Diajukan untuk memenuhi tugas Keperawatan Anak Sehat dan Sakit Akut
Assalamualaikum,wr.wb.
Segala puji dan rasa syukur tak lupa kami panjatkan kepada Allah swt. Karena nikmat yang
diberikan, terutama nikmat sehat jasmani dan rohani serta nikmat iman dan islam. Karena
nikmat-Nya itulah kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Askep Pada Anak Dengan
Diare” tepat pada waktunya dengan baik dan benar serta sesuai prosedur.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas kelompok yang di berikan beliau kepada
kami sebagai materi kuliahKeperawatan Anak Sehat dan Sakit Akut yang harus di pahami dan
dimengerti maksudnya.
Kami menyadari segala kekurangan dalam penyusunan makalah ini baik secara materi
maupun dalam penggunaan kata bahasanya. Oleh sebab itu demi kesempurnaan dan perbaikan
dalam penyusunan makalah ini,kami menerima kritik dan saran dari pembaca. Semoga makalah
ini bermanfaat dalam proses belajar dan mengajar.
Wassalamu’alaikum wr.wb
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................3
1.3. Tujuan...................................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................5
3.1. Pengkajian...........................................................................................................................10
BAB IV PENUTUP.......................................................................................................................19
4.1. Kesimpulan.........................................................................................................................19
4.2. Saran...................................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................20
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar 2007 dari Kementerian Kesehatan, tingkat
kematian bayi berusia 29 hari hingga 11 bulan akibat diare mencapai 31,4 persen. Adapun
pada bayi usia 1-4 tahun sebanyak 25,2 persen. Bayi meninggal karena kekurangan cairan
tubuh. Diare masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Walaupun angka
mortalitasnya telah menurun tajam, tetapi angka morbiditas masih cukup tinggi. Kematian
akibat penyakit diare di Indonesia juga terukur lebih tinggi dari pneumonia (radang paru
akut) yang selama ini didengungkan sebagai penyebab tipikal kematian bayi.
3
1.3. Tujuan
4
BAB II
PEMBAHASAN
Diare tejadi akibat pencernaan bakteri E.COLI terhadap makanan. Bakteri ini sangat
senang berada dalam tinja manusia, air kotor, dan makanan basi. Untuk mencegah terjadinya
diare, makanan yang diberikan kepada anak harus hygenis. Jangan lupa juga untuk selalu
mencuci tangan dengan bersih (Widjaja. 2005:26).
5
6
usus dan merusak sel mukosa usus yang dapat menurunkan daerah permukaan usus.
Selanjutnya terjadi perubahan kapasitas usus yang akhirnya mengakibatkan gangguan
fungsi usus menyebabkan sistem transpor aktif dalam usus sehingga sel mukosa
mengalami iritasi yang kemudian sekresi cairan dan elektrolit akan meningkat. Kedua
faktor malabsorbsi merupakan kegagalan dalam melakukan absorbsi yang mengakibatkan
tekanan osmotik meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus
yang dapat meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadilah diare. Ketiga faktor
makanan, ini terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap dengan baik. Sehingga
terjadi peningkatan peristaltik usus yang mengakibatkan penurunan kesempatan untuk
menyerap makanan yang kemudian menyebabkan diare. Keempat, faktor psikologis
dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan peristaltik usus yang akhirnya
mempengaruhi proses penyerapan makanan yang dapat menyebabkan diare.
Manifestasi klinis :
Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam, tenesmus,
hematoschezia, nyeri perut dan atau kejang perut. Akibat paling fatal dari diare yang
berlangsung lama tanpa rehidrasi yang adekuat adalah kematian akibat dehidrasi yang
menimbulkan renjatan hipovolemik atau gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik
yang berlanjut. Seseorang yang kekurangan cairan akan merasa haus, berat badan
berkurang, mata cekung, lidah kering, tulang pipi tampak lebih menonjol, turgor kulit
menurun serta suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan oleh deplesi air
yang isotonik. Karena kehilangan bikarbonat (HCO3) maka perbandingannya dengan
asam karbonat berkurang mengakibatkan penurunan pH darah yang merangsang pusat
pernapasan sehingga frekuensi pernapasan meningkat dan lebih dalam (pernapasan
Kussmaul)
Gangguan kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan
dengan tanda-tanda denyut nadi cepat (> 120 x/menit), tekanan darah menurun sampai
tidak terukur. Pasien mulai gelisah, muka pucat, akral dingin dan kadang-kadang
sianosis. Karena kekurangan kalium pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung.
Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun sampai timbul
8
oliguria/anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatsi akan timbul penyulit nekrosis tubulus
ginjal akut yang berarti suatu keadaan gagal ginjal akut.
Imunisasi
Untuk mengurangi tingkat keparahan dan durasi diare. Suplemen zinc dapat mengurangi
produksi tinja dan pengurangan pengeluran tinja. Pada dosis 20 mg/5 mL sirup yang
mengandung zinc atau 20 mg pada tablet yang mengandung zinc sulfas, glukonat atau
asetat.
Untuk mencegah berulangnya episode diare. Pada studi menunjukkan bahwa 10-20 mg
(anak-anak) dan 10 mg (bayi < 6 bulan) pemberian zinc per hari selama 10-14 hari akan
mengurangi berulangnya episode diare 2-3 bulan setelah pemberian regimen terapi zinc
diberikan.
9
2. Penambahan vitamin A pada bayi dan anak untuk pencegahan diare karena infeksi dan
paparan HIV.
Rekomendasi dosis : Bayi dan anak usia 6 bulan sampai 5 tahun (100.000 IU untuk usia
6-12 bulan dan 200.000 IU untuk usia > 12 bulan) diberikan setiap 6 bulan
Terapi Farmakologi
1. Terapi kausal misalnya penyebabnya adalah bakteri maka diberi obat antibiotik.
2. Terapi simptomatis
1. Pemeriksaan tinja
a. Makroskopis dan mikroskopis
b. Ph dan kadar gula dalam tinja
c. Bila perlu diadakan uji bakteri
2. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan menentukan Ph
dan cadangan alkali dan analisa gas darah.
3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
4. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium dan posfat.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1. Pengkajian
1. Identitas
Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan.
Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11 bulan. Kebanyakan kuman usus
merangsang kekebalan terhadap infeksi, hal ini membantu menjelaskan penurunan
insidence penyakit pada anak yang lebih besar. Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas
aktif mulai terbentuk. Kebanyakan kasus karena infeksi usus asimptomatik dan kuman
enteric menyebar terutama klien tidak menyadari adanya infeksi. Status ekonomi juga
berpengaruh terutama dilihat dari pola makan dan perawatannya.
2. Keluhan Utama
BAB lebih dari 3 x
BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau lendir saja. Konsistensi
encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5 hari (diare akut), lebih dari 7
hari ( diare berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis).
5. Riwayat Nutrisi
Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang dewasa, porsi yang
diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah dan susu. kekurangan gizi pada anak
10
11
usia toddler sangat rentan,. Cara pengelolahan makanan yang baik, menjaga kebersihan
dan sanitasi makanan, kebiasan cuci tangan,
Pertumbuhan:
o Kenaikan linkar kepala : 12cm ditahun pertama dan 2 cm ditahun kedua dan
seterusnya.
o Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham pertama dan gigi taring,
seluruhnya berjumlah 14 – 16 buah
Perkembangan:
Fase anal :
Perkembangn ketrampilan motorik dan bahasa dipelajari anak toddler dari lingkungan
dan keuntungan yang ia peroleh Dario kemam puannya untuk mandiri (tak tergantug).
Melalui dorongan orang tua untuk makan, berpakaian, BAB sendiri, jika orang tua
terlalu over protektif menuntut harapan yanag terlalu tinggi maka anak akan merasa
malu dan ragu-ragu seperti juga halnya perasaan tidak mampu yang dapat berkembang
pada diri anak.
o Gerakan kasar dan halus, bacara, bahasa dan kecerdasan, bergaul dan mandiri :
Umur 2-3 tahun :
9. Pemeriksaan Fisik
Pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan mengecil, lingkar
kepala, lingkar abdomen membesar.
Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada anak umur 1 tahun
lebih
Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic meningkat > 35
x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah, minum normal atau tidak haus, minum
lahap dan kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan bisa minum.
13
Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena asidosis metabolic
(kontraksi otot pernafasan)
Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi menurun pada diare
sedang.
Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu meningkat > 375 0 c,
akral hangat, akral dingin (waspada syok), capillary refill time memajang > 2 dt,
kemerahan pada daerah perianal.
Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/ 24 jam ),
frekuensi berkurang dari sebelum sakit.
Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa mengalami stress yang berupa
perpisahan, kehilangan waktu bermain, terhadap tindakan invasive respon yang
ditunjukan adalah protes, putus asa, dan kemudian menerima.
Laboratorium :
Kriteria hasil :
o Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,50 c, RR : < 40 x/mnt )
o Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong, UUB tidak cekung.
Intervensi :
R/ Penurunan sisrkulasi volume cairan menyebabkan kekeringan mukosa dan pemekataj urin.
Deteksi dini memungkinkan terapi pergantian cairan segera untuk memperbaiki deficit
15
R/ Dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus membuat keluaran tak aadekuat untuk
membersihkan sisa metabolisme.
4) Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada kien, 2-3 lt/hr
5) Kolaborasi :
- Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit (Na, K,Ca, BUN)
R/ koreksi keseimbang cairan dan elektrolit, BUN untuk mengetahui faal ginjal (kompensasi).
R/ anti sekresi untuk menurunkan sekresi cairan dan elektrolit agar simbang, antispasmolitik
untuk proses absorbsi normal, antibiotik sebagai anti bakteri berspektrum luas untuk
menghambat endotoksin.
Diagnosa 2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak
adekuatnya intake dan out put
Intervensi :
1) Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan berserat tinggi, berlemak
dan air terlalu panas atau dingin)
R/ Serat tinggi, lemak,air terlalu panas / dingin dapat merangsang mengiritasi lambung dan
sluran usus.
2) Ciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau yang tak sedap atau sampah, sajikan
makanan dalam keadaan hangat
Diagnosa 3 : Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi dampak
sekunder dari diare
Tidak terdapat tanda infeksi (rubur, dolor, kalor, tumor, fungtio leasa)
17
Intervensi :
Tujuan : Setelah dilakukan tindaka keperawtan selama di rumah sakit integritas kulit tidak
terganggu
Intervensi :
2) Demontrasikan serta libatkan keluarga dalam merawat perianal (bila basah dan
mengganti pakaian bawah serta alasnya)
R/ Mencegah terjadinya iritassi kulit yang tak diharapkan oleh karena kelebaban dan keasaman
feces
18
3) Atur posisi tidur atau duduk dengan selang waktu 2-3 jam
R/ Melancarkan vaskulerisasi, mengurangi penekanan yang lama sehingga tak terjadi iskemi
dan irirtasi .
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3 x 24 jam, klien mampu beradaptasi
Kriteria hasil : Mau menerima tindakan perawatan, klien tampak tenang dan tidak rewel
Intervensi :
3) Berikan pujian jika klien mau diberikan tindakan perawatan dan pengobatan
4) Lakukan kontak sesering mungkin dan lakukan komunikasi baik verbal maupun non
verbal (sentuhan, belaian dll)
R/ Kasih saying serta pengenalan diri perawat akan menunbuhkan rasa aman pada klien.
4.1. Kesimpulan
Diare adalah gejala buang air besar dengan konsistensi feses (tinja) lembek, atau cair,
bahkan dapat berupa air saja. Frekuensinya bisa terjadi lebih dari dua kali sehari dan
berlangsung dalam jangka waktu lama tapi kurang dari 14 hari. Seperti diketahui, pada
kondisi normal, orang biasanya buang besar sekali atau dua kali dalam sehari dengan
konsistensi feses padat atau keras.
Diare tejadi akibat pencernaan bakteri E.COLI terhadap makanan. Bakteri ini sangat senang
berada dalam tinja manusia, air kotor, dan makanan basi. Untuk mencegah terjadinya diare,
makanan yang diberikan kepada anak harus hygenis. Jangan lupa juga untuk selalu mencuci
tangan dengan bersih (Widjaja. 2005:26).
4.2. Saran
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan maka dengan adanya makalah
ini, diharapkan pembaca dapat memahami tentang penyakit asuhan keperawatan pada anak
dengan Diare.
19
DAFTAR PUSTAKA
Ramaiah, safitri, 2007. All You Wanted To Know About Diare. Jakarta: Bhuana Ilmu
Popular.
www.rijalhabibulloh.com/2015/04/makalah-tentang-diare.html
20