Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat,
namunpenanggulangan tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan
pelayanan kesehatan saja. Masalah gizi meskipun sering berkaitan dengan
masalah kekurangan pangan, pemecahannya tidak selalu berupa peningkatan
produksi dan pengadaan pangan. Pada kasus tertentu, seperti dalam keadaan krisis
( bencana, kekeringan, perang, kekaucauan sosial, krisis ekonomi ). Masalah gizi
muncul akibat masalah ketahanan pangan ditingkat rumah tangga, yaitu
kemamapuan rumah tangga atau keluarga memperoleh makanan untuk semua
anggotanya. Dengan dukungan Uni Eropa, UNICEF akan bekerja sama dengan
pemerintah dan mitra lainnya di Indonesia untuk berusaha menolong sekitar 3,8
juta anak dan 800 ribu ibu hamil menyelesaikan persoalan tersebut (UNICEF,
2011).
Data dari MDGS 2015, didapatkan data perkiraan jumlah balita yang
mengalami gizi kurang atau gizi buruk sebanyak 30 % anak Indonesian
mengalami gangguan dalam pemenuhan gizi. Di Indonesia, Hasil riset kesehatan
dasar (riskesdas) tahun 2010, menunjukkan angka balita kurang gizi diangka 17,9
persen, nilainya turun dibanding dengan 2007 yakni18,4 persen.

B. BATASAN MASALAH
Pada makalah ini penulis hanya membatasi masalah pada asuhan keperawatan
tentang nutrisi pada klien dengan gizi buruk marasmus dan kwasiokor dan
beberapa nahasan singkat yang berkaitan dengan marasmus dan kwasiokor.

1
C. METODE PENULISAN
Dalam penyusunan makalah ini penyusun menggunakan metode penulisan
berdasarkan dengan memperoleh data atau bahan penulisan dari berbagai
sumber referensi .
D. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Dapat memahami tentang asuhankeperawatan pada klien dengan
gangguan gizi buruk
2. Tujuan Khusus
Dapat melakukan pengkajian,mendiagnosa , merencanakan dan
mengimplementasikan rencana asuhan keperawatan dan diet yang sudah
direncanakan dan melakukan evaluasi pada klien dengan gangguan gizi
buruk.
E. MANFAAT PENULISAN
1. Bagi Perawat
Dapat mengimplementasikan wawasan tentang ilmu gizi dalam
menjalankan asuhan keperawatan kepada klien dengan gizi buruk
2. Bagi Masyarakat
Dapat menambah wawasan dalam menyusun asupan harian yang
memenuhi kebutuhan sehari-hari.
F. SISTEMATIKA PENULISAN
Makalah ini terdiri dari empat bab,bab pertama berisi pendahuluan yang
terdiri dari latar belakang,batasan masalah,metode penulisan,tujuan
penulisan,manfaat penulisan dan sistematika penulisan.Kemudian bab kedua
berisi landasan teori,bab ketiga berisi asuhan keperawatan dan bab keempat
berisi penutup.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Marasmus
1. Pengertian
a. Marasmus adalah suatu bentuk malgizi protein energi karena kelaparan,
semua unsur diet kurang. Hal ini dikarenakan masukan kalori yang
tidak adekuat, diet Faddy, penyakit usus menahun, kelainan
metabolik/infeksi menahun separti tuberkulosis. (Pincus catzel dan Ian
roberts, 1991 : 106).
b. Marasmus adalah bila kekurangan kalori dalam diet yang berlangsung
lama yang akan menimbulkan gejala undernutrition yang sangat
ekstrim. (FKUI, 1985 : 361).
c. Marasmus adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan karena
rendahnya konsumsi energi kalori dan protein dalam makanan sehari-
hari sehingga mengakibatkan tidak adekuatnya intake kalori yang
dibutuhkan oleh tubuh. ( Nelson, 1999 : 298 ).
d. Marasmus ialah suatu bentuk kurang kalori-protein yang berat.
Keadaan ini merupakan hasil akhir dari interaksi antara kekurangan
makanan dan penyakit infeksi. Selain faktor lingkungan, ada beberapa
faktor lain pada diri anak sendiri yang dibawa sejak lahir, diduga
berpengaruh terhadap terjadinya marasmus.

3
2. Etiologi

Menurut Behrman (1999: 122) etiologi marasmus antara lain:

a. Pemasukan kalori yang tidak mencukupi, sebagai akibat kekurangan


dalam susunan makanan.
b. Kebiasaan-kebiasaan makanan yang tidak layak, seperti terdapat pada
hubungan orang tua-anak yang terganggu atau sebagai akibat kelainan
metabolisme atau malformasi bawaan.
c. Gangguan setiap sistem tubuh yang parah dapat mengakibatkan
terjadinya malnutrisi.
d. Disebabkan oleh pengaruh negatif faktor-faktor sosioekonomi dan
budaya yang berperan terhadap kejadian malnutrisi umumnya,
keseimbangan nitrogen yang negatif dapat pula disebabkan oleh diare
kronik malabsorpsi protein, hilangnya protein air kemih ( sindrom
neprofit ), infeksi menahun, luka bakar dan penyakit hati.

3. Tanda dan Gejala

Menurut FKUI (1985 : 361), Ngastiyah (2005 : 259) dan Markum (1991 :
166) tanda dan gejala dari marasmus adalah :

a. Anak cengeng, rewel, dan tidak bergairah.


b. Diare.
c. Mata besar dan dalam.
d. Akral dingin dan tampak sianosis.
e. Wajah seperti orang tua.
f. Pertumbuhan dan perkembangan terganggu.
g. Terjadi pantat begi karena terjadi atrofi otot.

4
h. Jaringan lemak dibawah kulit akan menghilang, kulit keriput dan
turgor kulit jelek.
i. Perut membuncit atau cekung dengan gambaran usus yang jelas.
j. Nadi lambat dan metabolisme basal menurun.
k. Vena superfisialis tampak lebih jelas.
l. Ubun-ubun besar cekung.
m. Tulang pipi dan dagu kelihatan menonjol.
n. Anoreksia.
o. Sering bangun malam.

4. Patofisiologi

Pertumbuhan yang kurang atau terhenti disertai atrofi otot dan


manghilangkan lemak di bawah kulit. Pada mulanya kelainan demikian
merupakan prosesn fisiologis. Untuk kelangsungan hidup jaringan tubuh
memerlukan energi, namun tidak didapat sendiri dan cadangan protein
digunakan juga untuk memenuhi kebutuhan energi tersebut. Penghancuran
jaringan pada defisiensi kalori tidak saja membantu memenuhi kebutuhan
energi, tetapi juga untuk memungkinkan sintesis glukosa dan metabolit
esensial lainnya seperti asam amino untuk komponen homeostatik. Oleh
karena itu, pada marasmus berat kadang-kadang masih ditemukan asam
amino yang normal, sehingga hati masih dapat membentuk cukup albumin.
(Ngastiyah, 2005 : 259).

5
5. Pathway

6. Komplikasi

Komplikasi yang mungkin terjadi menurut (Markum : 1999 : 168)


defisiensi Vitamin A, infestasi cacing, dermatis tuberkulosis,
bronkopneumonia, noma, anemia, gagal tumbuh serta keterlambatan
perkembangan mental dan psikomotor.

6
a. Defisiensi Vitamin A

Umumnya terjadi karena masukan yang kurang atau absorbsi yang


terganggu. Malabsorbsi ini dijumpai pada anak yang menderita malnurtrisi,
sering terjangkit infeksi enteritis, salmonelosis, infeksi saluran nafas) atau
pada penyakit hati. Karena Vitamin A larut dalam lemak, masukan lemak
yang kurang dapat menimbulkan gangguan absorbsi.

b. Infestasi Cacing

Gizi kurang mempunyai kecenderungan untuk mudahnya terjadi


infeksi khususnya gastroenteritis. Pada anak dengan gizi buruk/kurang
gizi investasi parasit seperti cacing yang jumlahnya meningkat pada anak
dengan gizi kurang.

c. Tuberkulosis

Ketika terinfeksi pertama kali oleh bakteri tuberkolosis, anak akan


membentuk tuberkolosis primer. Gambaran yang utama adalah
pembesaran kelenjar limfe pada pangkal paru (kelenjar hilus), yang
terletak dekat bronkus utama dan pembuluh darah. Jika pembesaran
menghebat, penekanan pada bronkus mungkin dapat menyebabkanya
tersumbat, sehingga tidak ada udara yang dapat memasuki bagian paru,
yang selanjutnya yang terinfeksi.

Pada sebagian besar kasus, biasanya menyembuh dan meninggalkan


sedikit kekebalan terhadap penyakit ini. Pada anak dengan keadaan umum
dan gizi yang jelek, kelenjar dapat memecahkan ke dalam bronkus,
menyebarkan infeksi dan mengakibatkan penyakit paru yang luas.

7
d. Bronkopneumonia

Pada anak yang menderita kekurangan kalori-protein dengan


kelemahan otot yang menyeluruh atau menderita poliomeilisis dan
kelemahan otot pernapasan. Anak mungkin tidak dapat batuk dengan baik
untuk menghilangkan sumbatan pus.

Kenyataan ini lebih sering menimbulkan pneumonia, yang mungkin


mengenai banyak bagian kecil tersebar di paru (bronkopneumonia).

e. Noma

Penyakit mulut ini merupakan salah satu komplikasi kekurangan


kalori-protein berat yang perlu segera ditangani, kerena sifatnya sangat
destruktif dan akut. Kerusakan dapat terjadi pada jaringan lunak maupun
jaringan tulang sekitar rongga mulut. Gejala yang khas adalah bau busuk
yang sangat keras. Luka bermula dengan bintik hitam berbau diselaput
mulut. Pada tahap berikutnya bintik ini akan mendestruksi jaringan lunak
sekitarnya dan lebih mendalam. Sehingga dari luar akan terlihat lubang
kecil dan berbau busuk.

8
B. KWASIORKOR
1. Pengertian
Kwarsiorkor ialah suatu keadaan kekurangan gizi ( protein ).
Walaupun sebab utama penyakit ini adalah defisiensi protein, tetapi
karena bahan makanan yang dimakan kurang mengandung nutrisi
lainnya ditambah dengan konsumsi setempat yang berlainan, maka
akan terdapat perbedaan gambaran kwashiorkor di berbagai negara.

Kata kwarshiorkor berasal dari bahasa Ghana-Afrika yang


berati anak yang kekurangan kasih sayang ibu. Kwashiorkor adalah
salah satu bentuk malnutrisi protein berat yang disebabkan oleh intake
protein yang inadekuat dengan intake karbohidrat yang normal atau
tinggi Kwashiorkor paling seringnya terjadi pada usia antara 1-4
tahun, namun dapat pula terjadi pada bayi.
Kwashiorkor yang mungkin terjadi pada orang dewasa adalah
sebagai komplikasi dari parasit atau infeksi lain.Kwashiorkor adalah
satu bentuk malnutrisi yang disebabkan oleh defisiensi protein yang
berat bisa dengan konsumsi energi dan kalori tubuh yang tidak
mencukupi kebutuhan. Kwashiorkor atau busung lapar adalah salah
satu bentuk sindroma dari gangguan yang dikenali sebagai Malnutrisi
Energi Protein (MEP) Dengan beberapa karakteristik berupa edema
dan kegagalan pertumbuhan, depigmentasi, hyperkeratosis.

9
2. Etiologi
Selain oleh pengaruh negatif faktor sosial ekonomi, budaya
yang berperan terhadap kejadian malnutrisi umumnya, keseimbangan
nitrogen yang negatif dapat pula disebabkan oleh diare kronik,
malabsorpsi protein, hilangnya protein melalui air kemih ( sindrom
nefrotik ), infeksi menahun, luka bakar dan penyakit hati.
a. Pola makan
Protein (dan asam amino) adalah zat yang sangat dibutuhkan
anak untuk tumbuh dan berkembang. Meskipun intake makanan
mengandung kalori yang cukup, tidak semua makanan
mengandung protein/asam amino yang memadai. Bayi yang masih
menyusui umumnya mendapatkan protein dari ASI yang diberikan
ibunya, namun bagi yang tidak memperoleh ASI protein adri
sumber-sumber lain (susu, telur, keju, tahu dan lain-lain) sangatlah
dibutuhkan. Kurangnya pengetahuan ibu mengenai keseimbangan
nutrisi anak berperan penting terhadap terjadi kwashiorkhor,
terutama pada masa peralihan ASI ke makanan pengganti ASI.
b. Faktor sosial
Hidup di negara dengan tingkat kepadatan penduduk yang
tinggi, keadaan sosial dan politik tidak stabil, ataupun adanya
pantangan untuk menggunakan makanan tertentu dan sudah
berlansung turun-turun dapat menjadi hal yang menyebabkan
terjadinya kwashiorkor.
c. Faktor ekonomi
Kemiskinan keluarga/ penghasilan yang rendah yang tidak dapat
memenuhi kebutuhan berakibat pada keseimbangan nutrisi anak
tidak terpenuhi, saat dimana ibunya pun tidak dapat mencukupi
kebutuhan proteinnya.

10
d. Faktor infeksi dan penyakit lain
Telah lama diketahui bahwa adanya interaksi sinergis antara
MEP dan infeksi. Infeksi derajat apapun dapat memperburuk
keadaan gizi. Dan sebaliknya MEP, walaupun dalam derajat ringan
akan menurunkan imunitas tubuh terhadap infeksi.
3. Patofisiologi
Pada defisiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang
sangat berlebihan, karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah
kalori dalam dietnya. Kelainan yang mencolok adalah gangguan
metabolik dan perubahan sel yang menyebabkan edema dan perlemakan
hati. Karena kekurangan protein dalam diet, akan terjadi kekurangan
berbagai asam amino esensial dalam serum yang diperlukan untuk sintesis
dan metabolisme. Bila diet cukup mengandung karbohidrat, maka
produksi insulin akan meningkat dan sebagian asam amino dalam serum
yang jumlahnya sudah kurang tersebut akan disalurkan kejaringan otot.
Makin berkurangnya asam amino dalam serum ini akan menyebabkan
kurangnya produksi albumin oleh hepar, yang kemudian berakibat
timbulnya edema. Perlemakan hati terjadi karena gangguan pembentukan
beta- lipoprotein, sehingga transport lemak dari hati terganggu, dengan
akibat adanya penimbunan lemak dalam hati.
4. Gejala Kwashiorkor
a. Pertumbuhan terganggu, BB dan TB kurang dibandingkan dengan
yang sehat.
b. Pada sebagian penderita terdapat edema baik ringan dan berat
c. Gejala gastrointestinal seperti anoreksia dan diare
d. Rambut mudah dicabut, tampak kusam kering, halus jarang dan
berubah warna
e. Kulit kering dengan menunjukan garis garis kulit yang mendalam
dan lebar, terjadi persisikan dan hiper pigmentasi

11
f. Terjadi pembesaran hati, hati yang teraba umumya kenyal,
permukaannya licin dan tajam.
g. Anemia ringan selalu ditemukan pada penderita.
h. Kelainan kimia darah yang selalu ditemukan ialah kadar albumin
serum yang rendah, disamping kadar globulin yang normal atau
sedikit meninggi.
5. KOMPLIKASI KWASHIORKOR
Komplikasi Kwashiorkor Anak dengan kwashiorkor akan lebih mudah
untuk terkena infeksi dikarenakan lemahnya system imun. Tinggi
maksimal dan kemampuan potensial untuk tumbuh tidak akan pernah
dapat dicapai oleh anak dengan riwayat kwashiorkor. Bukti secara statistic
emngemukakan bahwa kwashiorkor yang terjadi pada awal kehidupan
(bayi dan anank-anak) dapat menurunkun IQ secara permenen.
a. Komplikasi jangka pendek :
1) Hipoglikemia
2) Hipotermi
3) Dehidrasi
4) Gangguan fungsi vital
5) Gangguan keseimbangan elektrolit asam-basa
6) Infeksi berat
7) Hambatan penyembuhan penyakit penyerta
b. Komplikasi jangka panjang :
1) Tubuh pendek
2) Berkurangnya potensi tumbuh kembang

12
C. PENATALAKSANAAN
Menurut Mansjoer (2000 : 514 517) penatalaksanan marasmus adalah :

a. Atasi / cegah hipoglikemia

Periksa gula darah bila ada hipotermia (suhu aksila <>oC, suhu rektal

35,5oC). Pemberian makanan yang lebih sering penting untuk mencegah

kondisi tersebut.

b. Atasi atau cegah hipotermia

a) Segera beri makanan cair atau fomula khusus.

b) Hangatkan anak dengan pakaian atau selimut sampai menutup

kepala.

c. Atasi atau cegah dehidrasi

1) Lakukan pemberian cairan infus dengan hati-hati dengan tetesan

pelan-pelan untuk mengurangi beban sirkulasi dan jantung.

d. Koreksi gangguan keseimbang elektrolit

1) Pada marasmus berat terjadi kelebihan natrium tubuh, walaupun

kadar natrium plasma rendah.

2) Tambahkan Kalium dan Magnesium dapat disiapkan dalam bentuk

cairan dan ditambahkan langsung pada makanan. Penambahan 20

ml larutan pada 1 liter formula.

e. Obati / cegah infeksi dengan pemberian antibiotik

13
f. Koreksi defisiensi nitrien mikro, yaitu dengan :

Berikan setiap hari :

1) Tambahkan multivitamin.

2) Asam folat 1 mg/hari (5 mg hari pertama).

3) Seng (Zn) 2 mg/KgBB/hari.

4) Bila berat badan mulai naik berikan Fe (zat besi) 3 mg/KgBB/hari.

5) Vitamin A oral pada hari 1, 2, dan 14.

g. Mulai pemberian makan

Pemberian nutrisi harus dimulai segera setelah anak dirawat

dan harus dirancang sedemikian rupa sehingga cukup energi dan

protein untuk memenuhi metabolisme basal. Tata laksana diet pada

balita KEP berat/gizi buruk ditujukan untuk memberikan makanan

tinggi energi, tinggi protein serta cukup vitamin dan mineral secara

bertahap, guna mencapai status gizi optimal.

1) Kebutuhan energi mulai dari 80 sampai 200 kalori per kg BB/hari.

2) Kebutuhan protein mulai dari 1 sampai 6 gram per kg BB/hari

3) Pemberian suplementasi vitamin dan mineral bila ada defisiensi

atau pemberian bahan makanan sumber mineral tertentu, sebagai

berikut :

14
a) Sumber Zn : daging sapi, hati, makanan laut, kacang tanah, telur

ayam.

b) Sumber Cuprum : tiram, daging, hati

c) Sumber Mangan : beras, kacang tanah, kedelai

d) Sumber Magnesium : daun seledri, bubuk coklat, kacang-

kacangan, bayam,

e) Sumber Kalium : jus tomat, pisang, kacang-kacangan, kentang,

apel, alpukat, bayam, daging tanpa lemak.

f) Jumlah cairan 130-200 ml per kg BB/hari, bila terdapat edema

dikurangi.

g) Cara pemberian : per oral atau lewat pipa nasogastrik (NGT).

h) Porsi makanan kecil dan frekuensi makan sering.

i) Makanan fase stabilisasi hipoosmolar/isoosmolar dan rendah

laktosa dan rendah serat (lihat tabel formula WHO dan

modifikasi).

j) Meneruskan pemberian ASI.

k) Membedakan jenis makanan berdasarkan berat badan, yaitu:

BB<7 kg diberikan kembali makanan bayi dan BB >7 kg dapat

langsung diberikan makanan anak secara bertahap.

15
h. Prinsip pengobatannya adalah :

1) Memberikan makanan yang mengandung banyak proteinbernilai


biologik tinggi.Tinggi kalori, cukup cairan, vitamin dan mineral.
2) Makanan harus dihidangkan dalam bentuk mudah dicerna dan
diserap.
3) Makanan diberikan secara bertahap, karena toleransi terhadap
makanan sangat rendah.
4) Penanganan terhadap penyakit penyerta.
5) Tindak lanjut berupa pemantauan kesehatan penderita dan
penyuluhan gizi terhadap keluarga.
Dalam aplikasinya penanganan marasmus berat pada tahap
awal adalah mengatasi kelainan akut, seperti diare, bronkopneumonia,
atau penyakit infeksi berat lainnya, gangguan elektrolit dan
keseimbangan asam basa, renjatan(shock), gagal ginjal, gagal jantung.
Dalam keadaan dehidrasi dan asidosis pedoman pemberian cairan
paraenteral adalah sebagai berikut:
1) Jumlah cairan adalah 250 ml/kg BB/hari.
2) Jenis cairan yang dipilih adalah Darrow-glukosa aa dengan kadar
glukosa dinaikkan menjadi 10% bila terdapat hipoglikemia.
3) Cara pemberiannya adalah sebanyak 60 ml/kg BB diberikan dalam
4-8 jam pertama,kemudian sisanya diberikan dalam waktu 16-20
jam berikutnya. Selain itu ASI ataususu formula dapat diberikan per
oral bila anak telah dapat minum. Pengobatan cairanintravena
tersebut dapat dimodifikasi sesuai keadaan penderita dan jenis
penyakit penyerta.

16
Makanan tinggi energi tinggi protein (TETP) diolah dengan
kandungan protein yang dianjurkanadalah 3,0 5,0 g/kg BB sehari.
Biasanya dalam pemberian makanan diperlukan pula
penambahanvitamindan mineral, khususnya vitamin A, vitamin B
kompleks, vitamin C, asam folat mineralkalium, magnesium, dan besi.
Asam folat diberikan per oral dengan variasi dosis antara 3x5
kali mg/hari pada anak kecildan 3x15 pada anak besar. Kebutuhan
kalium dipenuhi dengan pemberian KCL oral sebanyak 75-100 mg/kg
BB/hari (ekuivalen dengan 1-2mEq/kg BB/hari); bila terdapat tanda
hipokalemia diberikan KCL secara intravena dengan dosis 3-4 mEq/kg
BB. Magnesium diberikan intramuskularatau intravena dalam bentuk
larutan MG-sulfat 50% sebanyak 0,4-0,5 mEq/kg BB/hari selama 4-
5hari pertama perawatan.
Pada hari perawatan ke 5 sampai ke 10 diberikan per oral
dalam bentuklarutan Mg-klorida dengan dosis0,1-0,3 mEq/kg BB/hari.
Termurah adalah fero-sulfat dengan dosis3x10 mg/kg BB/hari per oral
atau parenteral.
Pada keadaan hipoglikemia berat (glukosa darah <30mg/dl)
diberikan 1-2 ml glukosa 40%/kg BB secara intravena. Karena sering
terjadi defisiesi enzim disakaridase, pemberian susu dengan kadar
laktosa rendah akan lebih banyak menolong, pemberian lemak nabati
akan lebih baik dari lemak hewani.
Penyuluhan dan pemberian makanan yang adekuat, baik
kualitas maupun kuantitas,merupakan upaya pencegahan yang ampuh.
Bahan makanan yang dikonsumsi hendaknya berasaldari sumber
makanan setempat. Dalam menangani masalah Marasmu perlu juga
dipertimbangkan faktor ekonomi, sosial, dan budaya keluarga atau
masyarakat lingkungannya.

17
D. PENCEGAHAN
Tindakan pencegahan terhadap marasmus menurut dapat dilaksanakan
dengan baik bila penyebab diketahui. Usaha-usaha tersebut memerlukan sarana
dan prasarana kesehatan yang baik untuk pelayanan kesehatan dan
penyuluhan gizi, antara lain :
1. Pemberian air susu ibu (ASI) sampai umur 2 tahun merupakan sumber
energi yang paling baik untuk bayi.
2. Ditambah dengan pemberian makanan tambahan (MP-ASI )yang bergizi
pada umur 6 bulan ke atas.
3. Pencegahan penyakit infeksi, dengan meningkatkan kebersihan
lingkungan dan kebersihan perorangan.
4. Pemberian imunisasi.
5. Mengikuti program keluarga berencana untuk mencegah kehamilan
terlalu sering.
6. Penyuluhan/pendidikan gizi tentang pemberian makanan yang adekuat
merupakan usaha pencegahan jangka panjang.

18
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. KASUS SEMU
Pada tanggal 6 November 2016 datang seorang pasien beserta ibunya ke
Puskesmas Sahabat dengan keluhan berat badan yang tidak naik yang disertai
dengan panas,batuk dan juga tidak nafsu makan .
1. BIODATA PASIEN
a. Nama : An. N
b. Umur : 1 tahun
c. Tanggal lahir : 11 November 2015
d. Tanggal pemeriksaan : 6, 7, dan 9 November 2016

2. BIODATA PENANGGUNG JAWAB


a. Nama : Ny. S
b. Umur : 35 tahun
c. Jenis kelamin : Wanita
d. Agama : Islam
e. Suku bangsa : Kutai / Indonesia
f. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
g. Alamat : Jl. Anggur No. 56 Kec.Samarinda Ulu.
h. Status : Janda

3. RIWAYAT PENYAKIT
a. Keluhan utama : Berat badan tidak naik.
b. Keluhan tambahan : Sering sakit, batuk, panas dan susah makan

19
c. Riwayat penyakit sekarang :
Sejak bulan Mei sampai November 2016 berat badan anak
tidak ada peningkatan yang berarti, sering dibawa ke posyandu di
dekat rumahnya, selama periksa ke posyandu orang tua pasien tidak
pernah dirujuk ke puskesmas, padahal berat badannya bila dilihat dari
KMS berada pada garis kuning sejak bulan Juni.
Sejak bulan Mei pasien sering menderita penyakit seperti batuk
dan panas hampir setiap bulan. Selain itu, Ibu pasien juga menyatakan
selama sakit sampai sekarang pasien juga mengalami susah makan
atau nafsu makan kurang, lamanya sakit kurang lebih satu minggu
hingga dua minggu, orang tua pasien selalu memeriksakan anaknya ke
puskesmas untuk mendapatkan pengobatan. Bulan November 2016,
Ibu pasien membawa ke posyandu dan ditimbang berat badannya 7,3
kg, setelah dicatat dalam KMS ternyata berada dalam garis kuning dan
disarankan untuk ke puskesmas Sahabat untuk dikonsultasikan
dengan dokter puskesmas melalui KIA.
d. Riwayat penyakit dahulu: Riwayat penyakit TBC disangkal, riwayat
batuk lama diakui, riwayat diare diakui, riwayat penyakit jantung
disangkal.
e. Riwayat penyakit keluarga: Kakak pasien pernah menderita gizi buruk.

4. DATA PEMERIKSAAN ANTROPOMETRI


a. BB : 6,3 kg

b. LILA : 13,5 cm

c. LD : 44 cm

d. LK : 45 cm

20
5. DATA PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Compos mentis
c. TD : 130/90 mmHg
d. Nadi : 80x/menit
e. Rr : 22x/menit
f. Suhu : 36,40C
g. Leher : Pembesaran limfonodi sub mandibula
h. Thorax : Iktus kordis tidak tampak
i. Abdomen : Datar sejajar dinding dada, tidak ada bekas luka
j. Ekstermitas : Tidak ada oedem, akral hangat.

6. DATA PEMERIKSAAN BIOKIMIA


Karena adanya kelainan kimia darah, maka :
a. kadar Prealbumin rendah 3.3 +/- 0.2 mg/dl dengan kadar normal
23.8 +/-0.9 mg/dl.
b. Kadar Hb rendah 8 g/dl dengan kadar normal 11 g/dl
c. Kadar Serum Albumin 1.5 gr/dl dengan kadar normal > 2,5 gr/dl.
d. Protein Total 3.1 g/dl dengan kadar normal 6-7.5 g/dl
e. Pada biopsi hati ditemukan perlemahan yang kadang-kadang
demikian hebatnya sehingga hampir semua sela hati mengandung
vakual lemak besar. Sering juga ditemukan tanda fibosis, nekrosis dan
infiltrasi sel mononukleus.
f. Pada hasil outopsi penderita kwashiorkor yang berat menunjukan
hampir semua organ mengalami perubahan seperti degenerasi otot
jantung, osteoporosis tulang dan sebagainya.

21
7. DATA PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Tidak dilakukan (diusulkan periksa Ro Thoraks dan test mantoux,
namun pasien keberatan karena tidak ada biaya).
b. Usul pemeriksaan penunjang: Darah rutin (untuk mengetahui Hb),
LED, Diff Tell (eosinofil reaksi alergi).
8. RIWAYAT DIET
Sebelum memeriksakan diri ke puskesmas,Klien diberi asupan formula
pengganti ASI dari susu kaleng yang encer .Kurangnya makanan selingan
yang menunjang kebutuhan anak untuk berkembang dan kurangnya
perhatian dan pengetahuan dari ibu yang membuat konsumsi anak
terkadang tidak higienis.
9. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Ketidakseimbangan nutisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang kurang.
10. RENCANA DIET
Rencana Tindakan yang Berhubungan dengan Rencana Diet Penderita
Marasmus dan Kwashiorkor
Gizi buruk merupakan masalah yang perlu penanganan serius.
Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah antara lain melalui revitalisasi
posyandu dalam meningkatkan cakupan penimbangan balita, penyuluhan
dan pendampingan, pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) atau
Pemberian Makanan Tambahan (PMT), peningkatan akses dan mutu
pelayanan gizi melalui tata laksana gizi buruk di Puskesmas Perawatan
dan Rumah Sakit, perlu penanganan serius. Berbagai upaya telah
dilakukan pemerintah antara lain melalui revitalisasi posyandu dalam
meningkatkan cakupan penimbangan balita, penyuluhan dan
pendampingan, pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) atau
Pemberian Makanan Tambahan (PMT), peningkatan akses dan mutu
pelayanan gizi melalui tata laksana gizi buruk di Puskesmas Perawatan

22
dan Rumah Sakit, penanggulangan penyakit menular dan pemberdayaan
masyarakat melalui Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi).
Nutrisi gizi buruk diawali dengan pemberian makanan secara teratur,
bertahap, porsi kecil, dan mudah diserap. Frekuensi pemberian dapat
dimulai setiap 2 jam kemudian ditingkatkan 3 jam atau 4 jam. Penting
untuk memberikan makanan yang beraneka ragam, pemberian ASI,
makanan yang mengandung minyak, lemak, santan dan buah-buahan.
Selain itu faktor lingkungan juga penting dalam mengupayakan
pekarangan rumah menjadi taman gizi.
Perilaku harus diubah menjadi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) dengan memperhatikan makanan gizi seimbang, minuman tablet
besi selama hamil, pemberian ASI eksklusif, mengkonsums garam
beryodium dan memberi bayi dan balita kapsul vitamin A.
a. Pengaturan Pelayanan KEP berat/Gizi Buruk
Tujuan dari pengaturan diet ini adalah memberikan makanan
tetap secara bertahap sesuai dengan keadaan pasien untuk mencapai
keadaan gizi optimal.
Pemberian diet KEP berat/Gizi buruk dibagi menjadi 3 fase yaitu

1) Fase Stabilisasi
Pada awal fase stabilisasi perlu pendekatan yang sangat hati-
hati, karena keadaan faali anak sangat lemah dan kapasitas
homeostatik berkurang. Pemberian makanan harus dimulai segera
setelah anak dirawat dan dirancang sedemikian rupa sehingga energi
dan protein cukup untuk memenuhi metabolisma basal
saja.Peningkatan jumlah formula diberikan secara bertahap dengan
tujuan memberikan makanan awal supaya anak dalam kondisi stabil.

23
Formula khusus seperti Formula WHO 75 atau
modifikasi/Modisco yang dianjurkan dan jadwal pemberian
makanan harus disusun sedemikian rupa agar dapat mencapai prinsip
tersebut diatas dengan persyaratan diet sebagai berikut :
a) Porsi kecil, sering, rendah serat da rendah laktosa
b) Energi : 100 kkal/kg BB/hari
c) Protein :1-1,5 gram/kg BB/hari
d) Cairan : 130 ml/kg bb/hari (jika ada edema berat 100 ml/Kg
BB/hari)
e) Bila anak mendapat ASI teruskan, dianjurkan memberi formula
WHO 75/pengganti/modisco demgam menggunakan
cangkir/gelas. Bila anak terlalu lemah berikan sendok/pipet.
f) Pemberian Formula WHO/Pengganti/Modisco atau pengganti
dan jadwal pemberian makanan disusun sesuai denan kebutuhan
anak. Keterangan :
a) Pada anak dengan selera makan baik dan tidak edema, maka
tahapan pemberian formula bisa lebih cepat dalam waktu 2-3 hari
(setiap 2 jam).
b) Bila pasien tidak dapat menghabiskan Formula WHO
75/pengganti/Modisco dalam sehari, maka berikan sisa formula
tersebut melalui pipa nasogastrik.
c) Pada fase ini jangan beri makanan lebih dari 100 Kkal/Kg
bb/hari
d) Pada hari 3 s/d 4 frekuensi pemberian formula diturunkan menjadi
setiap jam dan pada hari ke 5 s/d 7 diturunkan lagi menjadi setiap
4 jam.
e) Lanjutkan pemberian makan sampai hari ke 7 (akhir minggu 1).

24
Zat Gizi Stabilisasi (Hari ke 1-7)
Energi 80-100 kkal/kgBB/hari
Protein 1-1,5 gram/kgBB/hari
Cairan Cairan 130 ml/kgBB/hari
Sulfas Ferosus 200 mg + 0,25 mg asam
Fe
folat, sirup besi 150 ml
Vitamin A
kapsul vitamin A dosis 100.000 SI
Bayi < 6 bulan
(warna biru)
1 kapsul vitamin A dosis 100.000 SI
Bayi 6 - 11 bulan
(warna biru)
1 kapsul vitamin A dosis 200.000 SI
Balita 12 - 60 buan
(warna merah)
Vitamin Lain
Vitamin C
Vitamin B kompleks
Asam Folat
Pemberian dicanpur dengan F75, F 100,
Mineral Lain
dan F 135
Zinc
Kalium
Natrium
Magnesium

2. Fase Transisi
Pada fase ini pemberian makanan diberikan secara perlahan-lahan
untuk menghindari resiko gagal jantung, yang dapat terjadi bila anak
mengkonsumsi makanan dalam jumlah banyak secara mendadak.

25
Ganti formula khusus awal (energi 75 Kkal dan protein 0.9-1.0 g per
100 ml) dengan formula khusus lanjutan (energi 100 Kkal dan protein 2.9
gram per 100 ml) dalam jangka waktu 48 jam. Modifikasi bubur/makanan
keluarga dapat digunakan asalkan dengan kandungan energi dan protein yang
sama.
Kemudian naikkan dengan 10 ml setiap kali, sampai hanya sedikit
formula tersisa, biasanya pada saat tercapai jumlah 30 ml/kgbb/kali pemberian
(200 ml/kgbb/hari).

Pada fase transisi anak gizi buruk pemberian makanannya harus secara
bertahap dan perlahan-lahan jumlahnya ditingkatkan karena untuk
menghindari terjadinya gagal jantung, yang dapat terjadi bila anak
mengkonsumsi makanan alam jumlah banyak secara mendadak. Adapun
persyaratan diet debagai berikut :
a. Formula khusus seperti formula 100/ modifkasi/modisco I/II
b. Jumlah zat gizi
Energi : 150 200 Kkal/Kg BB/hari
Protein : 2 3 gr/Kg BB/hari
Cairan : 150 ml/Kg BB/hari

Pemantauan ada fase transisi:


a. Frekuensi Nafas
b. Frekuensi Denyut nadi
Bila terjadi peningkatan detak nafas > 5 kali/menit dan denyut nadi > 25
kali /menit dalam pemantauan setiap 4 jam berturutan, kurangi volume
pemberian formula. Setelah normal kembali, ulangi menaikkan volume
seperti di atas.
c. Timbang anak setiap pagi sebelum diberi makan

26
Tabel 2. Kebutuhan zat gizi fase Transisi
Zat Gizi Transisi (Hari ke 8-14)
Energi 100-150 kkal/kgBB/hari
Protein 2-3 gram/kgBB/hari
Cairan Cairan 150 ml/kgBB/hari
Sulfas Ferosus 200 mg + 0,25 mg asam
Fe
folat, sirup besi 150 ml
Vitamin A
kapsul vitamin A dosis 100.000 SI
Bayi < 6 bulan
(warna biru)
1 kapsul vitamin A dosis 100.000 SI
Bayi 6 - 11 bulan
(warna biru)
1 kapsul vitamin A dosis 200.000 SI
Balita 12 - 60 buan
(warna merah)
Vitamin Lain Diberikan sebagai multivitamin
Vitamin C Diawali 5 mg, selanjutnya 1 mg/hari
Vitamin B kompleks
Asam Folat
Pemberian dicanpur dengan F75, F 100,
Mineral Lain
dan F 135
Zinc
Kalium
Natrium
Magnesium

27
3. Fase Rehabilitasi
Terapi nutrisi fase ini adalah untuk mengejar pertumbuhan anak. Diberikan
setelah anak sudah bisa makan. Makanan padat diberikan pada fase
rehabilitasi berdasarkan BB< 7 kg diberikan MP ASI dan BB 7 kg diberikan
makanan balita. Setelah masa transisi terlampaui, anak diberi .

a. Formula WHO 100/pengganti/Modisco 1 dengan jumlah tidak terbatas


dan sering.
b. Energi : 150-220 Kkal/kg bb/hari
c. Protein 4-6 gram/kg bb/hari
d. Bila anak masih mendapat ASI, teruskan, tetapi juga beri formula WHO
100/Pengganti/Modisco 1, karena energi dan protein ASI tidak akan
mencukupi untuk tumbuh-kejar.
e. Bila anak masih mendapat ASI, teruskan ASI ditambah dengan makanan
formula.
f. Secara perlahan diperkenalkan makanan keluarga.
Pemantauan fase rehabilitasi

Kemajuan dinilai berdasarkan kecepatan pertambahan badan:

a. Timbang anak setiap pagi sebelum diberi makan


b. Setiap minggu kenaikan bb dihitung
1) Dikatakan BAIK, apabila kenaikan BB 50 gram/kgBB/minggu
2) Dikatakan KURANG, apabila kenaikan BB < 50 gram/kgBB/minggu,
diperlukan re-evaluasi menyeluruh

28
Tabel 3. Kebutuhan zat gizi fase Rehabilitasi

Zat Gizi Transisi (Hari ke 8-14)


Energi 150-200 kkal/kgBB/hari
Protein 3-4 gram/kgBB/hari
Cairan Cairan 150 - 200 ml/kgBB/hari
Fe Berikan awal selama 4 minggu
Vitamin A
kapsul vitamin A dosis 100.000 SI
Bayi < 6 bulan
(warna biru)
1 kapsul vitamin A dosis 100.000 SI
Bayi 6 - 11 bulan
(warna biru)
1 kapsul vitamin A dosis 200.000 SI
Balita 12 - 60 buan
(warna merah)
Vitamin Lain Diberikan sebagai multivitamin
Vitamin C
Vitamin B kompleks
Asam Folat
Pemberian dicanpur dengan F75, F 100,
Mineral Lain
dan F 135
Zinc
Kalium
Natrium
Magnesium

29
Tahapan Pemberian Diet
Fase Stabilitasi Formula WHO 75 atau pengganti
Formula WHO 75, Formula WHO
Fase Transisi
100 atau pengganti
Formula WHO 135 (atau
Fase Rehabilitasi
pengganti) makanan keluarga

c. Tata Laksana Diet Pada KEP berat atau Gizi Buruk


1) Tingkat Rumah Tangga
a) Ibu memberikan aneka ragam makanan dalam porsi kecil dan
sering kepada anak sesuai dengan kebutuhan .
b) Teruskan pemberian ASI sampai anak berusia 2 tahun
2) Tingkat Posyandu /PPG
a) Anjurkan ibu memberikan makanan kepada anak di rumah
sesuai usia anak, jenis makanan yang diberikan mengikuti
anjuran makanan .
b) Selain butir 1, maka dalam rangka pemulihan kesehatan anak,
perlu mendapat makanan tambahan pemulihan (PMT-P)
dengan komposisi gizi mencukupi minimal 1/3 dari kebutuhan
1 hari, yaitu :
Energi 350 400 kalori
Protein 10 - 15 g

30
3) Bentuk makanan PMT-P
Makanan yang diberikan berupa :

a) Kudapan (makanan kecil) yang dibuat dari bahan makanan


setempat/lokal.
b) Bahan makanan mentah berupa tepung beras,atau tepung
lainnya, tepung susu, gula minyak, kacang-kacangan,
sayuran, telur dan lauk pauk lainnya

Alternative Kebutuhan Paket Bahan Makanan/Anak/Hari

I Beras 60 g Telur 1 butir atau kacang- gula 15 g


kacangan 25 g

II Beras 70 g Ikan 30 g -

III Ubi/singkong 150 g Kacang-kacangan 40 g gula 20 g

V Tepung ubi 40 g Kacang-kacangan 40 g gula 20 g

c) Lama PMT-P
Pemberian makanan tambahan pemulihan (PMT-P) diberikan
setiap hari kepada anak selama 3 bulan (90 hari)
Cara penyelenggaraan :
1) Makanan kudapan diberikan setiap hari di Pusat Pemulihan Gizi
(PPG).

31
2) Seminggu sekali kader melakukan demonstrasi pembuatan
makanan pendamping ASI/makanan anak, dan membagikan
makanan tersebut kepada anak balita KEP, selanjutnya kader
membagikan paket bahan makanan mentah untuk kebutuhan 6
hari.
3. Tingkat Puskesmas
Tata laksana diet pada balita KEP berat/gizi buruk ditujukan untuk
memberikan makanan tinggi energi, tinggi protein, dan cukup vitamin mineral
secara bertahap, guna mencapai status gizi optimal.
Ada 4 (empat) kegiatan penting dalam tata laksana diet, yaitu : pemberian
diet, pemantauan, dan evaluasi, penyuluhan gizi, serta tindak lanjut.
a. Pemberian diet balita KEP berat atau gizi buruk harus memenuhi syarat
sebagai berikut :
1) Melalui 3 fase yaitu : fase stabilisasi, fase transisi, dan fase
rehabilitasi.
2) Kebutuhan energi mulai 100-200 kal/Kgbb/hari
3) Kebutuhan protein mulai 1-6 g/Kgbb/hari
4) Pemberian suplementasi vitamin dan mineral khusus, bila tidak
tersedia diberikan bahan makanan sumber mineral tertentu (lihat hal
12)
5) Jumlah cairan 130-200 ml/kgbb/hari, bila ada edema dikurangi
menjadi 100 ml/Kg bb/hari
6) Jumlah pemberian peroral atau lewat pipa nasogastric
7) Porsi makanan kecil dan frekwensi makan sering
8) Makanan fase stabilisasi harus hipoosmolar, rendah laktosa, dan
rendah serat
9) Terus memberikan ASI

32
10) Makanan padat diberikan pada fase rehabilitasi dan berdasarkan
berat badan, yaitu : bb < 7 kg diberikan kembali makanan bayi dan
bb > 7 Kg dapat langsung diberikan makanan anak secara bertahap
11) Bila anak masih medapatkan ASI,teruskan ASI, ditambah dengan
makanan formula karena energi dan protein ASI tidak akan
mencukupi untuk tubuh-kejar.Adapun persyaratan diet sebagai
berikut :
a. Formula khusus sebagai formula 135/modifikasi/modosco III
b. Jumlah zat gizi :
Energi : 150 200 Kkal/Kg BB/hari
Protein : 4 6 gr/Kg BB/hari
Cairan : 150 200 ml/Kg BB/hari

Tabel 1 :

KEBUTUHAN GIZI MENURUT FASE PEMBERIAN MAKAN

FASE

ZAT GIZI STABILISASI TRANSISI REHABILITASI

Energi 100 Kkal/kgbb/hr 150 Kkal/kgbb/hr 150-200 Kkal/kgbb/hr

Protein 1-1,5 g/kgbb/hr 2-3 g/kgbb/hr 4-6 g/kgbb/hr

Vitamin A Lihat langkah 8 Lihat langkah 8 Lihat langkah 8

Asam Folat Idem Idem Idem

Zink Idem Idem Idem

Cuprum Idem Idem Idem

33
Fe Idem Idem Idem

Cairan 130 ml/Kgbb/hr 150 ml/Kgbb/hr 150-200 ml/Kgbb/hr


atau

100 ml/kgbb/hr bila


ada edema

Tabel 2 :

JADWAL, JENIS, DAN JUMLAH MAKANAN YANG DIBERIKAN

JUMLAH CAIRAN (ml)


SETIAP MINUM
MENURUT BB ANAK
WAKTU
FASE JENIS MAKANAN FREKUENSI 4 6 8 10
PEMBERIAN
Kg Kg Kg Kg

F75/modifikasi/Modis 45 65 - -
Hari 1-2
co 12 x ( dg ASI ) 45 65 90 110
12 x ( tanpa ASI)

F75/modifikasi/Modis 8 x ( dg ASI) 65 100 - -


Stabilisasi Hari 3-4
co 8 x (tanpa ASI) 65 100 130 160

6 x (dg ASI)
F75/Modifikasi/Modi 6 x (Tanpa ASI) 90 130 - -
Hari 5-7
sco 90 130 175 220
Minggu 2-3 F100/modifi 4 x ( dg ASI ) 130 195 -
-
Transisi kasi/Modisco I 6 x ( tanpa ASI) 90 130 220
175
Atau II

34
F135/modifi 90 100
150 175
kasi/Modisco III, 3 x ( dg/tanpa ASI )
Rehabilita Minggu 3-6 ditambah
Si
Makanan 3 x 1 porsi - -
- -
lumat/makan
BB < 7 Kg lembik
sari buah 1x 100 100
100 100

Makanan 3 x 1 porsi - - - -
lunak/makan
BB >7 Kg
An biasa
Buah 1 2 x 1 buah - - - -
*) 200 ml = 1 gelas

Contoh :

Kebutuhan anak dengan berat badan 6 Kg pada fase rehabilitasi diperlukan :

Energi : 1200 Kkal

400 kalori dipenuhi dari 3 kali 100 cc F 135 ditambah 800 kalori dari 3 kali makanan
lumat/makanan lembik dan 1 kali 100 cc sari buah

35
Tabel 3 : FORMULA WHO

Bahan Per 100 ml F 75 F 100 F 135

FORMULA WHO

Susu skim bubuk G 25 85 90

Gula pasir G 100 50 65

Minyak sayur G 30 60 75

Larutan elektrolit Ml 20 20 27

Tambahan air s/d Ml 1000 1000 1000

NILAI GIZI

Energi Kalori 750 1000 1350

Protein G 9 29 33

Lactosa G 13 42 48

Potasium Mmol 36 59 63

Sodium Mmol 6 19 22

Magnesium Mmol 4.3 7.3 8

Seng Mg 20 23 30

Copper Mg 2.5 2.5 3.4

% energi protein - 5 12 10

% energi lemak - 36 53 57

36
Osmolality Mosm/l 413 419 508

Tabel 4 : MODIFIKASI FORMULA WHO

FASE STABILISASI TRANSISI REHABILITASI

Bahan Makanan F75 F75 F75 M F100 M1 MII F135 MIII


I II
III

Susu skim bubuk (g) 25 - - 100 - 100 100 - -

Susu full cream (g) - 35 - - 110 - - 25 120

Susu sapi segar (ml) - - 300 - - - - - -

Gula pasir (g) 70 70 70 50 50 50 50 75 75

Tepung beras (g) 35 35 35 - - - - 50 -

Tempe (g) - - - - - - - 150 -

Minyak sayur (g) 27 17 17 25 30 50 - 60 -

Margarine (g) - - - - - - 50 - 50

Lar. Elektrolit (ml) 20 20 20 - 20 - - 27 -

Tambahan air (L) 1 1 1 1 1 1 1 1 1

*) M : Modisco

37
Keterangan :

1. Fase stabilisasi diberikan Formula WHO 75 atau modifikasi.


Larutan Formula WHO 75 ini mempunyai osmolaritas tinggi sehingga
kemungkinan tidak dapat diterima oleh semua anak, terutama yang mengalami
diare. Dengan demikian pada kasus diare lebih baik digunakan modifikasi
Formula WHO 75 yang menggunakan tepung

2. Fase transisi diberikan Formula WHO 75 sampai Formula WHO 100 atau
modifikasi
3. Fase rehabilitasi diberikan secara bertahap dimulai dari pemberian Formula
WHO 135 sampai makanan biasa
Cara Membuat Formula

1. Larutan Formula WHO75


Campurkan susu skim, gula, minyak sayur, dan larutan elektrolit, diencerkan
dengan air hangat sedikit demi sedikit sambil diaduk sampai homogen dan
volume menjadi 1000 ml. Larutan ini bisa langsung diminum.

Larutan modifikasi : Campurkan susu skim/full cream/susu segar, gula,


tepung, minyak. Tambahkan air sehingga mencapai 1 L (liter) dan didihkan
hingga 5-7 menit.

2. Larutan Formula WHO 100 dan modifikasi Formula WHO 100


Cara seperti membuat larutan Formula WHO 75

38
Larutan modifikasi :
Tempe dikukus hingga matang kemudian dihaluskan dengan ulekan
(blender, dengan ditambah air). Selanjutnya tempe yang sudah halus disaring
dengan air secukupnya. Tambahkan susu, gula, tepung beras, minyak, dan
larutan elektrolit. Tambahkan air sampai 1000 ml, masak hingga mendidih
selama 5-7 menit.
d. Pengaturan Diet
Pembagian makanan sehari untuk balita kurang gizi (umur 1 tahun):

1. Pagi: centong nasi tim, 1 porsi telur, porsi tahu, 1 potong daging
ukuran sedang, 1 gelas setup buncis+wortel, gelas susu, 1 buah
pisang ukuran sedang (ASI tetap diberikan sebanyak anak mau).
2. Pukul 10.00: 3 buah biscuit (selingan).
3. Siang: centong nasi, porsi tempe, 1 porsi telur, 1 gelas sayuran, 1
potong buah pepaya ukuran sedang (ASI tetap diberikan sebanyak anak
mau).
4. Pukul 16.00: 1 mangkok bubur kacang ijo (selingan).
5. Malam: centong nasi tim, porsi daging, porsi tempe, gelas
sayuran 1 buah pisang ukuran sedang (ASI tetap diberikan sebanyak
anak mau).
TERAPI NON FARMAKOLOGIS
Edukasi:
1. Pentingnya gizi untuk pertumbuhan dan kecerdasan anak kepada orang
tua.
2. Faktor-faktor yang menyebabkan gizi kurang pada balita.
3. Mengatur pola makan dan menu harian untuk balita.
4. Pendanaan gizi keluarga.

39
5. Pengenalan gejala-gejala kurang gizi pada balita.
6. Komplikasi gizi kurang pada anak.
7. Pencegahan terhadap penyakit yang dapat memperberat dan
menyebabkan anak menderita kurang gizi.
8. Segera periksa ke puskesmas bila ada keluhan sakit.
9. Rajin atau rutin ke posyandu.
TERAPI FARMAKOLOGIS
1. Multivitamin: Elkana sirup dengan dosis 1x1 sendok takar.
2. Pemberian preparat gizi (misal pemberian sulfas ferosus untuk
kekurangan zat besi dan pemberian tablet iodium untuk yang
kekurangan iodium).

e. Evaluasi dan Pemantauan Pemberian Diet


1. Timbang berat badan sekali seminggu, bila tidak naik kaji penyebabnya
(asupan gizi tidak adequat, defisiensi zat gizi, infeksi, masalah
psikologis).
2. Bila asupan zat gizi kurang, modifikasi diet sesuai selera.
3. Bila ada gangguan saluran cerna (diare, kembung,muntah)
menunjukkan bahwa formula tidak sesuai dengan kondisi anak, maka
gunakan formula rendah atau bebas lactosa dan hipoosmolar, misal:
susu rendah laktosa, formula tempe yang ditambah tepung-tepungan.
4. Kejadian hipoglikemia : beri minum air gula atau makan setiap 2 jam

40
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Marasmus adalah salah satu bentuk gizi buruk yang paling sering
ditemui pada balita terutama di daerah perkotaan. Penyebabnya merupakan
multifaktorial antara lain masukan makanan yang kurang, faktor penyakit dan
faktor lingkungan. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis dan
untuk menentukan penyebab perlu anamnesis makanan dan penyakit yang
lalu. Pada penderita Kwashiorkor, asupan protein dari makanan kurang
sehingga menyebabkan neraca protein negatif (keluaran>masukan) sehingga
asam amino dalam darah, hati dan intrasel mengalami defisiensi yang
menyebabkan proses metabolisme selanjutnya terganggu. Gejala umum yang
bisa diketahui antara lain: perubahan dalam pigmen kulit, koma (tahap akhir,
penurunan massa otot, diare, kegagalan untuk menambah berat badan dan
tumbuh, kelelahan, perubahan rambut (perubahan warna atau tekstur),
peningkatan dan infeksi yang lebih parah karena rusaknya sistem kekebalan
Pencegahan terhadap marasmus dan kwasiokor ditujukan pada
penyebab dan memerlukan pelayanan kesehatan dan penyuluhan yang baik.
Pengobatan marasmus ialah pemberian diet, tinggi kalori dan tinggi protein,
dan penatalaksanaan di rumah sakit dibagi atas tahap awal, tahap penyesuaian,
dan rehabilitasi.
Kian banyaknya temuan kasus gizi buruk, baik kwashiorkor, maramus
maupun marasmus kwashiorkor menunjukkan bahwa persoalan gizi di
Indonesia belum dapat menorehkan tinta emas. Revitalisasi posyandu dan
sosialisasi akan kesadaran gizi masyarakat tampaknya perlu terus digaungkan
agar penapisan terhadap status gizi dapat berlangsung lebih dini.

41
B. SARAN
1. Tenaga Kesehatan
a. Memeberikan penyuluhan kepada masyarakat pemenuhan gizi yang
tepat dan seimbang sesuai dengan umur karena kebutuhan kalori per
hari bagi setiap orang berbeda-beda sesuai dengan umurnya.
b. Memberikan pelatihan kepada masyarakat tentang bagaimana cara
memasak bahan makanan tanpa mengurangi bahkan menghilangkan
kandungan gizi dalam bahan makanan tersebut.
c. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang peran penting
seorang ibu dalam memeperhatikan dan mengawasi apa yang anak
lakukan dan selalu menerapkan kebersihan dan kesehatan bagi
kebaikan anak.Terutama dalam mengatasi resiko komplikasi infeksi
cacing yang menghalangi anak untuk mendapatkan nutrisi dari asupan
makanan yang didapat.
2. Masyarakat
a. Diharapkan kepada seluruh masyarakat untuk dapat memenuhi asupan
protein dan kalori, agar dapat tumbuh dengan sehat.
b. Agar seluruh ibu-ibu untuk dapat memperhatikan gizi anak, terutama
asupan protein dan kalorinya, agar tidak ada lagi penderita gizi buruk
c. .Diharapkan masyarakat atau pun pembaca mau ikut serta
menggalakkan program tentang pemberantasan gizi buruk, untuk
mencapai Gerakan Masyarakat Sehat 2017.
3. Pemerintah
a. Menggalakkan Program Nasional: Perencanaan, pelaksanaan,
pemantauan dan evaluasi dilaksanakan secara berkesinambungan
antara pusat dan daerah.
b. Melakukan Pendekatan komprehensif dengan mengutamakan upaya
pencegahan dan upaya peningkatan, yang didukung upaya pengobatan
dan pemulihan.

42
DAFTAR PUSTAKA

Nurhayati.2010.Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Masalah Gizi


Kurang.Jakarta:Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Ramadhan ,R,W.2015.Asuhan Keperawatan Pada An.H Dengan Malnutrisi


(MARASMUS) Di Bangsal Anggek III Rumah Sakit Umum Daerah
Surakarta.Surakarta:Universitas Muhammadiyah Surakarta

Istriana,Murah.2013.ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN


MASALAH GIZI KURANG KELUARGA TN.S TERUTAMA PADA AN.R DI
DESA TRANGSAN KECAMATAN GATAK KABUPATEN
SUKOHARJO.Surakarta:Universitas Muhammadiyah Surakarta

Krisnansari,Diah.2010.Nutrisi dan Gizi Buruk.Purwokerto:Universitas Jendral


Soedirman.

Minarto.2011.Bagan TataLaksana Anak Gizi Buruk Buku 1.Jakarta:Katalog dalm


Terbitan Departemen Kesehatan RI

43
44

Anda mungkin juga menyukai