KELOMPOK 1
Alhamdulillahirobbilalamin puji syukur ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
hidayahnya, sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Penyusunan makalah ini dimaksudkan
untuk memenuhi tugas "Keperawatan Anak". Sedikit menyinggung mengenai makalah ini,
makalah ini berisi tentang konsep penyakit dan konsep asuhan keperawatan anak dengan
gangguan sistem pencernaan (diare).
Untuk itu kepada semua pihak yang membantu menyelesaikan penelitian sampai dengan
tersusun nya makalah ini, dengan rasa rendah hati disampaikan rasa terima kasih yang setulus-
tulusnya semoga amal baik dari semua pihak mendapat pahala yang berlipat ganda dari allah
SWT. Aamiin.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih kurang sempurna oleh karena itu kritik dan saran dari
semua pihak sangat diharapkan guna penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................ i
KATA PENGANTAR......................................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................... 1
B. Tujuan............................................................................................. 2
C. Manfaat ............................................................................................
BAB 2 KONSEP PENYAKIT
A. Definisi Diare .................................................................................
B. Etiologi/Penyebab Diare ..............................................................
C. Manifestasi Klinis/Tanda Gejala Diare .......................................
D. Klasifikasi Diare..............................................................................
E. Patofisiologi ....................................................................................
F. Komplikasi ......................................................................................
G. Pemeriksaan Penunjang ..............................................................
H. Penatalaksanaan Medis/Terapi ...................................................
BAB 3 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian .....................................................................................
B. Diagnosa Keperawatan ....................................................................
C. Perencanaan Asuhan Keperawatan ..................................................
BAB 4 PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................
B. Saran...............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diare merupakan penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang
termasuk di Indonesia. Diare merupakan pengularan feses yang tidak normal ditandai dengan
peningkatan volume dan keenceran feses serta frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali sehari (pada
neonatus lebih dari 4 kali sehari) dengan atau tanpa lendir darah.
Pada diare apabila penggeluaran melebihi pemasukan maka akan terjadi defisit cairan tubuh yang
menggakibatkan dehidrasi. Bahaya dehidrasi yaitu menyebabkan anak menjadi rewel atau terjadi
gangguan irama jantung maupun perdarahan otak dan jika tidak segera ditangani dehidrasi dapat
mengakibatkan kematian, dengan pemberian resusitasi yang tepat akan memulihkan cairan tubuh yang
hilang akibat dehidrasi.
Selain itu anak yang terkena diare dan mengalami dehidrasi akan mengakibatkan zat-zat makanan yang
masih diperlukan oleh tubuh dapat terbuang sehingga pertumbuhannya tidak dapat optimal.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kejadian diare pada anak, yaitu faktor lingkungan, faktor
sosiodemografi, dan faktor perilaku. Faktor lingkungan yaitu kebersihan lingkungan, meliputi
perumahan, pembuangan kotoran manusia (tinja), penyediaan air bersih, pembuangan sampah dan
saluran pembuangan air limbah (SPAL). Faktor sosiodemografi terdiri dari pendidikan dan pekerjaan
orang tua serta umur anak. Faktor perilaku yaitu pemberian ASI eksklusif, dan kebiasaan mencuci tangan
serta mencuci buah dan sayur sebelum dikonsumsi.
Oleh karena pernyataan-pernyataan diatas maka kami sebagai penulis ingin mengetahui lebih lanjut
mengenai konsep penyakit diare dan konsep asuhan keperawatan anak gangguan sistem pencernaan
(diare) agar nantinya kami dapat mencegah perkembangan diare pada anak di Indonesia.
B. Tujuan
Dengan dibuatnya makalah ini kami sebagai penulis dapat lebih memahami penyakit diare dan asuhan
keperawatan anak gangguan sistem pencernaan (diare), sehingga kami mendapatkan wawasan yang
baru dan lebih luas mengenai diare pada anak, begitupun bagi pembaca.
BAB 2
KONSEP PENYAKIT
A. Definisi Diare
Penyakit diare merupakan keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3
kali pada anak; konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan
darah atau lendir saja. (Ngastiyah, 2014).
Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dengan
frekuensi lebih sering dari biasanya (tiga kali atau lebih) dalam satu hari (Depkes RI 2011).
Diare adalah buang air besar pada balita lebih dari 3 kali sehari disertai perubahan konsistensi tinja
menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang berlangsung kurang dari satu minggu (Juffrie dan
Soenarto, 2012).
Diare adalah perubahan konsistensi tinja yang terjadi tiba-tiba akibat kandungan air di dalam tinja
melebihi normal (10ml/kg/hari) dengan peningkatan frekuensi defekasi lebih dari 3 kali dalam 24 jam
dan berlangsung kurang dari 14 hari (Tanto dan Liwang, 2014).
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa diare adalah buang air besar dengan
bertambahnya frekuensi yang lebih dari biasanya 3 kali sehari atau lebih dengan konsistensi cair.
B. Etiologi/Penyebab diare
1. Faktor Infeksi
a) Infeksi enternal: infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama
diare pada anak. Meliputi infeksi eksternal sebagai berikut :
1) Infeksi bakteri: Vibrio’ E coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, aeromonas,
dan sebagainya.
2) Infeksi virus: Enterovirus (virus ECHO, Coxsacki, Poliomyelitis) Adeno-virus, Rotavirus,
astrovirus, dan lain-lain.
3) Infeksi parasit: cacing (Ascaris, Trichuris, Oxcyuris, Strongyloides) protozoa (Entamoeba
histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis), jamur (Candida albicans)
b) Infeksi parenteral ialah infeksi di luar alat pencernaan makanan seperti: otitits media akut
(OMA), tonsillitis/tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis, dan sebagainya. Keadaan
ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun.
2. Faktor malabsorbs
a) Malabsorbsi karbohidrat disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan sukrosa),
monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa,dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang
terpenting dan tersering (intoleransi laktosa).
b) Malabsorbsi lemak
c) Malabsornsi protein
3. Faktor makanan, makanan basi,beracun, alergi, terhadap makanan.
4. Faktor psikologis, rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih besar).
Tanda dan gejala awal diare ditandai dengan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu meningkat, nafsu
makan menurun, tinja cair (lendir dan tidak menutup kemungkinan diikuti keluarnya darah, anus lecet,
dehidrasi (bila terjadi dehidrasi berat maka volume darah berkurang, nadi cepat dan kecil, denyut
jantung cepat, tekanan darah turun, keadaan menurun diakhiri dengan syok), berat badan menurun,
turgor kulit menurun, mata dan ubun-ubun cekung, mulut dan kulit menjadi kering (Octa dkk, 2014).
D. Klasifikasi Diare
Diare dibedakan menjadi diare akut, diare kronis dan persisiten. Diare akut adalah buang air besar pada
bayi atu anak-anak melebihi 3 kali sehari, disertai dengan perubahan konsisitensi tinja menjadi cair
dengan atau tanpa lender dan darah yang berlangsung kurang dari satu minggu, sedangkan diare kronis
sering kali dianggap suatu kondisi yang sama namun dengan waktu yang lebih lama yaitu diare melebihi
satu minggu, sebagian besar disebabkan diare akut berkepanjangan akibat infeksi, diare persisten
adalah diare yang berlangsung 15-30 hari, merupakan diare berkelanjutan dari diare akut atau peralihan
antara diare akut dan kronis biasanya ditandai dengan penurunan berat badan dan sukar untuk naik
kembali (Amabel, 2011).Sedangkan klasifikasi diare menurut (Octa,dkk 2014) ada dua yaitu berdasarkan
lamanya dan berdasarkan mekanisme patofisiologik.
E. Patofisiologi
Menurut Tanto dan Liwang (2006) dan Suraatmaja (2007), proses terjadinya diare disebabkan oleh
berbagai factor diantaranya :
1. Faktor infeksi
Proses ini dapat diawali adanya mikroorganisme (kuman) yang masuk ke dalam saluran
pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa usus yang dapat
menurunkan daerah permukaan usus. Selanjutnya terjadi perubahan kapasitas usus yang
akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi usus dalam absorpsi cairan dan elektrolit. Atau juga
dikatakan adanya toksin bakteri akan menyebabkan transpor aktif dalam usus sehingga sel
mukosa mengalami iritasi yang kemudian sekresi cairan dan elektrolit akan meningkat.
2. Faktor malabsorpsi
Merupakan kegagalan dalam melakukan absorpsi yang mengakibatkan tekanan osmotik
meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus yang dapat
meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadilah diare.
3. Faktor makanan
Faktor ini dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap dengan baik. Sehingga
terjadi peningkatan peristaltik usus yang mengakibatkan penurunan kesempatan
untukmenyerap makan yang kemudian menyebabkan diare.
4. Faktor psikologis
Faktor ini dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan peristaltik usus yang akhirnya
mempengaruhi proses penyerapan makanan yang dapat menyebabkan diare.
F. Komplikasi
Menurut Maryunani (2010) sebagai akibat dari diare akan terjadi beberapa hal sebagai berikut
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium yang intensif perlu dilakukan untuk mengetahui adanya diare yang disertai
kompikasi dan dehidrasi. Menurut William (2005), pemeriksaan darah perlu dilakukan untuk
mengetahui Analisa Gas Darah (AGD) yang menunjukan asidosis metabolic. Pemeriksaan feses juga
dilakukan untuk mengetahui :
a. Lekosit polimorfonuklear, yang membedakan antara infeksi bakteri dan infeksi virus.
b. Kultur feses positif terhadap organisme yang merugikan.
c. Enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) dapat menegaskan keberatan rotavirus dalam
feses.
d. Nilai pH feses dibaah 6 dan adanya substansi yang berkurang dapat diketahui adanya malaborbsi
karbohidrat.
Menurut Cahyono (2014), terdapat beberapa pemeriksaan laboratorium untuk penyakit diare,
diantaranya :
a. Pemeriksaan darah rutin, LED (laju endap darah), atau CPR (C-reactive protein). memberikan
informasi mengenai tanda infeksi atau inflamasi.
b. Pemeriksaan fungsi ginjal dan elektrolit untuk menilai gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit.
c. Pemeriksaan kolonoskopi untuk mengetahui penyebab diare.
d. Pemeriksaan CT scan bagi pasien yang mengalami nyeri perut hebat, untuk mengetahui adanya
perforasi usus.
H. Penatalaksanaan Medis/Terapi
1. Pemberian cairan
Jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah pemberianya.
a. Cairan per oral
Pada pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan diberikan per oral berupa cairan yang
berisikan NaCL dan NaHCO3, KCL dan glukosa. Untuk diare akut dan kolera pada anak di atas
umur 6 bulan kadar natrium 90 mEq/L.Formula lengkap sering disebut oralit. Cairan sederhana
yang dapat dibuat sendiri (formula tidak lengkap) hanya mengandung garam dan gula (NaCL dan
sukrosa), atau air tajin yang diberi garam dan gula untuk pengobatan sementara di rumah
sebelum dibawa berobat ke rumah sakit/pelayanan kesehatan untuk mencegah dehidrasi lebih
jauh.
b. Cairan parental
Sebenarnya ada beberapa jenis cairan yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan pasien
misalnya untuk bayi atau pasien yang MEP. Tetapi kesemuanya itu bergantung tersedianya
cairan setempat. Pada umumnya cairan ringer laktat (RL) selalu tersedia di fasilitas kesehatan
dimana saja. Mengenai pemberian cairan seberapa banyak yang diberikan bergantung dari berat
/ringanya dehidrasi, yang diperhitungkan dengan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan
berat badanya.
c. Pemberian cairan pasien malnutrisi energi protein (MEP) tipe marasmik
Kwashiorkor dengan diare dehidrasi berat, misalnya dengan berat badan 3-10 kg, umur 1bln-2
tahun, jumlah cairan 200 ml/kg/24jam. Kecepatan tetesan 4 jam pertama idem pada pasien
MEP.Jenis cairan DG aa. 20 jam berikutnya: 150 ml/kg BB/20 jam atau 7 ml/kg BB/jam atau 1 ¾
tetes/kg/BB/menit ( 1 ml= 15 menit) atau 2 ½ tetes /kg BB/menit (1 ml=20 tetes). Selain
pemberian cairan pada pasien-pasien yang telah disebutkan masih ada ketentuan pemberian
cairan pada pasien lainya misalnya pasien bronkopneumonia dengan diare atau pasien dengan
kelainan jantung bawaan, yang memerlukan caiaran yang berlebihan pula. Bila kebetulan
menjumpai pasien-pasien tersebut sebelum memasang infuse hendaknya menanyakan dahulu
pada dokter.
2. Dietetik (cara pemberian makanan)
Untuk anak di bawah 1 tahun dan anak di atas 1 tahun dengan berat badan kurang dari 7 kg jenis
makanan:
a. Susu (ASI dan atau susu formula yang mengandug laktosa rendah dan asam lemak tidak jenuh,
misalnya LLM, almiron atau sejenis lainya)
b. Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim), bila anak tidak mau minum
susu karena di rumah tidak biasa.
c. Susu kusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya susu yang tidsk
mengandung laktosa atau asam lemak yang berantai sedang atau tidak jenuh.
3. Obat-obatan
Prinsip pengobatan diare ialah menggantikan cairan yang hilang melalui tinja dengan atau tanpa
muntah, dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atu karbohidrat lain (gula,air tajin,
tepung beras dan sebagainya). (Ngastiyah, 2014)
4. Terapi farmakologik
a. Antibiotik
Menurut Suraatmaja (2007), pengobatan yang tepat terhadap penyebab diare diberikan setelah
diketahui penyebab diare dengan memperhatikan umur penderita, perjalanan penyakit, sifat
tinja. Pada penderita diare, antibiotic boleh diberikan bila :
1) Ditemukan bakteri patogen pada pemeriksaan mikroskopik dan atau biakan.
2) Pada pemeriksaan mikroskopis dan atau mikroskopis ditemukan darah pada tinja.
3) Secara kinis terdapat tanda-tanda yang menyokong adanya infeksi maternal.
4) Di daerah endemic kolera.
5) Neonatus yang diduga infeksi nosokomial
b. Obat antipiretik
Menurut Suraatmaja (2007), obat antipiretik seperti preparat salisilat (asetosol, aspirin) dalam
dosis rendah (25 mg/ tahun/ kali) selain berguna untuk menurunkan panas akibat dehidrai atau
panas karena infeksi, juga mengurangi sekresi cairan yang keluar bersama tinja.
c. Pemberian Zinc
Pemberian zinc selama diare terbuki mampu mengurangi lama dan tingkat keparah diare,
mengurangi frekuensi buang air besar (BAB), mengurangi volume tinja, serta menurunkan
kekambuhan diare pada tiga bulan berikutnya (Lintas diare, 2011).
5. Therapi intra vena
Pemberian therapi intra vena Dehidrasi sedang pada anak umur< 12 bulan 30 ml/kg BB cairan RL,
selama 5 jam. Umur> 12 bulan 15 ml/kg BB selama 2 ½ jam. Pasien dengan dehidrasi berat< 12 bulan
30 ml/kg BB cairan RL untuk satu jam dan dilanjutkan 30 ml/kgBB selama 5 jam dan umur> 12 bulan
15 ml/kg BB selama 15 menit pertama kemudian 70 ml/kgBB selama 2, 5 jam.
BAB 3
A. Pengkajian
1. Anamnesis: pengkajian mengenai nama lengkap, jenis kelamin, tanggal lahir, umur, tempat lahir, asal
suku bangsa, nama orang tua, pekerjaan orang tua, dan penghasilan.
a. Keluhan Utama
Biasanya pasien mengalamin buang air besar (BAB) lebih dari 3 kali sehari, BAB < 4 kali dan cair
(diare tanpa dehidrasi), BAB 4-10 kali dan cair (dehidrasi ringan/ sedang), atau BAB >10 kali
(dehidrasi berat). Apabila diare berlangsung <14 hari maka diare tersebut adalah diare akut,
sementara apabila berlangsung selama 14 hari atau lebih adalah diare persisten (Nursalam,
2008)
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya pasien mengalami:
1) Bayi atau anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan
berkurang atau tidak ada,dan kemungkinan timbul diare.
2) Tinja makin cair, mungkin disertai lendir atau lendir dan darah. Warna tinja berubah menjadi
kehijauan karena bercampur empedu.
3) Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan sifatnya makin lama
makin asam.
4) Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare.
5) Apabila pasien telah banyak kehilangan cairan dan eletrolit,maka gejala dehidrasi mulai
tampak.
6) Diuresis: terjadi oliguri (kurang 1 ml/kg/BB/jam) bila terjadi dehidrasi. Urine normal pada
diare tanpa dehidrasi. Urine sedikit gelap pada dehidrasi ringan atau sedang. Tidak ada urine
dalam waktu 6 jam (dehidrasi berat) (Nursalam, 2008).
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
1) Kemungkinan anak tidak dapat imunisasi campak Diarelebih sering terjadi pada anak-anak
dengan campak atau yang baru menderita campak dalam 4 minggu terakhir, sebagai akibat
dari penuruan kekebalan tubuh pada pasien. Selain imunisasi campak, anak juga harus
mendapat imunisasi dasar lainnya seperti imunisasi BCG, imunisasi DPT, serta imunisasi
polio.
2) Adanya riwayat alergi terhadap makanan atau obat-obatan (antibiotik), makan makanan
basi, karena faktor ini merupakan salah satu kemungkinan penyebab diare.
3) Riwayat air minum yang tercemar dengan bakteri tinja, menggunakan botol susu, tidak
mencuci tangan setelah buang air besar, dan tidak mencuci tangan saat menjamah
makanan.
4) Riwayat penyakit yang sering terjadi pada anak berusia dibawah 2 tahun biasanya adalah
batuk, panas, pilek, dan kejang yang terjadi sebelumnya, selama, atau setelah diare.
Informasi ini diperlukan untuk melihat tanda dan gejala infeksi lain yang menyebabkan diare
seperti OMA, tonsilitis, faringitis, bronkopneumonia, dan ensefalitis (Nursalam, 2008).
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adanya anggota keluarga yang menderita diare sebelumnya, yang dapat menular ke anggota
keluarga lainnya. Dan juga makanan yang tidak dijamin kebersihannya yang disajikan kepada
anak. Riwayat keluarga melakukan perjalanan kedaerah tropis (Nursalam, 2008; Wong, 2008).
e. Riwayat Nutrisi
Riwayat pemberian makanan sebelum mengalami diare, meliputi:
1) Pemberian ASI penuh pada anak umur 4-6 bulan sangat mengurangi resiko diare dan infeksi
yang serius.
2) Pemberian susu formula. Apakah dibuat menggunakan air masak dan diberikan dengan
botol atau dot, karena botol yang tidak bersih akan mudah menimbulkan pencemaran.
3) Perasaan haus. Anak yang diare tanpa dehidrasi tidak merasa haus (minum biasa). Pada
dehidrasi ringan atau sedang anak merasa haus ingin minum banyak. Sedangkan pada
dehidrasi berat, anak malas minum atau tidak bisa minum (Nursalam, 2008).
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
1) Diare tanpa dehidrasi: baik, sadar
2) Diare dehidrasi ringan atau sedang: gelisah, rewel
3) Diare dehidrasi berat: lesu, lunglai, atau tidak sadar
b. Berat badan
Menurut S. Partono dalam Nursalam (2008), anak yang mengalami diare dengan dehidrasi
biasanya mengalami penurunan berat badan, sebagai berikut:
c. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
Anak berusia di bawah 2 tahun yang mengalami dehidrasi, ubun-ubunnya biasanya cekung
2) Mata
Anak yang mengalami diare tanpa dehidrasi, bentuk kelopak matanya normal. Apabila
mengalami dehidrasi ringan atau sedang kelopak matanya cekung (cowong).Sedangkan
apabila mengalami dehidrasi berat, kelopak matanya sangat cekung.
3) Hidung
Biasanya tidak ada kelainan dan gangguan pada hidung, tidak sianosis, tidak ada pernapasan
cuping hidung.
4) Telinga
Biasanya tidak ada kelainan pada telinga.
5) Mulut dan Lidah
a) Diare tanpa dehidrasi: Mulut dan lidah basah
b) Diare dehidrasi ringan: Mulut dan lidah kering
c) Diare dehidrasi berat: Mulut dan lidah sangat kering
6) Leher
Tidak ada pembengkakan pada kelenjar getah bening, tidakada kelainan pada kelenjar
tyroid.
7) Thorak
a) Jantung
(1) Inspeksi
Pada anak biasanya iktus kordis tampak terlihat.
(2) Auskultasi
Pada diare tanpa dehidrasi denyut jantung normal, diare dehidrasi ringan atau sedang
denyut jantung pasien normal hingga meningkat, diare dengan dehidrasi berat biasanya
pasien mengalami takikardidan bradikardi.
b) Paru-paru
(1) Inspeksi
Diare tanpa dehidrasi biasanya pernapasan normal,diare dehidrasi ringan pernapasan
normal hingga melemah, diare dengan dehidrasi berat pernapasannya dalam.
8) Abdomen
a) Inspeksi
Anak akan mengalami distensi abdomen, dan kram.
b) Palpasi
Turgor kulit pada pasien diare tanpa dehidrasi baik,pada pasien diare dehidrasi ringan
kembali < 2 detik, pada pasien dehidrasi berat kembali > 2 detik.
c) Auskultasi
Biasanya anak yang mengalami diare bising ususnya meningkat
9) Ektremitas
Anak dengan diare tanpa dehidrasi Capillary refill (CRT)normal, akral teraba hangat. Anak
dengan diare dehidras ringan CRT kembali < 2 detik, akral dingin. Pada anak dehidrasi berat
CRT kembali > 2 detik, akral teraba dingin,sianosis.
10) Genitalia
Anak dengan diare akan sering BAB maka hal yang perlu di lakukan pemeriksaan yaitu
apakah ada iritasi pada anus.
3. Pemeriksaan diagnostik
a. Pemeriksaan laboratrium
1) Pemeriksaan AGD, elektrolit, kalium, kadar natrium serum. Biasanya penderita diare natrium
plasma > 150 mmol/L,kalium > 5 mEq/L
2) Pemeriksaan urin
Diperiksa berat jenis dan albuminurin. Eletrolit urin yang diperiksa adalah Na+ K+ dan Cl.
Asetonuri menunjukkan adanya ketosis (Suharyono, 2008).
3) Pemeriksaan tinja
Biasanya tinja pasien diare ini mengandung sejumlah ion natrium, klorida, dan bikarbonat.
4) Pemeriksaan pH, leukosit, glukosa. Biasanya pada pemeriksaan ini terjadi peningkatan
kadarprotein leukosit dalam feses atau darah makroskopik (Longo, 2013). pH menurun
disebabkan akumulasi asamaatau kehilangan basa (Suharyono, 2008).
5) Pemeriksaan biakan empedu bila demam tinggi dan dicurigai infeksi sistemik ( Betz, 2009).
b. Pemeriksaan Penunjang
1) Endoskopi
a) Endoskopi gastrointestinal bagian atas dan biopsi D2, jika dicurigai mengalami penyakit
seliak atau Giardia.Dilakukan jika pasien mengalami mual dan muntah.
b) Sigmoidoskopi lentur, jika diare berhubungan dengan perdarahan segar melalui rektum.
c) Kolonoskopi dan ileoskopi dengan biopsi, untuk semua pasien jika pada pemeriksaan
feses dan darah hasilnya normal, yang bertujuan untuk menyingkirkan kanker.
2) Radiologi
a) CT kolonografi, jika pasien tidak bisa atau tidak cocok menjalani kolonoskopi
b) Ultrasonografi abdomen atau CT scan, jika di curigai mengalami penyakit bilier atau
prankeas
3) Pemeriksaan lanjutan
a) Osmolalitas dan volume feses setelah 48 jam berpuasaakan mengidentifikasi penyebab
sekretorik dan osmotikdari diare.
b) Pemeriksaan laksatif pada pasien-pasien yang dicurigai membutuhkan sampel feses dan
serologi (Emmanuel, 2014).
B. Diagnosa Keperawatan
Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada anak dengan diare menurut NANDA Internasional
(2015), adalah sebagai berikut:
1. Diare berhubungan dengan parasit, psikologis, proses infeksi, inflamasi, iritasi, malabsorbsi.
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif, kegagalan mekanisme
regulasi.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis, faktor
psikologis, ketidakmampuan mencerna makanan, ketidakmampuan mengabsorpsi nutrien.
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan ekskresi atau sering BAB, perubahan status cairan,
perubahan pigmentasi, perubahan turgor, penurunan imunologis.
5. Disfungsi motilitas gastrointestinal berhubungan dengan diare, intoleransi makanan, malnutrisi.
6. Ganguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit, kurang kontrol situasi.
7. Resiko syok berhubungan dengan kekurangan volume cairan (D.0039)
8. Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi, peningkatan laju metabolisme (D.0130)
C. Intervensi Keperawatan
Intervensi
4. Peningkatan peristaltik(4)
5. Diare(4)
Keterangan:
Keterangan:
c. Monitor nutrisi
(4): Sebagian besar adekuat
Tindakan keperawatan:
1. Berat badan(5)
Keterangan:
4. Hidrasi(4)
5. Perfusi jaringan(5)
Keterangan:
Keterangan:
Terapeutik
2. Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
2. Informasikan hasil
pemantauan jika perlu
4. Anjurkan memperbanyak
mengonsumsi buah yang
mengandung banyak air (mis.
Semangka, pepaya)
Sumber: NANDA International, 2015, Moorhead, Sue, dkk, 2013, Bulechek, Gloria M, 2013.
BAB 4
PENUTUP
A. Kesimpulan
Diare adalah buang air besar dengan bertambahnya frekuensi yang lebih dari biasanya 3 kali sehari atau
lebih dengan konsistensi cair. Diare dibedakan menjadi diare akut, diare kronis dan persisiten. Pada
diare apabila penggeluaran melebihi pemasukan maka akan terjadi defisit cairan tubuh yang
menggakibatkan dehidrasi. Anak yang terkena diare dan mengalami dehidrasi akan mengakibatkan zat-
zat makanan yang masih diperlukan oleh tubuh dapat terbuang sehingga pertumbuhannya tidak dapat
optimal. Menurut S. Partono dalam Nursalam (2008), anak yang mengalami diare dengan dehidrasi
biasanya mengalami penurunan berat badan.
B. Saran
Setelah pembaca selesai membaca makalah ini maka kami selaku penulis mengharapkan pembaca dapat
mengetahui :
1. Definisi diare.
2. Etiologi/penyebab diare.
3. Manifestasi klinis/tanda gejala diare.
4. Klasifikasi diare.
5. Patofisiologi diare.
6. Komplikasi diare.
7. Pemeriksaan penunjang diare.
8. Penatalaksanaan medis/terapi diare.
9. Konsep asuhan keperawatan anak gangguan pencernaan (diare).
DAFTAR PUSTAKA
Betz, C. L. & Sowden, L. A. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatr Edisi 5.Jakarta: EGC
Chasanah, R. (2018). STUDI DESKRIPTIF RESUSITASI CAIRAN PADA ANAK DIARE DENGAN DEHIDRASI DI
RUMAH SAKIT ISLAM KENDAL (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Semarang).
Emmanuel, anton. & Inns, stephen. 2014. Gastroenterologi dan Hepatologi.Jakarta: Erlangga
NANDA International, 2015, Moorhead, Sue, dkk, 2013, Bulechek, Gloria M, 2013.
Nursalam, Susilaningrum, R.; & Utami, R. 2008. Asuhan keperawatan bayi dan anak. Jakarta : Salemba
Medika
Octa,D. R. L., Maita, E., Maya S. & Yulfiana,R., (2014), Buku Ajar Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi/Balita
dan Anak Prasekolah Untuk Para Bidan. Yogyakarta : CV Budi Utama.
Rosyidah, A. N. (2019). Hubungan perilaku cuci tangan terhadap kejadian diare pada siswa di Sekolah
Dasar Negeri Ciputat 02. JIKO (Jurnal Ilmiah Keperawatan Orthopedi), 3(1), 10-15.
Suharyono. 2008. Diare Akut: Klinik Dan Laboratorik. Jakarta: Rineka Cipta
Tanto C, Liwang F, Hanifati S, Pradipta WA (2014). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke 4. Jakarta : Media
Aesculapius.
Tim Pokja SDKI PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Indonesia.
Tim Pokja SIKI PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Tindakan Keperawatan. Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan. Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Indonesia
Utami, N., & Luthfiana, N. (2016). Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kejadian Diare pada Anak. Jurnal
Majority, 5(4), 101-106.
William. (2005). Pedoman Klinis Pediatri. Penerbit Buku Kedokteran ECG : Jakarta.
Wong, D.L.; Eaton, M.H.; Wilson, D.; Winkelstein, M.L.;& Schwart, P. 2008.Buku ajar keperawatan
pediatrik edisi 6. Jakarta : EGC