Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN ASKEP GAWAT DARURAT

DENGAN KLIEN DIABETES MILITUS (DM) DI INSTALASI GAWAT


DARURAT PUSKESMAS PAKIS

Disusun Oleh :
Jeki

AOA0180861

PROGRAM STUDI Diploma III KEPERAWATAN KESEKOLAH TINGGI


ILMU KESEHATAN STIKES KENDEDES MALANG
TAHUN 2021
A. Definisi
Diabetes Melitus merupakan sekelompok kelainan kategori yang ditandai
oleh kenaikan keadaan glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Smeltzer,
S.C& Bare, B. G, 2015).
Diabetes Melitus merupakan sesuatu yang tidak dapat dituangkan dalam
satu jawaban yang jelas dan singkat tapi secara umum dapat dikatakan
problema anatomik dan kimiawi yang merupakan akibat dari sejumlah faktor
dimana didapat defisiensi insulin absolut atau relatif dan gangguan fungsi
insulin (Perkeni, 2011).
Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolic dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin atau keduanya (ADA, 2010).

B. Etiologi
Mekanisme yang dapat menyebabkan resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin pada Diabetes Melitus tipe II masih belum diketahui. Faktor
genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi
insulin. Selain itu terdapat pula faktor-faktor resiko tertentu yang berhubungan
dengan proses terjadinya Diabetes Melitus tipe II.
Faktor-faktor lain adalah:
1. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas65 tahun).
2. Obesitas.
3. Riwayat keluarga.
4. Ras. (Smeltzer, S.C & Bare, B. G, 2015).

C. Klasifikasi
Klasifikasi DM menurut Perkeni, 2011 adalah:
1. DM tipe 1 = destruksi sel beta pancreas umumnya terjadi defisiensi insulin
absolut sehingga mutlak membutuhkan terapi insulin. Biasanya
disebabkan karena penyakit autoimun atau idiopatik.
2. DM tipe 1 = bervariasi, mulai yang dominan resistensi insulin disertai
defisiensi insulin relative sampai dominan efek sekresi insulin disertai
resistensi insulin.
3. DM tipe lain
a. Defek genetic fungsi sel beta
b. Defek genetic kerja insulin
c. Penyakit eksokrin pancreas
d. Endokrinopati
e. Karena obat / zat kimia / iatrogenic
f. Infeksi
g. Sebab imunologi yang jarang
h. Sindrom genetic lain yang berkaitan dengan DM
4. Diabetes mellitus gestasional

D. Patofisiologi
Proses penyakit Pada Diabetes Melitus tipe II terdapat dua masalah yang
berhubungan dengan insulin, yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada
permukan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut,
terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa didalam sel.
Resistensi insulin pada Diabetes Melitus tipe II disertai dengan penurunan
reaksi intra sel yang mengakibatkan tidak efektifnya insulin untuk
menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa
dalam darah harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresi. Namun
pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini akibat sekresi insulin
berlebihan, dan kadar glukosa akan di pertahankan dalam tingkat normal
atau sedikit meningkat. Namun demikian bila sel-sel beta tidak mampu
megimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan
meningkat dan mengakibatkan Diabetes Melitus tipe II (Smeltzer, S.C & Bare,
B. G, 2015).
E. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari Diabetes Melitus tipe II, yaitu:
1. Kadar glukosa puasa diatas normal.
2. Polyuria (akibat dari diuresis osmotik bila diambang ginjal terhadap
reabsorpsi glukosa dicapai dan kelebihan glukosa keluar melalui ginjal).
3. Polydipsia (disebabkan oleh dehidrasi sel akibat lanjut dari poliuria).
4. Rasa lapar yang semakin besar (polifagia), berat badan berkurang.
5. Keletihan dan mengantuk
6. Gejala lain yang dikeluhkan adalah kesemutan, gatal, mata kabur,
impotensi, luka pada kulit yang sembuhnya lama.
(Chris Tanto,2014).

F. Komplikasi
1. Komplikasi Akut
a. Ketoasidosis Diabetik, adalah gangguan metabolik yang terjadi akibat
defisiensi insulin di karakteristikan dengan hiperglikemia eksterm (lebih
300 mg/ dl). Pasien sakit berat dan memerlukan intervensi untuk
mengurangi kadar glukosa darah dan memperbaiki asidosis berat,
elektrolit, ketidakseimbangan cairan. Adapun faktor `pencetus
Ketoasidosis Diabetik: obat-obatan, steroid, diuretik, alkohol, gagal diet,
kurang cairan, kegagalan pemasukan insulin, stress, emosional, dan
riwayat penyakit ginjal.
b. Hipoglikemia merupakan komplikasi insulin dengan menerima
jumlah insulin yang lebih banyak daripada yang di butuhkannya untuk
mempertahankan kadar glukosa normal. Gejala-gejala hipoglikemia
disebabkan oleh pelepasan epinefrin (berkeringat, gemetar, sakit kepala
dan palpitasi), juga akibat kekurangan glukosa dalam otak (tingkah
laku yang aneh, sensorium yang tumpul dan koma).
(Ernawati, 2013).
2. Komplikasi jangka panjang
a. Komplikasi mikrovasker
Komplikasi mikrovaskuler yang terjadi yaitu retinopati diabetic,
komplikasi optalmologi yang lain, nefropati, dan neuropati
diabetes.Neuropati sensorik perifer berperanan dalam timbulnya cedera
pada kaki.Komplikasi ini menyebabkan gangguan pada mekanisme
proteksi kaki yang normal, sehingga pasien dapat mengalami cedera
pada kaki tanpa disadari.Neuropati otonom menyebabkan terjadinya
anhidrosis dan gangguan perfusi kaki, akhirnya kulit menjadi kering dan
dapat terbentuk fisura.(Chris Tanto, 2014).
b. Komplikasi Makrovaskuler
Komplikasi makrovaskuler yang terjadi yaitu penyakit arteri koroner,
penyakit serebrovaskuler dan penyakit vaskuler perifer.Gabungan dari
gangguan biokimia yang disebabkan karena insufisiensi insulin yang
menjadi penyebab jenis penyakit vaskuler.Gangguan–gangguan ini
berupa penimbunan sorbitol dalam intima vaskuler, hiperproteinemia
dan kelainan pembekuan darah. Pada akhirnya makrovaskuler diabetik
ini akan mengakibatkan penyumbatan vaskuler. Jika yang terkena adalah
arteri koronariadan aorta, maka dapat mengakibatkan angina dan infark
miokardium.
(Ernawati, 2013).

G. Penatalaksanaan Medis
Kerangka utama penatalaksanaan Diabetes Melitus yaitu edukasi,
perencanaan makan, latihan jasmani, dan obat hipoglikemik.
1. Edukasi
Edukasi mengenai pengertian DM, promosi perilaku hidup sehat,
pemantauan darah mandiri, serta tanda dan gejala hipoglikemia serta cara
mengatasinya perlu dipahami oleh pasien.
2. Perencanaan makan (meal planning)
Menurut Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI), telah
ditetapkan bahwa standar yang dianjurkan adalah santapan dengan
komposisi seimbang berupa karbohidrat (45-65%), protein (10-20%).
Lemak (20-25%).Apabila diperlukan santapan dengan komposisi
karbohidrat sampai 70-75% juga memberikan hasil yang baik, terutama
untuk golongan ekonomi rendah. Jumlah kalori disesuaikan dengan
pertumbuhan, status gizi, umur, stress akut, dan kegiatan jasmani untuk
mencapai berat badan ideal. Jumlah kandungan kolesterol <300 mg/
hari.Jumlah kandungan serat ± 25 g/ hari, diutamakan jenis serat
larut.Konsumsi garam dibatasai bila terdapat hipertensi.Pemanis dapat
digunakan secukupnya.
3. Latihan jasmani
Dianjurkan latihan jasmani teratur, 3-4 kali tiap minggu selama ±0,5 jam
yang sifatnya sesuai CRIEPE (continous, rhytmical, interval,
progressive, endurance training).Latihan yang dapat dijadikan pilihan
adalah jalan kaki, jogging, renang, bersepeda, dan mendayung.
4. Obat berkhasiat hipoglikemik
a. Sulfonilurea
Obat ini bekerja dengan cara menstimulsai pelepasan insulin yang
tersimpan, menurunkan ambang sekresi insulin, meningkatkan sekresi
insulin sebagai aklibat rangsangan glukosa. Obat golongan ini biasanya
diberikan pada pasien dengan berat badan normal dan masih bisa dipakai
pada pasien yang beratnya sedikit lebih.
b. Biguanid
Obat ini menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak sampai
dibawah normal. Preparat yang ada dan aman adalah metformin.Obat ini
dianjurkan untuk pasien gemuk (indeks masa tubuh/ IMT > 30) sebagai
obat tunggal.
c. Inhibitor α glukosidase
Obat ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja enzim α
glukosidase didalam saluran cerna, sehingga menurunkan penyerapan
glukosa dan menurunkan hiperglikemia pasca prandial.
(Perkeni, 2011)
Pathway Diabetes melitus

-Factor genetic Kerusakan sel Ketidakseimbangan


-infeksi virus beta pankreas produksi insulin
-Pengrusakan
imunologik
Defisiensi
Insulin

Glucagon DIABETES penurunan


meningkat MELITUS pemakaianglukosa
dalam sel
Risiko glukosa oleh sel Batas melebihi
Glukoneoge- ketidakstabilan hiperglikemia ambang ginjal
nesis kadar glukosadarah

Sel kekurangan bahan Polyuria Diuresis osmotik


untuk metabolisme

Kehilangan
Merangsang elektrolit dalam
hipotalamus Neuropati sensori Anabolisme protein sel
perifer menurun

Pusat lapar dan haus


Dehidrasi
Klien tidak Kerusakan pada
merasakan sakit antibodi
Polydipsia dan
polypagia Kekurangan
Nekrosis luka Kekebalan tubuh volume cairan
menurun
Ketidakseimbanga
Gangrene
n nutrisi kurang
Risiko infeksi Keterbatasan kognitif
dari kebutuhan / interpretasi tidak
tepat
Kerusakan
integritas
jaringan Kurang
pengetahuan

(Nurarif, Amin Huda, 2015)


KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MILITUS (DM)

A. PENGKAJIAN
Pengkajian pada pasien diabetes mellitus dengan Konsep & Tipologi Pola
Kesehatan Fungsional menurut Gordon, yaitu :
1. Pola Persepsi-Managemen Kesehatan Menggambarkan
Persepsi,pemeliharaan dan penanganan kesehatan Persepsi terhadap arti
kesehatan,dan penatalaksanaan kesehatan, kemampuan menyusun
tujuan,pengetahuan tentang praktek kesehatan
2. Pola Nutrisi – Metabolik
Hilang nafsu makan, mual, muntah, tidak mengikuti diet; peningkatan
masukan glukosa/ karbohidrat, penurunan berat badan lebih dari beberapa
hari/ minggu, haus, penggunaan diuretik (tiazid).
Tanda: kulit kering/ bersisik, turgor jelek, kekakuan/ distensi abdomen,
muntah, hipertiroid (peningkatan kebutuhan metabolik dengan
peningkatan gula darah), bau halitosis/ manis, bau buah (nafas aseton).
3. Pola Eliminasi
Perubahan pola kemih, poliuria, nokturia, rasa nyeri atau terbakar,
kesulitan berkemih (infeksi), ISK baru tau berulang, nyeri tekan abdomen,
diare.
Tanda: urin encer, pucat, kuning: poliuri(dapat berkembang menjadi
oliguria/ anuria jika terjadi hipovolemia berat), urin berkabut, bau busuk
(infeksi), abdomen keras, adanya asites, bising usus lemah dan menurun:
hiperaktif (diare).
4. Pola Latihan-Aktivitas
Kekurangan oksigen, batuk dengan/ tanpa sputum purulent (tergantung
adanya infeksi/ tidak), batuk, dengan/ sputum purulen (infeksi), frekuensi
pernapasan. Kulit kering, gatal, ulkus kulit.Demam, diaforesis, kulit rusak,
lesi/ ulserasi, menurun kekuatan umum/ rentang gerak, parastesia/ paralisis
otot termasuk otot pernafasan (jika kadar kalium menurun dengan cukup
tajam).
Letih, lemah sulit berjalan/bergerak, tonus otot menurun, kram otot,
gangguan istirahat/ tidur.Takikardi dan takipnea pada keadaan istirahat
atau dengan aktifitas, letargi/ disorientasi, koma dan penurunan kekuatan
otot.
5. Pola Kognitif Perseptual
Riwayat hipertensi, infark miokard akut, klaudikasi, kebas, kesemutan
pada ekstremitas, ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama. Takikardi,
perubahan tekanan darah postural: hipertensi, nadi menurun/ tidak ada,
disritmia, kulit panas, kering dan kemerahan: bola mata cekung.Abdomen
yang tegang/ nyeri (sedang/ berat).
Tanda: Wajah meringis dengan palpitasi; tampak sangat berhati-hati.
6. Pola Istirahat-Tidur
Pusing/ pening, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot,
gangguan penglihatan.
Tanda: disorientasi: mengantuk, letargi, stupor/ koma, gangguan memori
(baru, masa lalu),kacau mental, refleks tendon dalam menurun, aktivitas
kejang.
7. Konsep Diri-persepsi Diri
Stress, tergantung pada orang lain. Tanda: Ansietas, peka rangsang.
8. Pola Peran dan Hubungan
Ketidakmampuan menjalankan peran sebagaimana mestinya.
9. Pola Reproduksi/Seksual
Raba vagina (cenderung infeksi), masalah impoten pada pria, kesulitan
orgasme pada wanita.
10. Pola Pertahanan Diri (Coping-Toleransi Stres )
Faktor resiko keluarga: DM, stroke, hipertensi, penyembuhan yang lambat,
penggunaan obat seperti steroid, diuretik (tiazid): dilantin dan fenobarbital
(dapat meningkatkan kadar glukosa darah), menggunakan obat
diabetik.
Tanda: Memerlukan bantuan dan pengaturan diet, pengobatan, perawatan
diri, pemantauan glukosa darah.
11. Pola Keyakinan Dan Nilai Menggambarkan dan Menjelaskan pola
nilai,keyakinan termasuk spiritual. Menerangkan sikap dan keyakinan
klien dalam melaksanakan agama yang dipeluk dan konsekuensinya.
Agama, kegiatan keagamaan dan buadaya,berbagi denga orang lain,bukti
melaksanakan nilai dan kepercayaan, mencari bantuan spiritual dan
pantangan dalam agama selama sakit

Pemeriksaan Diagnostik

Beberapa tes yang dilakukan yaitu glukosa darah:meningkat100-200


mg/dl atau lebih, aseton plasma(keton): positif secara mencolok, asam
lemak bebas:kadar lipid dan kolesterol meningkat,urin:guladan aseton positif:
berat jenis dan osmolaritas mungkin meningkat,Tes Toleransi Glukosa(TTG)
memanjang(≥200mg/dl) untuk pasien yang kadar glukosa meningkat dibawah
kondisistress,hemoglobin glikosilat diatas rentang normal untuk mengukur
presentase,glukosa yang melekat pada hemoglobin rentang normal 5-6%

(Doenges,M. E, et al, 2012).

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah b/d factor resiko kurang patuh
dengan rencana manajemen diabetes, manajemen medikasi tidak
terkontrol.
2. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan volume cairan secara aktif;
diuresis osmotic, ditandai dengan kelemahan, haus, penurunan turgor kulit,
mukosa kulit kering
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d insuffisiensi insulin
ditandai dengan berat badan 20% kurang atau lebih dibawah ideal,
kehilangan BB dengan asupan makanan yang adekuat.
4. Kerusakan integritas jaringan b/d perubahan sirkulasi, penurunan
sensibilitas (neuropati) ditandai dengan adanya luka pada daerah kaki,
kemerahan.
5. Risiko infeksi b/d factor risiko pertahanan primer tidak adekuat, trauma
jaringan
6. Kurang pengetahuan b/d keterbatasan kognitif, interpretasi terhadap
informasi yang salah ditandai dengan memverbalisasikan adanya masalah,
ketidakakuratan mengikuti instruksi.
(Herdman, T Heather, 2015)

C. PERENCANAAN

N N Tujuan dan Intervensi Rasional


o o kriteria Hasil
D
X
1. D SLKI SIKI
P Setelah diberikan  Kaji factor yang  Agar dapat
ꜜ askep selama dapat meningkatkan melakukan
3x… jam risiko pencegahan
diharapkan risiko ketidakseimbangan terjadinya
ketidakstabilan glukosa ketidakseimba-
kadar glukosa  Pantau kadar ngan glukosa
darah tidak glukosa serum  Dapat
terjadi, dengan sesuai dengan mengetahui
kriteria: program tim medis sedini mungkin
 Kadar gula terjadinya
darah stabil hipoglikemia
(GDP = 90  Berikan informasi atau
-130 mg/dl) mengenai penerapan hiperglikemia
 Mematuhi diet dan latihan fisik  Untuk
regimen yang untuk mencapai meningkatkan
diprogramkan keseimbangan kadar pengetahuan
untuk glukosa pasien dalam
pemantauan  Berikan informasi upaya mencegah
glukosa tentang ketidakseimba-
darah. penatalaksanaan ngan kadar
 Mematuhi diabetes selama glukosa.
rekomendasi sakit.  Pasien dan
diet dan  Beri tahu dokter jika keluarga dapat
latihan fisik terjadi tanda dan berperan serta
gejala hipoglikemia dalam upaya
dan hiperglikemia penatalaksa-
naan diabetes
 Untuk
mencegah akibat
fatal yang
kemungkinan
terjadi.
2. D SLKI SIKI
P Setelah diberikan  Monitor status  Untuk
2 askep selama hidrasi (kelembapan mengantisipasi
3x… jam membran mukosa, terjadinya
diharapkan nadi, tekanan darah) dehidrasi
kekurangan  Monitor intake dan
volume cairan output cairan
akan teratasi,  Untuk
dengan kriteria mengetahui
hasil:  Bantu masukan seimbang atau
 Mempertahan- cairan peroral tidaknya intake
kan urine dan output cairan
output sesuai pasien
usia dan berat  Berikan cairan IV  Membantu
badan sesuai instruksi memenuhi
 Tekanan dokter. kebutuhan cairan
darah, nadi,  Anjurkan keluarga  Memenuhi
dan suhu untuk membantu kebutuhan cairan
tubuh dalam pasien minum.  Keluarga dapat
batas normal berperan serta
 Tidak ada  Kolaborasi dengan aktif dalam
tanda – tanda dokter jika ada perawatan pasien
dehidrasi tanda – tanda cairan  Mencegah
berlebih muncul terjadinya
memburuk komplikasi yang
lebih buruk.
3. D SLKI SIKI
P Setelah diberikan  Monitor jumlah  Untuk
3 askep selama nutrisi dan mengetahui
3x… jam kandungan nutrisi jumlah asupan
diharapkan yang mampu nutrisi pasien
kebutuhan nutrisi dihabiskan oleh yang bisa
pasien terpenuhi pasien dikonsumsi
dengan kriteria :  Berikan makanan setiap hari.
 Berat badan yang terpilih (sudah  Pasien makan
pasien normal dikonsulkan dengan sesuai kebutuhan
sesuai tinggi ahli gizi) nutrisinya.
badan  Berikan suasana
 Nilai lingkungan yang
laboratorium nyaman saat pasien  Suasana yang
dalam batas makan. nyaman dapat
normal : Hb,  Berikan infomasi memperbaiki
albumin, tentang kebutuhan nafsu makan
transferrin, nutrisi pasien.
elektrolit,  Monitor hasil lab  Pasien dapat
kadar glukosa dan status nutrisi memahami
darah pasien kebutuhan
 Tidak ada nutrisinya.
tanda – tanda  Kolaborasi dengan
malnutrisi dokter jika terjadi  Untuk
tanda-tanda mengetahui
kekurangan nutrisi status nutrisi
pasien.

 Untuk mencegah
terjadinya
malnutrisi.
4. D SLKI SIKI
P Setelah diberikan  Catat karakteristik  Untuk
4 askep selama luka, tentukan mengetahui
3x… jam ukuran dan karakteristik luka
diharapkan kedalaman luka pasien.
integritas  Catat karakteristik
jaringan kulit cairan secret yang  Perbedaan cairan
membaik dengan keluar secret
kriteria hasil :  Bersihkan dan rawat menentukan
 Luka bersih luka dengan NaCl tingkat infeksi.
terawat 0,9 %, tampon dan  Agar luka
 Jaringan dressing dengan terawat dan
nekrosis kasa steril setiap mempercepat
berkurang hari proses
 Luka  Ajarkan teknik penyembuhan
mengecil perawatan kaki dan
dalam ukuran anjurkan pasien
dan untuk  Untuk menjaga
peningkatan memperhatikan kaki kebersihan kaki,
granulasi jika sudah terjadi memperlancar
jaringan penurunan sensasi sirkulasi dan

 Kolaborasi dengan mencegah


terjadinya luka
dokter jika terdapat
banyak nekrosis
pada luka  Apabila banyak
terjadi jaringan
nekrosis maka
diperlukan
tindakan
debridement
5. D SLKI SIKI
P Setelah diberikan  Monitor tanda dan  Untuk
5 askep selama gejala infeksi mengetahui
3x… jam sedini mungkin
diharapkan factor  Gunakan teknik apabila terjadi
risiko infeksi septic dan aseptic infeksi
tidak terjadi selama perawatan  Dapat mencegah
dengan kriteria luka terjadinya infeksi
hasil :  Bersihkan  Untuk
 Klien terbebas lingkungan pasien meminimalkan
dari tanda dan  Ajarkan pada pasien resiko infeksi
gejala infeksi dan keluarga tanda,  Pasien dan
 Status imun gejala, dan cara keluarga akan
dalam batas pencegahan infeksi memahami
normal tentang infeksi
(jumlah  Kolaborasi dengan dan upaya
leukosit dalam dokter dalam pencegahan
batas normal). pemberian infeksi

antibiotik  Antibiotic
merupakan
treatment
penanganan
infeksi
6. D SLKI SIKI
P Setelah diberikan  Ciptakan  Menanggapi dan
6 askep selama lingkungan saling memperhatikan
3x… jam percaya dengan perlu diciptakan
diharapkan mendengarkan sebelum pasien
pengetahuan penuh perhatian, bersidia
pasien meningkat dan selalu ada untuk mengambil
dengan kriteria pasien. bagian dalam
hasil : proses belajar.
 Pasien dan  Dapat
keluarga  Berikan informasi meningkatkan
menyatakan tentang penyakit, pemahaman
pemahaman kondisi, prognosis, pasien
tentang dan program
penyakit, pengobatan.
kondisi,  Diskusikan tentang
prognosis, perubahan gaya
dan program hidup yang  Pasien dapat
pengobatan. mungkin diperlukan memodifikasi
 Pasien dan untuk mencegah gaya hidup
keluarga komplikasi dimasa sehingga dapat
mampu yang akan datang berperan aktfi
melaksanakan  Instruksikan pasien dalam proses
prosedur yang mengenai tanda dan penyembuhan.
dijelaskan gejala apa yang
dengan benar. perlu dilaporkan
kepada pemberi
perawatan dengan  Pasien dan

cara yang tepat. keluarga


memahami tanda
dan gejala bila
pasien
memburuk.

(Mosby, 2013)

D. PELAKSANAAN
Pelaksanaan asuhan keperawatan merupakan realisasi dari pada rencana
tindakan.Pelaksanaan memberikan asuhan keperawatan secara mandiri,
kolaboratif dan delegatif.Pada pelaksanaan terdiri dari beberapa kegiatan,
validasi, rencana keperawatan, mendokumentasikan rencana keperawatan,
memberikan asuhan keperawatan dan pengumpulan data.

E. EVALUASI
Evaluasi akhir asuhan keperawatan dilaksanakan mengacu pada tujuan dan
alokasi waktu yang ditentukan. Hasil yang di harapkan pada proses perawatan
pasien dengan tumor tulang adalah :
1. Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah tidak terjadi
2. Kekurangan volume cairan akan teratasi
3. Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
4. Integritas jaringan kulit membaik
5. Factor risiko infeksi tidak terjadi
6. Pengetahuan pasien meningkat

Anda mungkin juga menyukai