Oleh :
NIM : P07120019018
TINGKAT : 2.1
JURUSAN KEPERAWATAN
2020 / 2021
A. Pengertian
1. Pengertian Aman dan Nyaman
Keamanan, seringkali didefinisikan sebagai keadaan bebas dari cedera
fisik dan psikologis. (Potter dan Perry, 2006). Nyaman adalah keadaan ketika
individu mengalami sensasi yang menyenangkan dalam berespon terhadap
suatu rangsangan berbahaya. (Lynda Juall Carpenito-Moyet edisi 10).
Kalcoba (1992, dalam Potter & Perry) mengungkapkan kenyamanan/rasa
nyaman adalah suatu keadaan dimana telah terpenuhinya kebutuhan dasar
manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan yang
meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi),
dan transenden (keadaan tentang sesuatu yang melebihi masalah dan nyeri)
Kenyamanan adalah konsep sentral tentang kiat keperawatan.
Donahue (1989) meringkaskan melalui rasa nyaman dan tindakan untuk
mengupayakan kenyamanan perawat memberikan kekuatan, harapan,
hiburan, dukungan, dorongan, dan bantuan. Secara umum dalam aplikasinya
pemenuhan kebutuhan rasa nyaman adalah kebutuhan rasa nyaman bebas dari
nyeri dan hipertermia atau hipotermia. Hal ini dipengarihi perasaan tidak
nyaman yang dirasakan oleh pasien yang ditunjukan dengan timbulnya gejala
dan tanda pada pasien.
Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa rasa aman dan nyaman adalah
kebutuhan dasar manusia berupa keadaan terpenuhinya kebutuhan akan
ketentraman dan kelegaan, serta terbebas dari cedera fisik dan psikologis.
2. Gangguan rasa nyaman akibat nyeri
a. Pengertian Nyeri
Nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari sekedar sensasi
tunggal yang disebabkan oleh stimulus tertentu. Nyeri bersifat subjektif
dan sangat bersifat individual. Stimulus nyeri dapat berupa stimulus yang
bersifat fisik dan mental, sedangkan kerusakan dapat terjadi pada jaringan
aktual atau pada fungsi ego seorang individu (Mahon, 1994).
Menurut McCaffery (1980) : “ Nyeri adalah segala sesuatu yang
dikatakan yang dikatakan seseorang tentang nyeri tersebut dan terjadi
kapan saja seseorang mengatakan bahwa ia merasa nyeri.”
b. Klasifikasi Nyeri
Secara umum nyeri dibagi menjadi dua, yakni nyeri akut dan nyeri
kronis. Nyeri akut adalah nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat
menghilang, yang tidak melebihi 6 bulan. Nyeri kronis adalah nyeri yang
timbul secara perlahan – lahan, biasanya berlangsung dalam waktu cukup
lama, yaitu lebih dari 6 bulan.
c. Fisiologi Nyeri
Menurut Potter & Perry (2006), terdapat tiga komponen fisiologis
dalam nyeri yaitu resepsi, persepsi, dan reaksi. Stimulus penghasil nyeri
mengirimkan impuls melalui serabut saraf perifer. Serabut nyeri memasuki
medulla spinalis dan menjalani salah satu dari beberapa rute saraf dan
akhirnya sampai di dalam masa berwarna abu-abu di medulla spinalis.
Terdapat pesan nyeri dapat berinteraksi dengan sel-sel saraf inhibitor,
mencegah stimulus nyeri sehingga tidak mencapai otak atau ditransmisi
tanpa hambatan ke korteks serebral, maka otak menginterpretasi kualitas
nyeri dan memproses informasi tentang pengalaman dan pengetahuan yang
dimiliki serta asosiasi kebudayaan dalam upaya mempersiapkan nyeri.
d. Faktor yang mempengaruhi nyeri
1. Usia
Usia merupakan variabel penting yang mempengaruhi nyeri,
khususnya pada anak – anak dan lansia. Perbedaan perkembangan,
yang ditemukan di antara kelompok usia ini dapat mempengaruhi
bagaimana anak – anak dan lansia bereaksi terhadap nyeri.
2. Jenis Kelamin
Secara umum, pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna
dalam berespons terhadap nyeri (Gill, 1990). Diragukan apakah hanya
jenis kelamin saja yang merupakan suatu faktor dalam pengekspresian
nyeri. Beberapa kebudayaan yang mempengaruhi jenis kelamin
(misal: menganggap bahwa seorang anak laki- laki harus berani dan
tidak boleh menangis, sedangkan seorang anak perempuan boleh
menangis dalam situasi yang sama). Akan tetapi, toleransi terhadap
nyeri dipengaruhi oleh faktor- faktor biokimia, dan merupakan hal
yang unik pada setiap individu, tanpa memperhatikan jenis kelamin.
3. Kebudayaan
Keyakinan dan nilai – nilai budaya mempengaruhi cara individu
mengatasi nyeri. Individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa
yang diterima oleh kebudayaan mereka. Hal ini meliputi bagaimana
bereaksi terhadap nyeri (Calvillo dan Flashkerud , 1991).
4. Makna Nyeri
Makna seseorang yang dikaitkan dengan nyeri mempengaruhi
pengalaman nyeri dan cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri. Hal
ini juga dikaitkan secara dekat dengan latar belakang budaya individu
tersebut. Individu akan mempersepsikan nyeri dengan cara yang
berbeda – beda , apabila nyeri tersebut member kesan ancaman, suatu
kehilangan, hukuman, dan tantangan
5. Perhatian
Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri
dapat mempengaruhi persepsi nyeri. Perhatian yang meningkat
dihubungkan dengan nyeri yang meningkat., sedangkan upaya
pengalihan (Distraksi) dihubungkan dengan respon nyeri yang
menurun (Gil, 1990).
6. Ansietas
Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks. Ansietas
seringkali mningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat
menimbulkan suatu perasaan ansietas. Pola bangkitan otonom adalah
sama dalam nyeri dan ansietas. (Gil, 1990)
7. Keletihan
Keletihan meningkatkan persepsi nyeri. Rasa kelelahan
menyebabkan sensasi nyeri semakin intensif dan menurunkan
kemampuan koping.
8. Pengalaman Sebelumnya
Setiap individu belajar dari pengalaman nyeri. Pengalaman nyeri
sebelumnya tidak selalu berarti bahwa individu tersebut akan
menerima nyeri dengan lebih mudah pada masa yang akan datang.
9. Gaya Koping
Pengalaman nyeri dapat menjadi suatu pengalaman yang
membuat anda merasa kesepian. Apabila klien mengalami nyeri di
keadaan perawatan kesehatan, seperti di rumah sakit, klien merasa
tidak berdaya dengan rasa sepi itu.
f. Pengukuran Nyeri
1) Skala Deskriptif
Skala pendeskripsi verbal (Verbal Descriptor Scale, VDS)
merupakan sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai lima kata
pendeskripsian yang tersusun dengan jarak yang sama disepanjang
garis. Pendeskripsi inidirangking dari “tidak terasa nyeri” sampai
“nyeri yang tidak tertahankan”.
2) Skala penilaian numerik
Numerical Rating Scale ( NRS) menilai nyeri menggunakan skala
0-10. Skala ini sangat efektif untuk digunakan saat mengkaji intensitas
nyeri sebelum dan sesudah intervensi terapeutik.
Subjektif Objektif
2 . Bersikap protektif
(mis. Waspada posisi
menghindari nyeri)
3. Gelisah
4.Frekuensi nadi
meningkat
5. Sulit tidur
Subjektif Objektif
5. Menarik diri
6. Berfokus pada diri sendiri
7. Diaforesis
C. POHON MASALAH
Etiologi
Merangsang nosiseptor
Dihantarkan
serabut tipe A
Serabut tipe c
Medulla spinalis
Otak
(kortrks somasensorik)
Persepsi nyeri
Nyeri
Intoleransi
Nafsu makan Nyeri pada aktivitas
menurun ekstrimitas Ansietas
Gangguan rasa nyaman
D. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Riwayat penyakit dan keluhan
Pada riwayat penyakit, penting ditentukan dahulu keluhan utama
misalnya nyeri, kelemahan dan lokasi keluhan. Ditanyakan pula aktivitas
maupun posisi kepala yang meningkatkan maupun mengurangi keluhan,
maupun adanya riwayat cedera.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik meliputi :
a) Observasi, perhatikan sikap tubuh pasien saat menanyakan riwayat
penyakit.
b) Palpasi, apabila didapatkan kekakuan dan nyeri pada sisi otak maupun
radiks saraf yang terkena, dapat pula disertai hipertonus maupun spasme
pada sisi otot yang nyeri.
c) Pemeriksaan USG untuk data penunjang apabila ada nyeri ada nyeri
tekan di abdomen.
d) Rontgen untuk mengetahui tulang atau organ yang abnormal.
e) Pemeriksaan lab sebagai data penunjang.
f) Ct- Scan (cedera kepala) untuk mengetahui adanya pembuluh darah yang
pecah di otak.
E. PENATALAKSAAN MEDIS
A. Nonfarmakologi
1. Bimbingan Antisipasi
Merupakan tindakan memodifikasi secara langsung cemas yang
berhubungan dengan nyeri menghilangkan nyeri dan menambah efek
tindakan untuk menghilangkan nyeri yang lain.
2. Distraksi
Merupakan metode untuk mengalihkan perhatian klien ke hal
yang lain dan dengan demikian menurunkan kewaspadaan terhadap
nyeri bahkan meningkatkan toleransi terhadap nyeri. Salah satu
distraksi yang efektif adalah music, yang dapat menurunkan nyeri
fisiologis, stres, kecemasan dengan mengalihkan perhatian seseorang
dari nyeri. Music terbukti menunjukkan efek yaitu menurunkan
frekuensi denyut jantung, mengurangi kecemasan dan depresi,
menghilangkan nyeri, menurunkan tekanan darah, dan mengubah
persepsi waktu ( Guzzeta, 1989 ).
3. Biofeedback
Merupakan terapi perilaku yang dilakukan dengan memberikan
individu informasi tentang respons fisiologis dan cara untuk melatih
kontrol volunter terhadap respon tersebut ( NIH, 1986 ).
4. Hipnosis Diri
Hipnosis diri merupakan sutau pendekatan holistik, hipnosis diri
menggunakan sugesti diri dan kesan tentang perasaan yang rileks dan
damai. Individu memasuki keadaan rileks dengan menggunakan
berbagai ide pikiran dan kemudian kondisi kondisi yang menghasilkan
respon tertentu bagi mereka (Edelman dan Mandel, 1994 ).
5. Mengurangi Persepsi Nyeri
Salah satu cara sederhana untuk meningkatkan rasa nyaman ialah
membuang atau mencegah stimulus nyeri. Nyeri juga dapat dicegah
dengan mengantisipasi kejadia yang menyakitkan.
6. Stimulasi Kutaneus
Adalah stimulasi kulit yang dilakukan untuk menghilangkan
nyeri. Masase, mandi air hangat, kompres menggunakan kantong es,
dan stimulasi saraf elektrik transkutan (TENS) merupakan langkah –
langkah sederhana dalam upaya menurunkan persepsi nyeri.
B. Farmakologi
a. Analgesik Nonnarkotik
Analgesik nonnarkotik tidak bersifat adiktif dan kurang kuat
dibandingkan dengan analgesik narkotik. Obat ini digunakan untuk
mengatasi nyeri yang ringan sampai sedang. Obat ini efektif untuk
nyeri tumpul pada sakit kepala, dismenore, nyeri pada inflamasi,
abrasi minor, nyeri otot, dan arthtritis jaringan sampai sedang.
Kebanyakan dari analgesik menurunkan suhu tubuh yang meningkat,
sehingga mempunyai antipiretik,. Beberapa analgesik seperti aspirin,
mempunyai efek anti inflamasi dan juga efek anti koagulan.
b. Analgesik Narkotik
Analgesik narkotik, disebut juga Agonis Narkotik, direspon untuk
mengatasi nyeri yang sedang sampai berat. Analgesik narkotik bekerja
terutama pada sistem saraf pusat, sedangkan analgesik nonnarkotik
bekerja pada sistem saraf tepi pada tempat reseptor nyeri. Narkotik tidak
hanya menekan rangsang nyeri tetapi juga menekan pernapasan dan batuk
dengan bekerja pada pusat pernapasan dan batuk pada medulla di batang
otak
F. PENGKAJIAN KEPERWATAN
Pengkajian keperawatan merupakan tahap awal yang dilakukan
oleh seorang perawat saat pasien masuk di pusat pelayanan kesehatan,
seperti rumah sakit. Pengkajian tersebut merupakan proses dari
pengumpulan data, misalkan: nama dan umur pasien, verifikasi, dan
komunikasi data tentang pasien. Fase proses keperawatan ini mencakup
dua langkah pengumpulan data, yang dikenal dengan data primer dan
sekunder, dimana data primer ialah data yang didapatkan langsung oleh
pasien, sedangkan data sekunder ialah data yang diambil dari hasil
wawancara individu pasien, atau orang yang mengantar pasien ke pusat
pelayanan keehatan atau dengan petugas kesehatan (Potter &Perry (2005),
dalam Rezky; 2018).
2. Keluhan Utama
3. Riwayat kesehatan
4.Fisiologi
Gangguan rasa nyaman
A Nyeri Akut
Diaforesis
5. Analisa Data
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan nyeri akut berhubungan dengan Agen pencedera fisiologi
(mis.inflamasi , iskemia ,neoplasma ),Agen pencedera kimiawi
(mis.terbakar , bahan kimia iritan),Agen pencedera fisik (mis. Abses,
amputasi ,terbakar, terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi ,
trauma, latihan fisik berlebihan) berdasarkan (SDKI,2016)
H. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Berdasarkan SDKI,SLKI, dan SIKI.
RENCANA TINDAKAN
NO DIAGNOSA TUJUAN/ INTERVENSI RASIONAL
KRITERIA
HASIL
1 1) Nyeri akut Setelah Mnajemen nyeri
berhubungan dilakukan Observasi: Observasi:
dengan : asuhan -Identifikasi skala -Untuk mengetahui
- Cedera keperawatan nyeri skala nyeri
traumatis selama …x.. -Identifikasi -Untuk mengetahui
- Infeksi jam,di harapkan pengetahuan dan sejauh mana klien
- Galukoma nyeri berkurang. keyakinan tentang memahami tentang
-Untuk mengetahui
-Identifikasi faktor yang
faktor yang memperberat &
memperberat dan memperingan nyeri
memperingan
nyeri -Untuk mengetahui
-Identifikasi sejauh mana klien
pengaruh budaya mengerti tentang
terhadap respon pengaruh budaya
nyeri terhadap respon
nyeri
-Untuk mengetahui
-Identifikasi sejauh mana
pengaruh nyeri pengaruh nyeri
pada kualitas pada kualitas hidup
hidup
-Untuk
-Monitor mempercepat
keberhasilan proses
terapi penyembuhan klien
komplementer
yang sudah di
berikan -Untuk memantau
-Monitor efek keselamatan klie
samping
penggunaan
analgetik
Terapeutik:
Terapeutik: -Untuk
-Berikan teknik memberikan rasa
non farmakologis nyaman kepada
untuk mengurangi klien
rasa nyeri
(kompres hangat) -Untuk menunjang
-Fasilitas istirahat proses
dan tidur penyembuhan
-Untuk
-Kontrol memberikan
lingkungan yang lingkungan yang
memperberat rasa nyaman pada klien
yeri
-Untuk
-Pertimbangkan mempermudah
jenis dsan sumber proses
nyeri dalam penyembuhan klien
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi:
Edukasi: -Untuk memantau
-Anjurkan rasa nyeri
memonitor nyeri
secara mandiri -Untuk memantau
-Anjurkan keselamatan klien
menggunakaan
analgetik secara
tepat -Untuk mengetahui
-Jelaskan penyebab ,periode
penyebab, periode dan pemicu nyeri
, dan pemicu
nyeri -Untuk mengetahui
-Jelaskan strategi strategi meredakan
meredakan nyeri nyeri
-Untuk
-Ajarkan teknik mempercepat
nonfarmakologis penyembuhan klien
untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi:
Kolaborasi: -Untuk
-Kolaborasi mempercepat
pemberian proses
analgetik , jika penyembuhan rasa
perlu nyeri
DAFTAR PUSTAKA
Kozier, Erb, dkk. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses
& Praktik Edisi 7 Volume 2. Jakarta : EGC.
Lippincott dan Williams & Wilkins. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan
Lynda Juall Carpenito-Moyet Edisi 8. Jakarta : EGC.
Nanda Internasional. 2012. Diagnosis Keperawatan: Definisi & Klasifikasi 2012-
2014. Jakarta : EGC.
Perry & Potter. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Volume 2 Edisi 4.
Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan Konsep Dan AplikasiKebutuhan
Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika
Carpenito, Lynda Juall. 1999. Rencana Asuhan dan Dokumentasi
Keperawatan. Jakarta: EGC
Mubarak, Wahid Iqbal. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:
EGC
Nanda International. 2011. Nursing Diagnoses: Definition & classification 2012-
PPNI
PPNI
Tim Pokja PPNI.2017.Standar Diagnosa Intervensi Keperawatan
Indonesia.Jakarta:DPP PPNI
RSUD KARANGASERM
KASUS:
A. Identitas Pasien
Nama : Ny.A
No RM : 005607069
Umur : 31 th
Pekerjaan : Swasta
Agama : Hindu
B. Keluhan Utama
Pasien mengeluh nyeri pada perut kanan bawah pada luka setelah operasi
C. Riwayat Kesehatan
D. Fisiologis
A Nyeri Akut
Diaforesis
E. Analisa Data
Ruang : Kenanga
No Register : 22237435
II.DIAGNOSA KEPERAWATAN
Ruang : Kenanga
No Register : 22237435
No Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan Agen pencedera fisik (prosedur operasi
Ditandai dengan pasien mengatakan nyeri pada perut bagian kanan bawah
luka operasi
Edukasi:
Edukasi: 1.Untuk
1.Jelaskan mengetahui
penyebab , periode, penyebab,
dan pemicu nyeri periode dan
pemicu nyeri
2. Untuk
2. Jelaskan strategi mengetahui
meredakan nyeri strategi
meredakan nyeri
3. Untuk
3. Ajarkan teknik mempercepat
nonfarmakologis penyembuhankli
untuk mengurangi en
rasa nyeri Kolaborasi:
Kolaborasi: -Untuk
-Kolaborasi mempercepat
pemberian analgetik penyembuhan
jika perlu rasa nyeri
Pukul - Mengidentifikasi
11.30 pengetahuan dan S: Pasien sudah
keyakinan tentang nyeri mulai mengetahui Rika
pengetahuan dan
keyakinan tentang
nyeri
O: Pasien sudah
memahami
keyakinan tentang
nyeri
V .EVALUASI