Anda di halaman 1dari 75

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DIARE

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak II

Disusun Oleh :

Ekaristi w.s.yumte (NIM 2020081024141)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

PRODI KEPERAWATAN

UNIVERSITAS CENDRAWASIH
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang


telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah “Asuhan Keperawatan pada Anak Diare”. Makalah ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Anak II.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi para mahasiswa keperawatan yang


ingin menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang “Asuhan Keperawatan pada
Anak Diare”. Penyusun juga mengharapkan makalah ini dapat memberikan
informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan
ilmu pengetahuan kita semua.

Penyusun

i
ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN............................................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................1
C. Tujuan..........................................................................................................................2
BAB II..............................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................................3
A. Definisi........................................................................................................................3
B. Etiologi........................................................................................................................3
C. Manifestasi Klinis........................................................................................................4
D. Patofisiologi................................................................................................................5
E. Pathway.......................................................................................................................6
F. Komplikasi...................................................................................................................8
G. Pemeriksaan Penunjang...............................................................................................9
H. Penatalaksanaan...........................................................................................................9
I. Konsep Asuhan Keperawatan Diare............................................................................12
BAB III...........................................................................................................................22
TINJAUAN KASUS.......................................................................................................22
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DIARE..................................22
BAB IV...........................................................................................................................58
PENUTUP......................................................................................................................58
A. Kesimpulan................................................................................................................58
B. Saran..........................................................................................................................59
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................60
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit diare masih menjadi penyebab kematian balita (bayi
dibawah 5 tahun) terbesar didunia. Menurut catatan UNICEF, setiap detik
1 balita meninggal karena diare. Diare sering kali dianggap sebagai
penyakit sepele, padahal di tingkat global dan nasional fakta menunjukkan
sebaliknya. Menurut catatan WHO, diare membunuh 2 juta anak didunia
setiap tahun, sedangkan di Indonesia, menurut Surkesnas (2001) diare
merupakan salah satu penyebab kematian ke 2 terbesar pada balita.
Solusi dalam hal ini adalah memberikan pengajaran kepada orang
tua mengenai kesehatan dan perawatan anak dan bayi di rumah. Namun
dalam menjalankannya seseorang harus mengetahui bayak hal seperti
penyesuaian terhadap kehidupan, pengkajian klinis dan yang pasti asuhan
keperawatan pada bayi baru lahir (pengkajian, perencanaan, intervensi,
implementasi, dan evaluasi) .Melalui makalah ini pembaca dapat
mengetahui tentang asuhan apa saja yang akan diberikan kepada bayi dan
anak yang menderita penyakit tersebut.

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi penyakit Diare?

2. Apa saja jenis-jenis penyakit Diare?

3. Bagaimana menjelaskan penyebab dan proses terjadinya Diare?

4. Bagaimana menjelaskan cara mengatasi Diare?

5. Menjelaskan konsep asuhan keperawatan pada anak yang terkena


penyakit Diare ?

1
C. Tujuan

1. Mengetahui tentang penyakit Diare.

2. Mengetahui tentang jenis-jenis penyakit Diare.

3. Menjelaskan penyebab dan proses terjadinya Diare.

4. Menjelaskan cara mengatasi Diare.

5. Menjelaskan konsep asuhan keperawatan pada anak yang terkena


penyakit Diare .

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang
lebih banyak dari biasanya (normal 100-200 cc/jam tinja). Dengan tinja
berbentuk cair /setengah padat, dapat disertai frekuensi yang meningkat.
Menurut WHO (1980), diare adalah buang air besar encer lebih dari 3 x
sehari.
Diare didefinisikan sebagai buang air besar lembek atau cair bahkan
dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya
(3 kali atau lebih dalam sehari) (Depkes RI Ditjen PPM dan PLP, 2002).
Diare terbagi 2 berdasarkan mula dan lamanya , yaitu diare akut dan kronis
(Mansjoer,A.1999,501).
Berdasarkan dari pendapat para ahli maka dapat disimpulkan Diare
adalah buang air besar (BAB) yang tidak normal, berbentuk tinja cair
disertai lendir atau darah atau lendir saja, frekuensi lebih tiga kali sehari.
Menurut pedoman MTBS (2000), diare dapat dikelompokkan
menjadi :

1. Diare akut : terbagi atas diare dengan dehidrasi berat, diare dengan
dehidrasi sedang, diare dengan dehidrasi ringan

2. Diare persiten : jika diare berlangsung 14 hari/lebih. Terbagi atas


diare persiten dengan dehidrasi dan persiten tanpa dehidrasi

3. Disentri : jika diare berlangsung disertai dengan darah.

B. Etiologi

1. Faktor infeksi : Bakteri ( Shigella, Shalmonella, Vibrio kholera),


Virus (Enterovirus), parasit (cacing), Kandida (Candida Albicans).

3
2. Faktor parentral : Infeksi dibagian tubuh lain (OMA sering terjadi

pada anak-anak).

3. Faktor malabsorbsi : Karbohidrat, lemak, protein.

4. Faktor makanan : Makanan basi, beracun, terlampau banyak lemak,


sayuran dimasak kurang matang.

5. Faktor Psikologis : Rasa takut, cemas.

6. Obat-obatan : antibiotic.

7. Penyakit usus : colitis ulcerative, crohn disease, enterocolitis,


obstruksi usus

C. Manifestasi Klinis

1. Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah

2. Suhu tubuh meninggi/demam

3. Feces encer, berlendir atau berdarah

4. Warna feces kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu

5. Anus lecet

6. Muntah sebelum dan sesudah diare

7. Anoreksia

8. Gangguan gizi akibat intake makanan kurang

9. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, yaitu penurunan berat badan,


turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun besar cekung, membran
mukosa kering.

10. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer

11. Keram abdominal

12. Mual dan muntah

13. Lemah

14. Pucat

4
15. Perubahan TTV : Nadi dan pernafasan cepat.

16. Menurun atau tidak ada pengeluaran urine

D. Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah:

1. Gangguan osmotic
Adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam lumen usus meningkat
sehingga terjadi pergeseran air dan elektroloit ke dalam lumen usus.
Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare.

2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam lumen usus
dan selanjutnya timbul diare kerena peningkatan isi lumen usus.

3. Gangguan motilitas usus


Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus
untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila
peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh
berlebihan, selanjutnya dapat timbul diare pula.

4. Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme


hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam
lambung, mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian
mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi
yang selanjutnya akan menimbulkan diare.
Sedangkan akibat dari diare akan terjadi beberapa hal sebagai berikut:

a. Kehilangan air (dehidrasi)

5
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak
dari pemasukan (input), merupakan penyebab terjadinya
kematian pada diare.

b. Gangguan keseimbangan asam basa (metabik asidosis)


Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja.
Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda kotor
tertimbun dalam tubuh, terjadinya penimbunan asam laktat
karena adanya anorexia jaringan. Produk metabolisme yang
bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh
ginjal (terjadi oliguria/anuria) dan terjadinya pemindahan ion
Na dari cairan ekstraseluler kedalam cairan intraseluler.
c. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare,
lebih sering pada anak yang sebelumnya telah menderita KKP.
Hal ini terjadi karena adanya gangguan
penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati dan adanya
gangguan absorbsi glukosa. Gejala hipoglikemia akan muncul
jika kadar glukosa darah menurun hingga 40 mg% pada bayi
dan 50% pada anak-anak
d. Gangguan gizi
Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini
disebabkan oleh:

- Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut


diare atau muntah yang bertambah hebat.

- Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan


pengeluaran dan susu yang encer ini diberikan terlalu lama.

- Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan


diabsorbsi dengan baik karena adanya hiperperistaltik.

e. Gangguan sirkulasi

6
Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock)
hipovolemik, akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi
hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan
perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera
diatasi klien akan meninggal.

E. Pathway

faktor infeksi F malabsorbsi F makanan F. Psikologi

KH,Lemak,Protein

Masuk dan ber meningk. Tek osmotik


toksin tak dapat cemas

Hipersekresi air hiperperistaltik


pergeseran air dan
dan elektrolit
elektrolit ke rongga
( isi rongga usus) usus menurunya kesempatan usus
kembang dlm usus diserap

menyerap makanan

DIARE

7
Frek. BAB meningkat distensi abdomen

Kehilangan
nutrisi Kehilangan cairan & elekt gangguan
berlebihan integritas kulit

perubahan gg. kes. cairan & elekt As. Metabl mual, muntah
nutrisi
kurang dari
kebutuhan

sesak

BB menurun

Resiko hipovolemi syok nafsu makan

Gang. Oksigensi

Gangg. Tumbang

8
F. Komplikasi
Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak,
dapat terjadi berbagai macam komplikasi, seperti:

1. Dehidrasi

a. Dehidrasi Ringan
Kehilangan cairan 2 – 5 % dari berat badan dengan gambaran
klinik turgor kulit kurang elastis, suara serak, klien belum jatuh
pada keadaan syok.
Penatalaksanaan : Berikan cairan 1 jam pertama 25-50 ml/kg bb
selanjutnya 125 ml/kg bb/hari

b. Dehidrasi Sedang
Kehilangan cairan 5 – 8 % dari berat badan dengan gambaran
klinik turgor kulit jelek, suara serak, presyok nadi cepat dan
dalam.
Penatalaksanaan : Berikan cairan 1 jam pertama 50-100 ml/kg bb
selanjutnya 125 ml/kg bb/hari

c. Dehidrasi Berat
Kehilangan cairan 8 - 10 % dari berat badan dengan gambaran
klinik seperti tanda-tanda dehidrasi sedang ditambah dengan
kesadaran menurun, apatis sampai koma, otot-otot kaku sampai
sianosis.
Penatalaksanaan :

- Bayi baru lahir (berat badan 2-3 kg)


Kebutuhan cairan: 250 ml/kg bb/24 jam dengan pemberian
cairan 4:1 ( 4 glukosa5%+1 NaHCOз 1½%) dengan cara
pemberian: 4 jam pertama 25 ml/kg bb/jam, 20 jam
berikutnya 150 ml/kg bb/20 jam.

9
- Bayi berat badan lahir rendah (berat badan < 2 kg)

Kebutuhan cairan: 250 ml/kg bb/24 jam, pemberian cairan


adalah 4 glukosa 10% + 1 NaHCOз 1½%, dengan
pemberian 4 jam pertama 25 ml/kg bb/jam, 20 jam
berikutnya 150 ml/kg bb/20 jam .

- Umur 2-5 tahun (berat badan 3-10kg)


Cara pemberiannya adalah 1 jam pertama 40 ml/kg bb/jam
kemudian dilanjutkan 7 jam berikutnya 12 ml/kg bb/menit
dan 16 jam kemudian 125 ml/kg bb.

- Umur 2-5 tahun (berat badan 10-15 kg)


Cara pemberiannya adalah 1 jam pertama 30 ml/kg bb/jam
kemudian dilanjutkan 7 jam berikutnya 10 ml/kg bb/menit
dan 16 jam kemudian 125 ml/kg bb.

- Umur 5-10 tahun (berat badan 15-25kg)


Cara pemberiannya adalah 1 jam pertama 20 ml/kg bb/jam
kemudian dilanjutkan 7 jam berikutnya 10 ml/kg bb/menit
dan 16 jam kemudian 105 ml/kg bb ( FKUI,1985 ).

2. Renjatan hipovolemik

3. Hipokalemia

4. Hipoglikemia

5. Intoleransi laktosa sekunder

6. Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik

7. Malnutrisi energi protein

G. Pemeriksaan Penunjang

1. Riwayat alergi pada obat-obatan atau makanan

2. Kultur tinja

3. Pemeriksaan elektrolit, BUN, creatinine, dan glukosa.

10
4. Pemeriksaan tinja : pH, leukosit, glukosa, dan adanya darah

H. Penatalaksanaan

1. Medis

a. Pemberian cairan.
1) Cairan per oral.
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang, cairan
diberikan peroral berupa cairan yang berisikan NaCl dan Na,
HCO, K dan Glukosa, untuk Diare akut diatas umur 6 bulan
dengan dehidrasi ringan, atau sedang kadar natrium 50-60
Meq/l dapat dibuat sendiri (mengandung larutan garam dan
gula ) atau air tajin yang diberi gula dengan garam. Hal
tersebut diatas adalah untuk pengobatan dirumah sebelum
dibawa kerumah sakit untuk mencegah dehidrasi lebih lanjut.

2) Cairan parenteral.
Mengenai seberapa banyak cairan yang harus diberikan
tergantung dari berat badan atau ringannya dehidrasi, yang
diperhitungkan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan
berat badannya.
Jadwal pemberian cairan

1) Belum ada dehidrasi

- Oral: 1 gelas setiap kali anak buang air besar

- Parenteral dibagi rata dalam 24 jam

2) Dehidrasi ringan

- 1 jam pertama: 25-50 ml/kgBB peroral atau intragastrik

- Selanjutnya: 125 ml/kgBB/hari

3) Dehidrasi sedang

- 1 jam pertama: 50-100ml/kgBB peroral atau intragastrik

- Selanjutnya: 125 ml/kgBB/hari

11
4) Dehidrasi berat
Jadwal pemberian cairan didasarkan pada umur dan BB anak

b. Diatetik : pemberian makanan dan minuman khusus pada klien


dengan tujuan penyembuhan dan menjaga kesehatan adapun hal
yang perlu diperhatikan :

1) Memberikan asi.

2) Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori,


protein, vitamin, mineral dan makanan yang bersih.

3) Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi


tim) bila anak tidak mau minum susu.

4) Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang


ditemukan misalnya susu rendah laktosa atau asam lemak
yang berantai sedang atau tidak jenuh.

c. Obat-obatan.
Prinsip pengobatan diare adalah menggantikan cairan yang
hilang melalui tinja dengan atau tanpa muntah, dengan cairan
yang mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain
(gula, air tajin, tepung beras, dll)

- Obat anti sekresi.

- Obat anti spasmolitik.

- Obat pengeras tinja.

- Obat antibiotik.
Pencegahan diare bisa dilakukan dengan mengusahakan
lingkungan yang bersih dan sehat :

1) Usahakan untuk selalu mencuci tangan sebelum


menyentuh makanan.

2) Usahakan pula menjaga kebersihan alat-alat makan.

12
3) Sebaiknya air yang diminum memenuhi kebutuhan
sanitasi standar di lingkungan tempst tinggal. Air
dimasak benar-benar mendidih, bersih, tidak berbau,
tidak berwarna dan tidak berasa.

4) Tutup makanan dan minuman yang disediakan di meja.

5) Setiap kali habis pergi usahakan selalu mencuci tangan,


kaki, dan muka.

6) Biasakan anak untuk makan di rumah dan tidak jajan di


sembarangan tempat. Kalau bisa membawa makanan
sendiri saat ke sekolah.

7) Buatlah sarana sanitasi dasar yang sehat di lingkungan


tempat tinggal, seperti air bersih dan jamban/WC yang
memadai.

8) Pembuatan jamban harus sesuai persyaratan sanitasi


standar. Misalnya, jarak antara jamban (juga jamban
tetangga) dengan sumur atau sumber air sedikitnya 10
meter agar air tidak terkontaminasi. Dengan demikian,
warga bisa menggunakan air bersih untuk keperluan
sehari-hari, untuk memasak, mandi, dan sebagainya.

I. Konsep Asuhan Keperawatan Diare


A. Pengkajian

1. Identitas
Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun
pertama kehidupan. Insiden paling tinggi adalah golongan umur
6-11 bulan. Kebanyakan kuman usus merangsang kekebalan
terhadap infeksi, hal ini membantu menjelaskan penurunan
insidence penyakit pada anak yang lebih besar. Pada umur 2
tahun atau lebih imunitas aktif mulai terbentuk. Kebanyakan

13
kasus karena infeksi usus asimptomatik dan kuman enteric
menyebar terutama klien tidak menyadari adanya infeksi. Status
ekonomi juga berpengaruh terutama dilihat dari pola makan dan
perawatannya .

2. Keluhan Utama
BAB lebih dari 3 kali sehari

3. Riwayat Penyakit Sekarang


BAB warna kuning kehijauan, bercampur lendir dan darah atau
lendir saja. Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu
pengeluaran : 3-5 hari (diare akut), lebih dari 7 hari ( diare
berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis).

4. Riwayat Penyakit Dahulu


Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau
kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida albicans dari
saprofit menjadi parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA
campak.

5. Riwayat Nutrisi
Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada
orang dewasa, porsi yang diberikan 3 kali setiap hari dengan
tambahan buah dan susu. kekurangan gizi pada anak usia toddler
sangat rentan,. Cara pengelolahan makanan yang baik, menjaga
kebersihan dan sanitasi makanan, kebiasan cuci tangan,

6. Riwayat Kesehatan Keluarga


Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.

7. Riwayat Kesehatan Lingkungan


Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga
kebersihan, lingkungan tempat tinggal.

8. Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan

a. Pertumbuhan

14
- Kenaikan BB karena umur 1 –3 tahun berkisar antara
1,5-2,5 kg (rata-rata 2 kg), PB 6-10 cm (rata-rata 8 cm)
pertahun.

- Kenaikan linkar kepala : 12cm ditahun pertama dan 2 cm


ditahun kedua dan seterusnya.

- Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham


pertama dan gigi taring, seluruhnya berjumlah 14 – 16
buah

- Erupsi gigi : geraham perama menusul gigi taring.

b. Perkembangan
Tahap perkembangan Psikoseksual menurut Sigmund Freud:

- Fase anal : Pengeluaran tinja menjadi sumber kepuasan


libido, mulai menunjukan keakuannya, cinta diri sendiri/
egoistic, mulai kenal dengan tubuhnya, tugas utamanyan
adalah latihan kebersihan, perkembangan bicra dan
bahasa (meniru dan mengulang kata sederhana,
hubungna interpersonal, bermain).
Tahap perkembangan psikososial menurut Erik Erikson:

- Autonomy vs Shame and doundt

- Perkembangn ketrampilan motorik dan bahasa dipelajari


anak toddler dari lingkungan dan keuntungan yang ia
peroleh Dario kemam puannya untuk mandiri (tak
tergantug). Melalui dorongan orang tua untuk makan,
berpakaian, BAB sendiri, jika orang tua terlalu over
protektif menuntut harapan yanag terlalu tinggi maka
anak akan merasa malu dan ragu-ragu seperti juga
halnya perasaan tidak mampu yang dapat berkembang
pada diri anak.

- Gerakan kasar dan halus, bacara, bahasa


dan

15
kecerdasan, bergaul dan mandiri : Umur 2-3 tahun :

1) berdiri dengan satu kaki tanpa berpegangan


sedikitpun

2) hitungan (GK)

3) Meniru membuat garis lurus (GH)

4) Menyatakan keinginan sedikitnya dengan dua kata


(BBK)

5) Melepas pakaian sendiri (BM)

9. Pemeriksaan Fisik

a. pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar


lengan mengecil, lingkar kepala, lingkar abdomen
membesar,

b. keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran


menurun.

c. Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup


pada anak umur 1 tahun lebih

d. Mata : cekung, kering, sangat cekung

e. Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi


abdomen, peristaltic meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan
menurun, mual muntah, minum normal atau tidak haus,
minum lahap dan kelihatan haus, minum sedikit atau
kelihatan bisa minum

f. Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt


karena asidosis metabolic (kontraksi otot pernafasan)

g. Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah,


tensi menurun pada diare sedang.

h. Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2


dt, suhu meningkat > 375 0
c, akral hangat, akral dingin

16
(waspada syok), capillary refill time memajang > 2 detik,
kemerahan pada daerah perianal.

i. Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria


(200-400 ml/ 24 jam ), frekuensi berkurang dari sebelum
sakit.

j. Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa


mengalami stress yang berupa perpisahan, kehilangan waktu
bermain, terhadap tindakan invasive respon yang ditunjukan
adalah protes, putus asa, dan kemudian menerima.

10. Pemeriksaan Penunjang

a. Laboratorium :

- feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida

• Serum elektrolit : Hiponatremi, Hipernatremi,


hipokalemi

• AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, PO2 meningkat,


PCO2 meningkat, HCO3 menurun )

• Faal ginjal : UC meningkat (GGA)


b. Radiologi : mungkin ditemukan bronchopemoni

B. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan


dengan kehilangan cairan skunder terhadap diare.

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan diare atau output berlebihan dan intake yang kurang.

3. Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses


infeksi sekunder terhadap diare.

4. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan


peningkatan frekwensi diare.

17
5. Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan invasive.

6. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan krisis situasi,


kurang pengetahuan.

C. Intervensi Keperawatan

Diagnosa 1:
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan
dengan kehilangan cairan skunder terhadap diare
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
keseimbangan dan elektrolit dipertahankan secara maksimal Kriteria
hasil :
- Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,50 c,
RR : < 40 x/mnt )

- Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak


cowong, UUB tidak cekung.

- Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari Intervensi :

1) Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit


R/ Penurunan sisrkulasi volume cairan menyebabkan kekeringan
mukosa dan pemekatan urin. Deteksi dini memungkinkan terapi
pergantian cairan segera untuk memperbaiki deficit

2) Beri LRO (larutan rehidrasi oral)


R/ Untuk rehidrasi dan penggantian kehilangan cairan melalui
feses

3) Berikan LRO sedikit tapi sering/anjurkan keluarga untuk


memberi minum banyak pada kien, 2-3 lt/hr
R/ Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang secara oral

4) Setelah rehidrasi berikan diet regular pada anak sesuai toleransi


R/ Karena penelitian menunjukkan pemberian ulang diet normal
secara dini bersifat menguntungkan untuk menurunkan jumlah

18
defekasi dan penurunan berat badan serta pemendekan durasi
penyakit

5) Pantau intake dan output (urin, feses, dan emesis)


R/ Untuk mengevaluasi keefektifan intervensi

6) Timbang berat badan setiap hari


R/ Mendeteksi kehilangan cairan , penurunan 1 kg BB sama
dengan kehilangan cairan 1 lt

7) Kaji TTV, turgor kulit, membrane mukosa, dan status mental


setiap 4 jam atau sesuai indikasi
R/ Untuk mengkaji hidrasi

8) Hindari masukan cairan jernih seperti jus buah, minuman


berkarbonat, dan gelatin
R/ Karena cairan ini biasanya tinggi karbohidrat, rendah
elektrolit, dan mempunyai osmolaritas yang tinggi Kolaborasi :

1) Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit (Na, K,Ca, BUN) R/


koreksi keseimbang cairan dan elektrolit, BUN untuk
mengetahui faal ginjal (kompensasi).

2) Cairan parenteral ( IV line ) sesuai dengan umur


R/ Mengganti cairan dan elektrolit secara adekuat dan cepat.

3) Obat-obatan : (antisekresin, antispasmolitik, antibiotik)

R/ anti sekresi untuk menurunkan sekresi cairan dan elektrolit


agar simbang, antispasmolitik untuk proses absorbsi normal,
antibiotik sebagai anti bakteri berspektrum luas untuk
menghambat endotoksin.

4) Instruksikan keluarga dalam memberikan terapi yang tepat,


pemantauan masukkan dan keluaran, dan mengkaji tanda-tanda
dehidrasi
R/ Untuk menjamin hasil optimum dan memperbaiki kepatuhan
terhadap aturan terapeutik

19
Diagnosa 2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan tidak adekuatnya intake dan out put
Tujuan : setelah dilakukan tindakan perawatan selama dirumah di
RS kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria :

- Nafsu makan meningkat

- BB meningkat atau normal sesuai umur Intervensi :

1) Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan


berserat tinggi, berlemak dan air terlalu panas atau dingin) R/
Serat tinggi, lemak,air terlalu panas / dingin dapat merangsang
mengiritasi lambung dan saluran usus.

2) Ciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau yang tak sedap
atau sampah, sajikan makanan dalam keadaan hangat
R/ situasi yang nyaman, rileks akan merangsang nafsu makan.

3) Berikan jam istirahat (tidur) serta kurangi kegiatan yang


berlebihan
R/ Mengurangi pemakaian energi yang berlebihan

4) Observasi dan catat respos terhadap pemberian makan


R/ Untuk mengkaji toleransi pemberian makan 5)

Kolaborasi dengan tim kesehatan lain :

- terapi gizi : Diet TKTP rendah serat, susu

- obat-obatan atau vitamin ( A)


R/ Mengandung zat yang diperlukan , untuk proses pertumbuhan

6) Instruksikan keluarga dalam memberikan diet yang tepat


R/ untuk meningkatkan kepatuhan terhadap program terpautik

Diagnosa 3 : Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan


dengan proses infeksi dampak sekunder dari diare

20
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x 24 jam
tidak terjadi peningkatan suhu tubuh.
Kriteria :

- suhu tubuh dalam batas normal ( 36-37,5 C)

- Tidak terdapat tanda infeksi (rubur, dolor, kalor, tumor, fungtio


leasa)
Intervensi :

1) Monitor suhu tubuh setiap 2 jam


R/ Deteksi dini terjadinya perubahan abnormal fungsi tubuh
( adanya infeksi)

2) Berikan kompres hangat


R/ merangsang pusat pengatur panas untuk menurunkan produksi
panas tubuh

3) Kolaborasi pemberian antipirektik


R/ Merangsang pusat pengatur panas di otak

Diagnosa 4 :Resiko gangguan integritas kulit perianal


berhubungan dengan peningkatan frekwensi BAB (diare)
Tujuan : setelah dilakukan tindaka keperawtan selama di rumah sakit
integritas kulit tidak terganggu Kriteria :

- Tidak terjadi iritasi : kemerahan, lecet, kebersihan terjaga

- Keluarga mampu mendemontrasikan perawatan perianal dengan

baik dan benar


Intervensi :

1) Diskusikan dan jelaskan pentingnya menjaga tempat tidur


R/ Kebersihan mencegah perkembang biakan kuman

2) Demontrasikan serta libatkan keluarga dalam merawat perianal


(bila basah dan mengganti pakaian bawah serta alasnya) R/

21
Mencegah terjadinya iritassi kulit yang tak diharapkan oleh
karena kelebaban dan keasaman feces

3) Atur posisi tidur atau duduk dengan selang waktu 2-3 jam R/
Melancarkan vaskulerisasi, mengurangi penekanan yang lama
sehingga tak terjadi iskemi dan irirtasi .

Diagnosa 5 : Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan


invasive
Tujuan : setelah dilakukan tindakan perawatan selama di rumah
sakit, klien mampu beradaptasi
Kriteria : Mau menerima tindakan perawatan, klien tampak tenang
dan tidak rewel Intervensi :

1) Libatkan keluarga dalam melakukan tindakan perawatan


R/ Pendekatan awal pada anak melalui ibu atau keluarga

2) Hindari persepsi yang salah pada perawat dan RS


R/ mengurangi rasa takut anak terhadap perawat dan lingkungan
RS

3) Berikan pujian jika klien mau diberikan tindakan perawatan dan


pengobatan
R/ menambah rasa percaya diri anak akan keberanian dan
kemampuannya

4) Lakukan kontak sesering mungkin dan lakukan komunikasi baik


verbal maupun non verbal (sentuhan, belaian dll)
R/ Kasih saying serta pengenalan diri perawat
akan menunbuhkan rasa aman pada klien.

5) Berikan mainan sebagai rangsang sensori anak.

Diagnosa 6 : Perubahan proses keluarga berhubungan dengan


krisis situasi, kurang pengetahuan.

22
Tujuan : Keluarga memahami tentangg penyakit anaknya dan
pengobatannya serta mampu memberikan perawatan.
Kriteria : Keluarga menunjukkan kemampuan untuk merawat anak,
khususnya di rumah.
Intervensi :

1) Berikan informasi pada keluarga tentang penyakit anak dan


tindakan terapeutik
R/ Untuk mendorong kepatuhan terhadap program terapeutik,
khususnya jika sudah berada di rumah.

2) Bantu keluarga dalam memberikan rasa nyaman dan dukungan


pada anak.
R/ Untuk memenuhi kebutuhan rasa aman dan nyaman pada anak
serta mau kooperatif

3) Izinkan anggota keluarga untuk berpartisipasi dalam perawatan


anak sebanyak yang mereka inginkan
R/ Untuk memenuhi kebutuhan anak dan keluarga.

4) Instruksikan keluarga mengenai pencegahan R/ Untuk mencegah


penyebaran infeksi.

5) Atur perawatan kesehaan pascahospitalisasi


R/ Untuk menjamin pengkajian dan pengobatan yang kontinu.

6) Rujuk keluarga pada lembaga perawatan kesehatan komunitas


R/ Untuk pengawasan perawata di rumah sesuai kebutuhan.

BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DIARE

23
I. PENGKAJIAN

I. Biodata

A. Identitas

1. Nama/Nama panggilan : An.K

2. Tempat tgl lahir/usia : Cirebon, 11 Desember 2016/1 tahun


5 bulan

3. Jenis kelamin : Perempuan

4. Agama : Islam

5. Pendidikan : Belum sekolah

6. Alamat : Jl. Sanara No. 45 03/02 Kel.


Gegesik, Kab. Cirebon

7. Tgl masuk : 19 Mei 2018

8. Tgl pengkajian : 20 Mei 2018 (10:00 WIB)

9. Diagnosa medik : Gastrointestinal Akut

10. Rencana terapi :-

B. Identitas Orang tua

1. Ayah

a. Nama : Tn.S

b. Usia : 35 tahun

c. Pendidikan : SLTP

d. Pekerjaan/sumber penghasilan : Pegawai swata

e. Agama : Islam

f. Alamat : Jl. Sanara No. 45 03/02 Kel.


Gegesik, Kab. Cirebon

2. Ibu

a. Nama : Ny.D

24
b. Usia : 30 tahun

c. Pendidikan : S1

d. Pekerjaan/sumber penghasilan : Guru

e. Agama : Islam

f. Alamat : Jl. Sanara No. 45 03/02 Kel.


Gegesik, Kab. Cirebon

C. Identitas Saudara Kandung


No NAMA USIA HUBUNGAN STATUS
KESEHATAN

1 An.B 6 tahun Kakak Pernah


mengalami
mencretmencret
usia 7 hari
setelah
kelahiran
karena alergi
susu sapi.
Kejang pada
usia 2 tahun

II. Riwayat Kesehatan

A. Riwayat Kesehatan Sekarang


Keluhan Utama :
Mencret-mencret disertai berlendir
Riwayat Keluhan Utama :

Ibu pasien mengatakan sebelum datang ke rumah sakit anaknya


mencret-mencret, cair, berlendir, ada sedikit ampas, tanpa darah,
warna hijau dan berbau khas disertai demam naik turun sejak hari

25
jumat dan sorenya berobat ke dokter dan diberi antibiotik saja,
namun tidak ada perubahan. Di rumah pasien muntah 3 kali sehari,
muntah berisi cairan seperti susu tanpa disertai darah.
Pada tanggal 19 Mei 2018 orang tua membawa pasien ke RSUD
Arjawinangun, masuk ruang IGD pukul 19.55 WIB dan diagnosa
oleh dokter Gastrointestinal Akut (GEA) dengan dehidrasi
ringansedang. Dokter menyarankan pasien untuk di rawat, dan
pasien dibawa ke ruang Ade Irma Suryani pukul 21.30 WIB.

Keluhan Pada Saat Pengkajian :


Dilakukan pengkajian pada tanggal 20 Mei 2018 pukul 10:00 WIB.
Ibu pasien mengeluh anaknya mencret-mencret, ibu mengatakan
anaknya mencret karena memakan jajanan warung seperti
cikicikian, coklat, dan es susu. Saat menangani anaknya mencret
ibu memberi olesan minyak kayu putih di daerah perut pasien dan
memberikan minum air putih. Tinjanya berwarna hijau kekuningan,
cair, sedikit ampas, tidak berlendir, tidak ada darah saat BAB dan
berbau khas. Sejak tadi pagi pukul 05.00 hingga waktu pengkajian
pasien sudah BAB lebih dari 10 kali. Ibu pun mengeluh dibagian
dubur anaknya terdapat warna kemerahan. Selama sakit anaknya
selalu rewel, nafsu makannya menurun dan sering merintih “lara”
sambil memegangi perutnya.

B. Riwayat Kesehatan Lalu (Khusus untuk anak usia 0-5 tahun)

1. Prenatal Care

a. Ibu memeriksakan kehamilannya jarang dilakukan karena


tempat pemeriksaan yang jauh, pada saat usia kehamilan 5
bulan dan usia 9 bulan di bidan dan mengatakan anaknya
sehat. Saat masa kehamilan ibu pasien juga sempat drop,
lemas dan nafsu makan menurun karena rasa mual dan

26
muntah yang berkepanjangan hingga usia kehamilan 5
bulan. Sempat di infus di puskesmas.

b. Riwayat terkena radiasi : tidak ada riwayat keluarga yang


mempunyai penyakit menular

c. Riwayat berat badan selama hamil : Ibu mengatakan berat


badan naik 13 Kg

d. Riwayat imunisasi TT : ibu mengatakan imunisasi TT pada


saat hamil

e. Golongan darah ibu A, golongan darah ayah B

2. Antenatal Care

a. Tempat melahirkan : RSUD Arjawinangun

b. Jenis persalinan : Secara karena sudah pecah ketuban

c. Penolong persalinan : dr. SpOG

d. Komplikasi yang dialami ibu pada saat melahirkan dan


setelah melahirkan :

3. Postnatal Care

a. Kondisi bayi : berat badan bayi saat lahir 2.300 gram, tinggi
34 cm. Appereance : merah muda seluruhnya, Pulse : 110
kali/menit, Grimace : menangis, Activity : fleksi dengan
baik, Respiratory : menangis kuat

b. Anak pada saat lahir tidak mengalami : -

(Untuk Semua Usia)

 Klien pernah mengalami penyakit : orang tua pasien


mengatakan pernah mengalami mencret pada usia 7
bulan namun tidak lebih dari 3 kali. Pasien juga pernah

27
sakit batuk pilek dan demam pada 4 bulan terakhir tidak
lebih dari 3 hari.

 Riwayat kecelakaan : menurut orang tua pasien tidak


pernah mengalami kecelakaan

 Riwayat mengkonsumsi obat-obatan berbahaya tanpa


anjuran dokter dan menggunakan zat/substansi kimia
berbahaya : ibu pasien mengatakan saat pilek dan
demam yang lalu mengkonsumsi obat dari apotek yaitu
obat termorex anak.

 Perkembangan anak dibanding saudara-saudaranya :

C. Riwayat Kesehatan Keluarga

Ket :

Laki-laki : Tinggal serumah :

Perempuan : D Meninggal :

Ikatan darah : Pasien :

III. Riwayat Imunisasi (imunisasi lengkap)


No Jenis Imunisasi Waktu pemberian Frekuensi Reaksi Frekuensi
setelah
pemberian

28
1 Hb0 Saat lahir Demam 2 hari
2 DPT Usia 2, 3, 4 bulan Demam 2 hari
3 BCG Usia 2 bulan Demam 2 hari
4 Rotavirus Usia 2, 4, bulan Demam 2 hari
5 Campak Belum dilakukan

IV. Riwayat Tumbuh Kembang

A. Pertumbuhan Fisik

1. Berat badan : 3,7 kg

2. Tinggi badan : 53 cm

3. Waktu tumbuh gigi : 7 bulan, gigi tanggal 1,


jumlah gigi 14 buah.

B. Perkembangan Tiap Tahap


Usia anak saat

1. Berguling : 6 bulan

2. Duduk : 7 bulan

3. Merangkak : 8 bulan

4. Berdiri : 9 bulan

5. Berjalan : 13 bulan

6. Senyum kepada orang lain pertama kali

: 3 minggu 7. Bicara pertama kali : 1 tahun

dengan menyebutkan mama papa

8. Berpakaian tanpa bantuan :

V. Riwayat Nutrisi A. Pemberian ASI

Pemberian ASI ± 3 jam setelah lahir, kemudian selanjutnya diberi


ASI saja hingga usia 6 bulan.
Pemberian susu formula

29
1. Alasan pemberian ASI : motivasi ibu karena ASI penting bagi
pertumbuhan, lebih sehat dan hemat biaya

2. Jumlah pemberian : diberikan ketika menangis dan sebanyak


banyaknya

3. Cara pemberian : melalui dot karena ibu merasakan nyeri ketika


langsung m enete
Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini
Usia Jenis Nutrisi Lama Pemberian
1. 0-6 bulan ASI Sampai saat ini
2. 6-12 bulan ASI, bubur tim, 3 bulan
pisang yang
dihaluskan

3. Saat ini Nasi/bubur tim, Sampai saat ini


sereal (ikan, telur,
sayur)

VI. Riwayat Psikososial

 Anak tinggal bersama : Orang tua

 Lingkungan berada di : lingkungan komplek  Rumah dekat

dengan : taman dan penduduk lainnya

 Kamar klien :

 Rumah ada tangga : ada 1 lt

 Hubungan antar anggota keluarga : menurut ibu pasien


hubungan dengan keluarga baik, tiak ada sibling sering bermain
dengan ayah dan neneknya.

 Pengasuh anak : ibu pasien mengatakan yang


mengasuh pasien adalah dirinya sendiri dan bersama suami.

VII. Riwayat Spiritual

30
 Suport sistem dalam keluarga :

 Kegiatan keagamaan :

VIII. Reaksi Hospitalisasi

A. Pengalaman keluarga tentang sakit dan rawat inap

• Ibu membawa anaknya ke RS karena : Mencret-mencret,


disertai demam naik turun, muntah 3 kali sehari.

• Apakah dokter menceritakan tentang kondisi anak : dokter


mendiagnosa Gastrointestinal Akut (GEA) dengan dehidrasi
ringan-sedang.

• Perasaan orang tua saat ini : ibu mengatakan sedih melihat


anaknya merintih kesakitan, dan ibu khawatir takut terjadi
sesuatu yang lebih parah dari saat ini.

• Orang tua selalu berkunjung ke RS : pasien selalu


ditemani orang tua.

• Yang akan tinggal dengan anak : ibu pasien mengatakan yang


menemani pasien selalu bergantian antara ayahnya atau
neneknya jika ibu atau ayahnya sedang bekerja.

B. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap : -

X. Pola Kebiasaan Sehari-Hari


No ACTIVITY DAILY SEBELUM SAKIT KETIKA SAKIT
LEAVING
1. NUTRISI A.
Makan

a. Jenis Nasi, tempe,telur, bubur, seling


bubur, selingan makanan bolu kukus
makanan biscuit atau telur rebus.

b. Frekuensi 3 kali sehari 3 kali sehari

31
c. Porsi/jumlah kalori ½ mangkuk sedang ¼ mangkuk sedang

d. Makanan kesukaan Makanan cikicikian, Bubur


coklat dan susu

e. Makanan Nasi Cokelat, kacang-

pantangan tim,telur,tempe, kacangan


ikan, telur

f. Nafsu makan Nafsu makan Nafsu makan


bertambah menurun

g. Cara makan Dibantu Dibantu


sendiri/bantu

h. Kesulitan Tidak ada kesulitan Tidak ada kesulitan


menelan/tidak menelan menelan

MASALAH Tidak ada masalah Sulit makan


B. Minum
a. Jenis Air putih, ASI, the Air putih , ASI
manis

b. Frekuensi 8x perhari 6x sehari


c. Jumlah (cc) 60 cc 60 cc
d. Cara minum Dibantu Dibantu
sendiri/bantu
MASALAH Tidak ada Sering merasa haus
2. ELIMINASI
A. Buang Air Besar
a. Frekuensi 1x perhari 10x perhari
b. Waktu 1x perhari 10x perhari
c. Warna Feses kuning Feses hijau
kecoklatan kekuningan

32
d. Bau,darah ,lender Tidak berdarah Cair sedikit ampas,
tidak berlendir, tidak
ada darah saat BAB
dan berbau khas

e. Konsistensi Lembek Cair


f. Obstipasi Tidak mengalami Tidak mengalami
obstipasi obstipasi

g. Diare
h. Kolostomi Tidak melakukan Tidak melakukan
kolostomi kolostomi

i. Pengeluaran Sendiri Sendiri


sendiri/bantu

j. Kenggunaan - Memberikan obat


pencahar termorex

B. Buang Air Kecil

a. Frekuensi 7x perhari 10x sehari


b. Jumlah urine 740ml 1000 ml
output (cc)

c. Warna Bening kekuningan Bening kekuningan


d. Ada tidaknya bau Tidak ada Tidak ada

e. Ada tidak Tidak ada Tidak ada


darah/hematuria
f. Ada tidak Tidak ada Tidak ada
kesulitan
g. Inkontinensia Tidak ada Tidak ada
h. Penggunaan Tidak menggunakan Tidak menggunakan
kateter kateter kateter

33
i. Cara pengeluaran Sendiri Sendiri
dibantu/sendiri

MASALAH Tidak ada Tidak ada

3. ISTIRAHAT&TIDUR
a. Waktu tidur 8 jam 6 jam
sendiri

b. Waktu tidur 2 jam 1 jam

siang

c. Lamanya 10 jam 8 jam


d. Kebiasaaan Tidak ada Tidak ada
penghantar tidur

e. Ada tidak masalah Tidak ada Tidak ada


tidur

f. Kebiasaan yang Tidak ada Tidak ada


dilakukan saat
istirahat

4. A. Mandi
a. frekuensi 2x sehari 1x sehari
b. penggunaan sabun Menggunakan sabun Menggunakan sabun
atau tidak dan sampo

c. cara melakukan Dibantu Dibanttu


sendiri/bantu

B. oral hygiene
a. frekuensi 2x sehari 1xsehari
b. waktu Pagi Pagi
c. menggunakan Gosok gigi Tidak gosok gigi
sikat gigi

34
d. menggunakan Menggunakan Tidak
pasta gigi
MASALAH Tidak ada Tidak ada
5. AKTIFITAS DAN
LATIHAN
A. Olahraga

a. Jenis Tidak ada Tidak ada


b. Frekuensi Tidak ada Tidak ada
B. Kegiatan diwaktu Main dilingkungan Tiduran ditempat
luang rumah tidur

C. Cara melakukan Dibantu dibantu


sendiri/bantu

Masalah Tidak ada Tidak ada

XI. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum : pasien dapat berorientasi sepenuhnya

2. Kesadaran : compos metis E4V5M6, lesu, gelisah,


cengeng, mudah mengantuk

3. Tanda tanda vital

a. Tekanan darah : 100/60 mmHg

b. Denyut nadi : 130x/menit

c. Suhu : 37C

d. Pernafasan :25x/menit

4. berat badan : 8 kg

5. tinggi badan : -3SD s/d <-2SD

6. kepala
Inspeksi
Keadaan rambut & hygiene kepala: Bersih

35
a. warna rambut : tampak bersih

b. penyebaran : tidak ada

c. mudah rontok : tidak mudah rontok

d. kebersihan rambut : rambut bersih tidak kotor

palpasi
benjolan : tidak ada nyeri
tekan : tidak ada tekstur
rambut : Rambut halus

7. Muka
Inpeksi

a. Simetris/tidak : simetris

b. Bentuk wajah : oval

c. Gerakan abnormal : tidak terdapat gerakan

d. Ekspresi wajah : menangis


Palpasi
Nyeri tekan/tidak : tidak
Data lain : tidak ada

8. Mata Inspeksi

a. Pelpebra : edema/tidak : tidak


Radang/tidak : tidak b.

Sclera : Icterus/tidak : tidak

c. Conjungtiva : radang/tidak : tidak


Anemis/tidak : tidak

d. Pupil : -Reflesk pupil terhadap cahaya normal karena


bereaksi sangat cepat terhadap keadaan perubahan cahaya.
e. Posisi mata
Simetris/tidak : Simestris

36
f. Gerakan bola mata : gerakan normal

g. Penutupan kelopak mata : penutupan mata yang sehat

h. Keadaan bulu mata : terdapat bulu mata panjang

i. Keadaan visus : normal

j. Penglihatan : - kabur/tidak : tidak

- Diplopia/tidak : tidak
Palpasi
Tekanan bola mata : tidak ada nyeri
Data lain : tidak ada

9. Hidung&Sinus
Inspeksi

a. Posisi hidung : simetris

b. Bentuk hidung : simetris

c. Keadaan septum : normal

d. Secret/cairan : tidak ada

10. Telinga
Inspeksi

a. Posisi telinga : simetris

b. Ukuran/bentuk telinga : normal (simetris)

c. Aurikel : normal

d. Lubang telinga : simetris

e. Pemakaian alat bantu : tidak ada, bersih, tidak ada sekret


Palpasi
Nyeri tekan/tidak : tidak ada nyeri
Pemeriksaan uji pendengaran

a. Rinner : positif

b. Weber : tidak ada lateralis simetris antara kiri dan kanan

37
c. Swabach : normal
Pemeriksaan vestibuler : normal
Data lain : tidak ada

11. Mulut
Inspeksi

a. Gigi

- Keadaan gigi : Bersih

- Karang gigi/karies : tidak ada

- Pemakain gigi palsu : tidak ada

b. Gusi
Merah/Radang/Tidak : Tidak

c. Lidah
Kotor/tidak : tidak

d. Bibir

- Cianosis/pucat/tidak : tidak pucat

- Basah/kering/pecah : basah

- Mulut berbau/tidak : Tidak berbau

- Kemampuan bicara : terbete-bete


Data lain : tidak ada

12. Tenggorokan
a. Warna mukosa : pucat kering
b. Nyeri tekan : terdapat nyeri tekan
c. Nyeri menelan : nyeri

13. Leher
Inspeksi
a. Kelenjar tyroid : simetris, tidak ada lesi
Palpasi
a. Kelenjar tyroid : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan

38
b. Kaku kuduk/ tidak : tidak ada kaku kuduk

c. Kelenjar limfe : tidaka ada nyeri tekan dan benjolan atau


pembesaran
Data lain

14. Thorax dan pernapasan

a. Bentuk dada : normal tidak ada kelainan bentuk dada, simetris

b. Irama pernafasan : teratur

c. Pengembangan diwaktu bernapas : 2:1

d. Tipe pernapasan: menggunakan pernafasan dada


Palpasi

a. Vocal fremitus : normal dapat merasakan getaran

b. Massa/ nyeri : tidak ada massa/ nyeri


Auskultasi

a. Suara napas : vesikuler

b. Suara tambahan : tidak ada suara tambahan


Perkusi : sonor/ resonan (dug)

15. Jantung
Palpasi

Ictus cordis : tidak ada pulsasi, teraba ICS V MCL selebar (1


jari)
Perkusi
Pemesaran jantung : tidak ada pembesaran jantung
Auskultasi

a. BJ I : Normal terdengar saat ekspirasi maksimal

b. BJ II : normal sesaat setelah inspirasi dalam

c. BJ III :

d. Bunyi jantung tambahan : tidak ada suara tambahan

16. Abdomen

39
Inspeksi
a. Membuncit : tidak membncit
b. Ada luka/ tidak : tidak ada luka
Palpasi
a. Hepar : tidak nyeri tekan
b. Lien : tidak ada nyeri tekan
c. Nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan
Auskultasi
Peristaltik : 17x/menit
Perkusi
a. Tympani
b. Redup
Data lain : saat d auskultasi pekak artinya terdapat cairan, saat
auskultasi peristaltic meningkat dan memanjang (borboritmi)

17. Genitalia dan anus : vagina menutup tampak


bersih tidak ada tanda infeksi seperti kemerahan
atau iritasi

18. Ekstremitas Ekstremitas atas

a. Motorik

• Pergerakan kanan dan kiri : simetris


• Pergerakan abnormal : tidak ada pergerakan abnormal

• Kekuatan otot kanan/ kiri : 4 (1-4)


• Tonus otot kanan/ kiri : Normal
• Koordinasi gerak : Normal
b. Refleks

• Biceps kanan/ kiri : refleks positif


• Triceps kanan/ kiri : refleks positif
c. Sensori

• Nyeri : tidak ada nyeri

40
• Rangsang suhu : pasien dapat merasakan rangsang panas dan dingin
• Rasa raba : pasien dapat merasakan rangsang raba
Ekstremitas bawah

a. Motorik

• Gaya berjalan : tegap


• Kekuatan kanan/ kiri : 4 (1-4)
• Tonus otot kanan/ kiri
b. Refleks

• KPR kanan/ kiri


• APR kanan/ kiri
• Babinsky kanan/ kiri : hyperfleksi
c. Sensori

• Nyeri : tidak ada nyeri


• Rangsang suhu : pasien dapat merasakan rangsang panas dan dingin
• Rangsang raba : pasien dapat merasakan rangsang raba
19. Status neurologi Saraf- saraf cranial

a. Nervus I (Olfactorius) : penciuman: Pasien dapat merasakan bau susu


dan minyak telon yang biasa dipakai

b. Nervus II (Opticus) : penglihatan : Pasien dapat melihat gambar kuda


dalam jarak 30 cm

c. Nervus III, IV, VI (Oculomotorius, Trochlearis, Abducens)

• Kontriksi pupil : Normal, mengecil saat terkena cahaya


• Gerakan kelopak mata : Normal, mata dapat digerakan keatas dan
kebawah dengan mengikuti objek

• Pergerakan bola mata : Pasien dapat menggerakan bola mata


kesamping kana/ kiri

• Pergerakan mata ke bawah & dalam : pasien dapat menggerakan


bola mata kebawah dan kedalam

41
d. Nervus V (Trigeminus)

• Sensibilitas/ sensori : Normal


• Refleks dagu : Normal
• Refleks cornea : Normal
e. Nervus VII (Facialis)

• Gerkana mimic : pasien merintih dan menangis saat mainannya


hilang

f. Nervus VIII (Acusticus)


Fungsi pendengaran : pasien menengok ketika di panggil oleh ibunya

g. Nervus IX dan X (Glosopharingeus dan Vagus)

• Refleks menelan : fungsi menelan baik saat pasien makan


• Refleks muntah : positif
• Pengecapan 1/3 lidah bagian belakang :
• Suara
h. Nervus XI (Assesorius) : ketika diberi obat pasien dapat mengangkat
bahu dan memalingkan kepala ke kanan dan ke kiri

• Memalingkan kepala ke kiri dan ke kanan


• Mengangkat bahu
i. Nervus XII (Hypoglossus) :

• Deviasi lidah : pasien dapat menggerakan lidah ketika mengunyah


makanan
Tanda- tanda perangsangan selaput otak

a. Kaku kuduk : terhadap tahanan kuat

b. Kernig sign : kaki dapat lurus, atau tahanan dengan sudut 120
derajat

c. Refleks Brudzinski : kaki sebelahnya mengikuti gerakan fleksi

d. Refleks Lasegu : Normal dapat mencapai 70 derajat sebelum adanya


tambahan

42
XI. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan (0-6 tahun)
Dengan menggunakan DDST :
Interpretasi Denver pada An. K disimpulkan “Normal” karena tidak ada F
dan hanya ada satu C di indikator personal sosial.

C. Pemeriksaan Penunjang
Jenis Nilai Nilai Normal
Pemeriksaan feses
1. makroskopis 
Warna  Kuning
 Bau hijau  Khas 

 Konsistensi  Khas Luak

 Lender  Cair  Negative

 Darah  Negative  Negative

 Nanah  Negative   Negatif

2. mikroskopis  Negative
-
Leukosit
-
 Eritrosit  (+) 1-3/LPB
 Negative
 Amoeba  (+) 1-3/LPB
 Negative
 Bakteri  Negatif

 Positif
Pemeriksaan darah

 Hemoglobin  9,0 g/dL  10,7-13,1


g/Dl
 Lekosiit  7,0 103/uL
 818 103/Ul  6-17 103/Ul
 Trombosit
 28,6 %  229-553
 Hematokrit
103/uL
 Eritrosit  5,74 10 /uL  35-43 %
6

 MCV  49,8 f/L  3,6-5,2 106/Ul

43
 MCH  15,7 pg  74-102 Fl
 Monosit  13,9 %  21-31 pg
 1-6 %

Terapi dan Pengobatan


Jenis Dosis Waktu Cara pemberian
Ringer laktat 500 ml / hari Intravena
Ranitidin 1 x 8 mg / hari Oral
Ondansetron 1 x 0,8 mg / hari Intravena
Zink 1 x 5 ml / hari Oral
L-Bio 2 X ½ sachet / hari Oral

Analisa Data
No. Data Etiologi Masalah
1. DS : ibu pasien Makanan dan Diare
mengatakan anaknya minuman yang berhubungan
dengan
mencret, menurutnya terkontaminasi masuknya
mencret disebabkan pathogen ke
dalam saluran
karena anaknya makan Mikroorganisme
pencernaan
ciki, cokelat dan es susu masuk saluran cerna
(jajanan warung).
DO : Produksi enterotoksin
1. BAB lebih dari 10
kali Hiperperistaltik

2. konsistensi BAB :
cair, kkuning, Pengeluaran isi usus

44
kehijauan, tidak Berlebih
berlendir dan tidak
disertai darah
3. frekuensi nadi 130 Diare
x/menit
4. mata cekung
5. kekenyalan kulit
kurang
6. emam dan muntah
hilang pada hari ke 2
7. peristatik usu 17
x/menit
8. minum dengan lahap
9. hasil laboratorium
Bakteri : positif

2. DS : menurut ibu pasien Kerusakan mukosa Kekurangan


an. K minum dengan usus volume cairan
lahap dan sering merasa berhubungan
haus Gangguan absorpsi dengan
DO : cairan dan elektrolit kehilangan
1. mukosa bibir kering cairan melalui
2. kekenyalan kulit Peningkatan tekanan feces
kurang osmotic
3. mata cekung
Balance cairn : input – Hiperperistaltik
output :740-858 =118 ml
Diare

Kehilangan cairan

45
Kekurangan volume
cairan

46
3. DS : ibu pasien Hiperperistaltik Nyeri akut
berhubungan
merintih Kehilangan cairan dan dengan
elekrolit peningkatn
defekasi
Pengeluaran isi usus

Feses berlebihan

Area anus lecet

Nyeri akut
4. Masuknya Kerusakan
mikroorganisme integritas kulit
dalam saluran cerna berhubungan
dengan iritasi
Pertahanan tubuh lapisan rektum
memproduksi HCL akibat
peningkatan
Peningkatan HCL defekasi.
dalam saluran cerna

Feces bersifat asam

Pengeluaran feces
berlebihan

Kemerahan pada area


anus

mengatakan anaknya
sering kesakitan

47
terkadang memegangi
perutnya.
Pasien sering mengatakan “lara”
DO :

1. Cengeng

DS : ibu mengatakan terdapat


kemerahan
disekitar anus DO
:

- Sering buang air


besar

- Frekuensi BAB lebih


dari 10 kali

Kerusakan integritas
kulit

Kemungkinan Diagnosa Keperawatan

1. Diare berhubungan dengan masuknya pathogen ke dalam saluran pencernaan.

2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan melalui


feces.

3. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatn defekasi.

4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi lapisan rektum akibat


peningkatan defekasi.

48
49
Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujun Intervensi Rasional
1. Diare Setelah dilakukan 1. kaji feces mengenai frekuensi, 1. membantu menentukan tindakan
berhubungan perawatan selama 3 x warna, konsistensi feces. selanjutnya.
dengan masuknya 24 jam diare dapat 2. kaji tanda-tanda dehidrasi 2. untuk menentukan tingkat dehidrasi
pathogen ke dihilangkan dengan seperti kesadaran , pernafasan, dan sebagai acuan untuk
dalam saluran dibuktikan oleh nadi, turgor kulit, mukosa melanjutkan intervensi selanjutnya.
pencernaan indicator: mulut. 3. Menghilangkan atau menurunkan
1. frekuensi defekasi 3. kolaborasi terapi rehidrasi oral rangsangan makanan/cairan.
yang normal sesuai program. 4. Membantu menentukan intervensi
2. Terhidrasi dengan 4. Memantau nilai laboratorium selanjutnya
baik (membrane
5. Membantu menentukan intervensi
mukosa lembab,
5. konsultasikan pada dokter jika selanjutnya.
turgor bola mata
tanda-tanda dan gejala diare
baik, turgor kulit
menetap. 6. Untuk meningkatkan pengetahuan
baik) orang tua klien.
6. berikan pendidikan kesehatan
3. frekuensi nadi mengenai diare seperti tanda
normal (80-90 gejala diare dan

44
x/menit) perawatannya.

2. Kekurangan Setelah dilakukan 1. kaji vital sign. 1. untuk mengetahui gejala dini yang
volume perawatan selama 3 x terjadi pada pasien.
cairan 24 jam kekuragan 2. pertahankan intake dan output 2. untuk memastikan dengan tepat
berhubungan cairan akan teratasi yang akurat. input dan output pasien.
dengan dengan indicator :
3. Pantau pendarahan pada feces 3. Untuk mengetahui terjadinya
kehilangan cairan 1. memiliki perdarahan di saluran pencernaan.
dan daerah anus.
melalui feces keseimbangan
4. Kaji status dehidrasi 4. untuk mengetahui tanda-
asupan cairan dan
(kelemahan membrane tanda dehidrasi.
haluaran yang
mukosa, nadi adekuat).
seimbang.
5. Timbang berat badan anak. 5. Mendeteksi kehilangan cairan ,
2. menampilkan
penurunan 1 kg BB sama dengan
hidrasi yang baik
kehilangan cairan 1 lt
(mukosa bibir
6. monitor cairan/makanan dan 6. untuk memberikan diit dan cairan
lembab, turgor
hitung intake kalori harian. yang tepat.
kulittida kering,
7. kolaborasikan pemberian 7. untuk mencegah komplikasi yang
mata tidak cekung) cairan iv atau oral sesuai terjadi.
3. tidak mengalami program.

45
haus yang tidak

normal

3. Nyeri akut Setelah dilakukan 1. kaji penyebab nyeri yang 1. Mengevaluasi perkembangan nyeri
berhubungan perawatan selama 3 x 24 dirasakan anak. untuk menetapkan
dengan jam rasa intervensi selanjutnya.
peningkatn nyeri berkurang 2. Lakukan perubahan posisi dan 2. Menurunkan tegangan permukaan
defekasi dengan anjurkan orang tua untuk abdomen dan mengurangi nyeri.
menunjukan : masase punggung anak.
Anjurkan orang tua untuk
1. tidak merintih dan 3. 3. Meningkatkan relaksasi,
memberikan metode distraksi mengalihkan fokus perhatian nyeri
menangis dalam mengurangi nyeri dan meningkatkan kemampuan
seperti bercerita, dan koping.
2. skala nyeri
mengajaknya bernyanyi.
berkurang menjadi
3 (nyeri pinggang)

3. mempertahankan
selera makan
dengan baik

46
4. Kerusakan Setelah dilakukan 1. Kaji tanda-tanda kerusakan 1. Mendeteksi dini kerusakan
integritas kulit perawatan selama 3 x integritas kulit meliputi kulit integritas kulit.
berhubungan 24 jam kerusakan yang kering, ruam dan lecet,
dengan iritasi integritas kulit teratasi warna kemerahan, kekeringan
lapisan rektum dengan tidak adanya yang berlebihan sehari sekali.

akibat peningkatan tanda-tanda kerusakan 2. Bersihkan kulit saat terkena 2. Kebersihan mencegah perkembang
defekasi. kulit. Seperti : kotoran. biakan kuman

1. Mukosa kulit ruam 3. Anjurkan orang tua untuk 3. Mencegah terjadinya iritasi kulit
dan lecet mengganti popok setiap jam yang tak diharapkan oleh karena

2. Kulit yang kering atau basah. kelebaban dan keasaman feces.

3. Tidak ada 4. Berikan lotion pelembab kulit 4. Menjaga agar kulit bayi yang kering
untuk anak di kulit yang kering. agar tetap lembab.
kemerahan pada
kulit anus

4. Kekenyalan kulit
kembali normal.

47
ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. K USIA 17 BULAN DENGAN
DIARE
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional Implementasi Evaluasi
keperawatan

48
1. Diare Setelah 1. kaji feces 1. membantu 1. mengkaji feces S : ibu pasien
berhubungan dilakukan menentukan mengenai mengatakan
mengenai
dengan
masuknya perawatan frekuensi, warna, tindakan frekuensi, warna, anaknya BAB 1X
pathogen ke selama 3 x 24 konsistensi feces. selanjutnya. konsistensi feces. saja.
dalam saluran
jam diare dapat R: O : frekuensi BAB
pencernaan
dihilangkan - frekuensi lebih 1x, berwarna
dengan 10x kuning, lunak
dibuktikan oleh berampas, tidak
- warna kuning
indicator: ada lendir maupun
kehijauan, cair,
1. frekuensi darah.
sedikit ampas,
defekasi A : masalah teratasi
tidak ada lendir
yang normal P:intervensi
dan darah.
dihentikan
2. Terhidrasi
dengan baik 2. kaji tanda-tanda 2. untuk
(membrane 2. mengkaji tandatanda
dehidrasi seperti menentukan
dehidrasi

49
mukosa kesadaran , tingkat dehidrasi seperti kesadaran ,
lembab, pernafasan, nadi, dan sebagai pernafasan, nadi,
turgor bola turgor kulit, acuan untuk turgor kulit,
mata baik, mukosa mulut. melanjutkan mukosa mulut.
turgor kulit intervensi R:
baik) selanjutnya. - kesadaran
3. frekuensi nadi composmetis
normal (80-
90 x/menit) - RR : 25 x/menit,
nadi : 130 x/menit

- Mukosa bibir
kering, kulit
kembali lambat (1
detik)

3. kolaborasi terapi 3. Menghilangkan


3. berkolaborasi terapi
rehidrasi oral atau menurunkan
rehidrasi
sesuai program. rangsangan
oral sesuai
makanan/cairan.
program.

50
R:

- zink 1 x 5 ml

- L-Bio 1 sachet
untuk pemakaian
(2x ½ sachet)

4. konsultasikan 4. 4. Memantau nilai


pada dokter jika
tanda-tanda dan laboratorium R
Membantu
gejala diare :
menentukan
menetap.
intervensi Bakteri positif
selanjutnya.

2. Kekurangan Setelah 1. kaji vital sign. 1. untuk 1. mengkaji vital S : menurut orang
volume dilakukan mengetahui tua pasien anaknya
sign.
cairan gejala dini yang
berhubungan perawatan terjadi pada R : ibu pasien tidak merasa haus
dengan selama 3 x 24 pasien. mengatakan anaknya terus menerus.
kehilangan mencret lebih dari 10
jam kekuragan kali, cair, tekanan O : mata cekung
cairan
cairan akan darah : 100/60 mmHg, berkurang, mukosa
melalui feces
nadi : 130 x/menit, RR bibir lembab,
teratasi dengan

51
indicator : : 25X/menit, suhu balance cairan :
input – output :
1. memiliki

keseimbanga : 370C 440-478 = -38 ml


n asupan A : masalah teratasi
cairan dan 2. pertahankan 2. untuk 2. mempertahankan sebagian
haluaran intake dan output memastikan intake dan output yang P : intervensi
yang dihentikan (pasien
yang akurat. dengan tepat akurat. R : balance pulang)
seimbang. input dan output cairan : input-output :
2. menampilka pasien. 740-
n hidrasi 1000 = -260 ml
yang
baik 3. Pantau 3. Untuk 3. memantau
(mukosa pendarahan pada mengetahui pendarahan pada
bibir feces dan daerah terjadinya feces dan daerah
lembab, anus. perdarahan di anus.
turgor saluran R : tidak ada

52
kulittida pencernaan. perdarahan pada feces
kering, mata 4. kaji status dan anus.
tidak dehidrasi 4. untuk
cekung) mengetahui 4. Mengkaji status
3. tidak dehidrasi
mengalami

53
haus yang (kelemahan nadi tanda-tanda (kelemahan
tidak normal membrane dehidrasi. membrane
mukosa, mukosa, nadi
adekuat). adekuat).
R : anak
gelisah, cengeng,
lesu, mukosa bibir
kering,
mata cekung,
kulit kembali lambat (1
berat detik ), nadi : 130
x/menit
5. Timbang 5. Mendeteksi Balance cairan : -260
badan anak. kehilangan
cairan 5. menimbang berat
penurunan 1 kg badan anak.
BB sama dengan
kehilangan R : berat badan pasien
cairan 1 lt 8 kg
,

54
55
monitor 6.
cairan/makanan untuk
6. 6. monitor
dan hitung intake
kalori harian. memberikan diit cairan/makanan
kolaborasikan dan cairan yang dan hitung intake
pemberian cairan
tepat. kalori harian.
iv atau
oral sesuai R : BB : 8 kg
program.
Rumus : 100 ml/kg
BB
: 100 X 8 kg
: 800 ml/24 jam/hari
7.
untuk mencegah
7. 7. memberikan
komplikasi yang
terjadi. cairan iv atau oral
sesuai program.
R:

- ranitidin 1 x 8 mg

- ondansetron 1 x
0,8 mg

56
3. Nyeri akut Setelah 1. kaji penyebab 1. Mengevaluasi 1. mengkaji S : ibu pasien

berhubungan dilakukan nyeri yang perkembangan penyebab nyeri mengatakan


dengan perawatan dirasakan anak. nyeri untuk yang dirasakan anaknya tidak rewel
peningkatn selama 3 x 24 menetapkan anak. jarang
defekasi jam rasa nyeri intervensi R : nyeri anak menangis
berkurang 2. Lakukan selanjutnya. dirasakan karena O : pasien terlihat
dengan perubahan posisi frekuensi BAB yang tenang, mulai diam
menunjukan : dan anjurkan meningkat, pasien tidak sering
4. tidak orang tua untuk terkadang memgangi menangis,

merintih dan masase punggung perutnya ketika terkadang

menangis anak. menangis. tersenyum.


A : masalah teratasi
5. skala 3. Anjurkan orang
nyeri 2. Menurunkan 2. melakukan P : intervensi
tua untuk
berkurang tegangan perubahan posisi dihentikan
memberikan
metode distraksi permukaan dan anjurkan
menjadi 3
dalam orang tua untuk
(nyeri mengurangi abdomen dan
nyeri seperti mengurangi masase punggung
pinggang)
bercerita, dan nyeri. anak.

57
6. mempertaha mengajaknya R : pasien terlihat
nkan selera tenang dan tidak
makan
dengan baik

bernyanyi. 3. menangis.

Meningkatkan 3. Anjurkan orang


relaksasi, tua untuk
mengalihkan memberikan
fokus perhatian metode distraksi
dalam mengurangi
nyeri dan
nyeri seperti bercerita,
meningkatkan dan mengajaknya
kemampuan bernyanyi. R: pasien
koping. berhenti menangis

58
4. Kerusakan Setelah 1. Kaji tanda-tanda 1. Mendeteksi dini 1. mengkaji S : ibu pasien
integritas kulit dilakukan kerusakan kerusakan tandatanda mengatakan tidak
perawatan integritas kulit integritas kulit. kerusakan
berhubungan selama 3 x 24 meliputi kulit integritas kulit terdapat kemerahan
dengan iritasi jam kerusakan yang kering, meliputi kulit di bagian lapisan
lapisan integritas kulit ruam dan lecet, yang kering, ruam
kulit anus anaknya.
dan lecet, warna
O : kemerahan di

59
rektum akibat teratasi dengan warna kemerahan, daerah anus hilang
peningkatan tidak adanya kemerahan, kekeringan yang A : masalah teratasi
defekasi.
tanda-tanda kekeringan yang berlebihan sehari P:intervensi
dihentikan
kerusakan kulit. berlebihan sehari sekali.
Seperti : sekali.
R : mukosa
1. Mukosa kulit 2. Bersihkan kulit
bibir kering,
ruam saat terkena
tidak ada lecet namun
dan lecet kotoran.
terdapat
2. Kulit 3. Anjurkan orang
kemerahan pada
yang tua untuk
daerah anus.
kering mengganti popok
3. Tidak setiap jam atau 2. Kebersihan
basah. mencegah 2. Membersihkan kulit
ada
perkembang saat terkena
kemerahan 4. Berikan lotion
biakan kuman kotoran.
pada pelembab kulit
kulit anus untuk anak di R : ibu membersihkan
4. Kekenyalan kulit yang kulit daerah anus saat
kering. 3. Mencegah mengganti popok.
kulit
kembali

60
normal.

3. Menganjurkan
terjadinya iritasi orang tua untuk
kulit yang tak mengganti popok
diharapkan oleh setiap jam atau
karena kelebaban basah.
dan keasaman
R : ibu mengganti
feces.
popok setiap basah
dan terasa berat.

4. Menjaga agar kulit


bayi yang kering 4. memberikan lotion
agar tetap pelembab kulit
lembab.
untuk anak di kulit
yang kering.

R : kulit anak menjadi


lembab

61
62
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Diare adalah buang air besar (BAB) yang tidak normal (normal
100-200 cc/jam tinja), berbentuk tinja cair disertai lendir atau darah atau
lendir saja, frekuensi lebih tiga kali. Perlu penanganan yang tepat untuk
mencegah diare. Pencegahan diare bisa dilakukan dengan mengusahakan
lingkungan yang bersih dan sehat :

1. Usahakan untuk selalu mencuci tangan sebelum menyentuh makanan.

2. Usahakan pula menjaga kebersihan alat-alat makan.

3. Sebaiknya air yang diminum memenuhi kebutuhan sanitasi standar di


lingkungan tempst tinggal. Air dimasak benar-benar mendidih,
bersih, tidak berbau, tidak berwarna dan tidak berasa.

4. Tutup makanan dan minuman yang disediakan di meja.

5. Setiap kali habis pergi usahakan selalu mencuci tangan, kaki, dan
muka.

6. Biasakan anak untuk makan di rumah dan tidak jajan di sembarangan


tempat. Kalau bisa membawa makanan sendiri saat ke sekolah.

7. Buatlah sarana sanitasi dasar yang sehat di lingkungan tempat


tinggal, seperti air bersih dan jamban/WC yang memadai.

8. Pembuatan jamban harus sesuai persyaratan sanitasi standar.


Misalnya, jarak antara jamban (juga jamban tetangga) dengan sumur
atau sumber air sedikitnya 10 meter agar air tidak terkontaminasi.
Dengan demikian, warga bisa menggunakan air bersih untuk
keperluan sehari-hari, untuk memasak, mandi, dan sebagainya.

63
B. Saran
Dalam pembuatan makalah asuhan keperawatan pada anak dengan
diare kami masih memiliki banyak kekurangan, kami harap kritik dan
saran yang membangun agar pembuatan makalah selanjutnya lebih baik
dari sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA

64
http://www.academia.edu/11323701/ASKEP_diare_anak

http://digillib.stikesmuhgombong.ac.id/files/disk1/5/jtstikesmuhgo-gdl-
nurlalia213-1-askepgas-pdf.

https://www.slideshare.net/mobile/asuhan-keperawatan-padaanak-usia-17-bulan-
toddler-dengan-diare

65

Anda mungkin juga menyukai