Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

PENGKAJIAN PASIEN GANGGUAN KEBUTUHAN NUTRISI


PATOLOGI METABOLIK ENDOKRIN
Dosen Pengampu : Ns. Shanty Chloranita, M.Kep., Sp.Kep.MB

Disusun oleh

KELOMPOK 2

Agung Saputra 1926002 Elly Astari 1926032

Arnanda Tridita Damayanti 1926016 Elsa guspriati 1926034

Dedi Saputra Dau 1926012 Elsiska Ayu Pratami 1926034

Deva Febriyantika 1926026 Khissin Ramdhona 1926056

Elfa Luvia Juliani 1926030 Rona Safitri 1926102

PRODI D III KEPERAWATAN


STIKES PANCA BHAKTI BANDAR LAMPUNG
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “PENGKAJIAN PASIEN
GANGGUAN KEBUTUHAN NUTRISI PATOLOGI METABOLIK ENDOKRIN” ini tepat
pada waktunya.
Tujuan dari penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Metodologi
Keperawatan.Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para
pembaca dan juga bagi penulis. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Bandar Lampung, 10 Oktober 2020

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii

DAFTAR ISI .............................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 3

C. Tujuan ................................................................................................................... 3

BAB II ISI ................................................................................................................... 4

BAB III PEMBAHASAN

A. Pengertian Gangguan Kebutuhan Nutrisi ........................................................................

B.   Anamnesa

C. Pemeriksaan Fisik

D. Pemeriksaan Diagnostik

F.     Patologi

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................................................... 15

B. Saran .................................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Salah satu masalah pokok kesehatan di negara-negara berkembang termasuk Indonesia adalah
masalah gangguan terhadap kesehatan masyarakat yang disebabkan oleh gangguan kebutuhan
nutrisi. Saat ini di dalam era globalisasi dimana terjadi perubahan gaya hidup dan pola
makan, Indonesia menghadapi masalah gangguan kebutuhan nutrisi yang pada umumnya
disebabkan oleh kemiskinan, kurangnya persediaan pangan, kurang baiknya kualitas
lingkungan, dan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi. Sekitar 37,3 juta penduduk
hidup di bawah garis kemiskinan, separuh dari total rumah tangga mengonsumsi makanan
kurang dari kebutuhan sehari-hari, lima juta balita berstatus gizi kurang, dan lebih dari 100
juta penduduk berisiko terhadap berbagai masalah kurang gizi.

Masalah gangguan kebutuhan nutrisi masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan dapat
menjadi penyebab kematian terutama pada kelompok resiko tinggi (bayi dan balita). Menurut
Alan Berg (1986), gizi yang kurang mengakibatkan terpengaruhnya perkembangan mental,
perkembangan jasmani, dan produktifitas manusia karena semua itu mempengaruhi potensi
ekonomi manusia. Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan yang
penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan
kesehatan saja. Penyebab timbulnya masalah gangguan kebutuhan nutrisi adalah multifaktor,
oleh karena itu pendekatan penanggulangannya harus melibatkan berbagai sektor yang
terkait.

Seseorang yang telah mengalami gangguan kebutuhan nutrisi ada beberapa mengenali gejala
atau sama sekali tidak mengetahuinya. Selain itu, kebanyakan orang hanya membiarkan
gejala tersebut dibiarkan sampai sembuh dengan sendirinya. Pada saat seseorang telah
mengalami gejala yang cukup parah, mereka akan datang ke rumah sakit untuk
memeriksakannya. Akan tetapi, dalam pelaksaan pemeriksaan gangguan kebutuhan nutrisi
seringkali anamnesa yang di keluarkan pasien tidak semuanya benar. Disinilah yang menjadi
permasalahan yang dihadapkan oleh seorang perawat dalam melakukan tugasnya. Selain itu
pemeriksaan fisik masih tergolong benar karena di lakukan seorang perawat yang mengkaji
seorang pasien. Ada juga pemeriksaan diagnostik atau pemeriksaan penunjang atau
pemeriksaan laboratorium yang menjadi patokan menentukan diagnose seorang pasien. Itulah
mengapa anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan diagnostik atau pemeriksaan
penunjang atau pemerikaan labortorium sangat amat di perlukan oleh seorang perawat

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada makalah kasus ini adalah bagaimana anamnesa, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan diagnostik pada pasien gangguan kebutuhan nutrisi patolgi sistem pencernaa
dan metabolic endokrin

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum
Mengetahui pengkajian pada pasien gangguan kebutuhan nutrisi patologi sistem
pencernaan dan metabolic endokrin
2. Tujuan Khusus
Penulisan makalah ini diharapkan dapat membantu perawat untuk:
a. Memahami tentang pengertian, anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
diagnostik gangguan kebutuhan nutrisi secara umum
b. Memahami anamnesa dalam gangguan kebutuhan nutrisi patologi sistem
pencernaan adan metabolic endokrin
c. Mengetahui pemeriksaan fisik dalam gangguan kebutuhan nutrisi patologi
sistem pencernaan adan metabolic endokrin
d. Mengetahui pemeriksaan diagnostik dalam gangguan kebutuhan nutrisi
patologi sistem pencernaan adan metabolic endokrin
BAB II

ISI

Gangguan Kebutuhan nutrisi merupakan gangguan pada unsur-unsur yang dibutuhkan oleh
manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupuan psikologis, yang tentunya
akan mengganggu dalam mempertahankan nutrisi yang ada di dalam tubuh. Nutrisi sangat
penting bagi manusia karena nutrisi merupakan kebutuhan fital bagi semua makhluk hidup,
mengkonsumsi nutrien (zat gizi) yang buruk bagi tubuh tiga kali sehari selama puluhan tahun
akan menjadi racun yang menyebabkan penyakit dikemudian hari. Nutrisi sangat bermanfaat
bagi tubuh kita karena apabila tidak ada nutrisi maka tidak ada gizi dalam tubuh kita.
Sehingga bisa menyebabkan penyakit / terkena gizi buruk oleh karena itu kita harus
memperbanyak nutrisi.

Nutrisi atau gizi adalah substansi organik yang dibutuhkan organisme untuk fungsi normal
dari sistem tubuh, pertumbuhan, pemeliharaan kesehatan. Nutrisi digunakan untuk makanan
sebagai pembentuk energi, dimana setiap jaringan dalam tubuh bekerja dengan baik. Tubuh
membutuhkan energy untuk metabolisme dan perbaikan seluler,fungsi
organ,pertumbuhan,dan pergerakan tubuh. Florence Nightingale telah memahami pentingnya
nutrisi dengan berfokus pada peran perawat dalam ilmu dan seni pemberian nutrisi pada era
pertengahan 1800. Sejak saat itu peran perawat dalam nutrisi dan terapi diet
berubah.gangguan kebutuhan nutisi kini diakui sebagai penyakit yang memerukan
penanganan spesifik.

Perawat memiliki posisi yang sangat strategis untuk mengenali tanda-tanda gizi butuh dan
mengambil langkah untuk memulai perubahan. Kontak yang sering dan dekat dengan klien
memungkinkan perawat untuk mengobservasi status fisik klien,asupan makanan,perubahan
berat badan dan respon terhadap terapi.Dalam pemenuhan kebutuhn nutrisi ada sistem yang
berperan disalamnya yakni sistem pencernaan dan organ asesoris. Perawat sangat bergantung
pada pengetahuan dan mendeteksi perubahan yang nyata dan sekecil apapun yang dapat
mengidentifikasi komplikasi yang mengancam nyawa klien.Oleh karena itu penting bagi
mahasiswa untuk mempelajari bagaimana cara mengembangkan,berlatih dan
mengintegrasikankemampuan utnuk melakukan pengkajian kesehatan yang sistematis dan
kompherensif ,melalui pengumpulan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik klien
(Geraldin, 2013). Selain itu pengkajian pada pasien dengan gangguan kebutuhan nutrisi harus
sangan diteliti perawat saat melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
diagnostik.

Anamnesa merupakan suatu ilmu pemeriksaan yang dilakukan dari suatu percakapan antara
seorang dokter dengan pasiennya secara langsung atau dengan orang medis lain yang
mengetahui tentang kondisi pasien tersebut, untuk memperoleh data pasien beserta keluhan
medisnya. Anamnesa merupakan suatu pertanyaan terperinci yang ditujukan kepada pasien,
untuk memperoleh data dari kondisi pasien dan faktor penyebab yang dimilikinya.
Pemeriksaan fisik yang dilakukan head to toe adalah tes rutin yang dilakukan oleh tenaga
medis profesional dengan melihat, merasakan, atau mendengar bagian tubuh yang berbeda.
Pemeriksaan penunjang merupakan bagian dari pemeriksaan medis yang dilakukan oleh
dokter untuk mendiagnosis penyakit tertentu. Pemeriksaan ini umumnya dilakukan setelah
pemeriksaan fisik dan penelusuran riwayat keluhan atau riwayat penyakit pada pasien.
Pemeriksaan penunjang atau pemeriksaan diagnostik adalah pemeriksaan yang dilakukan
dokter untuk menentukan diagnosis penyakit pada pasien serta tingkat keparahannya.
BAB III
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Gangguan Kebutuhan Nutrisi


Gangguan kebutuhan nutrisi adalah gangguan kesehatan serius yang  terjadi ketika tubuh tidak
mendapat asupan nutrisi yang cukup. Padahal, nutrisi dibutuhkan oleh tubuh untuk dapat
menjalankan fungsinya dengan baik. Ada beberapa tanda yang dapat muncul, yaitu:

1. Penurunan berat badan


2. Mudah lelah
3. Konsentrasi menurun
4. Gusi dan mulut sering luka atau nyeri
5. Kulit dan rambut kering.
6. Jaringan lemak dan otot di dalam tubuh berkurang.
7. Pipi dan mata cekung.
8. Pembengkakan di bagian tubuh tertentu, seperti di perut, wajah atau kaki.
9. Mudah terkena infeksi karena melemahnya sistem kekebalan tubuh.
10. Proses penyembuhan luka menjadi lambat.
11. Mudah kedinginan.
12. Perubahan mood atau suasana hati.
13. Kehilangan selera makan
14. Mudah terjatuh karena otot melemah.

Kekurangan gizi dapat terjadi ketika kamu tidak menjalani pola makan yang sehat. Selain itu,
kekurangan gizi bisa juga disebabkan oleh kondisi kesehatan yang membuat tubuh tidak bisa
menyerap nutrisi dari makanan dengan baik, atau membuat kamu tidak nafsu makan. Ada
juga beberapa hal lain yang dapat menyebabkan tubuh mengalami gangguan kebutuhan
nutrisi, yaitu:

1. Menjalani diet terlalu ketat, karena bisa membuat kamu kekurangan kalori dan
berbagai nutrisi penting.
2. Mengalami gangguan makan, seperti anoreksia nervosa dan bulimia.
3. Menderita penyakit yang membuat nafsu makan terganggu, seperti penyakit hati,
HIV/AIDS, atau kanker.
4. Memiliki kondisi yang membuat tubuh sulit mencerna atau menyerap nutrisi,
misalnya penyakit radang usus dan cacingan.
5. Menderita disfagia atau kesulitan untuk menelan.
6. Menderita gangguan kesehatan mental, seperti depresi dan skizofrenia.
7. Mengonsumsi minuman beralkohol dalam jumlah banyak dan terlalu sering, karena
dapat mengganggu proses pencernaan dan penyerapan nutrisi pada tubuh.
8. Menjalani pengobatan yang dapat menurunkan nafsu makan, seperti kemoterapi,
konsumsi obat tekanan darah, atau obat tiroid.
9. Masalah ekonomi, kurangnya pengetahuan mengenai nutrisi, atau tinggal di daerah
yang kekurangan makanan.
10. Pola makan buruk
Ketika asupan makanan anak terlalu sedikit atau berlebih, sehingga tidak dapat
memenuhi kebutuhan gizi optimal harian, anak berisiko mengalami malnutrisi. Pola
makan yang buruk dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Mulai dari mengalami
dysphagia (kesulitan menelan), mengalami penyakit, tidak tersedianya cukup bahan
makanan, atau keinginan untuk makan berlebih.
11. Masalah kesehatan mental
Beberapa pasien dengan kondisi kesehatan mental, seperti depresi, bisa mengalami
kondisi ini. Umumnya, hal ini dialami pada anak dengan kondisi gizi kurang, karena
mengonsumsi terlalu sedikit makanan. Ketidakmampuan untuk memperoleh dan
menyediakan makanan yang cukup. Kebanyakan anak dengan gizi kurang biasanya
sulit untuk memperoleh asupan nutrisi harian yang cukup. Hal ini disebabkan oleh
tidak tersedianya sumber makanan yang bisa memenuhi kebutuhannya, atau
lingkungan sekitar yang tidak mendukung.
12. Ketidakseimbangan antara energi yang masuk dan keluar dari tubuh
Anak yang mengalami gizi lebih biasanya sangat gemar makan, bahkan dalam porsi
yang banyak. Akan tetapi, hal tersebut tidak dibarengi dengan aktif melakukan
berbagai kegiatan. Bukan tidak mungkin, kondisi tersebut justru akan membuat sisa
energi yang tidak digunakan oleh tubuh, akan mengendap sehingga membentuk
lemak.
13. Masalah pada sistem pencernaan
Beberapa orang mungkin bisa makan dengan baik, tapi tubuhnya tidak memiliki
kemampuan untuk menyerap zat gizi yang diperlukan. Contohnya pada pasien dengan
Chron’s disease atau ulcerative colitis, yang perlu melakukan pengangkatan usus kecil
(ileostomi). Individu dengan penyakit Celiac yang memiliki kelainan genetik,
sehingga membuat mereka mengalami intoleransi terhadap gluten. Anak yang
memiliki penyakit Celiac berisiko lebih tinggi terhadap kerusakan pada lapisan pada
usus, yang kemudian menyebabkan proses penyerapan makanan terhambat.Anak yang
mengalami diare dan muntah parah dapat kehilangan nutrisi penting, dan berisiko
tinggi terhadap kekurangan gizi.
14. Alkoholisme
Alkoholisme adalah penyakit kronis (jangka panjang). Individu yang menderita
alkoholisme dapat mengalami gastritis atau kerusakan pankreas. Masalah ini juga
mengganggu kemampuan tubuh untuk mencerna makanan, menyerap vitamin dan
menghasilkan hormon yang mengatur metabolisme.
15. Kurangnya asupan ASI ibu
Para ahli mengatakan bahwa kurangnya ASI, bisa menyebabkan malnutrisi pada bayi
dan anak-anak. Ini karena di dalam ASI terkandung beragam nutrisi yang penting
untuk menunjang tumbuh kembang anak di awal masa kehidupannya.

Jika tubuhmu sudah tampak sangat kurus, ada baiknya kamu mencoba cara menggemukkan
badan dengan memperbaiki pola makan atau mendapatkan suplemen dari dokter. Untuk
menghindari gangguan kebutuhan nutrisi, kamu disarankan untuk mengonsumsi makanan
dengan gizi seimbang tiap harinya. Makanan tersebut terdiri dari sayur dan buah, susu dan
produk olahannya, juga makanan sumber karbohidrat (nasi, kentang, roti, sereal atau
pasta), lemak sehat, dan protein (daging, telur, ikan, atau kacang-kacangan).

Gangguan kebutuhan nutrisi bisa dialami oleh siapa saja, mulai dari anak-anak, orang
dewasa, hingga lansia. Untuk mengetahui apakah tubuhmu mengalami kekurangan gizi atau
tidak, kamu dapat berkonsultasi ke dokter gizi. Dokter akan menghitung indeks massa
tubuhmu dan melakukan pemeriksaan lain yang diperlukan untuk mengetahui status gizimu.
Setelah itu, dokter akan memberikan pengaturan pola makan yang sehat, sesuai dengan
kondisimu.

B.    Anamnesa
1. Anamnesa Gangguan Kebutuhan Nutrisi Secara Umum
Anamnesa merupakan suatu ilmu pemeriksaan yang dilakukan dari suatu percakapan antara
seorang dokter dengan pasiennya secara langsung atau dengan orang medis lain yang
mengetahui tentang kondisi pasien tersebut, untuk memperoleh data pasien beserta keluhan
medisnya. Anamnesa pada gangguan kebutuhan nutrisi merupakan suatu pertanyaan
terperinci yang ditujukan kepada pasien, untuk memperoleh data yang berkenaan nutrisi yang
terdapat pada pasien. Berikut adalah beberapa fase dalam menganamnesi seorang pasien yang
mengalami gangguan kebutuhan nutrisi adalah sebagai berikut

1. Fase praorientasi
a. Melakukan pengecekan program terapi
b. Mencuci tangan

2. Fase orientasi
a. Member salam
b. Menanyakan identitas pasien
c. Memperkenalkan diri
d. Menjelaskan tujuan kedatangan, prosedur pelaksanaan, dan kontrak waktu
e. Menanyakan kesiapan pasien

3. Fase kerja
a. Menanyakan bagaimana napsu makan sebelum dan selama sakit
b. Menanyakan bagaimana pola makan pasien sebelum dan selama sakit
(frekuensi,porsi)
c. Menanyakan apakah sedang menjalani diet
d. Menanyakan pasien apakah mengalami penurunan berat badan dalam kurun
waktu 6 bulan terakhir
e. Menanyakan apakah pasien mengalami kesulitan menelan
f. Menanyakan apakah pasien mengalami mual, muntah
g. Menanyakan makanan kesukaan pasien (asin, manis, gurih, berlemak/
gorengan, bakar-bakaran)
h. Menanyakan apakah pasien sering mengkonsumsi makanan buah-buahan,
sayur-sayuran
i. Menanyakan apakah pasien sering mengkonsumsi suplemen jenis vitamin
untukmeningkatkan daya tahan tubuh
j. Menanyakan apakah pasien sering mengalami kesulitan penyembuhan luka
k. Menanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita sakit (kencing
manis, hipertensi, kanker, stroke)

4. Fase terminasi
a. Menyampaikan hasil anamnesa dan mengevaluasi
b. Member kesempatan pasien untuk bertanya
c. Menyampaikan rencana tindak lanjut
d. Berpamitan
e. Cuci tangan

2. Anamnesa Gangguan Kebutuhan Nutrisi Pada Metabolic Endokrin


a. Data Demografi
1) Usia Untuk mencntukan BB Ideal
2) Jenis kelamin
3) Tempat tinggal : pada masa bayi, kanak2 dan pada saat sekarang

b. Riwayat keluarga
Kaji kemungkinan adanya anggota keluarga yg mengalami gangguan seperti yg dialami K
atau gangguan secara langsung dengan gangguan hormonal adalah sebagai berikut
1) Obesitas dicurigai karena hipotiroid
2) Gangguan Tumbang dicurigai adanya gangguan GH, Kel. Tiroid, dan kelenjar
gonad
3) Kelainan pada tiroid Infertilitas
c. Riwayat Kesehatan
Klien Kaji kondisi yang pemah dialami olch klien diluar gangguan yang dirasakan
sekarang khususnya gangguan yang mungkin sudah berlangsung lama karena tidak
mengganggu aktivitas, kondisi ini tidak dikeluhkan, seperti:
1) Tanda seks sekunder yg tidak berkembang seperti amenore, bulu rambut tidak
tumbuh, buah dada tidak berkembang
2) BB yg tidak sesuai dgn usia, misalnya selalu kurus meskipun banyak makan
3) Gangguan psikologis seperti mudah marah, sensitif, sulit bergaul dan tidak mudah
berkonsentrasi.
4) Hospitalisasi : kaji alasan, kapan kejadiaanya, sudah dirawat berapa lama -
Informasi penggunaan obat-obatan yg dpt merangsang aktivitas hormonal seperti
hidrokortison, levothyroxine, kontrasepsi oral dan obat antihipertensi.

d. Riwayat Diet
Perubahan status nutrisi atau gangguan pada Saluran Pencemaan dapat mencerminkan
gangguan endokrin tertentu, pola dan kebiasaan makan yang salah dapat menjadi faktor
penyebab. Oleh karena itu kondisi berikut perlu dikaji adalah
1) Adanya nausea, muntah dan nyeri abdomen
2) Penurunan atau penambahan BB yg drastis
3) Selera makan yang menurun atau bahkan berlebihan Pola makan dan minum
sehari-hari
4) Kebiasaan mengkonsumsi makanan yang dapat menggangu fungsi endokrin
seperti makanan yang bersifat goitrogenik terhadap tiroid

e. Masalah kesehatan sekarang


Pengembangan dari keluhan utama. Fokuskan pertanyaan yang menyebabkan Klien
meminta bantuan pelayanan, seperti
1) Apa yg dirasakan Klien saat ini
2) Apakah masalah atau gejala yang dirasakan terjadi secara tiba-tiba atau perlahan-
lahan dan sejak kapan dirasakan.
3) Bagaimana gejala tersebut mempengaruhi aktivitas hidup sehari-hari
4) Bagaimana pola climinasi : urine Bagaimana fungsi seksual dan reproduksi
5) Apakah ada perubahan fisik tertentu yang sangat menggangu Klien. Hal-klien lain
yang perlu dikaji karena berhubungan dengan fungsi hormonal secara umum

f. Tingkat Energi
Perubahan kekuatan fisik dihubangkan dengan sejumlah gangguan homonal khusunya
disfungsi kelenjar tiroid&adrenal. Kaji kemampuan K dalam melakukan aktifitas sehari-
hari.

C. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan Fisik Gangguan Kebutuhan Nutrisi Secara Umum
Pemeriksaan fisik yang dilakukan head to toe adalah tes rutin yang dilakukan oleh tenaga
medis profesional dengan melihat, merasakan, atau mendengar bagian tubuh yang berbeda.
Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada gangguan kebutuhan nutrisi antara lain

a. Status Gizi
Mulai dengan pemeriksaan status gizi dengan mengukur berat dan tinggi badan pasien
(panjang badan pada anak di bawah 2 tahun). Pada orang dewasa, status gizi ini
digunakan untuk menghitung indeks massa tubuh pasien, yaitu dengan membagi berat
badan (kg) dengan tinggi badan (cm) kuadrat. Kategori status gizi berdasarkan indeks
massa tubuh pasien adalah sebagai berikut:
1) <18.5: Gizi kurang
2) 18.5-24.9: normal
3) >25: Gizi lebih
4) 25-29.9: Praobesitas
5) 30-34.9: Obesitas I
6) 35-39.9: Obesitas II
7) >40: Obesitas III
Walau demikian, kategori tersebut didasarkan pada penelitian menggunakan populasi
Kaukasian sehingga WHO mengajukan klasifikasi baru untuk populasi Asia sebagai
berikut:
1) <18.5: Gizi kurang
2) 18.5-22.9: normal
3) >23: gizi lebih
4) 23-24.9: berisiko
5) 25-29.9: Obesitas I
6) >30: Obesitas II[9]
Pada dewasa, obesitas sentral juga penting untuk dinilai dengan menilai lingkar perut.
Populasi Asia dikatakan obesitas sentral jika lingkar perut > 90 cm pada laki-laki dan
>80 cm pada perempuan. Rasio lingkar perut dan tinggi badan juga dapat digunakan
untuk menentukan obesitas sentral dengan cut off point >0.5.[10]. Pada anak, hasil
pengukuran tinggi/panjang dan berat badan akan diplot pada kurva pertumbuhan
WHO (untuk usia hingga 2 tahun) atau CDC (untuk usia di atas 2 tahun).
Pertumbuhan pada anak prematur berbeda sehingga kurva pertumbuhan yang harus
digunakan juga berbeda.[9]

b. Perubahan Area Tubuh


Secara umum dapat ditemukan berkurangnya jaringan lemak subkutan, terutama pada
area kaki, lengan, bokong, dan wajah. Perubahan pada area tubuh lainnya yang dapat
menjadi temuan pada pemeriksaan fisik yaitu:
1) Area mulut: keilosis, stomatitis angularis, atrofi papil
2) Abdomen: hepatomegali, distensi abdomen
3) Kulit: hiperpigmentasi, kulit kering
4) Kuku: koilonikia atau kuku sendok
5) Rambut: perubahan tekstur menjadi lebih tipis, kasar, tampak kemerahan
maupun kecokelatan, mudah rontok
Pemeriksaan Fisik pada Anak meliputi gejala ringan di antaranya:
1) Anak tampak kurus
2) Pertumbuhan linier berkurang atau terhenti
3) Berat badan tidak bertambah bahkan turun
4) Ukuran lingkar lengan atas lebih kecil dari normal
5) Maturasi tulang terlambat
6) Rasio berat badan terhadap tinggi badan normal atau menurun
7) Tebal lipatan kulit normal atau berkurang
8) Anemia ringan
9) Aktivitas dan perhatian berkurang jika dibandingkan dengan anak sehat
Adapun malnutrisi berat pada anak dapat muncul dalam dua tampilan utama yaitu
marasmus dan kwasiorkor, meskipun dapat pula kombinasi dari keduanya.

c. Pemeriksaan Fisik Marasmus


Tanda yang dapat ditemui pada marasmus adalah
1) Wajah tampak seperti orang tua, terlihat sangat kurus
2) Anak lebih cengeng
3) Kulit kering, dingin, mengendur, dan keriput
4) Lemak subkutan menghilang hingga turgor kulit berkurang
5) Otot atrofi sehingga kontur tulang tampak jelas
6) Terdapat bradikardi
7) Tekanan darah lebih rendah dibandingkan anak sehat yang sebaya

d. Pemeriksaan Fisik Kwasiorkor


Dapat ditemui tanda adalah sebagai berikut
1) Perubahan mental hingga apatis
2) Anemia
3) Perubahan warna dan tekstur rambut, mudah dicabut/rontok
4) Gangguan sistem gastrointestinal
5) Hepatomegali
6) Dermatosis
7) Atrofi otot
8) Edema simetris pada kedua punggung kaki hingga seluruh tubuh[11]

e. Kriteria Diagnosis pada Anak


Pada anak, kriteria diagnosis malnutrisi akut berat (MAB) yaitu:
1) Terlihat sangat kurus
2) Edema nutrisional, simetris
3) BB/TB <-3 standar deviasi SD
4) Lingkar lengan atas <11,5 cm pada kelompok usia 6-59 bulan [3,11]

2. Pemeriksaan Fisik Gangguan Kebutuhan Nutrisi Pada Metabolic Endokrin


Pemeriksaan fisik gangguan kebutuhan nutrisi pada metabolik endokrin mempunyai ada 2 aspek
utama yang dapat digambarkan, yaitu :
a. Kondisi kelenjar endokrin : testis dan tiroid
Kondisi jaringan atau organ sebagai dampak dari gangguan endokrin Pemeriksaan
fisik meliputi inspeksi, palpasi dan auskultasi.
1) Inspeksi
Disfungsi sistem endokrin menyebabkan perubahan fisik sebagai dampaknya
terhadap tumbang, keseimbangan cairan & elektrolit, seks & reproduksi, meta
bolisme dan energy. Hal-hal yg harus diamati :
a) Penampilan umum Apakah K tampak kelemahan berat, sedang dan
ringan
b) Amati bentuk dan proporsi tubuh : Apakah terjadi kekerdilan atau
seperti raksasa
c) Pemeriksaan Wajah : Fokuskan pada abnomalitas struktur, bentuk dan
ekspresi wajah seperti dahi, rahang dan bibir
d) Pada Mata : Amati adanya edema periorbital dan exopthalamus serta
ekspresi wajah tampak datar atau tupule.
e) Pada Daerah Leher : Amati bentuk leher apakah tampak membesar,
asimetris, terdapat peningkatan JVP, warna kulit sekitar, apakah terjadi
hiper/hipopigmentasi dan amati apakah itu merata.
f) Apakah terjadi hiperpigmentasi pada jari, siku dan lutut : Biasanya
dijumpai pada orang yg mengalami gangguan kelenjar adrenal.
g) Apakah terjadi Vitiligo atau hipopigmentasi pada kulit : Biasanya
tampak pada orang yg mengalami hipofungsi kelenjar adrenal sebagai
akibat destruksi melanosit dikulit oleh proses auto imun.
h) Amati adanya penumpukan massa otot berlebihan pada leher bagian
Belakang atau disebut bufflow neck atau leher/punuk kerbau.
i) Terjadi pada K hiperfungsi adrenokortikal
j) Amati keadaan rambut axilla dan dada :Pertumbuhan rambut yang
berlebihan pada dada dan wajah wanita disebut hirsutisme dan amati
juga adanya striae pada buah dada atau abdomen biasanya dijumpai
pada hiperfungsi adrenokortikal
k) İnspeksi warna kulit : Hiperpigmentasi ditemukan pada klien Addison
desease atau cushingsyndrom. Hipopigmentasi terlihat pada klien
diabetes mellitus, hipertiroidisme, hipotiroidisme,

Pengkajian Psikososial adalah mengkaji kemampuan koping K, dukungan


Keluarga serta keyakinan K tentang sehat dan sakit. Perubahan-perubahan
fisik, fungsi seksual dan reproduksi serta perubahan lainnya yg disebabkan
oleh gangguan sistem endokrin Akan berpengaruh terhadap konsep diri K.
a) Nilai penampilan Bagian-bagian tubuh dengan Hasil Normal Orang
Dewasa Keterangan / Variasi pada Usia Lanjut Inspeksi secara
Perhatikan perubahan yang umum harus dibandingkan tidak jelas pada
tinggi atau keseluruhan Tinggi dengan lainnya dalam hal berat badan,
disproporsional ukuran; tinggi dan berat badan tangan dan kaki yang
seharusnya proporsional (akromegali), pertumbuhan berlebihan yang
yang cepat (gigantisme), pertumbuhan terlambat atau kerdil
(hipotiroidisme).
b) Distribusi lemak
Perhatikan lemak yang didistribusikan di atas muka, Pria
memperlihatkan distribusi lemak yang simetris di seluruh leher, batang
tubuh atau tubuh; wanita mempunyai distribusi lemak di atas payudara,
bokong, paha bagian daerah lingkar perut (sindrom Cushing's) dalam,
dan simpisis pubis.
c) Warna kulit harus konsisten dengan kulit sekitarnya. Pigmentasi yang
tak biasanya dapat berupa kemerahan wajah (hipertiroidisme) atau
Inspeksi kulit hiperpigmentasi local atau Wama umum.
d) Distribusi rambut
Distribusi rambut harus tepat dan perhatikan perubahan dalam sesuai
jenis kelamin pertumbuhan atau distribusi rambut; perhatikan adanya
hirsutisme pada wanita; sesuai usia kulit menjadi kering dan tipis, dan
rambut hilang pada batang tubuh dan ekstremitas.
e) Perhatikan kelainan warna pada kuku
Pemeriksaan Kuku pada orang berkulit terang Wama biasanya
bermacam-macam corak dari merah muda dengan ujung putih,; kuku
orang berkulit gelap mempunyai warna coklat atau hitam
f) Bentuk
Perkiraan sudut 160 derajat pada dasar kuku'; bentuk kuku cembung
dengan permukaan Hasil bermakna adalah lengkungan cekung (kuku
sendok) kuku tabuh (sudut meliputi datar, melengkung, atau lebih dari
180 derajat), dan tekanan pada dasar kuku. licin Berdasarkan usia kuku
menjadi tebal, keras, dan Kualitas Piringan kuku mungkin keras rapuh.
dengan ketebalan yang sama.
g) Teliti adanya periorbita, mata Pupil tidak ditutupi oleh kelopak cekung,
eksoftalmus (mata Perhatikan posisi eksternal mata; warna kelopak
mata sama menonjol) dan hilangnya alis dengan klit sekitarnya. mata.
h) Evaluasi muka mengenai muka harus simetris, dengan Perhatikan
terhadap edema bentuk dan simetri selama bentuk konsisten terhadap
ras, wajah, moon face, tonjolan istirahat dan bergerak jenis kelamin
dan tinggi lidah, gambaran kasar, dan kurang eksprsi wajah Inspeksi
leher: Simetri Otot sternokleidomastoideus Selidiki edema, asimetri,
dan dan trapezius secara bilateral tiroid yang dapat terlihat simetri
Posisi trakea Kemudahan bergerak Trakea berada pada garis tengah
Gerakan lembut dan tidak ada nyeri

2) Palpasi
Hanya kelenjar tiroid dan testis yang dapat diperiksa secara palpasi. Palpasi
(tekstur, kelembaban dan adanya lesi). Kulit kasar, kering ditemukan pada
klien dengan hipotiroidisme. Dimana kelembutan dan bilasan kulit bisa
menjadi tanda pada klien dengan hipertiroidisme. Lesi pada ekstremitas bawah
mengindikasikan DM.
Palpasi kelenjar tyroid terhadap ukuran dan konsistensinya. Tidak membesar
pada klien dengan penyakit graves atau goiter. Minta klien untuk
miringkankepala ke kanan Minta klien untuk menelan. Setelah klien menelan.
pindahkan pada sebelah kiri, selama palpasi pada dada kiri bawah metabolik.
sepertiyang ditunjukkan hanya pada nodul yang bisa diindikasi bisul, tumor
malignan dan benigna.
Pengkajian Psikososial adalah mengkaji kemampuan koping K, dukungan
Keluarga serta keyakinan K tentang sehat dan sakit. Perubahan-perubahan
fisik, fungsi seksual dan reproduksi serta perubahan lainnya yg disebabkan
oleh gangguan sistem endokrin Akan berpengaruh terhadap konsep diri K
meliputi
a) Palpasi kulit: Suhu Kulit hangat dan kering Hipotiroidisme
berhubungan dengan kulit kasar, kering Kelembaban Turgor Turgor
kulit cepat kembali ke Turgor kulit dapat berubah semula pada
dehidrasi atau edema; pada usia lanjut kulit kehilangan elastisitasnya;
turgor kulit buruk dan tidak dapat menjadi indicator dehidrasi Tekstur
Tekstur halus dan lembut, Kulit kasar, bersisik terlihat dengan area
kasar pada yang pada hipotirodisme terpajan
b) Palpasi leher: Ukuran Trakea di garis tengah; tiroid Nyeri dan
pembengkakan Bentuk lunak dan tidak nyeri tekan, leher terlihat pada
tanpa ada nodul yang teraba hipertiroidisme.
c) Konfigurasi Palpasi kelenjar tiroid dan perhatikan pembesaran atau
nodul Konsistensi Nyeri atau nyeri tekan Tidak nyeri tekan pada
palpasi Juga perhatikan getaran yang teraba di atas tiroid Perkusi
Evaluasi reflex dalam Respon untuk reflex tendon Miksedema
berhubungan dalam 2+ (normal) dengan penurunan reflex tendon
dalam; kritis hipertiroid akan bervariasi dari normal sampai reflex
hiperaktif

3) Auskultasi
Auskultasi pada daerah leher diata tiroid dapat mengidentifikasi bunyi " bruit
". Bunyi yang dihasilkan oleh karena turbulensi pada darah tiroidea. N tidak
ada bunyi. Pengkajian Psikososial adalah mengkaji kemampuan koping K,
dukungan Keluarga serta keyakinan K tentang sehat dan sakit. Perubahan-
perubahan fisik, fungsi seksual dan reproduksi serta perubahan lainnya yg
disebabkan oleh gangguan sistem endokrin Akan berpengaruh terhadap
konsep diri K meliputi auskultasi tiroid yang tidak ada bunyi desiran Desiran
vaskuler di atas kelenjar tiroid dapat terjadi dengan peningkatan vaskularitas

D. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Diagnostik Gangguan Kebutuhan Nutrisi Secara Umum
Pemeriksaan penunjang untuk gangguan kebutuhan nutrisi digunakan untuk menilai kondisi
pasien saat ini dan menentukan penyebab terjadinya gangguan kebutuhan nutrisi tersebut. Di
sisi lain, pemeriksaan penunjang ini juga dapat bermanfaat untuk menyingkirkan atau
menegakkan penyakit lain yang mungkin terjadi bersamaan dengan malnutrisi. Berikut ini
pemeriksaan yang dapat dilakukan pada gangguan kebutuhan nutrisi:
a. Pemeriksaan darah perifer lengkap disertai apusan darah tepi: penting untuk melihat
jenis anemia yang terjadi, mengetahui bila terjadi defisiensi zat besi (ditemukan sel
target) atau defisiensi vitamin B12 dan asam folat
b. Pengukuran status protein darah melalui pemeriksaan kadar albumin serum, retinol-
binding protein, transferrin, kreatinin, dan blood urea nitrogen (BUN). Kadar albumin
serum dapat dimanfaatkan sebagai salah satu indikator gizi buruk, baik pada saat awal
kejadian malnutrisi maupun saat perbaikan mulai terjadi. Meskipun demikian, faktor-
faktor bukan gizi yang dapat mempengaruhi kadar albumin seperti peningkatan cairan
ekstra sel, trauma, sepsis, pembedahan, penyakit hati dan ginjal tetap harus dieksklusi.
Pemeriksaan kreatinin dan ureum darah dapat membantu menilai fungsi ginjal pasien
gangguan kebutuhan nutrisi
c. Pemeriksaan laju endap darah (LED), elektrolit, urine lengkap maupun feses lengkap
dapat dilakukan bila dalam anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan indikasi,
misalnya pada pasien dengan riwayat diare akut

2. Pemeriksaan diagnostik gangguan kebutuhan nutrisi pada metabolic endokrin


Pemeriksaan yang dilakukan pada kelenjar hipofisis adalah sebagai berikut
a. Foto Tengkorak (cranium)
Dilakukan untuk melihat kondisi sella tursika. Dapat terjadi tumor atau juga atropi. Tidak
dibutuhkan persiapan fisik secara khusus, namun pendidikan kesehatan tentang tujuan
dan prosedur sangatlah penting.

b. Foto Tulang (osteo) Dilakukan untuk melihat tulang


Pada klien dengan gigantisme akan dijumpai ukuran tulang yang bertambah besar dari
ukuran maupun panjangnya. Pada akromegali akan dijumpai tulang-tulang perifer yang
bertambah ukurannya kesamping. Persiapan fisik secara khusus tidak ada, pendidikan
kesehatan diperlukan.

c. CT Scan Otak Dilakukan untuk melihat kemungkinan adanya tumor pada hipofisis atau
hipotalamus melalui komputerisasi. Tidak ada persiapan fisik secara khusus, namun
diperlukan penjelasan agar klien dapat diam tidak bergerak selama prosedur.

d. Pemeriksaan Darah dan Urin


1) Kadar growth hormon
Nilai normal 10 ug/ml baik pada anak dan orang dewasa. Pada bayi dibulan-
bulan pertama kelahiran nilai ini meningkt kadarnya. Specimen adalah darah
vena lebih kurang 5 cc. Persiapan khusus secara fisik tidak ada
2) Kadar Tiroid Stimulating Hormon (TSH)
Nilai normal 6-10 ug/ml. Dilakukan untuk menentukan apakah gangguan
tiroid bersifat primer atau sekunder. Dibutuhkan darah kurang lebih 5 cc.
Tanpa persiapan khusus.
3) Kadar Adrenokartiko Tropik (ACTH) Pengukuran dilakukan dengan test
supresi deksametason. Spesimen yang diperlukan adalah darah vena lebih
kurang 5 cc dan urin 24 jam. Persiapan meliputi tidak ada pembatasan
makanan dan minuman Bila klien menggunakan obat-obatan seperti kortisol
atau antagonisnya dihentikan lebih dahulu 24 jam sebelumnya. Bila obat-
obatan harus diberikan, lampiran jenis obat dan dosisnya pada lembaran
pengiriman specimen. Cegah stres fisik dan psikologis Pelaksanaan Klien
diberi dexametason 4 x 0,5 ml/hari selama-lamanya dua hari. Besok paginya
darah vena diambil sekitar 5 cc. Urine ditampung selama 24 jam. Kirim
spesimen (darah dan urin) ke laboratorium. Hasil Normal bila ; " ACTH
menurun kadarnya dalam darah. Kortisol darah kurang dari 5 ml/dlI. 7 17-
Hydroxi-Cortiko-Steroid (17-OHCS) dalam urine 24 jam kurang dari 2,5 mg.
Cara sederhana dapat juga dilakukan dengan pemberian dexametason I
mg/oral tengah malam, baru darah vena diambil lebih kurang 5 cc pada pagi
hari dan urine ditampung selama 5 jam. Specimen dikirim ke
laboratorium.Nilai normal bila kadar kortisol darah kurang atau sama dengan
3 mg/dl dan eksresi 17 OHCS dalam urine 24 jam kurang dari 2,5 mg.

Pemeriksaan diagnostik pada kelenjar tiroid meiputi sebagai berikut


a. Up take Radioaktif (RAI)
Tujuan pemeriksaan darah untuk mengukur kemampuan kelenjar tiroid dalam menangkap
iodide.Persiapan Klien puasa 6-8 jam.
1) Jelaskan tujuan dan prosedur.Pelaksanaan
2) Klien diberikan Radioaktif lodium (I3 ) per oral sebanyak 50
microcuri.Dengan alat pengukur yang ditaruh diatas kelenjar tiroid diukur
radioaktif yang tertahan.Juga dapat diukur clearence I' melalui ginjal dengan
mengumpulkan urine selama 24 jam dan diukur kadar radioaktif
lodiumnya.Banyaknya I'31 yang ditahan oleh kelenjar tiroid dihitung dalam
persentase sebagai berikut * Normal : 10-35 % Kurang dari : 10 % disebut
menurun, dapat terjadi pada hipotiriodisme. Lebih dari : 35 disebut meninggi
dapat terjadi pada tirotoxikosis atau pada defisisensi lodium yang suddah lama
dan pada pengobatan lama hipertiroidisme.
3) T3 dan T4 Serum Persiapan fisik secara khusus tidak ada.Spesimen yang
dibutuhkan adalah darah vena sebanyak 5-10 cc.Nilai normal pada oang
dewasa lodium bebas 0,1-0,6 mg/dl T3 : 0,2-0,3 mg/dl T4:6-12 mg/dl Nilai
normal pada bayi/anak : T3: 180-240 mg/dl
4) Up take Resin Bertujuan untuk mengukur jumlah hormon tiroid (T3) atau
tiroid binding globulin (TBG) tak jenuh.Bila TBG naik berarti hormon tiroid
bebas meningkat. Peningkatan TBG terjadi pada hipertiroidisme dan menurun
pada hipotiroidisme.Dibutuhkan spesimen darah vena sebanyak 5 cc. Klien
puasa selama 6-8 jam.Nilai normal : Dewasa : 25-35 % uptake oleh resin Anak
: pada umumnya tidak ada.
5) Protein Bound lodine (PBI) Bertujuan mengukur lodium yang terikat dengan
protein plasma.Nilai normal 4-8 mg% dalam 100 ml darah.Spesimen yang
dibutuhkan darah vena sebanyak 5-10 cc.Klien dipuasakan sebelum
pemeriksaan jam.
6) Laju Metabolisme Basal (BMR) Bertujuan unutk mengukur secara tidak
langsung jumlah oksigen yang dibutuhkan tubuh dibawah kondisi basal
selama beberapa waktu.Persiapan Klien puasa selama 12 jam Hindari kondisi
yang menimbulkan kecemasan dan stres.Klien harus tidur paling tidak 8
jam.Tidak mengkonsumsi obat-obat analgesik dan sedatif.Jelaskan pada klien
tujuan pemeriksaan dan prosedurnya.
7) Tidak oleh bangun dari tempat tidur sampai pemeriksaan dilakukan.
Pelaksanaan Segerah setelah bangun, dilakukan pengukuran tekanan darah dan
nadi. " Dihitung dengan rumus ; BMR (0,75 x pulse) + (0,74 x Tek nadi) 72.
Nilai normal BMR : 10 s/d Pertimbangkan faktor umur, jenis kelamin dan
ukuran tubuh dengan kebutuhan oksigen jaringan. Pada klien yang sangat
cemas, dapat diberikan fenobarbital yang pengukurannya disebut Sommolent
Metabolisme Rate. Nilai normalnya 8-13% lebih rendah dari BMR. Scanning
Tyroid Dapat digunakan beberapa teknik antara lain: Radio lodine Scanning.
Digunakan unutk menentukan apakah nodul tiroid tunggal atau majemuk dan
apakah panas atau dingin (berfungsi atau tidak berfungsi). Nodul panas
menyebabkan hipersekresi jarang bersifat ganas. Sedangkan nodul dingin
(20%) adalah ganas. Up Take lodine. Digunakan untuk menentukan
pengambilan iodium dari plasma. Nilai normal 10 s/d 30% dalam 24 jam.

Pemeriksaan diagnostik pada kelenjar paratiroid melputi sebagai berikut


a. Percobaan Sulkowitch
Dilakukan untuk memeriksa perubahan jumlah kalsium dalam urine, schingga dapat
diketahui aktivitas kelenjar paratiroid. Percobaan dilakukan dengan menggunakan
Reagens Sulkowitch. Bilapada percobaan tidak terdapat endapan maka kadar kalsium,
plasma diperkirakan antara 5 mg/dl. Endapan sedikit (Fine white cloud) menunjukan
kadar kalsium darah normal (6 ml/dl). Bila endapan banyak, kadar kalsium tinggi.
Persiapan " Urine 24 jam ditampung. " Makanan rendah kalsium 2 hari berturut-turut
Pelaksanaan Masukkan urine 3 ml kedalam tabung (2 tabung) Kedalam tabung pertama
dimasukkan reagens sulkowitch 3 ml, tabung kedua hanya sebagai kontrol. Pembacaan
hasil secara kwantitatif: Negatif (-): Tidak terjadi kekeruhan. Positif (+) : Terjadi
kekeruhan yang halus. Positif (++): Kekeruhan sedang Positif (+++): Kekeruhan banyak
timbul dalam waktu kurang dari 20 detik. Positif (++++): Kekeruhan hebat, terjadi
seketika.

b. Percobaan Ellwort-Howard
Percobaan didasarkan pada diuresis pospor yang dipengaruhi oleh parathormon. Cara
pemeriksaan Klien disuntik dengan parathormon melalui intravena kemudian urine
ditampung dan diukur kadar pospornya. Pada hipoparatiroid, diuresis pospor bisa
mencapai 5-6 x nilai normal. Pada hiperparatiroid , diuresis pospornya tidak banayak
berubah.

c. Percobaan kalsium intravena


Percobaan ini didasarkan pada anggapan bahwa bertambahnya kadar serum kalsium akan
menekan pembentukan parathormon. Normal bila pospor serum meningkat dan pospor
diuresis berkurang. Pada hiperparatiroid, pospor serum dan pospor diuresis tidak banyak
berubah. Pada hipoparatiroid, pospor serum hampir tidak mengalami perubahan tetapi
pospor diuresis meningkat.

d. Pemeriksaan radiologi
Persiapan khusus tidak ada. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat kemungkinan
adanya kalsifikasi tulang, penipisin dan osteoporosis. Pada hipotiroid, dapat dijumpai
kalsifikasi bilateral pada dasar tengkorak. Densitas tulang bisa noral atau meningkat. Pada
hiper tiroid, tulang menipis, terbentuk kista dalam tulang serta tuberculae pada tulang.

e. Pemeriksaan Elektrocardiogram (EKG)


Persiapan khusus tidak ada. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi kelainan
gambaran EKG akibat perubahan kadar kalsium serum terhadap otot jantung . Pada
hiperparatiroid, akan dijumpai gelombang Q-T yang memanjang, sedangkan
hiperparatiroid interval Q-T mungkin normal.

f. Pemeriksaan Elektromiogram (EMG) Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi


perubahan kontraksi otot akibat perubahan kadar kalsium serum. Persiapan khusus tidak
ada.

Pemeriksaan diagnostik pada kelenjar pankreas adalah melalui pemeriksaan Glukosa, Jenis
pemeriksaannya adalah gula darah puasa bertujuan untuk menilai kadar gula darah setelah
puasa selama 8-10 jam. Nilai normal Dewasa : 70-110 md/dl Bayi : 50-80 mg/d Anak-anak :
60-100 mg/dl Persiapan Klien dipuasakan sebelum pemeriksaan dilakukan.Jelaskan tujuan
prosedur pemeriksaan Pelaksaaan Spesimen adalah darah vena lebih kurang 5 s/d 10 cc.
Gunakan anti koagulasi bila pemeriksan tidak dapat dilakukan segera. Bila klien mendapat
pengobatan insulin atau oral hipoglikemik untuk sementara tidak diberikan. Setelah
pengambilan darah, klien diberi makan dan minum serta obat-obatan sesuai program. Gula
darah 2 jam setelah dimakan. Sering disingkat dengan gula darah jam PP(post prandial).
Bertujuan untuk menilai kadar gula darah 2 jam setelah makan. Dapat dilakukan secara
bersamaan dengan pemeriksaan gula darah puasa artinya setelah pengambilan gula darah
puasa, kemudian klien disuruh makan menghabiskan porsi yang biasa lalu setelah 2 jam
kemudian dilakukan pengukuran kadar gula darahnya. Atau bisa juga dilakukan secara
terpisah tergantung pada kondisi klien. Prinsip persiapan dan pelaksanaan sama saja namun
perlu didingat waktu yang tepat untuk pengambilan spesimen karena hal ini dpat
memepengaruhi hasil pemeriksaan bagi klien yang mendapat obat-obatan sementara
dihentikan sampai pengambilan spesimen dilakukan.

Pemeriksaan diagnostik pada kelenjar adrenal adalah sebagai berikut


a. Pemeriksaaan Hemokonsentrasi darah
Nilai normal : Dewasa wanita 37-47 % Dewasa pria : 45 -54 % Anak-anak : 31-43 %
Bayi : 30-40 % Neonatal 44-62 % Tidak ada persiapan secara khusus. Spesimen darah
dapat diperoleh dari perifer seperti ujung dari atau melalui fungsi intravena. Bubuhi
antikoagulan kedalam darah untuk mencegah pembekuan.

b. Pemeriksaan Elektrolit serum ( Na,k.Cl) dengan Nilai normal Natrium : 310-335 mg


(13,6-14 meq/liter) Kalium : 14-20 mg% (3,5-5,0 meq/liter)
F.  Patologi
Sistem endokrin adalah jaringan kelenjar yang memproduksi dan melepaskan hormon-hormon
yang membantu fungsi kontrol tubuh yang penting, terutama kemampuan tubuh untuk
mengubah kalori menjadi energi sel dan organ. Gangguan metabolic endokrin, yaitu
sekumpulan faktor risiko kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah) yang disebabkan
diabetes, hipertensi, obesitas, dan dislipidemia (kelainan metabolisme lemak). Prevalensi
sindrom ini meningkat seiring dengan perkembangan ekonomi, terutama di negara
berkembang. Hal ini terkait perubahan pola makan yang cenderung makin tinggi lemak, gula,
garam, dan kurang serat serta kurang gerak. Gangguan hormon bisa juga menyebabkan
malnutrisi ataupun kelebihan nutrisi. Asupan nutrisi yang salah atau gangguan sistem
pencernaan juga bisa menjadi penyebab gangguan regulasi hormon.

Ada berbagai jenis gangguan endokrin. Diabetes adalah gangguan endokrin yang paling umum
didiagnosis di Amerika Serikat. Gangguan endokrin lainnya meliputi:
a. Dwarfisme. Gejala hiporsekresi (kekurangan) hormon pertumbuhan pada masa anak-
anak yang menyebabkan cebol.
b. Gigantisme (acromegaly). Gangguan endokrin yang terjadi karena kelebihan growth
hormone sebelum pubertas. Pertumbuhan berlebihan akibat pelepasan hormon
pertumbuhan berlebihan pada masa anak-anak dan remaja (sebelum pubertas). Jika
kelenjar pituitary memproduksi hormon pertumbuhan terlalu banyak, tulang anak dan
bagian tubuh dapat tumbuh tidak normal cepat. Jika kadar hormon pertumbuhan
terlalu rendah, seorang anak bisa berhenti tumbuh di ketinggian.
c. Penyakit Cushing (Sindrom Cushing). Sindrom yang disebabkan oleh berbagai
penyakit seperti obesitas, impaired glucose tolerance, hipertensi, diabetes mellitus dan
disfungsi gonadal yang berakibat pada berlebihnya rasio serum hormon kortisol.
Kelebihan produksi hormon korteks adrenal (khususnya kortisol) dan hormon
androgen serta aldosteron. Kondisi serupa disebut sindrom cushing bisa terjadi pada
orang, terutama anak-anak, yang mengambil dosis tinggi obat kortikosteroid. Penyakit
Chusing yang ditandai dg kelebihan kortikotropin yg diproduksi oleh kelejar hipofisis
(80% kasus).
d. Goiter (gondok). Kelenjar tiroid yang membesar disertai hipofungsi maupun
hiperfungsi tiroid.
e. Hiperparatiroidisme. Terjadi karena produksi (sekresi) berlebih hormon paratiroid
(PTH), hormon asam amino polipeptida. Perubahan patologis yang terjadi akibat
hiperparatiroidisme adalah: tulang mudah patah.
f. Hypothyroidisme. Suatu efek hormon tiroid berkurang dimana kelenjar tiroid tidak
memproduksi hormon tiroid yang cukup, menyebabkan kelelahan, sembelit, kulit
kering, dan depresi. Kelenjar kurang aktif dapat menyebabkan perkembangan
melambat pada anak-anak. Beberapa jenis hipotiroidisme yang hadir pada saat lahir.
Kelainan akibat hipotiroidisme adalah Kretinisme
g. Hipertiroidisme (tirotoksikosis) Adalah suatu kelebihan sekresi hormonal yang tidak
seimbang pada metabolisme. Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid terlalu
banyak, menyebabkan penurunan berat badan, denyut jantung yang cepat,
berkeringat, dan gugup. Penyebab paling umum untuk tiroid yang terlalu aktif adalah
suatu gangguan autoimun yang disebut penyakit Grave.
h. Hiperpituitarisme merupakan suatu sekresi yang berlebihan hormon hipifisis anterior
yang terjadi akibat adanya tumor.
i. Hypopituitarisme adalah hilangnya fungsi lobus anterior kelenjar hiposfisa terutama
pada bagian anterior. Kelenjar pituitari melepaskan hormon sedikit atau tidak ada. Ini
mungkin disebabkan oleh sejumlah penyakit yang berbeda. Wanita dengan kondisi ini
mungkin berhenti mendapatkan menstruasi. Beberapa neoplasia endokrin I dan II
(MEN I dan II MEN). Ini, kondisi genetik langka yang diturunkan melalui keluarga.
Mereka menyebabkan tumor paratiroid, adrenal, dan kelenjar tiroid, menyebabkan
kelebihan produksi hormon.
j. Adrenal insufisiensi. Kelenjar adrenal melepaskan terlalu sedikit hormon kortisol dan
kadang-kadang, aldosteron. Gejala termasuk kelelahan, sakit perut, dehidrasi, dan
perubahan kulit. Penyakit Addison adalah jenis insufisiensi adrenal.
k. Tiroiditis adalah sutu peradangan pada kelenjar tiroid yang disebabkan infeksi viral
seperti HFV dan virus beguk pada tiroiditis subakut.
l. Tumor tiroid adalah neoplasma unik pada kelenjar tiroid yang sangat kerap disertai
dengan metastasis pada organ yang jauh dari lokasi primer.
m. Tiroidektomi adalah sebuah operasi yang melibatkan operasi pemindahan semua atau
sebagian dari kelenjar tiroid.
n. Hipoparatiroid adalah penurunan produksi hormon oleh kelenjar paratiroid
menyebabkan kadar kalsium dalam darah rendah.
o. Addison adalah kerusakan kelenjar adrenal yang tidak mampu memenuhi kebutuhan
hormon korteks adrenal.
p. Aldosteronisme primer adalah merupakan keadaan klinis yang sebabkan oleh
produksi aldosteron “suatu hormon steroid mineralokortikoid korteks adrenal “ secara
berlebih.
q. Tumor hipofisi adalah sesorang yang menderita tumor pada selaput kecil pada otak.
r. Hipofisektomi merupakan suatu tindakan pengangkatan adenoma hipofise melalui
pembedahan.
s. Pangkreatitis adalah peradangan pada pangkreas yang dapat mengeluarkan enzim
pencernaan dalam saluran pencernaan sekaligus mensintesis dan mensekresi insulin
dan glukagon.
t. Polycystic Ovary Syndrome (PCOS). Kelebihan produksi androgen mengganggu
perkembangan telur dan pembebasan mereka dari indung telur perempuan. PCOS
adalah penyebab utama infertilitas. Dewasa sebelum waktunya pubertas. Abnormal
pubertas dini yang terjadi ketika kelenjar memerintahkan tubuh untuk mengeluarkan
hormon seks terlalu cepat dalam hidup.
u. Diabetes Insipidus adalah suatu keadaan yang di tandai rasa haus di akibatkan karena
kurangnya hormon antidiuretik (hormon vasopresin).
v. Diabetes Militus (DM). Gangguan metabolik yang ditandai oleh hiperglikemia
(meningkatnya kadar gula dalam darah) akibat kurangnya hormon insulin,
menurunnya efek insulin atau keduanya. Ada 3 (tiga) jenis DM yang dikenal, yaitu :
1) DM Tipe I : Bergantung insulin. Biasanya terjadi sebelum usia 30 tahun,
meskipun bisa pada umur berapapun.
2) DM Tipe II : Tidak bergantung insulin. Terjadi pada usia 40 tahun.
Resistensi insulin yang disertai defek sekresi insulin dengan derajat bervariasi.
Terjadi penurunan sensitivitas terhadap insulin.
3) DM Gestasional (DM Kehamilan) : Muncul saat kehamilan yang
penyebabnya Hereditas (faktor keturunan), Lingkungan (infeksi, makanan,
toksin, stres), Perubahan gaya hidup pada orang yang secara genetik rentan,
Kehamilan dan Pengujian untuk Gangguan Endokrin
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Gangguan kebutuhan nutrisi adalah gangguan kesehatan serius yang  terjadi ketika tubuh tidak
mendapat asupan nutrisi yang cukup. Padahal, nutrisi dibutuhkan oleh tubuh untuk dapat
menjalankan fungsinya dengan baik. Pemeriksaan yang dilakukan adalah anamnesa yang
merupakan suatu pertanyaan terperinci yang ditujukan kepada pasien, untuk memperoleh data
yang berkenaan nutrisi yang terdapat pada pasien. Selain itu ada pemeriksaan fisik yang
dilakukan head to toe adalah tes rutin yang dilakukan oleh tenaga medis profesional dengan
melihat, merasakan, atau mendengar bagian tubuh yang berbeda. Sedangkan yang
memperkuat adanya gangguan kebutuhan nutrisi yaitu pemeriksaan diagnostik yang
merupakan pemeriksaan penunjang yang digunakan untuk menilai kondisi pasien saat ini dan
menentukan penyebab terjadinya gangguan kebutuhan nutrisi tersebut

B. Saran
1. Bagi Pelayanan Kesehatan.
Rumah sakit melalui perawat yang ada diruangan lebih aktif dalam meningkatkan
mutu pemeriksaan pada pasien

2. Bagi Keluarga.
Keluarga adalah orang terdekat dari pasien, diharapkan dapat mendukung pasien dan
mengetahui cara mengurangi rasa nyeri yang dihadapi oleh pasien.

3. Bagi Perawat.
Diharapkan selalu berkoordinasi dengan tim kesehatan lainnya dalam memberikan
pemeriksaan agar lebih maksimal, khususnya pada pasien dengan gangguan
kebutuhan nutrisi. Perawat diharapkan dapat memberikan pelayanan kesehatan yang
professional terutama dalam memfasilitasi pasien dalam memenuhi kebutuhannya
4. Bagi Penulis.
Perlu untuk menambah dan meningkatkan kemampuan dalam memberikan asuhan
keperawatan pasien dengan masalah Gangguan kebutuhan nutrisi serta perlu
memperbaiki agar karya tulis ini lebih sempurna.
DAFTAR PUSTAKA

https://majalahpendidikan.com/anamnesisanamnesa-pengertian-tujuan-cara-dan-persiapan/ di akses
pada tanggal 21 april pukul 12.35 WIB

https://www.sehatq.com/artikel/pemeriksaan-fisik-head-to-toe-pemeriksaan-kesehatan-menyeluruh di
akses pada tanggal 21 april pukul 12.35 WIB

https://www.alodokter.com/kenali-9-jenis-pemeriksaan-penunjang-yang-umum-dilakukan di akses
pada tanggal 21 april pukul 12.35 WIB

https://www.alodokter.com/11-tanda-tubuh-kamu-kekurangan-gizi di akses pada tanggal 21 april


pukul 12.35 WIB

https://hellosehat.com/kesehatan/penyakit/malnutrisi/ di akses pada tanggal 21 april pukul 12.35


WIB

Anda mungkin juga menyukai