Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN


(DIARE)

Mata Kuliah : Keperawatan Anak


Dosen Pengampu : Ns. Jupri Kartono., M.Kep., Sp. Kep. An.

KELOMPOK 1

1. ARIF RAHMAN (1825010)


2. AGUNG SAPUTRA (1926002)
3. ALIEF VINA SHECYLIA (1926004)
4. AHMAD TAUFIK (1926006)

Prodi DIII Keperawatan STIKes Panca Bhakti Bandar Lampung


Tahun Ajaran 2020/2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbilalamin puji syukur ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
hidayahnya, sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Penyusunan makalah ini dimaksudkan
untuk memenuhi tugas "Keperawatan Anak". Sedikit menyinggung mengenai makalah ini,
makalah ini berisi tentang konsep penyakit dan konsep asuhan keperawatan anak dengan
gangguan sistem pencernaan (diare).

Untuk itu kepada semua pihak yang membantu menyelesaikan penelitian sampai dengan
tersusun nya makalah ini, dengan rasa rendah hati disampaikan rasa terima kasih yang setulus-
tulusnya semoga amal baik dari semua pihak mendapat pahala yang berlipat ganda dari allah
SWT. Aamiin.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih kurang sempurna oleh karena itu kritik dan saran dari
semua pihak sangat diharapkan guna penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.

Bandar Lampung, 18 Maret 2021

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................ i
KATA PENGANTAR......................................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................... 1
B. Tujuan............................................................................................. 2
C. Manfaat ............................................................................................
BAB 2 KONSEP PENYAKIT
A. Definisi Diare .................................................................................
B. Etiologi/Penyebab Diare ..............................................................
C. Manifestasi Klinis/Tanda Gejala Diare .......................................
D. Klasifikasi Diare..............................................................................
E. Patofisiologi ....................................................................................
F. Komplikasi ......................................................................................
G. Pemeriksaan Penunjang ..............................................................
H. Penatalaksanaan Medis/Terapi ...................................................
BAB 3 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian .....................................................................................
B. Diagnosa Keperawatan ....................................................................
C. Perencanaan Asuhan Keperawatan ..................................................
BAB 4 PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................
B. Saran...............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diare merupakan penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang
termasuk di Indonesia. Diare merupakan pengularan feses yang tidak normal ditandai dengan
peningkatan volume dan keenceran feses serta frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali sehari (pada
neonatus lebih dari 4 kali sehari) dengan atau tanpa lendir darah.

Pada diare apabila penggeluaran melebihi pemasukan maka akan terjadi defisit cairan tubuh yang
menggakibatkan dehidrasi. Bahaya dehidrasi yaitu menyebabkan anak menjadi rewel atau terjadi
gangguan irama jantung maupun perdarahan otak dan jika tidak segera ditangani dehidrasi dapat
mengakibatkan kematian, dengan pemberian resusitasi yang tepat akan memulihkan cairan tubuh yang
hilang akibat dehidrasi.

Selain itu anak yang terkena diare dan mengalami dehidrasi akan mengakibatkan zat-zat makanan yang
masih diperlukan oleh tubuh dapat terbuang sehingga pertumbuhannya tidak dapat optimal.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kejadian diare pada anak, yaitu faktor lingkungan, faktor
sosiodemografi, dan faktor perilaku. Faktor lingkungan yaitu kebersihan lingkungan, meliputi
perumahan, pembuangan kotoran manusia (tinja), penyediaan air bersih, pembuangan sampah dan
saluran pembuangan air limbah (SPAL). Faktor sosiodemografi terdiri dari pendidikan dan pekerjaan
orang tua serta umur anak. Faktor perilaku yaitu pemberian ASI eksklusif, dan kebiasaan mencuci tangan
serta mencuci buah dan sayur sebelum dikonsumsi.

Oleh karena pernyataan-pernyataan diatas maka kami sebagai penulis ingin mengetahui lebih lanjut
mengenai konsep penyakit diare dan konsep asuhan keperawatan anak gangguan sistem pencernaan
(diare) agar nantinya kami dapat mencegah perkembangan diare pada anak di Indonesia.

B. Tujuan

Tujuan dibuatnya makalah ini yaitu :

1. Agar pembaca mengetahui definisi diare.


2. Agar pembaca mengetahui etiologi/penyebab diare.
3. Agar pembaca mengetahui manifestasi klinis/tanda gejala diare.
4. Agar pembaca mengetahui klasifikasi diare.
5. Agar pembaca mengetahui patofisiologi diare.
6. Agar pembaca mengetahui komplikasi diare.
7. Agar pembaca mengetahui pemeriksaan penunjang diare.
8. Agar pembaca mengetahui penatalaksanaan medis/terapi diare.
9. Agar pembaca mengetahui konsep asuhan keperawatan anak gangguan pencernaan (diare).
C. Manfaat

Dengan dibuatnya makalah ini kami sebagai penulis dapat lebih memahami penyakit diare dan asuhan
keperawatan anak gangguan sistem pencernaan (diare), sehingga kami mendapatkan wawasan yang
baru dan lebih luas mengenai diare pada anak, begitupun bagi pembaca.

BAB 2

KONSEP PENYAKIT

A. Definisi Diare

Penyakit diare merupakan keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3
kali pada anak; konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan
darah atau lendir saja. (Ngastiyah, 2014).

Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dengan
frekuensi lebih sering dari biasanya (tiga kali atau lebih) dalam satu hari (Depkes RI 2011).

Diare adalah buang air besar pada balita lebih dari 3 kali sehari disertai perubahan konsistensi tinja
menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang berlangsung kurang dari satu minggu (Juffrie dan
Soenarto, 2012).

Diare adalah perubahan konsistensi tinja yang terjadi tiba-tiba akibat kandungan air di dalam tinja
melebihi normal (10ml/kg/hari) dengan peningkatan frekuensi defekasi lebih dari 3 kali dalam 24 jam
dan berlangsung kurang dari 14 hari (Tanto dan Liwang, 2014).

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa diare adalah buang air besar dengan
bertambahnya frekuensi yang lebih dari biasanya 3 kali sehari atau lebih dengan konsistensi cair.

B. Etiologi/Penyebab diare

Etiologi menurut Ngastiyah (2014) antara lain :

1. Faktor Infeksi
a) Infeksi enternal: infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama
diare pada anak. Meliputi infeksi eksternal sebagai berikut :
1) Infeksi bakteri: Vibrio’ E coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, aeromonas,
dan sebagainya.
2) Infeksi virus: Enterovirus (virus ECHO, Coxsacki, Poliomyelitis) Adeno-virus, Rotavirus,
astrovirus, dan lain-lain.
3) Infeksi parasit: cacing (Ascaris, Trichuris, Oxcyuris, Strongyloides) protozoa (Entamoeba
histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis), jamur (Candida albicans)
b) Infeksi parenteral ialah infeksi di luar alat pencernaan makanan seperti: otitits media akut
(OMA), tonsillitis/tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis, dan sebagainya. Keadaan
ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun.
2. Faktor malabsorbs
a) Malabsorbsi karbohidrat disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan sukrosa),
monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa,dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang
terpenting dan tersering (intoleransi laktosa).
b) Malabsorbsi lemak
c) Malabsornsi protein
3. Faktor makanan, makanan basi,beracun, alergi, terhadap makanan.
4. Faktor psikologis, rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih besar).

C. Manifestasi Klinis/Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala awal diare ditandai dengan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu meningkat, nafsu
makan menurun, tinja cair (lendir dan tidak menutup kemungkinan diikuti keluarnya darah, anus lecet,
dehidrasi (bila terjadi dehidrasi berat maka volume darah berkurang, nadi cepat dan kecil, denyut
jantung cepat, tekanan darah turun, keadaan menurun diakhiri dengan syok), berat badan menurun,
turgor kulit menurun, mata dan ubun-ubun cekung, mulut dan kulit menjadi kering (Octa dkk, 2014).

D. Klasifikasi Diare

Diare dibedakan menjadi diare akut, diare kronis dan persisiten. Diare akut adalah buang air besar pada
bayi atu anak-anak melebihi 3 kali sehari, disertai dengan perubahan konsisitensi tinja menjadi cair
dengan atau tanpa lender dan darah yang berlangsung kurang dari satu minggu, sedangkan diare kronis
sering kali dianggap suatu kondisi yang sama namun dengan waktu yang lebih lama yaitu diare melebihi
satu minggu, sebagian besar disebabkan diare akut berkepanjangan akibat infeksi, diare persisten
adalah diare yang berlangsung 15-30 hari, merupakan diare berkelanjutan dari diare akut atau peralihan
antara diare akut dan kronis biasanya ditandai dengan penurunan berat badan dan sukar untuk naik
kembali (Amabel, 2011).Sedangkan klasifikasi diare menurut (Octa,dkk 2014) ada dua yaitu berdasarkan
lamanya dan berdasarkan mekanisme patofisiologik.

1. Berdasarkan lama diare


a. Diare akut, yautu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari
b. Diare kronik, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan kehilangan berat badan
atau berat badan tidak bertambah (failure to thrive) selama masa diare tersebut.
2. Berdasarkan mekanisme patofisiologik
a. Diare sekresi
Diare tipe ini disebabkan karena meningkatnya sekresi air dan elekrtolit dari usus,
menurunnya absorbs. Ciri khas pada diare ini adalah volume tinja yang banyak.
b. Diare osmotik
Diare osmotic adalah diare yang disebabkan karena meningkatnya tekanan osmotik
intralumen dari usus halus yang disebabkan oleh obatobat/zat kimia yang hiperosmotik
seperti (magnesium sulfat, Magnesium Hidroksida), mal absorbs umum dan defek lama
absorbi usus missal pada defisiensi disakarida, malabsorbsi glukosa/galaktosa.

E. Patofisiologi

Menurut Tanto dan Liwang (2006) dan Suraatmaja (2007), proses terjadinya diare disebabkan oleh
berbagai factor diantaranya :

1. Faktor infeksi
Proses ini dapat diawali adanya mikroorganisme (kuman) yang masuk ke dalam saluran
pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa usus yang dapat
menurunkan daerah permukaan usus. Selanjutnya terjadi perubahan kapasitas usus yang
akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi usus dalam absorpsi cairan dan elektrolit. Atau juga
dikatakan adanya toksin bakteri akan menyebabkan transpor aktif dalam usus sehingga sel
mukosa mengalami iritasi yang kemudian sekresi cairan dan elektrolit akan meningkat.
2. Faktor malabsorpsi
Merupakan kegagalan dalam melakukan absorpsi yang mengakibatkan tekanan osmotik
meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus yang dapat
meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadilah diare.
3. Faktor makanan
Faktor ini dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap dengan baik. Sehingga
terjadi peningkatan peristaltik usus yang mengakibatkan penurunan kesempatan
untukmenyerap makan yang kemudian menyebabkan diare.
4. Faktor psikologis
Faktor ini dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan peristaltik usus yang akhirnya
mempengaruhi proses penyerapan makanan yang dapat menyebabkan diare.

F. Komplikasi

Menurut Maryunani (2010) sebagai akibat dari diare akan terjadi beberapa hal sebagai berikut

1. Kehilangan air (dehidrasi)


Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari pemasukan (input),
merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.
2. Gangguan keseimbangan asam basa (metabolik asidosis)
Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja. Metabolisme lemak tidak
sempurna sehingga benda kotor tertimbun dalam tubuh, terjadinya penimbunan asam laktat
karena adanya anorexia jaringan. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena
tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria atau anuria) dan terjadinya pemindahan ion
Na dari cairan ekstraseluler ke dalam cairan intraseluler.
3. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2–3 % anak yang menderita diare, lebih sering pada anak yang
sebelumnya telah menderita Kekurangan Kalori Protein (KKP). Hal ini terjadi karena adanya
gangguan penyimpanan atau penyediaan glikogen dalam hati dan adanya gangguan etabol
glukosa. Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah menurun hingga 40 % pada
bayi dan 50 % pada anak– anak.
4. Gangguan gizi
Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini disebabkan oleh makanan sering
dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau muntah yang bertambah hebat, walaupun
susu diteruskan sering diberikan dengan pengeluaran dan susu yang encer ini diberikan terlalu
lama, makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik karena
adanya hiperperistaltik.
5. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik, akibatnya perfusi jaringan
berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan perdarahan
otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera diatasi klien akan meninggal. Menurut Ngastiyah
(2014) sebagai akibat diare baik akut maupun kronik akan terjadi kehilangan air dan elektrolit
(terjadi dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolis,
hipokalemia), gangguan gizi akibat kelaparan (masukan kurang, pengeluaran bertambah),
hipoglikemia, gangguan sirkulasi darah.

G. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium yang intensif perlu dilakukan untuk mengetahui adanya diare yang disertai
kompikasi dan dehidrasi. Menurut William (2005), pemeriksaan darah perlu dilakukan untuk
mengetahui Analisa Gas Darah (AGD) yang menunjukan asidosis metabolic. Pemeriksaan feses juga
dilakukan untuk mengetahui :

a. Lekosit polimorfonuklear, yang membedakan antara infeksi bakteri dan infeksi virus.
b. Kultur feses positif terhadap organisme yang merugikan.
c. Enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) dapat menegaskan keberatan rotavirus dalam
feses.
d. Nilai pH feses dibaah 6 dan adanya substansi yang berkurang dapat diketahui adanya malaborbsi
karbohidrat.
Menurut Cahyono (2014), terdapat beberapa pemeriksaan laboratorium untuk penyakit diare,
diantaranya :

a. Pemeriksaan darah rutin, LED (laju endap darah), atau CPR (C-reactive protein). memberikan
informasi mengenai tanda infeksi atau inflamasi.
b. Pemeriksaan fungsi ginjal dan elektrolit untuk menilai gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit.
c. Pemeriksaan kolonoskopi untuk mengetahui penyebab diare.
d. Pemeriksaan CT scan bagi pasien yang mengalami nyeri perut hebat, untuk mengetahui adanya
perforasi usus.

H. Penatalaksanaan Medis/Terapi

Dasar pengobatan diare adalah :

1. Pemberian cairan
Jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah pemberianya.
a. Cairan per oral
Pada pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan diberikan per oral berupa cairan yang
berisikan NaCL dan NaHCO3, KCL dan glukosa. Untuk diare akut dan kolera pada anak di atas
umur 6 bulan kadar natrium 90 mEq/L.Formula lengkap sering disebut oralit. Cairan sederhana
yang dapat dibuat sendiri (formula tidak lengkap) hanya mengandung garam dan gula (NaCL dan
sukrosa), atau air tajin yang diberi garam dan gula untuk pengobatan sementara di rumah
sebelum dibawa berobat ke rumah sakit/pelayanan kesehatan untuk mencegah dehidrasi lebih
jauh.
b. Cairan parental
Sebenarnya ada beberapa jenis cairan yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan pasien
misalnya untuk bayi atau pasien yang MEP. Tetapi kesemuanya itu bergantung tersedianya
cairan setempat. Pada umumnya cairan ringer laktat (RL) selalu tersedia di fasilitas kesehatan
dimana saja. Mengenai pemberian cairan seberapa banyak yang diberikan bergantung dari berat
/ringanya dehidrasi, yang diperhitungkan dengan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan
berat badanya.
c. Pemberian cairan pasien malnutrisi energi protein (MEP) tipe marasmik
Kwashiorkor dengan diare dehidrasi berat, misalnya dengan berat badan 3-10 kg, umur 1bln-2
tahun, jumlah cairan 200 ml/kg/24jam. Kecepatan tetesan 4 jam pertama idem pada pasien
MEP.Jenis cairan DG aa. 20 jam berikutnya: 150 ml/kg BB/20 jam atau 7 ml/kg BB/jam atau 1 ¾
tetes/kg/BB/menit ( 1 ml= 15 menit) atau 2 ½ tetes /kg BB/menit (1 ml=20 tetes). Selain
pemberian cairan pada pasien-pasien yang telah disebutkan masih ada ketentuan pemberian
cairan pada pasien lainya misalnya pasien bronkopneumonia dengan diare atau pasien dengan
kelainan jantung bawaan, yang memerlukan caiaran yang berlebihan pula. Bila kebetulan
menjumpai pasien-pasien tersebut sebelum memasang infuse hendaknya menanyakan dahulu
pada dokter.
2. Dietetik (cara pemberian makanan)
Untuk anak di bawah 1 tahun dan anak di atas 1 tahun dengan berat badan kurang dari 7 kg jenis
makanan:
a. Susu (ASI dan atau susu formula yang mengandug laktosa rendah dan asam lemak tidak jenuh,
misalnya LLM, almiron atau sejenis lainya)
b. Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim), bila anak tidak mau minum
susu karena di rumah tidak biasa.
c. Susu kusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya susu yang tidsk
mengandung laktosa atau asam lemak yang berantai sedang atau tidak jenuh.
3. Obat-obatan
Prinsip pengobatan diare ialah menggantikan cairan yang hilang melalui tinja dengan atau tanpa
muntah, dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atu karbohidrat lain (gula,air tajin,
tepung beras dan sebagainya). (Ngastiyah, 2014)
4. Terapi farmakologik
a. Antibiotik
Menurut Suraatmaja (2007), pengobatan yang tepat terhadap penyebab diare diberikan setelah
diketahui penyebab diare dengan memperhatikan umur penderita, perjalanan penyakit, sifat
tinja. Pada penderita diare, antibiotic boleh diberikan bila :
1) Ditemukan bakteri patogen pada pemeriksaan mikroskopik dan atau biakan.
2) Pada pemeriksaan mikroskopis dan atau mikroskopis ditemukan darah pada tinja.
3) Secara kinis terdapat tanda-tanda yang menyokong adanya infeksi maternal.
4) Di daerah endemic kolera.
5) Neonatus yang diduga infeksi nosokomial
b. Obat antipiretik
Menurut Suraatmaja (2007), obat antipiretik seperti preparat salisilat (asetosol, aspirin) dalam
dosis rendah (25 mg/ tahun/ kali) selain berguna untuk menurunkan panas akibat dehidrai atau
panas karena infeksi, juga mengurangi sekresi cairan yang keluar bersama tinja.
c. Pemberian Zinc
Pemberian zinc selama diare terbuki mampu mengurangi lama dan tingkat keparah diare,
mengurangi frekuensi buang air besar (BAB), mengurangi volume tinja, serta menurunkan
kekambuhan diare pada tiga bulan berikutnya (Lintas diare, 2011).
5. Therapi intra vena
Pemberian therapi intra vena Dehidrasi sedang pada anak umur< 12 bulan 30 ml/kg BB cairan RL,
selama 5 jam. Umur> 12 bulan 15 ml/kg BB selama 2 ½ jam. Pasien dengan dehidrasi berat< 12 bulan
30 ml/kg BB cairan RL untuk satu jam dan dilanjutkan 30 ml/kgBB selama 5 jam dan umur> 12 bulan
15 ml/kg BB selama 15 menit pertama kemudian 70 ml/kgBB selama 2, 5 jam.

BAB 3

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Anamnesis: pengkajian mengenai nama lengkap, jenis kelamin, tanggal lahir, umur, tempat lahir, asal
suku bangsa, nama orang tua, pekerjaan orang tua, dan penghasilan.
a. Keluhan Utama
Biasanya pasien mengalamin buang air besar (BAB) lebih dari 3 kali sehari, BAB < 4 kali dan cair
(diare tanpa dehidrasi), BAB 4-10 kali dan cair (dehidrasi ringan/ sedang), atau BAB >10 kali
(dehidrasi berat). Apabila diare berlangsung <14 hari maka diare tersebut adalah diare akut,
sementara apabila berlangsung selama 14 hari atau lebih adalah diare persisten (Nursalam,
2008)
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya pasien mengalami:
1) Bayi atau anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan
berkurang atau tidak ada,dan kemungkinan timbul diare.
2) Tinja makin cair, mungkin disertai lendir atau lendir dan darah. Warna tinja berubah menjadi
kehijauan karena bercampur empedu.
3) Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan sifatnya makin lama
makin asam.
4) Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare.
5) Apabila pasien telah banyak kehilangan cairan dan eletrolit,maka gejala dehidrasi mulai
tampak.
6) Diuresis: terjadi oliguri (kurang 1 ml/kg/BB/jam) bila terjadi dehidrasi. Urine normal pada
diare tanpa dehidrasi. Urine sedikit gelap pada dehidrasi ringan atau sedang. Tidak ada urine
dalam waktu 6 jam (dehidrasi berat) (Nursalam, 2008).
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
1) Kemungkinan anak tidak dapat imunisasi campak Diarelebih sering terjadi pada anak-anak
dengan campak atau yang baru menderita campak dalam 4 minggu terakhir, sebagai akibat
dari penuruan kekebalan tubuh pada pasien. Selain imunisasi campak, anak juga harus
mendapat imunisasi dasar lainnya seperti imunisasi BCG, imunisasi DPT, serta imunisasi
polio.
2) Adanya riwayat alergi terhadap makanan atau obat-obatan (antibiotik), makan makanan
basi, karena faktor ini merupakan salah satu kemungkinan penyebab diare.
3) Riwayat air minum yang tercemar dengan bakteri tinja, menggunakan botol susu, tidak
mencuci tangan setelah buang air besar, dan tidak mencuci tangan saat menjamah
makanan.
4) Riwayat penyakit yang sering terjadi pada anak berusia dibawah 2 tahun biasanya adalah
batuk, panas, pilek, dan kejang yang terjadi sebelumnya, selama, atau setelah diare.
Informasi ini diperlukan untuk melihat tanda dan gejala infeksi lain yang menyebabkan diare
seperti OMA, tonsilitis, faringitis, bronkopneumonia, dan ensefalitis (Nursalam, 2008).
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adanya anggota keluarga yang menderita diare sebelumnya, yang dapat menular ke anggota
keluarga lainnya. Dan juga makanan yang tidak dijamin kebersihannya yang disajikan kepada
anak. Riwayat keluarga melakukan perjalanan kedaerah tropis (Nursalam, 2008; Wong, 2008).
e. Riwayat Nutrisi
Riwayat pemberian makanan sebelum mengalami diare, meliputi:
1) Pemberian ASI penuh pada anak umur 4-6 bulan sangat mengurangi resiko diare dan infeksi
yang serius.
2) Pemberian susu formula. Apakah dibuat menggunakan air masak dan diberikan dengan
botol atau dot, karena botol yang tidak bersih akan mudah menimbulkan pencemaran.
3) Perasaan haus. Anak yang diare tanpa dehidrasi tidak merasa haus (minum biasa). Pada
dehidrasi ringan atau sedang anak merasa haus ingin minum banyak. Sedangkan pada
dehidrasi berat, anak malas minum atau tidak bisa minum (Nursalam, 2008).
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
1) Diare tanpa dehidrasi: baik, sadar
2) Diare dehidrasi ringan atau sedang: gelisah, rewel
3) Diare dehidrasi berat: lesu, lunglai, atau tidak sadar
b. Berat badan
Menurut S. Partono dalam Nursalam (2008), anak yang mengalami diare dengan dehidrasi
biasanya mengalami penurunan berat badan, sebagai berikut:

Persentase Kehilangan Berat Badan


Berdasarkan Tingkat Dehidrasi
% Kehilangan Berat Badan
Tingkat Dehidrasi Bayi Anak
Dehidrasi ringan 5% (50 ml/kg) 3% (30 ml/kg)
Dehidrasi sedang 5-10% (50-100 ml/kg) 6% (60 ml/kg)
Dehidrasi berat 10-15% (100-150 ml/kg) 9% (90 ml/kg)
Sumber: Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak, Nursalam, 2008.

c. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
Anak berusia di bawah 2 tahun yang mengalami dehidrasi, ubun-ubunnya biasanya cekung
2) Mata
Anak yang mengalami diare tanpa dehidrasi, bentuk kelopak matanya normal. Apabila
mengalami dehidrasi ringan atau sedang kelopak matanya cekung (cowong).Sedangkan
apabila mengalami dehidrasi berat, kelopak matanya sangat cekung.
3) Hidung
Biasanya tidak ada kelainan dan gangguan pada hidung, tidak sianosis, tidak ada pernapasan
cuping hidung.
4) Telinga
Biasanya tidak ada kelainan pada telinga.
5) Mulut dan Lidah
a) Diare tanpa dehidrasi: Mulut dan lidah basah
b) Diare dehidrasi ringan: Mulut dan lidah kering
c) Diare dehidrasi berat: Mulut dan lidah sangat kering
6) Leher
Tidak ada pembengkakan pada kelenjar getah bening, tidakada kelainan pada kelenjar
tyroid.
7) Thorak
a) Jantung
(1) Inspeksi
Pada anak biasanya iktus kordis tampak terlihat.
(2) Auskultasi
Pada diare tanpa dehidrasi denyut jantung normal, diare dehidrasi ringan atau sedang
denyut jantung pasien normal hingga meningkat, diare dengan dehidrasi berat biasanya
pasien mengalami takikardidan bradikardi.
b) Paru-paru
(1) Inspeksi
Diare tanpa dehidrasi biasanya pernapasan normal,diare dehidrasi ringan pernapasan
normal hingga melemah, diare dengan dehidrasi berat pernapasannya dalam.
8) Abdomen
a) Inspeksi
Anak akan mengalami distensi abdomen, dan kram.
b) Palpasi
Turgor kulit pada pasien diare tanpa dehidrasi baik,pada pasien diare dehidrasi ringan
kembali < 2 detik, pada pasien dehidrasi berat kembali > 2 detik.
c) Auskultasi
Biasanya anak yang mengalami diare bising ususnya meningkat
9) Ektremitas
Anak dengan diare tanpa dehidrasi Capillary refill (CRT)normal, akral teraba hangat. Anak
dengan diare dehidras ringan CRT kembali < 2 detik, akral dingin. Pada anak dehidrasi berat
CRT kembali > 2 detik, akral teraba dingin,sianosis.
10) Genitalia
Anak dengan diare akan sering BAB maka hal yang perlu di lakukan pemeriksaan yaitu
apakah ada iritasi pada anus.
3. Pemeriksaan diagnostik
a. Pemeriksaan laboratrium
1) Pemeriksaan AGD, elektrolit, kalium, kadar natrium serum. Biasanya penderita diare natrium
plasma > 150 mmol/L,kalium > 5 mEq/L
2) Pemeriksaan urin
Diperiksa berat jenis dan albuminurin. Eletrolit urin yang diperiksa adalah Na+ K+ dan Cl.
Asetonuri menunjukkan adanya ketosis (Suharyono, 2008).
3) Pemeriksaan tinja
Biasanya tinja pasien diare ini mengandung sejumlah ion natrium, klorida, dan bikarbonat.
4) Pemeriksaan pH, leukosit, glukosa. Biasanya pada pemeriksaan ini terjadi peningkatan
kadarprotein leukosit dalam feses atau darah makroskopik (Longo, 2013). pH menurun
disebabkan akumulasi asamaatau kehilangan basa (Suharyono, 2008).
5) Pemeriksaan biakan empedu bila demam tinggi dan dicurigai infeksi sistemik ( Betz, 2009).
b. Pemeriksaan Penunjang
1) Endoskopi
a) Endoskopi gastrointestinal bagian atas dan biopsi D2, jika dicurigai mengalami penyakit
seliak atau Giardia.Dilakukan jika pasien mengalami mual dan muntah.
b) Sigmoidoskopi lentur, jika diare berhubungan dengan perdarahan segar melalui rektum.
c) Kolonoskopi dan ileoskopi dengan biopsi, untuk semua pasien jika pada pemeriksaan
feses dan darah hasilnya normal, yang bertujuan untuk menyingkirkan kanker.
2) Radiologi
a) CT kolonografi, jika pasien tidak bisa atau tidak cocok menjalani kolonoskopi
b) Ultrasonografi abdomen atau CT scan, jika di curigai mengalami penyakit bilier atau
prankeas
3) Pemeriksaan lanjutan
a) Osmolalitas dan volume feses setelah 48 jam berpuasaakan mengidentifikasi penyebab
sekretorik dan osmotikdari diare.
b) Pemeriksaan laksatif pada pasien-pasien yang dicurigai membutuhkan sampel feses dan
serologi (Emmanuel, 2014).

B. Diagnosa Keperawatan

Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada anak dengan diare menurut NANDA Internasional
(2015), adalah sebagai berikut:

1. Diare berhubungan dengan parasit, psikologis, proses infeksi, inflamasi, iritasi, malabsorbsi.
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif, kegagalan mekanisme
regulasi.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis, faktor
psikologis, ketidakmampuan mencerna makanan, ketidakmampuan mengabsorpsi nutrien.
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan ekskresi atau sering BAB, perubahan status cairan,
perubahan pigmentasi, perubahan turgor, penurunan imunologis.
5. Disfungsi motilitas gastrointestinal berhubungan dengan diare, intoleransi makanan, malnutrisi.
6. Ganguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit, kurang kontrol situasi.
7. Resiko syok berhubungan dengan kekurangan volume cairan (D.0039)
8. Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi, peningkatan laju metabolisme (D.0130)

C. Intervensi Keperawatan

Intervensi

No. Diagnosa Keperawatan NOC/SLKI NIC/SIKI

1. Diare berhubungan dengan NOC: NIC:


parasit, psikologis, proses
infeksi, inflamasi, iritasi, a. Kontinensi usus a. Manajemen diare
malabsorbsi. Setelah dilakukan tindakan Tindakan keperawatan:
keperawatan diharapkan
pasien dapat mengontrol 1. Evaluasi efek samping
pengobatan terhadap
pengeluaran feses dari usus,
dengan Kriteria hasil: gastrointestinal

2. Anjurkan pasien untuk


1. Diare(4)
menggunakan obat antidiare
2. Mengeluarkan feses paling
3. Evaluasi intake makanan
tidak 3 kali per hari(5)
yang dikonsumsi sebelumnya
3. Minum cairan secara
4. Identifikasi faktor penyebab
adekuat(5)
diare (misalnya, bakteri)
4. Mengkonsumsi serat secara
adekuat(5) 5. Berikan makanan dalam
porsi kecil dan lebih sering
Keterangan: serta tingkatkan porsi secara
(4): Jarang menunjukkan bertahap

(5): Secara konsisten 6. Monitor tanda dan gejala


menunjukkan diare

b. Fungsi Gastrointestinal b. Manajemen Saluran Cerna

Setelah dilakukan tindakan Tindakan keperawatan:


keperawatan diharapkan 1. Monitor buang air besar
saluran pencernaan pasien termasuk frekuensi,
mampu untuk mencerna, dan konsistensi, bentuk, volume,
menyerap nutrisi dari dan warna, dengan cara yang
makanan, dengan Kriteria tepat.
hasil: 2. Monitor bising usus
1. Frekuensi BAB(4) 3. Instruksikan pasien
2. Konsistensi feses(5) mengenai makanan tinggi
serat
3. Distensi perut(5)

4. Peningkatan peristaltik(4)

5. Diare(4)

Keterangan:

(4): Sedikit terganggu

(5): Tidak terganggu

2. Kekurangan volume cairan NOC: NIC:


berhubungan dengan
kehilangan cairan aktif, a. Keseimbangan cairan a. Manajemen cairan
kegagalan mekanisme Setelah dilakukan tindakan Tindakan keperawatan:
regulasi. keperawatan diharapkan
keseimbangan cairan didalam 1. Monitor status
tubuh pasien tidak terganggu, hidrasi (misalnya, membran
dengan Kriteria hasil: mukosa lembab, denyut nadi
adekuat)
1. Tekanan darah (5)
2. Jaga intake/asupan yang
2. Denyut nadi perifer(5) akurat dan catat output
pasien
3. Keseimbangan intake dan
output dalam 24 jam(4) 3. Monitor makanan/cairan
yang dikonsumsi dan hitung
4. Berat badan stabil(5) asupan kalori harian
5. Turgor kulit(5)
4. Kolaborasi pemberian
6. Kelembaban membran cairan IV
mukosa(5)
5. Monitor status nutrisi
Keterangan:
6. Timbang berat badan setiap
(4): Sedikit terganggu hari dan monitor status
(5): Tidak terganggu pasien
7. Monitor tanda-tanda vital
b. Hidrasi 8. Dorong keluarga untuk
Setelah dilakukan tindakan membantu pasien makan
keperawatan diharapkan
ketersediaan air didalam b. Manajemen Hipovolemia
tubuh pasien tidak terganggu,
dengan Kriteria hasil: Tindakan Keperawatan:

1. Turgor kulit(5) 1. Monitor status cairan


termasuk intake dan output
2. Membran mukosa cairan
lembab(5) 2. Pelihara IV line
3. Intake cairan(5) 3. Monitor tingkat Hb dan
4. Mata dan ubun-ubun hematokrit
cekung(5) 4. Monitor tanda-tanda vital
5. Nadi cepat dan lemah(5)
5. Monitor respon pasien
Keterangan: terhadap penambahan cairan
(5): Tidak terganggu 6. Dorong pasien untuk
menambah intake oral
c. Status nutrisi:
asupan makanan & cairan
Setelah dilakukan tindakan c. Monitor cairan
keperawatan diharapkan
Tindakan keperawatan:
jumlah makanan dan cairan
yang masuk ke dalam tubuh 1. Monitor berat badan
pasien adekuat, dengan 2. Monitor intake dan output
Kriteria hasil:
3. Monitor nilai serum dan
1. Asupan makanan secara elektrolit urin
oral(4)
4. Monitor serum albumin
2. Asupan makan secara tube dan total protein
feeding (NGT/OGT) (4)
3. Asupan cairan intravena(4) 5. Monitor TD, nadi,
pernafasan
4. Asupan nutrisi
6. Monitor kelembaban
parenteral(4)
Keterangan: mukosa, turgor kulit

(4): Sebagian besar adekuat.

3. Ketidakseimbangan nutrisi NOC: NIC:


kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan faktor a. Status nutrisi a. Manajemen nutrisi
biologis, faktor psikologis, Setelah dilakukan tindakan Tindakan keperawatan:
ketidakmampuan mencerna keperawatan diharapkan
makanan, ketidakmampuan nutrisi pasien dapat 1. Identifikasi adanya alergi
mengabsorpsi nutrien. atau intoleransi makanan
terpenuhi, dengan Kriteria
hasil: 2. Instruksikan pasien
1. Asupan makanan(4) mengenai kebutuhan nutrisi
2. Asupan cairan(5)
3. Rasio berat/tinggi badan(5)3. Atur diet yang diperlukan
(yaitu, menyediakan makanan
4. Energi(4) protein tinggi, menambah
5. Hidrasi(4) atau mengurangi kalori,
Keterangan: menambah atau menurangi
vitamin, mineral)
(4): Sedikit menyimpang dari
rentang normal 4. Tentukan jumlah kalori dan
jenis nutrisi yang dibutuhkan
(5): Tidak menyimpang dari untuk memenuhi persyaratan
rentang normal gizi

b. Status nutrisi: Asupan b. Monitor nutrisi


Makanan & Cairan
Tindakan keperawatan:
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan diharapkan 1. Monitor
jumlah makanan dan cairan
yang masuk ke dalam tubuh kecendrungan turun BB
pasien adekuat, dengan 2. Monitor turgor kulit
Kriteria hasil:
1. Asupan makanan secara 3. Monitor adanya mual dan
oral(4) muntah
2. Asupan makan secara tube
4. Monitor pucat, kemerahan,
feeding
dan kekeringan jaringan
(NGT/OGT) (4)
konjungtiva
3. Asupan cairan secara
oral(4) 5. Monitor diet dan asupan
kalori
4. asupan nutrisi parenteral(4)

Keterangan:
c. Monitor nutrisi
(4): Sebagian besar adekuat
Tindakan keperawatan:

1. Timbang berat badan


c. Status nutrisi: asupan
pasien
nutrisi
Setelah dilakukan tindakan 2. Monitor adanya mual
keperawatan diharapkan muntah
asupan gizi pasien terpenuhi,
dengan Kriteria hasil: 3. Monitor adanya penurunan
berat badan
1. Asupan kalori(5)
4. Monitor turgor kulit dan
2. Asupan protein(5) mobilitas
3. Asupan karbohidrat(5)
d. Bantuan peningkatan BB
4. Asupan serat(4)
Tindakan keperawatan:
5. Asupan mineral(5)
Keterangan: 1. Timbang pasien pada jam
(4): Sebagian besar adekuat yang sama setiap hari
(5): Sepenuhnya adekuat 2. Monitor mual dan muntah

3. Monitor asupan kalori


d. Berat badan: Massa tubuh setiap hari
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan diharapkan 4. Instruksikan cara
berat badan pasien normal, meningkatkan asupan kalori
dengan Kriteria hasil:

1. Berat badan(5)

2. Persentil lingkar kepala


(anak)(5)

3. Persentil berat badan


(anak)(5)

Keterangan:

(5): Tidak ada deviasi dari


kisaran normal.

4. Kerusakan integritas kulit NOC: NIC:


berhubungan dengan ekskresi Integritas jaringan: Kulit & Manajemen elektrolit/cairan
atau sering BAB, perubahan membran mukosa
status cairan, perubahan Tindakan keperawatan:
Setelah dilakukan tindakan
pigmentasi, perubahan turgor, 1. Monitor kehilangan cairan
penurunan imunologis. keperawatan diharapkan
keutuhan dan fungsi kulit (misalnya, muntah, diare)
pasien tidak terganggu, 2. Tingkatkan intake asupan
dengan Kriteria hasil: cairan peroral
1. Integritas kulit(5) 3. Pastikan bahwa larutan
2. Suhu kulit(5) intravena yang mengandung
elektrolit diberikan dengan
3. Elastisitas(5) aliran yang konstan dan sesuai

4. Hidrasi(4)

5. Perfusi jaringan(5)

Keterangan:

(4): Sedikit terganggu

(5): Tidak terganggu

5. Disfungsi motilitas NOC: NIC:


gastrointestinal berhubungan a. Eliminasi usus
a. Manajemen Saluran Cerna
dengan diare, intoleransi Setelah dilakukan tindakan
makanan, malnutrisi. keperawatan diharapkan Tindakan keperawatan:
pengeluaran feses pasien 1. Monitor buang air besar
tidak terganggu, dengan termasuk frekuensi,
Kriteria hasil: konsistensi, bentuk, volume,
dan warna, dengan cara yang
1. Pola eliminasi(5) tepat.
2. Warna feses(5) 2. Monitor bising usus
3. Feses lembut dan 3. Instruksikan pasien
berbentuk(5) mengenai makanan tinggi
4. Kemudahan BAB(5) serat

5. Suara bising usus(5) 4. Monitor adanya tanda dan


gejala diare, konstipasi
6. Nyeri pada saat BAB(5)

Keterangan:

(5): Tidak terganggu

6. Ganguan rasa nyaman NOC: NIC:


berhubungan dengan gejala
terkait penyakit, kurang a. Status kenyamanan: fisik a. Teknik menenangkan
Setelah dilakukan tindakan
kontrol situasi. Tindakan keperawatan:
keperawatan diharapkan rasa
nyaman pasien tidak 1. Yakinkan keselamatan dan
terganggu, dengan Kriteria keamanan klien
hasil:
1. Kontrol terhadap gejala(4) 2. Peluk dan beri kenyamanan
2. Intake makanan(4) pada bayi atau anak
3. Intake cairan(4)
3. Identifikasi orang terdekat
4. Mual dan muntah(5)
klien yang bisa membantu
5. Diare(4)
klien
Keterangan:
(4): Sedikit terganggu
(5): Tidak terganggu b. Pengurangan kecemasan
Tindakan keperawatan:

1. Gunakan pendekatan yang


b. Tingkat kecemasan Setelah
tenang dan menyenangkan
dilakukan tindakan
keperawatan diharapkan 2. Nyatakan dengan jelas
merasakan cemas, dengan harapan terhadap perilaku
Kriteria hasil: klien
1. Perasaan gelisah(5) 3. Dorong keluarga untuk
2. Wajah tegang(5) mendampingi klien dengan
cara yang tepat
3. Peningkatan frekuensi
nadi(5) 4. Identifikasi tingkat
kecemasan
Keterangan:
(5): Tidak ada
c. Peningkatan tidur

c. Tidur Tindakan keperawatan:

Setelah dilakukan tindakan 1. Tentukan pola


keperawatan diharapkan tidur tidur/aktivitas klien
pasien tidak terganggu,
dengan Kriteria hasil: 2. Monitor pola tidur klien
dan catat kondisi fisik
1. Pola tidur(4)
2. Kualitas tidur(4) (misalnya,
ketidaknyamanan)atau
Keterangan: psikologis (ketakutan atau
(4): Sedikit terganggu kecemasan) keadaan yang
menggangu tidur

3. Sesuaikan lingkungan untuk


meningkatkan tidur

7. Resiko syok berhubungan SLKI : SIKI :


dengan kekurangan volume
cairan (D.0039) Setelah dilakukan perawatan Pemantauan cairan (I.03121)
dengan tujuan tingkat syok
Observasi
(L.03032) dapat menurun
dengan kriteria hasil : 1. Monitor intake dan output
cairan
Pucat (5)

Haus (5) 2. Identifikasi tanda-tanda


hipovolemia (mis. Frekuensi
Keterangan : nadi meningkat, nadi teraba
lemah, tekanan darah
(5): menurun menurun, tekanan nadi
menyempit, turgor kulit
menurun, membran mukosa
kering, volume urine
menurun, hematokrit
meningkat, haus, lemah,
konsentrasi urin meningkat,
berat badan menurun dalam
waktu singkat)

Terapeutik

1. atur interval waktu


pemantauan sesuai dengan
kondisi pasien

2. Dokumentasikan hasil
pemantauan

Edukasi

1. Jelaskan tujuan dan


prosedur pemantauan

2. Informasikan hasil
pemantauan jika perlu

8. Hipertermi berhubungan SLKI: SIKI :


dengan dehidrasi,
peningkatan laju metabolisme Setelah dilakukan perawatan a. Manajemen Cairan
(D.0130) dengan tujuan : a. status (I.03098)
cairan (L.03028) membaik
Observasi
dengan kriteria hasil :

1. Kekuatan nadi (4) 1. Monitor status hidrasi (mis.


Frekuensi nadi, kekuatan nadi,
2. Turgor kulit(4) akral, pengisian kapiler,
kelembaban mukosa, turgor
3. Output urine(4) kulit, tekanan darah)
4. Keluhan haus (5) 2. Monitor berat badan harian
5. Frekuensi nadi (3) 3. monitor berat badan
6. Tekanan darah (3) sebelum dan sesudah dialisis

7. Intake cairan (3) Terapeutik :

Keterangan : 1. catat intake output dan


hitung balance cairan 24 jam
(5) : menurun
2. Berikan asupan cairan,
(4) : cukup meningkat sesuai kebutuhan

(3) : sedang 3. Berikan cairan intravena,


jika perlu

b. status nutrisi (L. 03030)


membaik dengan kriteria hasil
b. Edukasi Dehidrasi (I.12367)
:

1. Pengetahuan tentang Observasi


pilihan makanan yang sehat 1. Identifikasi kemampuan
(5) pasien dan keluarga
menerima informasi
2. Pengetahuan tentang
pilihan minuman yang sehat Terapeutik
(5)
1. Persiapkan materi media
3. Pengetahuan tentang dan alat dan formulir balance
standar asupan nutrisi yang cairan.
tepat (5)
2. tentukan waktu yang tepat
4. Penyiapan dan untuk memberikan
penyimpanan makanan yang pendidikan kesehatan sesuai
aman (5) kesepakatan dengan pasien
5. Penyiapan dan dan keluarga
penyimpanan minuman yang 3. Berikan kesempatan pasien
aman (5) dan keluarga bertanya
6. Sikap terhadap Edukasi
makanan/minuman sesuai
dengan tujuan kesehatan (5) 1. Jelaskan tanda dan gejala
dehidrasi
7. Nyeri abdomen (4)
2. Anjurkan tidak hanya
8. Diare (4) minum air saat haus, jika
Keterangan : sedang berolahraga atau
beraktivitas berat
(5) : membaik
3. Anjurkan memperbanyak
(4) : cukup menurun minum

4. Anjurkan memperbanyak
mengonsumsi buah yang
mengandung banyak air (mis.
Semangka, pepaya)

5. Ajarkan cara pemberian


oralit, jika perlu

6. Ajarkan menilai status


hidrasi berdasarkan warna
urine.

Sumber: NANDA International, 2015, Moorhead, Sue, dkk, 2013, Bulechek, Gloria M, 2013.

BAB 4

PENUTUP

A. Kesimpulan

Diare adalah buang air besar dengan bertambahnya frekuensi yang lebih dari biasanya 3 kali sehari atau
lebih dengan konsistensi cair. Diare dibedakan menjadi diare akut, diare kronis dan persisiten. Pada
diare apabila penggeluaran melebihi pemasukan maka akan terjadi defisit cairan tubuh yang
menggakibatkan dehidrasi. Anak yang terkena diare dan mengalami dehidrasi akan mengakibatkan zat-
zat makanan yang masih diperlukan oleh tubuh dapat terbuang sehingga pertumbuhannya tidak dapat
optimal. Menurut S. Partono dalam Nursalam (2008), anak yang mengalami diare dengan dehidrasi
biasanya mengalami penurunan berat badan.

B. Saran

Setelah pembaca selesai membaca makalah ini maka kami selaku penulis mengharapkan pembaca dapat
mengetahui :

1. Definisi diare.
2. Etiologi/penyebab diare.
3. Manifestasi klinis/tanda gejala diare.
4. Klasifikasi diare.
5. Patofisiologi diare.
6. Komplikasi diare.
7. Pemeriksaan penunjang diare.
8. Penatalaksanaan medis/terapi diare.
9. Konsep asuhan keperawatan anak gangguan pencernaan (diare).

DAFTAR PUSTAKA

Betz, C. L. & Sowden, L. A. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatr Edisi 5.Jakarta: EGC
Chasanah, R. (2018). STUDI DESKRIPTIF RESUSITASI CAIRAN PADA ANAK DIARE DENGAN DEHIDRASI DI
RUMAH SAKIT ISLAM KENDAL (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Semarang).

Depkes RI. (2011). Lintas Diare. Jakarta: Depkes RI.

Emmanuel, anton. & Inns, stephen. 2014. Gastroenterologi dan Hepatologi.Jakarta: Erlangga

Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC Edisi 7. Jakarta: EGC.

Juffrie, M.,Soenarto, S. S.Y.,Oeswari, H.,Arief,S.,Rosalina,I. & Mulyani,N.S. (2012) Buku Ajar


Gasrtoenterologi-Hepatologi Jilid I. Jakarta :IDAI.
MUSLIKAH, D. N. (2020). ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DIARE DI PAVILIUN SERUNI
RSUD KABUPATEN JOMBANG (STUDI LITERATUR) (Doctoral dissertation, Universitas Pesantren Tinggi
Darul'Ulum).

NANDA International, 2015, Moorhead, Sue, dkk, 2013, Bulechek, Gloria M, 2013.

Ngastiyah.(2014). Perawatan Anak Sakit Edisi 2. Jakarta: EGC.

Nursalam, Susilaningrum, R.; & Utami, R. 2008. Asuhan keperawatan bayi dan anak. Jakarta : Salemba
Medika

Octa,D. R. L., Maita, E., Maya S. & Yulfiana,R., (2014), Buku Ajar Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi/Balita
dan Anak Prasekolah Untuk Para Bidan. Yogyakarta : CV Budi Utama.

Rosyidah, A. N. (2019). Hubungan perilaku cuci tangan terhadap kejadian diare pada siswa di Sekolah
Dasar Negeri Ciputat 02. JIKO (Jurnal Ilmiah Keperawatan Orthopedi), 3(1), 10-15.

Suharyono. 2008. Diare Akut: Klinik Dan Laboratorik. Jakarta: Rineka Cipta

Suraatmaja, S.,(2007). Kapita Selekta Gastroenterologi Anak. Jakarta : Sagung Seto.

Tanto C, Liwang F, Hanifati S, Pradipta WA (2014). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke 4. Jakarta : Media
Aesculapius.

Tim Pokja SDKI PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Indonesia.
Tim Pokja SIKI PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Tindakan Keperawatan. Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan. Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Indonesia
Utami, N., & Luthfiana, N. (2016). Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kejadian Diare pada Anak. Jurnal
Majority, 5(4), 101-106.
William. (2005). Pedoman Klinis Pediatri. Penerbit Buku Kedokteran ECG : Jakarta.

Wong, D.L.; Eaton, M.H.; Wilson, D.; Winkelstein, M.L.;& Schwart, P. 2008.Buku ajar keperawatan
pediatrik edisi 6. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai