PUSKESMAS PAKIS
Di Susun Oleh :
Inggit -AOA018086
Jeki -AOA0180861
Fandi -AOA01808
1
LAPORAN PENDAHULUAN
DISPEPSIA
1.1 Pengertian
Dispepsia berasal dari bahasa Yunani (Dys) berarti sulit dan Pepse berarti
pencernaan. Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari
rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan
keluhan refluks gastroesofagus klasik berupa rasa panas di dada (heartburn) dan
regurgitasi asam lambung kini tidak lagi termasuk dispepsia (Mansjoer A edisi III,
2000 hal : 488).
Dispepsia atau sakit maag adalah sekumpulan gejala (sindrom) yang terdiri
dari nyeri atau rasa tidak nyaman di epigastrium, mual, muntah, kembung, rasa penuh
atau cepat kenyang, dan sering bersendawa. Biasanya berhubungan dengan pola
makan yang tidak teratur, makanan yang pedas, asam, minuman bersoda, kopi, obat-
obatan tertentu, ataupun kondisi emosional tertentu misalnya stress (Wibawa, 2006).
Dispepsia merupakan kumpulan gejala klinis (sindrom) yang terdiri dari rasa
tidak enak/sakit di perut bagian atas yang dapat pula disertai dengan keluhan lain,
perasaan panas didada di daerah jantung (heartburn), regurgitasi, kembung, perut
terasa penuh, cepat kenyang, bersendawa, anoreksia, mual, muntah, dan beberapa
keluhan lainnya. (Warpadji Sarwono, et all, 1996, hal. 26).
2
kelainan atau gangguan struktur organ berdasarkan pemeriksaan klinis,
laboratorium, radiologi, endoskopi (teropong saluran pencernaan).
a. Esofagus
Merupakan saluran yang menghubungkan tekak dengan lambung.
Panjang sekitar 25 cm mulai dari faring sampai pintu masuk cardiac
lambung. Lapisan dinding dari dalam keluar lapisan mukosa, submukosa,
lapisan otot melingkar esofagus terletak dibelakang trakhea dan depan tulang
belakang setelah melalui torak menembus difragma masuk .kedalam
abdomen menyambung dengan lambung.
b. Gaster (lambung)
Gaster merupakan bagian dari saluran pencernaan yang melebar
seperti kantong, terletak didalam rongga perut terutama didaerah epigastrik.
Sebagian terletak dibagian kiri daerah hipokondriak dan umbilikal. Dalam
3
keadaan kosong lambung berbentuk g dan dalam keadaan penuh lambung
berbentuk seperti buah dengan kapasitas normal lambung 1 sampai 2 liter.
Lambung terbagi atas cardiac gaster, fundus gaster, corpus gaster, antrum
pylorus, spinkter kedua pada ujung lambung untuk mengatur pengeluaran
dan pemasukkan, mengalirkan makanan masuk ke duodenum dan ketika
berkontraksi spinkter ini akan mencegah terjadinya aliran balik dari usus
kelambung.
4
a. fungsi reservoir, menyimpan makanan sehingga sedkit demi
sedikit akan dicerna dan akan masuk kedalam saluran cerna.
b. Fungsi pencampuran, memecahkan makanan menjadi partikel
- partikel kecil dan bercampur dengan getah lambung melalui
kontraksi otot yang mengelilingi lambung. Kontraksi
peristaltik diatur oleh satu irama listrik intrinsik dasar.
c. Fungsi pengosongan lambung, diatur pembukaan
spinkter pilorus dan dipengaruhi oleh viskositas (kekentalan),
volume, keasaman, aktifitas motorik, keadaan fisik serta
emosi, dan obat-obatan. Lambung biasanya kosong dalam
waktu empat jam setelah makan dapat lebih cepat atau lebih
lambat tergantung dari banyak makanan yang masuk.
5
Yaitu sebagai akibat melihat, mencium, memikirkan atau
mengecap makanan. Menyebabkan fase sefalik berasal dari
korteks serebri atau pusat nafsu makan, impuls eferen
kemudian dihantarkan melalui saraf vagus ke lambung.
Hasilnya kelenjar gastrik dirangsang mengeluarkan asam
HCL.
b) Fase gastrik
Dimulai antrum pilorus, distensi di antrum menyebabkan
terjadinya rangsangan mekanis dari reseptor-reseptor pada
dinding lambung, gastrik dilepaskan dari antrum kemudian
dibawa oleh aliran darah menuju kelenjar lambung untuk
merangsang sekresi pelepasan HCL.
c) Fase intestinal
Dimulai dari gerakan kimus dari lambung ke duodenum.
Adanya protein yang telah dicerna sebagian dalam duodenum
tampaknya merangsang pelepasan gastrin usus suatu hormon
yang menyebabkan lambung terus-menerus mensekresi cairan
lambung.
1.3 Etiologi
Beberapa perubahan dapat terjadi pada saluran cerna atas akibat proses penuaan,
terutama pada ketahanan mukosa lambung (Wibawa, 2006). Kadar lambung lansia
biasanya mengalami penurunan hingga 85%. Dispepsia disebabkan karena kelainan
organik, yaitu:
6
a. Gangguan penyakit dalam lumen saluran cerna: tukak gaster atau
duodenum, gastritis, tumor, infeksi bakteri Helicobacter pylori.
b. Obat-obatan: anti inflamasi non steroid (OAINS), aspirin, beberapa Jenis
antibiotik, digitalis, teofilin dan sebagainya.
c. Penyakit pada hati, pankreas, maupun pada sistem bilier seperti hepatitis,
pankreatitis, kolesistisis kronik.
d. Penyakit sistemik seperti diabetes mellitus, penyakit tiroid, penyakit
jantung koroner.
Dispepsia fungsional dibagi menjadi 3, yaitu:
a. Dispepsia mirip ulkus bila gejala yang dominan adalah nyeri ulu hati.
b. Dispepsia mirip dismotilitas bila gejala dominan adalah kembung, mual,
cepat kenyang.
c. Dispepsia non-spesifik yaitu bila gejalanya tidak sesuai dengan dispepsia
mirip ulkus dan dispepsia mirip dismotilitas.
Peranan pemakaian OAINS dan infeksi H. Pylori sangat besar pada kasus-
kasus dengan kelainan organic (Panchmatia, 2010).
1.4 Patofisiologi
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-zat
seperti nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres, pemasukan makanan
menjadi kurang sehingga lambung akan kosong, kekosongan lambung dapat
mengakibatkan erosi pada lambung akibat gesekan antara dinding-dinding lambung,
kondisi demikian dapat mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang akan
merangsang terjadinya kondisi asam pada lambung, sehingga rangsangan di medulla
oblongata membawa impuls muntah sehingga intake tidak adekuat baik makanan
maupun cairan.
7
Gambar Patofisiologi dispepsia akibat infeksi Helycobacter Pylori
8
1.5 Phatway
merusak flora
infeksi bakteri E.Coli pengeluaran BPH
bakteri sisa masuk ke usus Merangsang reseptor nyeri
Diare Iritasi dinding lambung Medulla spinalis
perasaan tidak nyaman Thalamus
Kurang cairan dibagian epigastrium
Korteks serebri
anorexia
respon nyeri
anorexia dalam waktu lama (hipermatabolik)
Nyeri
penurunan pembentukan ATP
kelelahan
intoleransi
aktivitas
9
1.6 Manifestasi Klinik
Klasifikasi klinis praktis, didasarkan atas keluhan gejala yang dominan,
membagi dyspepsia menjadi tiga tipe:
10
Jika dyspepsia menetap selama lebih dari beberapa minggu, atau tidak
memberi respon terhadap pengobatan, atau disertai penurunan berat badan
atau gejala lain yang tidak biasa, maka penderita harus menjalani pemeriksan.
1.7 Komplikasi
Penderita sindroma dispepsia selama bertahun-tahun dapat memicu adanya
komplikasi yang tidak ringan. Salah satunya komplikasi dispepsia yaitu luka
didinding lambung yang dalam atau melebar tergantung berapa lama lambung
terpapar oleh asam lambung. Bila keadaan dispepsia ini terus terjadi luka akan
semakin dalam dan dapat menimbulkan komplikasi pendarahan saluran cerna yang
ditandai dengan terjadinya muntah darah, dimana merupakan pertanda yang timbul
belakangan. Awalnya penderita pasti akan mengalami buang air besar berwarna hitam
terlebih dulu yang artinya sudah ada perdarahan awal. Tapi komplikasi yang paling
dikuwatirkan adalah terjadinya kangker lambung yang mengharuskan penderitanya
melakukan operasi. Adapun komplikasi dari didpepsia antara lain:
a. Perdarahan
b. Kangker lambung
c. Muntah darah
d. Ulkus peptikum
1.8 Pencegahan
Pola makan yang normal dan teratur, pilih makanan yang seimbang dengan
kebutuhan dan jadwal makan yang teratur, sebaiknya tidak mengkomsumsi makanan
yang berkadar asam tinggi, cabai, alkohol, dan pantang rokok, bila harus makan obat
karena sesuatu penyakit, misalnya sakit kepala, gunakan obat secara wajar dan tidak
mengganggu fungsi lambung.
11
1. Pemeriksaan laboratorium biasanya meliputi hitung jenis sel darah yang
lengkap dan pemeriksaan darah dalam tinja dan urine. Dari hasil pemeriksaan
darah bila ditemukan lekositosis berarti ada tanda-tanda infeksi. pada
pemeriksaan tinja, jika tampak cair berlendir atau banyak mengandung lemak
berarti kemungkinan menderta malabsorbsi. Seseorang diduga menderita
dispepsia tukak, sebaiknya diperiksa asam lambung (Hadi, 2002). Pada
karsinoma saluran pencernaan perlu diperiksa pertanda tumor, misalnya
dugaan karsinoma kolon perlu diperiksa CEA, dugaan karsinoma pankreas
perlu diperiksa CA 19-9 (Vilano et al, cit Hadi, 2002).
12
terhadap saluran makan bagian atas sebaiknya dengan kontras ganda. Pada
refluks gastroesofageal akan tampak peristaltik di esofagus yang menurun
terutama di bagian distal, tampak anti peristaltik di antrum yang meninggi
serta sering menutupnya pylorus, sehingga sedikit barium yang masuk ke
intestine (hadi, 2002). Pada tukak baik dilambung, maupun di duodenum akan
terlihat gambar yang disebut niche, yaitu suatu kawah dari tukak yang terisi
kontras media. Bentuk niche dari tukak yang jinak umumnya regular,
semisirkuler, dengan dasar licin. Kangker dilambung secara radiologis, akan
tampak massa yang ireguler tidak terlihat peristaltik di daerah kangker, bentuk
dari lambung berubah. Pankreatitis akut perlu dibuat foto polos abdomen,
yang akan terlihat tanda seperti terpotongnya usus besar (colon cuf off sign),
atau tampak dilatasi dari intestine terutama di jejunum yang disebut sentinel
loops.
5. Kadang dilakukan pemeriksaan lain, seperti pengukuran kontraksi
kerongkongan atau respon kerongkongan terhadap asam.
13
adsorben sehingga bersifat non toksik, namun dalam dosis besar akan
menyebabkan diare karena terbentuk senyawa Mgcl2.
2. Antikolenergik
Perlu diperhatikan, karena kerja obat ini tidak spesifik. Obat yang agak
selektif yaitu pirenzepin bekerja sebagai anti reseptor muskarinik yang
dapat mensenkresi asam lambung sekitar 28-43%. Pirenzepin juga
memiliki efek sitoprotektif.
3. Antagonis reseptor H2
Golongan obat ini banyak digunakan untuk mengobati dispepsia organik
atau esensial seperti tukak peptik. Obat yang termasuk golongan antagonis
reseptor H2 antara lain simetidin, roksatidin, ranitidin, dan famotidin.
14
proton yang
reversibel
5. Sitoprotektif
Prostoglandin sintetik seprti misoprostol (PGE1) dan enprostil
(PGE2). Selain bersifat sitoprotektif, juga menekan sekresi asam lambung
oleh sel parietal. Sukralfat berfungsi meningkatkan sekresi protoglandin
endogen, yang selanjutnya memperbaiki mikrosirkulasi, meningkatkan
produksi mukus dan meningkatkan sekresi bikarbonat mukosa, serta
membentuk lapisan protektif (site protective), yang bersenyawa dengan
protein sekitar lesi mukosa saluran cerna bagian atas (SCBA)
6. Golongan prokinetik
Obat yang termasuk golongan ini, yaitu sisaprid, domperidon, dan
metaklopramid. Golongan ini cukup efektif untuk mengobati dispepsia
fungsional dan refluks esofagitis dengan mencegah refluks dan
memperbaiki bersihan asam lambung (acid clearance)
15
kegunaan sisaprid terlarang di kebanyakan negara karena mengakibatkan efek
samping pada jantung. (Holtman et al 2006)
Di Jepang, itoprid yang merupakan dopamin antagonis D2 dengan kerja
menghambat acetylcholinesterase, sering diresepkan untuk pasien dispepsia
fungsional . walaupun obat ini tlah menunjukkan merangsang kemampuan
gerak spontan (motality) lambung, penelitian yang dirancang secara tepat,
acak dan controlled trials terahadap pasien dispepsia fungsional masih lemah.
Di jepang, itoprid diresepkan 50 mg untuk tiga kali sehari. Bagaimanapun,
respon kecil terhadap pemberian dosis harus dipandang dari populasi lainnya.
Penelitian yang dilakukan oleh Holtman dkk membandingkan antara
pasien dispepsia fungsional yang diberi resep placebo dan itoprid. Pasien
dispepsia fungsional secara acak menerima pengobatan itoprid (50, 100, atau
200 untuk tiga kali sehari) atau placebo. Setelah delapan minggu pengobatan,
tiga poin efikasi untuk di analisa: perubahan dasar berbagai gejala
16
TEORI KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
IDENTITAS
1. Identitas pasien: nama, umur, jenis kelamin, suku/ bangsa, agama,
pekerjaan, pendidikan, alamat.
2. Identitas penanggung jawab: nama, umur, jenis kelamin, agama,
pekerjaan, hubungan dengan pasien, alamat.
PENGKAJIAN
Alasan utama datang ke rumah sakit
Keluhan utama (saat pengkajian)
Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat pengobatan dan alergi
PENGKAJIAN FISIK
1. Keadaan umum: sakit/nyeri, status gizi, sikap, personal hygiene dan lain-
lain.
2. Data sistemik
a. Sistem persepsi sensori: pendengaran, penglihatan,
pengecap/penghidu, peraba, dan lain-lain
b. Sistem penglihatan: nyeri tekan, lapang pandang, kesimetrisan
mata, alis, kelopak mata, konjungtiva, sklera, kornea, reflek, pupil,
respon cahaya, dan lain-lain.
c. Sistem pernapasan: frekuensi, batuk, bunyi napas, sumbatan jalan
napas, dan lain-lain.
17
d. Sistem kardiovaskular: tekanan darah, denyut nadi, bunyi jantung,
kekuatan, pengisian kapiler, edema, dan lain-lain.
e. Sistem saraf pusat: kesadaran, bicara, pupil, orientasi waktu,
orientasi tempat, orientasi orang, dan lain-lain.
f. Sistem gastrointestinal: nafsu makan, diet, porsi makan, keluhan,
bibir, mual dan tenggorokan, kemampuan mengunyah,
kemampuan menelan, perut, kolon dan rektum, rectal toucher, dan
lain-lain.
g. Sistem muskuloskeletal: rentang gerak, keseimbangan dan cara
jalan, kemampuan memenuhi aktifitas sehari-hari, genggaman
tangan, otot kaki, akral, fraktur, dan lain-lain.
h. Sistem integumen: warna kulit, turgor, luka, memar, kemerahan,
dan lain-lain.
i. Sistem reproduksi: infertil, masalah menstruasi, skrotum, testis,
prostat, payudara, dan lain-lain.
j. Sistem perkemihan: urin (warna, jumlah, dan pancaran), BAK,
vesika urinaria.
3. Data penunjang
4. Terapi yang diberikan
5. Pengkajian masalah psiko-sosial-budaya-dan spiritual
a. Psikologi
Perasaan klien setelah mengalami masalah ini
Cara mengatasi perasaan tersebut
Rencana klien setelah masalahnya terselesaikan
Jika rencana ini tidak terselesaikan
Pengetahuan klien tentang masalah/penyakit yang ada
b. Sosial
Aktivitas atau peran klien di masyarakat
18
Kebiasaan lingkungan yang tidak disukai
Cara mengatasinya
Pandangan klien tentang aktivitas sosial di lingkungannya
c. Budaya
Budaya yang diikuti oleh klien
Aktivitas budaya tersebut
Keberatannya dalam mengikuti budaya tersebut
Cara mengatasi keberatan tersebut
d. Spiritual
Aktivitas ibadah yang biasa dilakukan sehari-hari
Kegiatan keagamaan yang biasa dilakukan
Aktivitas ibadah yang sekarang tidak dapat dilaksanakan
Perasaaan klien akibat tidak dapat melaksanakan hal
tersebut
Upaya klien mengatasi perasaan tersebut
Apa keyakinan klien tentang peristiwa/masalah kesehatan
yang sekarang sedang dialami
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri ulu hati berhubungan dengan iritasi dan inflamasi pada lapisan
mukosa, submukosa, dan lapisan otot lambung
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan disfagia,
esofagitis dan anorexia.
3. Ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan gastroenteritis
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
Rencana Keperawatan
a. Nyeri epigastrium berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung.
19
Tujuan : Terjadinya penurunan atau hilangnya rasa nyeri,
Kriteria hasil: klien melaporkan terjadinya penurunan atau hilangnya rasa
nyeri
INTERVENSI RASIONAL
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan rasa tidak enak setelah
makan, esofagitis dan anoreksia.
Tujuan : Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai rentang yang
diharapkan individu
Kriteria hasil: klien menyatakan pemahaman kebutuhan nutrisi
INTERVENSI RASIONAL
20
1. Pantau dan dokumentasikan dan 1. Untuk mengidentifikasi indikasi/
haluaran tiap jam secara adekuat perkembangan dari hasil yang
2. Timbang BB klien diharapkan
3. Berikan makanan sedikit tapi sering 2. Membantu menentukan
4. Catat status nutrisi paasien: turgor keseimbangan cairan yang tepat
kulit, timbang berat badan, integritas 3. Meminimalkan anoreksia, dan
mukosa mulut, kemampuan mengurangi iritasi gaster
menelan, adanya bising usus, 4. Berguna dalam mendefinisikan
riwayat mual/rnuntah atau diare. derajat masalah dan intervensi yang
5. Kaji pola diet klien yang tepat Berguna dalam pengawasan
disukai/tidak disukai. kefektifan obat, kemajuan
penyembuhan.
6. Monitor intake dan output secara
5. Membantu intervensi kebutuhan
periodik.
yang spesifik, meningkatkan intake
7. Catat adanya anoreksia, mual, diet klien.
muntah, dan tetapkan jika ada 6. Mengukur keefektifan nutrisi dan
hubungannya dengan cairan.
medikasi. Awasi frekuensi, volume, 7. Dapat menentukan jenis diet dan
konsistensi Buang Air Besar (BAB). mengidentifikasi pemecahan masalah
untuk meningkatkan intake nutrisi.
21
1. Awasi tekanan darah dan nadi, 1. Indikator keadekuatan volume
pengisian kapiler, status membran sirkulasi perifer dan hidrasi seluler.
mukosa, turgor kulit. 2. Klien tidak mengkomsumsi cairan
2. Awasi jumlah dan tipe masukan cairan, sama sekali mengakibatkan dehidrasi
ukur haluaran urine dengan akurat. atau mengganti cairan untuk masukan
3. Diskusikan strategi untuk kalori yang berdampak pada
menghentikan muntah dan penggunaan keseimbangan elektrolit.
laksatif/diuretik. 3. Membantu klien menerima perasaan
4. Identifikasi rencana untuk bahwa akibat muntah dan atau
meningkatkan/mempertahankan penggunaan laksatif/diuretik
keseimbangan cairan optimal mencegah kehilangan cairan lanjut.
misalnya : jadwal masukan cairan. 4. Melibatkan klien dalam rencana
5. Berikan/awasi hiperalimentasi IV untuk memperbaiki keseimbangan
untuk berhasil.
5. Tindakan daruat untuk memperbaiki
ketidak seimbangan cairan elektroli
22
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA TN S DENGAN DISPEPSIA
DI INSTALASI GAWAT DARURAT RS. MUHAMMADIYAH PLG
Tanggal masuk IGD RS : 22 Januari 2012
Tanggal pengkajian : 22 Januari 2012
Pukul : 10.00 WIB
23
Tidak ada penyakit bawaan dari keluarga
Pengkajian fisik
1. Keadaan umum:
Sakit/ nyeri : sedang 6
Status gizi : Kurus
Sikap : Menahan nyeri
Personal hygiene :
- Kuku : baik/ bersih
- Rambut : baik/ bersih
- Kulit : baik/ bersih
2. Data sistemik
a. Sistem persepsi sensori
Pendengaran : normal
Penglihatan : normal
Pengecap, penghidu : normal
Peraba : normal
Masalah keperawatan : Tidak ada
b. Sistem penglihatan
Nyeri tekan : tidak ada
Lapang pandang : normal
Kesimetrisan mata : simetris
Alis : sempurna
Kelopak mata : normal
Sklera : putih
Kornea : normal
Pupil : isokor
Masalah keperawatan : Tidak ada
24
c. Sistem pernapasan
Frekuensi : 18x/ menit, kualitas: normal
Batuk : tidak ada
Bunyi napas : vesikuler
Sumbatan jalan napas : tidak ada
Masalah keperawatan : Tidak ada
d. Sistem kardiovaskuler
Tekanan darah : 120/ 90 mmHg
Tekanan nadi : 72x/ menit, irama: teratur
Bunyi jantung : normal
Kekuatan : kuat, akral: dingin
Edema : tidak ada
Masalah keperawatan : Tidak ada
f. Sistem gastrointestinal
Nafsu makan : menurun
Diet : tidak ada
Porsi makan : 3 sendok
Keluhan : mual (+), muntah (+)
Bibir : kering
25
Mulut/ esofagus : normal, peradangan pada esofagus
Kemampuan mengunyah : kesulitan
Kemampuan menelan : nyeri telan
Perut : nyeri tekan bagian epigastrium
Kolon dan rektum BAB : diare
Gaster : terdapat peradangan pada lapisan
lambung, peningkatan HCL, infeksi
H.pylori & E.coli
Masalah keperawatan : Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh,
ketidakseimbangan cairan.
g. Sistem muskuloskeletal
Rentang gerak : penuh
Kemampuan berjalan : tidak mampu
Kemampuan memenuhi aktivitas sehari-hari: dibantu sebagian
Genggaman tangan : sangat kuat
Akral : dingin
Masalah keperawatan : intoleransi aktivitas
h. Sistem integumen
Warna kulit : normal
Turgor : normal
Luka : tidak ada
Memar : tidak ada
Kemerahan : tidak ada
Masalah keperawatan: tidak ada
i. Sistem perkemihan
Urine : jumlah/ 24 jam: cc
Warna : kuning
26
Pancaran urine: normal
BAK : normal
Vesika urinaria: normal
Masalah keperawatan: tidak ada
3. Data penunjang
Tidak ada
4. Terapi yang diberikan
Bed rest
Diet pencernaan
IVFD RL: NaCl, gtt 20x/ menit
Antacid 20-150 ml/ hari
Omeperazol 1x20mg/hari
Prioritas masalah
1. Nyeri ulu hati
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3. Ketidakseimbangan cairan
4. Intoleransi aktivitas
Diagnosa keperawatan
1. Nyeri ulu hati berhubungan dengan iritasi dan inflamasi pada lapisan
mukosa, submukosa, dan lapisan otot lambung
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan disfagia,
esofagitis dan anorexia.
3. Ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan gastroenteritis
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
27
Analisa data
28
3. DS: klien mengatakan Pengaruh OAINS (Aspirin) ketidakseimbangan
muntah >4x, tubuhnya Memblok prostaglandin cairan tubuh
lemas, BAB sering produksi HCL
DO: iritasi lapisan lambung
- klien Nampak lesu merusak flora
- Lemah infeksi bakter E.coli
- TD: 120/ 90 mmHg, diare
- N:72x/menit ketidakseimbangan cairan
- RR: 28, T: 36,6c tubuh
penurunan pembentukan
ATP
kelelahan
intoleransi aktivitas
29
Nursing Planning
31
- Identifikasi rencana untuk laksatif/diuretik mencegah kehilangan cairan
meningkatkan/mempertahankan lanjut
keseimbangan cairan optimal misalnya : - Melibatkan klien dalam rencana untuk
jadwal masukan cairan memperbaiki keseimbangan untuk berhasil
- Berikan/awasi hiperalimentasi IV - Tindakan daruat untuk memperbaiki ketidak
seimbangan cairan elektroli
4. Intoleransi aktivitas 10.30 Dalam 1x24 jam - kaji kemampuan klien untuk - untuk melakukan intervensi selanjutnya
berhubungan dengan masalah klien melakukan aktivitas dan catat laporan - Untuk mengetahui kondisi kklien
teratasi: kelelahan - Menjaga keamanan klien, dan menghemat
kelemahan fisik
-klien dapat - awasi vital sign: TD, nadi, pernapasan energi klien
melakukan sebelum dan sesudah aktivitas
aktivitas seperti - beri bantuan dalam melakukan
biasanya aktivitas
-klien Nampak
bersemangat
Nursing Implementation
- Mengkaji pola diet klien yang disukai/tidak disukai. - Nafsu makan meningkat
4. 1V 11.00 - mengkaji kemampuan klien untuk melakukan aktivitas - aktivitas klien dibantu keluarga
dan catat laporan kelelahan
- TD: 120/ 90 mmHg, N:72x/menit, RR: 28, T:36,6c
- mengawasi vital sign: TD, nadi, pernapasan sebelum dan
sesudah aktivitas - keluarga kooperatif
33
- menganjurkan keluarga membantu klien dalam
melakukan aktivitas
Evaluasi
35
- N:72x/menit
- RR: 28, T: 36,6c
- mual (+), muntah(+)
A: Masalah teratasi sebagian
P: intervensi dilanjutkan
36