Anda di halaman 1dari 9

TUGAS RESUM

MANAJEMEN SAFETY

Dosen Pembimbing:

DI SUSUN OLEH:

NAMA : ANDRIKUSNADI (AOA0180854)

KELAS MALEO DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MALANG

JL.PANJI SUROSO NO.16 KEL.POLOWIJEN,KEC.BELIMBING KOTA MALANG

TELP(0341)488762,EMAIL:STIKESKENDEDESMALANG@GMAIL.COM
RADIOLOGI DASAR ORTOPEDIA

Tujuan • Review secara sistematik pendekatan interpretasi X-ray ortopedia

• Rencana keperawatan sesuai dengan temuan x ray

Mengapa Perawat Perlu Belajar X-Ray?

• Menurunkan risiko cedera atau perburukan kondisi

• Merencanakan pemenuhan kebutuhan dasar

ABCs APPROACH

A◦ Adequacy, Alignment

B◦ Bones (tulang): Bentuk, densitas, fraktur, destruksi, osteofit

◦ Cartilage (Kartilago): sela sendi/ celah diskus intervertebralis

S◦ Soft Tissues (jaringan lunak): massa, kalsifikasi

ADEQUACY

• All x-rays should have an adequate number of views.

• All x-rays should have adequate penetration

ALIGNMENT (Kesegarisan)

• Alignment: hubungan anatomi antar tulang

• Normal x-rays should have normal alignment

• Kondisi fraktur atau dislokasi akan berdampak pada kesegarisan gambaran x-ray

BONES

• Kaji garis fraktur atau distorsi pada tulang

• Kaji keseluruhan panjang tulang

• Adakah fraktur?

CARTILAGE

• Kaji jarak sendi tulang rawan (cartilage on xrays, may can not be seen)
• Jarak sendi yang lebar mengindikasikan injuri ligamen atau fraktur

SOFT TISSUES

• Identifikasi jaringan lunak yang bengkak dan efusi sendi

• These can be signs of occult fractures

ANATOMI TULANG

• Deskripsikan lokasi abnormalitas tulang dgn

proses pertumbuhan tulang: Diaphysis, metaphysis or epiphysis

Struktur tulang

• Bagian medula tulang lebih gelap dibandingkan bagian korteks tulang

Anatomi sendi

• Persendian umumnya ada cairan sinovial, bandingkan 2 garis tulang dengan jaringan
kartilago dan kapsul cairan sinovial

ANS: SPIRAL FRACTURE

• Fraktur spiral terjadi secara spiral di sepanjang sumbu panjang tulang

• They are usually caused by a rotational force

ANS: TRANSVERSE FRACTURE

• Fraktur transversal terjadi tegak lurus terhadap sumbu panjang tulang

• To fully describe the fracture, this is a closed midshaft transverse humerus fracture

PEMERIKSAAN PENUNJANG GANGGUAN PENGLIHATAN

Pemeriksaan mata

Pemeriksaan mata dapat dibedakan dalam :

1. Pengamatan

2. Pemeriksaan
3. Gejala penyakit atau kelainan

Pengamatan

Dapat dilihat pada saat masuk ruang periksa

apakah pasien :

1. Dibimbing keluarga

2. Masuk dengan memegang satu sisi kepala

3. Mata berdarah

Dibimbing keluarga : penglihatannya terganggu, kelainan bola mata,dan lapang


pandangan sepit

.pemeriksaan Tajam Penglihatan

1.uji lubang kecil,

2. Fogging test

3.uji celah stenopik

4.uji silinder silang

5.uji duokrom

6.uji dominan mata

7.uji mengetahui adanya ambliopia

Pemeriksaan tajam penglihatan

 Pemeriksaan tajam penglihatan dapat

dilakukan dengan kartu snellen dan bila kurang maka dapat diukur dengan menentukan
kemampuan melihat jumlah jari (hitung jari) atau proyeksi sinar

1.Periksaan dengan snellen

Dengan kartu snellen ini dapat ditentukan tajam penglihatan seperti :

 Bila penglihatan 6/6 maka ia dapat melihat huruf pada jarak 6 meter, orang normal 6 m

 Hanya bisa membaca pada huruf baris yang menunjukkan angka 30, berarti 6/30

Pemeriksaan dengan alat


Pemeriksaan dapat juga dilakukan dengan alat. Masing – masing alat mempunyai fungsi

tersendiri untuk menilai keadaan mata.

1. Loupe dengan lampu :untuk melihat obyek yang kecil, agar lebih jelas

A.Tonometer :untuk mengukur tekanan intraokuler

B Oftalmoskop :untuk melihat bagian dalam mata atau fundus okuli

C.Kampimeter atau perimeter untuk mengukur luas lapangan pandang

D.Fluorescein: untuk melihat adanya defek epitel kornea

E.Anel tes: untuk menilai fungsi ekskresi lakrimal

F.Eksoftalmometer hertel: mengukur penonjolan bola mata

G.Uji Ishihara: untuk menguji buta warna

H.Uji kisi – kisi amsler: untuk mengetahui fungsi penglihatan sentral makula

I. Papan placido: untuk melihat keadaan permukaan kornea

J.Gonioskopi:untuk melihat keadaan sudut bilik mata

K.USG:untuk melihat struktur abnormal pada mata

Gejala pada kelainan mata

Kedudukan dan pergerakan bola mata Kedudukan bola mata :

 Normal

 Exopthalmus

 Enoftalmus

 Strabismus : exotropia,eksoforia dll.

Pergerakan bola mata :

 Normal

 Nistagmus

Kelainan pada kelopak mata

Kelainan pada kelenjar lekrimalis


Kelainan pada konjungtiva

.Kelainan bola mata

1 Kelainan kornea

2 Kelainan pada pupil

3 Kelainan pada khoroid

Diagnosa melalui keluhan

Diagnosa dapat ditegakkan, salah satunya dengan anamnesa, yang paling sering muncul:

1. Kelopak mata berdenyut

2.Sakit kepala

3.Madarosis

4.Sakit pada pergerakan bola mata

5.Mata gatal dan berair

6.Mata kotor,berlendir

7.Fotofobia

8.Mikropsia=>melihat benda lebih kecil

9.Kelopak mata bengkak

10.Penglihatan turun mendadak pada suatu mata

11.Gelap atau penglihatan turun pd 2 mata CVA

12 Diplopia

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK GANGGUAN TELINGA


Gangguan Pendengaran

Tuli Konduksi (gang. Telinga luar dan telinga tengah)

Tuli Sensori (gang. Telinga dalam pada koklea, N. VIII) Bunyi normal (Frekuensi 20 Hz-
18.000 Hz) Pendengaran efektif (200 Hz-2000 Hz)

AUDIOLOGI
ILMU yg mempelajari tentang seluk beluk fungsi pendengaran Audiologi terbagi:

1. Audiologi dasar

2. Audiologi khusus

. Audiologi Dasar

pengetahuan mengenai nada murni, bising, gang. Pendengaran Jenis Audiologi Dasar:

1. Pelana Tes

2. Tes berbisik

3. Audiometri nada murni

. Audiologi Khusus

membedakan tuli sensorineural, audiologi anak, audiologi industri.

Pemeriksaan Pendengaran

1. Tes pelana (Tes kualitatif)

2. Jenis tes pelana:

1) Tes Rinne

2) Tes Webber

3) Tes Schwabach

alat yg digunakan -----garpu tala Frek: 128 Hz, 256 Hz, 512 Hz, 1024 Hz dan 2048 Hz

Pemeriksaan Pendengaran

1. Tes pelana (Tes kualitatif)

2. Jenis tes pelana:

1) Tes Rinne

2) Tes Webber

3) Tes Schwabach

alat yg digunakan -----garpu tala Frek: 128 Hz, 256 Hz, 512 Hz, 1024 Hz dan 2048 Hz 2.
Penderita:
mata ditutup telinga yg diperiksa dihadapkan ke pemeriksa

* penderita disuruh mengulang kata dg jelas & keras

3. Pemeriksa

a. Cara membisikkan: dg udara cadangan paru sesudah ekspirasi normal. Diucapkan dg


lambat, terang, mulut tdk ditutup

b. Kata2 yg dibisikkan:

* satu atau dua suku kata, tidak boleh singkatan

* kata dikenal penderita

* mengandung huruf lunak (k,l,m,n,g) atau desis (s,f,c)

Pelaksanaan:

* dibisikkan kata mulai jarak 1m, mundur tiap 1m s/d jarak 6m

* batas mendengar: 80% dari yang dibisikkan

• hasil: 6m : normal

4m – 5m : praktis normal

2m – 3m : tuli ringan

1m : tuli sedang

10 cm : tuli berat Kwalitatif: - Tuli konduksi (tuli bas): tdk dengar huruf lunak

Tuli persepsi: tdk dengar huruf desis

AUDIOMETRI

Pada pem Audiometri, dibuat grafik (Audiogram) yang merupakan: ambang pendengaran
lewat hantaran tulang (bone conduction=BC) hantaran udara (air conduction=AC) Hasil:

0-25 db: normal

25-40 db: tuli ringan

40-55 db: tuli sedang

55-70 db: tuli sedang berat

70-90 db: tuli berat


>90 db: tuli sangat berat

Anda mungkin juga menyukai