

1. Definisi Penyakit
Diabetes melitus adalah suatu gangguan metabolik yang ditandai dengan peningkatan
kadar glukosa darah (hiperglikemia) akibat kerusakan pada sekresi insulin dan kerja
insulin (Smeltzer, 2014). Diabetes melitus merupakan suatu penyakit yang ditandai
dengan kadar glukosa di dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan
atau menggunakan insulin secara adekuat. Kadar glukosa darah setiap hari bervariasi,
kadar gula darah akan meningkat setelah makan dan kembali normal dalam waktu 2
jam. Kadar glukosa darah normal pada pagi hari sebelum makan atau berpuasa adalah
70-110 mg/dL darah. Kadar gula darah normal biasanya kurang dari 120-140 mg/dL
pada 2 jam setelah makan atau minum cairan yang mengandung gula maupun
mengandung karbohidrat.

2. Klasifikasi dan Etiologi


Penyebab diabetes mellitus menurut (Smeltzer, 2014) berdasarkan klasifikasinya
adalah :
a. Diabetes Mellitus tipe 1 / IDDM (Insulin Dependent Diabetes Mellitus)
DM Tipe 1 ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pankreas, faktor genetik,
imunologi, dan faktor lingkungan (virus) diperkirakan turut menimbulkan distruksi
sel beta.
1) Faktor genetik penderita DM tipe 1 mewarisi kecenderungan genetik kearah
DM tipe 1. Hal ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe HLA (Human
Leucocyt Antigen) tertentu.
2) Faktor Imunologi
Respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan
cara bereaksi jaringan tersebut sebagai jaringan asing.
3) Faktor Lingkungan
Virus/toksin tertentu dapat memacu proses yang dapat menimbulkan destruksi
sel beta.
b. Diabetes Melitus Tipe 2 / NIDDM (Non Isnulin Dependent Diabetes Melitus)
DM tipe 2 tidak memiliki hubungan dengan aktivitas HLA, virus atau
autoimunitas. Pada DM Tipe 2 resistensi insulin terjadi pada otot, lemak, dan
hati serta terdapat respon yang inadekuat pada sel beta pankreas. Terjadi
peningkatan kadar asam lemak bebas di plasma, penurunan transport glukosa
di otot, peningkatan produksi glukosa hati dan peningkatan lipolysis.

Defek yang terjadi pada DM tipe 2 disebabkan oleh gaya hidup yang
diabetogenik (asupan kalori yang berlebihan, aktivitas fisik yang rendah,
obesitas) ditambah kecenderungan secara genetik.
c. Diabetes Melitus Gestasional
Diabetes kehamilan didefinisikan sebagai intoleransi glukosa dengan onset
pada waktu kehamilan. Diabetes jenis ini merupakan komplikasi pada sekitar
1-14% kehamilan. Biasanya toleransi glukosa akan kembali normal pada
trimester ketiga.
d. Diabetes Melitus karena faktor penyakit penyerta
1) Penyakit jantung coroner
2) Asam bronkiale
3) Hipertensi
4) Gastritis

3. Manifestasi Klinis
a. Poliuri (sering buang air kecil dalam jumlah banyak)
b. Polidipsi (banyak minum, sering merasa haus)
c. Polifagi (rasa lapar yang semakin membesar)
d. Lemas
e. Berar badan menurun
f. Kesemutan
g. Pandangan kabur
h. Impotensi pada pria
i. Gatal (pruritus) pad vulva
j. Mengantuk yang terjadi selama beberapa hari atau beberapa minggu.

4. Deskripsi patofisiologi ( Berdasarkan Kasus kegawatdaruratan )


Ada berbagai macam penyebab diabetes melitus menurut Price, (2012) dan Kowalak
(2011) yang menyebabkan defisiensi insulin, kemudian menyebabkan glikogen
meningkat, sehingga terjadi proses pemecahan gula baru (glukoneugenesis) dan
menyebabkan metabolisme lemak meningkat. Kemudian akan terjadi proses
pembentukan keton (ketogenesis). Peningkatan keton didalam plasma akan
mengakibatkan ketonuria (keton dalam urin) dan kadar natrium akan menurun serta
pH serum menurun dan terjadi asidosis.

Defisiensi insulin mengakibatkan penggunaan glukosa menurun, sehingga


menyebabkan kadar glukosa dalam plasma tinggi (hiperglikemia). Jika hiperglikemia
parah dan lebih dari ambang ginjal maka akan menyebabkan glukosuria. Glukosuria
akan menyebabkan diuresis osmotik yang meningkatkan peningkatan air kencing
(polyuria) dan akan timbul rasa haus (polidipsi) yang menyebabkan seseorang
dehidrasi (Kowalak, 2011). Glukosuria juga menyebabkan keseimbangan kalori
negatif sehingga menimbulkan rasa lapar yang tinggi (polifagia). Penggunaan glukosa
oleh sel menurun akan mengakibatkan produksi metabolisme energi menurun
sehingga tubuh akan menjadi lemah (Price et al, 2012).

Hiperglikemia dapat berpengaruh pada pembuluh darah kecil, sehingga menyebabkan


suplai nutrisi dan oksigen ke perifer berkurang. Kemudian bisa mengakibatkan luka
tidak kunjung sembuh karena terjadi infeksi dan gangguan pembuluh darah akibat
kurangnya suplai nutrisi dan oksigen (Price et al, 2012). Gangguan pembuluh darah
mengakibatkan aliran darah ke retina menurun, sehingga terjadi penurunan suplai
nutrisi dan oksigen yang menyebabkan pandangan menjadi kabur. Akibat utama dari
perubahan mikrovaskuler adalah perubahan pada struktur dan fungsi ginjal yang
menyebabkan terjadinya nefropati yang berpengaruh pada saraf perifer, sistem saraf
otonom serta sistem saraf pusat (Price et al, 2012).

5. Pemeriksaan Diagnostik
a. Glukosa darah sewaktu
b. Kadar glukosa darah puasa
c. Tes toleransi glukosa
6. Komplikasi
Komplikasi dari diabetes mellitus menurut (Smeltzer, 2014) diklasifikasikan menjadi
komplikasi akut dan komplikasi kronik. Komplikasi akut terjadi karena intoleransi
glukosa yang berlangsung dalam jangka waktu pendek yang mencakup:
a. Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah keadaan dimana glukosa dalam darah mengalami penurunan
dibawah 50 sampai 60 mg/dL disertai dengan gejala pusing,gemetar, lemas,
pandangan kabur, keringat dingin, serta penurunan kesadaran.
b. Ketoasidosis Diabetes (KAD)
KAD adalah suatu keadaan yang ditandai dengan asidosis metabolic akibat
pembentukan keton yang berlebih.
c. Sindrom nonketotik hiperosmolar hiperglikemik (SNHH)
Suatu keadaan koma dimana terjadi ganagguan metabolisme yang menyebabkan
kadar glukosa dalam darah sangat tinggi, menyebabkan dehidrasi hipertonik tanpa
disertai ketosis serum.

Komplikasi kronik menurut (Smeltzer, 2014) biasanya terjadi pada pasien yang
menderita diabetes mellitus lebih dari 10 – 15 tahun. Komplikasinya mencakup:
a. Penyakit makrovaskular (Pembuluh darah besar): biasanya penyakit ini
memengaruhi sirkulasi koroner, pembuluh darah perifer, dan pembuluh darah
otak.
b. Penyakit mikrovaskular (Pembuluh darah kecil): biasanya penyakit ini
memengaruhi mata (retinopati) dan ginjal (nefropati); kontrol kadar gula darah
untuk menunda atau mencegah komplikasi mikrovaskular maupun makrovaskular.
c. Penyakit neuropatik: memengaruhi saraf sensori motorik dan otonom yang
mengakibatkan beberapa masalah, seperti impotensi dan ulkus kaki.

7. Penatalaksanaan Medis/Operatif
a. Diet
Salah satu pilar utama pengelolaan DM adalah perencanaan makanan walaupun
telah mendapat penyuluhan perencanaan makanan, lebih dari 50% pasien tidak
melaksanakannya. Penderita DM sebaiknya mempertahankan menu yang
seimbang dengan komposisi idealnya sekitar 60% karohidrat, 20% lemak dan 12%
protein. Karena itu, diet yang tepat untuk mengendalikan dan mencegah agar berat
badan ideal dengan cara : kurangi kalori, kurangi lemak, kurangi karbohidrat
komplek, hindari makanan manis, perbanyak konsumsi serat.
b. Olahraga
c. Kontrol gula darah secara rutin
d. Pemberian penyuluhan kesehatan DM diantaranya adalah tentang perawatan kaki
dan luka.

8. Terapi Farmakologis
a. Obat Hipogligemik Oral
1) Golongan sulfonylurea / sulfonyl ureas
Obat ini paling banyak digunakan dan dapat dikombinasikan dengan obat
golongan lain, yaitu biguanid inhibitor alfa glukosidase atau insulin. Obat
golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan produksi insulin oleh sel-
sel beta pankreas, karena itu menjadi pilihan utama para penderita DM tipe 2
dengan berat badan berlebihan.
2) Golongan Binguanad / metformin
Obat ini mempunyai efekk utama mengurangi glukosa hati, memperbaiki
pengambilan glukosa dari jaringan (glukosa perifer) dianjurkan sebagai obat
tinggal pada pasien yang kelebihan berat badan.
3) Gologan Inhibitor Alfa Glikosidase
Mempunyai efek utama menghambat penyerapan gula di saluran pencernaan
sehingga dapat menurunkan kadar gula sesudah makan. Bermanfaat untuk
pasien dengan kadar gula puasa yang masih normal.
b. Pemberian Insulin
Jenis insulin :
1) Insulin kerja cepat : jenisnya adalah regular insulin (cristalin zink dan
semilente).
2) Insulin kerja sedang : jenisnya adalah NPH (Netral Protamine Hadergon).
3) Insulin kerja lambat : jenisnya adalah PZI (Protamine Zinc Insulin).
9. Patoflow
10. Analisa Data

Data Etiologi Masalah

DS : pasien mengeluh Penyebab kerusakan sel Ketidakstabilan Kadar


lelah atau lesu beta pankreas (faktor Glukosa Darah
genetic, infeksi virus,
DO : kerusakan imunologik)
- Kadar glukosa dalam
darah/urin tinggi Kerusakan sel beta

Ketidakseimbangan
produksi insulin

Kadar gula dalam darah


tidak dapat dibawa masuk
ke dalam sel

Hiperglikemia

Ketidakstabilan Kadar
Glukosa Darah
DO : Penyebab kerusakan sel Resiko Perfusi Serebral
- Hiperglikemia beta pankreas (faktor Tidak Efektif
- Penurunan genetic, infeksi virus,
kesadaran kerusakan imunologik)

Kerusakan sel beta

Ketidakseimbangan
produksi insulin

Kadar gula dalam darah


tidak dapat dibawa masuk
ke dalam sel

Hiperglikemia

Viskositas darah meningkat

Aliran darah ke otak


menurun

Resiko Perfusi Serebral


Tidak Efektif
DS : - Penyebab kerusakan sel Perfusi Perifer Tidak
DO : beta pankreas (faktor Efektif
- CRT >3 detik genetic, infeksi virus,
- Nadi perifer menurun kerusakan imunologik)
atau tidak teraba
- Akral teraba dingin Kerusakan sel beta
- Warna kulit pucat
- Turgor kulit menurun Ketidakseimbangan
produksi insulin

Kadar gula dalam darah


tidak dapat dibawa masuk
ke dalam sel

Hiperglikemia

Viskositas darah meningkat

Aliran darah melambat

Iskemik jaringan

Perfusi Perifer Tidak


Efektif

11. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul dan Prioritas Diagnosa


a. Ketidakstabilan kadar glukosa darah
b. Resiko perfusi serebral tidak efektif
c. Perfusi perifer tidak efektif
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
No Diagnosa Perencanaan
Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
1 D.0027 Setelah dilakukan intervensi keperawatan Manajemen Hiperglikemia
Ketidakstabilan selama 2x24 jam diharapkan kestabilan (I.03115)
Kadar Glukosa kadar glukosa darah (L.03022) Observasi :
Darah meningkat dengan kriteria hasil : - Identifikasi kemungkinan - untuk mengetahui penyebab dari
- Lelah/lesu cukup menurun penyebab hiperglikemia hiperglikemia
- Kadar glukosa dalam darah cukup - Monitor kadar glukosa darah - untuk mengetahui kadar glukosa
membaik - Monitor tanda dan gejala darah
hiperglikemia (poliuri, - untuk mengetahui tanda dan gejala
polidipsi, polifagia, hiperglikemia yang dialami oleh
kelemahan, pandangan pasien
kabur)
Terapeutik :
- Berikan asupan cairan oral - untuk mencegah pasien
- Konsultasi dengan medis jika mengalami dehidrasi
tanda dan gejala - untuk mencegah terjadinya
hiperglikemia tetap ada atau komplikasi
memburuk
Edukasi :
- Anjurkan monitor glukosa
darah secara mandiri - agar pasien mengetahui kadar
Kolaborasi : glukosanya sendiri
- Kolaborasi pemberian
insulin, jika perlu - untuk membantu menurunkan
- Kolaborasi pemberian cairan kadar glukosa darah
IV, jika perlu - untuk memenuhi kebutuhan cairan
- Kolaborasi pemberian pasien
kalium, jika perlu
2 D.0017 Resiko Setelah dilakukan intervensi keperawatan Pemantauan Tekanan
Perfusi Serebral selama 2x24 jam diharapkan perfusi Intrakranial (I.06198)
Tidak Efektif serebral (L.02014) meningkat dengan Observasi :
kritera hasil : - monitor penurunan tingkat - untuk mencegah terjadinya
- tingkat kesadaran cukup meningkat kesadaran perburukan kondisi
- kesadaran cukup membaik Terapeutik :
- pertahankan posisi kepala
dan leher netral
3 D.0009 Perfusi Setelah dilakukan intervensi keperawatan Perawatan sirkulasi (I.02079)
perifer tidak selama 2x24 jam diharapkan perfusi Observasi :
efektif perifer (L.02011) meningkat dengan - periksa sirkulasi perifer (mis. - untuk mengetahui tanda dan gejala
kriteria hasil : Nadi perifer, edema, perfusi perifer tidak efektif
- denyut nadi perifer cukup meningkat pengisian kapiler, warna,
- warna kulit pucat cukup menurun suhu)
- pengisian kapiler cukup membaik - identifikasi faktor resiko - untuk mengetahui faktor resiko
- akral cukup membaik gangguan sirkulasi (mis. dari gangguan sirkulasi
- turgor kulit cukup membaik Diabetes)
Terapeutik :
- lakukan hidrasi - untuk mencegah dehidrasi, dan
membantu memperbaiki sirkulasi.
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KELUARGA

I. IDENTITAS UMUM KELUARGA


a. Identitas Kepala Keluarga
Nama : Nn. R
Umur : 48 Tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Jenis kelamin : Perempuan
Peran Dalam Keluarga : Kepala Keluarga
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
RT / RW : 002/009

b. Komposisi Keluarga
Nama1 Hubungan Jenis kelamin3 Usia Pendidikan Pekerjaan utama5
kekeluargaan2 terakhir4

Nn. R Kepala Keluarga Perempuan 48 SMA Wiraswasta


Tn. I Adik Laki-laki 45 SMA Wiraswasta

1
Tuliskan nama seluruh anggota keluarga dalam rumah tangga yang dikunjungi
2
Tuliskan posisinya di dalam keluarga. Tulis: 1. KK/Suami; 2. Pendamping/Istri; 3. Anak

Kandung; 4. Lainnya
3
Tuliskan 1. Laki-laki (L); 2. Perempuan (P)
4
Tuliskan 1. Tidak sekolah/tidak tamat SD; 2. Tamat SD; 3. Tamat SMP; 4. Tamat SMA; 5.

Diploma; 6. Sarjana; 7 Pasca Sarjana


5
Tuliskan 1. ABRI/Polisi/PNS; 2. Pengusaha/Wiraswasta; 3. Karyawan Swasta; 4.
Tani/Ternak/Nelayan; 5. Buruh; 6. Pensiunan; 7. Ibu Rumah Tangga; 8. Serabutan/Tidak Tetap;

9. Lain-lain (tuliskan)
c. Genogram

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Meninggal
: Menikah
: Keturunan

: Tinggal serumah

d. Type Keluarga:
1) Jenis type keluarga:
Foster family dimana kakak dan adik tinggal dalam satu rumah tanpa orang tua
2) Masalah yang terjadi dengan type
tersebut: Masalah kesehatan fisik Nn. R
e. Suku Bangsa:
1) Asal suku bangsa:
Nn. R dan keluarga berasal dari suku jawa dan bahasa sehari-hari jawa
tetapi juga bisa bahasa indonesia
2) Budaya yang berhubungan dengan kesehatan:
Nn. R mengatakan budaya yang berhubungan dengan kesehatan adalah
dengan pengobatan tradisonal

f. Agama dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan:


Keluarga Nn. R beragama islam, dan mengatakan tidak ada kepercayaan yang
mempengaruhi kesehatan

g. Status sosial ekonomi keluarga:


1) Anggota keluarga yang mencari nafkah:
Nn. R sebagai kepala keluarga yang mencari nafkah sebagai peternak
ayam
2) Penghasilan:
Rata-rata penghasilan ± Rp. 2.000.000 perbulan
3) Upaya lain:
Nn. R juga berkebun, kadang hasil kebun nya dijual dipasar atau tukang
sayur
4) Harta benda yang dimiliki (Perabot, transportasi, dll):
Nn. R mengatakan memiliki 1 buah sepeda motor, kulkas, tv dan perabot
sederhana lainnya
5) Kebutuhan yang dikeluarkan tiap bulan:
Nn. R mengatakan tiap bulan mengeluarkan biaya listrik, keperluan
belanja pebulan, dan biaya tak terduga lainnya ± Rp. 1.500.000
h. Aktivias Rekreasi Keluarga:
Nn. R mengatakan rekreasi hanya dengan menonton tv dirumah.

II. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA


a. Tahap perkembangan keluarga saat ini (ditentukan dengan anak tertua):
Pada saat ini keluarga Nn. R sedang berada pada tahap perkembangan
keluarga dengan adiknya dan belum menikah.
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi dan kendalanya: Nn. R
belum memiliki seorang anak dan belum menikah.
c. Riwayat kesehatan keluarga inti:
1) Riwayat kesehatan keluarga saat ini:
Nn. R mengatakan mempunyai penyakit Diabetes Meilitus tetapi adiknya
tidak memiliki penyakit yang serius
2) Riwayat penyakit keturunan:
Nn. R mengatakan memiliki penyakit keturunan Diabetes Meilitus dari
orang tuanya
3) Riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga
No Imunisasi
Tindakan
Keadaan (BCG/Polio/ Masal
Nama Umur BB yang telah
Kesehatan DPT ah
dilakukan
/HB/Campak Keseha
tan
1 Nn. R 48 50 kg Sehat - DM Pasien tidak
mengkonsumsi
obat
diabetes dan
gula khusus

diabetes
2 Tn. I 45 70 kg Sehat - Tidak ada Tidak ada
4) Sumber pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan:
Nn. R mengatakan jika sakit tak kunjung sembuh berobat ke puskesmas
dekat rumah
5) Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya:
Nn. R mengatakan adiknya pernah sakit DBD waktu awal masuk kerja

III. PENGKAJIAN LINGKUNGAN


a. Karakteristik rumah :
1) Luas rumah: 70 M2
2) Tipe rumah: 36
3) Jumlah dan ratio kamar/ruangan: 2 kamar tidur, 1 ruang tamu, dapur dan
kamar mandi
4) Ventilasi: ruang tamu memiliki ventilasi yang baik sehingga sinar
matahari dapat masuk kerumah, dan jendela pun dibuka
5) Pemanfaatan ruangan: ruang tamu dijadikan tempat menaruh motor saat
malam hari
6) Septic tank: ada Letak: dibelakang rumah
7) Sumber air minum: jet pump dan air isi ulang
8) Kamar mandi/WC: terletak dibelakang rumah dekat dapur dengan tipe
WC jongkok
9) Sampah: diangkut oleh petugas sampah 2 hari sekali
10) Kebersihan lingkungan:
Jika hari libur warga akan bergotong royong membersihkan
lingkungan bersama-sama
b. Karakteristik tetangga dan komunitas RW
1) Kebiasaan:
Nn. R mengatakan dengan tetangganya suka berbagi makanan, dan Tn. I
suka menghadiri pertemuan warga
2) Aturan/Kesepakatan:
Warga wajib lapor bila ada tamu asing tinggal selama 2x24jam
3) Budaya:
Nn. R mengatakan budaya masyarakat dilingkungannya sering
mengadakan pengajian dan syukuran
c. Mobilitas Geografis keluarga:
Nn. R meangatakan semenjak orang tuanya meninggal, lalu Nn. R dan
kadiknya menempati rumah yang berada di kaloran pena
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat:
Nn. R dan keluarga mengatakan hubungan dengan tetangga baik, dan sering
mengobrol
e. Sistem pendukung keluarga:
Dalam keluarga Nn. R bila terdapat permasalah berusaha menyelesaikan
dengan musyawarah, dan pendukung kesehatan keluarga Nn. R dan keluarga
memiliki BPJS

IV. STRUKTUR KELUARGA


a. Pola/cara komunikasi keluarga:
Dalam keluarga Nn. R mengatakan biasa berkomunikasi dengan
menggunakan bahasa jawa, dan tidak ada hambatan dalam berkomunikasi
b. Struktur kekuatan keluarga :
Dalam mengontrol perilaku anak-anaknya Nn. R selalu memberi nasihat bila
adiknya berperilaku kurang baik, dan yang berperan mengambil keputusan
Nn. R.
c. Struktur peran(peran masing-masing anggota keluarga)
Nn. R sebagai kakak dan kepala keluarga,
d. Nilai dan norma keluarga:
Nn. R mengatakan bila adiknya bertengkar atau bersalah paham, harus saling
meminta maaf dan memusyawarahkan bersama-sama
V. FUNGSI KELUARGA
a. Fungsi afektif
Keluarga cukup rukun dan saling perhatian.
b. Fungsi sosialisasi
1) Kerukunan hidup dalam keluarga:
Keluarga mengatakan kerukunan dalam keluarganya rukun karena adanya
komunikasi yang terbuka
2) Interaksi dan hubungan dalam keluarga:
Interaksi yang dilakukan dengan cara berkomunikasi secara verbal dan
nonverbal dan hubungan baik antar keluarga
3) Anggota keluarga yang dominan dalam pengambilan keputusan:
Anggota keluarga yang dominan mengambil keputusan adalah Nn. R
sebagai kepala keluarga
4) Kegiatan keluarga waktu senggang:
Menonton tv bersama, bercerita dan mengobrol
5) Partisipasi dalam kegiatan sosial:
Nn. R mengatakan adiknya membantu jadi panitia kurban dan sering
menjadi panitia 17 agustusan.
c. Fungsi perawatan kesehatan:
Keluarga Nn. R mengatakan apabila ada anggota yang sakit, biasanya beli
obat warung atau diapotik, jika belum ada perubahan dibawa ke puskesmas
atau klinik terdekat
d. Fungsi reproduksi
1) Perencanaan jumlah anak:
Nn. R mengatakan belum ada perencanaan memiliki anak
2) Akseptor: tidak
3) Keterangan lain:
Nn. R belum menikah
e. Fungsi ekonomi
1) Upaya pemenuhan sandang pangan:
Keluarga Nn. R mengatakan kepala keluarga sebagai pemenuhan
sandang pangan dari kebutuhan sehari-hari
2) Pemanfaatan sumber di masyarakat:
Tidak ada

VI. STRES DAN KOPING KELUARGA


a. Stressor jangka pendek:
Nn. R mengatakan jika terkadang ayam ternak ramai pembeli kadang juga
sepi
b. Stressor jangka panjang:
Nn. R mengatakan cemas dengan penyakitnya yang tidak kunjung sembuh,
dan kadang merasakan kebas di kakinya.
c. Respon keluarga terhadap stressor :
Respon keluarga menerima dan menyikapinya dengan baik karena rezeki dan
kesehatan datangnya dari sang pencipta
d. Strategi koping :
Stretegi koping terhadap stressor Nn.R dan keluarga selalu bermusyawarah
dalam mengambil keputusan
e. Strategi adaptasi disfungsional :
Tidak ada

VII. KEADAAN GIZI KELUARGA


a. Pemenuhan gizi :
Nn. R mengatakan kurang makan buah-buahan
b. Upaya lain :
Dengan memperbanyak makan sayur
VIII. HARAPAN KELUARGA
a. Terhadap masalah kesehatannya :
Nn. R mengatakan semoga ia dan keluarga selalu diberikan kesehatan, dan
penyakit DM nya tetap stabil
b. Terhadap petugas kesehatan yang ada :
Nn. R berharap petugas kesehatan lebih banyak mengadakan penyuluhan
kesehatan dilingkungan setempat

IX. PEMERIKSAAN FISIK


1. Nn. R
a. Tingkat kesadaran : composmentis
b. BB : 50 kg
c. GDS : 202 mg/dl
d. TTV : TD : 120/80 mmHg
N : 84x/menit
S : 36OC
e. Kepala : bulat simetris, tidak ada benjolan atau kelainan
f. Mata : penglihatan jelas, tidak menggunakan alat bantu, konjungtiva
tidak anemis, reflek terhadap sinar atau cahaya
g. Hidung : simetris tidak ada kelaninan, penciuman nomal
h. Mulut : simetris tidak ada kelainan, fungsi pengecap normal
i. Ekstremitas atas : normal, tidak ada luka
j. Ekstremitas bawah : tidak ada luka, Ny. W mengeluh ba’al
2. Tn. W
a. Tingkat kesadaran : composmentis
b. BB : 70 kg
c. TTV : TD : 120/90 mmHg
N : 88x/menit
S : 36,6OC
d. Kepala : bulat simetris, tidak ada benjolan atau kelainan
e. Mata : penglihatan jelas, tidak menggunakan alat bantu, konjungtiva
tidak anemis, reflek terhadap sinar atau cahaya
f. Hidung : simetris tidak ada kelaninan, penciuman nomal
g. Mulut : simetris tidak ada kelainan, fungsi pengecap normal
h. Ekstremitas atas : normal, tidak ada luka
i. Ekstremitas bawah : normal, tidak ada luka

X. TIPOLOGI MASALAH
1. Ancaman kesehatan
a. Penyakit keturunan : Diabetes Meilitus
b. Anggota keluarga dengan penyakit menular : tidak ada
c. Jumlah anggota keluarga yang tidak sesuai dengan pendapatan : tidak ada
d. Resiko terjadi kecelakaan dalam keluarga : tidak ada
e. Kekurangan gizi : Nn. R kurang makan buah-buahan
f. Keadaan yang dapat menimbulkan stress : Saat Nn. R sakit tak kunjung
sembuh-sembuh
g. Sanitasi lingkungan buruk : Ventilasi dan Pencahayaan yang baik. Sinar
matahari pun bisa masuk ke dalam rumah
h. Memainkan peran keluarga yang tidak tepat : Tidak ada
i. Kebiasaan buruk : Kurang berolahraga
2. Tidak sehat
a. Nn. R dengan penyakit Diabetes Meilitus
b. Kegagalan keluarga dalam mengenal masalah Diabetes Meilitus
3. Situasi kritis
a. Meninggalnya orang tua, karena sebelumnya selalu mengandalkan anak
orang tuanya

XI. PENGKAJIAN KHUSUS BERDASARKAN 5 TUGAS KELUARGA


NO KRITERIA PENGKAJIAN
1 Mengenal masalah Keluarga tidak dapat mengenal masalah
diabetes meilitus pada Nn. R
2 Mengambil keputusan yang Pengambilan keputusan oleh Nn.R tetapi
Tepat disetujui oleh anggota keluarga
3 Merawat anggota keluarga Dalam merawat anggota yg sakit,
yang sakit atau punya keluarga Nn. R dan keluarga nampak
masalah tidak banyak pengetahuan tentang
penyakit yang diderita
4 Memodifikasi lingkungan Nn. R memodifikasi halaman depan
rumah untuk menanam bunga dan
tumbuhan hias
5 Memanfaatkan sarana Nn. R dan keluarga memanfaatkan
kesehatan sarana kesehatan, jika sakit tak kunjung
sembuh
XII. DAFTAR MASALAH
No Analisa Data Problem Etiologi
1. DS : Ketidakstabilan Hiperglikemia
- Nn. Rmengatakan sering kadar glukosa
lemas dan lelah darah
- Nn. R mengatakan sering harus
dan lapar
- Nn. R mengatakan kaki nya
sering kebas

DO :
- Klien terlihat lemah
- Klien terlihat lesu
- GDS : 202 mg/dl
2 DS : Manajemen Kesulitan
- Keluarga mengatakan kurang kesehatan keluarga ekonomi
memahami cara merawat tidak efektif
- Keluarga mengatakan makanan Nn. (D.0115)
R sama dengan keluarga yang lain
- Pola tidur Nn. R tidak sesuai dan
kurang dari kebutuhan
- Nn. R mengatakan tidak mempunyai
cukup biaya untuk berobat rutin
- Nn. R mengatakan khawatir kakinya
tidak bisa berjalan
- Keluarga kurang memahami cara
mengenal masalah Nn. R yang
khawatir kakinya tidak kuat berjalan

DO :
- Keluarga tampak bingung dengan
penyakit yang diderita Nn. R
- TD : 120/90 mmHg
N : 84 x/mnt
RR : 20 x/mnt
3 DS : Defisit Defisit
- Nn. R menanyakan masalah Pengetahuan Pengetahuan
penyakit nya apakah bisa sembuh (D.0111)
total atau tidak
- Nn. R tidak mengetahui komplikasi
dari hipertensi
- Nn. R mengatakan tidak membatasi
atau mengurangi konsumsi makanan
asin/garam dan tinggi purin

DO :
- Nn. R terlihat gelisah
- GCS : 15
- TD : 120/90 mmhg
- N : 84 x/mt
- S : 36,2 0c
- P : 20 x/mt

XIII. SKORING
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan hiperglikemia
Kriteria SKOR BOBOT Penghitungan PEMBENARAN
Sifat masalah : 3 1 3/3*1 = 1 Nn. R mengatakan sudah
Kurang sehat menderita penyakit DM
sudah 10 tahun
Kemungkinan 1 2 1/2*2 = 2 Nn. R dapat mengontrol
masalah dapat penyakitnya jika selalu
diubah : memeriksa kadar gula
Sebagian darahnya
Potensi 2 1 2/3*1 = 2/3 Nn. R dapat menegah
masalah untuk komplikasi jika rutin
dicegah : minum obat, rutin
Cukup memeriksa kadar gula
Menonjolnya 2 1 2/2*1 = 2 Penyakit yang Nn. R
masalah : derita harus segera
Masalah berat ditangani dengan baik
harus ditangani agar mencegah
terjadinya komplikasi
yang serius
TOTAL 5 2/3
SKOR

2. Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor ekonomi


Kriteria SKOR BOBOT Penghitugan PEMBENARAN
Sifat masalah : 2 1 2/3*1 = Nn. R mengatakan sudah
Ancaman BB nya turun terus
Kemungkinan 2 2 2/2*1 = Nn. R dapat menaikkan
masalah dapat BB nya dengan memakan
diubah : makanan yang sehat
Mudah seperti buah dan sayur
Potensi 2 1 2/3*1 = Nn. R dapat mengontrol
masalah untuk gula darahnya dengan cek
dicegah : gula darah dan dan
Cukup mengkonsumsi makanan
sehat
Menonjolnya 2 1 2/2*1 = Penyakit yang Nn. R
masalah : derita harus segera
Masalah berat ditangani dengan baik
harus agar mencegah terjadinya
ditangani komplikasi yang serius
TOTAL 4 4/3
SKOR

XIV. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan hiperglikemia
2. Manajemen Kesehatan Tidak Efektif berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
dalam memelihara atau memodifikasi lingkungan dan gaya hidup yang dapat
mempengaruhi penyakit DM

3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal


masalah

XV. RENCANA TINDAKAN


No. Tanggal Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi (SIKI)
Keperawatan Hasil (SLKI)
(SDKI)
1. Ketidakstabilan Setelah dilakukan Observasi :
27
kadar glukosa tindakan keperawatan 1. identifikasi
/2/24
darah b/d selama 2x24 jam kemungkinan
hiperglikemia diharapkan kadar penyebab
glukosa darah dapat hiperglikemia
terasi, dengan kriteria 2. monitor kadar
hasil : glukosa darah,
1. Lelah/lesu jika perlu
(5=menurun) 3. monitor tanda
2. Mengantuk dan gejala
(5=menurun) hiperglikemia
3. Kadar glukosa 4. monitor intake
dalam darah dan output cairan
(5=membaik)
2 27/2/24 Manajemen (L.12105) I.12383)
Kesehatan Tidak Setelah dilakukan Edukasi kesehatan
Efektif tindakan keperawatan dan
berhubungan kunjungan rumah selama Observasi:
dengan 3x30 menit manajemen
ketidakmampuan kesehatan keluaga - Identifikasi kesiapan
keluarga dalam meningkat dengan kriteria dan kemampuan
memelihara atau hasil: menerima informasi
memodifikasi - Kemampuan
lingkungan yang menjelaskan - Identifikasi faktor
dapat masalah kesehatan faktor yang dapat
mempengaruhi yang dialami meningkatkan dan
penyakit DM meningkat menurunkan
- Aktifitas keluarga motivasi perilaku
mengatasi hidup, berdoh dan
masalah kesehatan sehat
tepat meningkat
Verbalisasi kesulitan Terapeutik:
menjalankan perawatan
- Sediakan materi dan
yang di terapka media Pendidikan
menurun kesehatan

- Jadwalkan
Pendidikan
kesehatan sesuai
kesepakatan

- Berikan kesempatan
untuk bertanya
Edukasi :

- Jelaskan faktor
resiko yang dapat
mempengaruhi
ksehatan

Ajarkan perilaku hidup


bersih dan sehat
4. Kadar glukosa Terapeutik :
dalam urine 1. berikan asupan
(5=membaik) cairan oral
2. konsultasi dengan
medis jika tanda
dan gejala
hiperglikemia
tetap ada atau
memburuk

Edukasi :
1. anjurkan monitor
kadar glukosa
darah secara
mandiri
2. anjurkan
kepatuhan diet
dan olahraga
3. ajarkan
pengelolaan
diabetes

Kolaborasi :
1. kolaborasi
pemberian
insulin, jika perlu
2. kolaborasi
pemberian cairan
IV, jika perlu
XVI. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Tgl& Diagnosa Implementasi Evaluasi Nama&
Jam Keperawatan Paraf
Ketidakstabilan Observasi : S: Sari
27/2/2
kadar glukosa darah 1. mengdentifikasi - Nn.R ni
4
b/d hiperglikemia kemungkinan mengatakan
penyebab sering lemas
hiperglikemia dan lelah
2. memonitor kadar
- Nn.R
glukosa darah,
mengatakan
jika perlu
sering harus
3. memonitor tanda
dan lapar
dan gejala
- Nn.R
hiperglikemia
mengatakan
4. memonitor intake
kaki nya
dan output cairan
sering kebas

Terapeutik :
O:
1. memberikan
- Klien terlihat
asupan
lemah
cairan oral
- Klien terlihat
2. berkonsultasi
lesu
dengan medis
- GDS : 202
jika tanda
mg/dl
dan gejala
hiperglikemia
A:
tetap ada atau
Masalah
memburuk
hiperglikemia
belum teratasi
Edukasi : P:
1. menganjurkan Intervensi
monitor kadar dilanjutkan
glukosa darah Observasi :
secara mandiri 1,2,3,4
2. menganjurkan Terapeutik :
kepatuhan diet 1,2
dan olahraga Edukasi :
3. mengajarkan 1,2,3
pengelolaan Kolaborasi :
diabetes 1, 2

Kolaborasi :
1. berkolaborasi
pemberian
insulin, jika perlu
2. berkolaborasi
pemberian cairan
IV, jika perlu
Ketidakstabilan Observasi : S: Sari
28/2/2
kadar glukosa darah 1. mengdentifikasi - Nn.R ni
4
b/d hiperglikemia kemungkinan mengatakan
penyebab sering lemas
hiperglikemia dan lelah
2. memonitor kadar
- Nn.R
glukosa darah,
mengatakan
jika perlu
sering harus
3. memonitor tanda
dan lapar
dan gejala
- Nn.R
hiperglikemia
mengatakan
4. memonitor intake kaki nya
dan output cairan sering kebas

Terapeutik : O:
1. memberikan - Klien terlihat
asupan lemah
cairan oral - Klien terlihat
2. berkonsultasi lesu
dengan medis - GDS : 190
jika tanda mg/dl
dan gejala
hiperglikemia A:
tetap ada atau Masalah
memburuk hiperglikemia
belum teratasi
Edukasi :
1. menganjurkan P:
monitor kadar Intervensi
glukosa darah dilanjutkan
secara mandiri Observasi :
2. menganjurkan 2,3,4
kepatuhan diet Edukasi :
dan olahraga 1,2,3
3. mengajarkan
pengelolaan
diabetes

Kolaborasi :
1. berkolaborasi
pemberian
insulin, jika perlu
2. berkolaborasi
pemberian cairan
IV, jika perlu
Daftar Pustaka

Smeltzer, et al. (2014). Brunner & Sudrath’s Textbook of Medical- Surgical Nursing, 11th ed.
In Lippincott Williams & Wilkins.
Tim EMT Indonesia. (2019). Basic Trauma And Cardiac Life Support (BTCLS). Jakarta :
Emergency Medical Training.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. STANDAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
INDONESIA (SDKI). Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. STANDAR INTERVENSI KEPERAWATAN


INDONESIA (SIKI). Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2016. STANDAR LUARAN KEPERAWATAN INDONESIA
(SLKI). Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Anda mungkin juga menyukai