KEPERAWATAN KELUARGA
DIABETES MELITUS
Oleh :
Sarini
Nim 231030230674
Koordinator:
Ns. Lukman Handoyo, M.Kep., Sp.Kep.K.
1. Definisi Penyakit
Diabetes melitus adalah suatu gangguan metabolik yang ditandai dengan peningkatan
kadar glukosa darah (hiperglikemia) akibat kerusakan pada sekresi insulin dan kerja
insulin (Smeltzer, 2014). Diabetes melitus merupakan suatu penyakit yang ditandai
dengan kadar glukosa di dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan
atau menggunakan insulin secara adekuat. Kadar glukosa darah setiap hari bervariasi,
kadar gula darah akan meningkat setelah makan dan kembali normal dalam waktu 2
jam. Kadar glukosa darah normal pada pagi hari sebelum makan atau berpuasa adalah
70-110 mg/dL darah. Kadar gula darah normal biasanya kurang dari 120-140 mg/dL
pada 2 jam setelah makan atau minum cairan yang mengandung gula maupun
mengandung karbohidrat.
Defek yang terjadi pada DM tipe 2 disebabkan oleh gaya hidup yang
diabetogenik (asupan kalori yang berlebihan, aktivitas fisik yang rendah,
obesitas) ditambah kecenderungan secara genetik.
c. Diabetes Melitus Gestasional
Diabetes kehamilan didefinisikan sebagai intoleransi glukosa dengan onset
pada waktu kehamilan. Diabetes jenis ini merupakan komplikasi pada sekitar
1-14% kehamilan. Biasanya toleransi glukosa akan kembali normal pada
trimester ketiga.
d. Diabetes Melitus karena faktor penyakit penyerta
1) Penyakit jantung coroner
2) Asam bronkiale
3) Hipertensi
4) Gastritis
3. Manifestasi Klinis
a. Poliuri (sering buang air kecil dalam jumlah banyak)
b. Polidipsi (banyak minum, sering merasa haus)
c. Polifagi (rasa lapar yang semakin membesar)
d. Lemas
e. Berar badan menurun
f. Kesemutan
g. Pandangan kabur
h. Impotensi pada pria
i. Gatal (pruritus) pad vulva
j. Mengantuk yang terjadi selama beberapa hari atau beberapa minggu.
5. Pemeriksaan Diagnostik
a. Glukosa darah sewaktu
b. Kadar glukosa darah puasa
c. Tes toleransi glukosa
6. Komplikasi
Komplikasi dari diabetes mellitus menurut (Smeltzer, 2014) diklasifikasikan menjadi
komplikasi akut dan komplikasi kronik. Komplikasi akut terjadi karena intoleransi
glukosa yang berlangsung dalam jangka waktu pendek yang mencakup:
a. Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah keadaan dimana glukosa dalam darah mengalami penurunan
dibawah 50 sampai 60 mg/dL disertai dengan gejala pusing,gemetar, lemas,
pandangan kabur, keringat dingin, serta penurunan kesadaran.
b. Ketoasidosis Diabetes (KAD)
KAD adalah suatu keadaan yang ditandai dengan asidosis metabolic akibat
pembentukan keton yang berlebih.
c. Sindrom nonketotik hiperosmolar hiperglikemik (SNHH)
Suatu keadaan koma dimana terjadi ganagguan metabolisme yang menyebabkan
kadar glukosa dalam darah sangat tinggi, menyebabkan dehidrasi hipertonik tanpa
disertai ketosis serum.
Komplikasi kronik menurut (Smeltzer, 2014) biasanya terjadi pada pasien yang
menderita diabetes mellitus lebih dari 10 – 15 tahun. Komplikasinya mencakup:
a. Penyakit makrovaskular (Pembuluh darah besar): biasanya penyakit ini
memengaruhi sirkulasi koroner, pembuluh darah perifer, dan pembuluh darah
otak.
b. Penyakit mikrovaskular (Pembuluh darah kecil): biasanya penyakit ini
memengaruhi mata (retinopati) dan ginjal (nefropati); kontrol kadar gula darah
untuk menunda atau mencegah komplikasi mikrovaskular maupun makrovaskular.
c. Penyakit neuropatik: memengaruhi saraf sensori motorik dan otonom yang
mengakibatkan beberapa masalah, seperti impotensi dan ulkus kaki.
7. Penatalaksanaan Medis/Operatif
a. Diet
Salah satu pilar utama pengelolaan DM adalah perencanaan makanan walaupun
telah mendapat penyuluhan perencanaan makanan, lebih dari 50% pasien tidak
melaksanakannya. Penderita DM sebaiknya mempertahankan menu yang
seimbang dengan komposisi idealnya sekitar 60% karohidrat, 20% lemak dan 12%
protein. Karena itu, diet yang tepat untuk mengendalikan dan mencegah agar berat
badan ideal dengan cara : kurangi kalori, kurangi lemak, kurangi karbohidrat
komplek, hindari makanan manis, perbanyak konsumsi serat.
b. Olahraga
c. Kontrol gula darah secara rutin
d. Pemberian penyuluhan kesehatan DM diantaranya adalah tentang perawatan kaki
dan luka.
8. Terapi Farmakologis
a. Obat Hipogligemik Oral
1) Golongan sulfonylurea / sulfonyl ureas
Obat ini paling banyak digunakan dan dapat dikombinasikan dengan obat
golongan lain, yaitu biguanid inhibitor alfa glukosidase atau insulin. Obat
golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan produksi insulin oleh sel-
sel beta pankreas, karena itu menjadi pilihan utama para penderita DM tipe 2
dengan berat badan berlebihan.
2) Golongan Binguanad / metformin
Obat ini mempunyai efekk utama mengurangi glukosa hati, memperbaiki
pengambilan glukosa dari jaringan (glukosa perifer) dianjurkan sebagai obat
tinggal pada pasien yang kelebihan berat badan.
3) Gologan Inhibitor Alfa Glikosidase
Mempunyai efek utama menghambat penyerapan gula di saluran pencernaan
sehingga dapat menurunkan kadar gula sesudah makan. Bermanfaat untuk
pasien dengan kadar gula puasa yang masih normal.
b. Pemberian Insulin
Jenis insulin :
1) Insulin kerja cepat : jenisnya adalah regular insulin (cristalin zink dan
semilente).
2) Insulin kerja sedang : jenisnya adalah NPH (Netral Protamine Hadergon).
3) Insulin kerja lambat : jenisnya adalah PZI (Protamine Zinc Insulin).
9. Patoflow
10. Analisa Data
Ketidakseimbangan
produksi insulin
Hiperglikemia
Ketidakstabilan Kadar
Glukosa Darah
DO : Penyebab kerusakan sel Resiko Perfusi Serebral
- Hiperglikemia beta pankreas (faktor Tidak Efektif
- Penurunan genetic, infeksi virus,
kesadaran kerusakan imunologik)
Ketidakseimbangan
produksi insulin
Hiperglikemia
Hiperglikemia
Iskemik jaringan
b. Komposisi Keluarga
Nama1 Hubungan Jenis kelamin3 Usia Pendidikan Pekerjaan utama5
kekeluargaan2 terakhir4
1
Tuliskan nama seluruh anggota keluarga dalam rumah tangga yang dikunjungi
2
Tuliskan posisinya di dalam keluarga. Tulis: 1. KK/Suami; 2. Pendamping/Istri; 3. Anak
Kandung; 4. Lainnya
3
Tuliskan 1. Laki-laki (L); 2. Perempuan (P)
4
Tuliskan 1. Tidak sekolah/tidak tamat SD; 2. Tamat SD; 3. Tamat SMP; 4. Tamat SMA; 5.
9. Lain-lain (tuliskan)
c. Genogram
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Menikah
: Keturunan
: Tinggal serumah
d. Type Keluarga:
1) Jenis type keluarga:
Foster family dimana kakak dan adik tinggal dalam satu rumah tanpa orang tua
2) Masalah yang terjadi dengan type
tersebut: Masalah kesehatan fisik Nn. R
e. Suku Bangsa:
1) Asal suku bangsa:
Nn. R dan keluarga berasal dari suku jawa dan bahasa sehari-hari jawa
tetapi juga bisa bahasa indonesia
2) Budaya yang berhubungan dengan kesehatan:
Nn. R mengatakan budaya yang berhubungan dengan kesehatan adalah
dengan pengobatan tradisonal
diabetes
2 Tn. I 45 70 kg Sehat - Tidak ada Tidak ada
4) Sumber pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan:
Nn. R mengatakan jika sakit tak kunjung sembuh berobat ke puskesmas
dekat rumah
5) Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya:
Nn. R mengatakan adiknya pernah sakit DBD waktu awal masuk kerja
X. TIPOLOGI MASALAH
1. Ancaman kesehatan
a. Penyakit keturunan : Diabetes Meilitus
b. Anggota keluarga dengan penyakit menular : tidak ada
c. Jumlah anggota keluarga yang tidak sesuai dengan pendapatan : tidak ada
d. Resiko terjadi kecelakaan dalam keluarga : tidak ada
e. Kekurangan gizi : Nn. R kurang makan buah-buahan
f. Keadaan yang dapat menimbulkan stress : Saat Nn. R sakit tak kunjung
sembuh-sembuh
g. Sanitasi lingkungan buruk : Ventilasi dan Pencahayaan yang baik. Sinar
matahari pun bisa masuk ke dalam rumah
h. Memainkan peran keluarga yang tidak tepat : Tidak ada
i. Kebiasaan buruk : Kurang berolahraga
2. Tidak sehat
a. Nn. R dengan penyakit Diabetes Meilitus
b. Kegagalan keluarga dalam mengenal masalah Diabetes Meilitus
3. Situasi kritis
a. Meninggalnya orang tua, karena sebelumnya selalu mengandalkan anak
orang tuanya
DO :
- Klien terlihat lemah
- Klien terlihat lesu
- GDS : 202 mg/dl
2 DS : Manajemen Kesulitan
- Keluarga mengatakan kurang kesehatan keluarga ekonomi
memahami cara merawat tidak efektif
- Keluarga mengatakan makanan Nn. (D.0115)
R sama dengan keluarga yang lain
- Pola tidur Nn. R tidak sesuai dan
kurang dari kebutuhan
- Nn. R mengatakan tidak mempunyai
cukup biaya untuk berobat rutin
- Nn. R mengatakan khawatir kakinya
tidak bisa berjalan
- Keluarga kurang memahami cara
mengenal masalah Nn. R yang
khawatir kakinya tidak kuat berjalan
DO :
- Keluarga tampak bingung dengan
penyakit yang diderita Nn. R
- TD : 120/90 mmHg
N : 84 x/mnt
RR : 20 x/mnt
3 DS : Defisit Defisit
- Nn. R menanyakan masalah Pengetahuan Pengetahuan
penyakit nya apakah bisa sembuh (D.0111)
total atau tidak
- Nn. R tidak mengetahui komplikasi
dari hipertensi
- Nn. R mengatakan tidak membatasi
atau mengurangi konsumsi makanan
asin/garam dan tinggi purin
DO :
- Nn. R terlihat gelisah
- GCS : 15
- TD : 120/90 mmhg
- N : 84 x/mt
- S : 36,2 0c
- P : 20 x/mt
XIII. SKORING
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan hiperglikemia
Kriteria SKOR BOBOT Penghitungan PEMBENARAN
Sifat masalah : 3 1 3/3*1 = 1 Nn. R mengatakan sudah
Kurang sehat menderita penyakit DM
sudah 10 tahun
Kemungkinan 1 2 1/2*2 = 2 Nn. R dapat mengontrol
masalah dapat penyakitnya jika selalu
diubah : memeriksa kadar gula
Sebagian darahnya
Potensi 2 1 2/3*1 = 2/3 Nn. R dapat menegah
masalah untuk komplikasi jika rutin
dicegah : minum obat, rutin
Cukup memeriksa kadar gula
Menonjolnya 2 1 2/2*1 = 2 Penyakit yang Nn. R
masalah : derita harus segera
Masalah berat ditangani dengan baik
harus ditangani agar mencegah
terjadinya komplikasi
yang serius
TOTAL 5 2/3
SKOR
- Jadwalkan
Pendidikan
kesehatan sesuai
kesepakatan
- Berikan kesempatan
untuk bertanya
Edukasi :
- Jelaskan faktor
resiko yang dapat
mempengaruhi
ksehatan
Edukasi :
1. anjurkan monitor
kadar glukosa
darah secara
mandiri
2. anjurkan
kepatuhan diet
dan olahraga
3. ajarkan
pengelolaan
diabetes
Kolaborasi :
1. kolaborasi
pemberian
insulin, jika perlu
2. kolaborasi
pemberian cairan
IV, jika perlu
XVI. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Tgl& Diagnosa Implementasi Evaluasi Nama&
Jam Keperawatan Paraf
Ketidakstabilan Observasi : S: Sari
27/2/2
kadar glukosa darah 1. mengdentifikasi - Nn.R ni
4
b/d hiperglikemia kemungkinan mengatakan
penyebab sering lemas
hiperglikemia dan lelah
2. memonitor kadar
- Nn.R
glukosa darah,
mengatakan
jika perlu
sering harus
3. memonitor tanda
dan lapar
dan gejala
- Nn.R
hiperglikemia
mengatakan
4. memonitor intake
kaki nya
dan output cairan
sering kebas
Terapeutik :
O:
1. memberikan
- Klien terlihat
asupan
lemah
cairan oral
- Klien terlihat
2. berkonsultasi
lesu
dengan medis
- GDS : 202
jika tanda
mg/dl
dan gejala
hiperglikemia
A:
tetap ada atau
Masalah
memburuk
hiperglikemia
belum teratasi
Edukasi : P:
1. menganjurkan Intervensi
monitor kadar dilanjutkan
glukosa darah Observasi :
secara mandiri 1,2,3,4
2. menganjurkan Terapeutik :
kepatuhan diet 1,2
dan olahraga Edukasi :
3. mengajarkan 1,2,3
pengelolaan Kolaborasi :
diabetes 1, 2
Kolaborasi :
1. berkolaborasi
pemberian
insulin, jika perlu
2. berkolaborasi
pemberian cairan
IV, jika perlu
Ketidakstabilan Observasi : S: Sari
28/2/2
kadar glukosa darah 1. mengdentifikasi - Nn.R ni
4
b/d hiperglikemia kemungkinan mengatakan
penyebab sering lemas
hiperglikemia dan lelah
2. memonitor kadar
- Nn.R
glukosa darah,
mengatakan
jika perlu
sering harus
3. memonitor tanda
dan lapar
dan gejala
- Nn.R
hiperglikemia
mengatakan
4. memonitor intake kaki nya
dan output cairan sering kebas
Terapeutik : O:
1. memberikan - Klien terlihat
asupan lemah
cairan oral - Klien terlihat
2. berkonsultasi lesu
dengan medis - GDS : 190
jika tanda mg/dl
dan gejala
hiperglikemia A:
tetap ada atau Masalah
memburuk hiperglikemia
belum teratasi
Edukasi :
1. menganjurkan P:
monitor kadar Intervensi
glukosa darah dilanjutkan
secara mandiri Observasi :
2. menganjurkan 2,3,4
kepatuhan diet Edukasi :
dan olahraga 1,2,3
3. mengajarkan
pengelolaan
diabetes
Kolaborasi :
1. berkolaborasi
pemberian
insulin, jika perlu
2. berkolaborasi
pemberian cairan
IV, jika perlu
Daftar Pustaka
Smeltzer, et al. (2014). Brunner & Sudrath’s Textbook of Medical- Surgical Nursing, 11th ed.
In Lippincott Williams & Wilkins.
Tim EMT Indonesia. (2019). Basic Trauma And Cardiac Life Support (BTCLS). Jakarta :
Emergency Medical Training.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. STANDAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
INDONESIA (SDKI). Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2016. STANDAR LUARAN KEPERAWATAN INDONESIA
(SLKI). Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia