Anda di halaman 1dari 24

ASKEP KOMUNITAS PADA REMAJA

OLEH:

KELOMPOK 5
1. KURNIA B. OROWALA
2. SYANE NJURUHAPA
3. CHYNDYELIS .N. SEUBELAN
4. MARLIN .L.F. LETTE
5. FREDERYCO KAKE
6. AGRINTO TALOIM
7. JEFERSON .E. MAUMUTANG

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA


KUPANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat
dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Saya
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan, baik
dari segi isi, penulisan maupun kata-kata yang digunakan. Oleh karena itu, segala
keritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan makalah ini
selanjutnya, akan saya terima dengan senang hati. Semoga informasi yang ada
dalam makalah ini dapat bermanfaat dengan baik.

Kupang, 03 Juni 2021

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Saat ini di seluruh Indonesia, banyak institusi kesehatan tersebar di
bebagai daerah. Jadi dapat diperkirakan mahasiswa-mahasiswa dengan basic
kesehatan semakin banyak pula. Untuk membantu mengatasi masalah remaja,
maka mahasiswa dengan basic kesehatan hendaknya ikut berperan aktif yakni
dengan memberikan pendidikan pada remaja di sekolah ataupun di fakultas
non kesehatan. Strategi yang dapat di jalankan adalah melalui penyebarluasan
pengalaman dan pelajaran tentang masalah yang banyak terjadi pada remaja.
Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menjadi
masa yang yang menyenangkan, meski bukan berarti tanpa masalah. Banyak
proses yang harus dilalui seseorang dimasa transisi kanak-kanak menjadi
dewasa ini. Tantangan yang dihadapi orangtua dan petugas kesehatan dalam
menangangi problematika remaja pun akan semakin kompleks. Namun ada
penyelesaian masalah untuk membentuk manusia-manusia kreatif dengan
karakter yang kuat, salah satunya dengan melakukan asuhan keperawatan
komunitas pada kelompok remaja.
Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang
semakin canggih membawa dampak pada semua kehidupan, terutama pada
generasi penerus bangsa khususnya pada remaja. Salah satunya dampak
negative banyak para pelajar di kalangan remaja sudah merokok,
berkendaraan dengan kecepatan tinggi, percobaan bunuh diri, minum-
minuman dan penggunaan zat yang merusak kesehatan.
Dampak yang terjadi pada remaja itu merupakan masalah yang
komplek, ditandai oleh dorongan penggunaan yang tidak terkendali untuk
terus menerus digunakan, walaupun mengalami dampak yang negative dan
menimbulkan gangguan fungsi sehari-hari baik dirumah, sekolah maupun di
masyarakat.
B. Ruang Lingkup
Dalam makalah ini penulis membahas tentang asuhan keperawatan
komunitas pada remaja.

C. Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Agar mahasiswa / mahasiswi memperoleh informasi dan gambaran
tentang Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Remaja.
b. Tujuan Khusus
a. Mampu menjelaskan konsep teori tentang remaja.
b. Mampu melaksanakan pengkajian pada remaja dengan masalah yang
ada.
c. Mampu menentukan diagnosa keperawatan pada komunitas remaja.
d. Mampu membuat rencana tindakan asuhan keperawatan komunitas
pada remaja.
e. Mampu menerapkan rencana keperawatan pada asuhan keperawatan
komunitas pada remaja
f. Mampu meyimpulkan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan
komunitas pada remaja yang bermasalah.

D. Sistematika Penulisan
Penulisan makalah ini tediri dari IV Bab yaitu : Bab I Pendahuluan,
yang meliputi; latar belakang, ruang lingkup, tujuan penulisan (tujuan umum
dan tujuan khusus), dan sistematika penulisan. Bab II Tinjauan teoritis terdiri
dari konsep dasar teori dan konsep dasar asuhan keperawatan. Bab IV
Pembahasan. Bab V Penutup meliputi kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi
1. Pengertian Remaja
Menurut World Health Organization (2014), remaja dalah
penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun, menurut Peraturan Mentri
Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014, remaja adalah penduduk dalam
rentang usia 10-18 tahun dan menurut Badan Kependudukan dan Keluarga
Bencana (BKKBN) rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum
menikah. Jumlah kelompok usia 10-19 tahun di Indonesia menurut Sensus
Penduduk 2010 sebanyak 43,5 juta atau sekitar 18% dari jumlah
penduduk. Di dunia diperkirakan kelompok remaja berjumlah 1,2 milyar
atau 18% dari jumlah penduduk dunia.
Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai dengan adanya perubahan
fisik, emosi, dan psikis. Masa remaja yakni antara usia 10-19 tahun, adalah
suatu priode masa pematangan ogan reproduksi manusia dan sering
disebut masa pubertas. Masa remaja adalah priode peralihan dari masa ana
ke masa dewasa (Widastuti, Rahmawati, Purmaningrum,
2019).

Remaja atau adolesens adalah periode perkembangan selama di


mana individu mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju
masa dewasa, biasanya antara usia 13-20 tahun. Batasan usia remaja
menurut WHO adalah 12 s/d 24 th Namun jika pada usia remaja sudah
menikah maka ia sudah tergolong dalam kelompok dewasa. Istilah
adolesens biasanya menunjukkan maturasi psikologis individu, ketika
pubertas menunjukan titik di mana reproduksi mungkin dapat terjadi.
Perubahan hormonal pubertas mengakibatkan perubahan penampilan
pada orang muda, dan perkembangan mental mengakibatkan kemampuan
untuk menghipotesis dan berhadapan dengan abstraksi.
2. Pengertian Lansia
Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara
usia 65 dan 75 tahun. Jumlah kelompok usia ini meningkat drastic dan ahli
demografi memperhitungkan peningkatan populasi lansia sehat terus
menigkat sampai abad selanjutnya (Potter & Perry, 2005).
Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam
mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi
Keluarga Berencana Nasional ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan
yaitu aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial. Secara biologis
penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan
secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik
yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat
menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam
struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Secara ekonomi,
penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai beban dari pada sebagai
sumber daya. Banyak orang beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak
lagi memberikan banyak manfaat, bahkan ada yang sampai beranggapan
bahwa kehidupan masa tua, seringkali dipersepsikan secara negatif sebagai
beban keluarga dan masyarakat (Ismayadi, 2004).
Menurut Constantinidies menua (menjadi tua) adalah suatu proses
menghilangnya secara perlahan – lahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri / mengganti diri dan mempertahankan fungsi formalnya
sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang diderita. Menurut organisasi dunia (WHO) lanjut usia
meliputi usia pertengahan (middleage) adalah kelompok usia 45-59 tahun,
Usia lanjut (elderly) adalah kelompok usia 60-74 tahun, Usia lanjut (old)
adalah kelompok usia 75-90 tahun, dan usia sangat tua (very old) adalah
kelompok usia diatas 90 tahun.
1. Perkembangan Remaja
a. Perkembangan Kognitif Remaja
i. Abstrak (teoritis). Menghubungkan ide,pemikiran atau konsep
pengertian guna menganalisa dan memecahkan masalah. Contoh
pemecahan masalah abstrak ; aljabar.
ii. Idealistik. Berfikir secara ideal mengenai diri sendiri, orang lain
maupun masalah social kemasyarakatan yang ditemui dalam
hidupnya.
iii. Logika. Berfikir seperti seorang ilmuwan, membuat suatu
perencanaan untukmemecahkan suatu masalah. Kemudian
mereka menguji cara pemcahan secara runtut, tratur dan
sistematis.
b. Perkembangan Psikososial Remaja
i. Menyesuaikan diri dengan perubahan fisiologis – psikologis
ii. Belajar bersosialisasi sebagai seorang laki-laki maupun wanita
iii. Memperoleh kebebasan secara emosional dari orang tua dan
orang dewasa lain
iv. Remaja bertugas untuk menjadi warga negara yang bertanggung
jawab.
v. Memperoleh kemandirian dan kepastian secara ekonomis
c. Perkembangan Identitas Diri
1) Konsep diri
2) Evaluasi diri
3) Harga diri
4) Efikasi diri
5) Kepercayaan diri
6) Tanggung jawab
7) Komitmen
8) Ketekunan
9) Kemandirian
2. Masalah Kesehatan Spesifik Pada Adolesens
a. Kecelakaan tetap merupakan penyebab utama kematian pada
adolesens (sekitar 70%). Kecelakaan kendaraan bermotor, yang
merupakan penyebab umum terbanyak, mengakibatkan hamper
setengah kematian pada usia 16 sampai 19 tahun (Edelmen da
Mandel, 1994). Kecelakaan ini sering dikaitkan dengan intoksikasi
alcohol atau penyalahgunaan obat.
b. Penyalahgunaan zat merupakan kenyataan masalah utama bagi
mereka yang bekerja dengan adolesens. Adolesens dapat menyakini
bahwa zat yang merubah alam persaan menciptakan perasaan
sejahtera atau membuktika tingkat penampilan. Semua
adolesensberada pada risiko penggunaan zat untuk eksperimental
atau kebiasaan atau berasal dari keluarga yang tidak stabil lebih
berisiko terhadap penggunaan kronik dan ketergantungan fisik.
Beberapa adolesens percaya bahwa penggunaan zat membuat
mereka lebih matur.
c. Bunuh diri merupakan penyebab utama kemtian ketiga pad
adolesens usia antara 15 dan 24 tahun (Hawton, 1990); kecelakaan
dan pembunuhan merupakan penyebab utama. Depresi dan isolasi
social biasanya mendahului usha diri, tetapi bunuh diri mungkin juga
sebagai akibat dari kombinasi beberapa factor.
d. Penyakit menular seksual dialami sekitar 10 juta orang per tahun di
bawah usia 25 tahun. Tingkat insiden tertinggi mengharuskan
adolesens yang aktif seksual dilakukan skrining terhadap PMS,
meskipun mereka tidak menunjukan gejala. Kehamilan remaja
merupakan kejadian umum di Amerika Serikat; 1 dari setiap 10
wanita dibawah usia 20 tahun mengalami kehamilan, dan banyak
yang memilih untuk memelihara bayinya sendiri. Kehamilan tidak
memiliki risiko fisik pada ibu yang masih remaja kecuali mereka
dibawah usia 16 tahun atau tidak menerima perawatan prenatal.
a. Batasan Usia Remaja
Terdapat batasan usia pada masa remaja yang difokuskan
pada upaya meninggalkan sikap dan perilaku kekanak-kanakan
untuk mencapai kemampuan bersikap dan berperilaku dewasa.
Menurut

Kartini Kartono (2013),batasan usia remaja dibagi tiga yaitu:

1) Remaja Awal (12-15 Tahun)

Pada masa ini, remaja mengalami perubahan jasmani


yang sangat pesat dan perkembangan intelektual yang sangat
intensif, sehingga minat anak pada dunia luar sangat besar dan
pada saat ini remaja tidak mau dianggap kanak-kanak lagi
namun belum bisa meninggalkan pola kekanak-kanakannya.
Selain itu pada masa ini remaja sering merasa sunyi, ragu-ragu,
tidak stabil, tidak puas dan merasa kecewa.

2) Remaja Pertengahan (15-18 Tahun)

Kepribadian remaja pada masa ini masih kekanak-


kanakan tetapi pada masa remaja ini timbul unsur baru yaitu
kesadaran akan kepribadian dan kehidupan badaniah sendiri.
Remaja mulai menentukan nilai-nilai tertentu dan melakukan
perenungan terhadap pemikiran filosofis dan etis. Maka dari
perasaan yang penuh keraguan pada masa remaja awal ini
rentan akan timbul kemantapan pada diri sendiri. Rasa percaya
diri pada remaja menimbulkan kesanggupan pada dirinya untuk
melakukan penilaian terhadap tingkah laku yang dilakukannya.
Selain itu pada masa ini remaja menemukan diri sendiri atau
jati dirnya.
3) Remaja Akhir (18-21 Tahun)

Pada masa ini remaja sudah mantap dan stabil. Remaja


sudah mengenal dirinya dan ingin hidup dengan pola hidup
yang digariskan sendiri dengan keberanian. Remaja mulai
memahami arah hidupnya dan menyadari tujuan hidupnya.
Remaja sudah mempunyai pendirian tertentu berdasarkan satu
pola yang jelas yang baru ditemukannya

c. Tugas Perkembangan Psikososial pada Remaja

Menurut Erikson (1963 dalam Potter & Perry, 2009), tahap


perkembangan psikososial pada remaja adalah identitas versus
kebingungan (pubertas). Perubahan fisiologi yang berhubungan
dengan maturasi seksual menandai tahap ini. Ditandai juga dengan
kesenangan memperhatikan penampilan dan bentuk tubuh. Tahap
yang merupakan perkembangan ini dimulai dengan menjawab
pertanyaan “Siapa Saya?” kebutuhan akan identitas penting
nantinya dalam membuat keputusan seperti memilih pekerjaan atau
pasangan hidup.

Setiap remaja merubah cara hidupnya dalam masyarakat


sebagai anggota bebas. Akan timbul tuntutan, kesempatan, dan
konflik yang berhubungan dengan perkembangan identitas dan
pemisahan dari keluarga. Erikson berpendapat bahwa keberhasilan
menyelesaikan tahapan ini akan menghasilkan kepatuhan dan
kesetiaan terhadap orang lain dan terhadap cita citanya sendiri
(Hockenberry & Walson, 2007) Tugas perkembangan yang harus
diselesaikan selama masa remaja antara lain mencapai kemampuan
membina hubungan yang lebih dewasa dengan teman sebaya dari
kedua gender, mencapai kemampuan dalam melaksanakan peran
sosial maskulin atau feminin, menerima perubahan fisik dan
menjaga tubuh secara efektif, mencapai kemandirian emosional
dari orang tua dan orang dewasa lainnya, mempersiapkan diri
untuk pernikahan dan kehidupan berkeluarga, mempersiapkan diri
untuk berkarir, memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika
sebagai panduan dalam berperilaku (Keliat dan Pasaribu, 2016).

Tahap-tahap tumbuh kembang remaja (12-18 atau 20 tahun)


antara lain konsep diri berubah sesuai dengan perkembangan
biologis, mencoba nilai-nilai yang berlaku, pertambahan berat dan
tinggi badan, stres meningkat terutama saat terjadi konflik, anak
wanita mulai mendapat haid, tampak lebih gemuk, suasana hati
berubah-ubah, menyesuaikan diri dengan standar kelompok,
hubungan anak dengan orang tua mencapai titik terendah (Nasir
dan Muhith, 2011). Apabila tidak terpenuhinya tugas
perkembangan ini maka remaja dapat mengalami Gangguan Mental
Emosional.

2. Gangguan Mental Emosional

a. Pengertian

Gangguan mental emosional adalah gejala orang yang


menderita karena memiliki masalah mental atau jiwa, lalu jika
kondisi tersebut tidak segera ditangani maka akan menjadi
gangguan yang lebih serius (Idaiani, 2010). Selain itu, gangguan
mental emosional juga disebut dengan istilah distres psikologik
atau distres emosional (Idaiani, Suhardi, & Kristanto, 2009). Pada
keadaan tertentu gangguan ini dapat diderita oleh semua orang
namun dapat pulih kembali seperti keadaan semula jika dapat
diatasi oleh individu tersebut atau berkunjung ke fasilitas
pelayanan kesehatan tetapi jika tidak dapat diatasi maka akan
berlanjut menjadi gangguan yang lebih serius (Kemenkes RI,
2013).
Gangguan mental emosional ditandai dengan menurunnya
fungsi individu pada ranah keluarga, pekerjaan atau pendidikan,
dan masyarakat atau komunitas, selain itu gangguan ini berasal dari
konflik

alam bawah sadar yang menyebabkan kecemasan. Depresi dan


gangguan kecemasan merpakan jenis gangguan mental emosional
yang lazim ditemui di masyarakat. (Kurniawan & Sulistyarini,
2016)

Gangguan mental emosional dapat berupa gejala depresi,


gangguan psikosmatik, dan ansietas. Tanda dan gejala depresi,
psikosmatik dan ansietas menurut ICD-10 (International
Classification of Diesease – Tenth Edition) dalam WHO, yaitu
munculnya perasaan depresif, hilangnya minat dan semangat,
mudah lelah dan tenaga hilang, konsentrasi menurun, harga diri
menurun, perasaan bersalah, pesimitis terhadap masa depan,
gagasan membahayakan diri (self harm) atau bunuh diri, gangguan
tidur serta menurunya libido.

b. Bentuk-bentuk Gangguan Mental Emosional


1) Gangguan Mental Ringan

Gangguan mental ringan adalah gangguan yang


disebabkan oleh adanya kerusakan pada anggota tubuh, missal
otak, sentral saraf, atau hilangnya berbagai kelenjar, saraf-saraf
atau anggota fisik lainya untuk menjalankan tugasnya (Darajat,
2012).

2) Gangguan Mental Berat

Gangguan mental berat disebabkan oleh gangguan jiwa


yang telah berlarut-larut tanpa adanya solusi (penyelesaian)
secara wajar. Atau diakibatkan oleh hilangnya keseimbangan
mental secara menyeluruh, akibat dari suasana lingkungan yang
sangat menekan

(tidak bersahabat), ketegangan batin, dan sebagainya (Daradjat,

2012).

c. Gejala Gangguan mental Emosional

Gejala adalah tanda tanda yang mendahului suatu


problem,atau sesuatu yang dapat diamati sebelum menjadi
timbulnya suatu problem, atau keadaan yang menjadi tanda
tanda akan timbulnya atau berjangkitnya sesuatu. Berikut
gejala gangguan mental emosional menurut Daradjat (2012):

1) Reaksi psikis ditandai oleh unsur kecemasan yang tidak


sadar diekspresikan dengan menggunakan mekanisme
pertahanan diri( (Defence of mechanism). Seringkali
merasa dirinya itu normal, bahkan lebih baik, lebih unggul,
dan lebih penting dari orang lain.
2) Relasinya dengan dunia luar sedikit sekali, walaupun orang
yang bersangkutan masih memilik insight/wawasan yang
baik.
Seperti kesulitan menyesuaikan diri dengan wajar.

3) Timbul perasaan cemas yang tidak bisa dibendung,


misalnya: tacit mati, takut kalau jadi gila, dan ketakutan
ketakutan lain yang tdak rasional, dan tidak bisa dimasukan
dalam kategori fobia. Dengan gejala emosi tidak stabil,
suka marah-marah, sering dihinggapi perasaan depresi
sering dalam keadaan excited (gelisah sekali), sering
berfantasu, dihinggapi ilusi, delusi, dan rasa dikejar-kejar,
sering merasa mual-mual dan muntah, badanya merasa
sangat letih, sesak nafas, banyak berkeringat,
bergemataran, tekanan detak jantung meningkat dan sering
menderita diare, dan lain sebagainya.
4) Penderita selali diganggu oleh perasaan sakit dan nyeri
yang berpindah pindah pada setiap bagian badanya,
khususnya pada bangian punggung, dan kepala yang
disertai oleh rasa pusing, sehingga penderita menjadi malas
dan segan melakukan aktivitas atau segan melakukan
sesuatu (kehilangan semangat atau gairah hidup)
5) Biasanya diikuti oleh gerakan motoric pada inteleknya
lemah. Seperti cepat merasa suntuk, malas berfikir, dan
lambat dalam mengambil keputusan.
6) Sering mangalami depresi emosional yang biasanya
disertai dengan menangis atau suka menangis.
7) Nafsu makan menurun bahkan sampai kehilangan nafsu
makan, seks, menderita ensomnia dan muncul gangguan-
gangguan pada pencernaan.
8) Cenderung egois dan introvert. Kehilangan kemampuan
dalam berkonsentrasi, mudah dipengaruhi, cepat bingung,
semangat sensitive dan sikapnya selalu antagonistik (selalu
bertentangan) dan cenderung negative.
Manifestasi secara psikis antara lain khawatir secara
berlebihan, gelisah tidak menentu, takut berlebihan dan tidak
tentram. Manifestasi secara fisik dapat berupa nafas pendek,
nyeri perut, tangan bergetar, diare, penglihatan kabur, otot
terasa tegang (Sumiati, 2009).

Gejala gangguan mental emosional lebih mengarah


kepada gangguan neurosis, yaitu:

1) Depresi
Menurut Kaplan dan Sadick (1998) dalam Sabila
(2010), depresi merupakan suatu masa tergangguanya
fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang
sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada
pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi,
anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya,
serta gagasan bunuh diri.

2) Ansietas

Kecemasan merupakan sesuatu kekhawatiran yang


tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan
tidak pasti dan tidak berdaya (Stuart, 2007). Kecemasan
disertai dengan perasaan tegang, lesu, cepat lelah, susah
tidur, suka berkonsentrasi, dan daya ingat yang mengalami
penurunan.

3) Penurunan Energi

Penurunan energy ditandai dengan tidak


bergairahnya seseorang dalam menjalani hidup, merasa
mudah lelah, dan sulit untuk berfikir.

4) Kognitif

Istilah ini berasal dari kata cognition artinya adalah


pengertian atau mengerti. Kognitif adalah proses yang
terjadi secara internaldi dalam pusat susunan saraf pada
waktu manusia sedang berfikir.

5) Somatic
Gejala somatic ditandai dengan pasien merasa
lemah, ketegangan otot, sensasi panas-dingin, keringat
buntat, serta tangan bergemetar.

d. Faktor Penyebab Gangguan Mental Emosional pada Remaja

Menurut Mubasyiroh (2015), faktor penyebab gangguan


mental emosional pada remaja ditimbulkan dari banyak hal, seperti
banyaknya tekananan dan kurangnya support sistem dari keluarga,
pergaulan yang menyimpang pengaruh dari teman, tekanan dari
tuntutan pelajaran disekolah yang diberikan guru kepada siswa.
Gangguan mental relatif terjadi pada remaja perempuan
dikarenakan banyaknya tindakan tindakan pelecahan yang terjadi
pada perempuan, tidak dapat mencerna dengan positif hal hal yang
ada dalam kehidupan. Remaja yang terindikasi mengkonsumsi
narkoba juga dapat beresiko lebih besar mengalami gangguan
mental emosional.

e. Pengukuran Gangguan Mental Emosional

Gangguan mental dapat diukur dengan menggunakan Self


Reporting Questionnaire (SRQ) yang terdiri dari 20 pertanyaan,
sehingga dikenal sebagai SRQ-20 dan telah direkomendasikan oleh
WHO (1994 dalam Dinuriah, 2015). Kuesioner SRQ-20 bisa
digunakan untuk skrining masalah kesehatan jiwa di masyarakat
dan memiliki jawaban “ya” atau “tidak” dengan maksud
mempeermudah masyarakat untuk menjawabnya (Riskesdas,
2013). Pertanyaan yang terdapat dalam SRQ-20 terdiri dari
pertanyaan mengenai gejala yang lenih mengarah kepada gangguan
neurosis.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

1. Pengkajian
Pengkajian merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap
dan sistematis terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisa sehingga
masalah kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat baik individu,
keluarga atau kelompok yang menyangkut permasalahan pada fisiologis,
psikologis, social ekonomi, maupun spiritual dapat ditentukan. Dalam
tahap pengkajian ada lima kegiatan yaitu : pengumpulan data,
pengolahan data, analisa data, perumusan atau penentuan masalah
kesehatan masyarakat dan prioritas masalah.
Kegiatan pengkajian yang dilakukan dalam pengumpulan data
meliputi :
a) Data Inti, meliputi : riwayat atau sejarah perkembangan komunitas,
data demografi, vital statistic, status kesehatan komunitas
b) Data lingkungan fisik, meliputi : pemukiman, sanitasi, fasilitas, batas-
batas wilayah, dan kondisi geografis
c) Pelayanan kesehatan dan social, meliputi : pelayanan kesehatan,
fasilitas social (pasar, toko, dan swalayan)
d) Ekonomi, meliputi : jenis pekerjaan, jumlah penghasilan rata-rata tiap
bulan, jumlah pengeluaran rata-rata tiap bulan, jumlah pekerja
dibawah umur, ibu rumah tangga dan lanjut usia.
e) Keamanan dan transportasi
f) Politik dan keamanan, meliputi : system pengorganisasian, struktur
organisasi, kelompok organisasi dalam komunitas, peran serta
kelompok organisasi dalam kesehatan
g) Sistem komunikasi, meliputi : sarana untuk komunikasi, jenis alat
komunikasi yang digunakan dalam komunitas, cara penyebaran
informasi
h) Pendidikan, meliputi : tingkat pendidikan komunitas, fasilitas
pendidikan yang tersedia, dan jenis bahasa yang digunakan
i) Rekreasi, meliputi : kebiasaan rekreasi dan fasilitas tempat rekreasi
b) Analisa Data
Analisa data adalah kemampuan untuk mengkaitkan data dan
menghubungkan data dengan kemampuan kognitif yang dimiliki
sehingga dapat diketahui tentang kesenjangan atau masalah yang
dihadapi oleh masyarakat. Tujuan analisa data;
a) Menetapkan kebutuhan komunitas
b) Menetapkan kekuatan
c) Mengidentifikasi pola respon komunitas
d) Mengidentifikasi kecenderungan penggunaan pelayanan kesehatan.
c) Prioritas Masalah
Dalam menentukan prioritas masalah kesehatan masyarakat dan
keperawatan yang perlu pertimbangan berbagai faktor sebagai kriteria
penapisan, diantaranya:
1. Sesuai dengan perawat komunitas
2. Jumlah yang berisiko
3. Besarnya resiko
4. Kemungkinan untuk pendidikan kesehatan
5. Minat masyarakat
6. Kemungkinan untuk diatasi
7. Sesuai dengan program pemerintah
8. Sumber daya tempat
9. Sumber daya waktu
10. Sumber daya dana
11. Sumber daya peralatan
12. Sumber daya orang
Masalah yang ditemukan dinilai dengan menggunakan skala
pembobotan, yaitu : 1 = sangat rendah, 2 = rendah, 3 = cukup, 4 =
tinggi, 5 = sangat tinggi. Kemudian masalah kesehatan diprioritaskan
berdasarkan jumlah keseluruhan scoring tertinggi.
d) Diagnosa Keperawatan
Untuk menentukan masalah kesehatan pada masyarakat dapatlah
dirumuskan diagnosa keperawatan komunitas yang terdiri dari :
1. Masalah (Problem)
Yaitu kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan normal yang
terjadi.
2. Penyebab (Etiologi)
Yang meliputi perilaku individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat, lingkungan fisik dan biologis, psikologis dan sosial serta
interaksi perilaku dengan lingkungan.
3. Tanda dan Gejala (Sign and Sympton)
Yaitu informasi yang perlu untuk merumuskan diagnosa serta
serangkaian petunjuk timbulnya masalah.
Diagnosa keperawatan ( SIKI,SLKI,SDKI ) untuk meningkatkan
kesehatan yang bisa ditegakkan pada adolesens, yaitu :
1. Risiko cedera yang berhubungan dengan:
b. Malnutrisi
2. Risiko infeksi yang berhubungan dengan:
a. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder
b. Malnutrisi

3. Defisit nutrisi berhubungan dengan:


a. Faktor ekonomi ( mis.finansial yang tidak mencukupi )
4. Defisit pengetahuan
a. Kurang Terpapar Informasi
a) Gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan:
a. Perubahan struktur /bentuk tubuh
b) Intervensi (Perencanaan) Keperawatan
Perencanaan asuhan keperawatan komunitas disusun berdasarkan
diagnosa keperawatan komunitas yang telah ditentukan dengan tujuan
terpenuhinya kebutuhan pasien. Jadi perencanaan keperawatan meliputi:
perumusan tujuan, rencana tindakan keperawatan yang akan
dilaksanakan dan kriteria hasil untuk mencapai tujuan.

Masalah kesehatan adolesens


Intervensi promosi kesehatan
1) SIKI
1. Manajemen Keselamatan Lingkungan
Observasi :
a) Identifikasi kebutuhan keselamatan ( mis, kondisi fisik,fungsi
kognitif dan riwayat perilaku
b) Monitor perubahan status keselamatan lingkungan
Terapeutik :
a) Hilangkan bahaya keselamatan lingkungan
b) Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bahaya dan resiko
Edukasi :
c) Ajarkan individu, keluarga dan kelompok resiko tinggi bahaya
lingkungan
2. Manajemen imunisasi/ vaksinasi
Observasi :
a) Identifikasi riwayat kesehatan dan riwayat alergi
Terapeutik :
a) Dokumentasi informasi vaksinasi
Edukasi :
a) Jelaskan tujuan, manfaat,reaksi yang terjadi, jadwal, dan efek
samping
b) Informasikan vaksinasi untuk kejadian khususn
3. Manajemen nutrisi
Observasi :
a) Identifikasi status nutrisi
b) Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
c) Monitor asupan makanan
d) Monitor berat badan
Terapeutik :
a) Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
b) Berikan suplemen makanan, jika perlu
Edukasi :
a) Anjurkan posisi duduk, jika perlu
Kolaborasi :
a) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
jenis nutrien yang dibutuhkan, jika perlu
4. Edukasi kesehatan
Observasi :
a) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
Terapeutik :
a) Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
b) Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
c) Berikan kesempatan untuk bertanya
5. Promosi citra tubuh
Observasi :
a) Identifikasi harapan citra tubuh berdasarkan tahap
perkembangan
b) Identifikasi perubahan citra tubuh yang mengakibatkan isolasi
social
Terapeutik :
a) Diskusikan perubahan tubuh dan fungsinya
b) Diskusikan perbedaan penampilan fisik terhadap harga diri
c) Diskusikan perubahan akibat pubertas, kehamilan, dan penuaan
Edukasi :
a) Jelaskan kepada keluarga tentang perubahan citra tubuh
b) Anjurkan mengungkapkan gambaran diri terhadap citra tubuh

6. Implementasi Keperawatan
Merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan
komunitas yang telah disusun. Prinsip dalam pelaksanaan implementasi
keperawatan, yaitu :
a) Berdasarkan respon masyarakat.
b) Disesuaikan dengan sumber daya yang tersedia di masyarakat.
c) Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara diri
sendiri serta lingkungannya.
d) Bekerja sama dengan profesi lain.
e) Menekankan pada aspek peningkatan kesehatan masyarakat dan
pencegahan penyakit.
f) Memperhatikan perubahan lingkungan masyarakat.
g) Melibatkan partisipasi dan peran serta masyarakat dalam
pelaksanaan implementasi keperawatan.
7. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan kerhasialn tindakan
keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan
antara proses dengan pedoman atau rencana proses tersebut.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menjadi
masa yang yang menyenangkan, meski bukan berarti tanpa masalah. Banyak
proses yang harus dilalui seseorang dimasa transisi kanak-kanak menjadi
dewasa ini. Tantangan yang dihadapi orangtua dan petugas kesehatan dalam
menangani problematika remaja pun akan semakin kompleks. Namun ada
penyelesaian masalah untuk membentuk manusia-manusia kreatif dengan
karakter yang kuat, salah satunya dengan melakukan asuhan keperawatan
komunitas pada kelompok remaja.
Remaja atau adolesens adalah periode perkembangan selama di mana
individu mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa,
biasanya antara usia 13-20 tahun. Perubahan hormonal pubertas
mengakibatkan perubahan penampilan pada orang muda, dan perkembangan
mental mengakibatkan kemampuan untuk menghipotesis dan berhadapan
dengan abstraksi.

B. Saran
Makalah ini bisa digunakan sebagai tambahan bahan untuk
menambah wawasan mengenai asuhan keperawatan komunitas khususnya
remaja diharapkan para pembaca dapat menyempurnakan makalah ini
lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Potter dan Perry. (2005). Fundamental Keperawatan, edisi 4. Jakarta: EGC

Http:\Info » Kesehatan » Peran Pendidikan dalam Mengatasi Masalah Kesehatan

Remaja • www.jakartamotorhonda.com. Diakses tanggal 14 April 2013

Http:\remaja-dan-permasalahannnya.html. diakses tanggal 14 April 2013

Http:\peran-mahasiswa-dalam-kesehatan.html. diakses tanggal 14 April 2013

Anda mungkin juga menyukai