Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN NYERI ABDOMEN

Disusun untuk Memenuhi Tugas Kep. kgd

Disusun oleh kelompok 3 :

1. Afiqri Rahma Putra


2. Elsi Audina Sari
3. Pipit Hutria
4. Rahmi Hastuti

Dosen pembimbing: Ns. Tiurmaida Simandalahi, M.Kep.

PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KEPERAWATAN

STIKES SYEDZA SAINTIKA PADANG

TAHUN AJARAN 2020


KATA PENGANTAR

Alhamdulillahhirabil alamin penulis ucapkan karena atas berkat rahmat Allah


SWT serta karunia-Nya yang tak terhingga, penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “askep kegawatdaruratan nyeri abdomen ” ini tepat pada waktunya.
Penyusunan karya ilmiah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
KGD. Kami menyadari akan keterbatasan kemampuan kami,maka dari itu penulis
mengharapakan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak, sehingga penulis
dapat menghasilkan karya yang lebih baik di masa yang akan datang. Penulis berharap
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis pada khususnya dan semua
pembaca pada umumnya.

Padang , April 2020

                                                                                                                                 
Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI………….……………………………………………………………....i

KATA PENGANTAR……………………………………………………………......ii

BAB I PENDAHULUAN

A.   Latar belakang……………………………………………………....…………....1

B.   Tujuan………………………………………………………….....……………....1

B.   Rumusan Masalah…..………………………………………….....………...........1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A.  Definisi..........................................................…………………………..........3

B Evaluasi awal ..................................... ... ………………………......….........3

C.   Pemeriksaan fisik........................... ………..……………………....……….....4

D.   Prosedur..............................................…..………………....………….........6

E.   Kegawatdaruratan abdomen khusus...........………………....…………............6

BAB III ASKEP KEGAWATDARURATAN NYERIABDOMEN

BAB IV PENUTUP

A.   Kesimpulan………………………………………………………………...........33

B.   Saran…………………………………………………………………...…..........33

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….................34

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Nyeri abdomen ini dapat didefinisikan apakah di intra abdomen atau ekstra
abdomen, penyebab dari nyeri abdomen diklasifikasikan dari nyeri pencernaan,
perkemihan, kardiovaskuler, paru atau neurogenik. Penentuan awal etiologi nyeri sering
tidak mungkin dilakukan, pasien yang mengeluh nyeri abdomen harus ditangani segera
atau dianggap kondisi gawat darurat sampai akhirnya terbukti sebalikna. Penanganan
awal harus diarahkan untuk mengidentifikasi dan mengobati penyebab rasa sakit. Fokus
pada riwayat nyeri pasie. Lokasi nyeri dapat menentukan kajian selanjutnya. Tanyakan
adanya nyeri yang beradiasi dan adanya perubahan posisi tubuh atau gerakan tubuh yang
dapat mempengaruhi nyeri. Keluhan nyeri didahului sebelumnya dengan muntah
(dibandingkan rasa nyeri yang muncul sebelum muntah) dan nyeri berat yang
berlangsung selama 6 jam atau lebih cenderung berkaitan dengan kondisi bedah.
Pertimbangan lainnya :
a. Anoreksia , nausea dan muntah merupakan salah satu indikator keparahan dan
luasnya iritasi paritoneal
b. Kolik-nyeri abdomen lokal, nyeri tajam dan nyeri semakin meningkat bahkan
sampai puncak kemudian reda- mengindikasikan tingkatan penyakit dari organ
visera yang berkontraksi berkaitan dengan adanya batu, obstruksi dan sebagainya
c. Identifikasi kapan terakhir BAB terutama untuk pasien usia lanjut dan pasca
operasi
d. Tentukan riwayat medis masa lalu yang berkaitan seperti riwayat operasi di area
abdomen dan mengidap penyakit menula.
B. Tujuan
1. Untuk memahami dan mengetahui konsep dari nyeri abdomen
2. Untuk mengetahui pengkajian dari askep kgd nyeri abdomen
3. Mengetahui diagnosa dan asuhan keperawatan sesuai pada pasien nyeri abdomen
4. Untuk mengetahui asuhan keperawatan kgd nyeri abdomen

C. Rumusan masalah
1. Bagaimana konsep dasar nyeri abdomen?

1
2. Apa saja yang dikaji pada pasien dengan nyeri abdomen?
3. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan nyeri abdomen ?

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Nyeri abdomen ini dapat didefinisikan apakah di intra abdomen atau ekstra
abdomen, penyebab dari nyeri abdomen diklasifikasikan dari nyeri pencernaan,
perkemihan, kardiovaskuler, paru atau neurogenik. Penentuan awal etiologi nyeri
sering tidak mungkin dilakukan, pasien yang mengeluh nyeri abdomen harus
ditangani segera atau dianggap kondisi gawat darurat sampai akhirnya terbukti
sebalikna. Penanganan awal harus diarahkan untuk mengidentifikasi dan mengobati
penyebab rasa sakit.
B. Evaluasi awal
1. Riwayat
Fokus pada riwayat nyeri pasie. Lokasi nyeri dapat menentukan kajian
selanjutnya. Tanyakan adanya nyeri yang beradiasi dan adanya perubahan posisi
tubuh atau gerakan tubuh yang dapat mempengaruhi nyeri. Keluhan nyeri
didahului sebelumnya dengan muntah (dibandingkan rasa nyeri yang muncul
sebelum muntah) dan nyeri berat yang berlangsung selama 6 jam atau lebih
cenderung berkaitan dengan kondisi bedah. Pertimbangan lainnya :
e. Anoreksia , nausea dan muntah merupakan salah satu indikator keparahan
dan luasnya iritasi paritoneal
f. Kolik-nyeri abdomen lokal, nyeri tajam dan nyeri semakin meningkat
bahkan sampai puncak kemudian reda- mengindikasikan tingkatan penyakit
dari organ visera yang berkontraksi berkaitan dengan adanya batu, obstruksi
dan sebagainya
g. Identifikasi kapan terakhir BAB terutama untuk pasien usia lanjut dan pasca
operasi
h. Tentukan riwayat medis masa lalu yang berkaitan seperti riwayat operasi di
area abdomen dan mengidap penyakit menula.

3
C. Pemeriksaan fisik

Tanda tanda vital

Tanda tada vital yang tidak normal mungkin dapat menjadi indikator dari rasa nyeri,
tetapi yang lebih penting memberikan pengertian selama proses seperti berikut ini :

1. Takikardia dan hipotensi dapat menjadi indikator kekurangan volume atau


sepsis. Kondisi ini dapat menjadi tidak tepat oada orang tua dan pada mereka
yang menggunakan terapi beta-blocker
2. Takipnea dan penurunan saturasi oksigen dapat menunjukkan proses infeksi akut
3. Demam menunjukkan adanya infeksi tetapi tidak selalu tanda tersebut muncul,
terutama pada lanjut usia dan pasien yang mendapat terapi imunisasi.

Asesmen respirasi dan kardiovaskuler

Pengkajian area ini harus menjadi perhatian, pada pasien dengan nyeri abdomen
bagian atas dapat dinyatakan adanya pneumonia atau iskemia jantung

Asesmen abdomen

Inspeksi : pertimbangan ekspresi wajah pasien, penggunaan otot abdomen,


kenyamanan posisi, dan gerakan tubuh

TABEL 28-1 POLA NYERI ABDOMEN DAN KEMUNGKINAN PENYEBABNYA


Nyeri difus Nyeri epigastrik Kuadran kiri atas
1. Gastroenteritis akut 1. Gastroetenteritis akut 1. Gastritis atau PUD
2. Sickle sel krisis 2. Pud gerd 2. Pneumonia lobus
3. Dka 3. AAA kiri bawah
4. Peritonitis 4. Viscus ferforasi awal 3. Infark atau ruptur
5. Ibs 5. Pankreatitis akut splen
6. Obstruksi usus 6. Miokard infark akut 4. Leukimmia,
7. Konstipasi mononucleusis
Kuadran kanan atas 5. Kolik renal
Kuadran kiri bawah 1. Hepatitis, batu empedu, abses kiri,pyelonephritis
1. Torsi ovarium atau 2. Pneumonia lobus kanan 6. Herpes zoster
kista ruptur bawah Kuadran kanan
2. Pid, salpingitis 3. Pyelonephiritis kanan atau bawah
3. Hernia inguinalis kolik 1. Hernia inguinal
4. Drivertikulitis 4. Herpes zoster 2. Apendiksitis akut

4
5. Ruptur ektopik 5. Hepatomegali 3. Torsi ovarium kista
ruptur
4. PID, ovrian abses
atau salpingitis
5. Ruptur ektopik
6. Meckles
divertikulitis,
mesenteric adenitis

Selama pemeriksaan sebagai isyarat lokasi, intenitas, dan kemungkinan dar etiologi
nyeri

1. Auskultasi : auskultasi abdomen di keempat kuadran meliputi frekuensi, dan


karakteristik bising usus. Bising usus normal 5 sampai 35 kali pe menit.
Dengarkan bunyi dari aorta abdominal dan ginjal, iiaka dan arteri inguinal.
Indikator terbaik yang menunjukkan adanya peristaltik usus adalah adanya
flatus.
2. Perkusi : perkusi pembesaran hati atau limpa. Tepi hati harus lembut di area
margin kosta kanan. Kaji suara timpani normal untuk organ berlumen/ berongga
da suara dullness normal untuk organ dolid/padat
3. Palpasi : palpasi adanya kekakuan abdomen, nyeri, massa dan hernia

Posisi
1. Pasien yang dengan tidak nyaman bergerak ditempat tidur cenderung memiliki
etiologi yang srius
2. Pasien yang berbaring secara kaku atau dengan posisi fetus merupakan posisi
klasik dari peritonitis posisi tersebut di asumsikan oleh pasien untuk
menghindari iritasi pada peritoneal

D. Prosedur diagnostik
1. Pemeriksaan laboratorium dasar, termasuk hitung darah lengkap dan panel metabolik
lengkap dilakukan secara rutin. Direkomendasikan pemeriksaan amilase dan lipase
secara bersamaan pada pasien dengan nyeri epigastrik

5
2. The american collage of radiology merekomendasikan ultrasonografi untuk mengkaji
nyeri dikuadran atas abdomen, dan computer tomography (CT) untuk mengkaji nyeri
abdomen kuadran kanan dan kiri bawah. Hal tersebut menjadi pertimbangan untuk
populasi khusus seperti orang tua yang kemungkinan muncul dengan gejala atipikal
(atipikal yang khas pada orang tua)

E. Kegawatdaruratan abdomen khusus


1. Peritonotis

Peritonotis primer tejadi ketika mikroorganisme masuk melalui darah ke


rongga peritonium. Peritonitis sekunder memiliki insiden yang lebih sering . hal
ini terjadi saat adnya kebocoran organ abdomen dan melepskan isinya (empedu,
enzim dan bakteri) ke dalam rongga peritoneal. Peritontis kimia akan diikuti oleh
peritonitis bakteri pada beberapa jam kemudian. Kemungkinan penyebabnya
adalah sebagai berikut :

a. Ruptur apendik
b. Pankreatis
c. Trauma tembus (luka tembak) atau luka dari pisau
d. Peritoneal dialisis

Tanda gejala

1. Tanda syok hipovolemik disebabkan kareana perpindahan cairan dengan


jumlah yang banyak kedalam peritneum
2. Nyer tekan pada lokasi yang terkena. Namun demikian jika terjadi perporasi
pasien dapat merasa sedikit lega untuk sementara akibat menurunnya tekanan
(presure) yang kemudian diikuti nyeri yang signifikan (severe) sangat nyeri
pada umumnya
3. Mempertahankan atau melindungu area nyeri dengan memberikan posisi
dimana pasien menolak untuk dilakukan di daerah abdomen tersebut
4. Kekakuan otot abdomen atau abdomen seperti papan (karena spasme otot
akibat iritasi dan perforasi)

Prosedur diagnostik

Untuk semua kondisi, riwayat kesehatan, pemeriksaa fisik, dan pemeriksaan


laboratorium umum (darah lengkap), eletrolit) dianjurkan secara dilakukan

6
secara rutin. Slain prosedur diagnostik rutin, pemeriksaan fisik meliputi hal
berikut :

1. Positif nyeri lepas : lakukan palapasi secara mendalam, nyeri bertambah


karena iritasi perineum
2. Uji markle : pasien berdiri kemudian berjinjit dengan lutut lurus dan suruh
untuk turun kebawah ke kedua tumit untuk menguji adanya iritasi peritoneal.
Suatu alternatif pada pasien adalah dengan eminta pasien melompat dengan
satu kaki. Ketika pasien berada dalam kondisi dalam tidak nyaman,
pengkajian yang sama dapat dilakukan dengan cara mengetuk secara tegas
area tumit pasien dengan posisi supine (terlentang) hal ini akan
mengakibatkan getaran didaerah peritonium.

Intervensi terapeutik
Kondisi kegawatdaruratan abdomen akut memerlukan penanganan standar :
1. Paksakan pasien padang NGT dan mulai istirahatkan kerja usus
2. Pasang akses intravena ganti cairan da elektrolit sesuai indikasi
3. Berikan analgesik, antimetik, dan antibiotik yang telah diresepkan
4. Antisiasi perlunya intervensi bedah

2. Gatroenteritis akut
Gatroenteritis akut dapat disebabkan oleh bakteri, vurys, atau kimia. Pasien ini
dapat ditemukan dengan kondisi dehidrasi pasien umut=r yang sngat muda atau
orang tua rentan mengalami hipovolemia.

Tanda gejala
1. Diare disertai mual dan muntah
2. Nyeri biasanya berkarakteristik menyabar, terkadang disertai keram, nyari
pada abdomen bagian bawah
3. Demam
4. Tanda dehidrasi seperti tachycardi, kulit hangat dan kering
5. Adanya spenomegali menunjukkan gastroenteritis karna bakteri
6. Kaji riwayat anggota keluarga yang memakan makanan yang sama untuk
menyingkirkan kemungkinan adanya keracnan makanan. Kaji juga riwayat

7
perjalanan pasien ke negara-negara terbelakang untuk melihat indikasi
terjangkit parasit usus

Prosedur diagnostik

1. Pemeriksaan telur dan uji parasit pada feses


2. Elektrokardiogram direkomendasikan untuk pasien perempuan, diabetes dan
orang tua disertai dengan adanya kelainan jantung
3. Konsumsi doxin pada populasi lanjut usia
4. Singkirkan kemungkinan ependeksitis karena gajela mirip satu sama lain
5. Bedakan dari gastritis (kuadran kiri atasa atau nyeri epigastrium atau adanya
tendernes), iritasi mukosa, gaster paling sering diakibatkan oleh rokok,
alkohol, atau obat-obatan

Intervensi terapeutik

1. Tetapkan akses intra vena (lakukan pemasangan infus) untuk menggantikan


cairan dan elektrolit seperti yang direkomendasikan
2. Berikan anti mual
3. Fasilitasi terapi untuk mengontrol nyeri jika diperlukan
4. Sebagian besar gastroenteritis nyeri diperlukan

3. Apendisitis
Apendisitis terjadi ketika ada sumbatan pada lumen appendix yang
mengakibatkan penurunan suplai darah yang jika tidak diobati dapat berkembang
menjadi nekrosis, erforasi dan peritonitis.
Apendisitis adalah penyebab pembedahan yang paling umum dari nyeri
abdomen. Hal ini paling sarig ditemukan pada laki=laki antara usia 10 sampai 30
tahun . orang dengan usia yang sudah tua dan anak-anak cenderung lebih
memiliki prestasi yang tidak normal .

Tanda gejala
1. Presentasi klasik apendisitis adalah demam ringan dengan nyeri tumpul yang
stabil pada area periumbilikalis, anoreksia dan mual

8
a. Selama 12 sampai 48 jam rasa saki biasanya bergerak ke kuadran kanan bawah pada
titik Mcburney, titk diperut bagian bawah yang terletak diantaraumbilcus dan garis
spina iliaca kanan superior
b. Anoreksia mual dan muntah
2. Tanda psoa dapat hadir 6% sampai 30% dari waktu
3. Adanya nyeri lepas
4. Kekakuan pada abdomen

Prosedur diagnostik

Apendisitis dapat menjadi sulit untuk di diagnosa krena banyak pasien


yang datang dengan berbagai gejala yang menahu dan berkepanjangan atau
dapat pula dengan tanda gejala yang tidak khas. Kekeliruan dalam mendiagnosa
dapat terjadi dengan frekusnei 20% sampai 40%dalam bebrapa populasi

1. CBC untuk meneteksi leukositosis


2. Urinalisis dan tes kehamilan secara rutin
3. Imaging Ct scan

Intervensi trapeutik

1. Pertahankan pien untuk puasa


2. Lakukan pengkajian ulang pada perut
3. Dapat lan akses IV dan mulai penggantian volume cairan
4. Berikan analgesik parental dan antiemetik yang diperlukan
5. Berikan antibiotik spektrum luas secara IV
6. Siapkan pasien untuk kemungkinan dilakukan intervensi bedah

4. Gastroesophangeal reflux desease dan esofagitis

Terjadi ketika reflux sekresi lambung kembali ke esofagus dan menyebabkan


gejala mungkin berhubungan dengan adanya cidera mukosa esfagus dan
esofagitis. Esofagitis mungkin juga diakibatkan dari infeksi, radiasi atau
menelan zat kaustik seperti asam kuat atau alkali.

Tanda gejala

9
1. Menetapkan nyeri substernal yang meningkatkan denga menelan mungkin
posisi mungkin memburuk ketika pasien telentang
2. Sesekali muntah
3. Kehilangan berat badan
4. Sakit tenggorokan, suara sesak
5. Adanya pendarahan saluran pencernaan bagian atas

Intervensi terapeutik

1. Kaji dalam nafas dan pernafasan


2. Modifikasi gaya hidup seperti penuruan berat badan menghindar makanan
yang dapat mengendurkan sfingter esofagus bagan bawah seperti alkohol,
coklat, kopi, makanan berlemak, dan menghilangkan smoking
3. Lakukan beberapa tindakan untuk meminimalkan refluks termasuk
mengangkat kepala tempat tidur (misal 4 sampai 6 inchi) dan menghindari
volume besar makanan atau menuman terutama sebelum tidur
4. Tte “GI Cocktail” campran dari antasid cair,lodokain, kental dan
antikolenargik seperti donnatal elixir 30 ml secara oral pada intervensi
awal
5. Terapi termasuk antasid penghambat pompa proton (PPI) atau histamin
(H2) blockers

5. Pendarahan saluran pencernaan bagian atas


Pendarahan saluran pencernaan bagian atasa adalah kondisi yang
berpotensi mengancam jiwa. Penyebab paling umum variceal adalah doudenum
dan ulkus lambungn 50%, erosi lambung 30%, sindrom mallory weis 50% dan
obat non streoid anti inflamasi menempatkan pasien pada resiko pendarahan
pada GI tract bagian atas seperti halnya munculnya varises esofagus.
Penyakit peyerta yang hadir pada 98,3 % dari pasien yang meninggal
degan pendarahan saluran pencernaan bagian atas, kondisi komorbditas inila
yang merupakan penyebab utama kematian darpada pendarahan.

Tanda gejala
1. Hematemesis atau melena 31% sampai 69% mungkin satu-satunya gejala
2. Kelemahan pusing, sinkop

10
3. Postural hipotensi
4. Kemungkinan adanya tanda syok hipovolemik

Prosedur diagnostic

1. Hitung darah lengkap dan serial haemoglobin level.


2. Panel metabolic dasar
3. Panel koagulasi termasuk PT,Aptt,INR dan jumlah trombosit
4. Jenis dan crossmatch dalam mengatisipasi tranfusi PRC
5. CT scan atau scanning perdarahan saluran pencernaan jika diperlukan
6. Endoskopi untuk mengidentifikasi lokasi perdarahan.

Intervensi terapeutik

1. Airway manajemen dengan melakukan intubasi endotrakeal pada pasien dengan


pendarahan aktif.
2. Dapatkan akses IV dengan IV keteter(dengan lumen) yang berukuran besar,dan
mulailah penggantian volume.
3. Pasang NGT untuk mengosongkan dan dekompresi abdomen dan untuk
mengidentifikasi karakteristik aspirasi (berwarna darah merah terang atau “kopo
tanah/coffe groud)dari material)
4. Lavage dengan es atau saline dengan suhu ruangan tidak lagi dianjurkan karena
dapat melisiskan bekuan dan dapat berkontribusi untuk perdarahan lebih lanjut.
5. Tranfusi darah dapat dimulai pada pasien yang tingkat haemoglobin kurang dari
7 g/Dl.
6. H2 Blocker,somatostatin dan octreotide,tidak secara rutin digunakan pada pasien
yang mengalami perdarahan aktif.
7. Antisipasi terapi endoskopik untuk mengontrol area perdarahan.

6. Penyakit ulkus peptikum


Penyakit ulkus peptikum ditandai dengan adanya kondisi area mukosa yang
mengalami peradangan dan ulserasi.ada tiga jenis ulkus yang berhubungan dengan
penyakit ulkus peptikum:duodenum,lambung dan stress ulcer.ulkus peptikum
umumnya dihasilkan dari gangguan pada pelindung mukosa dan peningkatan sekresi
asam.faktor yang biasanya berkontribusi termasuk penggunaan obat nonsteroidal

11
anti-inflammatory (NSAID) atau infeksi helicobacter pylori (hadir dalam 75%-95%
dari ulkus duodenum dan 65%-95% dari ulkus lambung).

Tanda dan gejala

1. Terjadi secara serentak,rasa sakit perih yang tidak disengaja atau nyeri terbakar
2. Nyeri berkurang atau bertambah oleh makanan
3. Nyeri sering disertai dengan perasaan penuh atau kembung.
4. Riwayat seringnya pemakaian NSAID atau penggunaan aspirin dengan dosis
rendah.
5. Perdarahan saluran pencernaan bagian atas mungkin menifestasi awal dari
peptic ulcer.

Prosedur diagnostic

1. Tes laboratorium rutin


2. Tes non-invasif untuk infeksi H.pylori termasuk antigen tinja dan pengujian urea
napas.

Intervensi terapeutik

Kebanyakan pasien dengan peptic ulcer stabil dan dapat ditangani secara rawat
jalan dengan kombinasi obat penghambatan-asam dan antibiotic.

1. Standard dosis H2 blocker atau inhibitor proton untuk mempromosikan


penyembuhan ulkus
2. Jika pasien positif dengan H.pylori,therapy antibiotic seperti clarithromycin dan
amoxicillin dianjurkan.
3. Penggunaan NSAID harus dihentikan.

7. Sindrom Mallory-Weiss
Sindrom malloru-weiss adalah diakibatkan dari muntah yang parah dan
muntah/vomiting tidak sinkron dengan regurgitasi lambung.muntah terus-
menerus menyebabkan kerusakan mukosa yang memanjang dipersimpangan
gastroesophageal(kardia lambung)

Tanda dan gejala

1. Riwayat muntah atau muntahan dari isi normal perut (31%-69%) diikuti oleh
hematemesis (70%-94%)

12
2. Mungkin juga memiliki riwayat konsumsi alcohol (6%-30%)penggunaan
aspirin,angkat berat,batuk,bulimia atau kehamilan.
3. Muntahannya merah atau coffe ground/hematemesis(dengan atau tanpa melena).
Volume hematemesisadalah panduan yang lemah untuk memperkirakan
kehilangan volume.
4. Hematochezia (feses berwarna marun)mungkin dapat muncul.

Prosedur Diagnostik:

1. Pasang NGT untuk aspirasi dapat digunakan untuk mengkaji darah samar.
2. Endoskopi GI track bagian atas sering digunakan untuk diagnosis jika terdapat
pendarahan aktif.
3. Penelitian labotorium tambahan seperti yang ditunjjukkan pada bagian seperti
yang ditunjukkan pada bagian “perdarahan pencernaan bagian atas”.

Intervensi Terapeutik

1. Dapatkan akses IV dan obat antiemetic yang diperlukan


2. Siapkan pasien untuk endoskopi untuk perbaikan perdarahan pada pembuluh.
3. Ballon tamponade harus dihindari kecuali upaya lain telah gagal atau tidak
tersedia.
4. Lihat “terapi intervensi”untuk pasien yang mengalami pendarahan saluran
pencernaan bagian atas.

8. Pendarahan Varises Esofagus


Vena portal mengalir sekitar 1500 Ml/menit darah dari usus,limpa,dan
lambung kehati. Obstruksi alira vena ini (sering kali dari penyakit hati atau
sirosis) meningkatkan tekanan vena portal dan menyebabkan pembuluh darah
kolateral untuk terbentuk antara perut dan vena sistemik dibagian bawah
esofagus.dilatasi yang sangat ekstrim pada vena sub-mukosa (varises esofagus)
bisa pecah dan merupakan penyebab utama kematian pada lebih dari sepertiga
pasien dengan sirosis.

Tanda dan Gejala

a. Pasien mungkin memiliki riwayat penyakit hati(sirosis),hipertensi portal,atau


asupan alcohol kronis.

13
b. Tanda –tanda perdarahan GI bagian atas dan syok hipovelemik .
(lihat”pendarahan saluran pencernaan bagian atas”).

Proses Diagnosis

1. Tes laboratorium adalah sebagai berikut:


a. Panel koagulasi darah.
b. Fungsi hati
2. Pemeriksaan pencitraan/imaging meliputi:
a. Endoskopi saluran pencernaan atas
b. USG abdomen atau CT scan

Intervensi terapeutik

Pengobatan terapeutik berfokus pada pengelolaan perdarahan dan syok


hipovolemik hemoragik,termasuk manajemen jalan nafas,pemberian oksigen dan
inisiasi akses IV lines(infus)dengan lumen IV catheter (abocath) berdiameter
besar dan penggantian cairan.

a. Masuknya NGT memiliki risiko rupture esofagus secara tidka sengaja dan
perdarahan dan harus dilakukan dengan hati hati.
b. Terapi farmakologis menggunakan somatostatin atau octreotide (untuk
menurunkan tekanan portal dengan relaksasi pembuluh darah mesenterika otot
polos)atau kombinasi dari vasopressin IV dan sublingual atau transdermal
nitrogliserin secara intravena.
c. Endoskopi untuk injeksi skleroterapi.
d. Tekanan langsung melalui balon tamponade hanya digunakan setelah terapi
farmakologis atau sengstaken Blakemore(lumen tiga,balon ganda),tabung
Minnesota(quadruple lumen)atau tabung lintong-nachlas(balon lambung yang
lebih besar dan port untuk mengeringkan esofagus).

9. Kolesistitis
Kolesistitis adalah peradangan akut atau kronis pada kandungan
empedu ,biasanya dihasilkan dari dampak batu pada saluran sistik(90% sampai
95%).gejala biasanya obstruksi sekunder dari aliran empedu. Contoh klasik dari
seseorang pasien berisiko untuk kolesistitis disebut sebagai “6F”:
1. Fat (gemuk)

14
2. Female(perempuan)
3. Fertile(subur)
4. Fair( frekuensi yang lebih tinggi berada dukaukasia)
5. Flatulent(kembung)
Wanita hamil juga berisiko lebih besar untuk menderita kolesistitis.

Tanda dan gejala

a. Nyeri pada kuadran kanan atas(70% sampai 94%)yang dapat menyebar ke


punggung atau bahu kanan atau tulang belikat ,terutama setelah mengkonsumsi
makanan dengan kandungan lemak yang tinggi.
Nyeri mungkin awalnya kolik tapi akan menjadi konstan
b. Tanda Murphy positif(62%) jeda inspirasi(hembusan napas)selama palpasi
dibawah lengkungan kosta kanan,dibawah margin hepatic,yang terjadi karena
jari telah menyentuh kantung empedu yang membesar
c. Tanda-tanda infeksi atau peradangan(37%)termasuk demam ringan dan
takikardia.
d. Penyakit kuning(25%)jika obstruksi signifikan
e. Saluran pencernaan: mual dan muntah (32% 69%), anoreksia,
eruktasi(bersendawa), perut kembung atau intoleransi lemak.

Prosedur diagnostic
1. Pemeriksaan laboratorium rutin yang dapat berupa hal berikut:
a. Leukositosis
b. Peningkatan level bilirubin
c. Peningkatan ALT dan AST
2. Tes kehamilam harus dilakukan pada wanita usia subur
3. USG sensitive dalam mengidentifikasi batu(70% - 94%).prosedur tersebut
cepat,onon-invasif dan tersedia.
4. Cholescintigraphy radionuklida(juga dikenal sebagai asam iminodiacetic
hepatobilier atau HIDA,scan) adalah prosedur diagnostic yang spesifik dan yang
paling sensitive yang tersedia untuk menyingkirkan kolesistitis dan penyumbatan
saluran empedu.

15
5. Pemeriksaan pencitraan lain termasuk CT scan abdomen,
cholangiopancreatography (ERCP) dan radiografi posisi tidur flat dan posisi
datar dan bersiri tegak.

Intervensi terapeutik

1. Puasakan pasien,beberapa pasien mungkin memerlukan paemasangan NGT


karena muntah dan nyeri
2. Lakukan akses IV untuk rehidrasi dan koreksi ketidak seimbangan elektrolit.
3. Berikan antiemetic dan analgesic yang diperlukan.
4. Berikan antibiotic spectrum luas karena potensi terjadinya gangrene dan
perforasi
5. Antisipasi kemungkinan tindakan bedah atau endoskopi.

10. Pankreastitis
Pankreastitis diakibatkan dari pelepasan enzim pancreas ke dalam
jaringan pancreas dengan auto-degestion,peradangan,kerusakan jaringan dan
cedera pada struktur organ yang berdekatan. Pancreatitis akut biasanya
disebabkan oleh konsumsi etanol yang berlebihan atau adanya batu empedu yang
menghalangi saluran pancreas,terhambatnya enzim pencernaan
diprankeas,etiologi lainnya termasuk operasi terbaru atau ERCP,penyakit
virus,trauma atau hipertrugliseridemia.sekitar 15% adalah idiopatik. Pancreatitis
kronis terjadi ketika enzim pencernaan perlahan merusak pancreas dan jaringan
sekirnya pada umumnya terjadi mengikuti penyalahgunaan alcohol dalam
beberapa tahun sebelumnya.hal tersebut dapat menyebabkan ketidak mampuan
untuk mencerna lemak,protein dan karbohidrat dengan benar. Hal ini berdamak
pada produksi insulin dan menyebabkan terjadinya hiperglikemia.pendarahan
pancreatitis adalah kondisi yang muncul dimana digestive enzim telah mengikis
pembuluh darah besardi abdomen.

Tanda dan gejala

a. Rasa nyeri yang muncul secara tiba-tiba ssan secara bertahap level keparahan
(severity nya) yang terus meningkat
b. Nyeri digambarkan seperti rasa yang tumpul dan terus menerus
c. Nyeri terletak diabdomen bagian atas kiri atau epigastrium

16
d. Karena lokasi retroperitoneal pancreas,nyeri dapat menyebar melalui abdomen ke
belakang
e. Nyeri dapat berkurang ketika pasien dalam posisi duduk atau posisi fetus.
f. Adanya nyeri tekan abdomen
g. Mual,muntah dan anoreksia
h. Demam dan takikardia
i. Pada kasus yang parah hipovolemia(sampai 6L pada rongga ketiga hingga 30%
dapat terjadi gagal ginjal)dan dapat mengakibatkan sepsis.

Prosedur diagnosis

1. Serum amylase dan lipase mengikuti pola klasik.amilase meningkat dengan


cepat namun kembali normal pada 24-72 jam kemudian.serum lipase meningkat
lebih lambat namun terdeteksi dalam aliran darah hingga 2 minggu).lipase
merupakan prisedur diagnostic yang penting,seperti gangguan lain yang dapat
menyebabkan kenaikan amylase.
2. Tes laboratorium lainnya termasuk elektrolit(termasuk kalsium dan
magnesium),CBC,profil hati dan glukosa darah
3. Peningkatan kontras pada CT scan perut dipertimbangkan sebagai studi
pencitraan/imaging terbaik,tetapi biasanya tidak dirujuk ke departemen darurat.
4. USG dapat melihat saluran empedu tatapi seringnya tidak dapat
memvisualisasikan pancreas.
5. Rangkaian pemeriksaan perut dapat digunakan untuk memeriksakan udara bebas
dan perforasi.

Intervensi terapeutik

1. Dapatkan akses IV untuk resusitasi dan pemberia obat


2. Manajemen nyeri dengan pemberian meperidin,intra vena,karena morfin dapat
menyebabkan spasme pada sfiring oddi.
3. Berikan antiemetic sesuai diperlukan
4. Penggantian kalsium serum dengan infuse IV sepeerti yang dianjurkan
5. Assesmen pernafasan,kadar glukosa darah,hipokalsemia dan sepsis.
6. Antibotik IV dapat diberikan jika kondisi pasien berkembang menjadi abses
pancreas atau sepsis.

17
11. Obstruksi usus
Obstruksi usus disebabkan oleh berbagai kondisi,termasuk sebagai berikut ini:
1. Adanya obstruksi fisik seperti impaksi tinja (obstruksi yang diakibatkan oleh
feses tanf mengalami pengerasan)hernia,tumor,intussusceptions(masuknya salah
satu bagian usus kebagian usu yang lain atau invaginasi,volvulus(proses
memutarnya usus(biasanya sekum atau kolon sigmoid)pada mesokolonnya
sehingga menyebabkan obstruksi lumen dan disertai gangguan sirkulasi dan
hernia incarcerate(hernia yang tidak bias kembali ke posisi semula).dinegara
maju sekitar 50%-70% dari semua penghalang usus kecil disebabkan oleh adhesi
pasca-operasi.
2. Gangguan system saraf (ileus paralitik)
3. Kondisi inflamasi (abses, pankreatitis yang menyebabkan ileus, penyakit
inflamasi usus).
4. Berikut obstruksi usus, akumulasi sekret GI tract dan udara yang tertelan
menyebabkan distensi usus dan peningkatan tekanan intraluminal.

Tanda dan Gejala

1. Adanya riwayat operasi abdomen (47%), terutama usus buntu.

2. Nyeri abdomen (95% sampai100%), sering koliuik secara alami (48%), rasa nyeri
mungkin seperti kram dan “seperti bergelombangan”.

3. Mual dan muntah (70% sampai 94%): pasien dengan obstruksi usus kecil
biasanya muntah isi abdomen, cairan empedu, keluaran bahan material yang
keruh dan berlebih. Nyeri biasanya menurun setelah muntah (60%).

4. Takikardi dan hipotensi.

5. Distensi abdomen dan nyeri (70% sampai 94%).

6. Tidak ada flatus (obstipasi) atau bagian tinja (75%), meskipun merasa perlu.

7. Bising usus terdapat bernada tinggi, suara hiperaktif seketika pada bagian
proksimal obstruksi,dengan hipoaktif atau tidak ada bising usus pada distal
obstruksi.

Prosedur Diagnostik

18
1. Pemeriksaan serum kimia darah rutin

2. Peningkatan sel darah merah.

3. Tingginya kadar urea nitrogen darah (BUN) mungkin sebagai akibat


dehidrasi.

4. Radiografi abdomen, pada posisi terlentang atau datar dan posisi tegak, untuk
mendeteksi udara/tingkat cairan dan dilatasi lingkaran usus kecil. Namun
demikian,diawal proses kondisi ini (obstruksi usus) hasilnya bisa negatif.

5. CT memiliki tingkat sensitivitas dan spesifisitas yang tinggipada obstruksi


lengkap usus kecil.

Intervensi Terapeutik

1. Komplikasi langsung pada obstruksi usus adalah dehidrasi dari rongg ketiga.
Komplikasi potensial lainya termasuk infark usus dan kemungkuinan perforasi,
dan infeksi, terutama sepsis.

2. Rresusitasi cairan yang agresif diperlukan untuk mencegah syok hipovelemik.

3. Dekompresi usus dilakukan dengan suction melalui NGT.

4. Berikan analgesik, antiemetik, dan mungkin antibiotik IV.

5. Konsultasi bedah.

12. Incarterated Hernias (Hernia Yang Tertahan)


Hernia merupakan penonjolan keluar dari sebuah lingkaran usus (atau isi
abdomen lainya) melalui otot perut, tetapi tidak menembus kulit. Hernia paling
sering ditemukan di inguinal, femoral, dan daerah pusar. Jika suplay darah ke
hernia baik, tidak ada perawatan mendesak yang diperlukan. Jika hernia menjadi
tertahan atau terperangkap, maka aliran darah terganggu; ini merupakan keadaan
darurat medis.
Hernia inguinalis terjadi pada 1% sampai 4% dari anak- anak; kira-kira
10% dari kondisi tersebut menjadi hernia tertahan. Perbandingan kejadian hernia
ini antara laki-laki dan perempuan memiliki rasio 4:1 tetapi tingkat penahanan
yang lebih tinggi terjadi pada perempuan.

19
Tanda dan Gejala

1. Nyeri dan bengkak di tempat herniasi.

2. Hernia inguinalis biasanya tampak tegas, masa lembut di kanalis inguinalis dan
skrotum superior, biasanya ipsilateral.

3. Mual dan muntah.

4. Kemungkinan adanya tanda obstruksi usus.

Prosedur Diagnostik

1. Diagnosis biasanya didasarkan pada pemeriksaan fisik.

2. CBC harus diperoleh tetapi hasilnya biasanya tidak spesifik.

3. Radiografi abdomen dapat digunakan untuk menyingkirkan obstruksi intestinal.

4. Ultrasonografi untuk membantu mendeteksi bagian yang tertahan.

Intervensi Terapeutik

1. Antisipasi penurunan hernia secara manual.

a. Berikan sedasi dan analgesia yang memadai sebelum mencoba direduksi.

b. 2.Ice pack pada hernia dan posisi Trendelenburg dapat digunakan 20


sampai 30 menit sebelum di reduksi.
2. Konsultasi bedah mungkin diperlukan.
13. Perdarahan pada Saluran Pencernaan Bagian Bawah
Perdarahan saluran pencernaan bagian bawah mengacu pada kehilangan
darah yang berasal dari distal ligamentum Treitz. Hal ini jarang terjadi dan
umumnya kasusnya tidak separah perdarahan GI bagian bawah yang berhenti
secara spontan.perdarahan dari usus besar atau rektum biasanya disebabkan oleh
penyakit radang usus, perdarahan polip atau ulcer, kanker, wasir, abses,
perirectal, atau diverticulosis.

Tanda dan Gejala

1. Perdarahan biasanya ringan, tapi bisa berat dan mengancam jiwa.

20
2. Perdarahan rektum biasanya berwarna merah terang (hematochezia) dan mungkin
berisi gumpalan; darah lebih gelap menunjukan bahwa sumber perdarahan berasal
dari usus yang lebih tinggi.

3. Perdarahan biasanya tidak menimbulkan rasa nyeri.

4. Pucat, kelelaha,perubahan postural, sinkop, takikardia.

5. Dengan kehilangan darah yang banyak, pasien mungkin menunjukan tanda-tanda


ketidakstabilan hemodinamik.

6. Hipotensi biasanya adalah kondisi sydah parah (biasanya setelah kehilangan darah
1500 mL); tachycardia dapat menjadi tanda awal severity kasus tersebut.

Prosedur Diagnostik

1. Riwayat penggunaan antikoagulan.

2. CBC, panel koagulasi.

3. Spesimen feces untuk darah yang tersembunyi.

4. Pemeriksaan colonoscopic dapat menjadi keduanya, diagnostik dan terapeutik

Intervensi Terapeutik

1. Hemodinamik pasien yang tidak stabil akan membutuhkan resusitasi cairan yang
agresif pada syok hipovelemik (lihat bab 20).

2. Kembalikan kondisi koagulopati apapun.

3. Kolonoskopi mungkin melibatkan thermal coagulation atau vasokonstriktor atau


agen sclerosing.

14. Irritable Bowel Syindrome (Sindrom iritasi usus)


Sindrom iritasi usus ditandai dengan adanya nyeri pada bagian abdomen
dan perubahan fungsi usus tanpa kelainan struktural atau biokimia; ini mungkin
dapat menjadi dapat menjadi sebuah pengecualian diagnosis. Sindrom iritasi
usus memiliki tiga komponen: perubahan pada motilitas saluran pencernaan
(GI), hyperanalgesia visceral, dan psikopatologi.

21
Baru-baru ini, teori menunjukan bahwa sindrom iritasi usus mungkin tidak
terdiagnosis sebagai penyakit celiac (intoleransi terhadap gluten sehingga
terjadigangguan penyerapan nutrisi yang masuk ke tubuh), kepekaan terhadap
gluten dalam gandum (gandum hitam, oat, gandum), atau terkait dengan infeksi
enterik.

Tanda dan Gejala

1. Nyeri abdomen berkaitan dengan perubahan kebiasaan buang air besar


(sembeli, diare, atau keduanya).

2. Nyeri biasanya di abdomen bagian bawah (meskipun lokasi dan intensitas


beragam).

3. Nyeri dapat digambarkan sebagai kram atau sebagai sakit umum dengan
disertai periode kram abdomen.

4. Nyeri dan ketidaknyamanan abdomen bisa dikurangi dengan buang air besar.

5. Kecemasan atau stres pskologis dapat menjadi factor.

6. Kehilangan berat badan jika diare adalah gejala yang menonjol.

Prosedur Diagnostik

1. CBC untuk mendeteksi anemia, laju endap darah (ESR), panel metabolik
lengkap.

2. Feses untuk darah yang tersembunyi, telur dan parasit, dan patogen enterik
termasuk Clostridium difficile.

3. CT scan abdomen untuk menyingkirkan masalah lain seperti tumor atau


obstruksi usus.

4. Kolonoskopi sering direkomendasikan untuk menyingkirkan etiologi yang lebih


serius.

Intervensi Terapeutik

Penanganan terapeutik meliputi:

1. Pengobatan dengan sasaran pada gejala seperti analgesi, anti diare, antikolinergik,
prokinetik, dan antidepresan.
22
2. Rujukan ke bagian psikiatrik atau rujukan psikologis.

3. Peppermint merupakan alat bantu “alami”, karena bekerja seperti bloker saluran
kalsium untuk mengendurkan otot halus.

4. Modifikasi diet meliputi:

a. Tambahan serat untuk membantu gerakan peristaltik secsra reguler.

b. Hindari cairan/minum bersamaan dengan makanan, karena hal ini cenderung


menyebabkan distensi abdomen.

c. Batasi atau hindari laktosa, fruktosa, atau gluten jika hal tersebut bermasalah
bagi pasien.

d. Jika sembelit adalah gejala yang dominan, tingkatkan asupan cairan harian.

15. Penyakit Radang Usus


Penyakit radang usus mengacu pada gangguan di mana usus menjadi
meradang yang memungkinkan sebagai akibat dari reaksi autoimun. Dua jenis
utama dari penyakit radang usus ialah ulcerative colitis (dikenal dengan nama
radang usus besar) dan penyakit Chron; kedua gangguan tersebut ditandai
dengan kondisi eksaserbasi (perburukan) dan remisi (perbaikan), dan kondisi
kronis dengan dampak emosional dan sosial yang signifikan. Ulcerative colitis
melibatkan usus besar, sementara penyakit Crohn dapat mempengaruhi setiap
bagian dari saluran pencernaan dari mulut ke anus.

Tanda dan Gejala

Perbandingan tanda-tanda dan gejala antara Ulcerative colitis dan penyakit


Crohn dapat dilihat pada tabel 28-2.

Prosedur Diagnostik

1. Uji laboratorium secar rutin termasuk darah lengkap dan panel metabolik
lengkap untuk menyingkirkan diagnosis lain.

2. Serum albumin sebagai indikator status gizi.

3. Diagnosis pasti dibuat dengan pemeriksaan endoskopi.

23
4. Radiografi abdomen dapat menunjukkan dilatasi kolon,bukti perforasi,atau
obstruksi.

TABEL 28-2 TANDA DAN GEJALA KOLITIS ULSERATIVE DAN


PENYAKIT CROHN

ULCERATIVE COLITIS PENYAKIT CROHN

1. Tinja berdarah Nyeri perut

2. Diare berat, kram, dan dehidrasi Terasa kram atau stabil


pada penyakit yang berat

3. Nyeri tekan pada kuadran kiri Periumbilikalis atau kuadran kanan


bawah bawah

4. Distensi abdomen Intermitten demam ringan

5. Demam dan takikardia Penurunan berat badan

6. Penurunan berat badan Terdapat tanda-tanda obstruksi usus

7. Berkaitan dengan lubang anal, perianal


fistula, atau abses

Data dari basson, M. D. (2011, May 25), Ulcerative colitis. Diambil dari
http://emedicine.medscape.com/article/183084-overview,rangasamy,p,(2011,
june 16), Crohn disease. Diambil dari
http://emedicine.medscape.com/article/172940-overview/

Intervensi Terapeutik

a. Pengolaan awal meliputi mengistirahatkan usus dengan rehidrasi IV.

b. Kortikostiroid dan anti inflamasi dan agen anti diare adalah manajemen medis
utama.

c. Penyakit Crohn juga dikelola dengan imunosupresi atau infliximab, obat untuk
memblokir respon inflamasi tubuh.

d. Pembedahan dapat dipertimbangkan jika manajemen medis gagal.

1. Karena ulcerative colitis terbatas pada usus besar, operasi dapat bersifat
kuratif.

24
2. Pembedahan untuk penyakit Crohn merupakan yang paling sering diperlukan
untuk komplikasi seperti striktur, fistula, atau, perdarahan; pembedahan
merupakan non - kuratif pada penyakit Crohn.

16. Divertikuitis
Divertikula merupakan tonjolan-tonjolankecil pada saluran pencernaan,
yang paling sering pada daerah kolon sigmoid, Divertikulisis mengacu pada
keberadaan divertikula yang meradang dan hal ini diduga berhubangan dengan
diet rendah serat, sembelit dan obesitas.Divertikulitis didefenisikan sebagai
peradangan pada salah satu atau lebih divertikula. Peradangan ini, dan
selanjutnya nekrosis fokal dan preforasi, merupakan dampak dari obstruksi
divertikula oleh material feces atau makanan yang tidak tercerna. Divertikulosis
terjadi pada 50% orang dengan usia diatas 70 tahun dan dari jumlah tersebut di
atas 80% dari mereka berusia lebih dari 80 tahun. Sekitar 25% dari orang dengan
divertikulosis akan memiliki episode divertikulitis akut.

Tanda dan Gejala

1. Nyeri pada abdomen di bagian kuadran bawah dan tersa nyeri tekan (70%
sampai 94%), sering disebut sebagai “sisi kiri usus buntu”.

2. Anoreksia, mual ,muntah.

3. Kemungkinan perubahan kebiasaan dalam buang air besar (konstipasi atau


diare).

4. Demam dan tanda-tanda peritonitis jika terjadi perforasi.

Prosedur Dagnostik

1. Diagnosis didasarkan pada riwayat dan presentasi klinis.

2. CBC yang berbeda - mungkin menunjukkan leokositosis jika muncul infeksi.

3. BMP untuk menentukan ketidakseimbangan elektrolit.

4. CT scan atau radiografi abdominal mungkin diindikasikan

Intervensi Terapeutik

25
1. Gejala ringan dapat dikelola secara rawat jalan dengan diet cairan bening dan
antibiotik spektrum luas.

2. Cairan IV untuk rehidrasi yang diperlukan.

3. Rawat inap dan manajemen yang agresif akan diperlukan jika infeksi atau
peritonitis muncul. Lihat “peritonitis”.

17. Obstruksi Esofagus


Penyebab paling umum dari obstruksi esofagus pada anak-anak adalah
benda asing yang tertelan. Obstruksi pada orang dewasa biasanya karena bolus
tulang atau makanan.

Tanda dan Gejala

1. Pasien mengeluh “ada sesuatu yang terjebak” di tenggorokan

2. Riwayat menelan benda asing, terutama jika pasien anak-anak, mungkin tidak
ada.

3. Kesulitan menelan.

4. Mengeluarkan air liur.

5. Subkutan emfisema pada leher dapat tampak jika terjadi perforasi pada
esofagus.

Prosedur Diagnostik

Radiografi pada dada dan leher dapat dilakukan.

Intervensi Terapeutik

Kompromi jalan nafas merupakan perhatian utama

1. Berikan glukagon IV, untuk merelaksasi otot polos dan membantu untuk
meloloskan benda asing.

2. Posisikan secara tepat pasien dengan duduk tegak untuk memfasilitasi keluarnya
Esophagoscopy untuk menghilangkan benda asing.

3. Jika objek tidak memiliki tepi yang tajam dan dapat masuk kedalam abdomen,
biasanya berproses terus melalui usus tanpa kesulitan.

26
BAB III

ASKEP KEGAWATDARURATAN NYERI ABDOMEN

A. Identitas klien
Nama : Tn. S

27
Usia : 22 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : Sekolah Dasar (SD)
Pekerjaan : Swasta
Suku Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Suku : Jawa
Diagnosa : Gastroenteritis
No. RM : 532745
Alamat : Langkap RT/RW 05/01, Kertanegara
Penanggung Jawab
Nama : Ny. R
Usia : 21 tahun
Suku Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : Sekolah Dasar (SD)
Pekerjaan : IRT
Alamat : Langkap RT/RW 05/01, Kertanegara
Status : Suami klien
B. Pengkajian
1. Keluhan utama : mencret lebih kurang 3 kali dari tadi pagi, sakit perut, perut
kembung, mual dan muntah lebih kurang 5 kali
Airway : jalan nafas paten, tidak obstruksi jalan nafas
Breathing :
inspeksi : dada simetris, pergerakan simetris, reaksi intercostal tidak
ada
palpasi : benjolan tidak ada
perkusi : suara paru sonor
auskultasi ; sauara nafas vesikuler
Circulation :
Kesadaran umum : lemah, turgor kulit menurun, mata cekung, kencing
normal, terakhir kencing 1 jam yang lalu CRT < 2 detik
Td : 160/90 mmhg, N : 100x/menit, S : 36,7 celsius, R : 20 x/menit
Disability : pemeriksaan status neurologis GCS : E4M6V5

28
Eksposure :
P : penyebabkan sakit perut karena ingin BAB
Q : perut terasa perih
R : abdomen
S:6
T : 3 kali karena perut sakit
2. Riwayat penykit sekarang : klien dikeluhkan diare sejak tadi pagi sebanyak 3 kali
sehari menurut kelurga diarenya cair, tidak ada darah atau lendir, klien juga
mengatakan muntah sebanyak 5 kali. Batuk berdahak sejak 1 minggu lalu
3. Riwayat penyakit dahulu : klien dirawat 3 minggu yang lalu dengan keluhan BAB
hitam gangguan pada lambungnya. Juga menderita HT sejak 5 tahun yang lalu
4. Riawayat penyakit keluarga : tidak ada keluarga yang mmiliki penyakit yang sama
5. Pemeriksaan penunjang :
Tgl Lab Hasil Normal
3.09.2010 HGB 12 13,5-17,5 g/l
HBC 8,5 4,10-10,9 k/ul
RBC 3,69 4-5,2
HCT 34,9 36-46
PLT 342 140-440
GDS 168 70-140
Na+ 135 135-145 gr/mmol
K+ 2,4 3,5-4,5 gr/mmol

3.09.2010 Faces lengkap :


Leukosit Negative Negative
Ery Negative Negative
Amoeba Negative Negative
Cist cell Negative Negative

6. Terapi medis
a. Oksigen : nasal kanul 4 lt/menit
b. Infus : Nacl 0,9 % loading 500 cc dilanjutkan dengan 20 tetes/menit
c. Kcl 50 Meg drip dalam Nacl 0,9% 20 tetes/ menit

29
d. Metronidazole 3 kali 500 mg drip
e. Cafaraxim 3 kali lgr IV
f. Insulin drip 1 IU/jam + dex 5%
g. Obat oral : setol 1kali 80 mg, azytromicin 1 kali 500 mh, valsartan 1 kali 80
mg, amlodipin 1 kali 5 mg, bromeksin sy 3 kali 10 ml

C. Analisa data
Data Masalah Penyebab
Ds : klien mengatakan Kekurangan volume cairan Asupan cairan kurang
diare 3 kali, mual muntah
dan sakit perut
Do :
Mukosa bibir kering
Turgor kulit lambat
Bab 3 kali cair
Natrium 135 gr/mmol
Kalium 2,4 gr/mmol
Hct 34,9
Ds : pasien mengatakan Nyeri akut Agen cidera biologis
perutnya sakit
Do :
pasien gelisah
Peristaltik usus meningkat
Nyeri tekan pada perut
P : penyebabkan sakit
perut karena ingin BAB
Q : perut terasa perih
R : abdomen
S:6
T : 3 kali karena perut sakit
ingin mencret dan
kembung

30
D. Diagnosa
1. Kekurangan/defesien volume cairan b.d kurang asupan cairan
2. Nyeri akut b.d agen cidera biologis

E. Intevensi
Diagnosa Noc Nic
1. Kekurangan/defesien Keseimbangan cairan Manajemen elektrolit
volume cairan b.d a. Keseimbangan intake 1. Pertahankan
kurang asupan cairan dan output dalam 24 kepatenan akses iv
jam 2. Berikan cairan
b. Kelembapan sesuai resep
membran mukosa 3. Monitor manifestasi
c. Turgor kulit ketidakseimbangan
elektrolit
2. Nyeri akut b.d agen Kontrol nyeri Manajemen nyeri
cidera biologis a. Menggambarkan 1. Lakukan
faktor prnyebab pengkajian nyeri
b. Mengenali kapan komperehensif
nyeri terjadi yang meliputi
c. Menggunakan lokasi,
tindakan pencegahan karakteristik,
d. Melaporkarkan nyeri durasi, kalitas,
yg terkontrol intensitas atau
berat nyeri dan
faktor pencetus
2. Gali pengetahuan
dan kepercayaan
paseien mengenai
nyeri
3. Pastikan
perawatan
analgesik bagi
pasien dengan

31
pemantauan ketat

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

32
Nyeri abdomen ini dapat didefinisikan apakah di intra abdomen atau ekstra
abdomen, penyebab dari nyeri abdomen diklasifikasikan dari nyeri pencernaan,
perkemihan, kardiovaskuler, paru atau neurogenik. Penentuan awal etiologi nyeri
sering tidak mungkin dilakukan, pasien yang mengeluh nyeri abdomen harus
ditangani segera atau dianggap kondisi gawat darurat sampai akhirnya terbukti
sebalikna. Penanganan awal harus diarahkan untuk mengidentifikasi dan
mengobati penyebab rasa sakit.

B. Saran
Setelah membaca makalah ini semoga pembaca memahami isi makalah yang
telah disusun meskipun kami menyadari makalah ini kurang dari sempurna. Oleh
karena itu kami berharap pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang dapat
membantu menyempurnakan makalah yang selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Adams, J, G. (2003, june). Missed appendicitis. Web Mo-M:Mobirdity & Mortality


Rounds on the Web. Retrieved from http://www.ahrq.gov/case.aspx?caseID=17

33
2. Cartwright, S. L, & Knudson, M. P. (2008). Evaluation of acute abdominal pain in
adults. American Family Physician, 77(7), 971-978.

3. Mcpheeters, R. A., & Purcell, T. B. (2006). abdominal pain. In V. J. Markovchick & P.


T. Pons (Eds.), Emergency medicine secrets (4th ed.). St. Louis, MO: Mosby.

4. Zimmermann, P. G., & Herr,R. D. (2006). Triage nursing secrets. St. Louis, MO:
Mosby.

5. Schmeltzer, M. (2011). Nursing Management: Lower gastrointestinal problems. In S. L.


Lewis, S. R. Dirksen, M. M. Heitkemper, L Bucher, & 1. A. Camera (Eds), Medical-
surgical nursing: Assessment and management of clinicals problems (8th ed., pp.1006-
1057). St. Louis, MO: Mosby.

6. American College of Radiology. (2010). ACR appropriateness criteria: Right upper

quadrant pain. Retrieved from


http://www.acr.org/SecondaryMainMenuCategories/quality_safety/app_criteria/pdf/Exp
ertPanelonGastrointestinalImaging/RightUpperQuadrantPainDoc13.aspx

7. American Collage of Radiology. (2011). ACR appropriateness criteria: Right Lower


quadrant pain. Retrieved from
http://www.acr.org/SecondaryMainMenuCategories/quality_safety/app_criteria/pdf/Exp
ertPanelonGastrointestinalImaging/RightLowerQuadrantPainDoc12.aspx

34

Anda mungkin juga menyukai