DISPEPSIA
Disusun Oleh :
NIM. 20149011006
A. DEFINISI
Dyspepsia atau dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa tida
enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan (Arif, 2000). Dyspepsia merupaka
kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari nyeri ulu hati, mual,kembung, muntah, rasa penuh, atau cepa
Sedangkan menurut Aziz (1997), sindrom dyspepsia merupakan kumpulan gejala yang sudah dikena
sejak lama, terdiri dari rasa nyeri epigastrium, kembung, rasa penuh, serta mual-mual. Dispepsia merupaka
kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap ata
mengalami kekambuhan keluhan refluks gastroesofagus klasik berupa rasa panas di dada (heartburn) da
regurgitasi asam lambung kini tidak lagi termasuk dispepsia (Mansjoer A edisi III, 2007).
Dispepsia adalah keluhan yang diasosiasikan sebagai akibat dari kelainan saluran makanan bagian ata
yang berupa nyeri perut bagian atas, perih, mual, yang kadang-kadang disertai rasa panas di dada dan perut
lekas kenyang, anoreksia, kembung, regurgitasi, banyak mengeluarkan gas asam dari mulut (Hadi, 2009).
Sedangkan menurut Mansjoer, Triyanti, Savitri, Wardhani dan Setiowulan, (2008). Dispepsia merupaka
kumpulan keluhan gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak enak atau sakit di perut bagian atas yang menetap atau
mengalami kekambuhan.
B. ETIOLOGI
Seringnya, dispepsia disebabkan oleh ulkus lambung atau penyakit acid reflux. Jika anda memilik
penyakit acid reflux, asam lambung terdorong ke atas menuju esofagus (saluran muskulo membranosa yan
membentang dari faring ke dalam lambung). Hal ini menyebabkan nyeri di dada. Beberapa obat-obatan, sepert
obat anti-inflammatory, dapat menyebabkan dispepsia. Terkadang penyebab dispepsia belum dapat ditemukan
Kanker lambung
a. Dispepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai penyebabnya (misalnya tukak
b. Dispepsia non organik atau dyspepsia fungsional atau dyspepsia non ulkus (DNU), bila tidak jela
penyebabnya.
C. MANIFESTASI KLINIS
Klasifikasi klinis praktis, didasarkan atas keluhan/gejala yang dominan, membagi dispepsia menjadi tig
tipe :
d. Nyeri episodic
a. Mudah kenyang
b. Perut cepat terasa penuh saat makan
c. Mual
d. Muntah
3. Dispepsia non-spesifik (tidak ada gejala seperti kedua tipe diatas) (Mansjoer, et al, 2007).
Sindroma dispepsia dapat bersifat ringan, sedang, dan berat, serta dapat akut atau kronis sesuai denga
perjalanan penyakitnya. Pembagian akut dan kronik berdasarkan atas jangka waktu tiga bulan.
Nyeri dan rasa tidak nyaman pada perut atas atau dada mungkin disertai dengan sendawa dan suar
usus yang keras (borborigmi). Pada beberapa penderita, makan dapat memperburuk nyeri; pada penderit
yang lain, makan bisa mengurangi nyerinya. Gejala lain meliputi nafsu makan yang menurun, mual
Jika dispepsia menetap selama lebih dari beberapa minggu, atau tidak memberi respon terhada
pengobatan, atau disertai penurunan berat badan atau gejala lain yang tidak biasa, maka penderita haru
menjalani pemeriksaan.
D. PATOFISIOLOGI
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-zat seperti nikotin dan alkoho
serta adanya kondisi kejiwaan stres, pemasukan makanan menjadi kurang sehingga lambung akan kosong
kekosongan lambung dapat mengakibatkan erosi pada lambung akibat gesekan antara dinding-dinding lambung
kondisi demikian dapat mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang akan merangsang terjadinya kondis
asam pada lambung, sehingga rangsangan di medulla oblongata membawa impuls muntah sehingga intake tida
DISPEPSIA
Perubahan pada
Nyeri
Muntah status kesehatan
Nyeri Akut
Defisit Pengetahuan
Hipovolemia
Defisit Nutrisi Nausea
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium : lebih banyak ditekankan untuk menyingkirkan penyebab organik lainnya seperti antara lai
pankreasitis kronis, DM. Pada dispepsia biasanya hasil laboratorium dalam batas normal.
2. Pemeriksaan radiologi yaitu, OMD dengan kontras ganda, serologi helicobacter pylori.
3. Endoskopi
b. Patologi anatomi
G. PENATALAKSANAAN
penatalaksanaan dispepsia, yang dibedakan bagi sentra kesehatan dengan tenaga ahli (gastroenterolog atau
internis) yang disertai fasilitas endoskopi dengan penatalaksanaan dispepsia di masyarakat. Pengobatan dispepsi
Golongan obat ini mudah didapat dan murah. Antasida akan generalisir sekresi asam lambung
Antasida biasanya mengandung Na bikarbonat, Al(OH)3, Mg(OH)2, dan Mg triksilat. Pemberian antasi
jangan terus menerus, sifatnya hanya simtomatis, untuk mengurangi rasa nyeri. Mg triksilat dapat dipaka
dalam waktu lebih lama, juga berkhasiat sebagai absorben sehingga bersifat nontoksik, namun dalam dosi
2. Antikolinergik
Perlu diperhatikan, karena kerja obat ini tidak spesifik. Obat yang agak selektif yaitu pirenzepin
bekerja sebagai anti reseptor muskarinik yang dapat menekan seksresi asama lambung sekitar 28-43%
3. Antagonis reseptor H2
Golongan obat ini banyak digunakan untuk mengobati dispepsia organik atau esensial seperti tukak
peptik. Obat yang termasuk golongan antagonis respetor H2 antara lain simetidin, roksatidin, ranitidin, da
famotidin.
Golongan obat ini mengatur sekresi asam lambung pada stadium akhir dari proses sekresi asam
lambung. Obat-obat yang termasuk golongan PPI adalah omeperazol, lansoprazol, dan pantoprazol.
5. Sitoprotektif
Prostoglandin sintetik seperti misoprostol (PGE1) dan enprostil (PGE2). Selain bersifat sitoprotektif
juga menekan sekresi asam lambung oleh sel parietal. Sukralfat berfungsi meningkatkan sekres
meningkatkan sekresi bikarbonat mukosa, serta membentuk lapisan protektif (site protective), yan
bersenyawa dengan protein sekitar lesi mukosa saluran cerna bagian atas (SCBA).
6. Golongan prokinetik
Obat yang termasuk golongan ini, yaitu sisaprid, domperidon, dan metoklopramid. Golongan in
cukup efektif untuk mengobati dispepsia fungsional dan refluks esofagitis dengan mencegah refluks dan
Pada pasien dengan dispepsia fungsional, karena tidak jarang keluhan yang muncul berhubungan
dengan faktor kejiwaan seperti cemas dan depresi (Sawaludin, 2005) . Sedangkan penatalaksanaan No
Menghindari faktor resiko sepeti alcohol, makanan yang pedas, obat-obatan yang belebihan, nikoti
A. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses dimana kegiatan yang dilakukan yaitu:
Mengumpulkan data, mengelompokkan data dan menganalisa data. Data fokus yang berhubungan
dengan dispepsia meliputi adanya nyeri perut, rasa pedih di ulu hati, mual kadang-kadang muntah,
nafsu makan berkurang, rasa lekas kenyang, perut kembung, rasa panas di dada dan perut, regurgitasi
(keluar cairan dari lambung secar tiba-tiba). (Mansjoer A, 2000, Hal. 488).
Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis (sindrom) yang terdiri dari rasa tidak
enak/sakit diperut bagian atas yang dapat pula disertai dengan keluhan lain, perasaan panas di dada
daerah jantung (heartburn), regurgitasi, kembung, perut terasa penuh, cepat kenyang, sendawa,
anoreksia, mual, muntah, dan beberapa keluhan lainnya (Warpadji Sarwono, et all, 1996, hal. 26)
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
5. Defisit Pengetahuan b.d. ketidaktahuan menemukan sumber informasi dan kurang terpapar
informasi
Hari / tgl / waktu Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil Rencana Keperawatan
anjuran
diperlukan
- Medication Management
a. Memantau efektivitas modalitas
administrasi pengobatan
obat
keracunan obat
nontherapeutic
pemeberian obat
dan gejala.
segar)
k. Persiapan transfuse
- Hypovolemia management
b. Pelihara IV line
c. Monitor tingkat Hb dan hematokrit
intake oral
makanan dan mengabsorbsi - Nutritional status: Food and Fluid a. Kaji adanya alergi makanan
nutrisi badan
perkembangan
ketidaktahuan menemukan
- Knowledge : disease process - Teaching : disease process
sumber informasi dan
- Knowledge : helat behavior a. Berikan penilaian tentang tingkat
kurang terpapar informasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pengetahuan pasien tantang proses
tepat
pengontrolan penyakit.
penanganan
diindikasikan
Ansietas b.d. krisis NOC : NIC :
situasional
- Anxiety self - control - Anxiety Reduction (penurunan
teknik relaksasi
kecemasan.
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
E. EVALUASI KEPERAWATAN
Brunner & Suddart.2002. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Vol. 2. Jakarta: EGC
Herdman, T.H dan Kamitsuru. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015 –
Mansjoer, A., Triyanti, K., Savitri, R., Wardhani, W.L, dan Setiowulan, W.1999. Kapita
Suryono Slamet, et al.2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 2. Jakarta: FKUI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan