Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PENDAHULUAN

Rasa aman nyaman

1. Pendahuluan

Setiap individu membutuhkan rasa nyaman. Kebutuhan rasa nyaman ini


dipersepsikan berbeda pada setiap orang. Ada yang mempersepsikan bahwa
hidup terasa nyaman bila mempunyai banyak uang. Ada juga yang indikatornya
bila tidak ada gangguan dalam hidupnya. Dalam konteks keperawatan, perawat
harus memperhatikan dan memenuhi rasa nyaman. Gangguan rasa nyaman yang
dialami klien diatasi oleh perawat melalui intervensi keperawatan. Kondisi
ketidaknyamanan yang paling sering dihadapi klien adalah nyeri. Nyeri merupakan
sensasi ketidaknyamanan yang bersifat individual. Klien merespon nyeri yang
dialaminya dengan beragam cara, misalnya berteriak, meringis, dan lain-lain. Oleh
karena nyeri bersifat subjektif, maka perawat mesti peka terhadap sensasi nyeri
yang dialami klien (Potter & Perry, 2001).

2. Pengertian

Rasa nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia
yaitu kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan yang meningkatkan
penampilan sehari-hari), kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi), dan transenden
(keadaan tentang sesuatu yang melebihi masalah dan nyeri) Kolcaba (1992, dalam
Potter & Perry, 2006).

Perubahan kenyamanan adalah keadaan dimana individu mengalami sensasi yang


tidak menyenangkan dan berespons terhadap suatu rangsangan yang berbahaya
(Carpenito, Linda Jual, 2000)

3. Anatomi fisologi

Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsang
nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf
bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap stimulus kuat yang secara
potensial merusak. Reseptor nyeri disebut juga nosireceptor, secara anatomis
reseptor nyeri (nosireceptor) ada yang bermielien dan ada juga yang tidak
bermielin dari syaraf perifer.

Berdasarkan letaknya, nosireseptor dapat dikelompokkan dalam beberapa


bagaian tubuh yaitu pada kulit (Kutaneus), somatik dalam (deep somatic), dan
pada daerah viseral, karena letaknya yang berbeda-beda inilah, nyeri yang timbul
juga memiliki sensasi yang berbeda.
Nosireceptor kutaneus berasal dari kulit dan sub kutan, nyeri yang berasal dari
daerah ini biasanya mudah untuk dialokasi dan didefinisikan. Reseptor jaringan
kulit (kutaneus) terbagi dalam dua komponen yaitu :

1.Reseptor A delta: Merupakan serabut komponen cepat (kecepatan tranmisi 6-30


m/det) yang memungkinkan timbulnya nyeri tajam yang akan cepat hilang apabila
penyebab nyeri dihilangkan

2.Serabut C: Merupakan serabut komponen lambat (kecepatan tranmisi 0,5


m/det) yang terdapat pada daerah yang lebih dalam, nyeri biasanya bersifat
tumpul dan sulit dilokalisasi. Struktur reseptor nyeri somatik dalam meliputi
reseptor nyeri yang terdapat pada tulang, pembuluh darah, syaraf, otot, dan
jaringan penyangga lainnya. Karena struktur reseptornya komplek, nyeri yang
timbul merupakan nyeri yang tumpul dan sulit dilokalisasi. Reseptor nyeri jenis
ketiga adalah reseptor viseral, reseptor ini meliputi organ-organ viseral seperti
jantung, hati, usus, ginjal dan sebagainya. Nyeri yang timbul pada reseptor ini
biasanya tidak sensitif terhadap pemotongarn organ, tetapi sangat sensitif
terhadap penekanan, iskemia dan inflamasi

4. Etiologi

Penyebab nyeri dapat diklasifikasikan kedalam 2 golongan yaitu


penyebab yang berhubungan dengan fisik dan berhubungan dengan
psikis.
a. Secara fisik misalnya penyebab adalah trauma ( mekanik,
thermal, kimiawi, maupun elektrik )
1) Trauma mekanik menimbulkan nyeri karena ujung – ujung saraf
bebas mengalami kerusakan akibat benturan, gesekan, ataupun luka.
2) Trauma thermal menimbulkan nyeri karena ujung saraf reseptor
mendapat rangsangan akibat panas atau dingin
3) Trauma kimiawi terjadi karena tersentuh zat asam atau basa yang
kuat
4) Trauma elektrik dapat menimbulkan nyeri karena pengaruh aliran
listrik yang kuat mengenai reseptor rasa nyeri.
b. Neoplasma menyebabkan nyeri karena terjadinya tekanan atau
keerusakan jaringan yang mengandung reseptor nyeri dan juga terikan,
jepitan atau metaphase.
c. Peradangan adalah nyeri yang diakibatkan karena adanya
kerusakan ujung-ujung saraf reseptor akibat pembengkakan.
d. Gangguan sirkulasi dan kelainan pembuluh darah, biasanya pada
pasien infark miokard dengan tanda nyeri pada dada yang khas.
5. patofisiologi

Pada saat sel saraf rusak akibat trauma jaringan, maka terbentuklah zat-zat kimia
seperti Bradikinin, serotonin dan enzim proteotik. Kemudian zat-zat tersebut
merangsang dan merusak ujung saraf reseptor nyeri dan rangsangan tersebut
akan dihantarkan ke hypothalamus melalui saraf asenden. Sedangkan di korteks
nyeri akan dipersiapkan sehingga individu mengalami nyeri. Selain dihantarkan
ke hypothalamus nyeri dapat menurunkan stimulasi terhadap reseptor mekanin
sensitif pada termosensitif sehingga dapat juga menyebabkan atau mengalami
nyeri (Wahit Chayatin, N.Mubarak, 2007).

6. pemeriksaan diagnosis

a. Pemeriksaan USG untuk data penunjang apa bila ada nyeri tekan di abdomen
b. Rontgen untuk mengetahui tulang atau organ dalam yang abnormal
c. Pemeriksaan LAB sebagai data penunjang pemefriksaan lainnya
d. Ct Scan (cidera kepala) untuk mengetahui adanya pembuluh darah yang
pecah di otak
e. EEG
f. ECG
g. Menggunakan skala nyeri
a. Ringan = Skala nyeri 1-3 : Secara objektif pasien masih dapat
berkomunikasi dengan baik
b. Sedang = Skala nyeri 4-6 : Secara objektif pasien dapat menunjukkan
lokasi nyeri, masih merespon dan dapat mengikuti instruksi yang
diberikan
c. Berat = Skala nyeri 7-9 : Secara objektif pasien masih bisa merespon,
namun terkadang klien tidak mengikuti instruksi yang diberikan.
d. Nyeri sangat berat = Skala 10 : Secara objektif pasien tidak mampu
berkomunikasi dan klien merespon dengan cara memukul.

7. penatalaksanaan

Relaksasi

Relaksasi merupakan kebebasan mental dan fisik dari ketegangan dan stress. Teknik
relaksasi memberikan individu kontrol diri ketika terjadi rasa tidak nyaman atau nyeri
stress fisik dan emosi pada nyeri. Dalam imajinasi terbimbing klien menciptakan
kesan dalam pikiran, berkonsentrasi pada kesan tersebut sehingga secara bertahap
klien dapat mengurangi rasa nyerinya.

b. Teknik imajinasi
Biofeedback merupakan terapi perilaku yang dilakukan dengan memberikan individu
informasi tentang respon fisiologis misalnya tekanan darah.

Hipnosis diri dapat membantu mengubah persepsi nyeri melalui pengaruh sugesti
positif dan dapat mengurangi ditraksi

Mengurangi persepsi nyeri adalah suatu cara sederhana untuk meningkatkan rasa
nyaman dengan membuang atau mencegah stimulus nyeri.

c. Teknik Distraksi

Teknik distraksi adalah pengalihan dari focus perhatian terhadap nyeri ke stimulus
yang lain. Ada beberapa jenis distraksi yaitu ditraksi visual (melihat pertandingan,
menonton televise,dll), distraksi pendengaran (mendengarkan music, suara
gemericik air), distraksi pernafasan ( bernafas ritmik), distraksi intelektual (bermain
kartu).

d. Terapi dengan pemberian analgesic

Pemberian obat analgesic sangat membantu dalam manajemen nyeri seperti


pemberian obat analgesik non opioid (aspirin, ibuprofen) yang bekerja pada saraf
perifer di daerah luka dan menurunkan tingkatan inflamasi, dan analgesic opioid
(morfin, kodein) yang dapat meningkatkan mood dan perasaan pasien menjadi lebih
nyaman walaupun terdapat nyeri.

e. Immobilisasi

Biasanya korban tidur di splint yang biasanya diterapkan pada saat kontraktur atau
terjadi ketidakseimbangan otot dan mencegah terjadinya penyakit baru seperti
decubitus.

7. askep

a. pengkajian

b. analisa data

No Data fokus problem etiologi


1 Ds:
Klien mengatakan
nyeri kepala
P: saat beraktifitas
Q: terasa ditusuk2
R: nyeri dikepala

Anda mungkin juga menyukai