Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN SUHU TUBUH

DISUSUN OLEH

TRI AGUSTINE

(201101064)

POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK

PRODI DIII KEPERAWATAN SINGKAWANG

TAHUN AJARAN 2022/2023


KONSEP DASAR GANGGUAN SUHU TUBUH

A. PENGERTIAN
Suhu tubuh adalah perbedaan antara jumlah panas yang diproduksi
oleh proses tubuh dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar. Suhu
permukaan berfluktuasi bergantung pada aliran darah ke kulit daan jumlah
panas yang hilang kelingkungan luar.
Karena fluktuasi suhu permukaan ini, suhu yang dapat diterima
berkisar dari 36°C atau 38°C. Fungsi jaringan dan sel tubuh paling baik
dalam rentang suhu yang relatif sempit (Perry, 2005). Menurut Sutisna
(2010) Suhu tubuh adalah perbedaan antara jumlah panas yang diproduksi
oleh proses tubuh dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar. Panas
yang diproduksi dikurangi pengeluaran panas sama dengan nilai suhu tubuh.
Dalam tubuh, panas dihasilkan oleh gerakan otot asimilasi makanan dan
oleh semua proses vital yang berperan dalam tingkat metabolisme basal.
Panas dikeluarkan tubuh melalui radiasi, konduksi (hantaran), dan
penguapan air di saluran napas dan kulit. Sejumlah panas juga dikeluarkan
melalui urine dan feses.
Suhu tubuh diatur oleh hipotalamus yang terletak diantara dua
hemisfer otak. Fungsi hipotalamus adalah seperti termostart. Suhu yang
nyaman merupakan set point untuk operasi system pemanas. Penurunan
suhu lingkungan akan mengaktifkan pemanas, sedangkan peningkatan suhu
akan mematikan system pemanas tersebut.
Pada umumnya penjalaran sinyal suhu hampir selalu sejajar, namun
tidak persis sama seperti sinyal nyeri. Sewaktu memasuki medulla spinalis,
sinyal akan menjalar dalam traktus lissaueri sebanyak beberapa segmen
diatas atau dibawah dan selanjutnya akan berakhir terutama pada lamina I,
II, III radiks dorsalis sama seperti untuk rasa nyeri. Sesudah ada
percabangan satu atau lebih neuron dalam medulla spinalis maka sinyal
akan menjalarkan keserabut termal asenden yang menyilang ketraktus
sensorik anterolateral sesi berlawanan dan akan berakhir di area reticular
batang otak dan kompleks vetro basal thalamus.
Setelah dari thalamus sinyal di hantarkan ke hipotalamus.
Dihipotalamus mengandung dua pusat pengaturan suhu. Hipotalamus
bagian anterior berespon terhadap peningkatan suhu dengan menyebabkan
vasodilatasi dan karenanya panas menguap. Sedangkan hipotalamus bagian
posterior berespon terhadap penurunan suhu dengan menyebabkan
vasokontriksi dan mengaktivasi pembentukan panas lebih lanjut.

B. ETIOLOGI
Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan atau penurunan suhu
tubuh yaitu :
1) Umur
Pada bayi baru lahir, mekanisme pengaturan suhu tubuh belum
sempurna. Oleh karena itu suhu tubuh bayi sangat dipengaruhi oleh
suhu lingkungan dan harus dilindungi dari perubahan-perubahan suhu
yang ekstrim.
2) Jenis kelamin
Jenis kelamin dapat mempengaruhi suhu tubuh. Misalnya terdapat
peningkatan suhutubuh sebesaar 0,3 - 0,5°C pada wanita yang sedang
mengalami ovulasi. Hal ini terjadi karena selama ovulasi terjadi
peningkatan hormon progesteron yang meningkatan BMR.
3) Emosi
Keadaan emosi dan perilaku yang berlebihan dapat mempengaruhi
suhu tubuh. Peningkatan emosi akan meningkatkan suhu tubuh. Pada
orang yang apatis, depresi dapat menurunkan produksi panas sehingga
suhu tubuhnya pun dapat turun.
4) Aktifitas fisik
Suhu tubuh dapat meningkat sebagai hasil dari aktifitas fisik, seperti
olah raga. Olahraga dapat meningkatkan metabnolisme sel sehingga
produksi panas meningkat yang pada akhirnya akan meningkatkan
suhu tubuh.
5) Lingkungan
Lingkungan juga dapat mempengaruhi suhu tubuh seseorang.
Lingkungan yang suhunya panas dapat menyebabkan peningkatan
suhu tubuh.

C. PATOFISIOLOGI
Pathway
D. TANDA DAN GEJALA
Gejala dan tanda gangguan suhu badan dibagi menjadi dua yaitu
sebagai berikut (PPNI, 2016):
a. Gejala dan tanda mayor
Data subjektif:
(tidak tersedia)
Data objektif:
1) Suhu tubuh diatas nilai normal
b. Gejala dan tanda minor
Data subjektif:
(tidak tersedia)
Data objektif:
1) Kulit merah
2) Kejang
3) Takikardi
4) Takipnea
5) Kulit terasa hangat

E. KOMPLIKASI
a. Demam
Demam merupakan mekanisme pertahanan yang penting.
Peningkatan ringan suhu sampai 39°C meningkatkan sistem imun
tubuh. Demam juga meruapakan bentuk pertarungan akibat infeksi
karena virus menstimulasi interferon (substansi yang bersifat
melawan virus). Pola demam berbeda bergantung pada pirogen.
Peningkatan dan penurunan jumlah pirogen berakibat puncak
demam dan turun dalam waktu yang berbeda. Selama demam,
metabolisme meningkat dan konsumsi oksigen bertambah.
metabolisme tubuh meningkat 7% untuk setiap derajat kenaikan
suhu. Frekuensi jantung dan pernapasan meningkat untuk memenuhi
kebutuhan metabolik tubuh terhadap nutrient. Metabolisme yang
meningkat menggunakan energi yang memproduksi panas tambahan.
b. Kelelahan akibat panas
Kelelahan akibat panas yang terjadi bila diaforesis banyak
mengakibatkan kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan.
Disebabkan oleh lingkungan yang terpajan panas. Tanda dan gejala
kurang volume cairan adalah hal yang umum selama kelelahan
akibat panas. Tindakan pertama yaitu memindahkan klien ke
lingkungan yang lebih dingin serta memperbaiki keseimbangan
cairan dan elektrolit.
c. Hipertermia
Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan tubuh
untuk meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan produksi
panas adalah hipertermia. Setiap penyakit atau trauma pada
hipotalamus dapat mempengaruhi mekanisme pengeluaran panas.
Hipertermia malignan adalah kondisi bawaan tidak dapat mengontrol
produksi panas, yang terjadi ketika orang yang rentan menggunakan
obat-obatan anastetik tertentu.
d. Heatstroke
Pajanan yang lama terhadap sinar matahari atau lingkungan dengan
suhu tinggi dapat mempengaruhi mekanisme pengeluaran panas.
Kondisi ini disebut heatstroke, kedaruratan yang berbahaya panas
dengan angka mortalitas yang tinggi. Klien beresiko termasuk yang
masih sangat muda atau sangat tua, yang memiliki penyakit
kardiovaskular, hipotiroidisme, diabetes atau alkoholik. Yang
termasuk beresiko adalah orang yang mengkonsumsi obat yang
menurunkan kemampuan tubuh untuk mengeluarkan panas (mis.
fenotiazin, antikolinergik, diuretik, amfetamin, dan antagonis
reseptor beta-adrenergik) dan mereka yang menjalani latihan
olahraga atau kerja yang berat (mis. atlet, pekerja konstruksi dan
petani). Tanda dan gejala heatstroke termasuk gamang, konfusi,
delirium, sangat haus, mual, kram otot, gangguan visual, dan bahkan
inkontinensia. Tanda lain yang paling penting adalah kulit yang
hangat dan kering.
Penderita heatstroke tidak berkeringat karena kehilangan elektrolit
sangat berat dan malfungsi hipotalamus. Heatstroke dengan suhu
yang lebih besar dari 40,5°C mengakibatkan kerusakan jaringan
pada sel dari semua organ tubuh. Tanda vital menyatakan suhu tubuh
kadang-kadang setinggi 45°C, takikardia dan hipotensi. Otak
mungkin merupakan organ yang terlebih dahulu terkena karena
sensitivitasnya terhadap keseimbangan elektrolit. Jika kondisi terus
berlanjut, klien menjadi tidak sadar, pupil tidak reaktif. Terjadi
kerusakan neurologis yang permanen kecuali jika tindakan
pendinginan segera dimulai.
e. Hipotermia
Pengeluaran panas akibat paparan terus-menerus terhadap dingin
memengaruhi kemampuan tubuh untuk memproduksi panas
sehingga akan mengakibatakan hipotermia. Tingkatan hipotermia :
- Ringan 34,6 – 36,5°C per rektal
- Sedang 28,0 – 33,5°C per rektal
- Berat 17,0 – 27,5°C per rektal
- Sangat berat 4,0 – 16,5°C per rektal
Hipotermia aksidental biasanya terjadi secara berangsur dan tidak
diketahui selama beberapa jam. Ketika suhu tubuh turun menjadi
35°C, orang yang mengalami hipotermia mengalami gemetar yang
tidak terkontrol, hilang ingatan, depresi, dan tidak mampu menilai.
Jika suhu tubuh turun dibawah 34,4°C, frekuensi jantung,
pernapasan, dan tekanan darah turun. Jika hipotermia terus
berlangsung, disritmia jantung akan berlangsung, kehilangan
kesadaran, dan tidak responsif terhadap stimulus nyeri.

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1) Pemeriksaan laboratorium
2) Pemeriksaan darah perifer lengkap
3) Pemeriksaan SGOP dan SGPT
4) Pemeriksaan widal
5) Pemeriksaan urine

G. PENATALAKSANAAN MEDIK
1. Secara fisik
Mengawasi kondisi klien dengan : Pengukuran suhu secara berkala
setiap 4-6 jam. Perhatikan apakah pasien tidur gelisah, sering terkejut,
atau mengigau. Perhatikan pula apakah mata pasien cenderung melirik
ke atas atau apakah pasien mengalami kejang - kejang. Demam yang
disertai kejang yang terlalu lama akan berbahaya bagi perkembangan
otak, karena oksigen tidak mampu mencapai otak. Terputusnya suplai
oksigen ke otak akan berakibat rusaknya sel-sel otak. Dalam keadaan
demikian, cacat seumur hidup dapat terjadi berupa rusaknya fungsi
intelektual tertentu.
a. Bukalah pakaian dan selimut yang berlebihan
b. Memperhatikan aliran udara di dalam ruangan
c. Jalan nafas harus terbuka untuk mencegah terputusnya suplai
oksigen ke otak yang akan berakibat rusaknya sel-sel otak
d. Berikan cairan melalui mulut, minum sebanyak banyaknya
minuman yang diberikan dapat berupa air putih, air buah atau
air teh. Tujannnya adalah agar cairan tubuh yang menguap
akibat naiknya suhu tubuh memperoleh gantinya
e. Tidur yang cukup agar metabolisme berkurang
f. Kompres dengan air biasa pada dahi, ketiak, lipat paha.
Tujuannya untuk menurunkan suhu tubuh dipermukaan tubuh.
Turunnya suhu tubuh dipermukaan tubuh ini dapat terjadi
karena panas tubuh digunakan untuk menguapkan air pada kain
kompres. Jangan menggunakan air es karena justru akan
membuat pembuluh darah menyempit dan panas tidak dapat
keluar. Menggunakan alkohol dapat menyebabkan iritasi dan
intoksikasi (keracunan)
g. Saat ini yang lazim digunakan adalah dengan kompres hangat
kuku. Kompres air hangat kuku maka suhu di luar terasa hangat
dan tubuh akan menginterpretasikan bahwa suhu diluar cukup
panas. Dengan demikian tubuh akan menurunkan kontrol
pengatur suhu diotak supaya tidak meningkatkan pengatur suhu
tubuh lagi. Di samping itulingkungan luar yang hangat akan
membuat pembuluh darah tepi di kulit melebar atau mengalami
vasodilatasi, juga akan membuat pori-pori kulit terbuka
sehingga akan mempermudah pengeluaran panas dari tubuh.
2. Obat-obatan Antipiretik
Antipiretik bekerja secara sentral menurunkan suhu di pusat pengatur
suhu di hipotalamus. Antipiretik berguna untuk mencegah
pembentukan prostaglandin dengan jalan menghambat enzim
cyclooxygenase sehinga set point hipotalamus direndahkan kembali
menjadi normal yang mana diperintah memproduksi panas diatas
normal dan mengurangi pengeluaran panas tidak ada lagi.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Riwayat keperawatan
1) Riwayat penyakit sekarang
Sejak kapan timbul demam, sifat demam, gejala lain yangmenyertai
demam (misalnya: mual, muntah, nafsu makan, eliminasi, nyeri otot
dan sendi dll), apakah menggigil, gelisah.
2) Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah diderita
pasien
3) Riwayat penyakit keluarga
Riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah diderita
oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat genetik atau tidak

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit.
2. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi atau inflamasi
3. Resiko defisit volume cairan yang berhubungan dengan intake tidak
adekuat dan diaphoresis
4. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia
C. INTERVENSI

Diagnosa Tujuan dan Kriteria


No Intervensi Rasional
Keperawatan Hasil
1 Hipertermia Setelah dilakukan Manajemen Hipertermia (I.15506) : 1. Menemukan penyebab hipertermia
berhubungan tindakan keperawatan Observasi : 2. Memantau suhu tubuh
dengan proses selama 3x24 jam, 1. Identifikasi penyebab hipertermia 3. Memantau kadar elektrolit
penyakit diharapkan 2. Monitor suhu tubuh 4. Memantau haluaran urine
termogulasi membaik 3. Monitor kadar elektrolit 5. Memantau ada tidaknya penyakit lain
dengan kriteria hasil 4. Monitor haluaran urine yang disebabkan hipertermia
(L.14134) : 5. Monitor komplikasi akibat 6. Menyiapkan lingkungan yang sejuk
Menurun : hipertermia 7. Melonggarkan atau melepaskan
- Menggigil Terapeutik : pakaian
- Kejang 6. Sediakan lingkungan yang dingin 8. Membasahi dan mengipasi
- pucat 7. Longgarkann atau lepaskan pakaian permukaan tubuh
Membaik : 8. Basahi dan kipasi permukaan tubuh 9. Memberikan minuman
- Suhu tubuh 9. Berikan cairan oral 10. Mengganti seprai setiap hari atau
- Suhu kulit 10. Ganti linen setiap hari atau lebih lebih sering jika mengalami keringat
- Tekanan darah sering jika mengalami keringat berlebih
berlebih 11. Melakukan pendinginan yaitu
11. Lakukan pendinginan eksternal kompres badan
12. Hindari pemberian antipiretik atau 12. Menghindari pemberian antipiretik
aspirin atau aspirin
13. Berikan oksigen, jika perlu 13. Memberikan oksigen, jika perlu
Edukasi : 14. Menyarankan tirah baring
14. Anjurkan tirah baring 15. Bekerja sama memberikan cairan dan
Kolaborasi : elektrolit intravena, jika perlu
15. Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2000. Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar. Jakarta : Salemba Medika

Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawwatan. Jilid 1. Jakarta :
EGC

PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai