Oleh :
NITA SEPTIANI
NIM. 202006027
Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan ini dibuat untuk memenuhi tugas
Profesi Ners Departemen Anak pada tanggal 29 Maret – 17 April 2021 oleh
mahasiswa STIKES KARYA HUSADA KEDIRI.
NIM : 202006027
2. Etiologi
Adapun yang menjadi penyebab dari kolik abdomen yaitu :
a. Alergi
b. Intoleransi laktosa
c. Gangguan pencernaan yang dihubungkan dengan kondisi bayi
prematur
d. Produksi gas dalam saluran cerna yang berlebihan
e. Usus yang sensitif terhadap jenis protein tertentu
f. Bayi mengalami kesulitan buang angin dan konstipasi
g. Bayi yang lahir prematur dengan kondisi sistem saraf yang
berkembang dengan baik
3. Klasifikasi
a. Kolik abdomen visceral
Berasal dari organ dalam, visceral di mana intervasi berasal dari
saraf memiliki respon terutama terhadap distensi dan kontraksi otot,
bukan karena iritasi lokal, robekan atau luka karakteristik nyeri
visceral diantaranya sulit terlokalisir, tumpul, samar, dan cenderung
beralih ke area dengan struktur embrional yang sama.
b. Kolik abdomen alih
Nyeri yang dirasakan jauh dari sumber nyeri akibat penjalaran
serabut saraf (Reeves, 2011).
4. Manifestasi Klinis
a. Napsu makan berkurang
b. Keram (abdomen tengah sampai bawah)
c. Kemudian terjadi muntah (fekulen)
d. Peningkatan bising usus
e. Nyeri tekan difusi minimal
f. Bayi menanis intens tanpa alasan yang jelas
5. Patofisiologi
Peristiwa patofisiologi yang terjadi setelah obstruksi usus adalah
sama, tanpa memandang apakah obstruksi usus tersebut diakibatkan
oleh penyebab mekanik atau fungsional. Perbedaan utamanya adalah
obstruksi paralitik, paralitik dihambat dari permulaan, sedangkan pada
obstruksi mekanik peristaltic mula-mula diperkuat kemudian intermiten
akhirnya hilang.
Limen usus yang tersumbat profesif akan terenggang oleh cairan
dan gas. Akumulasi gas dan Ciaran didalam lumen usus sebelah
proksimal dari letak obstruksi mengakibatkan distensi dan kehilangan
H2O dan elektrolit dengan peningkatan distensi maka tekanan
intramulen meningkat, menyebabkan penurunan tekanan vena dan
kapiler arteri sehingga terjadi iskemia dinding usus dan kehilangan
cairan menuju ruang peritoneum akibatnya terjadi pelepasan bakteri dan
toksin dari usus, bakteri yang berlangsung cepat menimbulkan
peritonitis septik ketika terjadi kehilangan cairan yang akut maka
kemungkinan terjadi syok hipovolemik. Keterlambatan dalam
melakukan pembedahan atau jika terjadi stranggulasi akan
menyebabkan kematian.
Ileus obstruktif merupakan penyumbatan intestinal mekanik yang
terjadi karena adanya daya mekanik yang bekerja atau mempengaruhi
dinding usus sehingga menyebabkan penyempitan/ penyumbatan lumen
usus.Hal tersebut menyebabkan pasase lumen usus terganggu.Akan
terjadi pengumpulan isi lumen usus yang berupa gas dan cairan, pada
bagian proximal tempat penyumbatan, yang menyebabkan pelebaran
dinding usus (distensi).
Sumbatan usus dan distensi usus menyebabkan rangsangan
terjadinya hipersekresi kelenjar pencernaan.Dengan demikian
akumulasi cairan dan gas makin bertambah yang menyebabkan distensi
usus tidak hanya pada tempat sumbatan tetapi juga dapat mengenai
seluruh panjang usus sebelah proximal sumbatan.Sumbatan ini
menyebabkan gerakan usus yang meningkat (hiperperistaltik) sebagai
usaha alamiah.Sebaliknya juga terjadi gerakan anti peristaltic.Hal ini
menyebabkan terjadi serangan kolik abdomen.
6. WOC
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Sinar X abdomen menunjukkan gas atau cairan di dalam usus.
b. Barium enema menunjukkan kolon yang terdistensi, berisi udara atau
lipatan sigmoid yang tertutup.
c. Penurunan kadar serium natrium, kalium dan klorida akibat muntah,
peningkatan hitung SDP dengan nekrosis, strangulasi atau peritonitis
dan peningkatan kadar serum amilase karena iritasi pannkreas oleh
lipatan khusus.
d. Arteri gas darah dapat mengindikasikan asidosis atau alkalosis
metabolic.
e. Nilai hemoglobin dan hematokrit, untuk melihat kemungkinan
adanya perdarahan atau dehidrasi
f. Hitung leukosit dapat menunjukanadanya proses peradangan
g. Hitung trombosit dan faktor koagulasi, disamping diperlukan untuk
persiapan bedah, juga dapat membantu menegakkan diagnosa yang
lainya.
8. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan kolik abdomen secara Non farmakologi yaitu :
1) Koreksi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
2) Terapi Na+, K+, komponen darah
3) Ringer laknat untuk mengoreksi kekurangan cairan interstisial
4) Dekstrosa dan air untuk memperbaiki kekurangan cairan
intraseluler
5) Implementasikan pengobatan untuk syok dan teritonitis
6) Hyperalimentasi untuk mengoreksi defisiensi protein karena
Obstruksi kronik, ileusparalitik atau infeksi
7) Reseksi usus dengan anastomosis dari ujung ke ujung
8) Ostomibarrel-ganda jika anastomosis dari ujung ke ujung
terlalu beresiko
9) Kolostomi lingkaran untuk mengalihkan aliran feses dan
mendekompresi usua dengan reseksi usus yang dilakukan
sebagai prosedur ke dua
1) Komplikasi
a. Kolik ureter ( tersumbatnya aliran-aliran dari ginjal ke usus )
b. Kolik biliaris
c. Kolik intestinal ( obstruksi usus, lewatnya isi usus yang terhalang )
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas klien
b. Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan klien sebelum MRS dan saat MRS.
Biasanya klien mengeluh nyeri perut, defans muscular, muntah, dan
lain-lain.
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang: Bagaimana serangan itu timbul,
lokasi, kualitas, dan faktor yang mempengaruhi dan memperberat
keluhan sehingga dibawa ke RS.
2) Riwayat kesehatan dahulu: Mengkaji apakah klien pernah sakit
seperti yang dirasakan sekarang dan apakah pernah menderita HT
atau penyakit keturunan lainya yang dapat mempengaruhi proses
penyembuhan klien.
3) Riwayat kesehatan keluarga. Gambaran mengenai kesehatan
keluarga dan adakah penyakit keturunan atau menular.
d. Pola-pola fungsi kesehatan
1) Pola pesepsi dan tata laksana hidup sehat. Perubahan
penatalaksanaan dan pemeliharaan kesehatan sehingga dapat
menimbulkan perawatan diri.
2) Pola nutrisi dan metabolisme. Terjadi gangguan nutrisi karena
klien merasakan nyeri sehingga tidak toleran terhadap makanan
dan klien selalu ingin muntah.
3) Pola eliminasi. Terjadi gangguan karena klien tidak toleran
terhadap makanan sehingga terjadi konstipasi.
4) Pola aktivitas dan latihan. Akan terjadi kelemahan dan kelelahan.
5) Pola persepsi dan konsep diri. Tidak terjadi gangguan/ perubahan
dalam diri klien.
6) Pola sensori dan kognitif. Kurangnya pengetahuanakan
menyebabkan kolik abdomen yang berulang.
7) Pola reproduksi dan seksual. Tidak terjadi dalam gangguan dalam
pola reprodusi dan seksual.
8) Pola hubungan peran. Kemungkinan akan terjadi perubahan peran
selama klien sakit sehubungan dengan proses penyakit.
9) Pola penanggulangan stress. Bagaimana cara klien mengatasi
masalahnya.
10) Pola tata nilai dan kepercayaan. Tidak terjadi gangguan pada
pola tata nilai dan kepercayaan.
e. Pemeriksaan fisik
1) Status kesehatan umum. Akan terjadi ntyeri perut yang hebat,
akibat proses penyakitnya.
2) System respirasi. Sesuai dengan derajat nyerinya, jika nyerinya
ringan kemungkinan tidak terjadi sesak, tapi jika derajat nyerinya
hebat/ meninggi akan terjadi sesak.
3) System kardiovaskuler. Bisa terjadi takikardi, brodikardi, dan
distritmia atau penyakit jatung lainya.
4) System pernafasan. Nyeri abdomen, pusing/ sakit kepala karena
sinar.
5) System gastrointestinal. Pada system gastrointestinal didapatkan
intoleran terhadap makanan/ nafsu makan berkurang, muntah.
6) System ganitourinaria/ elliminasi. Terjadi konstipasi akibat
terhadap makanan.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis
b. Risiko defisit nutrisi b.dketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
c. Hipertermia b.d proses penyakit infeksi
d. Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi
3. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa SLKI SIKI
1. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan Manjemen nyeri
agen pencedera asuhan keperawatan Observasi:
fisiologis diharapkan: 1. Identifikasi lokasi,
1. Keluhan nyeri karakteristik, durasi,
menurun frekuensi, kualitas,
2. Meringis menurun intensitas nyeri.
3. Sikap protektif 2. Identifikasi skala nyeri
menurun 3. Identifikasi respons nyeri
4. Kesulitan tidur non verbal
menurun 4. Identifikasi faktor yang
5. Frekuensi nadi memperberat dan
membaik memperingan nyeri
5. Monitor keberhasilan
terapi komplementer yang
sudah diberikan
6. Monitor efek samping
penggunaan analgesic.
Terapeuti:
7. Berikan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
(terapi bermain, kompres
hangat/dingin)
8. Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
9. Fasilitasi istirahat dan
tidur
10. Pertimbangakan jenis
dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi:
11. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
12. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
Kolaborasi:
13. Kolaborasi pemberian
analgesic
4. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana
tindakan keperawatan.Sebelum melaksanakan tindakan keperawatan
yang telah direncanakan, perawat perlu memvalidasi apakah rencana
tindakan keperawatan masih dibutuhkan dan sesuai dengan kondisi
klien saat ini (Damaiyanti, 2012).
5. Evaluasi Keperawatan
Menurut Trimelia (2011) evaluasi dilakukan dengan berfokus pada
perubahan perilaku Klien setelah diberikan tindakan
keperawatan.Keluarga juga perlu dievaluasi karena merupakan sistem
pendukung yang penting.
C. TRIGEER CASE/ NARASI KASUS
An. B usia 11 bulan di bawa orang tuanya ke RS, karena tiga hari
menangis terus disertai demam. Saat dilakukan pemerikasaan didapatkan
nyeri tekan (+) pada perut bawah kanan dan kiri, abdomen teraba
keras.Klien tampak menangis kencang saat posisi tidurnya
dirubah.Semenjak sakit BB klien menurun, makan hanya habis 3 sendok
tiap porsi yang disediakan. S: 390C, N: 120, RR: 30x/menit. Ibu pasien
mengatakan belum mengetahui kenapa An.B terus menerus. Ibu pasien
mengatakan belum mengetahui penyebab anaknya seperti ini.
ANALISA DATA
Data Diagnosa Paraf
DS:
- Menurut keluarga Nyeri akut
anakya sudah tiga hari
ini menangis terus
menerus disertai
demam.
DO:
- Nyeri tekan (+) pada
bagian perut bawah
kanan dan kiri
- Abdomen teraba keras
- Klien tampak
kesakitan
- Klien tampak
menangis kencang saat
posisi tidurnya dirubah
- Gelisah
- Sulit tidur
- S: 390C
- N: 120
- RR: 30x/menit
DO:
- Nafsu makan
berkurang
- kembung (-)
- mual (-)
- muntah (-)
- BB awal: 10, 2kg
- BB sekarang: 8, 5 kg
DS: Hipertermia
- Menurut keluarga
anakya sudah tiga hari
ini menangis terus
menerus disertai
demam.
DO:
- Akral teraba hangat
- Kulit merah
- S: 390C
- N: 120
- RR: 30x/menit
DIAGNOSA KEPERAWATAN
09.30
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
09.30
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
09.30
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN