PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat,
namunpenanggulangan tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan
pelayanan kesehatan saja. Masalah gizi meskipun sering berkaitan dengan
masalah kekurangan pangan, pemecahannya tidak selalu berupa peningkatan
produksi dan pengadaan pangan. Pada kasus tertentu, seperti dalam keadaan krisis
( bencana, kekeringan, perang, kekaucauan sosial, krisis ekonomi ). Masalah gizi
muncul akibat masalah ketahanan pangan ditingkat rumah tangga, yaitu
kemamapuan rumah tangga atau keluarga memperoleh makanan untuk semua
anggotanya. Dengan dukungan Uni Eropa, UNICEF akan bekerja sama dengan
pemerintah dan mitra lainnya di Indonesia untuk berusaha menolong sekitar 3,8
juta anak dan 800 ribu ibu hamil menyelesaikan persoalan tersebut (UNICEF,
2011).
Data dari MDGS 2015, didapatkan data perkiraan jumlah balita yang
mengalami gizi kurang atau gizi buruk sebanyak 30 % anak Indonesian
mengalami gangguan dalam pemenuhan gizi. Di Indonesia, Hasil riset kesehatan
dasar (riskesdas) tahun 2010, menunjukkan angka balita kurang gizi diangka 17,9
persen, nilainya turun dibanding dengan 2007 yakni18,4 persen.
B. BATASAN MASALAH
Pada makalah ini penulis hanya membatasi masalah pada asuhan keperawatan
tentang nutrisi pada klien dengan gizi buruk marasmus dan kwasiokor dan
beberapa nahasan singkat yang berkaitan dengan marasmus dan kwasiokor.
1
C. METODE PENULISAN
Dalam penyusunan makalah ini penyusun menggunakan metode penulisan
berdasarkan dengan memperoleh data atau bahan penulisan dari berbagai
sumber referensi .
D. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Dapat memahami tentang asuhankeperawatan pada klien dengan
gangguan gizi buruk
2. Tujuan Khusus
Dapat melakukan pengkajian,mendiagnosa , merencanakan dan
mengimplementasikan rencana asuhan keperawatan dan diet yang sudah
direncanakan dan melakukan evaluasi pada klien dengan gangguan gizi
buruk.
E. MANFAAT PENULISAN
1. Bagi Perawat
Dapat mengimplementasikan wawasan tentang ilmu gizi dalam
menjalankan asuhan keperawatan kepada klien dengan gizi buruk
2. Bagi Masyarakat
Dapat menambah wawasan dalam menyusun asupan harian yang
memenuhi kebutuhan sehari-hari.
F. SISTEMATIKA PENULISAN
Makalah ini terdiri dari empat bab,bab pertama berisi pendahuluan yang
terdiri dari latar belakang,batasan masalah,metode penulisan,tujuan
penulisan,manfaat penulisan dan sistematika penulisan.Kemudian bab kedua
berisi landasan teori,bab ketiga berisi asuhan keperawatan dan bab keempat
berisi penutup.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Marasmus
1. Pengertian
a. Marasmus adalah suatu bentuk malgizi protein energi karena kelaparan,
semua unsur diet kurang. Hal ini dikarenakan masukan kalori yang
tidak adekuat, diet Faddy, penyakit usus menahun, kelainan
metabolik/infeksi menahun separti tuberkulosis. (Pincus catzel dan Ian
roberts, 1991 : 106).
b. Marasmus adalah bila kekurangan kalori dalam diet yang berlangsung
lama yang akan menimbulkan gejala undernutrition yang sangat
ekstrim. (FKUI, 1985 : 361).
c. Marasmus adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan karena
rendahnya konsumsi energi kalori dan protein dalam makanan sehari-
hari sehingga mengakibatkan tidak adekuatnya intake kalori yang
dibutuhkan oleh tubuh. ( Nelson, 1999 : 298 ).
d. Marasmus ialah suatu bentuk kurang kalori-protein yang berat.
Keadaan ini merupakan hasil akhir dari interaksi antara kekurangan
makanan dan penyakit infeksi. Selain faktor lingkungan, ada beberapa
faktor lain pada diri anak sendiri yang dibawa sejak lahir, diduga
berpengaruh terhadap terjadinya marasmus.
3
2. Etiologi
Menurut FKUI (1985 : 361), Ngastiyah (2005 : 259) dan Markum (1991 :
166) tanda dan gejala dari marasmus adalah :
4
h. Jaringan lemak dibawah kulit akan menghilang, kulit keriput dan
turgor kulit jelek.
i. Perut membuncit atau cekung dengan gambaran usus yang jelas.
j. Nadi lambat dan metabolisme basal menurun.
k. Vena superfisialis tampak lebih jelas.
l. Ubun-ubun besar cekung.
m. Tulang pipi dan dagu kelihatan menonjol.
n. Anoreksia.
o. Sering bangun malam.
4. Patofisiologi
5
5. Pathway
6. Komplikasi
6
a. Defisiensi Vitamin A
b. Infestasi Cacing
c. Tuberkulosis
7
d. Bronkopneumonia
e. Noma
8
B. KWASIORKOR
1. Pengertian
Kwarsiorkor ialah suatu keadaan kekurangan gizi ( protein ).
Walaupun sebab utama penyakit ini adalah defisiensi protein, tetapi
karena bahan makanan yang dimakan kurang mengandung nutrisi
lainnya ditambah dengan konsumsi setempat yang berlainan, maka
akan terdapat perbedaan gambaran kwashiorkor di berbagai negara.
9
2. Etiologi
Selain oleh pengaruh negatif faktor sosial ekonomi, budaya
yang berperan terhadap kejadian malnutrisi umumnya, keseimbangan
nitrogen yang negatif dapat pula disebabkan oleh diare kronik,
malabsorpsi protein, hilangnya protein melalui air kemih ( sindrom
nefrotik ), infeksi menahun, luka bakar dan penyakit hati.
a. Pola makan
Protein (dan asam amino) adalah zat yang sangat dibutuhkan
anak untuk tumbuh dan berkembang. Meskipun intake makanan
mengandung kalori yang cukup, tidak semua makanan
mengandung protein/asam amino yang memadai. Bayi yang masih
menyusui umumnya mendapatkan protein dari ASI yang diberikan
ibunya, namun bagi yang tidak memperoleh ASI protein adri
sumber-sumber lain (susu, telur, keju, tahu dan lain-lain) sangatlah
dibutuhkan. Kurangnya pengetahuan ibu mengenai keseimbangan
nutrisi anak berperan penting terhadap terjadi kwashiorkhor,
terutama pada masa peralihan ASI ke makanan pengganti ASI.
b. Faktor sosial
Hidup di negara dengan tingkat kepadatan penduduk yang
tinggi, keadaan sosial dan politik tidak stabil, ataupun adanya
pantangan untuk menggunakan makanan tertentu dan sudah
berlansung turun-turun dapat menjadi hal yang menyebabkan
terjadinya kwashiorkor.
c. Faktor ekonomi
Kemiskinan keluarga/ penghasilan yang rendah yang tidak dapat
memenuhi kebutuhan berakibat pada keseimbangan nutrisi anak
tidak terpenuhi, saat dimana ibunya pun tidak dapat mencukupi
kebutuhan proteinnya.
10
d. Faktor infeksi dan penyakit lain
Telah lama diketahui bahwa adanya interaksi sinergis antara
MEP dan infeksi. Infeksi derajat apapun dapat memperburuk
keadaan gizi. Dan sebaliknya MEP, walaupun dalam derajat ringan
akan menurunkan imunitas tubuh terhadap infeksi.
3. Patofisiologi
Pada defisiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang
sangat berlebihan, karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah
kalori dalam dietnya. Kelainan yang mencolok adalah gangguan
metabolik dan perubahan sel yang menyebabkan edema dan perlemakan
hati. Karena kekurangan protein dalam diet, akan terjadi kekurangan
berbagai asam amino esensial dalam serum yang diperlukan untuk sintesis
dan metabolisme. Bila diet cukup mengandung karbohidrat, maka
produksi insulin akan meningkat dan sebagian asam amino dalam serum
yang jumlahnya sudah kurang tersebut akan disalurkan kejaringan otot.
Makin berkurangnya asam amino dalam serum ini akan menyebabkan
kurangnya produksi albumin oleh hepar, yang kemudian berakibat
timbulnya edema. Perlemakan hati terjadi karena gangguan pembentukan
beta- lipoprotein, sehingga transport lemak dari hati terganggu, dengan
akibat adanya penimbunan lemak dalam hati.
4. Gejala Kwashiorkor
a. Pertumbuhan terganggu, BB dan TB kurang dibandingkan dengan
yang sehat.
b. Pada sebagian penderita terdapat edema baik ringan dan berat
c. Gejala gastrointestinal seperti anoreksia dan diare
d. Rambut mudah dicabut, tampak kusam kering, halus jarang dan
berubah warna
e. Kulit kering dengan menunjukan garis garis kulit yang mendalam
dan lebar, terjadi persisikan dan hiper pigmentasi
11
f. Terjadi pembesaran hati, hati yang teraba umumya kenyal,
permukaannya licin dan tajam.
g. Anemia ringan selalu ditemukan pada penderita.
h. Kelainan kimia darah yang selalu ditemukan ialah kadar albumin
serum yang rendah, disamping kadar globulin yang normal atau
sedikit meninggi.
5. KOMPLIKASI KWASHIORKOR
Komplikasi Kwashiorkor Anak dengan kwashiorkor akan lebih mudah
untuk terkena infeksi dikarenakan lemahnya system imun. Tinggi
maksimal dan kemampuan potensial untuk tumbuh tidak akan pernah
dapat dicapai oleh anak dengan riwayat kwashiorkor. Bukti secara statistic
emngemukakan bahwa kwashiorkor yang terjadi pada awal kehidupan
(bayi dan anank-anak) dapat menurunkun IQ secara permenen.
a. Komplikasi jangka pendek :
1) Hipoglikemia
2) Hipotermi
3) Dehidrasi
4) Gangguan fungsi vital
5) Gangguan keseimbangan elektrolit asam-basa
6) Infeksi berat
7) Hambatan penyembuhan penyakit penyerta
b. Komplikasi jangka panjang :
1) Tubuh pendek
2) Berkurangnya potensi tumbuh kembang
12
C. PENATALAKSANAAN
Menurut Mansjoer (2000 : 514 517) penatalaksanan marasmus adalah :
Periksa gula darah bila ada hipotermia (suhu aksila <>oC, suhu rektal
kondisi tersebut.
kepala.
13
f. Koreksi defisiensi nitrien mikro, yaitu dengan :
1) Tambahkan multivitamin.
tinggi energi, tinggi protein serta cukup vitamin dan mineral secara
berikut :
14
a) Sumber Zn : daging sapi, hati, makanan laut, kacang tanah, telur
ayam.
kacangan, bayam,
dikurangi.
modifikasi).
15
h. Prinsip pengobatannya adalah :
16
Makanan tinggi energi tinggi protein (TETP) diolah dengan
kandungan protein yang dianjurkanadalah 3,0 5,0 g/kg BB sehari.
Biasanya dalam pemberian makanan diperlukan pula
penambahanvitamindan mineral, khususnya vitamin A, vitamin B
kompleks, vitamin C, asam folat mineralkalium, magnesium, dan besi.
Asam folat diberikan per oral dengan variasi dosis antara 3x5
kali mg/hari pada anak kecildan 3x15 pada anak besar. Kebutuhan
kalium dipenuhi dengan pemberian KCL oral sebanyak 75-100 mg/kg
BB/hari (ekuivalen dengan 1-2mEq/kg BB/hari); bila terdapat tanda
hipokalemia diberikan KCL secara intravena dengan dosis 3-4 mEq/kg
BB. Magnesium diberikan intramuskularatau intravena dalam bentuk
larutan MG-sulfat 50% sebanyak 0,4-0,5 mEq/kg BB/hari selama 4-
5hari pertama perawatan.
Pada hari perawatan ke 5 sampai ke 10 diberikan per oral
dalam bentuklarutan Mg-klorida dengan dosis0,1-0,3 mEq/kg BB/hari.
Termurah adalah fero-sulfat dengan dosis3x10 mg/kg BB/hari per oral
atau parenteral.
Pada keadaan hipoglikemia berat (glukosa darah <30mg/dl)
diberikan 1-2 ml glukosa 40%/kg BB secara intravena. Karena sering
terjadi defisiesi enzim disakaridase, pemberian susu dengan kadar
laktosa rendah akan lebih banyak menolong, pemberian lemak nabati
akan lebih baik dari lemak hewani.
Penyuluhan dan pemberian makanan yang adekuat, baik
kualitas maupun kuantitas,merupakan upaya pencegahan yang ampuh.
Bahan makanan yang dikonsumsi hendaknya berasaldari sumber
makanan setempat. Dalam menangani masalah Marasmu perlu juga
dipertimbangkan faktor ekonomi, sosial, dan budaya keluarga atau
masyarakat lingkungannya.
17
D. PENCEGAHAN
Tindakan pencegahan terhadap marasmus menurut dapat dilaksanakan
dengan baik bila penyebab diketahui. Usaha-usaha tersebut memerlukan sarana
dan prasarana kesehatan yang baik untuk pelayanan kesehatan dan
penyuluhan gizi, antara lain :
1. Pemberian air susu ibu (ASI) sampai umur 2 tahun merupakan sumber
energi yang paling baik untuk bayi.
2. Ditambah dengan pemberian makanan tambahan (MP-ASI )yang bergizi
pada umur 6 bulan ke atas.
3. Pencegahan penyakit infeksi, dengan meningkatkan kebersihan
lingkungan dan kebersihan perorangan.
4. Pemberian imunisasi.
5. Mengikuti program keluarga berencana untuk mencegah kehamilan
terlalu sering.
6. Penyuluhan/pendidikan gizi tentang pemberian makanan yang adekuat
merupakan usaha pencegahan jangka panjang.
18
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. KASUS SEMU
Pada tanggal 6 November 2016 datang seorang pasien beserta ibunya ke
Puskesmas Sahabat dengan keluhan berat badan yang tidak naik yang disertai
dengan panas,batuk dan juga tidak nafsu makan .
1. BIODATA PASIEN
a. Nama : An. N
b. Umur : 1 tahun
c. Tanggal lahir : 11 November 2015
d. Tanggal pemeriksaan : 6, 7, dan 9 November 2016
3. RIWAYAT PENYAKIT
a. Keluhan utama : Berat badan tidak naik.
b. Keluhan tambahan : Sering sakit, batuk, panas dan susah makan
19
c. Riwayat penyakit sekarang :
Sejak bulan Mei sampai November 2016 berat badan anak
tidak ada peningkatan yang berarti, sering dibawa ke posyandu di
dekat rumahnya, selama periksa ke posyandu orang tua pasien tidak
pernah dirujuk ke puskesmas, padahal berat badannya bila dilihat dari
KMS berada pada garis kuning sejak bulan Juni.
Sejak bulan Mei pasien sering menderita penyakit seperti batuk
dan panas hampir setiap bulan. Selain itu, Ibu pasien juga menyatakan
selama sakit sampai sekarang pasien juga mengalami susah makan
atau nafsu makan kurang, lamanya sakit kurang lebih satu minggu
hingga dua minggu, orang tua pasien selalu memeriksakan anaknya ke
puskesmas untuk mendapatkan pengobatan. Bulan November 2016,
Ibu pasien membawa ke posyandu dan ditimbang berat badannya 7,3
kg, setelah dicatat dalam KMS ternyata berada dalam garis kuning dan
disarankan untuk ke puskesmas Sahabat untuk dikonsultasikan
dengan dokter puskesmas melalui KIA.
d. Riwayat penyakit dahulu: Riwayat penyakit TBC disangkal, riwayat
batuk lama diakui, riwayat diare diakui, riwayat penyakit jantung
disangkal.
e. Riwayat penyakit keluarga: Kakak pasien pernah menderita gizi buruk.
b. LILA : 13,5 cm
c. LD : 44 cm
d. LK : 45 cm
20
5. DATA PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Compos mentis
c. TD : 130/90 mmHg
d. Nadi : 80x/menit
e. Rr : 22x/menit
f. Suhu : 36,40C
g. Leher : Pembesaran limfonodi sub mandibula
h. Thorax : Iktus kordis tidak tampak
i. Abdomen : Datar sejajar dinding dada, tidak ada bekas luka
j. Ekstermitas : Tidak ada oedem, akral hangat.
21
7. DATA PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Tidak dilakukan (diusulkan periksa Ro Thoraks dan test mantoux,
namun pasien keberatan karena tidak ada biaya).
b. Usul pemeriksaan penunjang: Darah rutin (untuk mengetahui Hb),
LED, Diff Tell (eosinofil reaksi alergi).
8. RIWAYAT DIET
Sebelum memeriksakan diri ke puskesmas,Klien diberi asupan formula
pengganti ASI dari susu kaleng yang encer .Kurangnya makanan selingan
yang menunjang kebutuhan anak untuk berkembang dan kurangnya
perhatian dan pengetahuan dari ibu yang membuat konsumsi anak
terkadang tidak higienis.
9. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Ketidakseimbangan nutisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang kurang.
10. RENCANA DIET
Rencana Tindakan yang Berhubungan dengan Rencana Diet Penderita
Marasmus dan Kwashiorkor
Gizi buruk merupakan masalah yang perlu penanganan serius.
Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah antara lain melalui revitalisasi
posyandu dalam meningkatkan cakupan penimbangan balita, penyuluhan
dan pendampingan, pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) atau
Pemberian Makanan Tambahan (PMT), peningkatan akses dan mutu
pelayanan gizi melalui tata laksana gizi buruk di Puskesmas Perawatan
dan Rumah Sakit, perlu penanganan serius. Berbagai upaya telah
dilakukan pemerintah antara lain melalui revitalisasi posyandu dalam
meningkatkan cakupan penimbangan balita, penyuluhan dan
pendampingan, pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) atau
Pemberian Makanan Tambahan (PMT), peningkatan akses dan mutu
pelayanan gizi melalui tata laksana gizi buruk di Puskesmas Perawatan
22
dan Rumah Sakit, penanggulangan penyakit menular dan pemberdayaan
masyarakat melalui Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi).
Nutrisi gizi buruk diawali dengan pemberian makanan secara teratur,
bertahap, porsi kecil, dan mudah diserap. Frekuensi pemberian dapat
dimulai setiap 2 jam kemudian ditingkatkan 3 jam atau 4 jam. Penting
untuk memberikan makanan yang beraneka ragam, pemberian ASI,
makanan yang mengandung minyak, lemak, santan dan buah-buahan.
Selain itu faktor lingkungan juga penting dalam mengupayakan
pekarangan rumah menjadi taman gizi.
Perilaku harus diubah menjadi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) dengan memperhatikan makanan gizi seimbang, minuman tablet
besi selama hamil, pemberian ASI eksklusif, mengkonsums garam
beryodium dan memberi bayi dan balita kapsul vitamin A.
a. Pengaturan Pelayanan KEP berat/Gizi Buruk
Tujuan dari pengaturan diet ini adalah memberikan makanan
tetap secara bertahap sesuai dengan keadaan pasien untuk mencapai
keadaan gizi optimal.
Pemberian diet KEP berat/Gizi buruk dibagi menjadi 3 fase yaitu
1) Fase Stabilisasi
Pada awal fase stabilisasi perlu pendekatan yang sangat hati-
hati, karena keadaan faali anak sangat lemah dan kapasitas
homeostatik berkurang. Pemberian makanan harus dimulai segera
setelah anak dirawat dan dirancang sedemikian rupa sehingga energi
dan protein cukup untuk memenuhi metabolisma basal
saja.Peningkatan jumlah formula diberikan secara bertahap dengan
tujuan memberikan makanan awal supaya anak dalam kondisi stabil.
23
Formula khusus seperti Formula WHO 75 atau
modifikasi/Modisco yang dianjurkan dan jadwal pemberian
makanan harus disusun sedemikian rupa agar dapat mencapai prinsip
tersebut diatas dengan persyaratan diet sebagai berikut :
a) Porsi kecil, sering, rendah serat da rendah laktosa
b) Energi : 100 kkal/kg BB/hari
c) Protein :1-1,5 gram/kg BB/hari
d) Cairan : 130 ml/kg bb/hari (jika ada edema berat 100 ml/Kg
BB/hari)
e) Bila anak mendapat ASI teruskan, dianjurkan memberi formula
WHO 75/pengganti/modisco demgam menggunakan
cangkir/gelas. Bila anak terlalu lemah berikan sendok/pipet.
f) Pemberian Formula WHO/Pengganti/Modisco atau pengganti
dan jadwal pemberian makanan disusun sesuai denan kebutuhan
anak. Keterangan :
a) Pada anak dengan selera makan baik dan tidak edema, maka
tahapan pemberian formula bisa lebih cepat dalam waktu 2-3 hari
(setiap 2 jam).
b) Bila pasien tidak dapat menghabiskan Formula WHO
75/pengganti/Modisco dalam sehari, maka berikan sisa formula
tersebut melalui pipa nasogastrik.
c) Pada fase ini jangan beri makanan lebih dari 100 Kkal/Kg
bb/hari
d) Pada hari 3 s/d 4 frekuensi pemberian formula diturunkan menjadi
setiap jam dan pada hari ke 5 s/d 7 diturunkan lagi menjadi setiap
4 jam.
e) Lanjutkan pemberian makan sampai hari ke 7 (akhir minggu 1).
24
Zat Gizi Stabilisasi (Hari ke 1-7)
Energi 80-100 kkal/kgBB/hari
Protein 1-1,5 gram/kgBB/hari
Cairan Cairan 130 ml/kgBB/hari
Sulfas Ferosus 200 mg + 0,25 mg asam
Fe
folat, sirup besi 150 ml
Vitamin A
kapsul vitamin A dosis 100.000 SI
Bayi < 6 bulan
(warna biru)
1 kapsul vitamin A dosis 100.000 SI
Bayi 6 - 11 bulan
(warna biru)
1 kapsul vitamin A dosis 200.000 SI
Balita 12 - 60 buan
(warna merah)
Vitamin Lain
Vitamin C
Vitamin B kompleks
Asam Folat
Pemberian dicanpur dengan F75, F 100,
Mineral Lain
dan F 135
Zinc
Kalium
Natrium
Magnesium
2. Fase Transisi
Pada fase ini pemberian makanan diberikan secara perlahan-lahan
untuk menghindari resiko gagal jantung, yang dapat terjadi bila anak
mengkonsumsi makanan dalam jumlah banyak secara mendadak.
25
Ganti formula khusus awal (energi 75 Kkal dan protein 0.9-1.0 g per
100 ml) dengan formula khusus lanjutan (energi 100 Kkal dan protein 2.9
gram per 100 ml) dalam jangka waktu 48 jam. Modifikasi bubur/makanan
keluarga dapat digunakan asalkan dengan kandungan energi dan protein yang
sama.
Kemudian naikkan dengan 10 ml setiap kali, sampai hanya sedikit
formula tersisa, biasanya pada saat tercapai jumlah 30 ml/kgbb/kali pemberian
(200 ml/kgbb/hari).
Pada fase transisi anak gizi buruk pemberian makanannya harus secara
bertahap dan perlahan-lahan jumlahnya ditingkatkan karena untuk
menghindari terjadinya gagal jantung, yang dapat terjadi bila anak
mengkonsumsi makanan alam jumlah banyak secara mendadak. Adapun
persyaratan diet debagai berikut :
a. Formula khusus seperti formula 100/ modifkasi/modisco I/II
b. Jumlah zat gizi
Energi : 150 200 Kkal/Kg BB/hari
Protein : 2 3 gr/Kg BB/hari
Cairan : 150 ml/Kg BB/hari
26
Tabel 2. Kebutuhan zat gizi fase Transisi
Zat Gizi Transisi (Hari ke 8-14)
Energi 100-150 kkal/kgBB/hari
Protein 2-3 gram/kgBB/hari
Cairan Cairan 150 ml/kgBB/hari
Sulfas Ferosus 200 mg + 0,25 mg asam
Fe
folat, sirup besi 150 ml
Vitamin A
kapsul vitamin A dosis 100.000 SI
Bayi < 6 bulan
(warna biru)
1 kapsul vitamin A dosis 100.000 SI
Bayi 6 - 11 bulan
(warna biru)
1 kapsul vitamin A dosis 200.000 SI
Balita 12 - 60 buan
(warna merah)
Vitamin Lain Diberikan sebagai multivitamin
Vitamin C Diawali 5 mg, selanjutnya 1 mg/hari
Vitamin B kompleks
Asam Folat
Pemberian dicanpur dengan F75, F 100,
Mineral Lain
dan F 135
Zinc
Kalium
Natrium
Magnesium
27
3. Fase Rehabilitasi
Terapi nutrisi fase ini adalah untuk mengejar pertumbuhan anak. Diberikan
setelah anak sudah bisa makan. Makanan padat diberikan pada fase
rehabilitasi berdasarkan BB< 7 kg diberikan MP ASI dan BB 7 kg diberikan
makanan balita. Setelah masa transisi terlampaui, anak diberi .
28
Tabel 3. Kebutuhan zat gizi fase Rehabilitasi
29
Tahapan Pemberian Diet
Fase Stabilitasi Formula WHO 75 atau pengganti
Formula WHO 75, Formula WHO
Fase Transisi
100 atau pengganti
Formula WHO 135 (atau
Fase Rehabilitasi
pengganti) makanan keluarga
30
3) Bentuk makanan PMT-P
Makanan yang diberikan berupa :
II Beras 70 g Ikan 30 g -
c) Lama PMT-P
Pemberian makanan tambahan pemulihan (PMT-P) diberikan
setiap hari kepada anak selama 3 bulan (90 hari)
Cara penyelenggaraan :
1) Makanan kudapan diberikan setiap hari di Pusat Pemulihan Gizi
(PPG).
31
2) Seminggu sekali kader melakukan demonstrasi pembuatan
makanan pendamping ASI/makanan anak, dan membagikan
makanan tersebut kepada anak balita KEP, selanjutnya kader
membagikan paket bahan makanan mentah untuk kebutuhan 6
hari.
3. Tingkat Puskesmas
Tata laksana diet pada balita KEP berat/gizi buruk ditujukan untuk
memberikan makanan tinggi energi, tinggi protein, dan cukup vitamin mineral
secara bertahap, guna mencapai status gizi optimal.
Ada 4 (empat) kegiatan penting dalam tata laksana diet, yaitu : pemberian
diet, pemantauan, dan evaluasi, penyuluhan gizi, serta tindak lanjut.
a. Pemberian diet balita KEP berat atau gizi buruk harus memenuhi syarat
sebagai berikut :
1) Melalui 3 fase yaitu : fase stabilisasi, fase transisi, dan fase
rehabilitasi.
2) Kebutuhan energi mulai 100-200 kal/Kgbb/hari
3) Kebutuhan protein mulai 1-6 g/Kgbb/hari
4) Pemberian suplementasi vitamin dan mineral khusus, bila tidak
tersedia diberikan bahan makanan sumber mineral tertentu (lihat hal
12)
5) Jumlah cairan 130-200 ml/kgbb/hari, bila ada edema dikurangi
menjadi 100 ml/Kg bb/hari
6) Jumlah pemberian peroral atau lewat pipa nasogastric
7) Porsi makanan kecil dan frekwensi makan sering
8) Makanan fase stabilisasi harus hipoosmolar, rendah laktosa, dan
rendah serat
9) Terus memberikan ASI
32
10) Makanan padat diberikan pada fase rehabilitasi dan berdasarkan
berat badan, yaitu : bb < 7 kg diberikan kembali makanan bayi dan
bb > 7 Kg dapat langsung diberikan makanan anak secara bertahap
11) Bila anak masih medapatkan ASI,teruskan ASI, ditambah dengan
makanan formula karena energi dan protein ASI tidak akan
mencukupi untuk tubuh-kejar.Adapun persyaratan diet sebagai
berikut :
a. Formula khusus sebagai formula 135/modifikasi/modosco III
b. Jumlah zat gizi :
Energi : 150 200 Kkal/Kg BB/hari
Protein : 4 6 gr/Kg BB/hari
Cairan : 150 200 ml/Kg BB/hari
Tabel 1 :
FASE
33
Fe Idem Idem Idem
Tabel 2 :
F75/modifikasi/Modis 45 65 - -
Hari 1-2
co 12 x ( dg ASI ) 45 65 90 110
12 x ( tanpa ASI)
6 x (dg ASI)
F75/Modifikasi/Modi 6 x (Tanpa ASI) 90 130 - -
Hari 5-7
sco 90 130 175 220
Minggu 2-3 F100/modifi 4 x ( dg ASI ) 130 195 -
-
Transisi kasi/Modisco I 6 x ( tanpa ASI) 90 130 220
175
Atau II
34
F135/modifi 90 100
150 175
kasi/Modisco III, 3 x ( dg/tanpa ASI )
Rehabilita Minggu 3-6 ditambah
Si
Makanan 3 x 1 porsi - -
- -
lumat/makan
BB < 7 Kg lembik
sari buah 1x 100 100
100 100
Makanan 3 x 1 porsi - - - -
lunak/makan
BB >7 Kg
An biasa
Buah 1 2 x 1 buah - - - -
*) 200 ml = 1 gelas
Contoh :
400 kalori dipenuhi dari 3 kali 100 cc F 135 ditambah 800 kalori dari 3 kali makanan
lumat/makanan lembik dan 1 kali 100 cc sari buah
35
Tabel 3 : FORMULA WHO
FORMULA WHO
Minyak sayur G 30 60 75
Larutan elektrolit Ml 20 20 27
NILAI GIZI
Protein G 9 29 33
Lactosa G 13 42 48
Potasium Mmol 36 59 63
Sodium Mmol 6 19 22
Seng Mg 20 23 30
% energi protein - 5 12 10
% energi lemak - 36 53 57
36
Osmolality Mosm/l 413 419 508
Margarine (g) - - - - - - 50 - 50
*) M : Modisco
37
Keterangan :
2. Fase transisi diberikan Formula WHO 75 sampai Formula WHO 100 atau
modifikasi
3. Fase rehabilitasi diberikan secara bertahap dimulai dari pemberian Formula
WHO 135 sampai makanan biasa
Cara Membuat Formula
38
Larutan modifikasi :
Tempe dikukus hingga matang kemudian dihaluskan dengan ulekan
(blender, dengan ditambah air). Selanjutnya tempe yang sudah halus disaring
dengan air secukupnya. Tambahkan susu, gula, tepung beras, minyak, dan
larutan elektrolit. Tambahkan air sampai 1000 ml, masak hingga mendidih
selama 5-7 menit.
d. Pengaturan Diet
Pembagian makanan sehari untuk balita kurang gizi (umur 1 tahun):
1. Pagi: centong nasi tim, 1 porsi telur, porsi tahu, 1 potong daging
ukuran sedang, 1 gelas setup buncis+wortel, gelas susu, 1 buah
pisang ukuran sedang (ASI tetap diberikan sebanyak anak mau).
2. Pukul 10.00: 3 buah biscuit (selingan).
3. Siang: centong nasi, porsi tempe, 1 porsi telur, 1 gelas sayuran, 1
potong buah pepaya ukuran sedang (ASI tetap diberikan sebanyak anak
mau).
4. Pukul 16.00: 1 mangkok bubur kacang ijo (selingan).
5. Malam: centong nasi tim, porsi daging, porsi tempe, gelas
sayuran 1 buah pisang ukuran sedang (ASI tetap diberikan sebanyak
anak mau).
TERAPI NON FARMAKOLOGIS
Edukasi:
1. Pentingnya gizi untuk pertumbuhan dan kecerdasan anak kepada orang
tua.
2. Faktor-faktor yang menyebabkan gizi kurang pada balita.
3. Mengatur pola makan dan menu harian untuk balita.
4. Pendanaan gizi keluarga.
39
5. Pengenalan gejala-gejala kurang gizi pada balita.
6. Komplikasi gizi kurang pada anak.
7. Pencegahan terhadap penyakit yang dapat memperberat dan
menyebabkan anak menderita kurang gizi.
8. Segera periksa ke puskesmas bila ada keluhan sakit.
9. Rajin atau rutin ke posyandu.
TERAPI FARMAKOLOGIS
1. Multivitamin: Elkana sirup dengan dosis 1x1 sendok takar.
2. Pemberian preparat gizi (misal pemberian sulfas ferosus untuk
kekurangan zat besi dan pemberian tablet iodium untuk yang
kekurangan iodium).
40
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Marasmus adalah salah satu bentuk gizi buruk yang paling sering
ditemui pada balita terutama di daerah perkotaan. Penyebabnya merupakan
multifaktorial antara lain masukan makanan yang kurang, faktor penyakit dan
faktor lingkungan. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis dan
untuk menentukan penyebab perlu anamnesis makanan dan penyakit yang
lalu. Pada penderita Kwashiorkor, asupan protein dari makanan kurang
sehingga menyebabkan neraca protein negatif (keluaran>masukan) sehingga
asam amino dalam darah, hati dan intrasel mengalami defisiensi yang
menyebabkan proses metabolisme selanjutnya terganggu. Gejala umum yang
bisa diketahui antara lain: perubahan dalam pigmen kulit, koma (tahap akhir,
penurunan massa otot, diare, kegagalan untuk menambah berat badan dan
tumbuh, kelelahan, perubahan rambut (perubahan warna atau tekstur),
peningkatan dan infeksi yang lebih parah karena rusaknya sistem kekebalan
Pencegahan terhadap marasmus dan kwasiokor ditujukan pada
penyebab dan memerlukan pelayanan kesehatan dan penyuluhan yang baik.
Pengobatan marasmus ialah pemberian diet, tinggi kalori dan tinggi protein,
dan penatalaksanaan di rumah sakit dibagi atas tahap awal, tahap penyesuaian,
dan rehabilitasi.
Kian banyaknya temuan kasus gizi buruk, baik kwashiorkor, maramus
maupun marasmus kwashiorkor menunjukkan bahwa persoalan gizi di
Indonesia belum dapat menorehkan tinta emas. Revitalisasi posyandu dan
sosialisasi akan kesadaran gizi masyarakat tampaknya perlu terus digaungkan
agar penapisan terhadap status gizi dapat berlangsung lebih dini.
41
B. SARAN
1. Tenaga Kesehatan
a. Memeberikan penyuluhan kepada masyarakat pemenuhan gizi yang
tepat dan seimbang sesuai dengan umur karena kebutuhan kalori per
hari bagi setiap orang berbeda-beda sesuai dengan umurnya.
b. Memberikan pelatihan kepada masyarakat tentang bagaimana cara
memasak bahan makanan tanpa mengurangi bahkan menghilangkan
kandungan gizi dalam bahan makanan tersebut.
c. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang peran penting
seorang ibu dalam memeperhatikan dan mengawasi apa yang anak
lakukan dan selalu menerapkan kebersihan dan kesehatan bagi
kebaikan anak.Terutama dalam mengatasi resiko komplikasi infeksi
cacing yang menghalangi anak untuk mendapatkan nutrisi dari asupan
makanan yang didapat.
2. Masyarakat
a. Diharapkan kepada seluruh masyarakat untuk dapat memenuhi asupan
protein dan kalori, agar dapat tumbuh dengan sehat.
b. Agar seluruh ibu-ibu untuk dapat memperhatikan gizi anak, terutama
asupan protein dan kalorinya, agar tidak ada lagi penderita gizi buruk
c. .Diharapkan masyarakat atau pun pembaca mau ikut serta
menggalakkan program tentang pemberantasan gizi buruk, untuk
mencapai Gerakan Masyarakat Sehat 2017.
3. Pemerintah
a. Menggalakkan Program Nasional: Perencanaan, pelaksanaan,
pemantauan dan evaluasi dilaksanakan secara berkesinambungan
antara pusat dan daerah.
b. Melakukan Pendekatan komprehensif dengan mengutamakan upaya
pencegahan dan upaya peningkatan, yang didukung upaya pengobatan
dan pemulihan.
42
DAFTAR PUSTAKA
43
44