Anda di halaman 1dari 34

STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK PADA AN.R PASIEN DIARE RUANG RAWAT


INAP DI PUSKESMAS POASIA
KOTA KENDARI

Studi kasus ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dari Mata Kuliah
Keperawatan Anak Semester IV

Disusun Oleh :
AFRIANTI
NIM : P00320018002

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES KENDARI
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan Rahmat dan Hidayah-Nyalah penyusun dapat menyelesaikan tugas
dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Anak Dengan DIARE “
Studi kasus ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Anak semester genap keperawatan Poltekkes Kemenkes Kendari.
Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada
berbagai pihak atas segala bantuannya sehingga makalah ini dapat tersusun,
semoga bermanfaat bagi para pembaca sekalian. Penyusun berharap semoga studi
kasus ini dapat bermanfaat dalam dunia pengetahuan khususnya ilmu
keperawatan.
Penyusun menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu segala kritik dan saran yang membangun sangatlah
penyusun harapkan demi kesepurnaan makalah ini.

Kendari, 08 Mei 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................
KATA PENGANTAR .............................................................................................
BAB I : LAPORAN PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang………………………………………………………….
1.2 Rumusan masalah………………………………………………………
1.3 Tujuan………………………………………………………………….
BAB II:PEMBAHASAN
2.1       Definisi............................................................................................
2.2       Etiologi ...........................................................................................
2.3       manifestasi klinik............................................................................
2.4       Patofisiologi....................................................................................
2.5       Komplikasi......................................................................................
2.6       Pemeriksaan diagnostik..................................................................
2.7       Penatalaksanan................................................................................
BAB II : TINJAUAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN
DENGAN DIARE
2.1      Pengkajian.......................................................................................
2.2      Klasifikasi Data ..............................................................................
2.3      Analisa Data ...................................................................................
2.4      Diagnosa Keperawatan....................................................................
2.5 Intervensi...........................................................................................
BAB III : PENUTUP
3.1    Kesimpulan.......................................................................................
3.2    Saran.................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

3
LAPORAN PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit diare masih menjadi penyebab kematian balita (bayi dibawah 5 tahun)
terbesar didunia. Menurut catatan UNICEF, setiap detik 1 balita meninggal karena
diare. Diare sering kali dianggap sebagai penyakit sepele, padahal di tingkat global dan
nasional fakta menunjukkan sebaliknya.
Menurut catatan WHO, diare membunuh 2 juta anak didunia setiap tahun,
sedangkan di Indonesia, menurut Surkesnas (2001) diare merupakan salah satu penyebab
kematian ke 2 terbesar pada balita.

Solusi dalam hal ini adalah memberikan pengajaran kepada orang tua mengenai
kesehatan dan perawatan anak dan  bayi di rumah. Namun dalam menjalankannya
seseorang harus mengetahui bayak hal seperti penyesuaian terhadap kehidupan,
pengkajian klinis dan yang pasti asuhan keperawatan pada bayi baru lahir (pengkajian,
perencanaan, intervensi, implementasi, dan evaluasi) .Melalui makalah ini pembaca dapat
mengetahui tentang asuhan apa saja yang akan diberikan kepada bayi dan anak yang
menderita penyakit tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi penyakit Diare?


2. Apa saja jenis-jenis penyakit Diare?
3. Bagaimana menjelaskan penyebab dan proses terjadinya Diare?
4. Bagaimana menjelaskan cara mengatasi Diare?
5. Menjelaskan konsep asuhan keperawatan pada anak yang terkena penyakit Diare
?

1.3 Tujuan
1 Mengetahui tentang penyakit Diare.
2 Mengetahui tentang jenis-jenis penyakit Diare.
3 Menjelaskan penyebab dan proses terjadinya Diare.
4 Menjelaskan cara mengatasi Diare.
5 Menjelaskan konsep asuhan keperawatan pada anak yang terkena penyakit Diare .
BAB II
PEMBAHASAN
4
2.1 Definisi
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari
biasanya (normal 100-200 cc/jam tinja). Dengan tinja berbentuk cair /setengah padat, dapat
disertai frekuensi yang meningkat. Menurut WHO (1980), diare adalah buang air besar encer
lebih dari 3 x sehari.
Diare didefinisikan sebagai buang air besar lembek atau cair bahkan dapat berupa air
saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (3 kali atau lebih dalam sehari) (Depkes RI
Ditjen PPM dan PLP, 2002). Diare terbagi 2 berdasarkan mula dan lamanya , yaitu diare
akut dan kronis (Mansjoer,A.1999,501).
Berdasarkan dari pendapat para ahli maka dapat disimpulkan Diare adalah buang air
besar (BAB) yang tidak normal, berbentuk tinja cair disertai lendir atau darah atau lendir saja,
frekuensi lebih tiga kali sehari.
Menurut pedoman MTBS (2000), diare dapat dikelompokkan menjadi :
 Diare akut : terbagi atas diare dengan dehidrasi berat, diare dengan dehidrasi sedang,
diare dengan dehidrasi ringan
 Diare persiten : jika diare berlangsung 14 hari/lebih. Terbagi atas diare persiten
dengan dehidrasi dan persiten tanpa dehidrasi
 Disentri : jika diare berlangsung disertai dengan darah.

2.2 Etiologi
1. Faktor infeksi : Bakteri ( Shigella, Shalmonella, Vibrio kholera), Virus
(Enterovirus), parasit (cacing), Kandida (Candida Albicans).
2. Faktor parentral : Infeksi dibagian tubuh lain (OMA sering terjadi pada anak-
anak).
3. Faktor malabsorbsi : Karbohidrat, lemak, protein.
4. Faktor makanan : Makanan basi, beracun, terlampau banyak lemak, sayuran
dimasak kurang matang.
5. Faktor Psikologis : Rasa takut, cemas.
6. Obat-obatan : antibiotic.
7. Penyakit usus : colitis ulcerative, crohn disease, enterocolitis, obstruksi usus

2.3 Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala anak yang menderita diare, yaitu:

5
1. Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah
2. Suhu tubuh meninggi/demam
3. Feces encer, berlendir atau berdarah
4. Warna feces kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu
5. Anus lecet
6. Muntah sebelum dan sesudah diare
7. Anoreksia
8. Gangguan gizi akibat intake makanan kurang
9. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, yaitu penurunan berat badan, turgor kulit
berkurang, mata dan ubun-ubun besar cekung, membran mukosa kering.
10. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer
11. Keram abdominal
12. Mual dan muntah
13. Lemah
14. Pucat
15. Perubahan TTV : Nadi dan pernafasan cepat.
16. Menurun atau tidak ada pengeluaran urine

2.4 Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah:
1. Gangguan osmotic
Adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan
osmotik dalam lumen usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan
elektroloit ke dalam lumen usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan
merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam lumen usus dan selanjutnya
timbul diare kerena peningkatan isi lumen usus.
3. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus
menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya dapat
6
timbul diare pula.
4. Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme hidup ke
dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung,
mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin
dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan
menimbulkan diare.
Sedangkan akibat dari diare akan terjadi beberapa hal sebagai berikut:
1) Kehilangan air (dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari
pemasukan (input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.
2) Gangguan keseimbangan asam basa (metabik asidosis)
Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja.
Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun dalam
tubuh, terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya anorexia
jaringan. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak
dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria) dan terjadinya
pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler kedalam cairan intraseluler.
3) Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare, lebih sering
pada anak yang sebelumnya telah menderita KKP. Hal ini terjadi karena
adanya gangguan penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati dan
adanya gangguan absorbsi glukosa. Gejala hipoglikemia akan muncul jika
kadar glukosa darah menurun hingga 40 mg% pada bayi dan 50% pada
anak-anak.
4) Gangguan gizi
Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini disebabkan
oleh:
- Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau
muntah yang bertambah hebat.
- Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengeluaran dan
susu yang encer ini diberikan terlalu lama.
- Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi
dengan baik karena adanya hiperperistaltik.

7
5) Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik, akibatnya
perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat,
dapat mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila tidak
segera diatasi klien akan meninggal.

8
2.5 Komplikasi

Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak, dapat terjadi
berbagai macam komplikasi, seperti:

1. Dehidrasi

 Dehidrasi Ringan

Kehilangan cairan 2 – 5 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor


kulit kurang elastis, suara serak, klien belum jatuh pada keadaan syok.

Penatalaksanaan : Berikan cairan 1 jam pertama 25-50 ml/kg bb selanjutnya


125 ml/kg bb/hari
 Dehidrasi Sedang

Kehilangan cairan 5 – 8 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor


kulit jelek, suara serak, presyok nadi cepat dan dalam.

Penatalaksanaan : Berikan cairan 1 jam pertama 50-100 ml/kg bb selanjutnya


125 ml/kg bb/hari
 Dehidrasi Berat

Kehilangan cairan 8 - 10 % dari berat badan dengan gambaran klinik seperti


tanda-tanda dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis
sampai koma, otot-otot kaku sampai sianosis.

Penatalaksanaan :
 Bayi baru lahir (berat badan 2-3 kg)
Kebutuhan cairan: 250 ml/kg bb/24 jam dengan pemberian cairan 4:1 (
4 glukosa5%+1 NaHCOз 1½%) dengan cara pemberian: 4 jam
pertama 25 ml/kg bb/jam, 20 jam berikutnya 150 ml/kg bb/20 jam.
 Bayi berat badan lahir rendah (berat badan < 2 kg)
Kebutuhan cairan: 250 ml/kg bb/24 jam, pemberian cairan adalah 4
glukosa 10% + 1 NaHCOз 1½%, dengan pemberian 4 jam pertama 25
ml/kg bb/jam, 20 jam berikutnya 150 ml/kg bb/20 jam .

9
 Umur 2-5 tahun (berat badan 3-10kg)
Cara pemberiannya adalah 1 jam pertama 40 ml/kg bb/jam kemudian
dilanjutkan 7 jam berikutnya 12 ml/kg bb/menit dan 16 jam kemudian
125 ml/kg bb.
 Umur 2-5 tahun (berat badan 10-15 kg)
Cara pemberiannya adalah 1 jam pertama 30 ml/kg bb/jam kemudian
dilanjutkan 7 jam berikutnya 10 ml/kg bb/menit dan 16 jam kemudian
125 ml/kg bb.
 Umur 5-10 tahun (berat badan 15-25kg)
Cara pemberiannya adalah 1 jam pertama 20 ml/kg bb/jam kemudian
dilanjutkan 7 jam berikutnya 10 ml/kg bb/menit dan 16 jam kemudian
105 ml/kg bb ( FKUI,1985 ).
1. Renjatan hipovolemik
2. Hipokalemia
3. Hipoglikemia
4. Intoleransi laktosa sekunder
5. Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik
6. Malnutrisi energi protein

2.6 Pemeriksaan Diagnostik


 Riwayat alergi pada obat-obatan atau makanan
 Kultur tinja
 Pemeriksaan elektrolit, BUN, creatinine, dan glukosa.
 Pemeriksaan tinja : pH, leukosit, glukosa, dan adanya darah.

2.7 Penatalaksanaan

 Medis

10
1) Pemberian cairan.

a. Cairan per oral.

Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang, cairan diberikan peroral
berupa cairan yang berisikan NaCl dan Na, HCO, K dan Glukosa, untuk Diare
akut diatas umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan, atau sedang kadar natrium
50-60 Meq/l dapat dibuat sendiri (mengandung larutan garam dan gula ) atau
air tajin yang diberi gula dengan garam. Hal tersebut diatas adalah untuk
pengobatan dirumah sebelum dibawa kerumah sakit untuk mencegah dehidrasi
lebih lanjut.

b. Cairan parenteral.
Mengenai seberapa banyak cairan yang harus diberikan tergantung dari berat
badan atau ringannya dehidrasi, yang diperhitungkan kehilangan cairan sesuai
dengan umur dan berat badannya.
Jadwal pemberian cairan

a)    Belum ada dehidrasi

 Oral: 1 gelas setiap kali anak buang air besar


 Parenteral dibagi rata dalam 24 jam

b)    Dehidrasi ringan

 1 jam pertama: 25-50 ml/kgBB peroral atau intragastrik


 Selanjutnya: 125 ml/kgBB/hari

c)     Dehidrasi sedang

 1 jam pertama: 50-100ml/kgBB peroral atau intragastrik


 Selanjutnya: 125 ml/kgBB/hari

d)    Dehidrasi berat

Jadwal pemberian cairan didasarkan pada umur dan BB anak

11
2) Diatetik : pemberian makanan dan minuman khusus pada klien dengan tujuan
penyembuhan dan menjaga kesehatan adapun hal yang perlu diperhatikan :
 Memberikan asi.
Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein,
vitamin, mineral dan makanan yang bersih.
 Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim) bila
anak tidak mau minum susu.
 Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan
misalnya susu rendah laktosa atau asam lemak yang berantai sedang
atau tidak jenuh.

3) Obat-obatan.

Prinsip pengobatan diare adalah menggantikan cairan yang hilang melalui


tinja dengan atau tanpa muntah, dengan cairan yang mengandung elektrolit
dan glukosa atau karbohidrat lain (gula, air tajin, tepung beras, dll)

 Obat anti sekresi.


 Obat anti spasmolitik.
 Obat pengeras tinja.
 Obat antibiotik.
Pencegahan diare bisa dilakukan dengan mengusahakan lingkungan
yang bersih dan sehat :
1. Usahakan untuk selalu mencuci tangan sebelum menyentuh makanan.
2. Usahakan pula menjaga kebersihan alat-alat makan.
3. Sebaiknya air yang diminum memenuhi kebutuhan sanitasi standar di
lingkungan tempst tinggal. Air dimasak benar-benar mendidih, bersih,
tidak berbau, tidak berwarna dan tidak berasa.
4. Tutup makanan dan minuman yang disediakan di meja.
5. Setiap kali habis pergi usahakan selalu mencuci tangan, kaki, dan
muka.
6. Biasakan anak untuk makan di rumah dan tidak jajan di sembarangan
tempat. Kalau bisa membawa makanan sendiri saat ke sekolah.
12
7. Buatlah sarana sanitasi dasar yang sehat di lingkungan tempat tinggal,
seperti air bersih dan jamban/WC yang memadai.
8. Pembuatan jamban harus sesuai persyaratan sanitasi standar. Misalnya,
jarak antara jamban (juga jamban tetangga) dengan sumur atau sumber
air sedikitnya 10 meter agar air tidak terkontaminasi. Dengan
demikian, warga bisa menggunakan air bersih untuk keperluan sehari-
hari, untuk memasak, mandi, dan sebagainya.

BAB III
TINJAUAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

13
1. Biodata
A. Identitas klien
1. Nama/nama panggilan : An. R
2. Tempat tanggal lahir/usia : Kendari, 1 JANUARI 2019
3. Jenis kelamin : Laki - Laki
4. Agama : Islam
5. Pendidikan :-
6. Alamat : Jl. D.I Panjaitan BTN Kendari Regency
7. Tgl. Masuk : Senin, 02 Mei 2020 (jam 20.00 Wib.)
8. Tg. Pengkajian : Rabu, 03 Mei 2020
9. Diagnostik medik : DIARE

B. Identitas orangtua/wali
1. Ayah/wali
a. Nama : Ahmad
b. Usia : 27 Tahun
c. Pendidikan : Wiraswasta
d. Pekerjaan/sumber penghasilan: Rp. 3.200.000
e. Agama : Islam
f. Alamat : Jl. D.I Panjaitan BTN Kendari Regency
2. Ibu
a. Nama : Hasni
b. Usia : 22 Tahun
c. Pendidikan : Guru
d. Pekerjaan/sumber penghasilan : Rp. 2.500.000
e. Agama : Islam
f. Alamat : Jl. D.I Panjaitan BTN Kendari Regency

C. Identitas saudara kandung

NO NAMA USIA HUBUNGAN STATUS KESEHATAN

1. - -

II. Riwayat kesehatan


A. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan utama :
1. Orang tua Klien Mengatakan Bayinya Mengalami Diare disertai
Demam

14
Riwayat keluhan utama:
1. Orang tua klien mengatakan bayinya mengalami diare disertai
Demam
2. Orang tua klien mengatakan bayinya bab lebih dari 5x sehari dan
encer
Keluhan pada saat pengkajian:
1. Orang tgua klien mengatakan bahwa anaknya mengalami demam
2. Mengalami batuk
3. Bayi tidak mau menyusui
A. Riwayat kesehatan lalu (khusus untuk anak usia 0-5 tahun)
1. Prenatal care
a. Keluhan selama hamil yang dirasakan oleh ibu :
1. Ngidam, kadang-kadang demam dan lemas
b. Imunisasi TT : ya/*)
2. Natal
a. Jenis persalinan : Normal
b. Penolong persalinan : Bidan Puskesmas
c. Komplikasi yang di alami oleh ibu pada saat melahirkan dan
setelah melahirkan : Tidak ada komplikasi selama persalinan
ataupun setelah persalinan (sedikit perdarahan daerah vagina)
3. Post natal
a. Kondisi bayi : BB Lahir 2Kg,PB 45 cm .,APGAR 10
b. Anak pada saat lahir tidak mengalami :
 Klien pernah mengalami penyakit :
Pada usia : demam setelah imunisasi
Di berikan obat oleh : Bidan
 Riwayat kecelakaan : -

B. Riwayat kesehatan keluarga


Genogram

Tidak Ada Penjabaran Genogram

15
III. Riwayat immunisasi (imunisasi lengkap)

N Jenis Waktu Frekuensi Reaksi setelah


O imumunisasi pemberian pemberian

1. BCG 1Bulan 0,5 cc Demam

2. DPT - Demam

3. Polio - 2 tetes

4. Campak - s.c 0,5 cc

5. Hepatitis Pada Saat Lahir

IV. Riwayat tumbuh kembang


A. Pertumbuhan fisik
1. Berat badan 2 kg
2. Tinggi badan : PB lahir 45 cm, PB masuk Rs : 50 cm
3. Waktu tumbuh gigi : Belum ada gigi

B. Perkembangan tiap tahap


Usia anak saat
1. Berguling : 5 bulan
2. Duduk : Belum
3. Merangkat : Belum
4. Berdiri : Belum
5. Berjalan : Belum
6. Senyum kepada orang pertama kali : Lupa
7. Bicara pertama kali : - tahun, dengan menyebutkan : -
8. Berpakaian tanpa bantuan : masih dibantu oleh ibunya

V. Riwayat nutrisi
A. Pemberian ASI : satu jam setelah lahir
B. Pemberian susu formula : SGM
1. Alasan pemberian: air susu ibu belu keluar
2. Jumlah pemberian : 200 cc
3. Cara pemberian : Setiap Kali menangis dan Tanpa menangis
Pola pemberian nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini

Usia Jenis nutrisi Lama pemberian

0- Saat ini Asi Masih berlangsung

16
saat ini

VI. Riwayat psikososial


 Anak tinggal bersama : ya di rumah sendiri
 Lingkungan berada di : tepi kota
 Rumah dekat dengan : jalan, tempat bermain :
 Kamar klien : bersama orang tua
 Rumah ada tangga : ada
 Hubungan antar anggota keluarga : -
 Pengasuh anak : ya

VII. Riwayat spiritual


 Support sistem dalam keluarga: tidak taat melaksanakan ibadah
 Kegiatan keagamaan : jarang mengikuti kegiatan keagamaan

VIII. Aktivitas sehari-hari


A. Nutrisi

Kondisi Sebelum sakit Saat sakit


1. Selera makan Baik Kurang menyusui

B. Cairan

Kondisi Sebelum sakit Saat sakit


1. Jenis minuman ASI Tidak ada
2. Frekuensi minum Setiap Kali haus Berkurang
3. Kebutuhan cairan Tidak diketahui tergantung
4. Cara pemenuhan ASI Infuse

C. Eliminasi (BAB/BAK)

Kondisi Sebelum sakit saat sakit


1. Tempat pembuangan Kain sarung Popok
2. Frekuensi (waktu) BAK = sering BAK = sering, BAB
BAB 2xSehari = 4-6x sehari
3. Konsistensi Sering encer Encer
4. Kesulitan Tidak ada Tidak ada
5. Obat pencahar Tidak ada Tidak ada

D. Istirahat tidur

Kondisi Sebelum sakit Saat sakit


Jam tidur

17
1. Siang 12.00-14.00 14.00-15.00
2. Malam
20.00-06.00 21.00-07.30
3. Pola tidur
4. Kebisaan sebelum Baik Baik
tidur
5. Kesulitan tidur
Menyusui Menyusui
Gelisah Sering terbangun
karena popoknya basah
oleh feses.

E. Olahraga

Kondisi Sebelum sakit Saat sakit


1. Tidak dikaji - -

F. Personal hygiene

Kondisi Sebelum sakit Saat sakit


1. Frekuensi mandi -2x sehari Hanya lap badan
2. Cuci rambut
-Switsal shampo Pake air hangat
3. Gunting kuku
-Dibantu potong Belum pernah dilakukan
4. Gosok gigi oleh orang tua
- dikerjakan oleh Belum pernah dilakukan
orang tua

G. Aktivitas /mobilitas fisik

Kondisi Sebelum sakit Saat sakit


Tidak dikaji - -

H. Rekreasi

Kondisi Sebelum sakit Saat sakit


Tidak digaji - -

IX. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum : lemah, gelisah dan batuk

18
2. Kesadaran : Compos mentis
3. Tanda –tanda vital :
a. Tekanan darah : 95/60 mmhg
b. Denyut nadi : 120x/m
c. Suhu : 38,5 derajat C
d. Pernafasan : 23x/m
4. Berat badan : 5 kg
5. Tinggi badan :50 cm
6. Kepala
Inspeksi
Keadaan rambut hygiene kepala : nampak bersih
a. Warna rambut : nampak warna rambut klien hitam agak
kemerahan
b. Penyebaran : nampak penyebaran warna wambut klien
merata
c. Mudah rontok : nampak rambut klien tidak mudah rontok
d. Kebersihan rambut : rambut klien nampak bersih
Palpasi
Benjolan: ada/tidak ada : Tidak ada benjolan
Nyeri tekan: ada /tidak ada : tidak ada nyeri tekan
Tekstur rambut:kasar / halus : tekstur rambut klien agak kasar
7. Muka
Inspeksi
a. Simetris / tidak : nampak muka klien simetris antar kanan dan kiri
b. Bentuk wajah : simetris
c. Gerakan abnorma l: tidak ada gerakan abnormal pada klien
d. Ekspresi wajah: nampak ekspresi wajah klien kadang kadang meringis
Palpasi
Nyeri tekan / tidak : tidak ada nyeri tekan
Data lain :
8. Mata
Inspeksi
a. Pelpebra :endema/ tidak : tidak
Radang / tidak : tidak
b. Sclera : icterus / tidak : ikterik
19
c. Conjungtiva : radang/ tidak : tidak Anemis/ tidak : tidak
d. Pupil : isokor/ anisokor :myosis/ midriasis :
e. Posis mata
Simetris/tidak : simetris
f. Gerakan bola mata :
g. Penutupan kelopak mata :
h. Keadaan bulu mata : baik
i. Keadaan visus :
j. Pengelihatan :kabur/tidak : kabur
:diplopia / tidak
Palpasi
Tekanan bola mata :
Data lain : mata kiri tidak bisa melihat sama sekali,
sedangkan mata kanan dapat melihat hanya dengan jarak kurang lebih 0,1
meter dan ukuran pupil 3mm/3mm
9. Hidung dan sinus
Inspeksi
a. Posisi hidung : simetris
b. Bentuk hidung : simetris Ka/Ki
c. Keadaan septum :simetris Ka/Ki
d. Secret /cairan : tidak ada secret/ cairan
Data lain : -
10. Telinga
Inspeksi
a. Posisi telinga : simetris kanan/ kiri
b. Ukuran/ bentuk telinga: ukuran dan bentuk telinga sama ukurannya antara
telinga kanan dan kiri
c. Aurikel :
d. Lubang telinga : baik tidak ada kelainan
e. Pemakaian alat bantu : tidak ada pemakaian alat bantu
Palpasi
Nyeri tekan/ tidak : tidak ada nyeri tekan
Pemeriksaan uji pendengaran
a. Rinne : tidak dikaji
b. Weber : tidak dikaji
20
c. Swabach : tidak dikaji
d. Pemeriksaan vestibuler : tidak dikaji
Data lain :
11. Mulut
Inspeksi
a. Gigi

 Keadaan gigi : belum ada gigi

 Karang gigi/karies : tidak ada karies

 Pemakaian gigi palsu : tidak ada


b. Gusi

 Merah /radang ./ tidak : gusi tidak meradang


c. Lidah
Kotor / tidak : lidah tidak kotor
d. Bibir

 Clanosis/pucat/tidak : nampak bibir klien pucat

 Basah /kering / pecah : nampak bibir klien kering

 Mulut berbau / tidak : mulut klien tidak berbau

 Kemampuan bicara : nampak bicara klien tidak terlalu jelas


Data lain :
12. Tenggorokan
a. Warna mukosa : merah mudah
b. Nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan
c. Nyeri menelan : tidak ada nyeri menelan
13. Leher
Inspeksi
Kelenjar tyroid :membesar/tidak : tidak
Palpasi
a. Kelenjar tyroid : teraba
b. Kaku kuduk,ya / tidak : iya
c. Kelenjar limfe :membesar / tidak : tidak
Data lain : Terdapat peradangan pada rongga dan mukosa,
terjadiperadangan dan peradangan pada gigi/gangguaj menelan(-). Bibir dan
mukosa mulut klien nampak kering dan bibir pecah.
21
14. Thoraks dan Pernafasan
a. Bentuk dada : barrel chest
b. Irama pernafasan : irama pernafasan klien tidak teratur
c. Pengembangan di waktu bernafas : Hipoventilasi
d. Tipe pernafasan : Dispnea
Data lain :
Palpasi
a. Vocal fremitus :baik
b. Massa / nyeri : tidak ada masa/nyeri
Auskultasi
a. Suara nafas : vesikuer / Bronchial : vesikuler
Bronchovesikuler
b. Suara tambahan : ada, seperti ada penumpukan secret di
tenggorokan
Perkusi
Redup /pekak / /hypersonge / tympani
Data lain : pekak di kedua lapang paru
15. Jantung
Palpasi
Ictus cordis : iktus kortis tidak telihat
Perkusi
Pembesaran jantung : tidak ada
Auskultasi
a. BJ I : terdengar pada ICS IV linea medio clavikularis sinistra
BJ I, Lup
b. BJ II : Dup
c. BJ III :
d. Bunyi jantung tambahan : tidak ada bunyi jantung tambahan
Data lain :
16. Abdomen
Inspeksi
a. Membuncit : Distensi abdomen
b. Ada luka / tidak :
Palpasi
a. Hepar :
b. Lien :

22
c. Nyeri tekan : terdapat nyeri tekan pada luka
Auskultasi
Peristaltik : 37x/m
Perkusi
a. Tympani : tidak terdapat bunyi tympani pada abdomen
klien
b. Redup : tidak terdapat bunyi redup pada abdomen klien
Data lain :
Genitalia dan Anus :

Ekskremitas
a. Motorik

 Pergerakan kanan/ kiri : Simetrsi Ka/Ki

 Pergerakan abnormal : Tidak ada kelainan

 Kekuatan otot kanan / kiri : APGAR (2)

 Tonus otot kanan / kiri : APGAR (1)

 Koordinasi gerak : menurun


b. Refleks

 Biceps kanan/ kiri : Respon

 Triceps kanan / kiri : Respon


c. Sensori

 Nyeri : Respon

 Rangsang suhu : Respon

 Rasa raba : Respon


Ekstrimitas bawah
a. Motorik

 Gaya berjalan : belum berjalan

 Kekuatan kanan/kiri : baik

 Tonus otot kanan / kiri ;baik


b. Refleks

 KPR kanan/ kiri :

 APR kanan/ kiri :

23
 Babynsky kanan / kiri :
c. Sensori

 Nyeri :tidak ada

 Rangsang suhu :baik

 Rasa raba :baik


Data lain :
17. Status neurologi.
Saraf –saraf cranial
a. Nervus I ( olfactorius):penghirup : tidak terganggu karna klien dapat
mencium bau bauan
b. Nervus II ( opticus ) : pengelihatan : terganggu, karna klien tidak dapat
mengikuti pergerakan benda di depannya, klien hanya dapat melihat yang ada
di depannya.
c. Nervus III , IV, VI ( oculomotorius, trochlearis , abducens )

 Konstriksi pupil :baik

 Gerakan kelopak mata : baik

 Pergerakan bola mata : baik


d. Pergerakan mata ke bawah/ dalam : baik
e. Nervus V(trigeminus )

 Sensibilitas : tidak ada gangguan

 Refleks dagu : tidak ada gangguan

 Refleks cornea : tidak ada gangguan


f. Nervus VII ( facialis )

 Gerakan mimik :

 Pengecapan 2/3 lidah bagian depan : tidak terganggu


g. Nevrus VIII ( acusticus)
Fungsi pendengaran : pendengaran tidak terganggu, keseimbangan
terganggu karna saat klien duduk, klien selalu ingin jatuh jika tidak di bantu
oleh keluarga
h. Nevrus IX & X ( glosopharingeus dan vagus )

 Refleks menelan : tidak terganggu

 Refleks muntah : ya
24
 Pengecapan 1/3 lidah bagian belakang :

 Suara :
i. Nervus XI (assesorius )

 Memalingkan kepala kekiri dan kekanan : tidak terganggu

 Mengangkat bahu : bisa


j. Nevrus XII (hypoglossus )
Deviasi lidah :
Tanda-tanda perangsangan selaput otak
a. Kaku kuduk :tidak ada
b. Kernig sign :tidak ada
c. Refleks brudzinski :-
d. Refleks lasegu :-
Data lain :
XI. Pemeriksaan tingkat perkembangan ( 0-6 tahun )
Dengan menggunakan DDST
1. Motorik kasar
2. Motorik halus
3. Bahasa
4. Personal social
XII. Tes diagnostik ( laboratorium,foto rotgen, CT scan, MRI, USG, EEG,
ECG )

XIII. Terapi saat ini ( di tulis dengan rinci )

3.2              Klasifikasi Data


A. Data Subjektif
1. Orang tua Klien Mengatakan Bayinya Mengalami Diare disertai Demam
2. Orang tua klien mengatakan bayinya bab lebih dari 5x sehari dan encer
25
3. Orang tua klien mengatakan anaknya susah menelan akibat ada
peradangan pada rongga mulut klien.
4. Orang tua klien mengatakan bayinya sering buang air besar sebamyak 5x
sehari disertai encer.
5. Orang tua klien mengatakan bayinya Mengalami batuk
6. Orang tua klien mengatakan bayinya tidak mau menyusui
.
B. Data Objektif
1. Klien selama di Rs nampak batuk terus dan gelisah
2. Nampak klien lemah
3. Nampak klien cengeng bila ingin disusui
4. Nampak Berat badan klien turun dari dari 5 Kg menjadi 4 Kg.
5. klien nampak selalu buang air besar
6. Nampak kulit klien kering, nampak cekung pada mata
7.Nampak klien frekuensi minummnya berkurang
9. Tanda-tanda vital:
Suhu   : 38,5 º  C TD    : 95/60 mmHg
Nadi    : 120x/m
Pernafasan : 23x / m

2.3  Analisa Data           

No Data Etilogi Masalah


1 DS       : faktor makanan Diare b.d proses
-Orang tua Klien infeksi
Mengatakan
Bayinya
toksin tak dapat di serap
Mengalami
Diare disertai
hiperperistaltik
Demam
 
-Orang tua klien
mengatakan
menurunnya
bayinya bab
kesempatan usus untuk
lebih dari 5x
26
sehari dan encer menyerap makanan
o  
DO      :
-nampak Klien
Diare
selama di Rs
batuk terus dan
gelisah
-Nampak klien
lemah
o   Tanda-tanda
vital:
  Suhu   : 38,5 º  C
  Nadi    : 120x/m
  Pernafasan :
23x / m
  TD    : 95/60
mmHg
2 DS       : Hipertermi b.d
o   Ibu klien Kuman mengeluarkan dehidrasi proses
mangatakan endotoksin penyakit(infeksi)
anaknya demam
terus-menerus
DO      : Merangsang pengeluaran
    Klien nampak zat pirogen oleh leukosit
teraba panas pada jaringan yg meradang
dengan suhu
38,5 0
C,  Melepas zat IL-1,
Nadi           :
120x/m, P : 28x / prostaglandin E2

m dn TD : 95/60 (pirogen leukosi & pirogen


mmHg endokrin

Mencapai hipotalamus (set


point)
27
3 DS : Distensi abdomen Risiko defisit
o   -ibu klien nutrisi b.d
mengatakan, mual ketidakmampuan
klien tidak mau mengabsorbsi
menyusui Ketidakmampuan nutrisi
DO : menyusui
o   Klien nampak  
cengeng bila
BB menurun
ingin diberi
makan dan porsi
makannya tidak
Menurunnya keinginan
habis serta BB
menyusui
turun menjadi 20
kg dari 25kg.

4 DS: Frekuensi BAB meningkat Risiko hivopolemik


- Orang tua klien
b.d kekurangan
mengatakan
bayinya intake cairan
Mengalami Muntah
batuk
-Orang tua klien
mengatakan
bayinya tidak
mau menyusui
Kekurangan intake cairan
DO:

- Nampak klien
lemah
Risiko
- Nampak klien
hivopolemik/kekurangan
frekuensi
cairan
minummnya
berkurang

28
29
2.4 Diagnosa Keperawatan
1. diare berhubungan dengan proses infeksi
2. hipertermi berhubungan dengan dehidrasi proses penyakit(infeksi)
3. Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrisi
4. Risiko hipovolemik berhubungan dengan kekurangan intake cairan

2.4 Perencanaan/Intervensi

No. Dx.Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi

1. Diare berhubungan Setelah dilakukan Manajemen konstipasi


dengan proses tindakan keperawatan 1. Observasi
infeksi selama 4x24 jam - identifikasi penyebab diare.
Maka, eliminasi fekal - identifikasi riwayat pemberian
membaik dengan makanan
kriteria Hasil : - monitor warna,volume,frekuensi,dan
1. Control konsistensi tinja
pengeluaran feses -monitor pengeluaran diare
menurun 2. Terapeutik
2. Nyeri abdomen - berikan asupan cairan
menurun oral(mis.lart.garam
3. Kram abdomen gula,oralit,pedialyte,renalyte)
menurun - berikan cairan intravena(mis.ringer
4. Konsistensi feses asetat,ringer laktat)
membaik 3. Edukasi
5. Peristaltik usus - anjurkan makanan kecil dan sering
membaik secara bertahap
-anjurkan menghindari makanan dalam
bentuk gas,pedas,dan mengandung
laktosa
4. Kolaborasi
- kolaborasi pemberian obat
antimolitulitas(mis,laperamidedifenoksil
at,), jika perlu

30
-kolaborasi pemberian obat pengeras
feses(mis,atapulgit)

2. Hipertermi b.d Setelah dilakukan Manajemen Hipertermia


dehidrasi proses tindakan keperawatan 1. Observasi
penyakit(infeksi) selama 4x24 jam - Identifikasi penyebab hipetermia
Maka,Termoregulasi - monitor suhu tubuh
Membaik dengan - monitor kadar elektrolit
kriteria Hasil : 2. Terapeutik
1. 1. Pucat menurun - sediakan lingkungan yangdingin
2. 2. Takikardia Menurun - longgarkan pakaian atau lepaskan
3. 3. Hipoksia Menurun pakaian
4. 4. Suhu tubuh - hindari pemberian antipiretik atau
membaik aspirin
5. 5. Suhu kulit membaik 3. Edukasi
- Anjurkan tirah baring
4. Kolaborasi
- kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit i.v, Jika perlu

3. Risiko defisit Setelah dilakukan Manajemen nutrisi


nutrisi b.d tindakan keperawatan 1. Observasi
ketidakmampuan selama 4x24 jam - identifikasi status nutrisi
mengabsorbsi Maka, status nutrisi -identifikasi makanan yang disukai
nutrisi membaikdengan Monitor asupan makanan
kriteria Hasil : Monitor berat badan
1. Porsi makanan 2. Terapeutik
yang di habiskan - lakukan oral hygiene sebelum makan
meningkat - sajikan makanan secara menarik
2. Kekutan otot - bersihkan perineal dengan air hangat,
menelan membaik terutama selama periode diare
3. Nyeri abdomen - berikan makan tinggi serat.
menurun 3. Edukasi
4. Berat badan - anjurkan posisi duduk ,jika perlu
membaik
31
5. Frekuensi makan - anjurkan diet yamng di programkan
membaik 4. Kolaborasi
6. Nafsu makan -kolaborasi pemeberian medikasi
membaik sebelum makan

4. Risiko Setelah dilakukan Manajemen hivopolemia


hivopolemik b.d tindakan keperawatan 1. Observasi
kekurangan intake selama 4x24 jam - periksa tanda dan gejala hipovolemia
cairan Maka, status cairan - monitor intake danloutput cairan
membaik dengan 2. Terapeutik
kriteria hasil : -berikan cairan oral
1. Turgor kulit 3. Edukasi
membaik - anjurkan memperbanyak asupan cairan
2. Keluhan haus oral
menurun 4.Kolaborasi
3. Intake cairan - Kolaborasi pemberian cairan IV
membaik isotonic
4. Suhu tubuh -kolaborasi pemeberian cairan hipotonis
membaik
5. Perasaan lemah
menjurun
6. Frekuensi nadi
membaik
7. Tekanan nadi
membaik
8. Tekanan darah
membaik

2.5 IMPLEMENTASI
Implentasi Pada Klien berdasarkan apa yang akan direncakan kepada Klien
berdasarkan Hari/Tanggal/Waktu Pelaksanaan Implementasi dan diakhiri dengan
Evaluasi, dari perkembangan implementasi kepada klien.

32
2.6 EVALUASI (SOAP)
1. S = Subyek
2. O = Obyektif
3. A = Analisa
4. P = Perencanaan Selanjutnya

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Diare adalah buang air besar (BAB) yang tidak normal (normal 100-200 cc/jam tinja),
berbentuk tinja cair disertai lendir atau darah atau lendir saja, frekuensi lebih tiga kali.
Perlu penanganan yang tepat untuk mencegah diare. Pencegahan diare bisa dilakukan
dengan mengusahakan lingkungan yang bersih dan sehat :
1. Usahakan untuk selalu mencuci tangan sebelum menyentuh makanan.
2. Usahakan pula menjaga kebersihan alat-alat makan.
3. Sebaiknya air yang diminum memenuhi kebutuhan sanitasi standar di lingkungan

33
tempst tinggal. Air dimasak benar-benar mendidih, bersih, tidak berbau, tidak
berwarna dan tidak berasa.
4. Tutup makanan dan minuman yang disediakan di meja.
5. Setiap kali habis pergi usahakan selalu mencuci tangan, kaki, dan muka.
6. Biasakan anak untuk makan di rumah dan tidak jajan di sembarangan tempat.
Kalau bisa membawa makanan sendiri saat ke sekolah.
7. Buatlah sarana sanitasi dasar yang sehat di lingkungan tempat tinggal, seperti air
bersih dan jamban/WC yang memadai.
8. Pembuatan jamban harus sesuai persyaratan sanitasi standar. Misalnya, jarak antara
jamban (juga jamban tetangga) dengan sumur atau sumber air sedikitnya 10 meter
agar air tidak terkontaminasi. Dengan demikian, warga bisa menggunakan air
bersih untuk keperluan sehari-hari, untuk memasak, mandi, dan sebagainya.
4.2 Saran

Pemberian materi yang lebih mendalam dapat meningkatkan pemahaman dan


pengetahuan mahasiswa dalam menyelesaikan tugas yang diberikan disamping
pengarahan dan bimbingan yang senantiasa diberikan sehingga keberhasilan dalam
tugas dapat dicapai

DAFTAR PUSTAKA

Doenges,ME, et all. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan; Pedoman untuk Perencanaan


dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Ed.3. Jakarta:EGC

Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC

34

Anda mungkin juga menyukai