Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

DISPEPSIA

Disusun Oleh :

EKA NUR WIDIAWATI

NIM. 20149011006

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YPIB MAJALENGKA


PROGRAM PROFESI NERS
MAJALENGKA
2020/2021
KONSEP PENYAKIT DISPEPSIA

A. DEFINISI

Dyspepsia atau dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa tida

enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan (Arif, 2000). Dyspepsia merupaka

kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari nyeri ulu hati, mual,kembung, muntah, rasa penuh, atau cepa

kenyang, sendawa (Dharmika, 2001).

Sedangkan menurut Aziz (1997), sindrom dyspepsia merupakan kumpulan gejala yang sudah dikena

sejak lama, terdiri dari rasa nyeri epigastrium, kembung, rasa penuh, serta mual-mual. Dispepsia merupaka

kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap ata

mengalami kekambuhan keluhan refluks gastroesofagus klasik berupa rasa panas di dada (heartburn) da

regurgitasi asam lambung kini tidak lagi termasuk dispepsia (Mansjoer A edisi III, 2007).

Dispepsia adalah keluhan yang diasosiasikan sebagai akibat dari kelainan saluran makanan bagian ata

yang berupa nyeri perut bagian atas, perih, mual, yang kadang-kadang disertai rasa panas di dada dan perut

lekas kenyang, anoreksia, kembung, regurgitasi, banyak mengeluarkan gas asam dari mulut (Hadi, 2009).

Sedangkan menurut Mansjoer, Triyanti, Savitri, Wardhani dan Setiowulan, (2008). Dispepsia merupaka

kumpulan keluhan gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak enak atau sakit di perut bagian atas yang menetap atau

mengalami kekambuhan.

B. ETIOLOGI

Seringnya, dispepsia disebabkan oleh ulkus lambung atau penyakit acid reflux. Jika anda memilik

penyakit acid reflux, asam lambung terdorong ke atas menuju esofagus (saluran muskulo membranosa yan

membentang dari faring ke dalam lambung). Hal ini menyebabkan nyeri di dada. Beberapa obat-obatan, sepert

obat anti-inflammatory, dapat menyebabkan dispepsia. Terkadang penyebab dispepsia belum dapat ditemukan

Penyebab dispepsia secara rinci adalah:


 Menelan udara (aerofagi)

 Regurgitasi (alir balik, refluks) asam dari lambung

 Iritasi lambung (gastritis)

 Ulkus gastrikum atau ulkus duodenalis

 Kanker lambung

 Peradangan kandung empedu (kolesistitis)

 Intoleransi laktosa (ketidakmampuan mencerna susu dan produknya)

 Kelainan gerakan usus

 Stress psikologis, kecemasan, atau depresi

 Infeksi Helicobacter pylory

Penyebab dispepsia dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :

a. Dispepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai penyebabnya (misalnya tukak

peptic, gastritis, pankreastitis, kolesistitis dan lainnya).

b. Dispepsia non organik atau dyspepsia fungsional atau dyspepsia non ulkus (DNU), bila tidak jela

penyebabnya.

C. MANIFESTASI KLINIS

Klasifikasi klinis praktis, didasarkan atas keluhan/gejala yang dominan, membagi dispepsia menjadi tig

tipe :

1. Dispepsia dengan keluhan seperti ulkus, dengan gejala :

a. Nyeri epigastrum terlokalisasi

b. Nyeri hilang setelah makan atau pemberian antacid

c. Nyeri saat lapar

d. Nyeri episodic

2. Dispepsia dengan gejala seperti dismotilitas, dengan gejala seperti :

a. Mudah kenyang
b. Perut cepat terasa penuh saat makan

c. Mual

d. Muntah

e. Upper abdominal boating

f. Rasa tak nyaman bertambah saat makan

3. Dispepsia non-spesifik (tidak ada gejala seperti kedua tipe diatas) (Mansjoer, et al, 2007).

Sindroma dispepsia dapat bersifat ringan, sedang, dan berat, serta dapat akut atau kronis sesuai denga

perjalanan penyakitnya. Pembagian akut dan kronik berdasarkan atas jangka waktu tiga bulan.

Nyeri dan rasa tidak nyaman pada perut atas atau dada mungkin disertai dengan sendawa dan suar

usus yang keras (borborigmi). Pada beberapa penderita, makan dapat memperburuk nyeri; pada penderit

yang lain, makan bisa mengurangi nyerinya. Gejala lain meliputi nafsu makan yang menurun, mual

sembelit, diare dan flatulensi (perut kembung).

Jika dispepsia menetap selama lebih dari beberapa minggu, atau tidak memberi respon terhada

pengobatan, atau disertai penurunan berat badan atau gejala lain yang tidak biasa, maka penderita haru

menjalani pemeriksaan.

D. PATOFISIOLOGI

Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-zat seperti nikotin dan alkoho

serta adanya kondisi kejiwaan stres, pemasukan makanan menjadi kurang sehingga lambung akan kosong

kekosongan lambung dapat mengakibatkan erosi pada lambung akibat gesekan antara dinding-dinding lambung

kondisi demikian dapat mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang akan merangsang terjadinya kondis

asam pada lambung, sehingga rangsangan di medulla oblongata membawa impuls muntah sehingga intake tida

adekuat baik makanan maupun cairan.


E. PATHWAY

DISPEPSIA

Dispepsia Organik Dispepsia Fungsional

Stres Nikotin & Alkohol

Merangsang saraf simpati Respon mukosa lambung


N. Ke-V (Nervus Vagus)

Vasodilatasi mukosa gaster Eksfeliasi


(Pengelupasan)
↑ Produksi HCL di
Lambung

HCL kontak dengan


Ansietas
mukosa gaster
Mual

Perubahan pada
Nyeri
Muntah status kesehatan

Nyeri Akut
Defisit Pengetahuan
Hipovolemia
Defisit Nutrisi Nausea

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Laboratorium : lebih banyak ditekankan untuk menyingkirkan penyebab organik lainnya seperti antara lai

pankreasitis kronis, DM. Pada dispepsia biasanya hasil laboratorium dalam batas normal.

2. Pemeriksaan radiologi yaitu, OMD dengan kontras ganda, serologi helicobacter pylori.

3. Endoskopi

a. CLO (Rapid urea test)

b. Patologi anatomi

c. Kultur mikroorganisme jaringan

d. PCR (Polymerase Chain Reaction)

G. PENATALAKSANAAN

Berdasarkan Konsensus Nasional Penanggulangan Helicobacter pylori 1996, ditetapkan skem

penatalaksanaan dispepsia, yang dibedakan bagi sentra kesehatan dengan tenaga ahli (gastroenterolog atau

internis) yang disertai fasilitas endoskopi dengan penatalaksanaan dispepsia di masyarakat. Pengobatan dispepsi

mengenal beberapa golongan obat, yaitu:

1. Antasida 20-150 ml/hari

Golongan obat ini mudah didapat dan murah. Antasida akan generalisir sekresi asam lambung

Antasida biasanya mengandung Na bikarbonat, Al(OH)3, Mg(OH)2, dan Mg triksilat. Pemberian antasi

jangan terus menerus, sifatnya hanya simtomatis, untuk mengurangi rasa nyeri. Mg triksilat dapat dipaka

dalam waktu lebih lama, juga berkhasiat sebagai absorben sehingga bersifat nontoksik, namun dalam dosi

besar akan menyebabkan diare karena terbentuk senyawa MgCl2.

2. Antikolinergik
Perlu diperhatikan, karena kerja obat ini tidak spesifik. Obat yang agak selektif yaitu pirenzepin

bekerja sebagai anti reseptor muskarinik yang dapat menekan seksresi asama lambung sekitar 28-43%

Pirenzepin juga memiliki efek sitoprotektif.

3. Antagonis reseptor H2

Golongan obat ini banyak digunakan untuk mengobati dispepsia organik atau esensial seperti tukak

peptik. Obat yang termasuk golongan antagonis respetor H2 antara lain simetidin, roksatidin, ranitidin, da

famotidin.

4. Penghambat pompa asam (proton pump inhibitor = PPI)

Golongan obat ini mengatur sekresi asam lambung pada stadium akhir dari proses sekresi asam

lambung. Obat-obat yang termasuk golongan PPI adalah omeperazol, lansoprazol, dan pantoprazol.

5. Sitoprotektif

Prostoglandin sintetik seperti misoprostol (PGE1) dan enprostil (PGE2). Selain bersifat sitoprotektif

juga menekan sekresi asam lambung oleh sel parietal. Sukralfat berfungsi meningkatkan sekres

prostoglandin endogen, yang selanjutnya memperbaiki mikrosirkulasi, meningkatkan produksi mukus da

meningkatkan sekresi bikarbonat mukosa, serta membentuk lapisan protektif (site protective), yan

bersenyawa dengan protein sekitar lesi mukosa saluran cerna bagian atas (SCBA).

6. Golongan prokinetik

Obat yang termasuk golongan ini, yaitu sisaprid, domperidon, dan metoklopramid. Golongan in

cukup efektif untuk mengobati dispepsia fungsional dan refluks esofagitis dengan mencegah refluks dan

memperbaiki bersihan asam lambung (acid clearance) (Mansjoer et al, 2007).

7. Psikoterapi dan psikofarmaka (obat anti - depresi dan cemas)

Pada pasien dengan dispepsia fungsional, karena tidak jarang keluhan yang muncul berhubungan

dengan faktor kejiwaan seperti cemas dan depresi (Sawaludin, 2005) . Sedangkan penatalaksanaan No

Farmakologinya adalah sebagai berikut:


 Menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam lambung.

 Menghindari faktor resiko sepeti alcohol, makanan yang pedas, obat-obatan yang belebihan, nikoti

rokok, dan stress.

 Atur pola makan.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA DISPEPSIA

A. PENGKAJIAN

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses dimana kegiatan yang dilakukan yaitu:

Mengumpulkan data, mengelompokkan data dan menganalisa data. Data fokus yang berhubungan

dengan dispepsia meliputi adanya nyeri perut, rasa pedih di ulu hati, mual kadang-kadang muntah,

nafsu makan berkurang, rasa lekas kenyang, perut kembung, rasa panas di dada dan perut, regurgitasi

(keluar cairan dari lambung secar tiba-tiba). (Mansjoer A, 2000, Hal. 488).

Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis (sindrom) yang terdiri dari rasa tidak

enak/sakit diperut bagian atas yang dapat pula disertai dengan keluhan lain, perasaan panas di dada

daerah jantung (heartburn), regurgitasi, kembung, perut terasa penuh, cepat kenyang, sendawa,

anoreksia, mual, muntah, dan beberapa keluhan lainnya (Warpadji Sarwono, et all, 1996, hal. 26)

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nausea b.d. iritasi lambung

2. Nyeri Akut b.d. agen pencedera fisiologis

3. Hipovolemia b.d. kehilangan cairan aktif


4. Defisit Nutrisi b.d. ketidakmampuan mencerna makanan dan mengabsorbsi nutrien

5. Defisit Pengetahuan b.d. ketidaktahuan menemukan sumber informasi dan kurang terpapar

informasi

6. Ansietas b.d. krisis situasional


C. INTERVENSI KEPERAWATAN

Hari / tgl / waktu Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil Rencana Keperawatan

Nausea b.d. iritasi lambung NOC: NIC :

- Nausea - Nausea management

- Fluid volume, risk for dificient a. Tanyakan pada pasien penyebab

Setelah dilakukan tindakan keperawatan mual

selama … mual pasien teratasi dengan b. Observasi asupan makanan dan

kriteria hasil: cairan

c. Anjurkan pasien untuk makan


a. Pasien menyatakan penyebab mual
makanan yang kering, lunak
dan muntah
d. Berikan obat anti mual sesuai yang
b. Pasien mengambil langkah untuk
diresepkan
mengatasi episode mual dan muntah
e. Ajarkan tehnik relaksasi dan bantu
c. Pasien mengingesti zat gizi yang cukup
pasien untuk menggunakan tehnik
untuk mempertahankan kesehatan
tersebut selama waktu makan
d. Pasien mengambil langkah untuk
f. Pada saat mual mereda anjurkan
meyakinkan nutrisi yang adekuat
pada saat mual reda untuk makan makanan yang berlebih

e. Pasien mempertahankan berat badan

dalam rentang tertentu yang


- Fluid/ Electrolit Management
diharapkan
a. Berikan terapi IV sesuai dengan

anjuran

b. Berikan obat antimetic sesuai anjuran

c. Pantau tanda-tanda vital, bila

diperlukan

d. Pantau makanan dan cairan yang

dikonsumsi dan hitung asupan kalori

setiap hari, jika diperlukan

e. Pantau status hidrasi (misalnya

membrane mukosa lembab,

keadekuatan nadi, tekanan darah

ortostatik) jika diperlukan

- Medication Management
a. Memantau efektivitas modalitas

administrasi pengobatan

b. Memantau pasien untuk efek terapi

obat

c. Pantau tanda – tanda dan gejala dari

keracunan obat

d. Memonitor efek samping obat

e. Memonitor interaksi obat

nontherapeutic

Nyeri Akut b.d. agen NOC : NIC :

pencedera fisiologis - Pain management


- Pain level,

a. Lakukan pengkajian nyeri secara


- Pain control,
komperehensif termasuk lokasi,

- Comfort level karakteristik, durasi, frekuensi,

kualitas dan faktor presipitasi


Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama …. pasien tidak mengalami nyeri, b. Observasi reaksi nonverbal dari

dengan kriteria hasil: ketidaknyamanan

c. Evaluasi pengalaman nyeri masa


a. Mampu mengontrol nyeri (tahu
lampau
penyebab nyeri, mampu menggunakan
d. Pilih dan lakukan penanganan nyeri
tehnik nonfarmakologi untuk
(farmakologi, non farmakologi, dan
mengurangi nyeri, mencari bantuan)
interpersonal)
b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang
e. Ajarkan tentang tehnik non
dengan menggunakan manajemen
farmakologi
nyeri
f. Evaluasi keefektifan control nyeri
c. Mampu mengenali nyeri (skala,

intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)

d. Menyatakan rasa nyaman setelah - Analgesic administration

nyeri berkurang a. Tentukan lokasi, karakteristik,

kualitas, dan derajat nyeri sebelum

pemeberian obat

b. Cek instruksi dokter tentang jenis


obat, dosis, dan frekuensi

c. Cek riwayat alergi

d. Berikan analgesic tepat waktu

terutama saat nyeri hebat

e. Evaluasi efektivitas analgesic, tanda

dan gejala.

Hipovolemia b.d. NOC : NIC :

kehilangan cairan aktif


- Fluid balance - Fluid management

- Hydration a. Pertahankan catatan intake dan

- Nutritional status: Food and Fluid output yang akurat

Intake b. Monitor status hidrasi (kelembaban

Setelah dilakukan tindakan keperawatan membrane mukosa, nadi adekuat,

selama…kekurangan cairan dapat teratasi tekanan darah ortostatik), jika

dengan kriteria hasil: diperlukan.

a. Mempertahankan urine output sesuai c. Monitor vital sign


dengan usia dan BB, BJ urine normal, d. Monitor masukan makanan/ cairan

HT normal dan hitung intake kalori harian

b. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh e. Kolaborasikan pemberian cairan IV

dalam batas normal f. Monitor status nutrisi

c. Tidak ada tanda dehidrasi, elastisitas g. Dorong masukan oral

turgor kulit baik, membrane mukosa h. Dorong keluarga untuk membantu

lembab, tidak ada rasa haus yang pasien makan

berlebihan i. Tawarkan snack (jus buah, buah

segar)

j. Atur kemungkinan transfuse

k. Persiapan transfuse

- Hypovolemia management

a. Monitor status cairan termasuk

intake dan output cairan

b. Pelihara IV line
c. Monitor tingkat Hb dan hematokrit

d. Monitor tanda vital

e. Dorong pasien untuk menambah

intake oral

Defisit Nutrisi b.d. NOC : NIC :

ketidakmampuan mencerna - Nutritional status: - Nutrition management

makanan dan mengabsorbsi - Nutritional status: Food and Fluid a. Kaji adanya alergi makanan

nutrien Intake b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk

- Nutritional status: Nutrient Intake menunjukkan jumlah kalori dan

- Weight control nutrisi yang dibutuhkan pasien

Setelah dilakukan asuhan selama.... c. Berikan makanan yang terpilih

diharapkan ada peningkatan BB pada (sudah dikonsultasikan dengan ahli

pasien dan tidak ada tanda-tanda gizi)

malnutrisi dengan kriteria hasil: d. Monitor jumlah nutrisi dan

a. Adanya peningkatan berat badan kandungan kalori


sesuai dengan tujuan

b. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi - Nutrition monitoring

badan a. BB pasien dalam batas normal

c. Mampu mengidentifikasi kebutuhan b. Monitor adanya penurunan berat

nutrisi badan

d. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi c. Monitor kulit kering dan perubahan

e. Menunjukkan peningkatan fungsi pigmentasi

pengecapan dari menelan d. Monitor turgor kulit

f. Tidak terjadi penurunan berat badan e. Monitor mual dan muntah

yang berarti f. Monitor kadar albumin, total protein,

Hb, dan kadar Ht.

g. Monitor pertumbuhan dan

perkembangan

h. Monitor pucat, kemerahan, dan

kekeringan jaringan konjungtiva

i. Monitor kalori dan intake nutrisi


Defisit Pengetahuan b.d. NOC : NIC :

ketidaktahuan menemukan
- Knowledge : disease process - Teaching : disease process
sumber informasi dan
- Knowledge : helat behavior a. Berikan penilaian tentang tingkat
kurang terpapar informasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pengetahuan pasien tantang proses

selama… pasien tidak mengalami masalah penyakit yang spesifik

pada nafasnya dengan kriteria hasil: b. Jelaksan patofisiologi dari penyakit

dan bagaimana hal ini berhubungan


a. Pasien dan keluarga menyatakan
dengan anatomi dan fisiologi, dengan
pemahaman tentang penyakit, kondisi,
cara yang tepat
prognosis, dan program pengobatan.
c. Gambarakan tanda dan gejala yang
b. Pasien dan keluarga mampu
biasa muncul pada penyakit, dengan
melaksanakan prosedur yang
cara yang tepat
dijelaskan secara benar.
d. Gambarakan proses penyakit, dengan
c. Pasien dan keluarga mampu
cara yang tepat
menjelaskan kembali apa yang
e. Identifikasi kemungkinan penyebab,
dijelaskan perawat / tim kesehatan
lainnya. dengan cara yang tepat

f. Sedikan informasi pada pasien

tentang kondisi, dengan cara yang

tepat

g. Diskusikan perubahan gaya hidup

yang mungkin diperlukan untuk

mencegah komplikasi di masa yang

akan datang dan atau proses

pengontrolan penyakit.

h. Diskusikan pilihan terapi atau

penanganan

i. Dukung pasien untuk mengeksplorasi

atau mendapatkan second opinion

dengan cara yang tepat atau

diindikasikan
Ansietas b.d. krisis NOC : NIC :

situasional
- Anxiety self - control - Anxiety Reduction (penurunan

- Anxiety level kecemasan)

- Coping a. Gunakan pendekatan yang

Setelah dilakukan tindakan keperawatan menenangkan.

selama… pasien tidak mengalami masalah b. Nyatakan dengan jelas harapan

pada nafasnya dengan kriteria hasil: terhadap pelaku pasien.

c. Jelaskan semua prosedur dan apa


a. Klien mampu mengidentifikasi dan
yang dirasakan selama prosedur.
mengungkapkan gejala cemas.
d. Temani pasien untuk memberikan
b. Mengidentifikasi, mengungkapkan
keamanan dan mengurangi takut
dan menunjukkan teknik untuk
e. Dengarkan penuh perhatian.
mengontrol cemas.
f. Identifikasi tingkat kecemasan
c. Vital sign dalam batas normal
g. Bantu pasien mengenal situasi yang
d. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa
menimbulkan kecemasan.
tubuh dan tingkat aktivitas
h. Dorong pasien mengungkapkan
menunjukkan berkurangnya
kecemasan. perasaan, ketakutan, persepsi.

i. Instruksikan pasien menggunakan

teknik relaksasi

j. Berikan obat untuk mengurangai

kecemasan.
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana/intervensi keperawatan oleh

perawat terhadap pasien.

E. EVALUASI KEPERAWATAN

Evaluasi dilaksanakan berdasarkan tujuan dan outcome.


DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart.2002. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Vol. 2. Jakarta: EGC

Doengoes. E. M, et al.2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. Jakarta: EGC

Hadi, S.1995. Gastroenterologi Edisi 4. Bandung: Alumni

Herdman, T.H dan Kamitsuru. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015 –

2017 Edisi 10. EGC : Jakarta

Manjoer, A, et al.2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jakarta: Medika aeusculapeus

Mansjoer, A., Triyanti, K., Savitri, R., Wardhani, W.L, dan Setiowulan, W.1999. Kapita

Selekta Kedokteran. Jilid 1. Edisi 1. Jakarta: Media Aesculapius

Price & Wilson.1994. Patofisiologi, Edisi 4, Jakarta: EGC

Suryono Slamet, et al.2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 2. Jakarta: FKUI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan

Indikator Diagnostik Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI

Warpadji Sarwono, et al.1996. Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta: FKUI

Anda mungkin juga menyukai